• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Work-Family Conflict Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Work-Family Conflict Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN WORK-FAMILY CONFLICT

PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH

SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

DARMA YANTI SIREGAR

061301011

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: contoh soal tes perawat masuk rumah sakit

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul

Gambaran Work-Family Conflict Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit

Umum Padangsidimpuan

merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip

dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan

adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi

pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Juni 2011

(3)

Gambaran Work-Family Conflict Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit

Umum Padangsidimpuan

Darma Yanti dan Vivi Gusrini Pohan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran work-family conflict perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit dengan sistem shift dalam hal ini yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan. Sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan. Shift kerja dibagi menjadi tiga yaitu : Shift pagi pukul 07.00 – 15.00, Shift siang pukul 15.00 – 23.00, dan Shift malam pukul 23.00 – 07.00.

Penelitian ini melibatkan 133 orang perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit Umum Padangsidempuan. Work-family Conflict ini diukur dengan skala family conflict yang dirancang oleh peneliti berdasarkan aspek

work-family conflict dari Greenhaus dan Beutell. Uji daya beda aitem dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dan untuk mengetahui realibilitas alat ukur menggunakan teknik koefisien Alpha dari Conbrach. Berdasarkan hasil estimasi daya beda aitem dan realibilitas terhadap daya uji coba maka koefisien alpha keseluruhan aitem sebesar 0.903.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa work-family conflict di Rumah

Sakit Umum Padangsidimpuan yang tergolong rendah sebanyak 91 orang (68.42%), work-family conflict di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan yang tergolong sedang sebanyak 42 orang (31.58%), dan tidak ada (0%) orang yang mengalami Work-family conflict yang tinggi. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas work-family conflict pada Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tergolong kategori yang rendah, artinya perawat tersebut telah mampu menyeimbangkan perannya dalam pekerjaan dan rumah tangga.

(4)

Description of Work-Family Conflict On Women Nurses in General Hospital Padangsidimpuan

Darma Yanti and Vivi Gusrini Pohan

Abstract

This study aims to know the description of work-family conflict women nurses who worked in hospital with the shift system in this case the District General Hospital Padangsidimpuan. Shift system is a system of work arrangements that provide opportunities to take advantage of the overall time available to operate the job. Shift work is usually divided into three namely: Shift morning at 07:00 to 15:00, afternoon shift at 3:00 p.m. to 11:00 p.m., and Shift night at 23:00 to 07:00.

The study involved 133 female nurses who worked at the General Hospital Padangsidempuan. Work-Family Conflict was measured by work-family conflict scale designed by the researcher based on aspects of work-family conflict from Greenhaus and Beutell. Test different power aitem performed using Pearson Product Moment correlation coefficient and to determine the reliability of measuring instruments using the technique of Conbrach Alpha coefficient. Based on estimates of different power and reliability of power aitem trials aitem the overall alpha coefficient of 0.903.

The results of this study indicate that work-family conflict in the General Hospital Padangsidimpuan, which is categorized of low 91 people (68.42%), work-family conflict in the General Hospital Padangsidimpuan, which are categorized of middle 42 people (31.58%), and no (0 %) people who have Work-family conflict is high. So based on these results can be seen that the majority of work-family conflict on General Hospital Padangsidimpuan classified categories of low, meaning that the nurse has been able to balance its role in employment and household.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “Gambaran Work-family Conflict pada perawat wanita di Rumah Sakit

Umum Daerah Padangsidimpuan”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan kedua orangtua saya.

Kepada mama tercinta Sariganti Panjaitan dan ayahanda tercinta Alm. Sakirman

Siregar, Saya ucapkan terima kasih banyak atas semua cinta dan kasih sayangnya,

untuk semua motivasinya, buat semua kesabaran dalam membesarkan dan

mendidik Saya, serta tak henti-hentinya memberikan banyak bantuan moril dan

materialnya. Skripsi ini juga saya persembahkan buat abang dan kakak saya

tercinta, bang Putra dan Kak Lia. Terima kasih banyak kepada abang dan kakak

atas bantuan baik moril maupun materil bagi Saya selama ini. Hanya Allah yang

dapat membalas semua kebaikan dan keikhlasan yang abang dan kakak berikan.

Tak lupa juga buat adikku tersayang, yang selalu memberikan dukungan dan do’a

untuk kakak. Semangat y dek kuliahnya.

Skripsi ini juga tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang telah banyak

membantu penulis. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M. Si., psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi

(6)

2. Kak Vivi Gusrini R. pohan, M.Sc., M.A., psikolog sebagai dosen

pembimbing utama yang telah memberikan ide, saran, kritikan dan

dorongan pada saya selama proses penyusunan seminar dan skripsi.

Terima kasih banyak atas segala kesabaran dan ketulusan ibu dalam

membimbing saya selama ini.

3. Ibu Lili Garliah, M. Si, psikolog, selaku Pembantu Dekan II dan dosen

Pembimbing Akademik yang selalu memberikan saran kepada penulis

dalam bidang akademik .

4. Ibu Gustiarti Leila, M.Psi., M.Kes.,psikolog, selaku ketua Departemen

Psikologi Industri dan Organisasi.

5. Seluruh staf pengajar fakultas psikologi USU atas segala ilmu dan

bantuannya selama perkuliahan serta Staf Pegawai Fakultas Psikologi

USU yang telah membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun

dalam penyelesaian skripsi (Pak Aswan, Pak Iskandar, Kak Devi, Kak

Ari, Kak Elly, Bang Guritno dan Kak Erna) – terimakasih atas bantuan

administrasinya.

6. Ilham Perwira beserta keluarga yang saya cintai dan sayangi, yang telah

mendorong saya agar lebih bersemangat untuk kuliah dan mengerjakan

skripsi saya ini.

7. Kak Sariah Pane dari Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan yang telah

membantu pengumpulan data penulis.

8. Kepada sahabat-sahabat penulis Nur Amsila, Yani, Yeni, Mona, Helva,

(7)

Terimakasih atas dukungan dan masa-masa yang telah kita lalui bersama.

Semangat terus taman-temanku……

Akhir kata penulis berharap skripsi yang amat sangat sederhana ini

memberikan manfaat bagi pembaca, dapat memberikan pemahaman mengenai

gambaran work-family conflict.

Medan, Juni 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...ix

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Permasalahan Penelitian ...10

C. Tujuan Penelitian...10

D. Manfaat Penelitian………..…...10

E. Sistematika Penulisan...11

BAB II. LANDASAN TEORI ...13

A. Work-Family Conflict ...13

1. Definisi Work-Family Conflict...13

2. Jenis-jenis Work-Family Conflict ...14

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda………15

B.Shift Kerja...16

1. Defenisi Shift Kerja ...16

2. Pembagian Jadwal Shift Kerja...18

3. Pengaruh Shift Kerja ...19

(9)

BAB III. METODE PENELITIAN...23

A. Identifikasi Variabel Penelitian ...23

B. Definisi Operasional ...23

C. Populasi dan metode Pengambilan Sampel ...24

D. Metode Pengumpulan Data ...24

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...27

1. Validitas Alat Ukur ...27

2. Uji Daya Beda Aitem ...28

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ...29

1. Hasil Uji Coba Skala Work-Family Conflict...30

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...31

1. Persiapan Penelitian ...31

2. Pelaksanaan Penelitian ...32

3. Tahap Pengolahan Data ...33

H. Metode Analisis Data...34

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...35

A. Gambaran Subjek Penelitian ...35

1. Usia Subjek Penelitian...35

2. Status Pernikahan Subjek Penelitian ...36

3. Jumlah Pekerja Disetiap Ruangan...37

B. Hasil Penelitian ...39

1. Gambaran Umum Work-Family Conflict Pada Perawat Wanita di

(10)

