iv ABSTRAK
Tine Lisdiana. Tesis. Rancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Untuk Menurunkan
Time-Based Work-Family Conflict Pada Wanita Yang Bekerja di Bandung.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya wanita (dalam hal ini wanita
yang menikah dan mempunyai anak) di Bandung yang menjalankan dua peran yaitu peran di
pekerjaan dan keluarga. Mereka mengalami tekanan/konflik ketika waktu untuk menjalankan
suatu peran menjadi terganggu oleh adanya tuntutan peran yang lain. Gejala yang dirasakan
oleh wanita yang bekerja tersebut terkait dengan time-based work-family conflict. Dengan
adanya permasalahan tersebut, maka diperlukan intervensi yang dapat membantu wanita
yang bekerja untuk dapat menurunkan time-based work-family conflict. Model intervensi
yang sesuai adalah pelatihan dengan memberikan keterampilan mengatur waktu untuk
menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga sesuai dengan skala prioritas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penurunan time-based work-family conflict sesudah diberikan
pelatihan pada wanita yang bekerja di Bandung.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Time-Based Work-Family
Conflict dari Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell (1985).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan teknik one
group design pre dan post test. Rancangan modul pelatihan terdiri dari 2 sesi, terbagi atas
sesi time-based work-family conflict dan sesi kedua yaitu prioritas. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur time-based work-family conflict berbentuk kuesioner yang dikembangkan
oleh Carlson, Kacmar dan Williams (2000)berdasarkan teori dasar dari Greenhause&
Beautell (1985).Teknik analisis hasil uji coba pelatihan menggunakan teknik uji beda
Wilcoxon untuk mengetahui penurunan time-based work-family conflict sebelum dan sesudah
pelatihan.
Dari hasil uji coba Wilcoxon, diperoleh T hitung < T Tabel, sehingga Ho ditolak dan
H1diterima, yang berarti terdapat penurunan time-based work-family conflict sebelum dan
sesudah mengikuti pelatihan, pada taraf kepercayaan 95%. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah wanita yang bekerja yang mengikuti pelatihan mengalami penurunan time-based
v
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
Tine Lisdiana. Thesis. Design and Testing Training Modules To Reduce Time-Based
Work-Family Conflict in Women Who Work in Bandung.
The research is motivated by the increasing number of women (in this case a woman
who married and had children) in Bandung which runs two roles are in work and family
roles. They experience stress / conflict when the time to perform a role of being distracted by
the demands of other roles. Symptoms experienced by women who work are related to
time-based work-family conflict. Given these problems, it is necessary interventions to help women
working to decrease time-based work-family conflict. Model appropriate interventions is
training to provide the skills to set the time to carry out the role in accordance with the work
and family priorities. This study aims to determine the reduction in time-based work-family
conflict after the training given to the women who worked in Bandung.
The theory used in this study is the theory of Time-Based Work-Family Conflict of
Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell (1985).
The design of the study is a quasi experimental design technique one group pre and
post test. The design of training modules consist of 2 sessions, divided into sessions
time-based work-family conflict and the second session is a priority. Measuring tool used to
measure time-based work-family conflict shaped the questionnaire developed by Carlson,
Kacmar and Williams (2000) based on the fundamental theory of Greenhause & Beautell
(1985). Mechanical analysis of the test results of training using a technique different test
Wilcoxon to see a decrease time-based work-family conflict before and after training.
Of the Wilcoxon test results, obtained by calculating T <T Table, so Ho is rejected
and H1received, which means there is a decrease time-based work-family conflictbefore and
after the training, the level of 95%. The conclusion of this study were women working in the
xi DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan………i
Lembar Orisinalitas Laporan Penelitian………..ii
Lembar Pernyataan Publikasi Penelitian……….iii
Abstrak……….iv
Kata Pengantar………vi
Daftar Isi………xi
Daftar tabel………. ………xv
Daftar bagan………. ………xvi
Daftar Lampiran……….….xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2Identifikasi Masalah……… 15 1.3Maksud dan Tujuan……… . 15
1.3.1 Maksud Penelitian………. ...15
1.3.2 Tujuan Penelitian ………15 1.4Kegunaan Penelitian………...16
1.4.1 Kegunaan Teoritis………16 1.4.2 Kegunaan Praktis………..16
xii
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Peran……….18
2.1.1. Pengertian Peran dan Konflik Peran……… .18
2.2 Work-Family Conflict……….. …19
2.2.1. Arah & Bentuk Work-Family Conflict………...20
2.2.2. Time-Based Work-Family Conflict……….22
2.2.2.1. Pengukuran Time-Based Work-family Conflict……….. ……...… 25
2.2.2.2. Strategi Menurunkan Time-Based Work-family Conflict Work-Family Conflict……….25 2.3 Pelatihan Sebagai Metode Belajar………. .26
2.3.1. Pengertian Pelatihan………26
2.3.2. Fase Experimental Learning………..27
2.3.3. Area Pembelajaran……… 29
2.3.4. Tahapan Proses Pembelajaran Efektif………32
2.3.5. Pembelajaran Orang Dewasa………33
2.3.5.1. Proses Dan Perilaku Belajar Orang Dewasa………33
2.3.5.2. Pendekatan Dan Strategi Belajar Orang Dewasa………37
2.3.7. Metode Pelaksanaan Pelatihan……….…..40
