• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang tua dan Anak Penderita HIV (Human Immunity Virus) di Muara Angke Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang tua dan Anak Penderita HIV (Human Immunity Virus) di Muara Angke Jakarta)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

“dan Dia bersamamu dimana pun kamu berada. Dan allah maha melihat apa yang kamu kerjakan” (al-Haddid:4) “dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah.” (2:110)

Untuk mama, papa, dan kakak-kakakku yang tercinta,

Karya ini yang baru aku berikan pada kalian,

Semoga ini bisa menjadi awal kebanggan kalian padaku,

Hingga pada saatnya nanti aku akan membuat kalian benar-benar

bangga,

Tetaplah menjadi mama yang hebat dan papa yang kuat untukku,

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi IlmuKomunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Ria Dwi Astuti NIM. 41809013

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(3)
(4)

SURAT PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 8

1.2.1 Pertanyaan Makro... 8

1.2.2 Pertanyaan Mikro... 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1.3.1 Maksud... 9

1.3.2 Tujuan... 9

1.4Kegunaan Penelitian... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis... 10

1.4.2.1 Kegunaan Penelitian... 10

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas... 11

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 12

(5)

2.1.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi... 17

2.1.2.4 Faktor Komunikasi Antar Pribadi... 19

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi... 21

2.1.2.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi... 22

2.1.3 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi... 22

2.1.3.1 Devinisi Pola Komunikasi... 23

2.1.4 Tinjauan Tentang Anak... 25

2.1.4.1 Devinisi Anak... 25

2.2 Kerangka Pemikiran... 27

2.2.1 Kerangka Teoritis ... 27

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 31

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 31

3.1.1 Sejarah HIV... 31

3.1.2 Gejala HIV... 39

3.1.3 Cara Pencegahan HIV... 41

3.1.4 Pengobatan HIV... 44

3.2 Metode Penelitian... 45

3.2.1 Desain Penelitian... 46

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data... 47

3.2.2.1 Wawancara Mendalam... 47

3.2.3 Teknik Penentuan Informan... 48

(6)

3.2.6.1 Lokasi Penelitian... 53

3.2.6.2 Waktu Penelitian... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pendekatan... 55

4.2 Profil key Informan dan Informan Pendukung... 60

4.2.1 Kegiatan Informan Penelitian... 60

4.2.2 Informan Pendukung... 70

4.3 Hasil Penelitian... 73

4.3.1 Proses Komunikasi Orang tua dan Anak Penderita HIV... 74

4.3.2 Hambatan Komunikasi Orang tua dan Anak Penderita HIV... 82

4.4 Pembahasan Penelitian... 90

4.4.1 Proses Komunikasi Orang tua Terhadap Anak Penderita HIV... 92

4.4.2 Hambatan Orang tua Terhadap Anak Penderita HIV... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 98

5.2 Saran... 99

5.2.1 Saran untuk Orang tua... 99

5.2.2 Saran untuk Masyarakat... 100

5.2.3 Saran untuk Peneliti Selanjutnya... 101

DAFTAR PUSTAKA... 102

(7)

3.1 Tabel Informan Penelitian... 49

3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian... 54

4.1 Jadwal Wawancara... 57

(8)

2.1 Alur Model Kerangka Konseptual... 35

4.1 Ana Saat Menghadiri Pengobatan... 60

4.2 Orang Tua Ana... 63

4.3 Abi Anak Penderita HIV... 65

4.4 Orang tua Abi... 66

4.5 Ela Penderita HIV... 68

4.6 Orang tua Ela... 69

4.7 Informan Pendukung... 71

4.8 informan Pendukung... 72

(9)

KATA PENGANTAR

(Bismillahirrahmanirrahim)

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji dan syukur seraya penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan ridho-Nya, penulis

diberikan kekuatan, kemudahan, kelancaran, petunjuk dan ketabahan dalam

menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu

tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Laporan penelitian skripsi ini berisi mengenai Pola Komunikasi Orang

Tua dan Anak Penderita HIV (Human Immutunity Virus) di Muara Angke Jakarta, yang dilaksanakan dari pertengahan Februari hingga pertengahan Juli 2013.

Dalam penyusunan penelitian ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan

yang dialami penulis. Terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan

menjadi hambatan terbesar dalam penyusunan penelitian ini. Tetapi berkat kerja

keras, optimisme dan dukungan dari semua pihak, akhirnya penulis bisa

menyelesaikannya dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang

membangun penulis harapkan agar dapat memberikan manfaat dan kamajuan bagi

(10)

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua

orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual,

dan material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa ananda, semoga

ananda dapat membahagiakan Mama dan Bapak serta menjadi seperti apa yang

Mama dan Bapak harapkan .

Penyusunan penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan, dorongan

dari orang tua tercinta dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kapada :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia,

Trimakasih atas dukungan memberi serta semangat dan izin dalam

penyusunan penelitian skripsi ini.

3. Bapak Sangra Juliano, S.Sos,M.Ikom selaku dosen wali. Terima kasih karena telah memberikan pencerahan dan penyelesaian masalah bagi peneliti,

kesabaran, yang juga sering memberikan masukan positif bagi peneliti.

Terimakasih atas bimbingannya selama peneliti melakukan perkuliahan.

4. Bapak Adiyana Slamet, S.IP, M.Si, selaku Dosen Pebimbing penulis yang telah banyak memberikan masukan, dan nasehat kepada penulis dalam

(11)

5. Ibu Melly Maulin P, S.Sos.M.Si dan Bapak Olih Solihin, S,Sos.,M.Ikom selaku Dosen serta penguji di dalam penelitian ini .

6. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini

berlangsung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan

penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat

dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya

di masa yang akan datang.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini

dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan

pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dan bimbingan yang telah

diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bandung, Juli 2013

Peneliti

(12)

Daftar pustaka

A.

