• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Dan Uji Coba Modul Pelatihan Untuk Menurunkan Time-Based Work-Family Conflict Pada Wanita Yang Bekerja di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangan Dan Uji Coba Modul Pelatihan Untuk Menurunkan Time-Based Work-Family Conflict Pada Wanita Yang Bekerja di Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

Tine Lisdiana. Tesis. Rancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Untuk Menurunkan

Time-Based Work-Family Conflict Pada Wanita Yang Bekerja di Bandung.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya wanita (dalam hal ini wanita

yang menikah dan mempunyai anak) di Bandung yang menjalankan dua peran yaitu peran di

pekerjaan dan keluarga. Mereka mengalami tekanan/konflik ketika waktu untuk menjalankan

suatu peran menjadi terganggu oleh adanya tuntutan peran yang lain. Gejala yang dirasakan

oleh wanita yang bekerja tersebut terkait dengan time-based work-family conflict. Dengan

adanya permasalahan tersebut, maka diperlukan intervensi yang dapat membantu wanita

yang bekerja untuk dapat menurunkan time-based work-family conflict. Model intervensi

yang sesuai adalah pelatihan dengan memberikan keterampilan mengatur waktu untuk

menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga sesuai dengan skala prioritas. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui penurunan time-based work-family conflict sesudah diberikan

pelatihan pada wanita yang bekerja di Bandung.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Time-Based Work-Family

Conflict dari Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell (1985).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan teknik one

group design pre dan post test. Rancangan modul pelatihan terdiri dari 2 sesi, terbagi atas

sesi time-based work-family conflict dan sesi kedua yaitu prioritas. Alat ukur yang digunakan

untuk mengukur time-based work-family conflict berbentuk kuesioner yang dikembangkan

oleh Carlson, Kacmar dan Williams (2000)berdasarkan teori dasar dari Greenhause&

Beautell (1985).Teknik analisis hasil uji coba pelatihan menggunakan teknik uji beda

Wilcoxon untuk mengetahui penurunan time-based work-family conflict sebelum dan sesudah

pelatihan.

Dari hasil uji coba Wilcoxon, diperoleh T hitung < T Tabel, sehingga Ho ditolak dan

H1diterima, yang berarti terdapat penurunan time-based work-family conflict sebelum dan

sesudah mengikuti pelatihan, pada taraf kepercayaan 95%. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah wanita yang bekerja yang mengikuti pelatihan mengalami penurunan time-based

(2)

v

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Tine Lisdiana. Thesis. Design and Testing Training Modules To Reduce Time-Based

Work-Family Conflict in Women Who Work in Bandung.

The research is motivated by the increasing number of women (in this case a woman

who married and had children) in Bandung which runs two roles are in work and family

roles. They experience stress / conflict when the time to perform a role of being distracted by

the demands of other roles. Symptoms experienced by women who work are related to

time-based work-family conflict. Given these problems, it is necessary interventions to help women

working to decrease time-based work-family conflict. Model appropriate interventions is

training to provide the skills to set the time to carry out the role in accordance with the work

and family priorities. This study aims to determine the reduction in time-based work-family

conflict after the training given to the women who worked in Bandung.

The theory used in this study is the theory of Time-Based Work-Family Conflict of

Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell (1985).

The design of the study is a quasi experimental design technique one group pre and

post test. The design of training modules consist of 2 sessions, divided into sessions

time-based work-family conflict and the second session is a priority. Measuring tool used to

measure time-based work-family conflict shaped the questionnaire developed by Carlson,

Kacmar and Williams (2000) based on the fundamental theory of Greenhause & Beautell

(1985). Mechanical analysis of the test results of training using a technique different test

Wilcoxon to see a decrease time-based work-family conflict before and after training.

Of the Wilcoxon test results, obtained by calculating T <T Table, so Ho is rejected

and H1received, which means there is a decrease time-based work-family conflictbefore and

after the training, the level of 95%. The conclusion of this study were women working in the

(3)

xi DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………i

Lembar Orisinalitas Laporan Penelitian………..ii

Lembar Pernyataan Publikasi Penelitian……….iii

Abstrak……….iv

Kata Pengantar………vi

Daftar Isi………xi

Daftar tabel………. ………xv

Daftar bagan………. ………xvi

Daftar Lampiran……….….xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2Identifikasi Masalah……… 15 1.3Maksud dan Tujuan……… . 15

1.3.1 Maksud Penelitian………. ...15

1.3.2 Tujuan Penelitian ………15 1.4Kegunaan Penelitian………...16

1.4.1 Kegunaan Teoritis………16 1.4.2 Kegunaan Praktis………..16

(4)

xii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Peran……….18

2.1.1. Pengertian Peran dan Konflik Peran……… .18

2.2 Work-Family Conflict……….. …19

2.2.1. Arah & Bentuk Work-Family Conflict………...20

2.2.2. Time-Based Work-Family Conflict……….22

2.2.2.1. Pengukuran Time-Based Work-family Conflict……….. ……...… 25

2.2.2.2. Strategi Menurunkan Time-Based Work-family Conflict Work-Family Conflict……….25 2.3 Pelatihan Sebagai Metode Belajar………. .26

2.3.1. Pengertian Pelatihan………26

2.3.2. Fase Experimental Learning………..27

2.3.3. Area Pembelajaran……… 29

2.3.4. Tahapan Proses Pembelajaran Efektif………32

2.3.5. Pembelajaran Orang Dewasa………33

2.3.5.1. Proses Dan Perilaku Belajar Orang Dewasa………33

2.3.5.2. Pendekatan Dan Strategi Belajar Orang Dewasa………37

2.3.7. Metode Pelaksanaan Pelatihan……….…..40

2.3.7.1 Metode Ceramah (Lecturing) ………. 41

2.3.7.2 Metode Eksperimental Learning………. 41

2.8. Instruktur……… …… .46

(5)

xiii

2.10. Wanita Yang Bekerja………..52

2.11. Kerangka Berpikir……… .53

2.12. Asumsi Penelitian……….67

2.13. Hipotesa Penelitian………...…67

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….68

3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual & Definisi Operasional……… 69

