DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan... ii
Prakata ... iii
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja
2.6 pencegahan dan Pengendalian Stres kerja ... 17
3. Perawat 4. Beban Kerja dan Stres di Ruang IGD dan ICU BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 21
2. Defenisi Operasional ... 22
3. Hipotesa Penelitian... 25
7. Pengumpulan Data ... 32 8. Analisa Data ... 33
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian ... 35 2. Pembahasan... 39
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan... 45 2. Rekomendasi... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Responden (Inform Consent) 2. Instrumen Penelitian
3. Lampiran Uji Validitas 4. Analisa data
5. Jadwal Tentatif Penelitian 6. Taksasi Dana
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 22
Tabel 5.1. Karakteristik Demografi Responden ... 36
Tabel 5.2. Rata-rata dan Penyebaran beban Kerja... 37
Tabel 5.3.Rata-rata dan Penyebaran Stres Kerja... 38
DAFTAR SKEMA
Judul : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran
Nama : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012
Abstrak
Stres kerja perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang salah satunya disebabkan oleh beban kerja berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan selama empat hari mulai tanggal 22 sampai 25 Juni 2012. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 30 orang perawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil analisa data dengan uji statistik univariat untuk beban kerja menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja perawat pelaksana berada pada kategori sedang yaitu 47,27(SD=11,483). Sedangkan untuk stres kerja , rata-rata berada pada kategori tidak mengalami stres kerja yaitu 64,90(SD=17,426). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat (r = 0,840, p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang kuat dengan stres kerja perawat.penelitian ini direkomendasikan bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbanganpihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga stres kerja tidak terjadi.
Title : The Relationship of Workload with Nurse Stress in Emergency Critical unit and Intensive Care Unit at Haji Abdul Manan Simatupang Hospital Kisaran
Name : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059
Major : Bachelor of Nursing Year : 2012
Abstract
Nurse work stres is the inability of a nurse in facing the situation and condition in the workplace, one of which is caused by excessive workloads. This study aims to identify an association between the workload and nurse job stress in IGD and ICU Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital. The research design used descriptive correlation. The research was conducted over four days from 22 until June 25, 2012. Based on purposive sampling technique obtained a sample of 30 nurses. Data were analyzed with univariate and bivariate statistical tests. The results of data analysis with univariate statistical tests to show that the workload of the average workload of the nurse executive in the category of being that is moderate 47.27 (SD = 11.483). For the stress of work, the average in the category of not experiencing job stress is 64.90 (SD = 17.426).Pearson correlation test results show that there is a relationship between workload and nurse work stress (r = 0.774, p = 0.000). This study shows that there is a significant relationship between workload and work stress of nurses. The conclusion from this study indicate that workload has a strong relationship with the he nurse work stress.
Judul : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran
Nama : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012
Abstrak
Stres kerja perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang salah satunya disebabkan oleh beban kerja berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan selama empat hari mulai tanggal 22 sampai 25 Juni 2012. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 30 orang perawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil analisa data dengan uji statistik univariat untuk beban kerja menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja perawat pelaksana berada pada kategori sedang yaitu 47,27(SD=11,483). Sedangkan untuk stres kerja , rata-rata berada pada kategori tidak mengalami stres kerja yaitu 64,90(SD=17,426). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat (r = 0,840, p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang kuat dengan stres kerja perawat.penelitian ini direkomendasikan bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbanganpihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga stres kerja tidak terjadi.
Title : The Relationship of Workload with Nurse Stress in Emergency Critical unit and Intensive Care Unit at Haji Abdul Manan Simatupang Hospital Kisaran
Name : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059
Major : Bachelor of Nursing Year : 2012
Abstract
Nurse work stres is the inability of a nurse in facing the situation and condition in the workplace, one of which is caused by excessive workloads. This study aims to identify an association between the workload and nurse job stress in IGD and ICU Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital. The research design used descriptive correlation. The research was conducted over four days from 22 until June 25, 2012. Based on purposive sampling technique obtained a sample of 30 nurses. Data were analyzed with univariate and bivariate statistical tests. The results of data analysis with univariate statistical tests to show that the workload of the average workload of the nurse executive in the category of being that is moderate 47.27 (SD = 11.483). For the stress of work, the average in the category of not experiencing job stress is 64.90 (SD = 17.426).Pearson correlation test results show that there is a relationship between workload and nurse work stress (r = 0.774, p = 0.000). This study shows that there is a significant relationship between workload and work stress of nurses. The conclusion from this study indicate that workload has a strong relationship with the he nurse work stress.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan
penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa
memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai
dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan ad
alah sumber daya manusia (Depkes RI, 2002 dalam Prihatini, 2007).
Sumber daya manusia atau tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam
institusi rumah sakit. Jika mutu tenaga kerjanya rendah, maka dapat dipastikan
mutu pengelolaan dan pelayanan rumah sakitnya juga rendah (Djojodibroto,
1997). Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, diperlukan
dukungan sumber daya manusia khususnya perawat, yang mampu mengemban
tugas dan terus mengadakan perubahan.
Perawat sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya
dituntut untuk menunjukkan kemampuan dan profesionalitasnya semata dalam
melaksanakan semua tindakan medis keperawatan. Seorang perawat juga
ditanganinya dengan berbagai situasi dan kondisi psikologis (Pieter & Lubis,
2010).