2.3.7.1 Metode Ceramah (Lecturing) ………. 41
2.3.7.2 Metode Eksperimental Learning………. 41
2.8. Instruktur……… …… .46
xiii
2.10. Wanita Yang Bekerja………..52
2.11. Kerangka Berpikir……… .53
2.12. Asumsi Penelitian……….67
2.13. Hipotesa Penelitian………...…67
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….68
3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual & Definisi Operasional……… 69
3.2.1 Variabel Penelitian……… 69
3.2.2 Definisi Konseptual……….. 69
3.2.3 Definisi Operasional………. 70
3.3 Alat Ukur Time-Based Work-Family Conflict………...…71
3.3.1 Sistem Penilaian……….72
3.3.2 Validitas Alat Ukur Time-Based Work-Family Conflict……….…..73
3.3.2 Reliabilitas Alat Ukur Time-Based Work-Family Conflict………75
3.4 Data Penunjang……… 76
3.5. Populasi Penelitian, Subjek Penelitian & Teknik Penarikan Subjek Penelitian………...76
3.5.1 Populasi Penelitian……….…76
3.5.2 Subjek Penelitian….………..…76
3.5.3 Teknik Penarikan Subjek Penelitian………. 77
3.7. Modul Pelatihan……….. .77
xiv
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Responden………...…84
4.2. Hasil Evaluasi Uji Coba Modul Pelatihan………85
4.2.1. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Reaksi Responden……….…..85
4.2.1.1. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Keseluruhan Pelatihan…………85
4.2.1.2. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Trainer & Fasilitator………….…88
4.2.1.3. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Setiap Sesi Pelatihan……….89
4.2.2. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Learning Pelatihan…………...…92
4.2.2.1. Gambaran Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah
Pelatihan………93
4.2.2.2.Gambaran Analisa Item Time-Based Work-Family Conflict ………94
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian……….103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……….120
5.2. Saran………...……121
5.2.1. Saran Teoritis………..121
5.2.2. Saran Praktis………122
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1.Bentuk Kuesioner Time-Based Work-Family Conflict……….
Tabel 3.2.Kategori Penilaian Time-Based work-family conflict ……….. Tabel 3.3 Kriteria Guilford……… Tabel 4.1. Gambaran Responden……… Tabel 4.2. Gambaran Evaluasi Keseluruhan Pelatihan………. Tabel 4.3 Evaluasi Terhadap Trainer dan Fasilitator……….. Tabel 4.4. Evaluasi Reaksi Terhadap Setiap Sesi ………... Tabel 4.5. Uji Beda Wilcoxon……… Tabel 4.6 Gambaran Time-Based Work-Family Confilct Sebelum-Sesudah Pelatihan………. Tabel 4.7. Item satu (1) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah Pelatihan … Tabel. 4.8. Item dua (2) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah Pelatihan… Tabel 4.9 Item Tiga (3) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan …. Tabel 4.10 Item Empat (4) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan… Tabel 4.11. Item Lima (5) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan … Tabel 4.12. Item Enam (6) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan …
xvi
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 1.1. Rancangan Penelitian ...
Bagan 2.1. Kerangka Pikir Pelatihan ... Bagan 3.1. Rancangan Penelitian ...
xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D Lampiran E Lampiran F Lampiran G Lampiran H Lampiran I Lampiran J Lampiran K Lampiran L Lampiran M Lampiran N Lampiran O Lampiran P Lampiran Q Lampiran R Identitas Responden
Data mentah Pretest & Posttest Hasil Uji Statistik Wilcoxon
Hasil SPSS Analisa Item Time-Based Work-Family Conflict
Pengalaman/ Makna Yang Diperoleh Responden Dari Kegiatan Pelatihan Kritik dan Saran Pelatihan
Hasil Lembar Kerja My Role Hasil Action Plan Responden Hasil Observasi Umum Pelatihan Lembar Kesediaan Mengikuti Pelatihan Lembar Identitas Responden
Kuesioner Pretest & Posttest
Garis Besar Modul Pelatihan Time-Based Work-Family Conflict Handout Materi Pelatihan Time-Based Work-family Conflict Lembar Kerja “My Role”
Lembar Action Plan “My Priority”
Instruksi Games
1
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan perkembangan dunia pekerjaan yang semakin maju dan
kesempatan mengenyam pendidikan yang tinggi, membuat pria dan wanita
mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan karir dan pekerjaannya.
Dalam detikFinance (2 februari 2008), partisipasi wanita Indonesia di dunia kerja
cenderung semakin meningkat. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh Badan Pusat
Statistik (BPS), dimana partisipasi wanita dalam lapangan pekerjaan meningkat
secara signifikan selama bulan Agustus 2006 – Agustus 2007 jumlah pekerja wanita
Indonesia bertambah sebanyak 3,3 juta orang. Bertambahnya partisipasi wanita
Indonesia di dunia kerja terbukti dengan cukup banyak wanita Indonesia yang kini
berperan dalam berbagai bidang profesi seperti dokter, menteri, pengacara, manager,
anggota legeslatif dan sebagainya. Data tersebut mempresentasikan bahwa kiprah
wanita Indonesia di sektor publik menempati proporsi yang cukup besar
Wanita yang bekerja di luar rumah, yang menikah dan memiliki anak usia dini
jumlahnya lebih banyak dibanding masa-masa sebelumnya (Greenberg dalam Rima
Felicia, 2009). Fenomena seperti ini terlihat juga di Indonesia cukup banyak wanita
yang berperan tidak hanya sebagai istri dan ibu rumah tangga saja tetapi juga
berperan sebagai karyawan di sebuah instansi atau perusahaan. Penelitian yang
2
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
bahwa pada saat ini, dua dari tiga karyawan pria mempunyai istri yang bekerja.
Dengan demikian dapat dikatakan, melihat wanita yang berperan sebagai istri, ibu
rumah tangga dan karyawan adalah hal yang biasa.