3.2.1 Variabel Penelitian……… 69

3.2.2 Definisi Konseptual……….. 69

3.2.3 Definisi Operasional………. 70

3.3 Alat Ukur Time-Based Work-Family Conflict………...…71

3.3.1 Sistem Penilaian……….72

3.3.2 Validitas Alat Ukur Time-Based Work-Family Conflict……….…..73

3.3.2 Reliabilitas Alat Ukur Time-Based Work-Family Conflict………75

3.4 Data Penunjang……… 76

3.5. Populasi Penelitian, Subjek Penelitian & Teknik Penarikan Subjek Penelitian………...76

3.5.1 Populasi Penelitian……….…76

3.5.2 Subjek Penelitian….………..…76

3.5.3 Teknik Penarikan Subjek Penelitian………. 77

3.7. Modul Pelatihan……….. .77

(6)

xiv

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Responden………...…84

4.2. Hasil Evaluasi Uji Coba Modul Pelatihan………85

4.2.1. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Reaksi Responden……….…..85

4.2.1.1. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Keseluruhan Pelatihan…………85

4.2.1.2. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Trainer & Fasilitator………….…88

4.2.1.3. Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Setiap Sesi Pelatihan……….89

4.2.2. Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Learning Pelatihan…………...…92

4.2.2.1. Gambaran Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah

Pelatihan………93

4.2.2.2.Gambaran Analisa Item Time-Based Work-Family Conflict ………94

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian……….103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……….120

5.2. Saran………...……121

5.2.1. Saran Teoritis………..121

5.2.2. Saran Praktis………122

(7)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1.Bentuk Kuesioner Time-Based Work-Family Conflict……….

Tabel 3.2.Kategori Penilaian Time-Based work-family conflict ……….. Tabel 3.3 Kriteria Guilford……… Tabel 4.1. Gambaran Responden……… Tabel 4.2. Gambaran Evaluasi Keseluruhan Pelatihan………. Tabel 4.3 Evaluasi Terhadap Trainer dan Fasilitator……….. Tabel 4.4. Evaluasi Reaksi Terhadap Setiap Sesi ………... Tabel 4.5. Uji Beda Wilcoxon……… Tabel 4.6 Gambaran Time-Based Work-Family Confilct Sebelum-Sesudah Pelatihan………. Tabel 4.7. Item satu (1) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah Pelatihan … Tabel. 4.8. Item dua (2) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah Pelatihan… Tabel 4.9 Item Tiga (3) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan …. Tabel 4.10 Item Empat (4) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan… Tabel 4.11. Item Lima (5) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan … Tabel 4.12. Item Enam (6) Time-Based Work-Family Conflict Sebelum & Sesudah pelatihan …

(8)

xvi

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1.1. Rancangan Penelitian ...

Bagan 2.1. Kerangka Pikir Pelatihan ... Bagan 3.1. Rancangan Penelitian ...

(9)

xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D Lampiran E Lampiran F Lampiran G Lampiran H Lampiran I Lampiran J Lampiran K Lampiran L Lampiran M Lampiran N Lampiran O Lampiran P Lampiran Q Lampiran R Identitas Responden

Data mentah Pretest & Posttest Hasil Uji Statistik Wilcoxon

Hasil SPSS Analisa Item Time-Based Work-Family Conflict

Pengalaman/ Makna Yang Diperoleh Responden Dari Kegiatan Pelatihan Kritik dan Saran Pelatihan

Hasil Lembar Kerja My Role Hasil Action Plan Responden Hasil Observasi Umum Pelatihan Lembar Kesediaan Mengikuti Pelatihan Lembar Identitas Responden

Kuesioner Pretest & Posttest

Garis Besar Modul Pelatihan Time-Based Work-Family Conflict Handout Materi Pelatihan Time-Based Work-family Conflict Lembar Kerja “My Role”

Lembar Action Plan “My Priority”

Instruksi Games

(10)

1

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring dengan perkembangan dunia pekerjaan yang semakin maju dan

kesempatan mengenyam pendidikan yang tinggi, membuat pria dan wanita

mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan karir dan pekerjaannya.

Dalam detikFinance (2 februari 2008), partisipasi wanita Indonesia di dunia kerja

cenderung semakin meningkat. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh Badan Pusat

Statistik (BPS), dimana partisipasi wanita dalam lapangan pekerjaan meningkat

secara signifikan selama bulan Agustus 2006 – Agustus 2007 jumlah pekerja wanita

Indonesia bertambah sebanyak 3,3 juta orang. Bertambahnya partisipasi wanita

Indonesia di dunia kerja terbukti dengan cukup banyak wanita Indonesia yang kini

berperan dalam berbagai bidang profesi seperti dokter, menteri, pengacara, manager,

anggota legeslatif dan sebagainya. Data tersebut mempresentasikan bahwa kiprah

wanita Indonesia di sektor publik menempati proporsi yang cukup besar

Wanita yang bekerja di luar rumah, yang menikah dan memiliki anak usia dini

jumlahnya lebih banyak dibanding masa-masa sebelumnya (Greenberg dalam Rima

Felicia, 2009). Fenomena seperti ini terlihat juga di Indonesia cukup banyak wanita

yang berperan tidak hanya sebagai istri dan ibu rumah tangga saja tetapi juga

berperan sebagai karyawan di sebuah instansi atau perusahaan. Penelitian yang

(11)

2

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

bahwa pada saat ini, dua dari tiga karyawan pria mempunyai istri yang bekerja.

Dengan demikian dapat dikatakan, melihat wanita yang berperan sebagai istri, ibu

rumah tangga dan karyawan adalah hal yang biasa.