Umum Padangsidimpuan...40

2. Gambaran Umum Work-Family Conflict Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan Berdasarkan Aspek Work-Family Conflict...41

3. Gambaran Umum Work-Family Conflict Berdasarkan Penyebaran Subjek...43

C. Pembahasan…….………..50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...51

A. Kesimpulan...51

B. Saran ...52

DAFTAR PUSTAKA ...54

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi aitem skala Work-family conflict sebelum uji coba...26

Tabel 2.Kategorisasi norma nilai Work-family conflict...36

Tabel 3. Distribusi aitem skala Work-family conflict setelah uji coba...37

Tabel 4. Distribusi aitem skala Work-family conflict setelah uji coba dan setelah mengalami penyusunan kembali………...31

Tabel 5. Penyebaran subjek berdasarkan usia...35

Tabel 6. Penyebaran subjek berdasarkan status pernikahan...36

Tabel 7. Penyebaran subjek berdasarkan jumlah pekerja ...37

Tabel 8. Rumus kategorisasi work-family conflict...39

Tabel 9. Gambaran mean, nilai minimum, dan nilai maksimum work-family conflict...40

Tabel 10. Gambaran kategorisasi work-family conflict pada perawat wanita di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan secara umum...40

Tabel 11. Gambaran mean, nilai minimum, dan nilai maksimum komponen work-family conflict………..………...41

Tabel 12. Gambaran Kategorisasi Komponen Work-Family Conflict...42

Tabel 13. Gambaran Skor Work-family Conflict Pada Perawat Wanita Di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan...43

(12)

Tabel 15. Gambaran Skor Aspek Strain-based Conflict pada Perawat Wanita Di

Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan...47

Tabel 16. Gambaran Skor Aspek Behavior-based Conflict pada Perawat Wanita

(13)

Gambaran Work-Family Conflict Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit

Umum Padangsidimpuan

Darma Yanti dan Vivi Gusrini Pohan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran work-family conflict perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit dengan sistem shift dalam hal ini yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan. Sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan. Shift kerja dibagi menjadi tiga yaitu : Shift pagi pukul 07.00 – 15.00, Shift siang pukul 15.00 – 23.00, dan Shift malam pukul 23.00 – 07.00.

Penelitian ini melibatkan 133 orang perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit Umum Padangsidempuan. Work-family Conflict ini diukur dengan skala family conflict yang dirancang oleh peneliti berdasarkan aspek

work-family conflict dari Greenhaus dan Beutell. Uji daya beda aitem dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dan untuk mengetahui realibilitas alat ukur menggunakan teknik koefisien Alpha dari Conbrach. Berdasarkan hasil estimasi daya beda aitem dan realibilitas terhadap daya uji coba maka koefisien alpha keseluruhan aitem sebesar 0.903.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa work-family conflict di Rumah

Sakit Umum Padangsidimpuan yang tergolong rendah sebanyak 91 orang (68.42%), work-family conflict di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan yang tergolong sedang sebanyak 42 orang (31.58%), dan tidak ada (0%) orang yang mengalami Work-family conflict yang tinggi. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas work-family conflict pada Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tergolong kategori yang rendah, artinya perawat tersebut telah mampu menyeimbangkan perannya dalam pekerjaan dan rumah tangga.

(14)

Description of Work-Family Conflict On Women Nurses in General Hospital Padangsidimpuan

Darma Yanti and Vivi Gusrini Pohan

Abstract

This study aims to know the description of work-family conflict women nurses who worked in hospital with the shift system in this case the District General Hospital Padangsidimpuan. Shift system is a system of work arrangements that provide opportunities to take advantage of the overall time available to operate the job. Shift work is usually divided into three namely: Shift morning at 07:00 to 15:00, afternoon shift at 3:00 p.m. to 11:00 p.m., and Shift night at 23:00 to 07:00.

The study involved 133 female nurses who worked at the General Hospital Padangsidempuan. Work-Family Conflict was measured by work-family conflict scale designed by the researcher based on aspects of work-family conflict from Greenhaus and Beutell. Test different power aitem performed using Pearson Product Moment correlation coefficient and to determine the reliability of measuring instruments using the technique of Conbrach Alpha coefficient. Based on estimates of different power and reliability of power aitem trials aitem the overall alpha coefficient of 0.903.

The results of this study indicate that work-family conflict in the General Hospital Padangsidimpuan, which is categorized of low 91 people (68.42%), work-family conflict in the General Hospital Padangsidimpuan, which are categorized of middle 42 people (31.58%), and no (0 %) people who have Work-family conflict is high. So based on these results can be seen that the majority of work-family conflict on General Hospital Padangsidimpuan classified categories of low, meaning that the nurse has been able to balance its role in employment and household.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan dari perusahaan adalah menghasilkan produk atau jasa

yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

peningkatan maka perusahaan akan membuat peningkatan produksi dari para

karyawan agar dapat mencapai target yang dibuat perusahaan sehubungan dengan

permintaan pasar.

Gordon dan Henifin (dalam Muchinsky, 1997) menyatakan bahwa sistem

shift kerja memberikan kemungkinan meningkatnya hasil produksi perusahaan

sehubungan dengan permintaan barang-barang produksi yang juga meningkat.

Dengan demikian perusahaan akan mengatur jam kerja karyawan.

Menurut Muchinsky (1997), jam kerja karyawan dibagi dalam dua waktu,

yaitu jam kerja yang normal (tradisional) dan jam kerja shift. Jam kerja normal

adalah jam kerja dimana karyawan diharuskan untuk bekerja penuh selama kurang

lebih 8 jam sehari. Sedangkan jam kerja shift adalah jam kerja dimana karyawan

memiliki periode tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk

melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya Riggio (1990) juga mengatakan bahwa

karyawan yang bekerja pada waktu normal digunakan istilah diurnal, yaitu

individu atau karyawan yang selalu aktif pada waktu siang hari atau setiap hari.

Sedangkan karyawan yang bekerja pada waktu malam hari digunakan istilah

(16)

dan istirahat pada siang hari. Sedangkan yang dimaksud dengan periode tertentu

adalah jangka waktu karyawan atau kelompok melakukan pekerjaan.

Menurut Muchinsky (1997) pelaksanaan shift itu sendiri ada yang dalam

satu shift dan ada shift yang berotasi. Dalam sistem kerja shift yang berotasi

karyawan bekerja dua minggu pada shift pagi, dua minggu pada shift siang, dua

minggu pada shift malam. Tidak ada keseragaman waktu shift kerja,

bermacam-macam perusahaan menggunakan shift yang berbeda. Biasanya dalam sehari

dibagi menjadi tiga shift yang masing-masing selama 8 jam, yaitu : (1) Shift pagi

pukul 07.00 – 15.00; (2) Shift siang pukul 15.00 – 23.00; (3) Shift malam pukul

23.00 – 07.00.

Menurut Muchinsky shfit kerja, selain berpengaruh terhadap peningkatan

produksi perusahaan, ternyata juga membawa dampak yang kurang baik, terutama

terhadap kesehatan karyawannya baik secara fisik, sosial maupun psikologis.