Buku.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Budyatna, M, Muthmainnah Nina. , 2004. Komunikasi Antar Pribadi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta

Bogdan dan Taylor Lexy J. Moleong. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta. Rineka Cipta

dr.Elfinaro Ardianto, Medodologi penelitian kualitaif dan kuantitatif

Drs. Syaiful Bahri Djahmarah, M. Ag. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, Oktober 2004.

Elizabeth B. Hurlock. (1999). Perkembangan Anak. Jilid 2.Jakarta : Erlangga.

Effendi, Uchjana, Onong. , 1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, PT.

Remaja Rosda Karya, Bandung

Gunarsa & Gunarsa. Psikologi Praktis : anak, remaja, dan keluarga. 1995. Jakarta:

(13)

Hadari, Nawawi. , 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosadakarya, Bandung, 2001, Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Kuswarno, Engkus. , 2009. Metode Penelitian Komunikasi : Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran,

Perpustakaan Pusat UII

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda.

Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja

Rosdakarya.

Meleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Thalib. 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Isyad Baitus Salam Bandung, 1995, hlm. 7-9

---, Ibid, hlm. 71

M . Enoch Markum. Anak, Keluarga dan Masyarakat. Sinar Harapan, Jakarta, cet. II, 1985, hal. 41

Pace, R Wayne .Faules , Don F. 2002. Komunikasi Organisai: Strategi Peningkata Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya

(14)

Pipih Sopian, M.pd. Lindungi Pelajar dari serangan Virus HIV / AIDS, bandung .Mei 2009.

Rahkmat, Jalaluddin, DRS, 2008, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset

Rakhmat, Jalaludin. , 1998. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Rakhmat, Jalaludin. , 2002. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Ray Sitoresmin Prabuningrat, 1993. Sosok Wanita Muslimah Pandangan Seorang

Artis. Yogyakarta: Tiara Wacana

Ruslan, Rosady. , 1998. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi :

Konsep dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta

Santrock, W John, 2002, Life Span Development, Jakarta : Erlangga

Satori, Djam’an dan Aan Komariah, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata. , 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya,

Bandung

Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. 2006. Jakarta : Bumi Aksara

(15)

Sobur, Alex. Komunikasi Orang Tua dan Anak. 1985. Bandung: Angkasa

Sugiyono. , 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Alphabeta, Bandung

Sugiyono. , 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D

Singarimbun, Masri , Effendi Sofian. , 1989. Metode Penelitian Survai, pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI, Jakarta

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

B.Jurnal dan Karya Ilmiah

Kumia Aodranadia. 2012 UNIKOM , Pola Komunikasi Orang Tua Muda Dalam

Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung.

Parihat. 2010 UNISBA, Pola Komunikasi Pada Wanita Karir Dengan Anak

Remajanya

Irna Gustina. 2012 UNIKOM, Gaya Hidup Wanita Single Parent Di Kota Bandung Dalam Lingkungan Kerjanya

C.Sumber Internet

http://carakata.blogspot.com/2012/04/cara-mencegah-hiv-aids-secara-efektif.html

Http://www.google-pic.com

(16)

http://www.merdeka.com/sehat/10-gejala-hiv-yang-harus-diwaspadai.html

http://www.polaasuhanak.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)

http://www.polaasuhpenuhcinta.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pola-asuh-menurut-para-ahli.html

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Orang tua sebagai sistem terkecil dalam sebuah masyarakat

memiliki fungsi – fungsi yang secara umum meletakkan dasar kehidupan

dan membantu generasi penerusnya untuk bertahan. Maka peran orang tua

sebagai peran utama dalam keluarga yang berinteraksi dengan seorang

anak sangat memiliki peranan yang penting dalam pembentukan dan

perkembangan mental anak.

Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam

pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan

pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaaan

hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya keteladanan yang

diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari dalam

keluarga akan dipengaruhi perkembangan jiwa anak. Keteladanan dan

kebiasaan yang orang tua tampilkan dalam bersikap dan berprilaku tidak

terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Meniru kebiasaan hidup

orang tua adalah suatu hal yang sering anak lakukan, karena memang pada

masa perkembangannya, anak selalu ingin meniru ini dalam pendidikan

dikenal dengan istilah anak belajar melalui imitasi.

Kekurangtahuan dan kurangnya pengetahuan orang tua di

(18)

kendala bagi orang tua dalam berkomunikasi serta dalam berinteraksi

dengan anak berkemampuan khusus ini. Seperti pada penelitian ini yang

berada di Muara Angke Jakarta ada beberapa Orang tua pun cenderung

menganggap mereka ini sama seperti anak lainnya sehingga titik temu

dalam komunikasi antara orang tua-anak tidak pernah ketemu. Muara

Angke ini adalah suatu pelabuhan ikan atau nelayan yang berada di

Jakarta, di tandai dengan dioperasikan penujang kebutuhan nelayan atau

struktur fasilitas yang dikelola oleh beberapa bandar. Daerah tersebut

daerah yang sulit diketahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik

maka dari itu disinilah sipeneliti bertujuan mengetahui bagaimana Dan

belum mengetahui caranya bagai mana berkomunikasi yang baik dan

benar . Hingga akhirnya tidak sedikit pertengkaran dan perselisihan yang

terjadi antara orang tua dengan anak saat berkomunikasi. Mereka berada

pada tingkat sensitivitas yang tinggi dan sulit dipahami, sehingga hanya

dapat diterima oleh orangtua yang bersifat tidak menentang. Sifat non-konformis terhadap sistem dan disiplin yang ada akan menyulitkan mereka untuk mematuhi sistem peraturan yang di miliki oleh orang tua mereka.