Dengan melihat semakin meningkatnya wanita yang bekerja di luar rumah,

telah menikah dan memiliki anak, maka dalam penelitian ini responden yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di sebuah

instansi/perusahaan di Bandung, telah menikah dengan suami yang juga bekerja di

sebuah instansi/perusahaan, tinggal dalam satu rumah memiliki anak dan berusia

25-45 tahun. Menurut Ihromi (dalam Kusumawati, 2004) yang digolongkan sebagai

wanita bekerja adalah wanita yang bekerja diluar rumah dan memperoleh imbalan

uang dari pekerjaan tersebut. Jadi, wanita yang melakukan kegiatan mengurus rumah

tangga saja tidak dikategorikan sebagai wanita bekerja.

Menurut Munandar dalam Rima Felicia (2009), ada beberapa alasan yang

membuat wanita juga ikut untuk bekerja, diantaranya mengatakan beberapa motivasi

yang mendasari wanita bekerja antara lain adalah untuk menambah penghasilan

keluarga, supaya secara ekonomi tidak tergantung kepada suami, untuk memperoleh

status, untuk pengembangan diri, ingin mengembangkan minat dan keahlian tertentu,

untuk menghindari kebosanan atau sekedar mengisi waktu luang, dan karena

ketidakpuasan dalam pernikahan.

Wanita yang telah menikah dan memiliki anak yang memutuskan untuk

bekerja dalam kehidupannya memiliki peran yang lebih banyak dibandingkan dengan

wanita yang hanya berperan untuk keluarga. Meskipun wanita bekerja, perannya di

(12)

3

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

memberikan perhatian untuk anak-anaknya, menyiapkan segala keperluan anak,

merawat anak-anak mereka, menemani belajar anak dan lain sebagainya. Sebagai

seorang istri, ia dituntut untuk dapat melayani dan menjadi partner hidup suaminya

dan sebagai ibu rumah tangga, wanita yang bekerja diharapkan dapat melakukan

pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, memelihara rumah agar tetap

bersih dan indah. Selain di peran di dalam keluarga, wanita bekerja juga berperan

sebagai karyawan. Tuntutan peran sebagai karyawan, wanita bekerja dituntut untuk

dapat bekerja sesuai dengan aturan dan job deskripsi yang telah ditentukan oleh

perusahaan dan diharapkan dapat bekerja dengan efektif dan sesuai dengan harapan

instansi/perusahaan tempat mereka bekerja.

Di dalam keluarga, biasanya telah dibuat kesepakatan tugas dengan pasangan

dalam menjalankan kehidupan sehari-hari seperti misalnya dalam hal pembagian

tugas rumah tangga, pengasuhan anak, pengaturan keuangan dan pembagian waktu

yang bijaksana supaya masih ada waktu untuk pasangan, anak dan sebagainya.

Namun pada kenyataannya meskipun pembagian tugas dan tanggung jawab di

keluarga telah diatur, beban kerja wanita dalam mengatur tugas rumah tangga dan

mengurus anak lebih banyak daripada suami. Penelitian yang dilakukan oleh Amato

& Booth ( dalam Bella Ingranuriandani, 2008) menemukan walaupun istri memiliki

pekerjaan penuh waktu di luar rumah, istri tetap mengerjakan dua kali lebih banyak

tugas-tugas rumah tangga daripada suami. Tidak hanya itu, selain dibebani oleh

tugas-tugas rumah tangga, seorang wanita bekerja tetap memiliki tanggungjawab

(13)

4

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

tersebut terlihat bahwa beban kerja wanita dalam urusan rumah tangga lebih besar

dibandingkan dengan suami.

Beban kerja wanita dalam urusan rumah tangga yang lebih besar

dibandingkan dengan suami juga masih terlihat di Indonesia. Masyarakat Indonesia

masa kini yang meskipun saat ini telah menerima kaum wanita untuk berkarya di luar

rumah baik untuk bekerja mencari nafkah, namun masih bankay masyarakat yang

tetap berpendapat bahwa walaupun kaum wanita direlakan untuk berkarya di luar

rumah namun jangan sampai mengabaikan kodratnya sebagai wanita yaitu mengasuh

anak, memelihara rumah, dan segala kegiatan yang bersangkutan dengan

terselenggaranya rumah tangga (Penelitian Sri Supriyantini, 2002). Hal ini sejalan

dengan yang penelitaian Achir dalam Rima Felicia (2009), seberat apapun kesibukan

wanita bekerja, dirinya, keluarga dan masyarakat tidak akan mengijinkan wanita

tersebut melepaskan tugas-tugasnya sebagai istri dan seorang ibu. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Alfadioni Utami Putrid dan Fathul Himam dalam Jurnal

Psikologi Vol. 32 No. 1 (46-47), dinyatakan bahwa salah satu hal yang menyebabkan

wanita yang bekerja mengalami dilemma dikarenakan pengaruh traditional gender

ideology di Indonesia masih sangat kuat pada struktur keluarga yang suami dan istri

sama-sama bekerja dan di masyarakat.

Pandangan diatas memang dapat membuat wanita yang bekerja mengalami

dilemma jika ia tidak dapat menyeimbangkan waktu, tenaga dan perhatian yang

sesuai untuk pekerjaan dan keluarga. Di dalam keluarga, wanita yang bekerja harus

bisa menjalankan peran di keluarga dengan baik namun disisi lain wanita yang

(14)

5

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

tempat mereka bekerja. Hal ini tentunya sangat sulit untuk wanita yang bekerja untuk

dapat berperan sesuai dengan harapan peran. Dari hasil wawancara pada sepuluh

wanita bekerja mengatakan bahwa dalam menjalankan peran di pekerjaan dan

keluarga sekaligus secara bersamaan tidaklah mudah, apalagi untuk dapat

menjalankan kedua peran tersebut sesuai dengan tuntutan peran dan harapan

lingkungan. Mereka mengatakan ketika ada tugas-tugas tak terduga dari pekerjaan

dan keluarga terkadang menyulitkan mereka untuk menjalani kedua peran secara

bersamaan. Mereka mengatakan ketika suami sakit atau anak sakit, tugas rumah

tangga sering terbengkalai dan hal itu akan menyita waktu, tenaga dan perhatian

mereka terhadap pekerjaan di kantor. Mereka juga mengatakan ketika sibuk bekerja

biasanya pembagian tugas mengasuh anak bisa menimbulkan perselisihan dengan

suami karena suami juga tidak mau terganggu ketika mereka juga masih sibuk

bekerja. Dari wawancara terlihat bahwa tidaklah mudah untuk wanita bekerja untuk

menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga secara bersamaan. Keterlibatan wanita

bekerja pada satu peran akan mempengaruhi keterlibatannya dalam menjalankan

peran yang lain.