Dengan melihat semakin meningkatnya wanita yang bekerja di luar rumah,
telah menikah dan memiliki anak, maka dalam penelitian ini responden yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di sebuah
instansi/perusahaan di Bandung, telah menikah dengan suami yang juga bekerja di
sebuah instansi/perusahaan, tinggal dalam satu rumah memiliki anak dan berusia
25-45 tahun. Menurut Ihromi (dalam Kusumawati, 2004) yang digolongkan sebagai
wanita bekerja adalah wanita yang bekerja diluar rumah dan memperoleh imbalan
uang dari pekerjaan tersebut. Jadi, wanita yang melakukan kegiatan mengurus rumah
tangga saja tidak dikategorikan sebagai wanita bekerja.
Menurut Munandar dalam Rima Felicia (2009), ada beberapa alasan yang
membuat wanita juga ikut untuk bekerja, diantaranya mengatakan beberapa motivasi
yang mendasari wanita bekerja antara lain adalah untuk menambah penghasilan
keluarga, supaya secara ekonomi tidak tergantung kepada suami, untuk memperoleh
status, untuk pengembangan diri, ingin mengembangkan minat dan keahlian tertentu,
untuk menghindari kebosanan atau sekedar mengisi waktu luang, dan karena
ketidakpuasan dalam pernikahan.
Wanita yang telah menikah dan memiliki anak yang memutuskan untuk
bekerja dalam kehidupannya memiliki peran yang lebih banyak dibandingkan dengan
wanita yang hanya berperan untuk keluarga. Meskipun wanita bekerja, perannya di
3
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
memberikan perhatian untuk anak-anaknya, menyiapkan segala keperluan anak,
merawat anak-anak mereka, menemani belajar anak dan lain sebagainya. Sebagai
seorang istri, ia dituntut untuk dapat melayani dan menjadi partner hidup suaminya
dan sebagai ibu rumah tangga, wanita yang bekerja diharapkan dapat melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, memelihara rumah agar tetap
bersih dan indah. Selain di peran di dalam keluarga, wanita bekerja juga berperan
sebagai karyawan. Tuntutan peran sebagai karyawan, wanita bekerja dituntut untuk
dapat bekerja sesuai dengan aturan dan job deskripsi yang telah ditentukan oleh
perusahaan dan diharapkan dapat bekerja dengan efektif dan sesuai dengan harapan
instansi/perusahaan tempat mereka bekerja.
Di dalam keluarga, biasanya telah dibuat kesepakatan tugas dengan pasangan
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari seperti misalnya dalam hal pembagian
tugas rumah tangga, pengasuhan anak, pengaturan keuangan dan pembagian waktu
yang bijaksana supaya masih ada waktu untuk pasangan, anak dan sebagainya.
Namun pada kenyataannya meskipun pembagian tugas dan tanggung jawab di
keluarga telah diatur, beban kerja wanita dalam mengatur tugas rumah tangga dan
mengurus anak lebih banyak daripada suami. Penelitian yang dilakukan oleh Amato
& Booth ( dalam Bella Ingranuriandani, 2008) menemukan walaupun istri memiliki
pekerjaan penuh waktu di luar rumah, istri tetap mengerjakan dua kali lebih banyak
tugas-tugas rumah tangga daripada suami. Tidak hanya itu, selain dibebani oleh
tugas-tugas rumah tangga, seorang wanita bekerja tetap memiliki tanggungjawab
4
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
tersebut terlihat bahwa beban kerja wanita dalam urusan rumah tangga lebih besar
dibandingkan dengan suami.
Beban kerja wanita dalam urusan rumah tangga yang lebih besar
dibandingkan dengan suami juga masih terlihat di Indonesia. Masyarakat Indonesia
masa kini yang meskipun saat ini telah menerima kaum wanita untuk berkarya di luar
rumah baik untuk bekerja mencari nafkah, namun masih bankay masyarakat yang
tetap berpendapat bahwa walaupun kaum wanita direlakan untuk berkarya di luar
rumah namun jangan sampai mengabaikan kodratnya sebagai wanita yaitu mengasuh
anak, memelihara rumah, dan segala kegiatan yang bersangkutan dengan
terselenggaranya rumah tangga (Penelitian Sri Supriyantini, 2002). Hal ini sejalan
dengan yang penelitaian Achir dalam Rima Felicia (2009), seberat apapun kesibukan
wanita bekerja, dirinya, keluarga dan masyarakat tidak akan mengijinkan wanita
tersebut melepaskan tugas-tugasnya sebagai istri dan seorang ibu. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Alfadioni Utami Putrid dan Fathul Himam dalam Jurnal
Psikologi Vol. 32 No. 1 (46-47), dinyatakan bahwa salah satu hal yang menyebabkan
wanita yang bekerja mengalami dilemma dikarenakan pengaruh traditional gender
ideology di Indonesia masih sangat kuat pada struktur keluarga yang suami dan istri
sama-sama bekerja dan di masyarakat.