Anak si penderita ini lebih bersikap acuh ketika dihadapkan pada

aturan-aturan yang telah diberlakukan orang tua terhadap mereka. Mereka akan

cenderung bersikap melanggar dan menentang peraturan tersebut. Sifat ini

akan menyulitkan orang tua untuk mengajak mereka untuk berkomunikasi

dan memahami apa yang mereka inginkan. Mereka bisa melihat

(19)

Pendapat diatas tidak dapat dibantah, karena memang dalam

kenyataannya anak suka meniru sikap dan perilaku orang tua dalam

keluarga. Dorothy Law Nolte misalnya, sangat sangat mendukung

pendapat di atas. Melalui sajaknya yang berjudul “ Anak belajar dari

kehidupan”, dia mengatakan bahwa : jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar

berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemooh, iabelajar rendah diri. Jika

anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak

dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan

dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan

dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan

sebaik-baiknya pujian, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa

aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan

dukungan, ia belajar menyayangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan

kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam

kehidupannya.

Dalam kehidupan sehari-hari pola komunikasi orang tua tidak

hanya secara sadar, tetapi juga terkadang secara tidak sadar memberikan

contoh yang kurang baik terhadap anak. Misalnya, meminta tolong dengan

nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu

hal, memberi nasehat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang

tepat, berbicara kasar kepada anak, terlalu mementingkan diri sendiri,

(20)

salah, mengaku serba tahu padahal tidak mengetahui banyak tentang

sesuat, terlalu mencampuri urusan anak, membeda-bedakan anak, kurang

memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu, dan

sebagainya.

Beberapa contoh sikap dan perilaku dari orang tua yang

dikemukakan diatas berimplikasi negatif terhadap perkembangan jiwa

anak. Anak telah belajar banyak hal dari orang tuanya. Anak belum

memiliki kemampuan untuk menilai, apakah yang diberikan oleh orang

tuanya itu termaksud sikap dan perilaku yang baik atau tidak. Yang

penting bagi anak adalah mereka telah belajar banyak hal dari sikap dan

perilaku yang di demonstrasikan oleh orang tuanya. Efek negatif dari sikap

orang tua yang demikian terhadap anak misalnya, anak memilih sifat keras

hati, keras kepala, menja, dan sebagainya. Sifat-sifat anak tersebut menjadi

rintangan dalam pendidikan anak selanjutnya.

Semua sikap dan perilaku anak yang telah dipolesi dengan

sifat-sifat tersebut diatas diakui di Pengaruhi oleh pola pendidikan dalam

keluarga. Dengan kata lain, Proses komunikasi orang tua akan

mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Proses komunikasi orang tua

disini bersentuhan langsung dengan masalah tipe kepemimpinan orang tua

dalam keluarga itu bermacam-macam, sehingga proses komunikasi orang

tua terhadap anaknya juga berlainan. Di satu sisi, proses komunikasi orang

(21)

Hubungan keluarga dapat terganggu oleh kehadiran seorang anak

yang kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya seperti

anak penderita HIV( Human Immunodeficiency Virus). Karena anak penderita HIV( Human Immunodeficiency Virus) memiliki persoalan khusus yang membutuhkan peranan besar dari kedua orang tuanya dalam

proses pembentukan karakter dan mental anak tersebut.

Walaupun mereka telah sampai pada usia remaja sampai dewasa

sekali pun, peranan orang tua dalam memahami dan mendidik anak – anak yang dikategorikan memiliki ’dunia sendiri’ atau dapat berkomunikasi

dengan bangsa-bangsa halus ini masih tetap dibutuhkan.Anak penderita

HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan di dalam hal apa pun sehingga bisa membuat psikologis si

penderitanya pun dijauhi teman-teman sebayanya, namun fisiknya sama

seperti anak lainnya tetapi pola tersebut berubah dimana transmisi itu

mulai dipengaruh oleh kelakuan seksual individu, yang sangat bergantung

dengan beberapa faktor yaitu : agama, pendidikan, budaya,kondisi sosial

ekonomi, termasuk turis-turis asing, transportasi, industri, dan sumber

daya manusia sehingga AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)

dapat dikatakan sebagai masalah yangkompleks, dimana menyangkut

dalam semua bidang kehidupan manusia.

Anak penderita HIV( Human Immunodeficiency Virus) memiliki kebijaksanaan yang tinggi dan tingkat kesadaran ”di luar tahun”. Mereka

(22)

si penderita akan berbicara seperti layaknya orang bisu sehingga

menyebabkan orang tua mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan

mereka. Kemampuan seorang keluarga sangatlah istimewa memang

banyak ditemukan di dalam diri anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan kemampuan itu terkadang menjadi sesuatu yang sangat istimewa bagi mereka, sering juga kemampuan itu tidak

muncul ketika akan digunakan dalam kesengajaan. Kemampuan intuisi

yang sangat tinggi jelas mereka miliki banyak laporan yang menyebutkan

bahwa mereka melihat dunia melalui suatu paradigma dan kaca mata yang

baru.Dalam hal spiritualitas mereka sangat dalam, sehingga memiliki

kemampuan intrapersonal yang berbeda, dan merupakan suatu tingkat

kesadaran diri yang berbeda.Pandangan yang mengaitkan para anak

penderita HIV(Human Immunodeficiency Virus) dengan sesuatu yang bersifat irasional dan cenderung memperihatinkan di Indonesia sudah

menjadi suatu stigma yang berlaku, karena memang terkait dengan

kebudayaan masyarakat Indonesia itu sendiri, sebagian besar masih

memiliki perihatian khusus yang kental. Dalam kelahirannya di negeri

Indonesia masih banyak juga yang tidak perduli dengan fenomena ini dan

juga banyak yang tidak mengetahui banyak anak-anak penderita HIV

(Human Immunodeficiency Virus) yang tidak dapat menyalurkan bakatnya,

Banyak terjadi akibat dari proses komunikasi orang tua yang

(23)

penyakit. Maka, tak jarang pada awal kemunculannya, mereka dikatakan

sebagai anak yang diam, anak yang tidak wajar dan sangat

mengganggu.Selain itu, perilaku diam yang sering di tunjukan.

