• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan... ii

Prakata ... iii

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja

2.6 pencegahan dan Pengendalian Stres kerja ... 17

3. Perawat 4. Beban Kerja dan Stres di Ruang IGD dan ICU BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 21

2. Defenisi Operasional ... 22

3. Hipotesa Penelitian... 25

(7)

7. Pengumpulan Data ... 32 8. Analisa Data ... 33

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 35 2. Pembahasan... 39  

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan... 45 2. Rekomendasi... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden (Inform Consent) 2. Instrumen Penelitian

3. Lampiran Uji Validitas 4. Analisa data

5. Jadwal Tentatif Penelitian 6. Taksasi Dana

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 22

Tabel 5.1. Karakteristik Demografi Responden ... 36

Tabel 5.2. Rata-rata dan Penyebaran beban Kerja... 37

Tabel 5.3.Rata-rata dan Penyebaran Stres Kerja... 38

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

Judul : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Nama : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012

Abstrak

Stres kerja perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang salah satunya disebabkan oleh beban kerja berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan selama empat hari mulai tanggal 22 sampai 25 Juni 2012. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 30 orang perawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil analisa data dengan uji statistik univariat untuk beban kerja menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja perawat pelaksana berada pada kategori sedang yaitu 47,27(SD=11,483). Sedangkan untuk stres kerja , rata-rata berada pada kategori tidak mengalami stres kerja yaitu 64,90(SD=17,426). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat (r = 0,840, p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang kuat dengan stres kerja perawat.penelitian ini direkomendasikan bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbanganpihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga stres kerja tidak terjadi.

(11)

Title : The Relationship of Workload with Nurse Stress in Emergency Critical unit and Intensive Care Unit at Haji Abdul Manan Simatupang Hospital Kisaran

Name : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Major : Bachelor of Nursing Year : 2012

Abstract

Nurse work stres is the inability of a nurse in facing the situation and condition in the workplace, one of which is caused by excessive workloads. This study aims to identify an association between the workload and nurse job stress in IGD and ICU Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital. The research design used descriptive correlation. The research was conducted over four days from 22 until June 25, 2012. Based on purposive sampling technique obtained a sample of 30 nurses. Data were analyzed with univariate and bivariate statistical tests. The results of data analysis with univariate statistical tests to show that the workload of the average workload of the nurse executive in the category of being that is moderate 47.27 (SD = 11.483). For the stress of work, the average in the category of not experiencing job stress is 64.90 (SD = 17.426).Pearson correlation test results show that there is a relationship between workload and nurse work stress (r = 0.774, p = 0.000). This study shows that there is a significant relationship between workload and work stress of nurses. The conclusion from this study indicate that workload has a strong relationship with the he nurse work stress.  

   

(12)

Judul : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Nama : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012

Abstrak

Stres kerja perawat adalah ketidakmampuan seorang perawat dalam menghadapi situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang salah satunya disebabkan oleh beban kerja berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan selama empat hari mulai tanggal 22 sampai 25 Juni 2012. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 30 orang perawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil analisa data dengan uji statistik univariat untuk beban kerja menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja perawat pelaksana berada pada kategori sedang yaitu 47,27(SD=11,483). Sedangkan untuk stres kerja , rata-rata berada pada kategori tidak mengalami stres kerja yaitu 64,90(SD=17,426). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat (r = 0,840, p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang kuat dengan stres kerja perawat.penelitian ini direkomendasikan bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbanganpihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga stres kerja tidak terjadi.

(13)

Title : The Relationship of Workload with Nurse Stress in Emergency Critical unit and Intensive Care Unit at Haji Abdul Manan Simatupang Hospital Kisaran

Name : Siska Dolok Saribu NIM : 081101059

Major : Bachelor of Nursing Year : 2012

Abstract

Nurse work stres is the inability of a nurse in facing the situation and condition in the workplace, one of which is caused by excessive workloads. This study aims to identify an association between the workload and nurse job stress in IGD and ICU Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital. The research design used descriptive correlation. The research was conducted over four days from 22 until June 25, 2012. Based on purposive sampling technique obtained a sample of 30 nurses. Data were analyzed with univariate and bivariate statistical tests. The results of data analysis with univariate statistical tests to show that the workload of the average workload of the nurse executive in the category of being that is moderate 47.27 (SD = 11.483). For the stress of work, the average in the category of not experiencing job stress is 64.90 (SD = 17.426).Pearson correlation test results show that there is a relationship between workload and nurse work stress (r = 0.774, p = 0.000). This study shows that there is a significant relationship between workload and work stress of nurses. The conclusion from this study indicate that workload has a strong relationship with the he nurse work stress.  

   

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan

penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa

memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai

dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan ad

alah sumber daya manusia (Depkes RI, 2002 dalam Prihatini, 2007).

Sumber daya manusia atau tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam

institusi rumah sakit. Jika mutu tenaga kerjanya rendah, maka dapat dipastikan

mutu pengelolaan dan pelayanan rumah sakitnya juga rendah (Djojodibroto,

1997). Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, diperlukan

dukungan sumber daya manusia khususnya perawat, yang mampu mengemban

tugas dan terus mengadakan perubahan.

Perawat sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya

dituntut untuk menunjukkan kemampuan dan profesionalitasnya semata dalam

melaksanakan semua tindakan medis keperawatan. Seorang perawat juga

(15)

ditanganinya dengan berbagai situasi dan kondisi psikologis (Pieter & Lubis,

2010).

Pada perencanaan kebutuhan tenaga keperawatan, perlu diingat bahwa

tuntutan pengguna jasa rumah sakit saat ini berbeda dengan beberapa tahun yang

lalu. Pengguna jasa rumah sakit saat ini tidak hanya menuntut kesembuhan, tetapi

juga menuntut pelayanan yang cepat, sopan dan ramah. Pihak pasien menuntut

sprei harus selalu bersih, meminta spuit dan jarum yang disposable dan mereka

harus melihat perawat membukanya dari kemasan utuh. Bahkan perawat yang

tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja dianggap tidak bonafide

(Djojodibroto, 1997).