Keluhan psikologis yang dialami dan dikeluhkan karyawan adalah mereka merasa

depresi, tidak puas terhadap jam kerja mereka, stress dan menjadi cepat marah.

Menurut Bohle dan Tilley (2002), kerja dengan sistem shift memberikan

dampak terhadap karyawan yang dapat mempengaruhi : kualitas hidup, kinerja,

dan kelelahan. Shift kerja memiliki dampak terhadap kualitas kehidupan dari

individu atau karyawan yang bekerja dengan sistem shift. Hal ini berkaitan dengan

masalah kesehatan, kebiasaan makan, kebiasaan tidur (circardian rhytms), stress,

dan juga hubungan interpersonal dalam kehidupan sosial individu. Dampak shift

kerja pada karyawan terlihat dari kinerja mereka selama melakukan pekerjaan.

(17)

karyawan yang bekerja dengan sistem shift lebih sering mengeluh mengenai

kelelahan dalam bekerja.

Muchinsky (1997) mengungkapkan, bahwa karyawan yang bekerja dengan

sistem shift mengalami banyak masalah psikologis yang dihubungkan dengan

gangguan irama sirkulasi, bahwa tubuh telah terprogram untuk mengikuti ritme

tertentu. Shift kerja ini mengganggu ritme tidur, makan dan pencernaan serta ritme

bekerja karyawan, sehingga karyawan sering mengeluh kurang tidur, kurang nafsu

makan dan mudah marah.

Aamodt (1991) melaporkan hasil penelitian dari beberapa survey yang

menunjukkan bahwa shift kerja cenderung menimbulkan terganggunya fungsi

tubuh, seperti gangguan tidur dan masalah pencernaan. Selain itu shift kerja juga

memberikan pengaruh pada karyawan yang mempengaruhi hubungan dengan

keluarganya, partisipasi sosial dan kesempatan untuk beraktifitas diwaktu luang.

Hubungan keluarga dapat mengalami gangguan apabila pekerja memiliki waktu

yang kurang dengan keluarganya dan tidak dapat melaksanakan tanggungjawab

dan tugas-tugas yang berkaitan dengan keluarga.

Shift kerja sering dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan jasa

yang beroperasi dalam 24 jam, seperti rumah sakit, pompa bensin, pabrik,

pemadam kebakaran, dan polisi (Glueck, 1982). Rumah Sakit merupakan salah

satu bentuk organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan dimana salah

satu upaya yang dilakukan adalah mendukung rujukan dari pelayanan tingkat

dasar, seperti puskesmas. Untuk itu, sebagai pusat rujukan dari pelayanan

(18)

pelayanannya terhadap masyarakat yang membutuhkan. Dalam sejarah

perkembangannya terdapat interaksi antara lingkungan dengan keadaan dalam

rumah sakit. Perubahan-perubahan selalu terjadi pada masa lalu, masa sekarang

dan masa mendatang yang selalu merubah sistem manejemen rumah sakit

(Trisnantoro, 2005).

Menurut Lokakarya (dalam Hidayat, 2008) Perawat merupakan tenaga

profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk

pelayanan rumah sakit. Peran ini disebabkan karena tugas perawat mengharuskan

kontak paling lama dengan pasien. Keperawatan merupakan suatu bentuk

pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,

keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia.

Menurut Hidayat (2008) peran perawat merupakan tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam

sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat

maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat

menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi

asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator,

konsultan, dan peneliti.

Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai

fungsi diantaranya : fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi

(19)

dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan

dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan

fisiologis dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan sebagainya. Dalam

fungsi dependen, perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau

instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang

diberikan. Sedangkan dalam fungsi interdependen, dilakukan dalam kelompok tim

yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya (Hidayat,

2008).

Perawat rumah sakit didominasi sebagian oleh tenaga kerja wanita,

keterlibatan wanita yang sudah kentara tetapi secara jelas belum diakui di

Indonesia membawa dampak terhadap peranan perempuan dalam kehidupan

keluarga (Indriyani, 2009). Perawat yang bekerja dan telah berumah tangga,

mereka akan menjalani dua peran sekaligus. Menjalani dua peran sekaligus,

sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga, tidaklah mudah.

Dimana mereka harus mampu menyeimbangkan waktu, tenaga dan pikiran antara

keluarga dan pekerjaan. Karyawan wanita yang telah menikah dan punya anak

memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita yang belum

menikah. Hal ini disebabkan, sebagai seorang wanita yang telah menikah, wanita

memiliki tanggung jawab dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan sedangkan

wanita yang belum menikah hanya mengurus dirinya sendiri. Konflik

pekerjaan-keluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab pekerjaan

dirumah atau kehidupan rumah tangga (Frone & Cooper, 1994). Perawat yang

(20)

bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflik keluarga dan konflik pekerjaan,

atau sering disebut sebagai konflik peran ganda wanita antara keluarga dan

pekerjaan.

Konflik antara pekerjaan dan keluarga dapat terjadi baik pada perempuan

maupun pria. Penelitian Apperson dkk (2002) menemukan bahwa ada beberapa

tingkatan konflik peran antara pria dan perempuan, perempuan mengalami konflik

peran pada tingkat yang lebih tinggi dibanding pria. Dibandingkan dengan pria,

wanita lebih dihadapkan pada posisi dilematis antara peran keluarga (family role)

dan peran pekerjaan (work role). Hal ini terjadi karena wanita secara alamiah

mengandung dan melahirkan anak sehingga tuntutan terhadap kewajiban

memelihara anak menjadi lebih kuat dibandingkan laki-laki. Tuntutan peran

keluarga membuat wanita harus lebih banyak memberikan perhatian kepada anak,

suami, dan orang tua. Di sisi lain tuntutan karier, memberikan kesempatan yang

luas bagi wanita untuk mengembangkan dirinya pada pekerjaan sehingga

menjanjikan perolehan jabatan (posisi) yang lebih baik ataupun pendapatan yang

lebih besar. Konflik pekerjaan dengan keluarga pada perempuan berperan ganda

terjadi ketika wanita dituntut untuk memenuhi harapan perannya dalam keluarga

dan dalam pekerjaan, dimana masing-masing membutuhkan waktu, dan energi

dari perempuan tersebut (Prawitasari, 2007). Konflik yang disebutkan diatas

disebut sebagai work-family conflict.

Work-family conflict adalah bentuk tekanan atau ketidakseimbangan peran

antara peran di pekerjaan dengan peran di dalam keluarga (Greenhaus & Beutell,

(21)

dimana tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat

disejajarkan dalam beberapa hal. Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang

berusaha memenuhi tuntutan perannya dalam pekerjaan dan usaha tersebut

dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan

keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga

dipengaruhi oleh kemauan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya

(Frone, 1992).

Greenhaus dan Beutell (1985) mengidentifikasi tiga jenis work-family

conflict, yaitu : Time-based conflict, Strain-based conflict, dan Behavior-based

conflict . Time-based conflict yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan

salah satu tuntutan keluarga atau pekerjaan dapat mengurangi waktu untuk

menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga). Strain-based

conflict yaitu terjadi pada saat tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja

peran yang lainnya. Behavior-based conflict yaitu berhubungan dengan

ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian

(pekerjaan atau keluarga).

Dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaanya terdapat gangguan

atau masalah-masalah yang berhubungan dengan faktor psikologis dalam diri

wanita tersebut, misalnya wanita itu merasa bersalah telah meninggalkan

keluarganya untuk bekerja, tertekan karena terbatasnya waktu dan beban

pekerjaan terlalu banyak serta situasi kerja yang kurang menyenangkan. Keadaan

ini akan mengganggu pikiran dan mental wanita ketika bekerja, sehingga

(22)

Stoner dan Charles (1990) menyatakan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi konflik peran ganda, yaitu : (a) Time pressure, semakin banyak

waktu yang digunakan untuk bekerja maka semakin sedikit waktu untuk keluarga.

(b) Family size dan support, semakin banyak anggota keluarga maka semakin

banyak konflik, dan semakin banyak dukungan keluarga maka semakin sedikit

konflik. (c) Kepuasan kerja, semakin tinggi kepuasan kerja maka konflik yang

dirasakan semakin sedikit. (d) Marital and life satisfaction, ada asumsi bahwa

wanita bekerja memiliki konsekuensi yang negatif terhadap pernikahannya. (e)

Size of firm, yaitu banyaknya pekerja dalam perusahaan mungkin saja

mempengaruhi konflik peran ganda seseorang.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi

work-family conflict adalah Time pressure. Faktor ini merupakan bagian dari

kondisi kerja yang dapat mengakibatkan work-family conflict yaitu shift kerja.

Dimana shift kerja memiliki efek terhadap fisiologis (kualitas tidur rendah,

kapasitas fisik maupun mental turun, gangguan saluran pencernaan), psikologis,

sosial maupun gangguan performasi kerja. Salah satu pengaruh shift dalam

lingkungan sosial adalah berkurangnya interaksi dengan keluarga sehingga hal ini

akan menimbulkan konflik dalam diri karyawan. Perawat yang telah menikah juga

mengalami peran ganda. Peran ganda wanita yang telah menikah adalah peran di

dalam keluarga, wanita tersebut juga berperan di dalam karirnya. Konflik

pekerjaan-keluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab

pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah tangga (Frone & Cooper, 1994). Dalam

(23)

urusan keluarga dan bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflik keluarga

dan konflik pekerjaan, atau sering disebut sebagai konflik peran ganda wanita

antara keluarga dan pekerjaan. Perawat yang bekerja dalam sistem shift akan sulit

untuk membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja.

Dengan demikian akan terjadi work-family conflict pada perawat.

Menurut Meadow (dalam Jiewell & Siegall, 1990), jadwal kerja yang

selalu bergantian tersebut ternyata berpengaruh buruk terhadap kesehatan, karena

(seperti yang biasanya diterapkan) tidak memungkinkan bagi perawat

menyesuaikan diri dengan pola kerja, tidur, dan makan yang tidak dikenalnya

sebelum terjadi perubahan. Shift kerja juga dapat merusak kehidupan perawat dan

membuat tambahan konflik dari pertentangan antara aktifitas kerja dan kehidupan

di luar aktifitas kerja.

Dalam hal ini penulis mengambil penelitian di salah satu perusahaan jasa

yang menggunakan sistem shift yaitu Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan.

Sistem shift yang digunakan di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dibagi

menjadi tiga shift, yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam, dimana setiap shift

terdiri dari 8 jam. Shift pagi pukul 07.00 – 15.00, shift siang pukul 15.00 – 23.00,

shift malam pukul 23.00 – 07.00. Berdasarkan uraian diatas membuat penulis

ingin meneliti lebih mendalam lagi mengenai bagaimana gambaran work-family

(24)

B. Permasalahan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti

gambaran work-family conflict pada perawat wanita dengan sistem shift di Rumah

Sakit Umum Padangsidimpuan.

Adapun permasalahan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran work-family conflict pada perawat wanita yang

bekerja dengan sistem shift ?

2. Bagaimana gambaran work-family conflict ditinjau dari segi usia dan

status pernikahan pada perawat di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui secara jelas

gambaran work-family conflict pada perawat dan gambaran work-family conflict

ditinjau dari karakteristik subjek penelitian pada perawat yang bekerja dengan

sistem shift.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti lebih

lanjut mengenai work-family conflict serta apa dan bagaimana kondisi-kondisi

(25)

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

perusahaan mengenai bagaimana gambaran work-family conflict pada perawat

yang bekerja dengan sistem shift, sehingga dapat memberikan saran yang tepat

pada pihak perusahaan agar dapat mengatasi work-family conflict sehingga dapat

meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja karyawan dan perusahaan itu

sendiri.

E. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah penelitian ini

dilakukan, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang

menjadi objek penelitian. Memuat tentang shift kerja, dan

work-family conflict .

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan diungkapkan definisi operasional dari variable

penelitian, dimana pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah

(26)

metode pengumpulan data, dan prosedur analisis data yang akan

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Work-Family Conflict

1. Definisi Work-Family Conflict

Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran dipekerjaan

dengan peran didalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985). Jam kerja yang

panjang dan beban kerja yang berat merupakan pertanda langsung akan terjadinya

konflik pekerjaan-keluarga (WFC), dikarenakan waktu dan upaya yang berlebihan

dipakai untuk bekerja mengakibatkan kurangnya waktu dan energi yang bisa

digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas keluarga (Greenhaus & Beutell,

1985).

Menurut Dahrendrof (2002) salah satu jenis dari konflik adalah konflik

antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan dalam

keluarga atau profesi (konflik peran/ role). Frone (1992) mengatakan kehadiran

salah satu peran (pekerjaan) akan menyebabkan kesulitan dalam memenuhi peran

tuntutan peran yang lain (keluarga), harapan orang lain terhadap berbagai peran

yang harus dilakukan seseorang dapat menimbulkan konflik. Konflik terjadi

apabila harapan peran mengakibatkan seseorang sulit membagi waktu dan sulit

untuk melaksanakan salah satu peran karena hadirnya peran yang lain.

Frone, Rusell & Cooper (1992) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga

(28)

melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga

secara utuh, sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga

dan keluarga mengganggu pekerjaan. Pekerjaan mengganggu keluarga, artinya

sebagian besar waktu dan perhatian dicurahkan untuk melakukan pekerjaan

sehingga kurang mempunyai waktu untuk keluarga. Sebaliknya keluarga

mengganggu pekerjaan berarti sebagian besar waktu dan perhatiannya digunakan

untuk menyelesaikan urusan keluarga sehingga mengganggu pekerjaan. Konflik

pekerjaan-keluarga ini terjadi ketika kehidupan rumah seseorang

Jadi WFC merupakan salah satu bentuk dari konflik peran dimana secara

umum dapat didefinisikan sebagai kemunculan stimulus dari dua tekanan peran.

Kehadiran salah satu peran akan menyebabkan kesulitan dalam memenuhi

tuntutan peran yang lain. Sehingga mengakibatkan individu sulit membagi waktu

dan sulit untuk melaksanakan salah satu peran karena hadirnya peran yang lain.