Pandangan diatas memang dapat membuat wanita yang bekerja mengalami
dilemma jika ia tidak dapat menyeimbangkan waktu, tenaga dan perhatian yang
sesuai untuk pekerjaan dan keluarga. Di dalam keluarga, wanita yang bekerja harus
bisa menjalankan peran di keluarga dengan baik namun disisi lain wanita yang
5
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
tempat mereka bekerja. Hal ini tentunya sangat sulit untuk wanita yang bekerja untuk
dapat berperan sesuai dengan harapan peran. Dari hasil wawancara pada sepuluh
wanita bekerja mengatakan bahwa dalam menjalankan peran di pekerjaan dan
keluarga sekaligus secara bersamaan tidaklah mudah, apalagi untuk dapat
menjalankan kedua peran tersebut sesuai dengan tuntutan peran dan harapan
lingkungan. Mereka mengatakan ketika ada tugas-tugas tak terduga dari pekerjaan
dan keluarga terkadang menyulitkan mereka untuk menjalani kedua peran secara
bersamaan. Mereka mengatakan ketika suami sakit atau anak sakit, tugas rumah
tangga sering terbengkalai dan hal itu akan menyita waktu, tenaga dan perhatian
mereka terhadap pekerjaan di kantor. Mereka juga mengatakan ketika sibuk bekerja
biasanya pembagian tugas mengasuh anak bisa menimbulkan perselisihan dengan
suami karena suami juga tidak mau terganggu ketika mereka juga masih sibuk
bekerja. Dari wawancara terlihat bahwa tidaklah mudah untuk wanita bekerja untuk
menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga secara bersamaan. Keterlibatan wanita
bekerja pada satu peran akan mempengaruhi keterlibatannya dalam menjalankan
peran yang lain.
Temuan dari Thanacoody, Bartram dan Barker dalam Greenhause dan Beutell
(1985), ditemukan bahwa wanita yang bekerja sebagai akademisi, di Negara Australia
Mauritania mempunyai dampak pada keluarga mereka, dimana mereka seringkali
harus mengorbankan saat penting untuk keluarga seperti mendatangi acara anak
mereka sekolah ataupun harus mengorbankan kehidupan sosial mereka untuk belajar
6
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Dari hasil wawancara dan penelitian sebelumnya diatas terlihat bahwa
tuntutan pada satu peran mempengaruhi tuntutan peran yang lain. Menurut Khan et.al
dalam Greenhause & Beutell (1985), ketika tuntutan pada salah satu peran
mempengaruhi peran yang lain disebut dengan work-family conflict. Khan et. al
dalam Greenhaus & Beutell (1985), mendefinisikan work-family conflict sebagai
salah satu bentuk dari interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran
antara peran di pekerjaan dengan peran di dalam keluarga. Dengan demikian,
partisipasi untuk berperan dalam pekerjaan (keluarga) menjadi lebih sulit/ terhambat
dengan adanya partisipasi untuk berperan di dalam keluarga (pekerjaan).
Work-family conflict yang dialami wanita dapat terjadi dua arah. Menurut Netmeyer,
McMurrian & Boles (1996), terdapat dua tipe arah work-family conflict yaitu pertama,
work-intervering with family (WIF) yaitu konflik antar peran dimana
ketegangan/tekanan yang dihasilkan dari pekerjaan mempengaruhi pekerja untuk
memenuhi tangung jawab yang berkaitan dengan keluarga. Kedua family intervening
with work (FIW) yaitu konflik antarperan dimana ketegangan/tekanan yang dihasilkan
dari keluarga mempengaruhi pekerja untuk memenuhi tanggungjawab dalam
pekerjaan.
Bagi wanita bekerja yang menginginkan kehidupannya seimbang antara
pekerjaan dan keluarga, tentunya akan menjadi suatu masalah jika tidak dapat
memenuhi harapan peran. Keadaan yang tidak sesuai dengan harapan peran dapat
menyebabkan wanita yang bekerja merasakan ketidakpuasan dalam hidupnya, merasa
bersalah atau merasakan ketegangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yulia dalam
7
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
sering hidup dalam pertentangan yang tajam antara perannya di dalam dan di luar
rumah. Banyak wanita yang bekerja full-time melaporkan bahwa mereka merasa
bersalah karena sepanjang hari meninggalkan rumah. Dalam penelitian Achir (dalam
Rima Felicia, 2010), juga dinyatakan bahwa pada wanita bekerja yang memiliki
keinginan yang sangat besar untuk dapat memenuhi fungsinya sebagai ibu dan istri,
seringkali dihinggapi kekahwatiran yang berlebihan dan kerap dihinggapi rasa
bersalah jika ada sesuatu hal yang kurang baik dalam kehidupan keluarganya.
Berg dalam penelitian Nuzul Rahmi Daeng (2010) telah mewawancari hampir
seribu istri yang bekerja dan ia menyimpulkan bahwa masalah yang paling sering
dialami istri yang bekerja adalah perasaan bersalah karena bekerja sampai larut
malam, tidak bisa makan malam bersama keluarga, memiliki sedikit keterikatan
dalam hubungan seksual, menjadi sedikit temperamental terhadap anak, serta harus
meninggalkan pekerjaan untuk menghadiri acara anak di sekolah atau acara keluarga
lainnya.
Dengan adanya ketegangan karena tidak dapat memenuhi harapan peran,
memungkinkan wanita bekerja menjadi kurang efektif dalam menjalankan
peran-perannya. Penelitian yang dilakukan oleh Alfadioni Utami Putri dan Fathul Himam
dalam Jurnal Psikologi Vol. 32, No. 1 (46-47), ditemukan bahwa para wanita yang
bekerja (Ibu yang bekerja) mengalami dilemma dalam menjalankan peran di pekerjaan
dan keluarga. Dilemma yang dialami tersebut membuat wanita yang bekerja (ibu yang
bekerja) menjadi kurang optimal dalam aktualisasi diri.
Work-Family conflict yang dinyatakan oleh Greenhause & Beautell (1985),
8
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
conflict dan behavior-based work-family conflict. Time-Based Work-Family Conflict,
yaitu konflik yang terjadi karena tuntutan waktu pada satu peran mempengaruhi
keterlibatan di peran lainnya. Strain-Based Work-Family Conflict, yaitu konflik yang
terjadi karena stress yang ditimbulkan dari salah satu peran mempengaruhi peran yang
lain sehingga mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Behavior-Based
Work-Family Conflict, yaitu konflik yang terjadi ketika tingkah laku yang efektif untuk satu
peran tidak efektif untuk digunakan dalam peran yang lain.