Akibatnya mereka merasa tertekan dan merasa tidak nyaman

dengan keadaan mereka.Belum lagi penolakan secara terang-terangan

terhadap mereka yang menyebabkan tekanan mental (psikis) pada awal kehidupannya. Hal itu sangat berbahaya bagi pekembangan karakter dan

mentalnya di masa mendatang jika tidak dengan segera ditangani.Akibat

penyakit tersebut anak itu tersebut dianggap sebagai penyebar penyakit.

Karena pada umumnya, lingkungan disekitar anak-anak, menganggap

perilaku mereka berbeda dari perilaku yang biasa ditunjukkan oleh para

anak-anak pada umumnya. Sehingga perbedaan-perbedaan tersebut, maka

anak-anak disebut sebagai anak yang ”tidak normal”, mengalami

gangguan mental atau sakit.

Anak penderita HIV ( Human Immunodeficiency Virus) mempunyai psikologis baru dan luar biasa, serta menunjukkan sebuah pola

perilaku yang pada umumnya tidak didokumentasikan sebelumnya.

Anak-anak penderita HIV ( Human Immunodeficiency Virus) memahami perbedaan yang sangat tipis antara dunia kasat dan dunia bemainnya dia,

dan mereka memiliki tidak kemampuan untuk mengakses informasi dari

sini, yang orang lain tidak mampu.Kebanyakan perilaku anak tersebut

dapat dipahami dari aspek ini. Pola ini memiliki faktor-faktor unik yang

(24)

mereka (para orangtua, khususnya) mengubah perlakuan dan pengasuhan

terhadap mereka guna mencapai keseimbangan. Mengabaikan pola-pola

baru ini akan kemungkinan besar berarti menciptakan ketidakseimbangan

dan frustasi dalam benak anak itu sendiri dari kehidupan baru yang

berharga ini.

Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) cenderung sering salah paham atau menutup diri dengan orang tua mereka.

Orang tua mereka sendiri pun terkadang mengalami kesulitan dalam

memahami mereka. Ketika orang tua berbohong terhadap mereka pun ,

mereka akan segera mengetahuinya dan menyebabkan keengganan mereka

untuk berkomunikasi lagi dengan orang tua mereka. Apabila komunikasi

yang terjadi demikian, maka akan membuat sang anak tidak pernah

percaya lagi terhadap orang tua mereka dan cenderung menyepelekan

orang tua mereka di kala sang anak diajak untuk berkomunikasi lagi.

1.2. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari

fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan

subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai rumusan masalah makro dan

mikro, yakni :

1.2.1 Pertanyaan Makro

“Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak “ (Studi

Deskriptif pola komunikasi orang Tua dengan Anak penderita HIV

(25)

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Proses Komunikasi Orang tua terhadap Anak

penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta?

2. Bagaimana Hambatan Orang tua terhadap Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi

bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan

tujuannya sebagai berikut:

1.3.2 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui Proses Komunikasi Orang tua terhadap Anak penderita HIV(Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.

2. Untuk mengetahui Hambatan Orang tua terhadap Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta. 1.4Kegunaan Penelitian

Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan

hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun

(26)

1.4.1Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan

bagi pengembangan ilmu komunikasi yang diperoleh oleh peneliti secara

teoritis selama proses akademik. Baik Ilmu Komunikasi secara umum dan

komunikasi antar pribadi secara khususnya mengenai bagaimana pola

komunikasi pola komunikasi orang tua dan anak penderita HIV(Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa

memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat

diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Dan kegunaan secara praktis

pada penelitian ini sebagai berikut:

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna secara praktis bagi peneliti sebagai aplikasi

ilmu yang selama studi telah diterima secara teori, khususnya tentang pola

komunikasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti

lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks

komunikasi. Selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam

pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi

(27)

1.4.2.2Kegunaan Bagi Universitas

Penelitian yang dilakukan berguna bagi mahasiswa Universitas

Komputer Indonesia secara umum dan mahasiswa Program Studi Ilmu

Komunikasi khususnya sebagai literature terutama bagi peneliti lain yang

akan melakukan penelitian di bidang dan kajian yang sama. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa untuk

meningkatan pengetahuan mahasiswa memberikan pengetahuan tentang

pola komunikasi orang tua dan anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat

yang ingin mendapatkan informasi mengenai kehidupan komunikasi orang

tua dan anak dan untuk dapat mendeksripsikan bagaimana Pola

Komunikasi orang tua dan anaknya penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.Secara khusus bisa memberikan saran dan referensi tambahan bagi orang tua di Muara Angke

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Tinjauan Relevan

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan

peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang

membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan

(29)
(30)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

2.1.2.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan

bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi

dapat diartikan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang

membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace

mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah Proses komunikasi

yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.

Komunikasi antarpribadi menuntut berkomunikasi dengan orang

lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik,

komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi

Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan,

budaya, dan juga konteks psikologikal.

Komunikasi antarpribadi yang dikutip oleh Onong Uchjana

Effendy berdasarkan definisi Joseph A Devito adalah :

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang

atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek

dan beberapa umpan balik seketika “. ( the process of sending and

receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback ). ( Effendy, 2002 : 158)

Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antarpribadi bisa diartikan sebagai:

“Komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang

(31)

Berdasarkan definisi Devito diatas, komunikasi antarpribadi dapat

berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua seperti, suami

istri yang sedang bercakap-cakap, ataupun antara orang tua dan anak.

Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis.

Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik

daripada secara monologis. Monolog menunjukan suatu bentuk

komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak

ada interaksi, yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan

bersifat pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika

seorang Ayah memberi nasihat kepada anaknya yang nakal.

Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi

yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti

yang dinyatakan R. Wayne Pace. Menurut sifatnya komunikasi

antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik

(dyadic Communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group

communication).

Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung

antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut

pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu, percakapan dialog, dan

wawancara. Percakapan dapat berlangsung dalam suasana yang bersahabat

dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih

(32)

Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan

hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi

konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu serta berbagai

pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi

dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang

berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh

kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat.