Pada perencanaan kebutuhan tenaga keperawatan, perlu diingat bahwa
tuntutan pengguna jasa rumah sakit saat ini berbeda dengan beberapa tahun yang
lalu. Pengguna jasa rumah sakit saat ini tidak hanya menuntut kesembuhan, tetapi
juga menuntut pelayanan yang cepat, sopan dan ramah. Pihak pasien menuntut
sprei harus selalu bersih, meminta spuit dan jarum yang disposable dan mereka
harus melihat perawat membukanya dari kemasan utuh. Bahkan perawat yang
tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja dianggap tidak bonafide
(Djojodibroto, 1997).
Beban kerja yang banyak disertai tuntutan dari pihak keluarga pasien
menyebabkan perawat harus selalu bergegas dan terburu-buru dalam melakukan
tindakan keperawatan (Djojodibroto, 1997). Beberapa aspek yang berhubungan
dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas
kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang digunakan untuk
mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari,
serta kelangkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya
dengan baik (Irwandy, 2007 dalam Prihatini, 2007).
Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari penyebab timbulnya
stres kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain
bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada perawat yang
ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan (munandar,
2001 dalam Prihatini, 2007).
Secara umum, stres merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi (Sunaryo, 2002). Stres
pekerjaan dapat disebabkan oleh beban kerja dan kondisi kerja (Lazarus, dalam
Abraham & Shanley, 1992). Dari hasil survei yang dilakukan Dewe (1989), lima
sumber stres kerja perawat adalah beban kerja berlebihan, kesulitan menjalin
hubungan dengan staf lain, kesulitan terlibat dalam merawat pasien krisis,
berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, dan merawat pasien yang gagal
untuk membaik Manifestasi dari stres tersebut akan diekspresikan dalam tindakan
yang terburu-buru dan tidak optimal. Adapun dampak lain dari stres, antara lain
penyakit fisik yang diinduksi oleh stres, kecelakaan kerja, absenteisme, lesu kerja
dan gangguan jiwa ( Abraham & Shanley, 1997).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prihatini (2007), mengenai
Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di tiap Ruang Rawat
Inap di RSUD Sidikalang terdapat berbagai macam kategori stres kerja pada
tatanan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan 66,7% perawat di ruang
perawatan bedah mengalami stres kerja sedang, 55,6% perawat di ruang
perawatan anak mengalami stres kerja ringan, 57,1% perawat di ruang kebidanan
mengalami stres kerja kategori ringan dan 50% perawat di ruang perawatan
penyakit dalam mengalami stres kerja kategori ringan.
Studi pendahuluan pada RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran
metode wawancara, dapat digambarkan bahwa IGD dan ICU merupakan
lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan stres tinggi. Hal ini dimungkinkan
karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang
terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan
khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat.
Hal ini juga merupakan stres bagi keluarga pasien sehingga keluarga
pasien sering mengeluh dan memberikan kritikan–kritikan sepihak tanpa
mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat. Kondisi ini pula menjadi
penyebab lain stres bagi perawat. Selain itu kondisi pasien yang kritis, ruang IGD
dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan
keterampilan khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang
tenang memberikan kesan yang serius, serta menuntut ketrampilan khusus untuk
dapat melaksanakan pekerjaan di IGD dan ICU. Kondisi kerja tersebut juga
merupakan stressor yang kuat terhadap stres pekerjaan bagi Perawat IGD dan
ICU.
Atas dasar uraian tersebut untuk memberikan masukan guna meningkatkan
produktifitas dan kualitas asuhan keperawatan di ruang IGD dan ICU perlu
adanya penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres perawat di ruang
2. Rumusan Masalah
2.1Masalah
Ruang IGD dan ICU memiliki kecenderungan stres kerja yang tinggi
karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada beban kerja yang menuntut
perhatian, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan
tindakan dengan cepat dan tepat. Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan beban
kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan
Simatupang? “.
3. Tujuan Penelitian
3.1Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada
perawat di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.
3.2Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan
ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.
2) Mengidentifikasi stres kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU
RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.
3) Mengidentifikasi hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat
pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan
Simatupang Kisaran.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis
sebagai berikut :
4.1 Manfaat Teoritis
Menguji secara empiris apakah ada hubungan antara beban kerja pada
perawat dengan stres kerja Perawat di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang
Kisaran.
4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang beban kerja
perawat, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak
manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan
dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi pada
perawat.
2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan
Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan
pengetahuan serta informasi mengenai beban kerja dan stres kerja perawat
secara mendalam, sehingga mahasiswa mampu memahami keterkaitan beban
kerja dengan stres kerja dan diharapkan beban kerja berlebih dan stres kerja
dapat dihindari.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal dalam
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan beban kerja dan stres
kerja perawat.
4. Bagi Perawat
Sebagai gambaran nyata tentang pengaruh beban kerja terhadap stress
kerja perawat di lingkungan kerja, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya
stres kerja dan sebagai informasi penting bagi Perawat IGD dan ICU agar
mereka dapat mempersiapkan diri, sehingga mengurangi tekanan mental saat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Beban Kerja
1.1 Defenisi Beban kerja
Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus
sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang
menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan
beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti
mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat
berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu
dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).
1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Menurut Manuaba (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi beban
kerja antara lain :
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;
1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas
yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat
2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift
kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis
(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor
psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
1.3Jenis Beban Kerja
Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Munandar
(2001) ada 2 jenis beban kerja, yaitu :
1.3.1 Beban kerja kuantitatif, meliputi :
a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.
b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus
dikerjakan.
c. Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama jam
kerja.
1.3.2 Beban kerja kualitatif, meliputi :
a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu
mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.
b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien
kritis.
c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas.
d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.
e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.
f. Tugas memberikan obat secara intensif.
g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan
kondisi terminal.