Temuan dari Thanacoody, Bartram dan Barker dalam Greenhause dan Beutell

(1985), ditemukan bahwa wanita yang bekerja sebagai akademisi, di Negara Australia

Mauritania mempunyai dampak pada keluarga mereka, dimana mereka seringkali

harus mengorbankan saat penting untuk keluarga seperti mendatangi acara anak

mereka sekolah ataupun harus mengorbankan kehidupan sosial mereka untuk belajar

(15)

6

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Dari hasil wawancara dan penelitian sebelumnya diatas terlihat bahwa

tuntutan pada satu peran mempengaruhi tuntutan peran yang lain. Menurut Khan et.al

dalam Greenhause & Beutell (1985), ketika tuntutan pada salah satu peran

mempengaruhi peran yang lain disebut dengan work-family conflict. Khan et. al

dalam Greenhaus & Beutell (1985), mendefinisikan work-family conflict sebagai

salah satu bentuk dari interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran

antara peran di pekerjaan dengan peran di dalam keluarga. Dengan demikian,

partisipasi untuk berperan dalam pekerjaan (keluarga) menjadi lebih sulit/ terhambat

dengan adanya partisipasi untuk berperan di dalam keluarga (pekerjaan).

Work-family conflict yang dialami wanita dapat terjadi dua arah. Menurut Netmeyer,

McMurrian & Boles (1996), terdapat dua tipe arah work-family conflict yaitu pertama,

work-intervering with family (WIF) yaitu konflik antar peran dimana

ketegangan/tekanan yang dihasilkan dari pekerjaan mempengaruhi pekerja untuk

memenuhi tangung jawab yang berkaitan dengan keluarga. Kedua family intervening

with work (FIW) yaitu konflik antarperan dimana ketegangan/tekanan yang dihasilkan

dari keluarga mempengaruhi pekerja untuk memenuhi tanggungjawab dalam

pekerjaan.

Bagi wanita bekerja yang menginginkan kehidupannya seimbang antara

pekerjaan dan keluarga, tentunya akan menjadi suatu masalah jika tidak dapat

memenuhi harapan peran. Keadaan yang tidak sesuai dengan harapan peran dapat

menyebabkan wanita yang bekerja merasakan ketidakpuasan dalam hidupnya, merasa

bersalah atau merasakan ketegangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yulia dalam

(16)

7

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

sering hidup dalam pertentangan yang tajam antara perannya di dalam dan di luar

rumah. Banyak wanita yang bekerja full-time melaporkan bahwa mereka merasa

bersalah karena sepanjang hari meninggalkan rumah. Dalam penelitian Achir (dalam

Rima Felicia, 2010), juga dinyatakan bahwa pada wanita bekerja yang memiliki

keinginan yang sangat besar untuk dapat memenuhi fungsinya sebagai ibu dan istri,

seringkali dihinggapi kekahwatiran yang berlebihan dan kerap dihinggapi rasa

bersalah jika ada sesuatu hal yang kurang baik dalam kehidupan keluarganya.

Berg dalam penelitian Nuzul Rahmi Daeng (2010) telah mewawancari hampir

seribu istri yang bekerja dan ia menyimpulkan bahwa masalah yang paling sering

dialami istri yang bekerja adalah perasaan bersalah karena bekerja sampai larut

malam, tidak bisa makan malam bersama keluarga, memiliki sedikit keterikatan

dalam hubungan seksual, menjadi sedikit temperamental terhadap anak, serta harus

meninggalkan pekerjaan untuk menghadiri acara anak di sekolah atau acara keluarga

lainnya.

Dengan adanya ketegangan karena tidak dapat memenuhi harapan peran,

memungkinkan wanita bekerja menjadi kurang efektif dalam menjalankan

peran-perannya. Penelitian yang dilakukan oleh Alfadioni Utami Putri dan Fathul Himam

dalam Jurnal Psikologi Vol. 32, No. 1 (46-47), ditemukan bahwa para wanita yang

bekerja (Ibu yang bekerja) mengalami dilemma dalam menjalankan peran di pekerjaan

dan keluarga. Dilemma yang dialami tersebut membuat wanita yang bekerja (ibu yang

bekerja) menjadi kurang optimal dalam aktualisasi diri.

Work-Family conflict yang dinyatakan oleh Greenhause & Beautell (1985),

(17)

8

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

conflict dan behavior-based work-family conflict. Time-Based Work-Family Conflict,

yaitu konflik yang terjadi karena tuntutan waktu pada satu peran mempengaruhi

keterlibatan di peran lainnya. Strain-Based Work-Family Conflict, yaitu konflik yang

terjadi karena stress yang ditimbulkan dari salah satu peran mempengaruhi peran yang

lain sehingga mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Behavior-Based

Work-Family Conflict, yaitu konflik yang terjadi ketika tingkah laku yang efektif untuk satu

peran tidak efektif untuk digunakan dalam peran yang lain.