Dengan adanya berbagai bentuk dari work-family conflict, peneliti melakukan
survey awal untuk mendapatkan area permasalahan yang paling banyak dialami oleh
wanita yang bekerja. Hal ini bertujuan agar dalam merancang intervensi penelitian
dapat sesuai dengan kebutuhan wanita yang bekerja. Berdasarkan survey awal yang
dilakukan peneliti dengan mewawancarai sepuluh orang wanita yang bekerja mengenai
work-family conflict didapatkan hasil yang berbeda-beda. Sebanyak 60% wanita yang
bekerja mengalami time-based work-family conflict. Dari hasil wawancara didapatkan
wanita yang bekerja mengalami masalah dalam hal waktu, dimana wanita yang bekerja
sering mengalami kesulitan dalam mengatur waktu untuk menjalankan peran di
pekerjaan dan keluarga, mereka mengatakan waktu 24 jam dalam sehari sering dirasa
tidak cukup untuk dapat menangani semua urusan pekerjaan dan keluarga. Beberapa hal
yang membuat wanita yang bekerja mengalami kesulitan mengatur waktu adalah
dikarenakan jarak rumah ke kantor sangat jauh sehingga ketika pulang sehingga waktu
mereka untuk keluarga menjadi berkurang. Selain itu banyaknya beban kerja yang
harus dikerjakan di pekerjaan dan di rumah membuat mereka tidak dapat mengerjakan
9
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
wanita bekerja adalah dikarenakan memiliki anak balita dan sebelum bekerja harus
menyiapkan berbagai keperluan anak, mereka sering kerepotan dan seringkali meminta
ijin kepada atasan untuk datang terlambat. Jadwal kerja shift yang berubah-ubah
membuat wanita yang bekerja mengalami kesulitan untuk menentukan kegiatan
bersama dengan suami dan anak.
Dari hasil wawancara juga didapatkan ,sebanyak 30% wanita yang bekerja
mengalami strain-based work-family conflict. Dari hasil wawancara didapatkan,
beberapa hal yang membuat mereka mengalami strain-based work-family conflict
adalah dikarenakan kelelahan yang mereka rasakan ketika di pekerjaan seringkali
menganggu mereka dalam menjalankan peran di keluarga, mereka menjadi malas
untuk megerjakan pekerjaan rumah. Hal lain adalah adanya masalah di kantor,
seringkali mempengaruhi mood mereka ketika berada di rumah, mereka juga
merasakan stress dan ketika di rumah mereka sering menjadi kesal/marah ketika di
rumah suami/anak menuntut perhatian yang lebih. Beberapa wanita bekerja juga
mengatakan, ketika di rumah sedang ada masalah dengan suami, mereka menjadi
kesulitan konsentrasi untuk dapat bekerja dengan maksimal.
Sebanyak 10% wanita bekerja merasakan behavior-based work-family
conflict. Dari hasil wawancara dikatakan beberapa hal yang membuat mereka
berperilaku tidak sesuai dengan harapan peran adalah ketika di rumah ia bersikap
lembut dan perhatian kepada anak dan ketika bekerja yang menuntut ketegasan,
membuat mereka seringkali konflik untuk dapat bersikap tegas terhadap bawahan.
Dari hasil wawancara mengenai work-family conflict terlihat bahwa
10
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
wanita yang bekerja. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dari hasil survey awal
terlihat sebagian besar wanita yang bekerja mengalami tekanan waktu dalam
menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga. Menurut Greenhaus & Beutell (1985),
terdapat dua bentuk konflik yang dikarenakan oleh waktu : (1) Tekanan yang muncul
karena seseorang mengalami kesulitan membagi waktu dalam memenuhi kebutuhan
beberapa peran, (2) Tekanan yang muncul karena banyaknya waktu yang dibutuhkan
dalam memenuhi satu peran sehingga kebutuhan peran yang lain tidak dapat
dipenuhi.
Setelah melakukan wawancara, peneliti melakuan survey awal kembali
dengan memberikan kuesioner kepada 87 wanita yang bekerja. Pemberian kuesioner
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar wanita bekerja yang memiliki time-based
work-family conflict tinggi dan yang memiliki time-based work-family conflict
rendah. Dari hasil penyebaran kuesioner didapatkan 60% wanita yang bekerja
mengalami based work-family conflict tinggi dan sisanya 40% mengalami
time-based family conflict rendah. Wanita bekerja yang mengalami time-time-based
work-family conflict tinggi menilai waktu untuk menjalankan peran di pekerjaan dan
keluarga saling menganggu satu sama lain, sehingga keterlibatan mereka dalam salah
satu peran menjadi terganggu/terhalangi. Sedangkan wanita bekerja yang mengalami
time-based work-family conflict rendah menilai waktu untuk menjalankan peran di
pekerjaan dan keluarga tidak saling menganggu/menghalangi sehingga keterlibatan
mereka dalam pekerjaan atau keluarga tidak mengalami gangguan/kesulitan.
Menurut Greenhause& Beutell (1985), sumber-sumber dari pekerjaan yang
11
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
kerja tiap minggu, jumlah tugas, frekuensi lembur dan pergantian shift kerja yang
tidak tetap. Sedangkan sumber-sumber dari keluarga banyaknya anggota keluarga,
memiliki anak kecil dan memiliki suami bekerja.