1.4 Dampak Beban Kerja
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik
fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan
kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan
yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan. sehingga
secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000).
2 Stres Kerja
2.1Defenisi Stres Kerja
Secara sederhana, stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang baik
secara fisik maupun mental, terhadap sesuatu di lingkungannya yang dirasa
mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2001).
Stres merujuk pada kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri
secara baik terhadap perasaan yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau
gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi ansietas dan ketidaknyamanan
(Minner, 1992 dalam Prihatini, 2007)
Dalam kaitan pekerjaan, stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga menimbulkan persepsi
jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem
biologis, psikologis dan sosial. Stres yang terlalu rendah mengakibatkan pekerja
cenderung menjadi lesu, malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya, stres yang
berlebihan mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik
terganggu dan dampak lain yang tidak diinginkan (Smet, 1994).
2.2Mekanisme Stres Kerja
Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja dapat melalui tiga tahap,
yaitu tahap pertama yaitu reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan
timbulnya beberapa gejala/tanda, namun masih dapat diatasi oleh mekanisme
pertahanan diri. Tahap kedua; reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi
maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila
timbul karena mekanisme pertahanan diri telah kolaps (layu) (Nasution, 2000
dalam Prihatini, 2007).
Menurut Selye (dalam Abraham & Shanley, 1997) ada 3 fase atau tahapan
stres berdasarkan respons individu terhadap stres yang diterima antara lain :
a. Fase Reaksi Alarm
Merupakan respon siaga dimana pada fase ini terjadi perubahan fisiologis
pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang menyebabkan kelenjar adrenal
mengeluarkan adrenalin, sehingga meningkatkan denyut jantung dan
menyebabkan pernapasan dangkal dan cepat. Darah mengalir ke otot dan otak
serta menjauh dari kulit (menyebabkan wajah menjadi pucat dan dingin pada area
tangan dan kaki), otot-otot leher, bahu dan punggung bagian bawah menjadi
tegang (posisi dan ukuran otot-otot inilah yang menjadi tanda nyata adanya stres).
b. Fase Resistensi
Fase ini terjadi apabila respon adaptif tidak mengurangi stres dan orang
yang mengalami stres dalam waktu yang lama dapat menstimulasi pengeluaran
hormon Adrenalin yang menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
mendorong darah yang pekat melewati arteri dan vena yang menyempit dengan
semakin meningkatnya penggumpalan darah. Hal ini dapat berujung pada
terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke atau jantung koroner. Tekanan
darah yang meningkat dapat juga menyebabkan kerusakan ginjal.
c. Fase Kepayahan/Kelelahan
Fase ini terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah hancur
sebagai akibat kerusakan selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa
adanya pemulihan, akan memacu terjadinya penyakit yang lebih serius atau
kemunduran, sehingga seseorang tersebut tidak mampu lagi mengatasi tuntutan
lingkungan yang dirasakan.
2.3Sumber Stres Kerja
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal
maupun jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit tetapi juga
dari beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu adalah untuk bekerja,
karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan
seorang pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang
besar terhadap jatuh sakitnya seorang tenaga kerja (Munandar, 2001)
Menurut Cooper (1983) sumber stres kerja terdiri dari:
a. Lingkungan kerja ; kondisi kerja yang buruk berpotensi
menyebabkanpekerja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan
produktivitas.
b. Beban kerja berlebih (work overload) ; dapat menjadi beban kerja
berlebih kuantitatif dan kualitaif. Beban kerja kuantitatif terjadi bila target
kerja melebihi kemampuan pekerja yang mengakibatkan mudah lelah.
Sedangkan beban kerja berlebih kualitatif terjadi jika pekerjaan memiliki
c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi
pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan,
ketidakpuasan bekerja dan lain sebagainya.
d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi
keselamatan.
Sedangkan dari beberapa analisa yang dilakukan Dewe (1989), dihasilkan
5 sumber utama stres kerja antara lain :
1) Beban kerja yang berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien,
mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa
tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan
menghadapi masalah keterbatasan tenaga perawat.
2) Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami
konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai
kerja keras yang dilakukan, dan gagal bekerja sama dengan tim kesehatan
yang lain.
3) Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya menjalankan peralatan yang
belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan bekerja dengan
dokter yang menuntut jawaban dan tindakan yang cepat.
4) Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan
dokter yang tidak memahami kebutuhan sosisal dan emosional pasien,
terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak pasti
merawat pasien yang sulit untuk bekerja sama dengan tindakan yang akan
dilakukan.
5) Merawat pasien yang gagal membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri
kronis atau mereka yang meninggal selama perawatan.
2.4Gejala-gejala Stres Kerja
Menurut Anoraga (2001) gejala stres meliputi :
a. Gejala fisik :
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku
leher belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.
b. Gejala mental :
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah
tersinggung, gelisah, dan putus asa.
c. Gejala sosial atau perilaku
Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar.
Beehr (dalam Prihatini, 2007) membagi gejala stres menjadi tiga aspek,
yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku.
Gejala psikologis Gejala fisik Gejala perilaku
Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi
dan tekanan darah Menunda, menghindari pekerjaan Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi
adrenalin Produktivitas menurun
Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras
Tabel 1.2. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku.
2.5Dampak Stres Kerja
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi
perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan
diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis
maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan
perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada din manusia sebagai usaha
mengatasi stres (Margiati, 2000 dalam Prihatini, 2007).
