• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Work Family Conflict pada Perawat Wanita yang sudah Berkeluarga di Rumah Sakit "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Work Family Conflict pada Perawat Wanita yang sudah Berkeluarga di Rumah Sakit "X" Bandung."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran lebih detil mengenai derajat work family conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” di Bandung. Peneliti tertarik dengan penelitian ini karena perawat merupakan sumber daya manusia yang penting di rumah sakit. Mereka memberikan pelayanan secara konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada pasien setiap hari. Selain di rumah sakit, mereka juga memiliki peran penting di rumah sebagai seorang ibu dan istri. Mereka memiliki tanggung jawab kepada anak dan suami serta harus mengurus rumah tangga. Kedua peran ini saling mempengaruhi dan memiliki konsekuensi satu dengan yang lainnya. Keterbatasan waktu, tenaga dan besarnya tuntutan di salah satu peran menjadi faktor munculnya ketidakseimbangan di peran di keluarga dan di pekerjaan. Hal tersebut yang akan mempengaruhi derajat work family conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” Bandung.

Penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel purposive samplin,g yang dilakukan kepada 70 perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit

“X” Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, berupa data utama mengenai enam dimensi work family conflict dan data penunjang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi work family conflict.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa sebanyak 72,9% perawat wanita yang sudah berkeluarga mengalami work family conflict yang sedang. Sebanyak 15,7% mengalami work family conflict yang rendah, dan sebanyak 11,4% mengalami work family conflict yang tinggi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar perawat wanita yang

sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” di Bandung mengalami work family conflict

yang sedang. Artinya perawat tersebut mengalami work family conflict namun mereka masih mampu mengatasinya. Work family conflict yang presentasenya dominan adalah behaviour WIF rendah dan time FIW sedang. Dari data penunjang didapatkan faktor yang memiliki keterkaitan dengan FIW sedang adalah memiliki anak usia balita dan tidak memiliki pembantu. Hal tersebut menghambat pemenuhan peran sebagai perawat.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha

Abstract

The purpose of this research is to get a more detail representation of the work family conflict degree on female nurses who have been married at the “X” hospital in Bandung. Researcher is interested with this research because nurses are important human resources in the hospital. They provide the services constantly and continuously for 24 hours to the patients every day. Besides, they also have an important role at home as mother and wife. They have the responsibility to their children and husband and also taking care the household. Both of these roles affect each other and have the consequences with each other. The limitation of time, energy and the amount of charge in one of these roles can be the factor for the emergence of imbalance roles in the family and at work. These things will affect the work family conflict degree on female nurses who have been married at “X” hospital in Bandung.

This research is using purposive sampling method with 70 married womed

nurses at “X” hospital in Bandung. The measuring instruments which are used are questionnaires, in a form of main data about six dimensions of work family conflict and the support data of the factors which influence work family conflict.

From the result of data processing, it can be concluded that 72.9% of female nurses who have been married experienced moderate work family conflict. 15.7% experienced low work family conflict and 11.4% experienced high work family conflict.

The conclusion of this research is most of the female nurses who have been in

a marriage at “X” hospital in Bandung experienced moderate work family conflict. It means that the nurses experienced the work family conflict but they are still able to overcome it. The work family which is experienced by the female nurses that has dominant percentage are low behavior WIF and moderate time FIW. From the support data, the factor which has a relation with the moderate time FIW is found, which is having children under the age of 5 and not having a housekeeper so it stalled their tasks fulfillment as nurses.

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pikir ... 9

(4)

x Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Peran dan Konflik Peran ... 17

2.2 Definisi Work Family Conflict ... 18

2.2.1 Bentuk Work Family Conflict ... 18

2.2.2 Sumber atau Penyebab Work Family Conflict ... 21

2.2.3 Dimensi Work Family Conflict ... 21

2.3 Definisi Perawat dan Peran Serta Fungsi Perawat ... 22

2.3.1 Definisi Perawat ... 22

2.3.2 Peran Serta Fungsi Perawat ... 23

2.4 Definisi Shiftwork ... 27

2.5 Dampak Shiftwork ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 30

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 30

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

3.3.1 Variabel Penelitian ... 31

3.3.2 Definisi Operasional ... 31

3.4 Alat Ukur ... 32

3.4.1 Alat Ukur Work Family Conflict ... 32

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 34

3.4.3 Sistem Penilaian ... 34

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 35

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 35

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 36

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.5.1 Populasi Sasaran ... 36