Dengan adanya berbagai bentuk dari work-family conflict, peneliti melakukan

survey awal untuk mendapatkan area permasalahan yang paling banyak dialami oleh

wanita yang bekerja. Hal ini bertujuan agar dalam merancang intervensi penelitian

dapat sesuai dengan kebutuhan wanita yang bekerja. Berdasarkan survey awal yang

dilakukan peneliti dengan mewawancarai sepuluh orang wanita yang bekerja mengenai

work-family conflict didapatkan hasil yang berbeda-beda. Sebanyak 60% wanita yang

bekerja mengalami time-based work-family conflict. Dari hasil wawancara didapatkan

wanita yang bekerja mengalami masalah dalam hal waktu, dimana wanita yang bekerja

sering mengalami kesulitan dalam mengatur waktu untuk menjalankan peran di

pekerjaan dan keluarga, mereka mengatakan waktu 24 jam dalam sehari sering dirasa

tidak cukup untuk dapat menangani semua urusan pekerjaan dan keluarga. Beberapa hal

yang membuat wanita yang bekerja mengalami kesulitan mengatur waktu adalah

dikarenakan jarak rumah ke kantor sangat jauh sehingga ketika pulang sehingga waktu

mereka untuk keluarga menjadi berkurang. Selain itu banyaknya beban kerja yang

harus dikerjakan di pekerjaan dan di rumah membuat mereka tidak dapat mengerjakan

(18)

9

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

wanita bekerja adalah dikarenakan memiliki anak balita dan sebelum bekerja harus

menyiapkan berbagai keperluan anak, mereka sering kerepotan dan seringkali meminta

ijin kepada atasan untuk datang terlambat. Jadwal kerja shift yang berubah-ubah

membuat wanita yang bekerja mengalami kesulitan untuk menentukan kegiatan

bersama dengan suami dan anak.

Dari hasil wawancara juga didapatkan ,sebanyak 30% wanita yang bekerja

mengalami strain-based work-family conflict. Dari hasil wawancara didapatkan,

beberapa hal yang membuat mereka mengalami strain-based work-family conflict

adalah dikarenakan kelelahan yang mereka rasakan ketika di pekerjaan seringkali

menganggu mereka dalam menjalankan peran di keluarga, mereka menjadi malas

untuk megerjakan pekerjaan rumah. Hal lain adalah adanya masalah di kantor,

seringkali mempengaruhi mood mereka ketika berada di rumah, mereka juga

merasakan stress dan ketika di rumah mereka sering menjadi kesal/marah ketika di

rumah suami/anak menuntut perhatian yang lebih. Beberapa wanita bekerja juga

mengatakan, ketika di rumah sedang ada masalah dengan suami, mereka menjadi

kesulitan konsentrasi untuk dapat bekerja dengan maksimal.

Sebanyak 10% wanita bekerja merasakan behavior-based work-family

conflict. Dari hasil wawancara dikatakan beberapa hal yang membuat mereka

berperilaku tidak sesuai dengan harapan peran adalah ketika di rumah ia bersikap

lembut dan perhatian kepada anak dan ketika bekerja yang menuntut ketegasan,

membuat mereka seringkali konflik untuk dapat bersikap tegas terhadap bawahan.

Dari hasil wawancara mengenai work-family conflict terlihat bahwa

(19)

10

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

wanita yang bekerja. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dari hasil survey awal

terlihat sebagian besar wanita yang bekerja mengalami tekanan waktu dalam

menjalankan peran di pekerjaan dan keluarga. Menurut Greenhaus & Beutell (1985),

terdapat dua bentuk konflik yang dikarenakan oleh waktu : (1) Tekanan yang muncul

karena seseorang mengalami kesulitan membagi waktu dalam memenuhi kebutuhan

beberapa peran, (2) Tekanan yang muncul karena banyaknya waktu yang dibutuhkan

dalam memenuhi satu peran sehingga kebutuhan peran yang lain tidak dapat

dipenuhi.

Setelah melakukan wawancara, peneliti melakuan survey awal kembali

dengan memberikan kuesioner kepada 87 wanita yang bekerja. Pemberian kuesioner

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar wanita bekerja yang memiliki time-based

work-family conflict tinggi dan yang memiliki time-based work-family conflict

rendah. Dari hasil penyebaran kuesioner didapatkan 60% wanita yang bekerja

mengalami based work-family conflict tinggi dan sisanya 40% mengalami

time-based family conflict rendah. Wanita bekerja yang mengalami time-time-based

work-family conflict tinggi menilai waktu untuk menjalankan peran di pekerjaan dan

keluarga saling menganggu satu sama lain, sehingga keterlibatan mereka dalam salah

satu peran menjadi terganggu/terhalangi. Sedangkan wanita bekerja yang mengalami

time-based work-family conflict rendah menilai waktu untuk menjalankan peran di

pekerjaan dan keluarga tidak saling menganggu/menghalangi sehingga keterlibatan

mereka dalam pekerjaan atau keluarga tidak mengalami gangguan/kesulitan.

Menurut Greenhause& Beutell (1985), sumber-sumber dari pekerjaan yang

(20)

11

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

kerja tiap minggu, jumlah tugas, frekuensi lembur dan pergantian shift kerja yang

tidak tetap. Sedangkan sumber-sumber dari keluarga banyaknya anggota keluarga,

memiliki anak kecil dan memiliki suami bekerja.

Dari hasil penelitian Pratikno dalam Nuzul Rahmi Daeng (2010), dinyatakan

kesibukan dalam pekerjaan dan keluarga adalah dua hal yang seringkali membuat

wanita yang bekerja sulit membagi waktu. Dalam nuzul Rahmi Daeng (2010) juga

dinyatakan adanya jumlah jam kerja yang cukup panjang menyebabkan wanita yang

bekerja tidak selalu ada pada saat dimana ia sangat dibutuhkan oleh anak dan

pasangannya.