Menurut Lubis (2006, dalam Prihatini, 2007), stres kerja dapat
mengakibatkan hal-hal sebagai berikut ;
a. Stres kerja fisik, meliputi hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan
menstruasi dan lain-lain.
Mengurung diri Mudah lelah fisik Absensi meningkat
Depresi Kematian Banyak/kurang makan
Merasa terasing Gangguan
kardiovaskular Nafsu makan hilang
Kebosanan Gangguan pernapasan Tindakan resiko tinggi
Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas
Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak baik
Menurunnya intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri
Hilang daya konsentrasi Kanker
Hilang kreativitas Ketegangan otot
b. Stres kerja psikologis, meliputi gangguan psikis yang ringan sampai berat.
Gangguan psikis yang ringan , seperti mudah gugup, tegang,
marah-marah, apatis dan kurang konsentrasi, gangguan psikis berat, seperti
depresi dan ansietas.
2.6Pencegahan dan pengendalian Stres kerja
Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990,
dalam Prihatini, 2007) adalah sebagai berikut
1. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan
dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan
adanya beban berlebih maupun beban kerja yang ringan.
2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun
tanggung jawab di luar pekerjaan.
3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu
dengan yang lain.
5. Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.
Sedangkan pengendalian stres menurut Quick (1997, dalam Prihatini,
2007) adalah dengan cara :
a. Organisasional, yaitu memodifikasi tuntutan kerja, meningkatkan
b. Individual, yaitu memanajemen persepsi tentang stres, memanajemen
lingkungan kerja, menghindari beban kerja yang berlebih, dan
c. Menghindari respon terhadap stres.
3. Perawat
Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60%
dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah suatu profesi yang
mengkhususkan pada upaya penanganan dan perawatan pasien. Fungsi perawat
adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada
pasien baik dalam keadaan sakit maupun sehat dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan yang optimal (Hamid, 2001 dalam Prihatini, 2007)
4. Beban Kerja dan Stres Kerja di Ruang IGD dan ICU
IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan ICU (Intensive Care Unit) merupakan
pelayanan rumah sakit yang beroperasi selama 24 jam, di mana pelayanan dan
konsultasi langsung diberikan oleh dokter jaga yang berada di rumah sakit setiap
hari serta didukung dengan tersedianya pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi
dan perawat yang profesional. IGD dan ICU merupakan lingkungan kerja yang
memiliki kecenderungan stres kerja yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena
perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang
khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat, (Putrono,
2002).
Hal ini juga merupakan stres bagi keluarga pasien sehingga keluarga
pasien sering mengeluh dan memberikan kritikan–kritikan sepihak tanpa
mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat. Kondisi ini dapat pula
menimbulkan stres kerja bagi perawat, di samping kondisi pasien yang kritis,
ruang IGD dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan
keahlian khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang
memberikan kesan yang serius, serta menuntut ketrampilan khusus untuk dapat
melaksanakan pekerjaan di IGD dan ICU. Kondisi kerja tersebut juga merupakan
Skema 1 . Kerangka Teori Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja
Perawat.
Gejala Stres Kerja :
‐ Cemas,bingung, marah ‐ Hilang konsentrasi dan
mudah bosan
‐ Lelah, berkeringat dan jantung berdebar-debar ‐ Sakit kepala dan perut ‐ Otot tegang dan sendi
terasa nyeri
Sumber stres kerja
‐ Lingkungan kerja
Jenis beban kerja : a. Beban kerja
kuantitatif
b. Beban kerja kualitatif (Munandar, 2001)
‐ Beban kerja
Gejala Stres kerja : ‐ Cemas, bingung,
marah
‐ Hilang konsentrasi dan mudah bosan
‐ Lelah, berkeringat dan jantung berdebar-debar ‐ Sakit kepala dan sakit
perut
‐ Otot tegang dan sendi terasa nyeri
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep
berfungsi untuk menghubungkan variabel-variabel yang akan diteliti.
Skema 2. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Beban Kerja dengan Stres
Kerja Perawat
Independen Beban kerja
1) Observasi pasien secara ketat 2) Banyak dan beragamnya pekerjaan 3) Kontak langsung perawat-pasien 4) Rasio perawat-pasien
5) Pengetahuan dan keterampilan perawat
6) Tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang diberikan 7) Harapan pimpinan rumah sakit 8) Tuntutan keluarga pasien
9) Pengambilan keputusan yang tepat 10) Menghadapi pasien tidak berdaya
Dependen
3.2 Defenisi Operasional
Merupakan penjelasan dari semua variabel dan istilah yang dipergunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah pembaca atau peneliti dalam mengartikan makna penelitian.
Variabel Defenisi
operasional Alat ukur Hasil ukur skala
3.3Hipotesa
Berdasarkan kerangka penelitian di atas adapun hipotesa dari penelitian ini
adalah:
Ha = ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat
- Nafsu makan
hilang
- Tindakan resiko tinggi
- Kriminalitas
- Interpersonal tidak baik
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan menguji kesahihan hipotesis. Sesuai tujuan penelitian maka desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan metode cross
sectional, dimana peneliti mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran/observasi data kedua variabel hanya satu kali
pada satu saat. Dalam penelitian ini akan dilihat efek suatu fenomena (stres kerja)
yang dihubungkan dengan penyebab (beban kerja), (Nursalam, 2008).