Melalui komunikasi antarpribadi juga kita dapat berusaha membina

hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya

konflik-konflik diantara kita.

2.1.2.2 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi berlangsung antar dua individu,

karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi

menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis.

Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan

makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.

Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah

asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak

mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam Komunikasi antarpribadi

pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan

mendasarkan pada persespsi si pengamat.

Menurut Judy C. Pearson dalam Sendjaja, komunikasi antar pribadi

(33)

1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi / self

2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional

3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan

hubungan antar persona

4. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling

bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi

5. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang

2.2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Penyampaian pesan yang berlangsung antara dua orang atau

sekelompok kecil ini memiliki ciri-ciri yang menunjukkan proses

komunikasi antar pribadi yang berlangsung.

Menurut Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri (1991)

dalam bukunya Wiryanto, mengemukakan beberapa ciri yang mengenali

komunikasi antar pribadi sebagai, berikut :

1. Bersifat spontan

2. Tidak mempunyai struktur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan 5. Identitas keanggotaan tidak jelas, dan

6. Dapat terjadi hanya sambil lalu. (Wiryanto, 2004:33)

Adapun menurut Everett M. Rogers mengartikan komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi

dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi

antar pribadi menurut Rogers dalam bukunya Wiryanto, adalah sebagai

(34)

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya dua orang 3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi

5. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat, dan

6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. (Wiryanto, 2004:35-36)

Ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan para ahli

lainnya pun turut mendukung akan fungsi dari komunikasi antar pribadi.

Menurut Reardon (1987) sebagaimana yang dikutip oleh Alo Liliweri mengemukakan juga bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai

enam ciri, yaitu:

1. Dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor

2. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja

3. Kerap kali berbalas-balasan

4. Mengisyaratkan hubungan antar pribadi antara paling sedikit dua orang

5. Berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh, dan

6. Menggunakan pelbagai lambang yang bermakna. (Liliweri, 1997:13)

Ciri-ciri tersebut ada pada komunikasi antar pribadi yang

(35)

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar

Pribadi

Menurut Jalaludin Rakhmat komunikasi antar persona bisa

dipengaruhi oleh 3 faktor seperti :

1. Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi atau

menafsirkan informasi indrawi. Persepsi interpersonal adalah

memberikan makna terhadap stimuli indrawi yang berasal dari

seseorang ( komunikan ) berupa pesan verbal dan non verbal.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri

kita. Konsep diri sangat menentukan komunikasi antar persona karena

faktor-faktor yang melingkupi seperti dibawah ini :

a. Nubuat yang Dipenuhi Sendiri

Maksudnya adalah setiap orang bertingkah laku sesuai dengan

konsep dirinya.

b. Membuka Diri

Maksudnya adalah pengetahuan tentang diri kita akan

meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama,

berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan

(36)

c. Percaya Diri

Maksudnya adalah ketakutan untuk melakukan komunikasi atau

communication apprehension disebabkan oleh kurangnya rasa

percaya diri.

d. Selektivitas

Maksudnya adalah konsep diri akan mempengaruhi pada pesan apa

dimana kita bersedia membuka diri ( terpaan selektif ), bagaimana

kita mempersepsi pesan ( persepsi selektif ) dan apa yang kita ingat

( ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam

penyandian pesan ( pesan selektif ).

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan kepada orang lain, sikap

positif dan daya tarik seseorang. Hal ini mempengaruhi komunikasi

antar persona dalam hal penafsiran pesan, penilaian dan efektifitas

komunikasi.

4. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik

akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan

dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi

(37)

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Sasa Djuarsa Sendjaja menjelaskan tujuan komunikasi antarpribadi

dimana tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenal diri sendiri

2. Untuk mengetahui dunia luar

3. Untuk menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

4. Untuk mengubah sikap dan perilaku

5. Untuk bermain dan mencari hiburan

6. Untuk membantu orang lain ( Sandjaja , 2004 : 5.13 – 5.15)

Tujuan komunikasi antarpribadi menurut Joseph A Devito terdiri

atas 4 makna yakni :

1. Menyangkut penemuan diri (personal discovery). Dimana dengan

berkomunikasi kita mampu lebih baik dalam memahami diri

sendiri dan orang lain yang kita ajak berbicara.

2. Tujuan kita berkomunikasi adalah berhubungan dengan orang

lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.

3. Dalam perjumpaan antar pribadi sehari-hari kita berusaha

mengubah sikap dan perilaku orang lain

4. Kita menggunakan banyak komunikasi untuk bermain dan

menghibur diri. ( Devito, 1997 : 29-32 )

(38)

2.1.2.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi memiliki potensi yang dapat

digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan dari proses komunikasi

tersebut.

Dalam komunikasi antar pribadi memiliki fungsi-fungsi

yang dijadikan sebagai proses perolehan atau pencapaian dari tujuan,

dan fungsi komunikasi antar pribadi, yaitu:

1. Mendapatkan Informasi, Salah satu alasan kita terlibat dalam komunikasi interpersonal adalah agar kita dapat memperoleh pengetahuan tentang orang lain. Teori Penetrasi Sosial mengatakan bahwa kita mencoba untuk mendapatkan informasi tentang orang lain sehingga kita dapat berinteraksi dengan mereka secara lebih efektif.

2. Membangun Pemahaman Konteks, Dalam komunikasi interpersonal untuk membantu lebih memahami apa seseorang mengatakan dalam konteks tertentu. Kata-kata yang diucapkan dapat berarti berbagai hal yang sangat tergantung pada bagaimana mereka mengatakan atau dalam konteks apa. Isi Pesan merujuk ke permukaan tingkat makna dari pesan dan Hubungan Pesan dilihat bagaimana pesan dikatakan. Keduanya akan dikirim secara bersamaan, tetapi masing-masing mempengaruhi arti yang ditugaskan untuk komunikasi.

3. Membangun Identitas, Komunikasi interpersonal adalah untuk membangun identitas. Peran kita bermain dalam hubungan kita membantu kita membangun identitas.