2. Jenis-jenis Work-Family Conflict

Greenhaus dan Beutell dan Gutek et al. (dalam Schabracq, Winnubst, &

Cooper, 2003) menggambarkan tiga tipe konflik yang berkaitan dengan dilema

peran perempuan antara di rumah tangga dan pekerjaan.

a. Time-Based Conflict, yaitu konflik yang terjadi karena waktu yang

digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk

memenuhi peran lainnya, meliputi pembagian waktu, energi dan

kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Dalam hal ini,

(29)

tuntutan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memerankan keduanya tidak

sesuai.

b. Strain Based Conflict yaitu mengacu kepada munculnya ketegangan atau

keadaan emosional yang dihasilkan oleh salah satu peran membuat

seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan perannya yang lain. Sebagai

contoh, seorang ibu yang seharian bekerja, ia akan merasa lelah, dan hal

itu membuatnya sulit untuk duduk dengan nyaman menemani anak

menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Ketegangan peran ini bisa termasuk

stress, tekanan darah meningkat, kecemasan, keadaan emosional, dan

sakit kepala.

c. Behavior Based Conflict, yaitu konflik yang muncul ketika pengharapan

dari suatu perilaku yang berbeda dengan pengharapan dari perilaku peran

lainnya. Ketidaksesuaian perilaku individu ketika bekerja dan ketika di

rumah, yang disebabkan perbedaan aturan perilaku seorang wanita karir

biasanya sulit menukar antara peran yang dia jalani satu dengan yang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda

Stoner dan Charles (1990) menyatakan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi konflik peran ganda, yaitu :

i. Time pressure, semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja

maka semakin sedikit waktu untuk keluarga.

ii. Family size dan support, semakin banyak anggota keluarga maka

semakin banyak konflik, dan semakin banyak dukungan keluarga maka

(30)

iii. Kepuasan kerja, semakin tinggi kepuasan kerja maka konflik yang

dirasakan semakin sedikit.

iv. Marital and life satisfaction, ada asumsi bahwa wanita bekerja memiliki

konsekuensi yang negatif terhadap pernikahannya.

v. Size of firm, yaitu banyaknya pekerja dalam perusahaan mungkin saja

mempengaruhi konflik peran ganda seseorang.

B.Shift Kerja

1. Definisi Shift Kerja

Sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi

peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk

mengoperasikan pekerjaan (Muchinsky,1997). Sistem shift digunakan sebagai

suatu cara yang paling mungkin untuk memenuhi tuntutan akan kecendrungan

semakin meningkatnya permintaan barang-barang produksi. Sistem ini dipandang

akan mampu meningkatkan produktifitas suatu perusahaan yang

menggunakannya.

Menurut Landy (dalam Muchinsky, 1997), jadwal kerja shift adalah

adanya pengalihan tugas atau pekerjaan dari satu kelompok karyawan pada

kelompok karyawan yang lain. Sedangkan Riggio (1990) mendefinisikan shift

kerja sebagai suatu jadwal kerja dimana setiap karyawan secara bergantian datang

ke tempat kerja agar kegiatan operasional tetap berjalan.

Gordon dan Henifin (dalam Muchinsky, 1997), mengatakan bahwa shift

(31)

biasanya, akan tetapi jam kerja tetap dimulai dari pukul 07.00 – 09.00 pagi.

Sedangkan White dan Keith (dalam Riggio, 1990), mendefinisikan shift kerja

sebagai jadwal kerja diluar periode antara jam 08.00 – 16.00. Pigors dan Myers

(dalam Aamodt,1991), mengatakan shift kerja adalah suatu alternatif untuk

memperpanjang jam kerja bagi kehadiran karyawan bila itu dibutuhkan untuk

meningkatkan hasil produksi.

Pelaksanaan dari shift itu sendiri adalah dengan cara bergantian, yakni

karyawan pada periode tertentu bergantian dengan karyawan pada periode

berikutnya untuk melakukan pekerjaan yang sama. Karyawan yang bekerja pada

waktu normal digunakan istilah diurnal, yaitu individu atau karyawan yang selalu

aktif pada waktu siang hari atau setiap hari. Sedangkan karyawan yang bekerja

pada waktu malam hari digunakan istilah nocturnal, yaitu individu atau karyawan

yang bekerja atau aktif pada malam hari dan istirahat pada siang hari (Riggio,

1990).

Adapun definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah, bahwa shift

kerja merupakan sistem pengaturan waktu kerja yang memungkinkan karyawan

berpindah dari satu waktu ke waktu yang lain setelah periode tertentu, yaitu

dengan cara bergantian antar kelompok kerja satu dengan kelompok kerja yang

lain sehingga memberi peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang

(32)

2. Pembagian Jadwal Shift Kerja

Tidak ada keseragaman waktu shift kerja, bermacam-macam perusahaan

menggunakan shift yang berbeda. Biasanya dalam sehari dibagi menjadi tiga shift

masing-masing selama delapan jam (Muchinsky, 1997), yaitu :

1) Shift pagi pukul 07.00 – 15.00

2) Shift siang pukul 15.00 – 23.00

3) Shift malam pukul 23.00 – 07.00

Duchon (dalam Timpe, 1992), membagi jadwal shift kerja menjadi :

a. 8 jam : terdiri dari shift pagi, shift siang dan shift malam.

b. 12 jam : terdiri dari shift pagi dan shift malam.

Duchon (dalam Timpe, 1992) juga menambahkan, bahwa shift kerja

tersebut memiliki rotasi, yang merupakan pergantian jadwal kerja antara

karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya. Ada dua bentuk rotasi, yaitu :

a. 4 – 4 : yaitu, jadwal shift kerja 4 hari kerja dan 4 hari libur.

b. 2 – 3 – 2 : yaitu, jadwal shift kerja 2 hari kerja, 3 hari libur dan 2 hari

kerja.

Jadwal kerja 2-3-2 ini adalah jadwal shift kerja yang paling sering

digunakan oleh pabrik-pabrik atau perusahaan yang bergerak di bidang jasa

pelayanan.

Jadi pembagian jadwal shift kerja adalah, bahwa shift kerja terdiri dari 8

(33)

shift siang dan shift malam, sedangkan shift kerja 12 jam dibagi menjadi shift pagi

dan shift malam.

3. Pengaruh Shift Kerja

Sistem shift kerja memberikan kemungkinan meningkatnya hasil produksi

perusahaan sehubungan dengan permintaan barang-barang produksi yang juga

meningkat. Selain berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas perusahaan

ternyata sistem shift kerja ini juga membawa dampak yang kurang baik, terutama

terhadap kesehatan karyawan baik secara fisik, sosial maupun psikologis. Keluhan

psikologis yang dialami karyawan adalah ,mereka merasa depresi, tidak puas

terhadap jam kerja mereka, menjadi cepat marah dan stress.

Sedangkan menurut Bohle dan Tilley (2002), kerja dengan sistem shift

ternyata memberikan dampak terhadap karyawan yang dapat mempengaruhi :

1. Kualitas Hidup

Shift kerja memiliki dampak terhadap kualitas kehidupan dari individu

atau karyawan yang bekerja dengan sistem shift. Hal ini tersebut berkaitan

dengan masalah kesehatan, kebiasaan makan, kebiasaan tidur (circardian

rhytms), stress, dan juga hubungan interpersonal dalam kehidupan sosial

individu.

2. Kinerja

Dampak shift kerja pada karyawan terlihat dari kinerja mereka selama

melakukan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana tingkat

(34)

3. Kelelahan

Pada umumnya karyawan yang bekerja dengan sistem shift lebih sering

mengeluh mengenai kelelahan dalam bekerja. Hal tersebut merupakan

pemicu utama yang dapat menyebabkan karyawan stress dalam bekerja.