Apabila sumber-sumber di dalam keluarga atau pekerjaan yang dapat

memunculkan time-based work-family conflict di atas tidak dapat diintegrasikan

dengan baik oleh wanita yang bekerja saat melakukan perannya, maka menurut

Greenhause& Beutell (1985) akan terjadi tekanan yang berlebih dan menimbulkan

suatu konflik. Konflik terjadi ketika adanya tekanan yang ditimbulkan oleh

ketidaksesuaian waktu yang dibutuhkan dalam melakukan peran-peran yang berbeda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang wanita yang bekerja yang

mengalami time-based work-family conflict mengenai perasaan mereka ketika

dihadapkan dengan tuntutan waktu dalam pekerjaan dan keluarga didapatkan : Ketika

mengalami time-based work-family conflict, seluruh wanita bekerja yang

diwawancarai mengatakan sering kebingungan untuk memilih kegiatan/aktifitas apa

yang harus mereka dahulukan untuk dikerjakan, mereka sering merasa bersalah

dengan keluarga atau dengan rekan kerja jika tidak dapat memenuhi harapan keluarga

(21)

12

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

bekerja juga mengatakan seringkali terlintas ingin keluar bekerja karena pekerjaan

rumah dan keluarga menjadi kurang mendapat perhatian dan seluruh wanita yang

diwawancarai juga mengatakan mereka merasa belum melakukan sesuatu untuk

keluarga karena banyak pekerjaan rumah tangga yang tidak dapat mereka lakukan.

Adanya konflik yang dirasakan oleh wanita bekerja yang mengalami time-based

work-family conflict, apabila hal ini tidak dapat diatasi akan dapat memunculkan

berbagai dampak dalam kehidupannya. Salah satu dampak yang terlihat dari penelitian

yang dilakukan Nuryanti, dalam jurnal Penelitian Humaniora (Agustus 2008)

menemukan wanita bekerja yang lebih mencurahkan pada keluarga, pada umumnya

kepuasan kariernya lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang hanya

memfokuskan waktunya pada pekerjaannya.

Wanita bekerja yang mengalami time-based work-family conflict tinggi

tentunya mereka belum memiliki pengetahuan mengenai time-based work-family

conflict dan keterampilan untuk menurunkan time-based work-family conflict. Oleh

sebab itu untuk dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada wanita

bekerja mengenai time-based work-family conflict maka peneliti akan membuat suatu

rancangan modul pelatihan yaitu dengan cara mengajarkan kepada wanita bekerja

mengenai cara mengelola waktu yang efektif dalam menjalankan peran di pekerjaan

dan keluarga. Menurut definisi Bramley (1996), pelatihan adalah proses pembelajaran

yang disusun secara sistematis dan terkendali agar sasarannya tepat. Pelatihan

merupakan suatu proses terencana untuk memodifikasi sikap, pengetahuan dan

keterampilan tertentu melalui pengalaman belajar guna mencapai kinerja yang efektif

(22)

13

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Dari hasil survey awal didapatkan analisa kebutuhan pelatihan untuk wanita

bekerja adalah pengetahuan dan keterampilan untuk menurunkan time-based

work-family conflict. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa

sebagai peserta kegiatan pendidikan/pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan

dapat ditentukan kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus

diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan.

Wanita bekerja yang memiliki time-based work-family conflict tinggi, dalam

penelitian ini akan diberikan pengetahuan mengenai time-based work-family conflict

dan keterampilan mengenai mengelola waktu yang efektif dengan membuat perencanan

kegiatan sehari-hari berdasarkan skala prioritas. Untuk dapat memberikan pengetahuan

dan keterampilan kepada wanita bekerja sebagai orang dewasa maka diperlukan strategi

dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan wanita bekerja yang

mengalami time-based work-family conflict.

Pemilihan metode yang tepat sangat penting agar wanita bekerja dapat belajar

dengan efektif saat pelatihan. Dikarenakan wanita bekerja adalah orang dewasa yang

dalam proses belajar harus melalui pengalaman. Dengan menggunakan metode

experiental learning, wanita bekerja yang mengikuti pelatihan akan lebih mudah

menyerap materi yang diberikan. Menurut asumsi Malcolm Knowless (1990), orang

dewasa dalam kehidupannya telah memiliki banyak pengalaman yang berbeda dengan

anak-anak, oleh karena itu teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi

penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan

(23)

14

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan “experiential learning cycle” (proses belajar

berdasarkan pengalaman).

Untuk dapat memberi kesempatan pada peserta untuk mengalami dahulu apa

yang dipelajari sebelum mendiskusikannya, maka di awal pelatihan akan diberikan

pembelajaran melalui metode games. Metode diskusi juga dipilih dalam penelitian ini

agar peserta dapat berpikir kritis, belajar mengubah sikap dan belajar mengenai

pandangan orang lain. Metode ceramah dengan melibatkan peserta secara aktif dapat

juga digunakan untuk membantu peserta memaksimalkan pemahaman mengenai materi

yang disampaikan. Metode observasi dengan melihat cuplikan film dapat membantu

peserta mendapatkan pengalaman dengan cara menjadi aktif. Metode terakhir yang

digunakan adalah metode tugas tertulis yang dapat menguatkan daya ingat peserta

mengenai materi yang telah mereka pelajari.

Metode experiental learning menurut Bramley (1996) dapat membantu peserta

pelatihan untuk lebih menyadari perasaan dan reaksi mengenai content yang diberikan

dalam pelatihan, sedangkan metode ceramah digunakan untuk dapat mempersingkat

waktu dalam menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar.

Melalui metode ceramah dan experiental learning, peserta pelatihan dapat

memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menurunkan time-based work-family

conflict, peserta pelatihan akan menjadi tahu apabila waktu sehari-hari tidak dapat

dikelola dengan efektif berdasarkan prioritas, maka memungkinkan hal-hal yang

penting dapat terlewatkan. Oleh karena itu dengan belajar merencanakan

aktivitas/kegiatan yang akan dikerjakan berdasarkan skala prioritas, wanita yang

(24)

mendesak-15

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

tidak mendesak dan diharapkan dapat membantu wanita yang bekerja dalam

menurunkan time-based work-family conflict.