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 37

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.6 Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 39

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 39

4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Rata-rata Jam Kerja Per-minggu ... 40

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 40

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Kepemilikan Pembantu Rumah Tangga atau Pengasuh Anak ... 41

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 41

4.1.6 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil ... 42

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 42

4.2.1 Gambaran Mengenai Work Family Conflict ... 42

4.2.2. Gambaran Mengenai Arah Work Family Conflict ... 43

4.2.3. Gambaran Mengenai Dimensi Work Family Conflict ... 44

4.2.4 Gambaran Mengenai Dimensi Work Family Conflict pada Keseluruhan Responden ... 44

4.3 Pembahasan ... 47

(6)

xii Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 60

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan ... 60

5.2.2 Saran Bagi Kegunaan Praktis ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 33

Tabel 3.2 Skor Jawaban ... 34

Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 35

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 36

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 39

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Rata-rata Jam Kerja Per-minggu ... 40

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Total Masa Kerja ... 40

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Kepemilikan Pembantu Rumah Tangga atau Pengasuh Anak ... 41

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 41

Tabel 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil ... 42

(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Alat Ukur ... L-1 Lampiran 2 Tabel Validitas ... L-3 Lampiran 3 Tabel Reliabilitas ... L-4 Lampiran 4 Kata Pengantar Kuesioner ... L-5 Lampiran 5 Letter Of Consent ... L-6

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Kegiatan di rumah sakit dilakukan oleh tenaga non medis dan tenaga medis. Tenaga non medis yang membantu pelayanan di rumah sakit antara lain adalah administrasi, laundry, kebersihan, dapur, dan tukang kebun. Sedangkan tenaga medis adalah dokter, perawat, tenaga laboratorium, radiologi, dan apoteker. (http://directory.umm.ac.id/Data%20Elmu/pdf/frida7.pdf).

Menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2002, perawat merupakan sumber daya manusia yang penting di rumah sakit karena mereka memberikan pelayanan secara konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada pasien setiap hari (Yani, 2007). Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi kualitas pelayanan di rumah sakit. Dengan demikian berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Untuk menjadi perawat yang baik, seseorang harus memiliki rasa peduli, empati, dan penuh belas kasih untuk memberikan pasien layanan terbaik. Seorang perawat juga harus bertanggung jawab dan berorientasi pada tugas keperawatan yang bersifat detail misalnya membuat catatan yang akurat, bekerja dengan peralatan medis yang mahal atau obat dengan dosis tinggi. Kestabilan emosinal juga sangat penting karena seorang perawat mungkin sering menghadapi keadaan darurat, misalnya orang sakit dengan keluarga yang tertekan serta situasi sulit lainnya. The American Nurses

Association juga mencatat bahwa perawat yang baik mampu bertindak sebagai

advokasi bagi pasien, mampu beradaptasi dan

terdidik.(http://krisnalarasati.blogspot.com/2010/05/pentingnya-kecerdasan-emosi-bagi.html)

Pada umumnya perawat memiliki sistem kerja shift. Shiftwork adalah pengaturan jam kerja sehari-hari yang berbeda dari waktu kerja standar (Smith, Folkard, & Fuller dalam Quick & Tetrick, 2010). Setiap hari kerjanya tidak sama karena adanya perputaran shift antar perawat satu dengan yang lainnya. Di Rumah

Sakit “X” Bandung perawat yang bekerja dengan sistem kerja shift, mempunyai 3

waktu shift, yaitu pagi, siang, dan malam dari hari senin sampai minggu. Untuk shift pagi dimulai pukul 07.00 sampai 14.00, sedangkan untuk shift siang dimulai pukul 14.00 sampai 21.00, dan untuk shift malam dimulai pukul 21.00 sampai 07.00. Untuk

shift pagi dan siang waktu kerjanya adalah 7 jam sedangkan untuk shift malam waktu

kerja lebih lama yaitu 10 jam.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha atau hari libur nasional kecuali apabila mereka mendapatkan waktu libur sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Menurut beberapa penelitian sistem kerja shift ini memiliki dampak-dampak yang berupa keluhan baik psikis maupun fisik (Costa, Folkard, & Harrington dalam Quick & Tetrick, 2010). Hal ini disebabkan oleh stres fisik dan psikologis yang berkembang dari jadwal bekerja yang terkait dengan gangguan fungsi biologis, waktu tidur, dan kehidupan sosial dan keluarga. Dengan demikian perawat dengan sistem kerja shift di Rumah Sakit “X” Bandung pun rentan mengalami dampak psikis dan fisik tersebut.