Beban kerja yang banyak disertai tuntutan dari pihak keluarga pasien

menyebabkan perawat harus selalu bergegas dan terburu-buru dalam melakukan

tindakan keperawatan (Djojodibroto, 1997). Beberapa aspek yang berhubungan

dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas

kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang digunakan untuk

mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari,

serta kelangkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya

dengan baik (Irwandy, 2007 dalam Prihatini, 2007).

Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari penyebab timbulnya

stres kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain

bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada perawat yang

(16)

ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan (munandar,

2001 dalam Prihatini, 2007).

Secara umum, stres merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang

menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi (Sunaryo, 2002). Stres

pekerjaan dapat disebabkan oleh beban kerja dan kondisi kerja (Lazarus, dalam

Abraham & Shanley, 1992). Dari hasil survei yang dilakukan Dewe (1989), lima

sumber stres kerja perawat adalah beban kerja berlebihan, kesulitan menjalin

hubungan dengan staf lain, kesulitan terlibat dalam merawat pasien krisis,

berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, dan merawat pasien yang gagal

untuk membaik Manifestasi dari stres tersebut akan diekspresikan dalam tindakan

yang terburu-buru dan tidak optimal. Adapun dampak lain dari stres, antara lain

penyakit fisik yang diinduksi oleh stres, kecelakaan kerja, absenteisme, lesu kerja

dan gangguan jiwa ( Abraham & Shanley, 1997).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prihatini (2007), mengenai

Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di tiap Ruang Rawat

Inap di RSUD Sidikalang terdapat berbagai macam kategori stres kerja pada

tatanan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan 66,7% perawat di ruang

perawatan bedah mengalami stres kerja sedang, 55,6% perawat di ruang

perawatan anak mengalami stres kerja ringan, 57,1% perawat di ruang kebidanan

mengalami stres kerja kategori ringan dan 50% perawat di ruang perawatan

penyakit dalam mengalami stres kerja kategori ringan.

Studi pendahuluan pada RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

(17)

metode wawancara, dapat digambarkan bahwa IGD dan ICU merupakan

lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan stres tinggi. Hal ini dimungkinkan

karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang

terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan

khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat.

Hal ini juga merupakan stres bagi keluarga pasien sehingga keluarga

pasien sering mengeluh dan memberikan kritikan–kritikan sepihak tanpa

mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat. Kondisi ini pula menjadi

penyebab lain stres bagi perawat. Selain itu kondisi pasien yang kritis, ruang IGD

dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan

keterampilan khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang

tenang memberikan kesan yang serius, serta menuntut ketrampilan khusus untuk

dapat melaksanakan pekerjaan di IGD dan ICU. Kondisi kerja tersebut juga

merupakan stressor yang kuat terhadap stres pekerjaan bagi Perawat IGD dan

ICU.

Atas dasar uraian tersebut untuk memberikan masukan guna meningkatkan

produktifitas dan kualitas asuhan keperawatan di ruang IGD dan ICU perlu

adanya penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres perawat di ruang

(18)

2. Rumusan Masalah

2.1Masalah

Ruang IGD dan ICU memiliki kecenderungan stres kerja yang tinggi

karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada beban kerja yang menuntut

perhatian, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan

tindakan dengan cepat dan tepat. Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan beban

kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang? “.

3. Tujuan Penelitian

3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada

perawat di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

3.2Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan

ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

2) Mengidentifikasi stres kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU

RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

3) Mengidentifikasi hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat

pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

(19)

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis

sebagai berikut :

4.1 Manfaat Teoritis

Menguji secara empiris apakah ada hubungan antara beban kerja pada

perawat dengan stres kerja Perawat di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Kisaran.

4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit

Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang beban kerja

perawat, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak

manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan

dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi pada

perawat.

2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan

pengetahuan serta informasi mengenai beban kerja dan stres kerja perawat

secara mendalam, sehingga mahasiswa mampu memahami keterkaitan beban

kerja dengan stres kerja dan diharapkan beban kerja berlebih dan stres kerja

dapat dihindari.

(20)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal dalam

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan beban kerja dan stres

kerja perawat.

4. Bagi Perawat

Sebagai gambaran nyata tentang pengaruh beban kerja terhadap stress

kerja perawat di lingkungan kerja, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya

stres kerja dan sebagai informasi penting bagi Perawat IGD dan ICU agar

mereka dapat mempersiapkan diri, sehingga mengurangi tekanan mental saat

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Beban Kerja

1.1 Defenisi Beban kerja

Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus

sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang

menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan

beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti

mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat

berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu

dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor

internal. Menurut Manuaba (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi beban

kerja antara lain :

a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;

1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat

kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas

yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat

(22)

2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift

kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,

pelimpahan tugas dan wewenang.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,

lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri

akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis

(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor

psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

1.3Jenis Beban Kerja

Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Munandar

(2001) ada 2 jenis beban kerja, yaitu :

1.3.1 Beban kerja kuantitatif, meliputi :

a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.

b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus

dikerjakan.

c. Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama jam

kerja.

(23)

1.3.2 Beban kerja kualitatif, meliputi :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu

mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.

b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien

kritis.

c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas.

d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.

e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.

f. Tugas memberikan obat secara intensif.

g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan

kondisi terminal.

1.4 Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik

fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan

pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit

dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan

kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan

yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan. sehingga

secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000).

(24)

2 Stres Kerja

2.1Defenisi Stres Kerja

Secara sederhana, stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang baik

secara fisik maupun mental, terhadap sesuatu di lingkungannya yang dirasa

mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2001).