Dalam penelitian ini, peneliti akan merancang modul pelatihan dan akan

menguji cobakan modul pelatihan yang telah dibuat. Uji coba modul pelatihan

ditujukan untuk mendapatkan gambaran apakah modul pelatihan yang dirancanag dapat

digunakan atau tidak untuk menurunkan time-based work-family conflict pada wanita

yang bekerja.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dapat ditarik suatu identifikasi masalah

yaitu: Apakah rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini dapat

digunakan untuk menurunkan time-based work-family conflict pada wanita yang

bekerja?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.1. Maksud Penelitian

Mengujicobakan rancangan modul pelatihan untuk menurunkan time-based

work-family conflict pada wanita yang bekerja

1.3.2 Tujuan Penelitian

Memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat menurunkan

time-based work-family conflict pada wanita yang bekerja di Bandung yang terukur

(25)

16

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Memberikan informasi tambahan bagi bidang Psikologi Sosial, Psikologi

Keluarga, Psikologi Industri dan organisasi mengenai pelatihan untuk

menurunkan time-based work-family conflict pada wanita yang bekerja.

b. Memberikan informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan time-based work-family conflict pada wanita yang

bekerja.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi wanita yang

bekerja mengenai time-based work-family conflict yang dapat

memberikan dampak pada pekerjaan, keluarga maupun pribadi sehingga

dapat digunakan sebagai bahan releksi diri untuk mengelola tuntutan

waktu kegiatan untuk pekerjaan dan keluarga.

b. Diharapkan modul pelatihan untuk menurunkan time-based work-family

conflict pada wanita bekerja yang dibuat dalam penelitian ini dapat

dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya untuk dilihat

efektivitasnya.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan hasil survey awal, maka penelitian ini akan mengujicobakan

(26)

17

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

wanita yang bekerja di Bandung, kemudian akan melihat gambaran penurunan

time-based work-family conflict pada subjek penelitian sebelum dan sesudah mengikuti

pelatihan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner time-based

family conflict yang diambil dari 6 item pertama (1-6) dari kuesioner

work-family conflict yang disusun oleh Carlson. Kacmar & Williams (2000) yang

merupakan pengembangan dari teori Greenhaus & Bautell (1985). Treatment yang

diberikan berupa pelatihan dengan metode experiental learning. Subjek dalam

penelitian ini adalah wanita yang bekerja di Bandung yang memenuhi karakteristik

subjek penelitian. Data yang diperoleh dari hasil uji coba modul pelatihan akan

dianalisis menggunakan Uji Statistic Wilcoxon (Wilcoxon Signed-Rank Test).

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 1.1. Rancangan Penelitian Time-based work family conflict sebelum pelatihan (Pretest) Rancangan Modul pelatihan time-based work-family conflict Uji coba Modul pelatihan time-based work-family conflict

pada wanita

(27)

120 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rancangan modul Pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini telah teruji dapat

digunakan untuk menurunkan time-based work-family conflict pada wanita

yang bekerja yang mengikuti pelatihan.

2. Sebagian besar wanita bekerja yang mengikuti pelatihan dalam penelitian ini,

sesudah mengikuti pelatihan mengalami penurunan time-based work-family

conflict. Hal ini menunjukkan bahwa Tujuan Instruksional Umum pelatihan

untuk menurunkan time-based work-family conflict tercapai.

3. Rancangan modul pelatihan yang dibuat dalam penelitian ini mendapat reaksi

positif dari responden pelatihan, namun metode yang digunakan perlu

dimodifikasi mengingat adanya saran untuk menambah waktu dan games

(28)

121

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan saran teoritis dan saran praktis,

sebagai berikut :

5.2.1. SARAN TEORITIS

1. Kepada penelitian lain, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk :

a. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan

time-based work-family conflict dengan adanya jangka waktu pemberian pretest

dan posttest yang lebih lama. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk

menurunkan time-based work-family conflict dapat dilihat efektivitasnya.

b. Melakukan penelitian lanjutan mengenai time-based work-family conflict

dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih besar dan dari lingkungan

instansi yang lebih bervariasi. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk

menurunkan time-based work-family conflict dapat digeneralisasikan karena

pada penelitian ini ujicoba modul pelatihan diberikan hanya pada wanita

bekerja di satu perusahaan “X” yang ada di Bandung.

c. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan untuk menurunkan

time-based work-family conflict dengan memodifikasi metode yang lebih

bervariasi. Hal ini diharapkan agar modul pelatihan untuk menurunkan

time-based work-family conflict ini dapat dibandingkan dengan rancangan model

(29)

122

5.2.2. SARAN PRAKTIS

1. Kepada wanita yang bekerja dapat menggunakan hasil penelitian sebagai

salah satu media untuk melakukan refleksi diri dan memberikan gambaran

mengenai pentingnya menurunkan time-based work family conflict dalam

menjalankan peran sehari-hari terutama di area pekerjaan dan keluarga.

2. Kepada para Psikolog Sosial, Keluarga maupun Industri dan Organisasi dapat

menggunakan modul pelatihan untuk menurunkan time-based work-family

conflict sebagai salah satu model intervensi pada wanita bekerja yang

(30)

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Benjamin S, etc. 1956. Taxonomy of Educational Objective : The Classificationof Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York : Longmans, Green and Co.

Bramly, Peter. 1996. Evaluating Training Effectiveness, 2th Edition. England : McGraw Hill Publishing Company.

Brookfield, S.D., Preskill, Stephen. 1999. Discussion As A Way of Teaching. USA: John Willey & Sons. Inc

Graziano, A.M & M.L. Raulin. 2000. Research Methods, A Procrss of Inquiry, 4th ed. Boston: Allyn & Bacon.