Berdasarkan survey awal kepada 17 perawat wanita yang sudah berkeluarga

di Rumah Sakit “X” Bandung, sebagai perawat mereka memiliki tugas dan tanggung

jawab yang telah ditentukan oleh rumah sakit yaitu memeriksa kelengkapan pelayanan kepada pasien, pemeriksaan medis, bekerja sama dengan dokter dalam memberikan tindakan seperti pemberian obat, merencanakan prosedur pelayanan berdasarkan jenis penyakit pasien, memasukan data administrasi pasien dan membantu pasien yang memerlukan pertolongan perawat.

Hasil survey awal tersebut juga mendapatkan fenomena mengenai keterbatasan jumlah perawat saat bertugas, sehingga membuat perawat merasakan kesulitan saat ada beberapa pasien yang membunyikan bel tanda membutuhkan tenaga perawat dalam waktu yang hampir bersamaan. Apabila ada rekan kerjanya yang tidak masuk maka perawat harus menggantikan bagian pekerjaan perawat lain yang tidak masuk sementara mereka juga harus mengerjakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha suntik dan obat-obatan terkadang tidak ada stoknya sehingga harus mencari terlebih dahulu ke bagian lain yang lokasinya dirasakan kurang strategis. Kondisi itu membuat perawat terlambat untuk melakukan tindakan kepada pasien.

Hambatan yang dirasakan perawat ketika berhubungan dengan pasien adalah pasien dan keluarga yang kurang mengerti ketika diberi penjelasan mengenai obat-obatan serta biayanya sehingga membuat perawat harus menjelaskan berulang-ulang. Pasien dan keluarga juga terkadang tidak sabar menunggu pelayanan dari perawat sehingga mengeluh mengenai kurangnya pelayanan yang diberikan.

Dilain pihak jika tuntutan pekerjaan perawat tidak dilakukan dengan baik mereka akan mendapatkan sanksi. Biasanya sanksi yang mereka dapatkan berupa teguran dari kepala perawat. Terkadang mereka juga mendapatkan teguran dari pasien atau keluarga pasien ketika pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan pasien dan keluarga atau jika ada keterlambatan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Untuk sanksi berat mereka akan diberikan Surat Peringatan atau bahkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha dalam kehidupan keluarga mereka akan mendapatkan teguran atau keluhan dari suami dan anak.

Dalam kehidupan wanita yang sudah berkeluarga dan bekerja sebagai perawat tidak terlepas dari peran ganda yang harus dijalaninya. Kedua peran ini saling mempengaruhi dan memiliki konsekuensi satu dengan yang lainnya. Menjalani dua peran sekaligus sebagai seorang perawat dan sebagai ibu rumah tangga, tidaklah mudah. Mereka harus mampu menyeimbangkan tuntutan dan harapan dari keluarga dan pekerjaan. Keterbatasan waktu, tenaga dan besarnya tuntutan di salah satu peran menjadi faktor munculnya ketidakseimbangan di peran di keluarga dan di pekerjaan.

Ketidakseimbangan yang terjadi secara berkelanjutan dalam kurun waktu yang cukup lama dapat menimbulkan stress yang dirasakan oleh perawat. Perawat dituntut untuk bekerja dan memberikan pelayanan secara optimal kepada pasien. Disisi lain keluarga perawat juga membutuhkan perhatian yang sama. Sering kali perawat tidak dapat memenuhi tuntutan dan harapan kedua peran tersebut. Saat keluarga membutuhkannya, perawat harus tetap melakukan bekerja dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Perawat sering merasa bersalah dan sedih karena tidak dapat memenuhinya tuntutan di keluarga. Begitu pula sebaliknya, saat perawat tidak dapat memenuhi tuntutan di pekerjaan karena stress dengan masalah keluarga yang belum terselesaikan, maka mereka menjadi iba kepada pasien karena tidak dapat memberikan perawatan yang optimal. Keluhan yang datang baik dari pasien dan keluarga dapat juga menimbulkan stress dan munculnya sikap kurang bersahabat dari perawat seperti terlihat acuh atau mudah marah baik kepada pasien atau kepada anggota keluarga maupun suami dan anak di rumah.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha didapatkan hasil-hasil sebagai berikut : menurut Farhadi, Sharifian, Feili, & Shokrpour, 2013 ditemukan bahwa perawat wanita yang sudah berkeluarga memiliki konflik lebih tinggi pada arah WIF daripada FIW. Menurut Fujimoto, Kotani & Suzuki, 2008 menemukan bahwa tugas tiga shift dapat meningkatkan WFC pada perawat wanita yang sudah berkeluarga. Perawat yang dapat mengurangi waktu kerja malamnya akan cenderung berkurang WFC-nya. Menurut Yildiri & Aycan, 2007 menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab dari work family conflict pada arah