Stres merujuk pada kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri

secara baik terhadap perasaan yang mengancam kondisi fisik dan psikis atau

gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi ansietas dan ketidaknyamanan

(Minner, 1992 dalam Prihatini, 2007)

Dalam kaitan pekerjaan, stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh

transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga menimbulkan persepsi

jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem

biologis, psikologis dan sosial. Stres yang terlalu rendah mengakibatkan pekerja

cenderung menjadi lesu, malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya, stres yang

berlebihan mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik

terganggu dan dampak lain yang tidak diinginkan (Smet, 1994).

2.2Mekanisme Stres Kerja

Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja dapat melalui tiga tahap,

yaitu tahap pertama yaitu reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan

timbulnya beberapa gejala/tanda, namun masih dapat diatasi oleh mekanisme

pertahanan diri. Tahap kedua; reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi

maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila

(25)

timbul karena mekanisme pertahanan diri telah kolaps (layu) (Nasution, 2000

dalam Prihatini, 2007).

Menurut Selye (dalam Abraham & Shanley, 1997) ada 3 fase atau tahapan

stres berdasarkan respons individu terhadap stres yang diterima antara lain :

a. Fase Reaksi Alarm

Merupakan respon siaga dimana pada fase ini terjadi perubahan fisiologis

pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang menyebabkan kelenjar adrenal

mengeluarkan adrenalin, sehingga meningkatkan denyut jantung dan

menyebabkan pernapasan dangkal dan cepat. Darah mengalir ke otot dan otak

serta menjauh dari kulit (menyebabkan wajah menjadi pucat dan dingin pada area

tangan dan kaki), otot-otot leher, bahu dan punggung bagian bawah menjadi

tegang (posisi dan ukuran otot-otot inilah yang menjadi tanda nyata adanya stres).

b. Fase Resistensi

Fase ini terjadi apabila respon adaptif tidak mengurangi stres dan orang

yang mengalami stres dalam waktu yang lama dapat menstimulasi pengeluaran

hormon Adrenalin yang menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk

mendorong darah yang pekat melewati arteri dan vena yang menyempit dengan

semakin meningkatnya penggumpalan darah. Hal ini dapat berujung pada

terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke atau jantung koroner. Tekanan

darah yang meningkat dapat juga menyebabkan kerusakan ginjal.

(26)

c. Fase Kepayahan/Kelelahan

Fase ini terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah hancur

sebagai akibat kerusakan selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa

adanya pemulihan, akan memacu terjadinya penyakit yang lebih serius atau

kemunduran, sehingga seseorang tersebut tidak mampu lagi mengatasi tuntutan

lingkungan yang dirasakan.

2.3Sumber Stres Kerja

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal

maupun jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit tetapi juga

dari beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu adalah untuk bekerja,

karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan

seorang pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang

besar terhadap jatuh sakitnya seorang tenaga kerja (Munandar, 2001)

Menurut Cooper (1983) sumber stres kerja terdiri dari:

a. Lingkungan kerja ; kondisi kerja yang buruk berpotensi

menyebabkanpekerja mudah sakit, mengalami stress dan menurunkan

produktivitas.

b. Beban kerja berlebih (work overload) ; dapat menjadi beban kerja

berlebih kuantitatif dan kualitaif. Beban kerja kuantitatif terjadi bila target

kerja melebihi kemampuan pekerja yang mengakibatkan mudah lelah.

Sedangkan beban kerja berlebih kualitatif terjadi jika pekerjaan memiliki

(27)

c. Deprivational stress ; yaitu pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi

pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan,

ketidakpuasan bekerja dan lain sebagainya.

d. Pekerjaan beresiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi

keselamatan.

Sedangkan dari beberapa analisa yang dilakukan Dewe (1989), dihasilkan

5 sumber utama stres kerja antara lain :

1) Beban kerja yang berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien,

mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa

tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan

menghadapi masalah keterbatasan tenaga perawat.

2) Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami

konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai

kerja keras yang dilakukan, dan gagal bekerja sama dengan tim kesehatan

yang lain.

3) Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya menjalankan peralatan yang

belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan bekerja dengan

dokter yang menuntut jawaban dan tindakan yang cepat.

4) Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan

dokter yang tidak memahami kebutuhan sosisal dan emosional pasien,

terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa tidak pasti

(28)

merawat pasien yang sulit untuk bekerja sama dengan tindakan yang akan

dilakukan.

5) Merawat pasien yang gagal membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri

kronis atau mereka yang meninggal selama perawatan.

2.4Gejala-gejala Stres Kerja

Menurut Anoraga (2001) gejala stres meliputi :

a. Gejala fisik :

Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku

leher belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.

b. Gejala mental :

Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah

tersinggung, gelisah, dan putus asa.

c. Gejala sosial atau perilaku

Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar.

Beehr (dalam Prihatini, 2007) membagi gejala stres menjadi tiga aspek,

yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku.

Gejala psikologis Gejala fisik Gejala perilaku

Kecemasan, ketegangan Meningkatnya nadi

dan tekanan darah Menunda, menghindari pekerjaan Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi

adrenalin Produktivitas menurun

Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman keras

(29)

Tabel 1.2. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku.

2.5Dampak Stres Kerja

Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi

perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan

diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan

sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis

maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan

perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada din manusia sebagai usaha

mengatasi stres (Margiati, 2000 dalam Prihatini, 2007).

Menurut Lubis (2006, dalam Prihatini, 2007), stres kerja dapat

mengakibatkan hal-hal sebagai berikut ;

a. Stres kerja fisik, meliputi hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan

menstruasi dan lain-lain.