Aamodt (1991), melaporkan hasil penelitian dari beberapa survey yang

menunjukkan bahwa shift kerja cenderung menimbulkan terganggunya fungsi

tubuh, seperti gangguan tidur dan masalah pencernaan. Selain itu shift kerja juga

memberikan pengaruh pada karyawan yang berkaitan pada hubungan dengan

keluarganya, partisipasi sosial dan kesempatan untuk beraktifitas diwaktu luang.

Muchinsky (1997) mengungkapkan, bahwa karyawan yang bekerja dengan

sistem shift mengalami banyak masalah psikologis yang dihubungkan dengan

gangguan irama sirkulasi, bahwa tubuh telah terprogram untuk mengikuti ritme

tertentu. Shift kerja ini mengganggu ritme tidur, makan dan pencernaan serta ritme

bekerja karyawan, sehingga karyawan sering mengeluh kurang tidur, kurang nafsu

makan dan mudah marah. Menurut Aamodt (1991), shift kerja memberikan efek

lebih pada pekerja laki-laki, sedangkan pekerja wanita cenderung menyesuaikan

jadwal mereka pada kebutuhan rumah tangga.

Kerja shift memang menimbulkan efek-efek tertentu bagi karyawan, tetapi

seberapa jauh efek tersebut muncul ditentukan oleh beberapa faktor (Aamodt,

1991), yaitu :

a) Waktu shift, yaitu pada shift dimana karyawan bekerja, apakah pada

(35)

karakteristik tersendiri yang relatif berbeda satu sama lain.

Karakteristik tiap shift yang berbeda ini akan membawa efek yang

berbeda pula pada karyawan.

b) Frekuensi rotasi, berapa sering jadwal tersebut berputar. Semakin

sering berpindah shift maka akan semakin banyak masalah yang

ditimbulkan.

c) Keluarga, pembagian waktu untuk anggota keluarga, bagaimana

menyesuaikan waktu yang dimiliki oleh karyawan dengan waktu yang

dimiliki anggota keluarga yang lain.

d) Kemampuan adaptasi ritme tubuh; bagaimana tubuh dapat

menyesuaikan atau beradaptasi dengan jadwal kerja shift tersebut. Jika

tubuh tidak dapat beradaptasi dengan cepat maka dapat timbul masalah

kesehatan pada karyawan.

e) Keunikan kerja shift atau kesempatan untuk bersosialisasi; efek sosial

dari kerja shift sebetulnya dapat dikurangi jika suatu daerah banyak

organisasi atau perusahaan yang juga memberlakukan kerja shift.

Semakin banyak yang menggunakan jadwal kerja shift akan semakin

banyak rumah makan, toko-toko, pabrik yang buka pada malam hari,

sehingga makin banyak pula individu-individu yang dapat diajak untuk

(36)

Secara garis besar, Mc.Cormick (dalam Glueck, 1982) mengungkapkan

sistem shift kerja akan memberikan pengaruh pada :

a) Karyawan itu sendiri; meliputi kesehatan fisik, hubungan keluarga,

partisipasi sosial, sikap keluarga dan sebagainya.

b) Perusahaan; seperti pada produktifitas, absensi, turn-over dan sebagainya.

4. Alasan Perusahaan Menggunakan Jadwal Shift

Glueck (1982) menyatakan, ada beberapa alasan mengapa suatu organisasi

atau perusahaan menggunakan jadwal kerja shift, yaitu :

a. Karena kemajuan teknologi; pada proses industri yang berkesinambungan,

seperti pada perusahaan minyak, kimia, dimana mesin-mesin tidak dapat

sewaktu-waktu dihentikan tanpa menimbulkan kerugian biaya.

b. Alasan ekonomi; biaya peralatan yang harus dikeluarkan, jika hanya satu

shift mungkin terlalu mahal.

c. Permintaan pasar, yaitu terdapat peningkatan permintaan terhadap produk

tertentu sehingga dibutuhkan lebih dari satu shift.

Beberapa jasa juga harus beroperasi dalam 24 jam, seperti rumah sakit,

pompa bensin, pabrik, pemadam kebakaran, dan polisi (Glueck,1982). Sehingga

banyak dari pihak orang atau perusahaan mengambil kebijakan untuk

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Permasalahan yang ingin dilihat dalam penelitian ini sesuai dengan yang

telah dikemukakan pada Bab I Pendahuluan adalah untuk mendapatkan gambaran

work-family conflict pada perawat wanita yang bekerja dengan sistem shift.

Karena itu, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

deskriptif.

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai

kekhususan objek studi misalnya menggambarkan ciri-ciri, karakteristik, kondisi

suatu gejala, orang atau kelompok. Penelitian ini tidak untuk meramalkan hasil

tapi hanya ingin melihat gambaran mengenai objek studi atau menggambarkan

penyebaran frekuensi (Irmawati dkk, 2003).

A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

work-family conflict

B. DEFINISI OPERASIONAL

Work-Family Conflict merupakan salah satu bentuk dari konflik peran

dimana munculnya stimulus dari dua tekanan peran. Work-Family Conflict ini

(38)

Conflict yang terdiri dari Time-based conflict, Strain-based conflict, dan

Behavior-based conflict.

Semakin tinggi skor yang diperoleh seseorang dalam Skala Work-Family

Conflict yang diberikan, artinya semakin tinggi Work-Family Conflict yang

dimiliki seseorang, yang menunjukkan semakin tinggi konflik peran yang

dialaminya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh seseorang dalam

Skala Work-Family Conflict yang diberikan, artinya semakin rendah Work-Family

Conflict yang dimiliki seseorang, yang menunjukkan semakin rendah konflik

peran yang dialami.

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai

minimal satu sifat yang sama atau ciri-ciri yang sama dan untuk siapa kenyataan

yang diperoleh dari subjek penelitian hendak digeneralisasi (Hadi, 2000).

Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah perawat wanita yang bekerja

dengan sistem shift, dalam hal ini seluruh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Padangsidimpuan.

Penelitian ini merupakan peneliti populasi karena melibatkan seluruh

(39)

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan tujuan

penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data

penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala.

Azwar (2004) mengemukakan kebaikan – kebaikan skala dan alasan –

alasan penggunaanya, yaitu:

1. Pernyataan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan

refleksi dari keadaan subjek sendiri yang tidak disadari

2. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal

3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap

dari pertanyaan skala.

Pengambilan data work-family conflict dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan skala work-family conflict. Skala ini merupakan skala

psikologis yang terdiri dari butir pernyataan yang disusun oleh peneliti

berdasarkan teori Greenhaus & Beutell, 1985. Model skala work-family conflict

ini menggunakan skala Likert. Aitem terdiri dari pernyataan dengan lima pilihan

jawaban yaitu : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), dan

STS (Sangat Tidak Setuju). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable

(mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak

(40)

4, N = 3, TS = 2, STS = 1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan

unfavourable adalah SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, STS = 5.

Tabel 1

Distribusi aitem skala work-family conflict sebelum uji coba

No Aspek Indikator

Jumlah aitem yang akan dibuat dalam skala work-family conflict adalah sebanyak

60.

Tabel 2

Kategorisasi Norma Nilai Work-family Conflict

Rentang nilai Kategorisasi

X < (µ - 1,0

σ

) Rendah

(41)

(µ + 1,0

σ

) ≤ X Tinggi

Keterangan tabel 2:

µ = mean skor kecerdasan adversitas

σ = standar deviasi

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial khususnya

Psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi

sangat penting, artinya kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila

didasarkan pada info yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2001). Dengan

memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpulan data dalam

mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas

alat ukur yang akan diukur.