work interfering with family (WIF) adalah jadwal kerja yang tidak teratur (shift)

Menurut Grzywacz, Frone, Brewer, & Kovner, 2006 menyatakan bahwa konflik pada arah WIF lebih besar dialami perawat dari pada FIW. 50% perawat menyatakan konflik pada arah WIF yang kronis (terjadi setidaknya sekali seminggu), 41% menyatakan konflik pada arah WIF yang ringan (terjadi kurang dari 1-3 hari per bulan). Sebaliknya, 52% dari perawat menyatakan konflik pada arah FIW yang ringan, dan 11% menyatakan konflik pada arah FIW yang kronis.

Penelitian yang dipaparkan di atas adalah penelitian yang dilakukan di luar negeri. Ada beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia mengenai work family

conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga. Siregar, Darma Yanti, 2011

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Menurut Asra, 2013 menyatakan bahwa work family conflict yang dimiliki oleh perawat RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tergolong rendah. Hal ini terlihat dari 82% perawat wanita memperoleh skor rendah, dan 18% perawat memperoleh skor sedang, sementara tidak ada perawat wanita yang memperoleh skor tinggi. Hal ini berarti bahwa perawat wanita RSUD Dr. Achmad Mochtar bisa menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab terhadap keluarga, dan mereka bisa menemukan cara untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab terhadap keluarga.

Menurut Indriani, Azazah (2009) menemukan bahwa perawat yang mengalami konflik pada arah FIW sebesar 56,30 %. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai FIW adalah sedang. Sedangkan perawat yang mengalami konflik pada arah WIF sebesar 66,14%. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai WIF tergolong tinggi .

Dari beberapa penelitian di atas baik dari luar negeri maupun dari Indonesia, bisa dirangkum kesamaan hasil sebagai berikut : pertama, WFC perawat pada 2 RSUD ternyata rendah pada perawat yang sudah bekerja. Kedua, kecenderangan arah konflik WIF lebih besar daripada FIW pada perawat wanita yang sudah berkeluarga.

Peneliti tetap tertarik untuk meneliti WFC pada perawat yang sudah

berkeluarga di Rumah Sakit “X” Bandung untuk melihat apakah terdapat hasil yang

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha sakit yang mereka kumpulkan setiap hari agar ketiga komponen tersebut dapat terpenuhi dengan baik karena rumah sakit swasta tidak mendapatkan dana subsidi rutin dari manapun. Perawat di rumah sakit swasta memiliki tuntutan pelayanan lebih baik dan lebih berat untuk menjaga kualitas rumah sakit dan kepercayaan pasien. Agar keuntungan hasil usaha dari rumah sakit swasta ini tetap stabil dan terus bisa meningkatkan pelayanan di rumah sakit. Kekhasan lain dari penelitian ini adalah selain melihat gambaran work family conflict secara umum, penelitian ini juga akan melihat bentuk WFC (time, strain, behavior) yang dominan pada perawat yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimanakah derajat dari work family

conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” di

Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud untuk memperoleh gambaran umum mengenai work family conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di

Rumah Sakit “X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

with work (FIW) serta bentuk WFC yaitu time based, strain based, dan behavior based pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Menjadi bahan masukan bagi ilmu Psikologi khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi juga Psikologi keluarga mengenai work family conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” di Bandung. 2. Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk

meneliti mengenai work family conflict dan mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah

Sakit “X” Bandung mengenai konflik yang dialami pada perannya sebagai pekerja

dan sebagai istri, sehingga senantiasa dapat mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul yang diakibatkan karena work family conflict.