Dari hasil penelitian Pratikno dalam Nuzul Rahmi Daeng (2010), dinyatakan
kesibukan dalam pekerjaan dan keluarga adalah dua hal yang seringkali membuat
wanita yang bekerja sulit membagi waktu. Dalam nuzul Rahmi Daeng (2010) juga
dinyatakan adanya jumlah jam kerja yang cukup panjang menyebabkan wanita yang
bekerja tidak selalu ada pada saat dimana ia sangat dibutuhkan oleh anak dan
pasangannya.
Apabila sumber-sumber di dalam keluarga atau pekerjaan yang dapat
memunculkan time-based work-family conflict di atas tidak dapat diintegrasikan
dengan baik oleh wanita yang bekerja saat melakukan perannya, maka menurut
Greenhause& Beutell (1985) akan terjadi tekanan yang berlebih dan menimbulkan
suatu konflik. Konflik terjadi ketika adanya tekanan yang ditimbulkan oleh
ketidaksesuaian waktu yang dibutuhkan dalam melakukan peran-peran yang berbeda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang wanita yang bekerja yang
mengalami time-based work-family conflict mengenai perasaan mereka ketika
dihadapkan dengan tuntutan waktu dalam pekerjaan dan keluarga didapatkan : Ketika
mengalami time-based work-family conflict, seluruh wanita bekerja yang
diwawancarai mengatakan sering kebingungan untuk memilih kegiatan/aktifitas apa
yang harus mereka dahulukan untuk dikerjakan, mereka sering merasa bersalah
dengan keluarga atau dengan rekan kerja jika tidak dapat memenuhi harapan keluarga
12
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
bekerja juga mengatakan seringkali terlintas ingin keluar bekerja karena pekerjaan
rumah dan keluarga menjadi kurang mendapat perhatian dan seluruh wanita yang
diwawancarai juga mengatakan mereka merasa belum melakukan sesuatu untuk
keluarga karena banyak pekerjaan rumah tangga yang tidak dapat mereka lakukan.
Adanya konflik yang dirasakan oleh wanita bekerja yang mengalami time-based
work-family conflict, apabila hal ini tidak dapat diatasi akan dapat memunculkan
berbagai dampak dalam kehidupannya. Salah satu dampak yang terlihat dari penelitian
yang dilakukan Nuryanti, dalam jurnal Penelitian Humaniora (Agustus 2008)
menemukan wanita bekerja yang lebih mencurahkan pada keluarga, pada umumnya
kepuasan kariernya lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang hanya
memfokuskan waktunya pada pekerjaannya.
Wanita bekerja yang mengalami time-based work-family conflict tinggi
tentunya mereka belum memiliki pengetahuan mengenai time-based work-family
conflict dan keterampilan untuk menurunkan time-based work-family conflict. Oleh
sebab itu untuk dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada wanita
bekerja mengenai time-based work-family conflict maka peneliti akan membuat suatu
rancangan modul pelatihan yaitu dengan cara mengajarkan kepada wanita bekerja
mengenai cara mengelola waktu yang efektif dalam menjalankan peran di pekerjaan
dan keluarga. Menurut definisi Bramley (1996), pelatihan adalah proses pembelajaran
yang disusun secara sistematis dan terkendali agar sasarannya tepat. Pelatihan
merupakan suatu proses terencana untuk memodifikasi sikap, pengetahuan dan
keterampilan tertentu melalui pengalaman belajar guna mencapai kinerja yang efektif
13
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Dari hasil survey awal didapatkan analisa kebutuhan pelatihan untuk wanita
bekerja adalah pengetahuan dan keterampilan untuk menurunkan time-based
work-family conflict. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa
sebagai peserta kegiatan pendidikan/pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan
dapat ditentukan kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus
diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan.
Wanita bekerja yang memiliki time-based work-family conflict tinggi, dalam
penelitian ini akan diberikan pengetahuan mengenai time-based work-family conflict
dan keterampilan mengenai mengelola waktu yang efektif dengan membuat perencanan
kegiatan sehari-hari berdasarkan skala prioritas. Untuk dapat memberikan pengetahuan
dan keterampilan kepada wanita bekerja sebagai orang dewasa maka diperlukan strategi
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan wanita bekerja yang
mengalami time-based work-family conflict.
Pemilihan metode yang tepat sangat penting agar wanita bekerja dapat belajar
dengan efektif saat pelatihan. Dikarenakan wanita bekerja adalah orang dewasa yang
dalam proses belajar harus melalui pengalaman. Dengan menggunakan metode
experiental learning, wanita bekerja yang mengikuti pelatihan akan lebih mudah
menyerap materi yang diberikan. Menurut asumsi Malcolm Knowless (1990), orang
dewasa dalam kehidupannya telah memiliki banyak pengalaman yang berbeda dengan
anak-anak, oleh karena itu teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi
penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan
14
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan “experiential learning cycle” (proses belajar
berdasarkan pengalaman).
Untuk dapat memberi kesempatan pada peserta untuk mengalami dahulu apa
yang dipelajari sebelum mendiskusikannya, maka di awal pelatihan akan diberikan
pembelajaran melalui metode games. Metode diskusi juga dipilih dalam penelitian ini
agar peserta dapat berpikir kritis, belajar mengubah sikap dan belajar mengenai
pandangan orang lain. Metode ceramah dengan melibatkan peserta secara aktif dapat
juga digunakan untuk membantu peserta memaksimalkan pemahaman mengenai materi
yang disampaikan. Metode observasi dengan melihat cuplikan film dapat membantu
peserta mendapatkan pengalaman dengan cara menjadi aktif. Metode terakhir yang
digunakan adalah metode tugas tertulis yang dapat menguatkan daya ingat peserta
mengenai materi yang telah mereka pelajari.