Mengurung diri Mudah lelah fisik Absensi meningkat

Depresi Kematian Banyak/kurang makan

Merasa terasing Gangguan

kardiovaskular Nafsu makan hilang

Kebosanan Gangguan pernapasan Tindakan resiko tinggi

Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas

Lelah mental Gangguan kulit Interpersonal tidak baik

Menurunnya intelektual Kepala pusing Cenderung bunuh diri

Hilang daya konsentrasi Kanker

Hilang kreativitas Ketegangan otot

(30)

b. Stres kerja psikologis, meliputi gangguan psikis yang ringan sampai berat.

Gangguan psikis yang ringan , seperti mudah gugup, tegang,

marah-marah, apatis dan kurang konsentrasi, gangguan psikis berat, seperti

depresi dan ansietas.

2.6Pencegahan dan pengendalian Stres kerja

Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990,

dalam Prihatini, 2007) adalah sebagai berikut

1. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan

dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan

adanya beban berlebih maupun beban kerja yang ringan.

2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun

tanggung jawab di luar pekerjaan.

3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,

mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.

4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu

dengan yang lain.

5. Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan

kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.

Sedangkan pengendalian stres menurut Quick (1997, dalam Prihatini,

2007) adalah dengan cara :

a. Organisasional, yaitu memodifikasi tuntutan kerja, meningkatkan

(31)

b. Individual, yaitu memanajemen persepsi tentang stres, memanajemen

lingkungan kerja, menghindari beban kerja yang berlebih, dan

c. Menghindari respon terhadap stres.

3. Perawat

Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60%

dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu tenaga

kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak

pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah suatu profesi yang

mengkhususkan pada upaya penanganan dan perawatan pasien. Fungsi perawat

adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada

pasien baik dalam keadaan sakit maupun sehat dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan yang optimal (Hamid, 2001 dalam Prihatini, 2007)

4. Beban Kerja dan Stres Kerja di Ruang IGD dan ICU

IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan ICU (Intensive Care Unit) merupakan

pelayanan rumah sakit yang beroperasi selama 24 jam, di mana pelayanan dan

konsultasi langsung diberikan oleh dokter jaga yang berada di rumah sakit setiap

hari serta didukung dengan tersedianya pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi

dan perawat yang profesional. IGD dan ICU merupakan lingkungan kerja yang

memiliki kecenderungan stres kerja yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena

perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang

(32)

khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat, (Putrono,

2002).

Hal ini juga merupakan stres bagi keluarga pasien sehingga keluarga

pasien sering mengeluh dan memberikan kritikan–kritikan sepihak tanpa

mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat. Kondisi ini dapat pula

menimbulkan stres kerja bagi perawat, di samping kondisi pasien yang kritis,

ruang IGD dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan

keahlian khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang

memberikan kesan yang serius, serta menuntut ketrampilan khusus untuk dapat

melaksanakan pekerjaan di IGD dan ICU. Kondisi kerja tersebut juga merupakan

(33)

Skema 1 . Kerangka Teori Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja

Perawat.

Gejala Stres Kerja :

‐ Cemas,bingung, marah ‐ Hilang konsentrasi dan

mudah bosan

‐ Lelah, berkeringat dan jantung berdebar-debar ‐ Sakit kepala dan perut ‐ Otot tegang dan sendi

terasa nyeri

Sumber stres kerja

‐ Lingkungan kerja

Jenis beban kerja : a. Beban kerja

kuantitatif

b. Beban kerja kualitatif (Munandar, 2001)

‐ Beban kerja

Gejala Stres kerja : ‐ Cemas, bingung,

marah

‐ Hilang konsentrasi dan mudah bosan

‐ Lelah, berkeringat dan jantung berdebar-debar ‐ Sakit kepala dan sakit

perut

‐ Otot tegang dan sendi terasa nyeri

(34)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep

berfungsi untuk menghubungkan variabel-variabel yang akan diteliti.

Skema 2. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Beban Kerja dengan Stres

Kerja Perawat

Independen Beban kerja

1) Observasi pasien secara ketat 2) Banyak dan beragamnya pekerjaan 3) Kontak langsung perawat-pasien 4) Rasio perawat-pasien

5) Pengetahuan dan keterampilan perawat

6) Tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang diberikan 7) Harapan pimpinan rumah sakit 8) Tuntutan keluarga pasien

9) Pengambilan keputusan yang tepat 10) Menghadapi pasien tidak berdaya

Dependen

(35)

3.2 Defenisi Operasional

Merupakan penjelasan dari semua variabel dan istilah yang dipergunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah pembaca atau peneliti dalam mengartikan makna penelitian.

Variabel Defenisi

operasional Alat ukur Hasil ukur skala

(36)
(37)
(38)

3.3Hipotesa

Berdasarkan kerangka penelitian di atas adapun hipotesa dari penelitian ini

adalah:

Ha = ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat

- Nafsu makan

hilang

- Tindakan resiko tinggi

- Kriminalitas

- Interpersonal tidak baik

(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan menguji kesahihan hipotesis. Sesuai tujuan penelitian maka desain

penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan metode cross

sectional, dimana peneliti mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/observasi data kedua variabel hanya satu kali

pada satu saat. Dalam penelitian ini akan dilihat efek suatu fenomena (stres kerja)

yang dihubungkan dengan penyebab (beban kerja), (Nursalam, 2008).

2. Populasi, sampel dan teknik sampling

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoatmojo, 1993). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat

pelaksana yang bekerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang. Berdasarkan data yang diperoleh, populasi penelitian di ruang IGD

sampai bulan desember 2011 sebanyak 23 orang dan di ruang ICU sebanyak 7

orang sehingga populasi pada penelitian ini berjumlah 30 perawat pelaksana.