2. Memberikan informasi kepada Rumah Sakit mengenai keadaan dari perawat

wanita yang sudah bekerluarga di Rumah Sakit “X” khususnya berkaitan dengan

work family conflict.

1.5 Kerangka Pikir

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha kondisi pasien sehingga dapat memberikan pertolongan yang tepat untuk pasien. Mereka juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan perawat yang lain agar informasi tentang setiap pasien diketahui oleh perawat lainnya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kewajiban perawat, yaitu menjaga keselamatan pasien saat dalam perawatan.

Perawat wanita yang sudah berkeluarga ini juga memiliki tugas dan tanggung jawab lain yang harus dilakukan di rumah. Selain beban pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang wanita yang bekerja, mereka juga memiliki tuntutan peran sebagai istri maupun ibu. Mereka harus dapat berperan aktif dalam mendidik dan mengasuh anak, memiliki waktu yang lebih untuk keluarga dan bertanggung jawab dalam mengatur kebutuhan rumah tangga. Sehingga tidak jarang membuat performa kerja tidak maksimal karena terhambat oleh tuntutan di keluarga. Begitupun sebaliknya tuntutan di keluarga tidak dapat dilakukan dengan baik karena terhambat oleh tuntutan pekerjaan atau disebut work family conflict.

Khan et al.dalam Greenhaus & Beutell (1985), mendefinisikan konflik peran (interrole conflict) sebagai dua tekanan yang terjadi secara bersamaan, ketika pemenuhan satu peran menyebabkan kesulitan untuk pemenuhan peran yang lain.

Interrole conflict adalah sebuah bentuk konflik peran dimana muncul tekanan

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

Work family conflict menurut Greenhaus dan Beutell (1985) adalah sebuah

bentuk interrole conflict dimana tekanan peran yang berasal dari pekerjaan dan keluarga mengalami pertentangan dalam berbagai situasi. Dengan demikian, partisipasi untuk berperan dalam pekerjaan (keluarga) menjadi lebih sulit dengan adanya partisipasi untuk berperan di dalam keluarga (pekerjaan). Bagi seorang perawat menjalani tuntutan yang muncul dari pekerjaan dan keluarga secara bersamaan akan memunculkan konflik dalam pemenuhannya.

Menurut Greenhaus (1985), faktor-faktor penyebab terjadinya konflik kerja keluarga muncul dari area kerja dan keluarga, tetapi keduanya mempunyai kesamaan yaitu saling memberi tekanan. Dari area kerja, yang menjadi faktor penyebab adalah waktu kerja yang padat (banyak lembur), kerja shift, dan tuntutan kerja yang berlebihan. Dari area keluarga, yang menjadi faktor penyebab adalah jumlah anak karena semakin banyak anak akan semakin berat tuntutannya, memiliki anak usia balita dan remaja karena mereka masih memerlukan perhatian dan bimbingan, dan keberadaan anggota keluarga lain yang tidak mendukung. Sebagai contoh adanya kakek atau nenek yang justru perlu dirawat, hal ini bukan merupakan pendukung dalam pengawasan anak tetapi justru membuat tuntutan semakin berat. Faktor-faktor penyebab tersebut mungkin saja muncul dalam waktu yang bersamaan dan dirasakan

oleh para perawat Rumah Sakit “X” Bandung.

Menurut Gutek et al (dalam Carlson & Kacmar 2000) Work Family Conflict dapat muncul dalam dua arah, yaitu : Work Interfering with Family dan Family

Interfering with Work. Work Interfering with Family (WIF) merupakan konflik yang

bersumber dari pekerjaan yang akan mempengaruhi pemenuhan peran di keluarga.

Family Interfering with Work (FIW) merupakan konflik yang bersumber dari

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha Menurut Greenhaus & Beutell (1985) ada tiga bentuk dari Work Family

Conflict, yaitu : Time-Based Conflict, Strain-Based Conflict, dan Behavior-Based Conflict. Time-Based Conflict merupakan suatu konflik yang dialami ketika tekanan

waktu menuntut pemenuhan suatu peran dan menghambat pemenuhan peran yang lain. Waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas di pekerjaan (keluarga) membuat seseorang tidak bisa memenuhi tuntutan waktu pada keluarga (pekerjaan).