2. Populasi, sampel dan teknik sampling
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmojo, 1993). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat
pelaksana yang bekerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan
Simatupang. Berdasarkan data yang diperoleh, populasi penelitian di ruang IGD
sampai bulan desember 2011 sebanyak 23 orang dan di ruang ICU sebanyak 7
orang sehingga populasi pada penelitian ini berjumlah 30 perawat pelaksana.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang dan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 1993). Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah Total Sampling. Total Sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana seluruh populasi dijadikan objek penelitian
(Nursalam, 2008). Berdasarkan survei yang dilakukan , diperoleh jumlah sampel
sebanyak 23 orang dari ruang IGD dan 7 orang dari ruang ICU, sehingga jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 30 orang
3. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi Penelitian yang dipilih peneliti adalah RSUD Haji Abdul Manan
Simatupang Kisaran yang beralamatkan di Jalan Haji Abdul Manan Simatupang,
Kisaran. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 juni sampai 25 Juni 2012 atau
selama empat hari. Alasan pemilihan rumah sakit ini sebagai objek penelitian
adalah karena RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran merupakan salah
satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
dimana pekerjaan pada instalasi tersebut memiliki beban kerja yang tinggi dan
dan ditemukan adanya keluhan perawat yang mengarah pada gejala stres kerja.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu dengan
memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
prosedur pelaksanaan. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden
Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan
tetap menghormati hak – haknya (Autonomy), Kerahasiaan data calon responden
dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi
hanya menuliskan inisial namanya saja untuk menjaga semua kerahasiaan semua
informasi yang diberikan (Anonimity). Peneliti juga memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
(Confidentiality), hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset (Hidayat, 2009)
5. Instrumen penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian,
yaitu tentang data demografi, tentang beban kerja, dan tentang stres kerja.
a. Kuesioner data demografi
Kuesioner data demografi meliputi nama (inisial), jenis kelamin, status
perkawinan, usia, agama, pendidikan terakhir,dan lama bekerja. Data demografi
calon responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden tanpa
dianalisa terhadap beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD RSUD
Haji Abdul Manan Simatupang .
b. Kuesioner beban kerja
Kuesioner tentang beban kerja terdiri dari 17 pernyataan dimana 13
pernyataan penulis adopsi dari instrumen beban kerja perawat IGD dari Nursalam
dan 4 pernyataan yang penulis modifikasi sendiri berdasarkan Munandar (2001,
beban kerja ringan, sedang , dan berat. Kuesioner ini menggunakan skala likert
dimana pernyataan ini memiliki empat kode, yaitu “1= Beban Kerja Berat”, “2 =
Beban Kerja Sedang”, “3 = Beban Kerja Ringan” dan “4 = Tidak Menjadi Beban
Kerja”. Pada pernyataan kuesioner ini, jika responden menjawab “1” maka
skornya 4, “2” skornya 3, “3” skornya 2, dan “4” skornya 1.
Skor maksimum dalam kuesioner beban kerja kuantitatif adalah jumlah
pernyataan x skor tertinggi, menjadi 17 x 4 =68 dan skor minimumnya adalah
jumlah pernyataan x skor terendah menjadi 17x1= 17. Sehingga rentang nilai
untuk beban kerja yaitu, Ringan = 17 - 33, Sedang = 34 - 50 dan Berat = 51 - 68.
Menurut rumus Statistik Sudjana (2002) dimana p = rentang kelas/banyak kelas. P
merupakan panjang kelas, rentang kelas adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai
terendah yaitu 51, dan banyak kelas ada 3 yaitu beban kerja ringan, sedang, dan
berat sehingga didapat nilai p = 17.
c. Kuesioner stres kerja perawat
Kuesioner tentang stres kerja terdiri dari 31 pernyataan yang penulis
adopsi dari instrumen stres kerja dari Nursalam dan dimodifikasi dari gejala stres
kerja dalam buku Anoraga, Panji (2001) dengan judul buku Psikologi Kerja dan
dalam Penelitian Stres kerja Beehr (1987, dalam Prihatini, 2007). Kuesioner ini
juga digunakan untuk mengkategorikan stres kerja menjadi dua, yaitu tidak stres
kerja dan stres kerja. Kuesioner ini menggunakan skala likert dimana pernyataan
ini memiliki 4 kode pilihan, yaitu “1 = Selalu”, “2 = Sering”, “3 =
Kadang-kadang”, dan “4 = tidak Pernah”. Pada pernyataan kuesioner ini, jika responden
Skor maksimum dalam kuesioner stres kerja adalah jumlah pernyataan x
skor tertinggi menjadi 31 x 4 = 124 dan skor minimumnya adalah jumlah
pernyataan x skor terendah menjadi 31 x 1=31 sehingga rentang nilai untuk stres
kerja yaitu Tidak Stres Kerja : 31 – 77 dan Stres Kerja : 78 – 124. Menurut rumus
Statistik Sudjana (2002) dimana p = rentang kelas/banyak kelas. P merupakan
panjang kelas, rentang kelas adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah
yaitu 93, dan banyak kelas ada 2 yaitu tidak stres kerja dan stres kerja sehingga
didapat nilai p = 47.
6. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
a. Uji validitas
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Sebuah
instrumen dikatakan valid jika instrument tersebut mampu mengukur apa saja
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu, (Setiadi, 2007).
Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (Content Validity)
yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrumen penelitian
memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki (Notoadmojo,
1993). Uji validitas instrumen dilakukan oleh dua dosen keperawatan yang ahli di
bidang manajemen keperawatan . Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner
dan proposal penelitian kepada dua orang penguji validitas. Ahli diminta untuk
mengamati secara cermat semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli
menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga
menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item
pernyataan dalam tes (Sukardi, 2009). Kuesioner dikatakan valid apabila nilai
content validity index lebih dari 0,80. Dari hasil uji yang dilakukan oleh para ahli,
didapatkan nilai content validity index beban kerja adalah 0,955 (lampiran 2) dan
stres kerja 0,951 (lampiran 2) yang artinya instrumen tersebut valid untuk
digunakan.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap variabel yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002). Uji reliabilitas penelitian
ini dilakukan pada 20 orang perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU Rumah
Sakit Swasta Ibu Kartini Kisaran. Uji reliabilitas ini digunakan dengan
menggunakan analisis cronbach alpha, yaitu dengan memasukkan data yang
diperoleh untuk diproses secara komputerisasi. Alasan digunakannya cronbach
alpha, sebab dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan skala
likert (Yunus, 2006). Menurut Djemari (2003, dalam Riwidikdo, 2008) kuesioner
dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Dari hasil uji reabilitas
yang dilakukan terhadap 20 orang responden reliabilitas dan kemudian dihitung
adalah 0,764 (lampiran 3) dan nilai reliabilitas instrumen stres kerja adalah 0,710
(lampiran 3) yang artinya kedua kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan.
7. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian
dan teknik instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, (Nursalam, 2008).
1. Prosedur Administrasi
Prosedur pengumpulan data dimulai dengan prosedur administrasi
yaitu dengan meminta surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU untuk
diserahkan kepada Kepala Keperawatan di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang
dengan melampirkan proposal penelitian untuk mendapatkan persetujuan
melakukan penelitian Setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Keperawatan,
peneliti membawa surat persetujuan tersebut ke bagian tata usaha RSUD Haji
Abdul Manan Simatupang Kisaran untuk mendapatkan surat balasan yang
menyatakan bahwa peneliti diberi izin untuk mengambil data di Ruang IGD dan
ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Proses mengurus administrasi
berlangsung dari tanggal 19 Juni sampai 22 Juni 2012, dan izin penelitian boleh
dijalankan pada tanggal 22 Juni 2012.
2. Prosedur Pengumpulan data
mendatangi perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU untuk memberikan
penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan
dan meminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Jika calon
responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, calon responden
kemudian menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed
consent.). Pada penelitian ini, semua calon responden bersedia untuk
berpartisipasi dan mengikuti prosedur penelitian yang telah disepakati. Pada hari
pertama, tanggal 22 Juni 2012 penelitian dilakukan pada shift sore pukul 15.00
pada 3 perawat pelaksana di ruang IGD dan 1 perawat pelaksana di ruang ICU.
Pemberian kuesioner berlangsung selama 10 menit. Berdasarkan beberapa
pertimbangan peneliti, kuesioner yang telah diberikan untuk diisi oleh perawat
pelaksana diberikan kembali kepada peneliti keesokan harinya sesuai jadwal shift
perawat tersebut. Begitu juga pada shift pagi dan malam. Penelitian berlangsung
dari tanggal 22 sampai 25 Juni 2012 atau selama 4 hari.
8. Analisa data
Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa
data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan data dari responden
dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi kemudian data yang sesuai
diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data.
(Nursalam, 2008)
Statistik univariat digunakan untuk menyajikan data – data demografi
perawat, yang meliputi jenis kelamin, umur, agama, suku, pendidikan terakhir
Statistik bivariat yaitu uji analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Statistik Bivariat dilakukan untuk
melihat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat itu bermakna atau
tidak. Sebelum melakukan uji statistik bivariat, peneliti terlebih dahulu melakukan
uji normalitas dengan metode Shapiro Wilk karena sampelnya ≤ 50 dengan nilai
kemaknaan (p > 0,05). Setelah dilakukan uji normalitas, didapat p = 0,153 untuk
beban kerja p = 0,422 (lampiran 4) dan untuk stres kerja p = 0,334 (lampiran 4),
yang berarti distribusi data adalah normal. Karena masalah skala pengukuran
kedua variabel adalah numerik (interval), dan distribusi data adalah normal, maka
uji korelasi yang digunakan adalah uji parametrik, yaitu uji pearson. Sebab uji
pearson adalah analisa data yang digunakan untuk menguji korelasi dari dua
variabel penelitian dengan masalah skala pengukuran numerik (interval). Dari
hasil analisa akan diperoleh nilai p, jika p < 0,005 maka Ho ditolak, ini berarti ada
hubungan beban kerja dengan stres kerja. Hasil analisa yang diperoleh adalah p =
0,840 (lampiran 4) yang berarti terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres
kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan mengenai hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul manan Simatupang kisaran.
1. Hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 22 Juni 2012 sampai 25 Juni 2012. Penelitian ini melibatkan 30 perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul manan Simatupang kisaran. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, beban kerja, stres kerja perawat dan hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat.
1.1.Karakteristik demografi responden
Deskripsi karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku, pendidikan terrakhir dan lama bekerja. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis terhadap hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.
sebanyak 13 orang (43,3%) adalah suku Batak. Berdasarkan pendidikan terakhir , mayoritas pendidikan terakhir responden adalah DIII Keperawatan yaitu sebanyak 27 orang (90%). Dilihat dari lama bekerja, sebagian besar lama bekerja responden yaitu 13 orang (43,3%) berada di rentang 5 – 7 tahun. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi dan karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang
Data Demografi
Responden Frekuensi Persentase (%)
Lanjutan tabel 5.1
Hasil analisa data beban kerja perawat IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran diperoleh mean 47,27 (SD = 11,483). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata klasifikasi beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran berada pada kategori sedang (lihat pada tabel 5.2).