4. Kebutuhan interpersonal, Dalam komunikasi interpersonal karena kita perlu untuk mengekspresikan dan menerima kebutuhan interpersonal. William Schutz telah mengidentifikasi tiga kebutuhan, yaitu :

a.Inklusi adalah kebutuhan untuk membangun identitas dengan orang lain.

b.Kontrol adalah kebutuhan untuk latihan kepemimpinan dan membuktikan kemampuan seseorang.

(39)

2.1.3 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi

2.1.3.1 Definisi Pola Komunikasi

Pengertian komunikasi adalah bentuk atau model (lebih abstrak,

suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan

suatu aatau bagian dari sesuatu, khususnya jika yang ditimbulkan cukup

mencapai suatu jenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukan atau terlihat.

Istilah komunikasi bisa disebut juga sebagai model, tetapi maksudnya

sama, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan

satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat.

Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili

kenyataan unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsunganya, guna

memudahkan pemikiran secara sistemaik dan logis. (Effendy, 1989).

Dimana komunikasi ini dipengaruhi oleh simbol dan norma yang

dianut, yaitu :

1. Pola komunikasi satu arah

Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik meggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan, dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja.

2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two Way Traffic Communication)

Pola komunikasi dua arah yaitu komunikator dengan komunikan terjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka. Namun pada hakiktnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, dan komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut. Prosesnya dialogis serta umpan baliknya secara langsung.

3. Pola komunikasi multi arah

Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam suatu kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan saling bertuka pikiran secara logis. (Pace dan Faules, 2002:171)

(40)

Pola komunikasi terjadi dalam penyebaran pesan yang beurutan.

Pace dan Faules mengemukakan bahwa penyampaian pesan berurutan

merupakan bentuk komunikasi yang utama. Penyebaran informasi

berurutan meliputi perkuasan bentuk penyebaran diadik, jadi pesan

disampaikan dari Si A kepada Si B kepada Si C kepada Si D kepada Si E

dalam serangkaian transaksi dua- orang. Dalam hal ini setiap individu

orang ke 1(satu) (sumber pesan), mula-mula menginterpretasikan pesan

yang diterimanya dan kemudian meneruskan hasil interpretasinya kepada

orang berikutnya dalam rangkaian tersebut. (Pace dan Faules, 2002:172).

Penyebaran pesan berurutan memperlihatkan pola “siapa berbicara

kepada siapa”. Penyebaran tersebut mempunyai suatu pola sebagai salah

satu ciri terpentingnya. Bila pesan disebarkan secara beruntun, penyebaran

informasi berlangsung dalam waktu yang tidak beraturan, jadi infomasi

tersebut tiba di tempat yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula.

Individu cenderung menyadari adanya informasi pada waktu yang

berlainan. Karena adanya perbedaan dalam menyadari informasi tersebut,

mungkin timbul masalah koordinasi. Adanya keterlambatan dalam

penyebaran informasi akan menyebabkan informasi itu sulit digunakan

untuk membuat keputusan karena ada orang yang belum memperoleh

informasi. Bila jumlah orang yang harus diberi informasi cukup banyak,

proses berurutan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk

(41)

Dalam pola-pola komunikasi terdapat dua pola yang berlainan,

yaitu pola roda dan lingkaran. Pola roda adalah pola yang mengarahkan

seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang

yang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan

oleh anggota lainnya. Pola lingkaran memungkinkan semua anggota

berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui jenis sistem

pengulangan pesan. Tidak seorang anggota pun yang dapat berhubungan

langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota

yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan

untuk memecahkan persoalan. Hasil penelitian pola lingkaran menyatakan

bahwa kedua pola ini menghasilkan konseukuensi yang berbeda.

2.1.4 Tinjauan Tentang Anak 2.1.4.1 Definisi Anak

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga

tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan

yang normal. Menurut John Locke (Gunarsa, 1986) “Anak adalah pribadi

yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal

dari lingkungan”

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang

(42)

belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah

kawin”.

Menurut John Locke dalam Gunarsa anak adalah: “Pribadi yang

masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari

lingkungan.” (Gunarsa, 1986 : 37)

Selain John Lock Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang

dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan

bahwa:

“Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa”.

Sobur mengartikan anak sebagai: “Orang yang mempunyai pikiran,

perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala

keterbatasan.” (Sobur, 1988 : 11).

Selain pendapat di atas, adapula pendapat dari Haditono dalam Damayanti

menyatakan bahwa:

“Anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih

sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.

Dari definisi-definisi tentang anak dari para ahli, dapat dikatakan

bahwa anak merupakan anugrah terbesar dari sang pencipta kepada sebuah

(43)

suatu keluarga. Dengan demikian, banyak orang yang mengatakan bahwa

anak merupakan titipan dari Tuhan yang harus dirawat dan dijaga. Dari

hakikat inilah, maka menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik,

merawat, menjaga, termasuk membentuk kepribadian anak tersebut

sehingga kelak dapat menjadi anak yang berguna dan berbakti baik kepada

orang tua, orang lain, serta ngsa dan negara.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan

sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam

kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok

masalah penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara

teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

Penelitian ini didasari pula pada kerangka pemikiran secara teoritis

maupun konseptual.

2.2.1 Kerangka Teoritis

Dalam kerangka penelitian ini, peneliti akan berusaha membahas

masalah pokok dari penelitian ini. Yaitu membahas kata-kata kunci atau

subfokus yang menjadi inti permasalahan pada penelitian.

Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari

berkomunikasi, oleh karena itu komunikasi sangatlah berperan penting

dalam proses penyampian informasi antar individu. Komunikasi

(44)

dalam komunikasi antarpribadi, dalam hal ini prang tua dan anak akan

dijadikan objek pada penelitian ini.

Dimana komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang

terjalin diantara dua orang dalam konteks adanya suatu kedekatan

emosional.