(40)

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang dan diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 1993). Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah Total Sampling. Total Sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana seluruh populasi dijadikan objek penelitian

(Nursalam, 2008). Berdasarkan survei yang dilakukan , diperoleh jumlah sampel

sebanyak 23 orang dari ruang IGD dan 7 orang dari ruang ICU, sehingga jumlah

sampel pada penelitian ini adalah 30 orang

3. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi Penelitian yang dipilih peneliti adalah RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang Kisaran yang beralamatkan di Jalan Haji Abdul Manan Simatupang,

Kisaran. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 juni sampai 25 Juni 2012 atau

selama empat hari. Alasan pemilihan rumah sakit ini sebagai objek penelitian

adalah karena RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran merupakan salah

satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat

dimana pekerjaan pada instalasi tersebut memiliki beban kerja yang tinggi dan

dan ditemukan adanya keluhan perawat yang mengarah pada gejala stres kerja.

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu dengan

memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan

prosedur pelaksanaan. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden

(41)

Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak – haknya (Autonomy), Kerahasiaan data calon responden

dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi

hanya menuliskan inisial namanya saja untuk menjaga semua kerahasiaan semua

informasi yang diberikan (Anonimity). Peneliti juga memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti

(Confidentiality), hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2009)

5. Instrumen penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian,

yaitu tentang data demografi, tentang beban kerja, dan tentang stres kerja.

a. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi meliputi nama (inisial), jenis kelamin, status

perkawinan, usia, agama, pendidikan terakhir,dan lama bekerja. Data demografi

calon responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden tanpa

dianalisa terhadap beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD RSUD

Haji Abdul Manan Simatupang .

b. Kuesioner beban kerja

Kuesioner tentang beban kerja terdiri dari 17 pernyataan dimana 13

pernyataan penulis adopsi dari instrumen beban kerja perawat IGD dari Nursalam

dan 4 pernyataan yang penulis modifikasi sendiri berdasarkan Munandar (2001,

(42)

beban kerja ringan, sedang , dan berat. Kuesioner ini menggunakan skala likert

dimana pernyataan ini memiliki empat kode, yaitu “1= Beban Kerja Berat”, “2 =

Beban Kerja Sedang”, “3 = Beban Kerja Ringan” dan “4 = Tidak Menjadi Beban

Kerja”. Pada pernyataan kuesioner ini, jika responden menjawab “1” maka

skornya 4, “2” skornya 3, “3” skornya 2, dan “4” skornya 1.

Skor maksimum dalam kuesioner beban kerja kuantitatif adalah jumlah

pernyataan x skor tertinggi, menjadi 17 x 4 =68 dan skor minimumnya adalah

jumlah pernyataan x skor terendah menjadi 17x1= 17. Sehingga rentang nilai

untuk beban kerja yaitu, Ringan = 17 - 33, Sedang = 34 - 50 dan Berat = 51 - 68.

Menurut rumus Statistik Sudjana (2002) dimana p = rentang kelas/banyak kelas. P

merupakan panjang kelas, rentang kelas adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai

terendah yaitu 51, dan banyak kelas ada 3 yaitu beban kerja ringan, sedang, dan

berat sehingga didapat nilai p = 17.

c. Kuesioner stres kerja perawat

Kuesioner tentang stres kerja terdiri dari 31 pernyataan yang penulis

adopsi dari instrumen stres kerja dari Nursalam dan dimodifikasi dari gejala stres

kerja dalam buku Anoraga, Panji (2001) dengan judul buku Psikologi Kerja dan

dalam Penelitian Stres kerja Beehr (1987, dalam Prihatini, 2007). Kuesioner ini

juga digunakan untuk mengkategorikan stres kerja menjadi dua, yaitu tidak stres

kerja dan stres kerja. Kuesioner ini menggunakan skala likert dimana pernyataan

ini memiliki 4 kode pilihan, yaitu “1 = Selalu”, “2 = Sering”, “3 =

Kadang-kadang”, dan “4 = tidak Pernah”. Pada pernyataan kuesioner ini, jika responden

(43)

Skor maksimum dalam kuesioner stres kerja adalah jumlah pernyataan x

skor tertinggi menjadi 31 x 4 = 124 dan skor minimumnya adalah jumlah

pernyataan x skor terendah menjadi 31 x 1=31 sehingga rentang nilai untuk stres

kerja yaitu Tidak Stres Kerja : 31 – 77 dan Stres Kerja : 78 – 124. Menurut rumus

Statistik Sudjana (2002) dimana p = rentang kelas/banyak kelas. P merupakan

panjang kelas, rentang kelas adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah

yaitu 93, dan banyak kelas ada 2 yaitu tidak stres kerja dan stres kerja sehingga

didapat nilai p = 47.

6. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

a. Uji validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Sebuah

instrumen dikatakan valid jika instrument tersebut mampu mengukur apa saja

yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu, (Setiadi, 2007).

Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (Content Validity)

yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrumen penelitian

memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki (Notoadmojo,

1993). Uji validitas instrumen dilakukan oleh dua dosen keperawatan yang ahli di

bidang manajemen keperawatan . Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner

dan proposal penelitian kepada dua orang penguji validitas. Ahli diminta untuk

mengamati secara cermat semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli

(44)

menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga

menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item

pernyataan dalam tes (Sukardi, 2009). Kuesioner dikatakan valid apabila nilai

content validity index lebih dari 0,80. Dari hasil uji yang dilakukan oleh para ahli,

didapatkan nilai content validity index beban kerja adalah 0,955 (lampiran 2) dan

stres kerja 0,951 (lampiran 2) yang artinya instrumen tersebut valid untuk

digunakan.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang

berlainan (Nursalam, 2008). Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk

mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap variabel yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002). Uji reliabilitas penelitian

ini dilakukan pada 20 orang perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU Rumah

Sakit Swasta Ibu Kartini Kisaran. Uji reliabilitas ini digunakan dengan

menggunakan analisis cronbach alpha, yaitu dengan memasukkan data yang

diperoleh untuk diproses secara komputerisasi. Alasan digunakannya cronbach

alpha, sebab dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan skala

likert (Yunus, 2006). Menurut Djemari (2003, dalam Riwidikdo, 2008) kuesioner

dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Dari hasil uji reabilitas

yang dilakukan terhadap 20 orang responden reliabilitas dan kemudian dihitung

(45)

adalah 0,764 (lampiran 3) dan nilai reliabilitas instrumen stres kerja adalah 0,710

(lampiran 3) yang artinya kedua kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan.

7. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian

dan teknik instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, (Nursalam, 2008).

1. Prosedur Administrasi

Prosedur pengumpulan data dimulai dengan prosedur administrasi

yaitu dengan meminta surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU untuk

diserahkan kepada Kepala Keperawatan di RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

dengan melampirkan proposal penelitian untuk mendapatkan persetujuan

melakukan penelitian Setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Keperawatan,

peneliti membawa surat persetujuan tersebut ke bagian tata usaha RSUD Haji

Abdul Manan Simatupang Kisaran untuk mendapatkan surat balasan yang

menyatakan bahwa peneliti diberi izin untuk mengambil data di Ruang IGD dan

ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang. Proses mengurus administrasi

berlangsung dari tanggal 19 Juni sampai 22 Juni 2012, dan izin penelitian boleh

dijalankan pada tanggal 22 Juni 2012.

2. Prosedur Pengumpulan data

(46)

mendatangi perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU untuk memberikan

penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan

dan meminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Jika calon

responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, calon responden

kemudian menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed

consent.). Pada penelitian ini, semua calon responden bersedia untuk

berpartisipasi dan mengikuti prosedur penelitian yang telah disepakati. Pada hari

pertama, tanggal 22 Juni 2012 penelitian dilakukan pada shift sore pukul 15.00

pada 3 perawat pelaksana di ruang IGD dan 1 perawat pelaksana di ruang ICU.

Pemberian kuesioner berlangsung selama 10 menit. Berdasarkan beberapa

pertimbangan peneliti, kuesioner yang telah diberikan untuk diisi oleh perawat

pelaksana diberikan kembali kepada peneliti keesokan harinya sesuai jadwal shift

perawat tersebut. Begitu juga pada shift pagi dan malam. Penelitian berlangsung

dari tanggal 22 sampai 25 Juni 2012 atau selama 4 hari.

8. Analisa data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa

data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan data dari responden

dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi kemudian data yang sesuai

diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data.

(Nursalam, 2008)

Statistik univariat digunakan untuk menyajikan data – data demografi

perawat, yang meliputi jenis kelamin, umur, agama, suku, pendidikan terakhir

(47)

Statistik bivariat yaitu uji analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Statistik Bivariat dilakukan untuk

melihat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat itu bermakna atau

tidak. Sebelum melakukan uji statistik bivariat, peneliti terlebih dahulu melakukan

uji normalitas dengan metode Shapiro Wilk karena sampelnya ≤ 50 dengan nilai

kemaknaan (p > 0,05). Setelah dilakukan uji normalitas, didapat p = 0,153 untuk

beban kerja p = 0,422 (lampiran 4) dan untuk stres kerja p = 0,334 (lampiran 4),

yang berarti distribusi data adalah normal. Karena masalah skala pengukuran

kedua variabel adalah numerik (interval), dan distribusi data adalah normal, maka

uji korelasi yang digunakan adalah uji parametrik, yaitu uji pearson. Sebab uji

pearson adalah analisa data yang digunakan untuk menguji korelasi dari dua

variabel penelitian dengan masalah skala pengukuran numerik (interval). Dari

hasil analisa akan diperoleh nilai p, jika p < 0,005 maka Ho ditolak, ini berarti ada

hubungan beban kerja dengan stres kerja. Hasil analisa yang diperoleh adalah p =

0,840 (lampiran 4) yang berarti terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres

kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang.

(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan mengenai hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul manan Simatupang kisaran.

1. Hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 22 Juni 2012 sampai 25 Juni 2012. Penelitian ini melibatkan 30 perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul manan Simatupang kisaran. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, beban kerja, stres kerja perawat dan hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat.

1.1.Karakteristik demografi responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku, pendidikan terrakhir dan lama bekerja. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis terhadap hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

(49)

sebanyak 13 orang (43,3%) adalah suku Batak. Berdasarkan pendidikan terakhir , mayoritas pendidikan terakhir responden adalah DIII Keperawatan yaitu sebanyak 27 orang (90%). Dilihat dari lama bekerja, sebagian besar lama bekerja responden yaitu 13 orang (43,3%) berada di rentang 5 – 7 tahun. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi dan karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Data Demografi

Responden Frekuensi Persentase (%)

(50)

Lanjutan tabel 5.1

Hasil analisa data beban kerja perawat IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran diperoleh mean 47,27 (SD = 11,483). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata klasifikasi beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran berada pada kategori sedang (lihat pada tabel 5.2).

Tabel 5.2. Rata-rata dan Penyebaran beban Kerja Perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Variabel Mean SD

Beban kerja 47,27 11,483

1.3Stres kerja

(51)

Tabel 5.3 Rata –rata dam Penyebaran Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

Variabel Mean SD

Stres kerja 64,90 17,426

1.4 Hubungan beban kerja dengan Stres Kerja Perawat di Ruang IGD dan

ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Hasil uji statistik secara komputerisasi menggunakan uji pearson diperoleh koefisien korelasi beban kerja dengan stres kerja perawat yang diperoleh yaitu 0,840 yang berarti korelasi beban kerja dengan stres kerja perawat tinggi dan P Value 0,000 <0,05 yang berarti hipotesa alternatif diterima . Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel .

Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Pearson Beban Kerja dengan Stres Kerja di ruang IGD RSUD Haji Abdul Manan Simatupang

Kisaran (N=30)

Variabel 1 Variabel 2 ρ P value

(52)

2. Pembahasan

Dari data diatas penelitian yang telah diperoleh, pembahsan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang kisaran.