Tabel 5.2. Rata-rata dan Penyebaran beban Kerja Perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang
Variabel Mean SD
Beban kerja 47,27 11,483
1.3Stres kerja
Tabel 5.3 Rata –rata dam Penyebaran Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan
Simatupang Kisaran.
Variabel Mean SD
Stres kerja 64,90 17,426
1.4 Hubungan beban kerja dengan Stres Kerja Perawat di Ruang IGD dan
ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran
Hasil uji statistik secara komputerisasi menggunakan uji pearson diperoleh koefisien korelasi beban kerja dengan stres kerja perawat yang diperoleh yaitu 0,840 yang berarti korelasi beban kerja dengan stres kerja perawat tinggi dan P Value 0,000 <0,05 yang berarti hipotesa alternatif diterima . Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel .
Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Pearson Beban Kerja dengan Stres Kerja di ruang IGD RSUD Haji Abdul Manan Simatupang
Kisaran (N=30)
Variabel 1 Variabel 2 ρ P value
2. Pembahasan
Dari data diatas penelitian yang telah diperoleh, pembahsan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang kisaran.
2.1 Beban Kerja
Dari hasil penelitian tentang beban kerja yang dapat dilihat pada tabel 5.2, menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja di ruang IGD dan ICU adalah 47,27 (SD = 11,483) dimana berada pada rentang nilai 34 – 50, yaitu kategori beban kerja sedang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Putrono (2002), bahwa perawat IGD dan ICU beresiko tinggi mengalami beban kerja berlebih karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pekerjaan yang membutuhkan perhatian, pengetahuan, dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat. Teori lain dikemukakan oleh Munandar (2001), bahwa fluktuasi beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya
bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat.
Menurut Manuaba (2000) , setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja
yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik
dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan
dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki
individu dengan individu. Adapun faktor yang mempengaruhi beban kerja yaitu
faktor internal dan faktor eksternal yang meliputi tugas-tugas keperawatan yang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya, hal ini dikarenakan perawat selain menjalankan tugas pokoknya memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, juga harus melaksanakan tugas tambahan yang lain (misalnya : menulis resep, menetapkan diagnosa penyakit, mengambil obat di apotik, menyuntik pasien, mengambil hasil laboratorium, melakukan tindakan pengobatan), disamping itu dikarenakan juga kurangnya jumlah tenaga perawat dibanding dengan jumlah pasien .
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti dengan judul Hubungan Beban Kerja Perawat IGD dengan Waktu Tanggap
Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien di IGD Badan
Pelayanan Kesehatan RSU Kabupaten Magelang yang menunjukkan hasil beban
2.2 Stres Kerja
230 perawat ICU, 54 perawat mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Arifin dengan judul Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres
Kerja Perawat ICU Di RSUD DR. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan yang
menunjukkan 76,9% perawat mengalami stres kerja sedang dan 23,1% mengalami stres kerja ringan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat IGD dan ICU beresiko tinggi mengalami stress kerja.
2.3 Hubungan Beban Kerja dengan Stres kerja di ruang IGD RSUD Haji
Abdul Manan Simatupang
Berdasarkan tabel 1.4 menunjukkan bahwa adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang yang ditunjukkan dengan hasil uji statistik Pearson p=0.000 <0,05 dengan tingkat korelasi kuat sebesar (r = 0,840 dan p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat dimana terjadinya peningkatan beban kerja akan diiringi dengan peningkatan stres kerja. Hal ini didukung oleh teori Munandar (2001), dimana jika beban kerja perawat tinggi, seharusnya tinggi pula tingkat stres kerja yang dialami oleh perawat, dimana beban kerja sedang yang tidak segera diatasi akan menambah tingkat stres dalam bekerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cooper (1983, dalam Prihatini, 2007), dimana stres kerja pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan kerja, beban kerja berlebih, dan
(2006) tentang beban kerja dan perasaan kelelahan menyimpulkan adanya hubungan beban kerja di lingkungan kerja yang merupakan gejala fisik dari stres kerja, artinya semakin berat beban kerja maka semakin tinggi pula tingkat stress kerja yang dialami perawat. Hal ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Cooper (1983), dimana perawat yang mengalami stres kerja ini disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang tidak segera diatasi serta tuntutan peran (tugas) yang lain yaitu tugas non keperawatan. Akibatnya timbul berbagai keluhan yang meliputi perawat merasa cepat lelah walau sudah istirahat, sulit untuk berkonsentrasi serta merasa sakit kepala pada saat atau setelah bekerja yang merupakan gejala dari stres kerja.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat diambil
kesimpulan mengenai hubungan beban kerja dengan stress kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.
6.1 Kesimpulan
1. Rata-rata beban kerja pada ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah 47,27 (SD=11,483) dimana rata-rata beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran berada pada kategori sedang.
2. Rata-rata stres kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah 64,90 (SD=17,426) dimana rata-rata perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tidak mengalami stres kerja.
3. Hasil uji statistik ditemukan hubungan yang signifikan (sangat kuat) antara beban kerja dengan stres kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran dengan koefisien korelasi sebesar (r=0,840dan
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas , maka saran-saran yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Dari hasil penelitian didapatkan beban kerja perawat IGD dan ICU tinggi
dan stres kerja sedang sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan
kemampuan dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi
pada perawat.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan
pengetahuan serta informasi mengenai beban kerja dan stres kerja perawat secara
mendalam, sehingga mahasiswa mampu memahami keterkaitan beban kerja
dengan stres kerja dan diharapkan beban kerja berlebih dan stres kerja dapat
dihindari.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan –
keterbatasan seperti jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk penelitian
mendatang diharapkan agar jumlah responden lebih dimaksimalkan lagi.
4. Bagi Perawat
dapat mengantisipasi stres kerja dengan cara mempersiapkan fisik dan mental,
mengikuti pelatihan dan pengembangan keahlian, juga membentuk lingkungan
sosial yang sehat antara sesama perawat untuk menghindari beban kerja berlebih
DAFTAR PUSTAKA
Abraham & shanley. (1997). Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta :
EGC
Andreas, A. (2008). Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja Perawat ICU.
http://eprints.undip.ac.id/10782/1/(jurnal)-andreas_agung_k.pdf
Anoraga. (2001). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Arifin. (2007). Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres Kerja Perawat ICU di RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/65420814114_abs.pdf Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Dahlan, S.M. (2008). Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat, Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS (Edisi 3). Jakarta : Salemba Medika
Djojodibroto. (1997). Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Hipokrates
Fraser. (1992). Stres dan Kepuasan Kerja. Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo
Manuaba. (2000). Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya : Guna Widya
Munandar. (2001). Stres dan Keselamatan Kerja. Jakarta : UI. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Prihatini. (2007). Analisis Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan
Riwidikdo, H. (2008). Statistika Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Widiasarana Indonesia
Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Nama Peneliti : Siska Dolok Saribu
Judul Penelitian : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU.
Hasil penelitian ini akan dijadikan bahan masukan bagi pihak rumah sakit untuk dapat dijadikan pertimbangan pihak manajemen rumah sakit didalam pengambilan keputusan pembuatan kebijakan baru untuk kedepannya.
Oleh karena itu, diharapkan perawat-perawat di ruang IGDdan ICU dapat bekerjasama dengan baik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti berjanji akan menghargai hak perawat IGD dan ICU dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik dalam pengumpulan data, pengolahan, maupun dalam penyajian laporan nantinya. Keikutsertaan perawat-perawat adalah sukarela sehingga bebas untuk menolak ikut serta di dalam penelitian ini tanpa ada sanksi.
Oleh karena itu, melalui penjelasan yang singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi perawat-perawat IGD dan ICU dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terima kasih.
Kisaran, Juni 2012
Lampiran 2
INSTRUMENT PENELITIAN
A. Data Demografi
Nama :
Petunjuk Pengisian :
1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban
2. Beri tanda ( √ ) pada kotak yang disediakan
3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan 1 jawaban yang sesuai
menurut responden
No. responden :
1. Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
2. Usia ….
3. Status perkawinan
Menikah belum menikah
4. Agama ….
5. Suku
Batak Jawa Lain-lain
Melayu Minang
6. Pendidikan terakhir
SPK S1 Keperawatan
DIII Keperawatan
LEMBAR KUESIONER
B. Beban Kerja Perawat IGD dan ICU
Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan
pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan yang Anda alami.
Kode :
1 Melakukan observasi pasien secara ketat selama jam kerja
2 Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan pasien 3 Beragamnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan demi keselamatan pasien 4 Kontak langsung perawat dengan pasien
di ruang IGD secara terus-menerus selama jam kerja
5 Kurangnya tenaga perawat IGD dibanding dengan pasien kritis 6 Membuat dokumentasi asuhan
keperawatan yang telah dilakukan 7 Menyampaikan informasi mengenai
status kesehatan pasien kepada pasien dan keluarganya
8 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan diberikan kepada pasien dan keluarganya
Beban Kerja kualitatif
10 Pengetahuan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di IGD dan ICU
11 Keterampilan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di IGD dan ICU
12 Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas
13 Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
14 Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang tepat
15 Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan klien IGD dan ICU
16 Setiap saat menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.
C. Stres Kerja Perawat IGD dan ICU
Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan
pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan yang Anda alami.
Kode :
- 4 = Selalu
- 3 = Sering
- 2 = kadang-kadang
- 1= Tidak Pernah
NO PERNYATAAN 1 2 3 4
Stres fisik
1 Saya merasa otot kaku (kaku leher) setelah bekerja
2 Saya merasa denyut nadi meningkat saat bekerja 3 Saya kehilangan napsu makan
4 Saya merasa tangan terasa capek saat bekerja
5 Saya kesulitan tidur pada shift malam 6 Tangan saya berkeringat saat bekerja
7 Betis saya terasa pegal saat bekerja Stres psikologis
Pada saat bekerja saya :
8 Merasa cemas dan tegang
9 Mudah kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun
tidak cukup
12 Berpikir hal-hal kecil terlalu detail
13 Merasa jenuh dan tidak bersemangat 14 Merasa bingung
15 Merasa tidak puas
16 Menghindari pekerjaan yang sulit
17 Merasa terasing dari perawat-perawat lainnya
18 Sensitif dan mudah marah tanpa sebab yang berarti 19 Merasa tidak efektif dalam berkomunikasi dengan
teman kerja
Stres perilaku / social
20 Saya menghindar dari masalah saat bekerja
21 Saya merasa produktivitas kerja saya menurun 22 Saya menunda pekerjaan yang sulit
23 Napsu makan saya menurun
24 Saya melakukan tindakan kekerasan terhadap rekan kerja jika mereka membuat saya kesal saat bekerja
25 Saya berlaku curang saat bekerja
26 Saya melakukan tindakan yang dapat merugikan pasien
27 Saya malas masuk kerja
28 saya merasa ingin bunuh diri karena gagal melakukan pekerjaan
29 Saya berselisih dengan teman kerja