Strain-Based Conflict muncul karena ketegangan atau kelelahan pada satu peran

sehingga mempengaruhi kinerja dalam peran yang lain, ataupun ketegangan di satu peran bercampur dengan pemenuhan tanggung jawab di peran yang lain. Sedangkan

Behavior-Based Conflict merupakan suatu konflik yang dimana pola-pola perilaku

dalam satu peran tidak sesuai dengan pola-pola perilaku dalam peran yang lain. Konflik terjadi saat perilaku pada satu peran tidak dapat memenuhi harapan dari untuk peran lain.

Menurut Calson & Kacmar (2000) jika dikombinasikan antara tiga aspek

work family conflict work family conflict, yaitu time, strain, dan behavior dengan dua

arah work family conflict, yaitu work interfering with family (WIF) dan family

interfering with work (FIW) akan menghasilkan enam kombinasi work family conflict, yaitu Timebased WIF, Timebased FIW, Strain based WIF, Strain based

FIW, Behavior based WIF, dan Behavior based FIW. Setiap perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” Bandung dapat mengalami konflik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Time based WIF adalah konflik yang berkaitan dengan tuntutan waktu pada

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha karena waktu kerja yang berbeda setiap harinya. Time based FIW merupakan konflik yang berkaitan dengan tuntutan waktu pada peran dalam keluarga yang menghambat pemenuhan waktu pada peran sebagai pekerja. Tuntutan waktu di rumah yang lebih banyak untuk seorang ibu dan seorang istri membuat perawat datang terlambat saat dinas atau pulang lebih awal. Perawat mengalami konflik karena akan merasa kesulitan dalam pemenuhan tuntutan waktu dalam perannya sebagai perawat Rumah

Sakit “X” Bandung.

Strain based WIF berkaitan dengan kelelahan dalam peran sebagai pekerja

yang menghambat pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga. Peran penting dan tanggung jawab yang besar sebagai seorang perawat di rumah sakit dalam menangani pasien membuat perawat merasa kelelahan, sehingga ketika menjalani perannya sebagai ibu di rumah membuatnya mudah marah karena kelelahan atau memilih untuk langsung istirahat. Strain based FIW berkaitan dengan kelelahan dalam peran di keluarga yang menghambat pemenuhan tuntutan peran sebagai pekerja. Perawat di

Rumah Sakit “X” Bandung merasa kelelahan dalam memenuhi peran sebagai ibu

rumah tangga. Saat anak atau suami sedang sakit di rumah, perawat memilih untuk tidak masuk dinas atau jika perawat masuk dinas pun konsentrasi pekerjaannya akan terganggu karena telah kelelahan saat mengurus anak atau suaminya yang sakit di rumah. Sehingga pekerjaan di rumah sakit dalam penanganan pasien tidak dilakukan secara optimal.

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha sedangkan di rumah yang seharusnya mempunyai otoritas lebih tinggi adalah suami. Hal tersebut dapat menjadi konflik dalam keluarga karena terkadang sikap untuk mengatur di dalam kehidupan rumah tangga lebih dominan daripada suami.

Behaviour based FIW berkaitan dengan tuntutan pola perilaku pada peran

dalam keluarga tidak sesuai dengan tuntutan pola perilaku pada peran sebagai pekerja. Seorang ibu biasanya memiliki sikap yang ramah dan penuh perhatian kepada anak dan suami. Ibu sebagai perawat yang bersedia memberikan perhatian dan kasih sayang kepada seluruh pasien walau dalam kondisi apapun.

Work family conflict dapat memberikan dampak negatif pada area kerja maupun area keluarga. Dampak pada area kerja dapat berkaitan dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, ketidakhadiran, performa kerja, dan kesuksesan karir. Sedangkan dampak pada area keluarga dapat berkaitan dengan kepuasan hidup dan kepuasan pernikahan (Allen et al., 2000)

Dengan banyaknya dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh adanya

work family conflict, peneliti tertarik untuk mengkaji work family conflict yang

(24)

Universitas Kristen Maranatha

(25)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

1. Setiap perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” Bandung pernah mengalami work family conflict.

2. Perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” pernah mengalami

work family conflict terjadi pada dua arah work interfering with family (WIF) dan family interfering with work (FIW).

3. Perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” pernah mengalami

work family conflict yang terjadi dalam tiga bentuk, yaitu time based conflict, strain based conflict, dan bahaviour based conflict.

4. Work interfering with family (WIF) pada perawat wanita dapat terjadi karena

waktu kerja yang padat, waktu kerja yang tidak teratur, tuntutan/beban pekerjaan yang berlebihan.

5. Family interfering with work (FIW) pada perawat wanita di Rumah Sakit “X”

(26)

60 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian work-family conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” di Bandung ditemukan bahwa:

1. Work family conflict dalam derajat sedang merupakan work family conflict dengan

presentase terbesar yang dialami perawat wanita yang sudah berkeluarga.

2. Dilihat dari dimensi-dimensi WFC, behavior work interfering with family

(behavior WIF) dengan derajat rendah dan time interfering with work (time FIW)

dengan derajat sedang merupakan dimensi dengan presentase terbesar yang dialami perawat yang sudah berkeluarga.

3. Faktor-faktor yang mungkin cukup berpengaruh besar pada WFC adalah jam kerja dan usia anak terkecil.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan

Untuk penelitian selanjutnya, dapat melakukan penelitian mengenai perbandingan work family conflict pada perawat wanita yang sudah berkeluarga di

RS “X” Bandung pada jadwal kerja shift dan non shift.

5.2.2 Saran Bagi Kegunaan Praktis

Untuk mengantisipasi masalah yang akan timbul karena work family conflict,

maka disarankan kepada perawat wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” Bandung

(27)

61

Universitas Kristen Maranatha 1. Bagi perawat yang mengalami kesulitan pada dimensi strain FIW, time FIW

strain WIF dan time WIF, peneliti menyarankan agar dilakukan kerjasama dengan

suami maupun anggota keluarga lain dalam membagi tugas dan membuat jadwal di rumah tanpa terbebani oleh pekerjaan di rumah. Dengan demikian, perawat dapat melakukan tugasnya di rumah sakit. Selain itu, dapat lebih mengefektifkan waktu kerja dan mengurangi waktu lembur yang dapat membuat kelelahan saat bekerja serta membuat mereka kehilangan waktu untuk menjalankan perannya di keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peniliti menyarankan beberapa hal berikut kepada pihak rumah sakit:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi WFC pada perawat yang sudah berkeluarga di Rumah Sakit “X” Bandung sehingga dapat mengevaluasi diri agar mampu memenuhi tuntutan baik di lingkungan keluarga maupun kerja dengan baik serta mengurangi WFC yang perawat alami.

(28)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK FAMILY CONFLICT

PADA PERAWAT WANITA YANG SUDAH BERKELUARGA

DI RUMAH SAKIT

“X” BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

SALLY STEPHANY AMUNG

0830071

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(29)

iii

PERYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sally Stephany Amung

Nrp : 0830071

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, April 2016

(30)

iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sally Stephany Amung

Nrp : 0830071

Fakultas : Psikologi

Dengan ini, saya menyatakan bahwa:

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti non Ekslusif

(Non-Exclusive Royalti-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul “STUDI

DESKRIPTIF MENGENAI WORK FAMILY CONFLICT PADA PERAWAT

WANITA YANG SUDAH BERKELUARGA DI RUMAH SAKIT “X”

BANDUNG.

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menyimpan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelangggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, April 2016

(31)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan bimbingan-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas Usulan Penelitian. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Studi Deskriptif Mengenai Work Family Conflict pada Perawat Wanita

yang Sudah Berkeluarga di Rumah Sakit “X” Bandung”

Dalam proses penyusunan Skripsi ini, peneliti banyak menerima bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Yuspendi, M.Psi., Psikolog, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psikolog, selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Usulan Penelitian.

3. Indah Soca Kuntari, M.Psi., Psikolog., selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, arahan, dukungan, dan bantuan serta memberikan kesempatan kepada peneliti untuk berpartisipasi dalam penelitian payung disertasinya.

4. Dian Retno Sawitri., M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, arahan, dukungan, dan bantuan kepada peneliti.

(32)

viii

6. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan bantuan kepada peneliti untuk pengurusan surat dan perizinan untuk dilaksanakannya penelitian ini.