2.1 Beban Kerja

Dari hasil penelitian tentang beban kerja yang dapat dilihat pada tabel 5.2, menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja di ruang IGD dan ICU adalah 47,27 (SD = 11,483) dimana berada pada rentang nilai 34 – 50, yaitu kategori beban kerja sedang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Putrono (2002), bahwa perawat IGD dan ICU beresiko tinggi mengalami beban kerja berlebih karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pekerjaan yang membutuhkan perhatian, pengetahuan, dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat. Teori lain dikemukakan oleh Munandar (2001), bahwa fluktuasi beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya

bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat.

Menurut Manuaba (2000) , setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja

yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik

dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan

(53)

dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki

individu dengan individu. Adapun faktor yang mempengaruhi beban kerja yaitu

faktor internal dan faktor eksternal yang meliputi tugas-tugas keperawatan yang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya, hal ini dikarenakan perawat selain menjalankan tugas pokoknya memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, juga harus melaksanakan tugas tambahan yang lain (misalnya : menulis resep, menetapkan diagnosa penyakit, mengambil obat di apotik, menyuntik pasien, mengambil hasil laboratorium, melakukan tindakan pengobatan), disamping itu dikarenakan juga kurangnya jumlah tenaga perawat dibanding dengan jumlah pasien .

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti dengan judul Hubungan Beban Kerja Perawat IGD dengan Waktu Tanggap

Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien di IGD Badan

Pelayanan Kesehatan RSU Kabupaten Magelang yang menunjukkan hasil beban

(54)

2.2 Stres Kerja

(55)

230 perawat ICU, 54 perawat mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Arifin dengan judul Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres

Kerja Perawat ICU Di RSUD DR. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan yang

menunjukkan 76,9% perawat mengalami stres kerja sedang dan 23,1% mengalami stres kerja ringan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat IGD dan ICU beresiko tinggi mengalami stress kerja.

2.3 Hubungan Beban Kerja dengan Stres kerja di ruang IGD RSUD Haji

Abdul Manan Simatupang

Berdasarkan tabel 1.4 menunjukkan bahwa adanya hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang yang ditunjukkan dengan hasil uji statistik Pearson p=0.000 <0,05 dengan tingkat korelasi kuat sebesar (r = 0,840 dan p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat dimana terjadinya peningkatan beban kerja akan diiringi dengan peningkatan stres kerja. Hal ini didukung oleh teori Munandar (2001), dimana jika beban kerja perawat tinggi, seharusnya tinggi pula tingkat stres kerja yang dialami oleh perawat, dimana beban kerja sedang yang tidak segera diatasi akan menambah tingkat stres dalam bekerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cooper (1983, dalam Prihatini, 2007), dimana stres kerja pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan kerja, beban kerja berlebih, dan

(56)

(2006) tentang beban kerja dan perasaan kelelahan menyimpulkan adanya hubungan beban kerja di lingkungan kerja yang merupakan gejala fisik dari stres kerja, artinya semakin berat beban kerja maka semakin tinggi pula tingkat stress kerja yang dialami perawat. Hal ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Cooper (1983), dimana perawat yang mengalami stres kerja ini disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang tidak segera diatasi serta tuntutan peran (tugas) yang lain yaitu tugas non keperawatan. Akibatnya timbul berbagai keluhan yang meliputi perawat merasa cepat lelah walau sudah istirahat, sulit untuk berkonsentrasi serta merasa sakit kepala pada saat atau setelah bekerja yang merupakan gejala dari stres kerja.

(57)
(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat diambil

kesimpulan mengenai hubungan beban kerja dengan stress kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran.

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata beban kerja pada ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah 47,27 (SD=11,483) dimana rata-rata beban kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran berada pada kategori sedang.

2. Rata-rata stres kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah 64,90 (SD=17,426) dimana rata-rata perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tidak mengalami stres kerja.

3. Hasil uji statistik ditemukan hubungan yang signifikan (sangat kuat) antara beban kerja dengan stres kerja di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran dengan koefisien korelasi sebesar (r=0,840dan

(59)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas , maka saran-saran yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Dari hasil penelitian didapatkan beban kerja perawat IGD dan ICU tinggi

dan stres kerja sedang sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan

kemampuan dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres kerja yang tinggi

pada perawat.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai masukan bagi para pendidik untuk memberikan wawasan dan

pengetahuan serta informasi mengenai beban kerja dan stres kerja perawat secara

mendalam, sehingga mahasiswa mampu memahami keterkaitan beban kerja

dengan stres kerja dan diharapkan beban kerja berlebih dan stres kerja dapat

dihindari.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan –

keterbatasan seperti jumlah responden yang sedikit, sehingga untuk penelitian

mendatang diharapkan agar jumlah responden lebih dimaksimalkan lagi.

4. Bagi Perawat

(60)

dapat mengantisipasi stres kerja dengan cara mempersiapkan fisik dan mental,

mengikuti pelatihan dan pengembangan keahlian, juga membentuk lingkungan

sosial yang sehat antara sesama perawat untuk menghindari beban kerja berlebih

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham & shanley. (1997). Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta :

EGC

Andreas, A. (2008). Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja Perawat ICU.

http://eprints.undip.ac.id/10782/1/(jurnal)-andreas_agung_k.pdf

Anoraga. (2001). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arifin. (2007). Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres Kerja Perawat ICU di RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan

http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/65420814114_abs.pdf Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Dahlan, S.M. (2008). Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat, Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS (Edisi 3). Jakarta : Salemba Medika

Djojodibroto. (1997). Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta : Hipokrates

Fraser. (1992). Stres dan Kepuasan Kerja. Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo

Manuaba. (2000). Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya : Guna Widya

Munandar. (2001). Stres dan Keselamatan Kerja. Jakarta : UI. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Prihatini. (2007). Analisis Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan

(62)

Riwidikdo, H. (2008). Statistika Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Widiasarana Indonesia

(63)

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Nama Peneliti : Siska Dolok Saribu

Judul Penelitian : Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang IGD dan ICU.