Metode experiental learning menurut Bramley (1996) dapat membantu peserta
pelatihan untuk lebih menyadari perasaan dan reaksi mengenai content yang diberikan
dalam pelatihan, sedangkan metode ceramah digunakan untuk dapat mempersingkat
waktu dalam menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar.
Melalui metode ceramah dan experiental learning, peserta pelatihan dapat
memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menurunkan time-based work-family
conflict, peserta pelatihan akan menjadi tahu apabila waktu sehari-hari tidak dapat
dikelola dengan efektif berdasarkan prioritas, maka memungkinkan hal-hal yang
penting dapat terlewatkan. Oleh karena itu dengan belajar merencanakan
aktivitas/kegiatan yang akan dikerjakan berdasarkan skala prioritas, wanita yang
mendesak-15
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
tidak mendesak dan diharapkan dapat membantu wanita yang bekerja dalam
menurunkan time-based work-family conflict.
Dalam penelitian ini, peneliti akan merancang modul pelatihan dan akan
menguji cobakan modul pelatihan yang telah dibuat. Uji coba modul pelatihan
ditujukan untuk mendapatkan gambaran apakah modul pelatihan yang dirancanag dapat
digunakan atau tidak untuk menurunkan time-based work-family conflict pada wanita
yang bekerja.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dapat ditarik suatu identifikasi masalah
yaitu: Apakah rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini dapat
digunakan untuk menurunkan time-based work-family conflict pada wanita yang
bekerja?
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.1. Maksud Penelitian
Mengujicobakan rancangan modul pelatihan untuk menurunkan time-based
work-family conflict pada wanita yang bekerja
1.3.2 Tujuan Penelitian
Memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat menurunkan
time-based work-family conflict pada wanita yang bekerja di Bandung yang terukur
16
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
1.4.1 Kegunaan Teoritis
a. Memberikan informasi tambahan bagi bidang Psikologi Sosial, Psikologi
Keluarga, Psikologi Industri dan organisasi mengenai pelatihan untuk
menurunkan time-based work-family conflict pada wanita yang bekerja.
b. Memberikan informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan time-based work-family conflict pada wanita yang
bekerja.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi wanita yang
bekerja mengenai time-based work-family conflict yang dapat
memberikan dampak pada pekerjaan, keluarga maupun pribadi sehingga
dapat digunakan sebagai bahan releksi diri untuk mengelola tuntutan
waktu kegiatan untuk pekerjaan dan keluarga.
b. Diharapkan modul pelatihan untuk menurunkan time-based work-family
conflict pada wanita bekerja yang dibuat dalam penelitian ini dapat
dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya untuk dilihat
efektivitasnya.
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan hasil survey awal, maka penelitian ini akan mengujicobakan
17
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
wanita yang bekerja di Bandung, kemudian akan melihat gambaran penurunan
time-based work-family conflict pada subjek penelitian sebelum dan sesudah mengikuti
pelatihan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner time-based
family conflict yang diambil dari 6 item pertama (1-6) dari kuesioner
work-family conflict yang disusun oleh Carlson. Kacmar & Williams (2000) yang
merupakan pengembangan dari teori Greenhaus & Bautell (1985). Treatment yang
diberikan berupa pelatihan dengan metode experiental learning. Subjek dalam
penelitian ini adalah wanita yang bekerja di Bandung yang memenuhi karakteristik
subjek penelitian. Data yang diperoleh dari hasil uji coba modul pelatihan akan
dianalisis menggunakan Uji Statistic Wilcoxon (Wilcoxon Signed-Rank Test).
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 1.1. Rancangan Penelitian Time-based work family conflict sebelum pelatihan (Pretest) Rancangan Modul pelatihan time-based work-family conflict Uji coba Modul pelatihan time-based work-family conflict
pada wanita
120 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan modul Pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini telah teruji dapat
digunakan untuk menurunkan time-based work-family conflict pada wanita
yang bekerja yang mengikuti pelatihan.
2. Sebagian besar wanita bekerja yang mengikuti pelatihan dalam penelitian ini,
sesudah mengikuti pelatihan mengalami penurunan time-based work-family
conflict. Hal ini menunjukkan bahwa Tujuan Instruksional Umum pelatihan
untuk menurunkan time-based work-family conflict tercapai.
3. Rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini mendapat reaksi
positif dari responden pelatihan, namun metode yang digunakan perlu
dimodifikasi mengingat adanya saran untuk menambah waktu dan games
121
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan saran teoritis dan saran praktis,
sebagai berikut :
5.2.1. SARAN TEORITIS
1. Kepada penelitian lain, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk :
a. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan
time-based work-family conflict dengan adanya jangka waktu pemberian pretest
dan posttest yang lebih lama. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk
menurunkan time-based work-family conflict dapat dilihat efektivitasnya.
b. Melakukan penelitian lanjutan mengenai time-based work-family conflict
dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih besar dan dari lingkungan
instansi yang lebih bervariasi. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk
menurunkan time-based work-family conflict dapat digeneralisasikan karena
pada penelitian ini ujicoba modul pelatihan diberikan hanya pada wanita
bekerja di satu perusahaan “X” yang ada di Bandung.
c. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan
time-based work-family conflict dengan memodifikasi metode yang lebih
bervariasi. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk menurunkan
time-based work-family conflict ini dapat dibandingkan dengan rancangan model
122
5.2.2. SARAN PRAKTIS
1. Kepada wanita yang bekerja dapat menggunakan hasil penelitian sebagai
salah satu media untuk melakukan refleksi diri dan memberikan gambaran
mengenai pentingnya menurunkan time-based work family conflict dalam
menjalankan peran sehari-hari terutama di area pekerjaan dan keluarga.