7. Orang tua dan kakak-kakak, yang selalu memberikan semangat, masukan dan dukungan kepeda peneliti.

8. Guntur Putera, Ricka Anggraeni, Mercy Marcella, Putri Mustika, Tara Kilianti, dan Gracia Santana serta seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan, saran, dan dukungan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar peneliti dapat memperbaikinya. Akhir kata peneliti berharap tugas Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini.

Bandung, April 2016

(33)

62 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Asra, Eka Mulyana. (2013). Hubungan antara Work Family Conflict dengan Prestasi Kerja pada Perawat Wanita. Bukittinggi.

Carlson, Dawn S., K. Michele Kacmar & Larry J. Williams. (2000). Construction

and Initial Validation of a Multidimensional Measure of Work-Family Conflict.

Journal of Vocational Behavior 56, 249-276.

Farhadi, P., Shadifian, R., Feili, A., & Shokrpour, N. (2013). The Effects of

Supervisors’ Supportive Role, Job Stress, and Work Family Conflicts on the

Nurses’ Attitudes. The Health Care Manager, 32, 71-73.

Fujimoto, Tetsushi, Kotani, Sachi & Suzuki, Rie. (2008). Work Family Conflict in

Japan. Journal of Clinical Nursing, 17, 3291-3292.

Greenhaus, J.H. & Beutell, N.J. (1985). Sources of Conflict Between Work and

Family Role. Academy of Management Journal, 10, 76-88.

Grzywacz, Josepg G., Frone, Michael R., Brewer, Carol S., Kovner, & Christine T. (2006). Quantifying Work-Family Conflict among Registere Nurses. Research in Nursing & Health, 29, 419-420.

Indriani, Azazah. (2009). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Perawat Wanita Rumah Sakit. Semarang : Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, (http://eprints.undip.ac.id/16657/1/AZAZAH_INDRIYANI.pdf)

Korabik, Karen, Donna S. Lero & Denise L. Whitehead. (2008). Handbook of

Work-Family Integration. New York : Academic Press.

Lindzey, G., & Aronson, E. (1968). The handbook of Social Psychology (2nd). New York: Random House.

Nazir, Moh., Ph.D. (2009). Metode Penelitian. Bogor : Gahlia Indonesia.

Quick, Jamed Campbell & Tetrick, Lois E. Handbook of Occupational Health

Psychology. Washington, DC: American Psychological Association.

Siregar, Darma Yanti. (2011). Gambaran Work Family Conflict pada Perawat Wanita di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan. Sumatera Utara.

Widyawati, Sukma Nolo. (2012). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Yidirim, Dilek & Aycan, Zeynep. (2007). Nurses’ Work Demands and Work Family

(34)

63 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Bangkinang, Nur Aisyah. (Juli 2012). Rumah Sakit.

(http://www.nuraisyah.net/2012/07/rumah-sakit.html)

Conamir. (2013). Rumah Sakit Swasta vs Rumah Sakit Pemerintah. (http://ekonomi.kompasiana.com/)

Larasati, Krisna. (Mei 2010). Pentingnya Kecerdasan Emosi Bagi Seorang Perawat. (http://krisnalarasati.blogspot.com/2010/05/pentingnya-kecerdasan-emosi-bagi.html#)

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana (Februari 2009). Bandung : Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Gambar

Gambar 1.1
Tabel Validitas  ........................................................................
Gambar 1.1  Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bangsa religius, bangsa Indonesia perlu belajar kembali dari sejarah para Nabi karena sejatinya kisah para Nabi itu merupakan kesatuan yang utuh, dalam membangun sekolah

Untuk meningkatkan kemampuan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada penggunaan teknik simulasi untuk meningkatkan hasil belajar

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).. Asrori, “Akuntansi Syariah Bidang Baru Studi Akuntansi Dalam

Adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,sehubungan dengan penelitian skripsi berjudul : "Dampak Aplikasi Sistem

Sri Rohmawati, (2013) Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Pada Pelatihan Kewirausahaan (Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di

Finally, the writer hopes this Observation Report can benefit to the writer, academic environment, and the readers.. The writer realizes that this

Data yang diperoleh berupa laporan keuangan perusahaan perbankan go public di Bursa Efek Jakarta untuk tahun buku 2001, 2002, dan 2003 dari Indonesian Capital Market

signifikan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada siswa kelas X SMA. Negeri 3 Salatiga dengan nilai signifikansi 0,187 (p