Menurut Devito (1989), yang dikutip Onong Uchjana Effendy

menyatakan bahwa :

“Komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003 : 30).

Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada pola komunikasi sebagai

bagian dari proses kumunikasi. Pengertian pola komunikasi menurut Pace

dan Faules menyatakan bahwa :

“Pola komunikasi adalah bagaimana kebiasaan dari suatu

(45)

Bertolak dari definisi di atas maka peneliti, menetapkan sub fokus

menganalisis fokus penelitian sebagai berikut :

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan

pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu

persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses

komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif

(sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi,

banyak melalui perkembangan. ( Effendy, 2000 : 31)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)

kepada orang lain (komunikan). Adakalanya seseorang menyampaikan

buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan

tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada

orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan

pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari.

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan

menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan

gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

2. Hambatan

Hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat

(46)

menguntungkan. Misalnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi

di tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan media yang

keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari frame

of reference dan field of reference antara komunikator dengan

komunikan. (Effendy, 2000 : 45)

Hambatan yang terjadi pada pola komunikasi orang tua dan anak banyak terjadi, banyak hal pula yang akan mempengaruhi sehingga

terjadi suatu hambatan itu akan menjadi salah satu faktor yang

berpengaruh dalam pola komunikasi yang terjadi pada orang tua dan

anaknya ini. Dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi pada

pola komunikasi disini maka akan menimbulkan konflik yang terjadi

pada kedua belah pihak yaitu orang tua dan anaknya tersebut. Disinilah

peneliti akan mengkaji bagaimana hambatan-hambatan itu bisa terjadi

dan bagaimana cara untuk bisa mengurangi agar hambatan-hambatan

(47)

2.2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran teoritis diatas diaplikasikan dalam kerangka

pemikiran konseptual sesuai dengan penelitian yang akan dikaji yaitu

Pola Komunikasi orang tua dan anak penderita HIV(human immudentivicacy virus). Berbicara mengenai pola komunikasi adalah mengenai sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita yang memang

sudah biasa kita lakukan sehari-hari yaitu berkomunikasi. Manusia

berkomunikasi bisa secara verbal ataupun non verbal, pola komunikasi

sendiri itu merupakan salah satu kajian komunikasi yang ingin dilakukan

oleh orang tua dan anak yaitu memberikan informasi tambahan yang

memperjelas maksud dari pola komunikasi orang tua tersebut.

Dengan kata lain, karena adanya proses komunikasi yang terjadi

tidak searah maka hambatan itu berkembang, keterbukaan dan

ketertutupan yang menjadi harapan pada pola komunikasi yang terjadi

pada orang tua dan anaknya tersebut.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang tua dan anaknya secara tatap muka, yang

memungkinkan setiap orang tua dan anaknya menangkap reaksi secara

(48)

Dalam penelitian ini peneliti berusaha menjelaskan tentang pola

komunikasi orang tua dan anaknya di kota Muara Angke Jakarta, dalam

sub fokus di atas peneliti mengaplikasikan kedalam bentuk nyata

diantaranya “ Proses komunikasi, dan hambatan yang digunakan orang

tua sebagai cara untuk berinteraksi dan juga bagaimana cara komunikasi

yang efektif dengan anaknya di Muara Angke Jakarta” yang merupakan

sub judul dalam penelitian ini. Seperti yang sudah dijelaskan diatas

tentang Proses komunikasi, dan hambatan, yang digunakan maka

peneliti akan mengaitkan dengan judul yang telah dibuat.

Dapat kita ketahui bahwa pola komunikasi orang tua pada sekarang

ini banyak menggunakan berbagai pendekatan komunikasi dan dapat

diklasifikasikan, hal ini dapat kita jumpai ketika kita sedang berkunjung

di sebuah perusahaan-perusahaan semakin pesat dan terus berinovasi.

Pada kerangka konseptual, peneliti akan menerapkan berdasarkan

landasan yang telah dipaparkan diatas, maka tergambar beberapa konsep

yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam mengaplikasikan

penelitian ini. Dimana dari penjelasan di atas bahwa disini pola

komunikasi, yang dimana pola komunikasi itu menyangkut tentang

proses komunikasi, dan hambatan, yang terjadi pada orang tua dalam

(49)

1. Proses komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen

dasar sebagai berikut yaitu Pengiriman pesan,Penerimaan pesan, dan

pesan perilaku dan cara memandang hidup seperti jika orang tua

tersebut dalam ketertarikan untuk menjalani hidupnya melanjutkan

mencari cara untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginnkan

anak-anaknya. Oleh karena itu diperlukan pola komunikasi yang efektif dan

intens yang dilakukan oleh orang tua dan anaknya yang akan mampu

menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan

kedekatan antara orang tua dan anak tanpa adanya rasa canggung, kaku

dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terarah dapat membentuk

perilaku seorang anak yang positif pula yakni kemandiri, disiplin,

kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab.

2. Hambatan

Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi

dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi

atau pengertian yang sama.Berikut ini adalah hambatan – hambatan

dalam Komunikasi hambatan fisik ,hambatan psikologis dan hambatan

smatik .Dalam melakukan proses komunikasi tidak selamanya berjalan

dengan baik, tentu saja terdapat hambatan-hambatan yang akan terjadi.

hambatan tersebut merupakan hal yang wajar apabila kita melakukan

komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. hambatan yang

(50)

komunikasi yang efektif serta hubungan antara orang tua dan anaknya

ini tidak berjalan searah sehingga dapat terjadinya suatu hambatan

terutama dalam berkomunikasi. Orang tua harusnya bisa lebih

memperhatikan si anaknya karena memang hanya dengan dia lah si

anak bisa mempunyai kedekatan yang bisa lebih lagi sehingga

hambatan yang terjadi bisa sedikit berkurang karena dengan adanya

kedekatan antara mereka atau dengan adanya intensitas pertemuan

dalam setiap harinya. Bagaimana cara meminimalisir sebuah hambatan

pada setiap keluarga pastinya akan berbeda dengan keluarga lainnya.