2. Kepada para Psikolog Sosial, Keluarga maupun Industri dan Organisasi dapat
menggunakan modul pelatihan untuk menurunkan time-based work-family
conflict sebagai salah satu model intervensi pada wanita bekerja yang
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Benjamin S, etc. 1956. Taxonomy of Educational Objective : The Classificationof Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York : Longmans, Green and Co.
Bramly, Peter. 1996. Evaluating Training Effectiveness, 2th Edition. England : McGraw Hill Publishing Company.
Brookfield, S.D., Preskill, Stephen. 1999. Discussion As A Way of Teaching. USA: John Willey & Sons. Inc
Graziano, A.M & M.L. Raulin. 2000. Research Methods, A Procrss of Inquiry, 4th ed. Boston: Allyn & Bacon.
Gulo W. 2002. Metodologi Penelitian. PT.Gramedia Widiasarana. Jakarta
Knowles, M. 1990. Adult Learner : A Neglected Species. Houston : Gulf Publishing Company
Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs, The Four Levels, Second Ed. San Fransisco : Berrett-Koehler Pub.Inc.
Myers, D.G. (1996). Social psychology (fifth edition). New York : McGrawHillCompanies, Inc.
Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York : McGraw Hill.
Perrewe, Pamela L., Ganster, Daniel C. 2007. “Exploring The Work And Non-work
Interface” (first edition). USA: Elsevier
Posavac. J. E & Carey, G., 1992. Ramond. Program Evaluation Methods and Case Studies. 6th ed. New Jersy: Pearson Education, Inc. Prentice Hall.
Silberman, Mel. 1990. Active Training : A Handbook of Techniques, Design, Case Examples and Tips. Lexington Books.
Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan luar Sekolah: Untuk Pendidikan Nonfomal dan Pengembangan Sumber daya Manusia. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.
Walter, A. G and Marks, E. S., 1981. Experimental Learning and Change: theory design and practice. Canada: By john Wiley & Sons, Inc
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Aminah. 1996. Pertanika. J. Soc. Sci. & Hum. Vol. 4 No. 2. 1996. Associations of work-family conflict, job satisfaction, family satisfaction and life satisfaction : A study of Married Female Secretaries. Selangor Darul Ehsan, Malaysia.
Alfadioni Utami Putri & Fathul Himam.---. Jurnal Psikologi Volume. 32. No I, hal 47-60. Kajian Fenomenologi Terhadap Dual Career Family. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Carlson, Dawn S., Michele Kacmar, and Larry J. Williams. 2000. Journal of Vocatonal Behavior, vol. 56, pg 249-276. Construction And Initial Validation Of A Multidimensional Measure Of Work-Family Conflict.
Clarke-Stewart, Alison & Dunn. (2006). FAMILIES COUNT: Effect on Child and Adolescent Development. New York: Cambridge University Press.
Duxbury,Linda, and Higgins, Chris. (2003). Work-Life Conflict in Canada in the New Millennium: A status report. http://www.phac-aspc.gc.ca/publicat/work-travail/pdf/rpt_2_e.pdf.
Felicia, Rima. 2009. Tesis: Hubungan antara tawakal dan dukungan sosial dengan stress konflik peran pada wanita karir yang beerkeluarga.UI. Jakarta. Indonesia
Gibson, James. E. 1997. “Organisasi”. Bina Rupa Aksara, Edisi 8.
Global Statistik. 2010. Teori validitas dan Reliabilitas. www.globalstatistik.com.
Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell. 1985. The Academy of Management Review, Vol 10, No. 1 (Jan., 1985), pp. 76-78. Sources of Conflict betweenWork and Family Roles.
Ingranurindani, Bella.2008. Skripsi : Hubungan antara strategi regulasi emosi secara kognitif dengan hardiness pada ibu bekerja. UI. Jakarta. Indonesia.
Kusumawati, Evrida. 2004. Hubungan Status Lajang dengan Kepribadian pada wanita bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Miranti, Rizka Gita. Skripsi. 2009. Self Managemant Pada Orangtua Tunggal Wanita Yang Bekerja. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.
Mufida, Aulia. 2008. Skripsi : Hubungan work-family conflict dengan psychological well-being ibu yang bekerja.UI Fakultas Psikologi. Jakarta. Indonesia
MY. Pratama. Skripsi. Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stress Kerja Pada Wanita. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Netmeyer, Richard G., McMurrian, Robert, dan Boles, James S. (1996). Development and Validation of Work-Family Conflict and Family-Work Conflict Scales. Journal of Applied Psychology. Vol. 81. No. 400-410.
NR. Daeng. 2010. Skripsi : Perbedaan Kepuasan Pernikahan antara Suami dan Istri dalam Dual Career Family: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia.
Pannen, P, & Malati, I. 1994. Pendidikan Orang Dewasa. Dalam PAU, Dirjen Dikti, Mengajar di Perguruan Tinggi – Program Applied Approach. Jakarta: Dirjen Dikti
Parasuraman, S. and Greenhause, J. 2002. Human Resources Managemant Review. 12 (3); 299-312. Toward Reducing Some Critical Gaps in Work-Family Research.
Prayogo, Adityanto. 2010. Tesis : Penelitian Tentang Perilaku Kerjasama Dalam Bekerja Pada Karyawan Produksi Vaksin Polio PT. X (Persero) Bandung dan Penyusunan Rencana Intervensi Peningkatan Perilaku Kerjasama Karyawan. Bandung. Indonesia.
Supriyantini, Sri.2002. Hubungan Antara Pandangan Peran Gender Dengan Keterlibatan Suami Dalam Kegiatan Rumah Tangga. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi. Universitas Sumatera Utara.