1. Validitas Alat Ukur

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala pada

penelitian ini mampu menghasilkan data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya.

Validitas alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu

validitas yang menunjukkan sejauh mana aitem dalam skala mencakup

keseluruhan isi yang hendak diungkap oleh tes tersebut. Hal ini berarti isi alat

ukur tersebut harus komprehensif dan memuat isi yang relevan serta tidak keluar

(42)

Penilaian validitas isi tergantung pada penilaian subjektif individual. Hal

ini dikarenakan estimasi validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun

melainkan dengan analisis rasional dan melalui professional judgement (Azwar,

2000). Dalam penelitian ini, peneliti meminta professional judgement yaitu dosen

pembimbing peneliti.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang

tidak memiliki atribut yang diukur. Suatu tes atau instrument pengukur dikatakan

mempunyai daya beda aitem yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan

fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2000).

Uji daya beda aitem terhadap skala dilakukan dengan menghitung

koefisien korelasi antar skor aitem dengan skor total skala. Teknik analisis

korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Meamon. Prosedur pengukuran

konsistensi item total ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total yang

dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2000). Uji daya beda item ini akan

dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini yaitu, skala work-family conflict.

Setiap butir item pada skala akan dikorelasikan dengan skor total skala. Prosedur

pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (p<0,05). Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16.0 For Windows.

(43)

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Reliabilitas mengacu pada

konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat

dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan

oleh faktor error (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya.

Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke

waktu (Azwar, 2004).

Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas menggunakan pendekatan

internal konsistensi yang prosedurnya hanya melakukan satu kali pengenaan tes

pada sekelompok subjek (Azwar, 2004). Teknik yang digunakan adalah koefisien

Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS version 16.0 For Windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Sebelum melakukan pengambilan data yang sebenarnya, terlebih dahulu

dilakukan uji coba alat ukur penelitian untuk mengetahui kualitas dari

masing-masing aitem. Uji coba alat ukur penelitian dilakukan terhadap 100 orang perawat

Di Padang Sidempuan. Untuk melihat daya beda item pada suatu skala, akan

dilakukan analisa dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 16 for

Windows kemudian nilai corrected item correlation yang diperoleh dibandingkan

dengan koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan interval kepercayaan

95% yang memiliki harga kritis mulai dari (harga kritis untuk n=58). Akan tetapi

dalam penelitian ini, peneliti memakai kriteria pemilihan item berdasarkan

(44)

koefisien korelasi sebesar minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan

(Azwar, 2000).

1. Uji Coba Skala Work-Family Conflict

Berdasarkan hasil estimasi daya beda aitem dan reliabilitas terhadap data uji coba

yang telah diperoleh, maka koefisien alpha keseluruhan butir pernyataan sebesar

0.903, sedangkan berdasarkan daya beda aitem ditemukan 25 aitem yang gugur

atau tidak dapat digunakan lagi dan ada 33 aitem yang dapat digunakan. Distribusi

aitem setelah uji coba skala work-family conflict dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 3

Distribusi aitem skala work-family conflict setelah uji coba

(45)

Sebelum skala work-family conflict ini digunakan dalam penelitian terlebih

dahulu item yang telah memenuhi daya beda dan reliabilitas disusun kembali,

sehingga penyebaran item setelah disusun kembali dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4

Distribusi aitem skala work-family conflict setelah diperbaiki

No Aspek Indikator

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan peneliitan terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut

adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Persiapan Penelitian

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah mempersiapkan dan

pembuatan alat ukur serta uji coba alat ukur. Sebelum suatu alat ukur dibuat maka

(46)

dari alat ukur tersebut. Kemudian dari komponen-komponen tersebut dibuat

sejumlah pernyataan-pernyataan atau item-item. Item-item yang dibuat kemudian

dievaluasi.

Adapun evaluasi yang dilakukan adalah dari segi bidang yang diuji, segi

format dan penulisan item serta dari segi penerjemahan gagasan dalam bahasa

(Suryabrata, 2000). Evaluasi dari segi bidang yang diuji dilakukan dengan

menelaah kembali bersama dosen pembimbing mengenai kejelasan konsep dasar

dan kesesuaian antara item yang dibuat dengan komponen-komponen komitmen

terhadap organisasi yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1996). Evaluasi

dari segi format dan penulisan item dilakukan dengan membuat ukuran dan jenis

tulisan agar lebih mudah dibaca oleh subjek penelitian.

Skala kemudian diujicobakan kepada sampel yang sesuai dengan

karakteristik yang telah ditetapkan. Jumlah skala yang disebar sebanyak 150

eksemplar dan yang kembali sebanyak 100 eksemplar. Kemudian dilakukan uji

daya beda item dan reliabilitas skala komitmen terhadap organisasi. Hasilnya, dari

58 item diperoleh 33 item yang valid dengan reliabilitas skala sebesar. Kemudian

peneliti menyusun kembali item-item yang valid dan dijadikan skala dalam bentuk

buku.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diujicobakan, kemudian peneliti melakukan penelitian

dengan mendatangi subjek penelitian secara langsung dan memberikannya sebuah

skala untuk diisi. Skala yang disebar berjumlah 150 buah skala. Sedangkan

(47)

skala hanya 133 buah skala yang dapat diolah sebagai data penelitian, sedangkan

5 buah skala dinyatakan gugur karena subjek penelitian tidak mengisi identitas

diri.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah data terkumpul seluruhnya, maka data tersebut diolah dengan

menggunakan SPSS versi 16,0 for Windows. Pengolahan data dilakukan sebagai

berikut:

a. Gambaran umum subjek penelitian diperoleh dari jawaban subjek pada

data-data pribadi, diolah, dan digunakan dalam bentuk frekuensi dan

persentase. Perintah yang digunakan pada SPSS versi 16.0 for Windows

adalah “frequencies”.

b. Gambaran mean untuk ketiga komponen komitmen terhadap organisasi

pada perawat diperoleh dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for

Windows dengan perintah “descriptive”.

c. Perbandingan antar mean untuk ketiga komponen Work_family conflict

pada perawat wanita berdasarkan data-data pribadi yang ada akan

diperoleh dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows dengan

perintah “compare means”. Data-data pribadi dalam penelitian ini dibuat

untuk memperkaya hasil penelitian ini dan juga dapat digunakan dalam

(48)

H. METODE ANALISIS DATA

Azwar (2004), menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisa dan

menyajikan data secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan

disimpulkan. Kesimpulan yang dihasilkan selalu dapat dikembalikan langsung pada

data yang diperoleh.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode

statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows Version.

Pertimbangan penggunaan statistik dalam penelitian ini menurut Hadi (2000) adalah:

1. Statistik bekerja dengan angka-angka.

2. Statistik bersifat objektif.

3. Statistik bersifat universal, artinya dapat digunakan hampir pada semua

bidang penelitian.

Untuk mendapatkan gambaran skor work-family conflict pada pekerja

dengan sistem shift digunakan statistik deskriptif. Sebelum dilakukan analisa data,

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji

normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi variabel

work-family conflict pada data penelitian terdistribusi secara normal. Uji

(49)

Data dikatakan terdistribusi normal jika harga p> 0.05 (Hadi, 2000).

Data yang akan diolah yaitu skor minimum, skor maksimum, mean, dan

standar deviasi. Hadi (2000) menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam

penelitian deskriptif didasari oleh angka yang tidak terlalu dalam.