Hasil penelitian ini akan dijadikan bahan masukan bagi pihak rumah sakit untuk dapat dijadikan pertimbangan pihak manajemen rumah sakit didalam pengambilan keputusan pembuatan kebijakan baru untuk kedepannya.

Oleh karena itu, diharapkan perawat-perawat di ruang IGDdan ICU dapat bekerjasama dengan baik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti berjanji akan menghargai hak perawat IGD dan ICU dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik dalam pengumpulan data, pengolahan, maupun dalam penyajian laporan nantinya. Keikutsertaan perawat-perawat adalah sukarela sehingga bebas untuk menolak ikut serta di dalam penelitian ini tanpa ada sanksi.

Oleh karena itu, melalui penjelasan yang singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi perawat-perawat IGD dan ICU dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terima kasih.

Kisaran, Juni 2012

(64)

Lampiran 2

INSTRUMENT PENELITIAN

A. Data Demografi

Nama :

Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban

2. Beri tanda ( √ ) pada kotak yang disediakan

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan 1 jawaban yang sesuai

menurut responden

No. responden :

1. Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

2. Usia ….

3. Status perkawinan

Menikah belum menikah

4. Agama ….

5. Suku

Batak Jawa Lain-lain

Melayu Minang

6. Pendidikan terakhir

SPK S1 Keperawatan

DIII Keperawatan

(65)

LEMBAR KUESIONER

B. Beban Kerja Perawat IGD dan ICU

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan

pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan yang Anda alami.

Kode :

1 Melakukan observasi pasien secara ketat selama jam kerja

2 Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi keselamatan pasien 3 Beragamnya jenis pekerjaan yang harus

dilakukan demi keselamatan pasien 4 Kontak langsung perawat dengan pasien

di ruang IGD secara terus-menerus selama jam kerja

5 Kurangnya tenaga perawat IGD dibanding dengan pasien kritis 6 Membuat dokumentasi asuhan

keperawatan yang telah dilakukan 7 Menyampaikan informasi mengenai

status kesehatan pasien kepada pasien dan keluarganya

8 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan diberikan kepada pasien dan keluarganya

(66)

Beban Kerja kualitatif

10 Pengetahuan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di IGD dan ICU

11 Keterampilan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di IGD dan ICU

12 Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas

13 Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien

14 Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang tepat

15 Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan klien IGD dan ICU

16 Setiap saat menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.

(67)

C. Stres Kerja Perawat IGD dan ICU

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan

pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan yang Anda alami.

Kode :

- 4 = Selalu

- 3 = Sering

- 2 = kadang-kadang

- 1= Tidak Pernah

NO PERNYATAAN 1 2 3 4

Stres fisik

1 Saya merasa otot kaku (kaku leher) setelah bekerja

2 Saya merasa denyut nadi meningkat saat bekerja 3 Saya kehilangan napsu makan

4 Saya merasa tangan terasa capek saat bekerja

5 Saya kesulitan tidur pada shift malam 6 Tangan saya berkeringat saat bekerja

7 Betis saya terasa pegal saat bekerja Stres psikologis

Pada saat bekerja saya :

8 Merasa cemas dan tegang

9 Mudah kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun

(68)

tidak cukup

12 Berpikir hal-hal kecil terlalu detail

13 Merasa jenuh dan tidak bersemangat 14 Merasa bingung

15 Merasa tidak puas

16 Menghindari pekerjaan yang sulit

17 Merasa terasing dari perawat-perawat lainnya

18 Sensitif dan mudah marah tanpa sebab yang berarti 19 Merasa tidak efektif dalam berkomunikasi dengan

teman kerja

Stres perilaku / social

20 Saya menghindar dari masalah saat bekerja

21 Saya merasa produktivitas kerja saya menurun 22 Saya menunda pekerjaan yang sulit

23 Napsu makan saya menurun

24 Saya melakukan tindakan kekerasan terhadap rekan kerja jika mereka membuat saya kesal saat bekerja

25 Saya berlaku curang saat bekerja

26 Saya melakukan tindakan yang dapat merugikan pasien

27 Saya malas masuk kerja

28 saya merasa ingin bunuh diri karena gagal melakukan pekerjaan

29 Saya berselisih dengan teman kerja

(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)

Gambar

Tabel 1.2. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik
Tabel 5.2.  Rata-rata dan Penyebaran beban Kerja Perawat di Ruang
Tabel 5.3 Rata –rata dam Penyebaran Stres Kerja Perawat Pelaksana

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN STRES KERJA PERAWAT PELAKSANA.. DI ICU

Perbedaan tingkat stres kerja antara perawat kritis dan perawat gawat darurat di RSUD Dr Moewardi Surakarta.. (tidak

Dari penelitian yang telah dilakukan pada perawat IGD di RSUD Haji Makassar diperoleh 8 orang (26,7%) dengan umur muda dan tidak mengalami kelelahan kerja dan terdapat 6

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat stres perawat di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr. Responden diharapkan

Dari penelitian yang telah dilakukan pada perawat IGD di RSUD Haji Makassar diperoleh 8 orang (26,7%) dengan umur muda dan tidak mengalami kelelahan kerja dan terdapat 6

Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian rawat inap di RSUD H.Abdul Manan Simatupang, permasalahan yang ditemukan adalah : Bagaimana implementasi dari perjanjian

57 Dan penelitian sama dilakukan oleh Emita dan rahman terdapat hubungan antara stress kerja dengan kinerja perawat di IGD dengan tingkat stress kerja perawat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan stres kerja dengan produktivitas pada perawat IGD RSUD Noongan dan RS Budi Setia Langowan... Jenis penelitian yang