Gulo W. 2002. Metodologi Penelitian. PT.Gramedia Widiasarana. Jakarta

Knowles, M. 1990. Adult Learner : A Neglected Species. Houston : Gulf Publishing Company

Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs, The Four Levels, Second Ed. San Fransisco : Berrett-Koehler Pub.Inc.

Myers, D.G. (1996). Social psychology (fifth edition). New York : McGrawHillCompanies, Inc.

Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York : McGraw Hill.

Perrewe, Pamela L., Ganster, Daniel C. 2007. “Exploring The Work And Non-work

Interface” (first edition). USA: Elsevier

Posavac. J. E & Carey, G., 1992. Ramond. Program Evaluation Methods and Case Studies. 6th ed. New Jersy: Pearson Education, Inc. Prentice Hall.

Silberman, Mel. 1990. Active Training : A Handbook of Techniques, Design, Case Examples and Tips. Lexington Books.

(31)

Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan luar Sekolah: Untuk Pendidikan Nonfomal dan Pengembangan Sumber daya Manusia. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.

Walter, A. G and Marks, E. S., 1981. Experimental Learning and Change: theory design and practice. Canada: By john Wiley & Sons, Inc

(32)

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Aminah. 1996. Pertanika. J. Soc. Sci. & Hum. Vol. 4 No. 2. 1996. Associations of work-family conflict, job satisfaction, family satisfaction and life satisfaction : A study of Married Female Secretaries. Selangor Darul Ehsan, Malaysia.

Alfadioni Utami Putri & Fathul Himam.---. Jurnal Psikologi Volume. 32. No I, hal 47-60. Kajian Fenomenologi Terhadap Dual Career Family. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Carlson, Dawn S., Michele Kacmar, and Larry J. Williams. 2000. Journal of Vocatonal Behavior, vol. 56, pg 249-276. Construction And Initial Validation Of A Multidimensional Measure Of Work-Family Conflict.

Clarke-Stewart, Alison & Dunn. (2006). FAMILIES COUNT: Effect on Child and Adolescent Development. New York: Cambridge University Press.

Duxbury,Linda, and Higgins, Chris. (2003). Work-Life Conflict in Canada in the New Millennium: A status report. http://www.phac-aspc.gc.ca/publicat/work-travail/pdf/rpt_2_e.pdf.

Felicia, Rima. 2009. Tesis: Hubungan antara tawakal dan dukungan sosial dengan stress konflik peran pada wanita karir yang beerkeluarga.UI. Jakarta. Indonesia

Gibson, James. E. 1997. “Organisasi”. Bina Rupa Aksara, Edisi 8.

Global Statistik. 2010. Teori validitas dan Reliabilitas. www.globalstatistik.com.

Greenhause, Jeffrey H. and Nicholas J. Beautell. 1985. The Academy of Management Review, Vol 10, No. 1 (Jan., 1985), pp. 76-78. Sources of Conflict betweenWork and Family Roles.

Ingranurindani, Bella.2008. Skripsi : Hubungan antara strategi regulasi emosi secara kognitif dengan hardiness pada ibu bekerja. UI. Jakarta. Indonesia.

(33)

Kusumawati, Evrida. 2004. Hubungan Status Lajang dengan Kepribadian pada wanita bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Miranti, Rizka Gita. Skripsi. 2009. Self Managemant Pada Orangtua Tunggal Wanita Yang Bekerja. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.

Mufida, Aulia. 2008. Skripsi : Hubungan work-family conflict dengan psychological well-being ibu yang bekerja.UI Fakultas Psikologi. Jakarta. Indonesia

MY. Pratama. Skripsi. Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stress Kerja Pada Wanita. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Netmeyer, Richard G., McMurrian, Robert, dan Boles, James S. (1996). Development and Validation of Work-Family Conflict and Family-Work Conflict Scales. Journal of Applied Psychology. Vol. 81. No. 400-410.

NR. Daeng. 2010. Skripsi : Perbedaan Kepuasan Pernikahan antara Suami dan Istri dalam Dual Career Family: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia.

Pannen, P, & Malati, I. 1994. Pendidikan Orang Dewasa. Dalam PAU, Dirjen Dikti, Mengajar di Perguruan Tinggi – Program Applied Approach. Jakarta: Dirjen Dikti

Parasuraman, S. and Greenhause, J. 2002. Human Resources Managemant Review. 12 (3); 299-312. Toward Reducing Some Critical Gaps in Work-Family Research.

Prayogo, Adityanto. 2010. Tesis : Penelitian Tentang Perilaku Kerjasama Dalam Bekerja Pada Karyawan Produksi Vaksin Polio PT. X (Persero) Bandung dan Penyusunan Rencana Intervensi Peningkatan Perilaku Kerjasama Karyawan. Bandung. Indonesia.

Supriyantini, Sri.2002. Hubungan Antara Pandangan Peran Gender Dengan Keterlibatan Suami Dalam Kegiatan Rumah Tangga. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan ini diambil karena BlackBerry itu sendiri sedang mengalami kondisi ketidakpastian yang disebabkan dengan semakin ketatnya saingannya yaitu Android, iOS serta Windows

• Marketing yang sensitif terhadap waktu atau tindakan komunikasi penjual sebagai kegiatan spesifik kepada customer. • Juga disebut

Wajib membawa daftar gaji tenaga ahli yang telah di audit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Bagaimana membuat sebuah aplikasi yang dapat membantu pihak sekolah dalam mengelola data siswa, data guru, data mata pelajaran, data jadwal dan data nilai

Konsep MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) masih cukup strategis diaplikasikan dan diimplementasikan dalam pengelolaan suatu pendidikan. Tetapi sayang, konsep itu

The plant GPX family may comprise up to six members that are distributed in different subcellular compartments ( Navrot et al., 2006 ).. thaliana , and their expressions

Peneliti memerintahkan siswa untuk belajar bersama atau berdiskusi terlebih dahulu mengenai materi yang telah disampaikan peneliti dengan tujuan untuk menguasai