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian.

Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek

penelitian, diikuti dengan gambaran work-family conflict pada karyawan yang

bekerja dengan sistem shift, dalam hal ini perawat yang bekerja di Rumah Sakit

Umum Daerah Padangsidimpuan.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perawat wanita

di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan. Melalui skala yang disebarkan,

diperoleh gambaran subjek penelitian menuurt usia, status pernikahan, dan

ruangan bekerja.

1. Usia Subjek Penelitian

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian pada perawat wanita di

Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penyebaran subjek berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

(50)

Dewasa madya (40-60

tahun)

15 11.3

Total 133 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang dewasa dini

berusia 20-40 tahun sebanyak 117 orang (88.7%) dan subjek yang dewasa madya

berusia 40-60 tahun sebanyak 15 orang (11.3%).

Gambar 1. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

2. Status Pernikahan

Berdasarkan status pernikahan subjek penelitian maka diperoleh data subjek

sebagai berikut.

Tabel 6. Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Frekuensi Persentase (%)

Menikah 97 72.9

Belum Menikah 36 27.1

(51)

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah subjek penelitian yang

telah menikah sebanyak 97 orang (72.93%) dan jumlah subjek penelitian yang

belum menikah sebanyak 36 orang (27.07%).

Gambar 2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan

3. Jumlah Pekerja

Berdasarkan jumlah pekerja, peneliti menggambarkan penyebaran subjek

berdasarkan jumlah dari setiap ruangan yang memiliki tuntutan pekerjaan yang

berbeda-beda. Dimana hal ini akan mempengaruhi munculnya work-family

conflict. Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jumlah pekerja dari setiap

ruangan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Pekerja Dalam Setiap

Ruangan

Ruangan Frequency Percent

Kebidanan 30 22.6

Ruang I 16 12.0

Ruang II 20 15.0

(52)

Ruang IV 10 7.5

ICU 12 9.0

Rawat bedah 11 8.3

VIP 14 10.5

Instalasi Gawat Darurat 10 7.5

Total 133 100.0

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa ruangan terbanyak yang dimiliki

subjek penelitian adalah di Ruangan Kebidanan yaitu sebanyak 30 orang (22.6%),

kemudian diikuti oleh Ruang II yaitu sebanyak 20 orang (15.0%). Pada urutan

ketiga subjek penelitian dari Ruang I sebanyak 16 orang (12.0%), kemudian

urutan selanjutnya ruang VIP sebanyak 14 subjek (10.5%), lalu Ruang ICU

sebanyak 12 orang (9.0%), urutan selanjutnya ruang Rawat Bedah sebanyak 11

orang (8.3%), dan yang terakhir Ruang III, Ruang IV, serta Ruang Instalasi Gawat

Darurat sama-sama berjumlah 10 orang (7.5%).

(53)

B. HASIL PENELITIAN

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum

work-family conflict pada Perawat Wanita di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

berdasarkan usia, status pernikahan dan jumlah pekerja di setiap ruangan, serta

gambaran umum work-family conflict dari ketiga aspek yaitu : time-based conflit,

strain-based conflict, dan behavior-based conflict.

Analisa gambaran work-family conflict dapat dilakukan dengan mean, nilai

maksimum dan nilai minimum yang dimiliki subjek penelitian. Penggolongan

pada masing-masing komponen dilakukan dengan rumus kategorisasi sebagai

berikut:

Tabel 8. Rumus kategorisasi work-family conflict

Rentang nilai Kategorisasi

X < (µ - 1,0

σ

) Rendah

(µ - 1,0

σ

) ≤ X < (µ + 1,0

σ

) Sedang

(µ + 1,0

σ

) ≤ X Tinggi

(54)

μ : rata-rata nilai work-family conflict

σ : standar deviasi

1. Gambaran Umum Work-family conflict pada Perawat Wanita di Rumah

Sakit Umum Padangsidimpuan

Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkap work-family conflict pada

perawat wanita di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan sebanyak 33 aitem.

Berikut adalah hasil perhitungan mean score empirik dan mean score hipotetik

pada Tabel 9.

Tabel 9.Gambaran mean, nilai minimum, dan nilai maksimum work-family

conflict

Variabel N Minimum Maksimum Mean

Hipotetik

Mean

Empirik

Std.

Deviasi

Work-family

conflict

33 33 165 99 69.94 22

Tabel 10.Gambaran kategorisasi work-family conflict pada perawat wanita di

Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan secara umum

(55)

Work-Family

Conflict

Rendah : X ≤ 77 91 orang 68.42 %

Sedang : 77 ≤ X < 121 42 orang 31.58 %

Tinggi : X ≥ 121 0 orang 0 %

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 133 orang subjek

penelitian, 91 orang (68.42%) memiliki skor Work-family conflict rendah, 42

orang (31.58%) Work-family conflict yang sedang, dan tidak ada (0%) orang yang

mengalami Work-family conflict yang tinggi. Secara umum subjek penelitian

memiliki Work-family conflict yang rendah.

2. Gambaran Umum Work-family Conflict pada Perawat Wanita

Berdasarkan Aspek Work-family Conflict

Tabel 11. Gambaran mean, nilai minimum, dan nilai maksimum komponen

work-family conflict

Komponen N Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi

Time-based conflict 11 11 55 33 7.33

Strain-based conflict 12 12 60 36 8

Behavior-based

conflict

10 10 50 30 6.66

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa nilai mean time-based conflit pada

perawat di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan adalah 33 yang berarti bahwa

perawat di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan memiliki Time-based conflict

(56)

Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan memiliki strain-based conflict yang

sedang. Behavior-bassed conflict memiliki mean sebesar 30 yang berarti bahwa

perawat di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan memiliki behavior-based

conflict yang sedang.

Tabel 12. Gambaran Kategorisasi Komponen Work-Family Conflict

Komponen Kategorisasi Jumlah

Time-based conflict Tinggi : X ≥ 40.3 0 orang

Dari tabel 12 dapat dilihat skor setiap komponen work-family conflict

subjek penelitian. Untuk time-based conflict, dari 133 orang subjek penelitian, 94

orang (70.7%) memiliki skor time-based conflict yang rendah, 39 orang (29.3%)

memiliki skor based conflict yang sedang, dan tidak ada yang memiliki

time-based conflict yang tinggi (0%). Untuk strain-time-based conflict, dari 133 orang

subjek penelitian, 88 orang (66.2%) memiliki skor strain-based conflict yang

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel 4
Gambar 1. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi social skill perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Mean

digunakan atau tidak untuk menurunkan time-based work-family conflict pada wanita.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran dimensi work family conflict pada operator wanita bagian weaving yang sudah berkeluarga di PT ‘X’ Kota Bandung.. Pemilihan

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dimana responden menyatakan selalau atau tidak pernah mengalami Work Family Conflict dengan pilihan

Hubungan antara Work-family Conflict dengan Motivasi Berprestasi pada Wanita yang Bekerja sebagai Agen Asuransi ... Hipotesis

Judul Tesis : Psikopatologi pada Perawat Wanita Usia Perimenopause di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Nama Mahasiswa : Mila

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan work family conflict dengan psychological well- being pada ibu yang bekerjasebagai perawat di RS Sumber

Hubungan antara Dukungan Sosial Suami dengan Work Family Conflict pada Wanita yang Bekerja di Bagian Administrasi Universitas ... Identifikasi Variabel