Hal ini tergantung dari cara pandangan pada diri tiap orang tersebut.

Waktu yang memang sangat susah di bagi-bagi antara waktu bekerja

dan waktu dirumah bagi orang tua tersebut akan lebih terasa karena

harus benar-benar membagi waktu dengan sebaik mungkin apalagi

mereka sbagai orang tua yang memang harus mengemban topang

hidup keluarganya yakni perannya sebagai seorang ayah dan juga

sebagai seorang ibu bagi anak-anak mereka.

(51)

Gambar 2.1

Alur Model Kerangka Konseptual

Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi dapat membuat anak untuk mengembangkan kepribadiaannya saat anak mulai tumbuh dewasa melalui pola komunikasi yang berjalan dengan efektif. Kepribadian anak akan berkembang karena adanya pola komunikasi yang berjalan dengan efektif.

Proses Komunikasi

Pola komunikasi orang tua dan anak

Pola komunikasi yang efektif orang tua dan anak dapat dipahami sebagai pola hubungan antara orang tua dan anaknya. sehingga dalam proses berinteraksi kepada anak akan ada suatu

hambatannya dan dari hambatan tersebut akan memperoleh suatu harapan orang tua kepada

anaknya maupun sebaliknya dan akan membentuk pola komunikasi.

(52)

Sumber: Aplikasi Peneliti, 2013

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas peneliti mencoba

mendeskripsikan langkah dan tahapan yang muncul dalam pikiran,

sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk dapat diteliti dan

dianalisis. Berikut ini adalah penjelasan diatas : bahwa pada dasarnya

orang tua ini melakukan komunikasi, kemudian mereka menyampaikan

suatu informasi atau pesan-pesan kepada anaknya dan untuk

menyampaikan pesan tersebut melalui sebuah bahasa. Namun interaksi

tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar, tidak semua informasi yang

disampaikan itu benar-benar dimengerti, sehingga tidak memperoleh

kesamaan makna atau komunikasi tidak berjalan dengan efektif karena

diakibatkan adanya hambatan yang terjadi. Munculnya harapan di antara

mereka inilah yang akan menjadi masukan baik guna lebih memperbaiki

lagi komunikasi di antara mereka baik dari orang tua kepada anaknya dan

(53)
(54)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan

infeksi (atausindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh

manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip

yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh

manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap

infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan

yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun

penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV( Human Immunodeficiency Virus ) dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam

(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan

(55)

Gambar 3.1

( Anak Penderita HIV ( human Immunodeficiency Virus))

(Sumber,Peneliti 2013)

Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,

ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara

ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk

kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS (Human Immunodeficiency Virus) berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS (Human Immunodeficiency Virus) telah menjadi wabah penyakit. AIDS (Human Immunodeficiency Virus) diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia, Januari2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO

memperkirakan bahwa AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali

(56)

salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) diklaim telah menyebabkan kematian

sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari

570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah

kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat

pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya

manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi

tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.

Hukuman sosial bagi penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus), umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut

tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat

dalam merawat orang yang hidup dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus).

3.1.2 Gejala HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang harus diwaspadai

1. Demam ringan (sekitar 39 derajat Celcius) Anda sering mengalami demam ringan yang disertai dengan gejala, seperti

kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit

(57)

2. Kelelahan Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan Anda merasa lemah dan

lesu.Kelelahan dapat menjadi tanda awal dari HIV(Human

Immunodeficiency Virus) lho.

3. Nyeri pada persendian, otot, dan kelenjar getah bening Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan

tubuh dan dapat meradang ketika terjadi infeksi. Kelenjar ini

biasanya berada di pangkal paha, leher, dan ketiak.

4. Sakit tenggorokan dan kepala Sakit tenggorokan dan kepala

menjadi gejala awal yang dirasakan oleh orang yang terinfeksi

HIV(Human Immunodeficiency Virus). Meski begitu, tidak semua

orang mengalami gejala tersebut.

5. Ruam kulit Ruam kulit bisa muncul pada awal atau akhir infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus). Gejala awal tampak seperti

bisul atau ruam di beberapa bagian tubuh.

6. Mual, muntah, diare 30% sampai 60% orang yang terinfeksi

mengalami mual, muntah, atau diare pada gejala awal HIV(Human

Immunodeficiency Virus).

(58)

8. Batuk kering Batuk kering adalah tanda awal dari gejala

HIV(Human Immunodeficiency Virus). Ini bisa berlangsung selama

setahun dan menjadi semakin parah.

9. Berkeringat di malam hari Sebagian orang sering kali berkeringat di malam hari selama tahap awal infeksi HIV(Human

Immunodeficiency Virus).

10. Perubahan kuku Tanda lain dari infeksi HIV(Human

Immunodeficiency Virus) adalah perubahan kuku, seperti perubahan

warna atau penebalan. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi

jamur. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun

akanlebih rentan terhadap infeksi jamur.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) mudah ditularkan

melalui pemakaian jarum suntik bekas dan seksbebas.Selain itu,

transfusi darah juga berisiko menularkan virus mematikan tersebut.

3.1.3 Cara Pencegahan HIV (Human Immunodeficiency Virus)

(59)

Transmisi dengan darah dapat dengan mudah dihindari melalui tes

darah dan menghindari kontak dengan luka jika seseorang positif

terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), jika Anda harus berurusan dengan luka dari pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), pastikan untuk memakai pakaian pelindung seperti sarung tangan karet.

2. Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan Bedah Obat infus,

jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV

(Human Immunodeficiency Virus). Jarum tato senjata,, dan pisau cukur adalah alat yang berpaparan langsung dengan darah orang

yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda

perhatikan ketika menggunakan jarum dan peralatan beda:

3. Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.

4. Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya.

5. Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato

bersih dan sanitasi.

6. Hindari penggunaan obat-obat terlarang dan zat yang dikendalikan

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Table Informan Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait