v
Teguh Setia Wibawa 21207798 "Influence of Store Image and Private Label Against Purchase Decisions On Minimarket Yomart Cikoneng Ciamis", under the guidance of Oman Sukirman, SE., MSi
The development of more modern era, making human needs is increasing as well. Human needs are growing along with the various changes that occur at this time, especially socio-economic conditions of society. One of the most dominant business activity and a much-needed presence during this development is the modern retail business activities. People are starting to be interested to shop in modern retail stores like Minimarket. author of this study, trying to figure out how Store Image and Private Label Against Purchase Decisions On Branch Minimarket Yomart Cikoneng Ciamis.
The method used in this research using descriptive method and verifikatif. After conducted a literature review and hypothesis formulation, data is done through a method of questionnaires distributed to 92 respondents in the consumer Yomart Minimarket Ciamis Cikoneng branch by using stratified random sampling. While the analysis performed by data processing using SPSS 19 for windows. Then analysis the existing DTA using validity, reliability, determination, path analysis / path and hypothesis testing using f and t test.
Results of analysis of data from this study shows the results of this study can be received well. Store Image partially affect the Private Label on Yomart Minimarket Cikoneng Ciamis by 63.9%, partially Store Image influence Against Purchase Decisions on Yomart Minimarket 19%, Private Label affect Against Purchase Decisions on Yomart Minimarket at 35% and the last, Store Image and Private Label as well as the overall purchase decision have relevance and influence significantly 52.7%.
iv
Perkembangan zaman yang semakin modern, membuat kebutuhan manusia semakin meningkat pula. Kebutuhan manusia tersebut berkembang seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi saat ini, terutama kondisi sosial ekonomi masyarakat. Salah satu kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya pada masa perkembangan ini adalah kegiatan usaha ritel modern. Masyarakat mulai tertarik untuk berbelanja di toko ritel modern seperti Minimarket. Penulis melakuan Penelitian ini, mencoba untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Citra Toko dan Merek Sendiri Terhadap Keputusan Pembelian Pada Yomart Minimarket Cabang Cikoneng Ciamis.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode dekriptif dan verivikatif. Setelah dilakukan tinjauan pustaka, dan penyusunan hipotesis, data dilakukan melalui metode kuesioner yang disebar kepada 92 orang responden pada konsumen Yomart Minimarket cabang Cikoneng Ciamis dengan menggunakan stratified random sampling. Sedangkan analisis dilakukan dengan pengolahan data menggunakan SPSS 19 for windows. Kemudian dilakukan analisis dengan dta yang ada menggunakan uji validitas, reliabilitas, determinasi, analisis jalur/path dan pengujian hipotesis menggunakan uji f dan uji t.
Hasil analisis data dari penelitian ini menunjukan hasil penelitian ini dapat diterima dengan baik. Citra Toko secara parsial berpengaruh terhadap Merek Sendiri pada Yomart Minimarket Cikoneng Ciamis sebesar 63,9%, Citra Toko secara parsial berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian pada pada Yomart Minimarket sebesar 19%, Merek Sendiri dalam meningkatkan Keputusan Pembelian pada Yomart Minimarket sebesar 35% dan Citra Toko dan Merek Sendiri serta Keputusan Pembelian secara keseluruhan memiliki keterkaitan dan pengaruhnya secara signifikan 52,7%.
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan zaman yang semakin modern, membuat kebutuhan manusia
semakin meningkat pula. Kebutuhan manusia tersebut berkembang seiring dengan
berbagai perubahan yang terjadi saat ini, terutama kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Semakin tinggi status sosial ekonomi masyarakat maka makin tinggi
pula tuntutan terhadap kebutuhan hidupnya dan tuntutan terhadap pelayanan.
Maraknya berbagai macam merek dagang yang bermunculan di pasaran
merupakan bentuk dari sebuah persaingan antar para pebisnis yang ketat, sehingga
menyebabkan suatu perusahaan harus memiliki strategi pemasaran yang baik demi
mendorong konsumen untuk melakukan pembelian.
Salah satu kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan
keberadaannya pada masa perkembangan ini adalah kegiatan usaha ritel modern, baik
usaha ritel kecil ataupun besar. Fungsi usaha ritel sebagai sebuah usaha yang bergerak
dalam bidang jual beli dalam jumlah kecil yang mempunyai peranan penting dalam
mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Persaingan usaha ritel di Indonesia yang semakin kompetitif, akan
membentuk terjadinya berbagai macam persaingan termasuk diantaranya persaingan
memberikan produk dan jasa yang terbaik, memuaskan konsumennya dan merebut
pangsa pasar. Untuk bisa merebut pangsa pasar, perusahaan ritel dituntut untuk selalu
berinovasi dan harus selalu memberikan nilai lebih kepada konsumen dibandingkan
kompetitor. Tidak lupa perusahaan harus senantiasa mengikuti perkembangan
teknologi supaya bisa meningkatkan efisiensi perusahaan dengan menggunakan
teknologi terbaru.
Saat ini bisnis ritel merupakan salah satu jenis bisnis yang banyak
digandrungi oleh para pengusaha ritel dari dalam maupun luar negeri. Fenomena ini
berdasarkan kata-kata dari Country Head Jones Lang LaSalle Indonesia Todd
Lauchland pada tahun 2013 yaitu masih banyak peritel asing dan internasional yang
tertarik untuk masuk ke Indonesia, apalagi kalau melihat proyeksi pertumbuhan kelas
menengah dan daya beli konsumen lokal dalam 15-20 tahun mendatang”.
Berbagai inovasi dan kreatifitas harus dikembangkan secara baik retailer lokal
tidak kalah retailer asing. Karena pada jaman sekarang ini sangat banyak sekali
retailer asing masuk didalam negeri. Tetapi dengan masuknya ritel asing, ada dampak
positif yang bisa diambil, dapat memberikan dorongan serta contoh untuk para
pengusaha ritel lokal melihat dan mempelajari sistem yang dikembangkan oleh
kebanyakan ritel asing.
Sebagaimana seiring dengan perkembangan jaman, keberadaan ritel
tradisional mulai tersaingi oleh adanya bisnis eceran modern. Bisnis eceran atau biasa
disebut dengan pedagang eceran semakin terasa keberadaannya dalam kehidupan
bermunculan dengan bermacam bentuk dan ukuran. Dengan perkembangan ini
banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang perdagangan eceran
yang berbentuk minimarket, toserba, pasar swalayan (supermarket) dll.
Masyarakat mulai tertarik untuk berbelanja di toko ritel modern seperti
Minimarket. Minimarket mulai banyak muncul di kota-kota di seluruh Indonesia. Hal
ini menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumen, karena mulai tertarik untuk
berbelanja di tempat yang mungkin dirasa lebih nyaman, selain itu atribut-atribut
yang ditawarkan oleh pasar swalayan cukup menarik hati konsumen. Kehadiran
berbagai peritel modern pada satu sisi sangat menggembirakan konsumen.
Menyikapi hal ini, peritel yang bermain di bisnis ini dituntut untuk selalu
melakukan inovasi yang diharapkan dapat merebut hati konsumennya. Tingkat
persaingan yang semakin tinggi mengakibatkan konsumen memiliki posisi tawar
yang tinggi terhadap kualitas, harga, pilihan produk, lokasi toko, yang lebih nyaman
dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu
lebih cepat, dengan usaha dan resiko yang lebihrendah.
Melihat kondisi ini, setiap bisnis ritel modern di kota perlu meningkatkan
kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan perbedaan atau
keunikan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan pesaing untuk dapat
menarik minat beli konsumen.
Para peritel menawarkan berbagai hal positif antara lain kenyamanan saat
produk yang terus meningkat dan tentu saja harga produk yang menjadi lebih murah
sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali adanya kebutuhan
yang belum terpenuhi, konsumen mulai mencari informasi tentang cara memenuhi
kebutuhan tersebut meliputi produk apa yang akan memberi konsumen manfaat dan
bagaimana cara memperolehnya. Konsumen kemudian mengevaluasi berbagai
alternatif produk melalui ritel, katalog dan internet hingga memilih salah satu
diantaranya. Pada suatu kondisi, konsumen akan mempertimbangkan produk yang
akan dibeli dan hal ini akan membutuhkan waktu. Setelah mengevaluasi, konsumen
akan membuat keputusan pembelian pada suatu ritel.
Menurut Berman dan Evans dalam Foster (2008: hal.51) untuk bentuk toko
yang berdasarkan store based retail terdapat strategi bauran penjualan eceran yang
terdiri dari lokasi, pelayanan, produk/barang yang ditawarkan, harga barang, suasana
toko, karyawan dan metode promosi.
Masyarakat saat ini mempunyai banyak pilihan untuk berbelanja karena
begitu banyak format ritel yang tersedia. Hal inilah yang membuat peritel
meluncurkan produk private label untuk membedakan barang dagangannya dengan
ritel yang lain. Produk private label diharapkan dapat meningkatkan potensi
peningkatan penjualan karena menarik perhatian konsumen, Retail Forward, (2010),
diantaranya adalah peritel akan menjadi brand manager. Ini berarti bahwa peritel
harus mempunyai keunggulan kompetitif dengan cara membangun merek sendiri atau
Selain itu Collins-Dodd dan Lindley, dalam Rzem dan Debabi (2012: hal.-)
mengemukakan bahwa dengan adanya keterkaitan yang erat diantara citra gerai dan
citra merek produk private label diperhitungkan sebagai persyaratan mendasar bagi
strategi diferensiasi yang sukses. Produk dengan citra merek yang tinggi lebih
diinginkan dan dipercaya dibandingkan dengan merek-merek lain dengan citra merek
yang rendah. Citra merek yang positif membedakan suatu merek dalam benak
konsumen dan seterusnya akan meningkatkan ekuitas merek. Peritel harus dapat
memfokuskan diri untuk membangun citra merek yang baik dan positif dari produk
private label.
Dalam rangka perwujudan pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya
dalam bidang ritel diperlukan sarana penunjang usaha peningkatan pelayanan ritel
melalui penyediaan kebutuhan sehari-hari, salah satunya adalah Yomart. Oleh karena
itu Yomart dituntut untuk selalu membangun suatu citra yang baik agar mampu
bersaing dalam pasar dalam rangka mempertahankan konsumen dan juga mencari
konsumen baru. Salah satu bentuk strategi yang bisa diterapkan dalam membentuk
persepsi konsumen terhadap suatu toko adalah melalui strategi Citra Toko.
Pada saat ini kompetisi pada usaha ritel tidak hanya pada harga, hal itu tidak
lagi menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian. Saat ini Citra
toko pada sebuah gerai/toko usaha ritel merupakan faktor yang sangat penting,
dimana meliputi karakteristik seperti lingkungan fisik toko, tingkat pelayanan,
kualitas barang yang diperdagangkan. Meskipun Citra toko tidak
toko mampu memberikan isyarat yang kaya informasi pada sebuah citra, tentunya
akan memberikan kesan baik pada toko.
Bagi konsumen, kepribadian itu juga mewakili suatu gambaran dan
merancang apa yang diinginkan, dilihat, dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko
tertentu. Menciptakan image yang baik bagi konsumen adalah pekerjaan yang tidak
mudah, akan tetapi perusahaan harus mampu melakukan itu guna menarik konsumen
untuk melakukan pembelian.
Selain pengaruh citra toko terhadap daya beli konsumen, citra merek dari
sebuah produk juga merupakan hal terpenting, karena munculnya berbagai macam
produk dalam satu kategori dengan kualitas produk yang sudah menjadi standar dan
dapat dengan mudah ditiru dan dimiliki oleh siapapun megakibatkan sulitnya suatu
perusahaan untuk mempertahankan dirinya sebagai pemimpin pasar. Untuk mengatasi
penetrasi yang dilakukan oleh kompetitor, maka perusahaan akan tetap menjaga
pangsa pasarnya, salah satunya dengan membentuk citra merek yang kuat oleh
perusahaan. Tanpa citra merek yang kuat dan positif, sangatlah sulit bagi perusahaan
untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah ada (Ismani, 2008:
18).
Citra merek merupakan persepsi tentang merek yang merupakan refleksi
memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut. Dengan demikian merek
pada suatu perusahaan harus sangat diperhatikan, Salah satu keputusan pemasaran
Keputusan pembelian oleh konsumen biasanya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah citra merek. Citra menurut Kotler dan Keller (2009:403) citra adalah sejumlah keyakinan, ide, dan kesan yang dipegang oleh
seseorang tentang sebuah objek. Sedangkan citra merek adalah persepsi dan
keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang
tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler dan Keller, 2009:406). Citra merek
adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen (Rangkuti,
2004:76).
Citra merek produk tertentu diharapkan mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen pada pembelian di masa yang akan datang. Menurut Kotler dan Armstrong
(2014: hal.172), keputusan pembelian adalah suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
Menurut Utami (2008: hal.15) Citra sebuah toko atau ritel dapat dibangun berdasarkan karakteristik barang dagangan yang ditawarkan untuk dibeli oleh
pelanggan. Pada umumnya produk atau barang dagangan (merchandise) dengan kualitas yang baik dan ketersediaan produk yang bervariasi akan memberikan
kepuasan dan citra tersendiri bagi konsumen.
Citra sebuah toko adalah kepribadian sebuah toko yang menggambarkan apa
yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu (Sopiah dan
Syihabudhin, 2008:138). Menciptakan sebuah citra yang baik bagi konsumen berarti
memuaskan konsumen, mengingat konsumen yang merasa puas diharapkan akan
konsumen yang lain, hal ini akan membuat perusahaan dapat menempatkan
pesaingnya diurutan rendah atau sebaliknya.
Kesimpulannya, brand image (citra merek) merupakan gambaran atau kesan
yang ditimbulkan oleh suatu merek dalam benak pelanggan. Penempatan citra merek
dibenak konsumen harus dilakukan secara terus-menerus agar citra merek yang
tercipta tetap kuat dan dapat diterima secara positif. Ketika sebuah merek memiliki
citra yang kuat dan positif di benak konsumen maka merek tersebut akan selalu
diingat dan kemungkinan konsumen untuk membeli merek yang bersangkutan sangat
besar.
Untuk itu, retailer harus bisa memperhatikan hal tersebut untuk memberikan
rangsangan yang mampu menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh
karena itu situasi pembelian tidak hanya harga, akan tetapi juga bagaimana
menciptakan kepribadian atau image toko dan juga brand yang bisa menggambarkan
apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko.
Selain itu, strategi peritel modern untuk meningkatkan penjualannya adalah
dengan cara menggunakan strategi merek sendiri/private label. Strategi merek pribadi
telah menjadi kategori unggul dalam keterampilan manajemen untuk menarik
konsumen berbelanja secara eceran. Dalam menghadapi persaingan pemasaran yang
semakin sengit, perlu mempertimbangkan jenis produk baru dalam mengembangkan
Merek Sendiri.
Kategori manajemen baru dan merek sendiri harus memenuhi kebutuhan
Alasan para peritel mengeluarkan produk private label adalah untuk memberikan
alternatif bagi konsumen dalam hal mendapatkan harga barang yang lebih kompetitif
karena tidak membutuhkan promosi yang membutuhkan biaya besar.
Saat ini perkembangan produk merek sendiri di dunia sangat pesat. Secara
global, pertumbuhan penjualan produk merek sendiri melebihi pertumbuhan merek
nasional yaitu 5% berbanding 2% dan selama 30 tahun terakhir, pangsa merek sendiri
dunia terus meningkat dari 12% ke 34%. Menurut Kumar, Nirmala dan Jan Benedict, E.M. Steen Kamp. (2007).
Produk merek sendiri telah menjadi semacam trend di antara para peritel,
namun penetrasi penggunaaan produk merek sendiri di masyarakat masih terhadang
oleh kehadiran merek nasional. Hal ini dikarenakan karena masyarakat Indonesia
masih beranggapan bahwa merek nasional mempunyai good value for money yang
lebih besar dibandingkan produk merek sendiri. Pernyataan ini juga diperkuat dengan
publikasi riset yang dilakukan oleh AC Nielsen Company (2008) yang mengatakan
bahwa lebih dari 40% konsumen Indonesia berpendapat bahwa lebih baik membeli
merek nasional, walaupun fakta bahwa lebih dari 50% konsumen Indonesia
mempunyai persepsi bahwa kualitas dan kemasan produk merek sendiri sama baiknya
dengan merek nasional.
Hal ini tidak lepas dari rendahnya pengetahuan konsumen Indonesia mengenai
produk merek sendiri. Konsumen di Indonesia terbiasa membeli barang dengan merek
nasional dan ada sikap subjektif seperti kebanggaan dan kepercayaan akan merek
merek nasional adalah jaminan kualitas yang terpercaya. Sebaliknya, persepsi yang
berkembang tentang merek sendiri dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan akan
kualitas dan rasa aman dan hanya ditujukan untuk konsumen dengan anggaran
belanja terbatas.
merek sendiri yang memiliki nama lain private brand dan store brand adalah merek yang diciptakan dan dimiliki oleh penjual eceran barang dan jasa (Kotler dan
Armstrong, 2008: hal.188). Perkembangan merek sendiri yang sangat pesat dapat terlihat dari semakin banyaknya jenis produk merek sendiri yang dipasarkan.
Saat ini merek sendiri berkembang sangat pesat. Sejumlah ritel modern seperti
hypermarket dan minimarket berlomba-lomba meluncurkan produk dengan merek
sendiri (private label). Sebutlah Carrefour Indonesia, saat ini telah memiliki 2-3 ribu
item produk merek sendiri dari total 40 ribu item produknya. Bahkan, minimarket
seperti Indomaret saja telah memiliki sekitar 500 item produk dengan merek tokonya,
disusul Alfamart yang diperkirakan memiliki 100 produk merek sendiri. Angka-angka
tersebut tampaknya terus berkembang. dalam setahun Indomaret mengeluarkan
100-200 item produk merek sendiri. Diakuinya produk ini bakal terus bertambah meskipun
nantinya akan menemukan batasannya sendiri. Adapun Carrefour meluncurkan tidak
kurang dari lima item tiap bulan atau 60 item tiap tahun.
Kehadiran merek sendiri tampaknya tak bisa dihindari karena dalam persaingan
yang semakin ketat, tiap peritel ingin unggul terutama dalam hal harga yang lebih
murah. Dan hal itu bisa dilakukan dengan menawarkan produk berlabel sendiri.
bisa mendapatkan barang dengan harga murah hingga 30% dibanding produk berlabel
nasional. Private Labels Brands/PLBs merupakan salah satu strategi pengusaha ritel
dan grocery yang diunggulkan untuk meraih konsumen. PLBs merupakan diferensiasi
merek dari peritel, merek mereka tidak sama dan tidak tergantikan dengan merek di
toko lain. PLBs dapat membantu peritel dalam mengendalikan alur konsumen dan
membentuk loyalitas terhadap toko dengan menawarkan lini produk yang eksklusif
(Corstjens and Lal, 2000: 96), PLBs juga merupakan proyek “image harga yang lebih
rendah” dari peritel dan meningkatkan bergaining power mereka terhadap perusahaan
manufaktur atau produsen merek nasional yang terkenal (Narasimhan and Wilcox,
1998:34).
Produk merek sendiri dapat digunakan sebagai produk substitusi terhadap
produk merek nasional yang pada umumnya menawarkan harga yang lebih tinggi.
Peritel dapat bernegoisasi dengan perusahaan manufaktur untuk mendapatkan harga
grosir sehingga dapat menghasilkan margin yang lebih besar. Profit margin per unit
merek sendiri biasanya rendah karena produk dijual dengan harga murah, namun dengan tingkat penjualan yang tinggi akan diperoleh total profit margin yang besar
untuk produk-produk merek sendiri tersebut. Harga merupakan faktor yang selalu
menjadi pertimbangan dari konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan banyak yang menggunakan merek
sendiri sebagai salah satu strategi yang di pilih untuk mempengaruhi minat beli
konsumen. Salah satu perusahaan yang menggunakan merek sendiri untuk
Melihat adanya peluang pasar yang besar tersebut, Yomart Minimarket yang
berdiri, selaku peritel dalam negeri telah sukses dengan membuka banyak gerai yang
mudah dijumpai dimana saja di kota besar dan telah mengelurkan berbagai macam
produk pribadi. Saat ini jaringan Yomart terus berkembang di Indonesia, dan terus
mengeluarkan inovasi baru salah satunya dengan mengeluarkan berbagai macam
produk pribadi. “YoA” merupakan salah satu produk pribadi alfamart yang
mengelurkan produk seperti Gula pasir, beras, makanan ringan dan lain-lain.
Produk-produk merek sendiri yang dijual di Yomart, 90% adalah produk lokal
yang dihasilkan oleh pemasok yang sebagian besar adalah perusahaan kecil
menengah di Indonesia. Yomart memiliki standar khusus yang harus dipenuhi oleh
pemasok dalam memproduksi produk merek sendiri. Standar ini digunakan untuk
menjaga kualitas dan reputasi perusahaan dalam persaingan ritel modern yang ada di
sekitar daerah tersebut.
Beberapa produk merek sendiri yang terdapat di Yomart Minimarket antara
lain adalah snack, krimer, kecap, kapas, roti & kue, mi instan, air minum, dan masih
banyak lagi (Sumber: katalog Yomart Cikoneng, September 2014).
Dalam penjualannya tentu tidak mudah karena harus mampu bersaing dengan
produk terkenal lain. Tapi disamping itu Yomart selalu berusaha menciptakan dan
menjual produk-produk dengan harga terjangkau tetapi tetap memperhatikan kualitas
produknya yang tentu saja tidak kalah dengan produk-produk terkenal lainnya. Untuk
menciptakan produk-produk yang berkualitas tentu saja di pilih pabrik-pabrik yang
Penulis dalam hal ini melakukan survei tentang Citra Toko dan merek sendiri
terhadap Keputusan Pembelian kepada 30 responden yang telah memakai jasa
Yomart Minimarket yang mengisi kuisioner yang diberikan dan berikut hasilnya :
Tabel 1.1
Tabel Pra Survey Tentang Keputusan Pembelian
NO PERNYATAAN sumber informasi sebelum anda membeli di Yomart Minimarket akan kembali lagi membeli di Yomart Minimarket
13 43% 17 57%
Survei yang dilakukan kepada konsumen untuk mengetahui keputusan
pembelian konsumen yang diberikan kepada 30 responden menunjukan angka yang
kurang signifikan dengan angka 44 % yang menjawab “ya” sedangkan 56 % lainnya
mengatakan “tidak’ hal ini mengindikasikan bahwa keputusan konsumen untuk
membeli di Yomart Minimarket belum cukup baik.sehingga Yomart Minimarket
harus lebih berusaha keras lagi agar banyak konsumen yang memutuskan untuk
membeli di Yomart Minimarket.
Tabel 1.2
Tabel Pra Survey Citra Toko dan Merek Sendiri
NO
PERNYATAAN
YA TIDAK
F % F %
1 Physical Facilities Yomart memiliki pewarnaan ruang yang menarik 17 57 % 13 43 %
2
Merchandise
Yomart Minimarket mengetahui keinginan dan kebutuhan anda
Yomart Minimarket dalam promosinya memiliki daya tarik informasi melalui selebaran dan poster.
17 57 % 13 43 %
5
Service
Dari survei yang dilakukan dengan 30 responden tersebut mengatakan bahwa
pandangan mereka terhadap Citra Toko dari Yomart Minimarket sebanyak 39,2 % mengatakan tidak sedangkan 61,8% lainnya ya, hal ini mengindikasikan bahwa Citra
Toko kepada konsumen dari Yomart Minimarket sudah cukup baik, sehingga Yomart
Minimarket sudah cukup berusaha keras untuk meningkatkan citra toko mereka.
Kuisioner yang diberikan kepada konsumen untuk mengetahui bagaimana
faktor merek sendiri mempengaruhi konsumen untuk membeli, dengan melihat dari
tepatnya produk merek sendiri Yomart Minimarket, dari survey yang dilakukan
NO PERNYATAAN
YA TIDAK
F % F %
1
Kualitas
Produk sendiri dari Yomart memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan produk merek nasional yang sudah terkenal lebih dahulu
16 53% 14 47%
2
Harga Jual
Produk sendiri dari Yomart sedikit lebih murah dibandingkan dengan produk merek nasional yang sudah terkenal lebih dahulu
20 70% 10 30%
3
Penyajian
Yomart menempatkan produk sendirinya setara dibanding dengan produk nasional lainnya
19 67% 11 33%
4 Promosi
Yomart sering melakukan promosi terhadap produknya
15 50% 15 50%
5
Kemasan
Kemasan yang diproduksi oleh Yomart sederhana dan cenderung lebih menarik
17 57 % 13 43 %
Merek Sendiri
Rata-rata 52,40%
dengan 30 responden yang membeli di Yomart Minimarket sebanyak 48,60%
responden mengatakan bahwa Yomart Minimarket tidak tepat dalam menetapkan
merek sendiri,sedangkan 52,40% lainnya mengatakan Yomart Minimarket tepat dalam menetapkan merek sendiri. Dari hasil survey ini mengindikasikan bahwa faktor merek
sendiri juga harus Yomart tingkatkan kualitasnya sudah mulai bisa menyamai produk nasional.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Berdasarkan Fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat fenomena
masalah sebagai berikut :
1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi perhatian adalah :
Citra Toko minimarket bernilai cukup baik dalam masyarakat, kemudian Merek Sendiri yang cukup baik tetapi tidak cukup Baik mendorong para konsumen menjadi kurang tertarik untuk melakukan Keputusan Pembelian, sehingga para
konsumen pun tidak sering melakukan pembelian dengan kata lain keputusan
pembelian pun masih kurang baik.
1.2.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk memfokuskan
masalah agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pemahaman
terhadap permasalahan serta mencapai tujuan yang dikehendaki. Dalam hal ini, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tanggapan konsumen tentang Citra Toko, Merek Sendiri, dan
keputusan konsumen untuk membeli di Yomart Minimarket Cikoneng.
2. Seberapa Besar Citra Toko berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara parsial
konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara parsial.
4. Seberapa besar Citra Toko dan Merek Sendiri berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara
simultan.
5. Seberapa besar pengaruh Merek Sendiri berpengaruh terhadap Citra Toko Yomart Minimarket Cikoneng.
1.3. Maksud & Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan pada dasarnya memiliki suatu tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Dan suatu penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tanggapan konsumen tentang Citra Toko, Merek Sendiri, dan keputusan konsumen untuk membeli di Yomart Minimarket Cikoneng.
2. Untuk mengetahui besarnya Citra Toko berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara parsial.
3. Untuk mengetahui besarnya Merek Sendiri berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara parsial.
4. Untuk mengetahui besarnya Citra Toko dan Merek Sendiri berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng
secara simultan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Di dalam penelitian sangat diharapkan adanya manfaat, dan kegunaan yang
dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan sehubungan
dengan penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Praktis Bagi Perusahaan
penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan dalam upaya
mempertahankan pelanggan dan mengembangkan usahanya. Bagi Peneliti
Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat
menjadi bahan perbandingan penelitian selanjutnya di masa yang akan
datang.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis baik dari segi teoritis
maupun konseptual khususnya tentang pengaruh citra toko (store image)
1.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi tempat berlangsungnya penelitian ini adalah di daerah Ciamis yaitu
salah satu bentuk perusahan retail minimarket bernama Yomart. Waktu pelaksanaan
di mulai sampai batas waktu yang ditentukan.
Tabel 1.3
Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Uraian
Waktu Kegiatan
Mar Apr Mei Jun Jul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Mensurvei Tempat
Penelitian
2
Melakukan
21
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
Beberapa definisi pemasaran menurut para ahli :
1) Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. (Kotler dan Keller 2009: hal.5).
2) Sedangkan menurut Tjiptono (2008: hal.-) memberikan definisi pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, pewarnaan, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai dengan orang atau kelompok lain.
3) Menurut William J. Shultz (dalam Alma 2007: hal.2)” : pemasaran adalah usaha atau kegiatan yang menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen”.
Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan keinginan atau kebutuhan orang atau kelompok terhadap produk atau jasa melalui penyaluran dan pertukaran barang dan jasa dari pihak satu kepada pihak lain.
Melihat penjelasan teori diatas, bahwa kegiatan pemasaran memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, yaitu berhasil atau tidaknya perusahan mencapai tujuannya yaitu memperoleh laba, selain itu perusahaan berusaha mempelajari dan memahami kebutuhan serta keinginan konsumen dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan konsumen.
a) Usaha Eceran (Retailling)
Beberapa definisi tentang usaha eceran (retailing) menurut para ahli :
1) Menurut Utami (2008: hal.291) retailing adalah aktivitas bisnis yang melibatkan penjualan barang dan jasa pada konsumen untuk pengguna perorangan, keluarga dan rumah tangga.
pedagang eceran dapat dikatakan sebagai pedagang yang menjual barang dalam skala kecil yang dikonsumsi oleh perorangan ataupun keluarga.
3) Menurut Levy (2012:20) Bauran pemasaran ritel adalah seperangkat keputusan peritel untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
4) Sedangkan menurut Kotler (2009: hal.535) pedagang eceran meliputi seluruh aktivitas-aktivitas yang didalamnya terdapat proses penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemenuhan kebutuhan pribadi dan tidak dijual kembali.
5) Dan menurut Simamora (2003: hal.172), retailing bukan hanya sekadar menjual produk tetapi lebih merupakan suatu pameran atau pagelaran produk yang memicu konsumen untuk membeli produk yang dipamerkan. Store Theatric dapat menjadi senjata yang ampuh bagi kebanyakan ritel untuk mendapatkan competitive advantage yang mampu membedakan antara satu ritel dengan yang lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa usaha eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Merek adalah sebuah tanda agar konsumen dapat membedakan satu produk dengan produk lainnya, memungkinkan konsumen menggunakan merek sebagai pedoman atau acuan tingkat dan konsistensi kualitas, serta memungkinkan para pemanufaktur untuk mengkomunikasikan citra spesifik dan aspek produk tertentu kepada para konsumen melalui kampanye periklanan massal. Merek juga membantu agar konsumen lebih mudah mengingatnya sehingga mempermudah pengambilan keputusan ketika melakukan pembelian.
Merek nasional atau yang dikenal juga dengan nama merek pabrik merupakan produk yang dirancang. Diproduksi, dan dipasarkan oleh penjual (Utami, 2008: hal.209). Pabrik bertanggung jawab untuk mengembangkan barang dan menjaga image merek tersebut. Dengan membeli merek nasional, pembeli dapat membantu dalam hal menjaga Citra toko.
2.1.1. Citra Toko (Store Image)
Beberapa definisi tentang citra toko (store image) menurut para ahli :
2. Menurut Simamora (2003: hal.168), “Seperti produk, sebuah toko juga mempunyai kepribadian. Dengan kata lain Citra Toko adalah kepribadian sebuah toko.
3. Pengertian Citra toko (Store Image) menurut Utami (2008: hal.15) adalah gambaran keseluruhan yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, dimana masing masing bagian berinteraksi satu sama lain dalam pikiran konsumen. 4. Menurut Sopiah dan Syihabuddin (2008: hal.174) Citra Toko memiliki
pengertian pandangan atau persepsi masyarakat terhadap nama atau produk toko secara efektif baik dari segi nilai, kualitas dan harga. Penciptaan Citra Toko sangat penting karena berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Jadi Citra Toko (Store Image) dari suatu tempat berbelanja menjadi penting bagi konsumen, karena konsumen umumnya lebih memilih pusat perbelanjaan yang memberikan citra yang baik pada mereka.
5. Citra Toko adalah kepribadian sebuah toko (Simamora, 2003: hal.168). Citra Toko merupakan salah satu alat yang penting bagi peritel untuk menarik dan memenuhi kepuasan konsumen. Konsumen menilai sebuah toko berdasarkan pengalaman mereka atas toko tersebut.
6. Schiffman dan Kanuk (2008: 167), menyatakan bahwa “toko-toko atau gerai mempunyai citra toko atau perusahaan itu sendiri yang membantu mempengaruhi kualitas yang dirasakan dan keputusan konsumen mengenai pembelian produk”. 7. Loudon dan Bitta dalam Tommy Subagyo (2014: hal.2) berpendapat, “Store
psychological factors that a consumer perceives to be present in a store”. Citra Toko merupakan gabungan antara faktor fisik misalnya tata letak barang, kebersihan ruangan, dan lain-lain dengan faktor non fisik misalnya kecepatan layanan terhadap keluhan, keramahan karyawan, ketelitian kasir yang kesemuanya itu dapat diterima dan dirasakan akibat dan manfaatnya sebagai kesan konsumen dari suatu toko.
8. Menurut (Hawkins & Mothersbaugh, 2010: hal.-) citra merek mengacu pada ingatan skematis terhadap sebuah merek yang terkumpul dari banyak persepsi yang tidak dapat dikontrol terhadap merek yang bersangkutan sebagai kekuatan dan kelemahan, positif dan negative.
9. (Perry & Wisnom III, 2003). Citra merek merupakan sebuah aspek penting dari aktivitas-aktivitas pemasaran; merek dan penawaran pasar dengan definisi yang beragam dan mendekati konseptualisasinya.
10.Hartman dan Sapiro mengutip definisi Citra Toko menurut Martineau dalam
2.1.1.1. Komponen Citra Toko
Menurut Berman dan Evans (dalam Foster, 2008: hal.51) menyatakan bahwa komponen yang dapat dijadikan dasar konsumen dalam berbelanja di toko ritel yaitu dijelaskan sebagai berikut:
1) Lokasi toko
Menurut Kotler, dalam (Foster, 2008: hal.51) : “Retailing are accustomed to saying that the three keys to success are location, location, and location”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tiga kunci sukses bagi pedagang eceran adalah lokasi, lokasi dan lokasi. Hal ini mengisyaratkan arti bahwa betapa pentingnya keputusan konsumen mengenai lokasi bagi usaha eceran. Lokasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis konsumen yang akan tertarik untuk datang ke lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang ada, serta kapasitas parkir yang cukup memadai bagi konsumen.
2) Produk
Menurut Kotler dalam (Foster, 2008: hal.55) Pedagang eceran harus memutuskan ragam produk dan perolehan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ragam produk pedagang eceran harus sesuai dengan harapan belanja pasar sasarannya, komponen ini merupakan komponen kunci dalam persaingan di antara pedagang eceran sejenis. Pedagang eceran harus memutuskan keluasan dan keragaman ragam produk.
3) Harga
Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang (Buchari Alma, 2007: hal.169). Tingkat harga pada suatu toko dapat mempengaruhi cara berpikir konsumen terhadap unsur-unsur lain dari bauran ritel. Dalam penetapan dibutuhkan perhatian dan perhitungan yang jeli karena penetapan harga yang tinggi akan menyebabkan konsumen beralih ke toko yang lain yang menjual barang yang sejenis dengan harga yang lebih murah.
4) Pelayanan
5) Fasilitas fisik
Fasilitas toko merupakan faktor penentu dalam mendominasi pangsa pasar yang diinginkan oleh perusahaan, karena penguasaan pasar yang dapat dicapai.
Sebagaimana menurut Terdapat lima dimensi citra toko menurut Collins-Doss dan Lindley dalam Wu, Yuh Yeh, dan Ru Hsio (2011: hal.-) yaitu adalah :
1. Product Variety (Variasi Produk).
Evaluasi konsumen dari berbagai jenis produk di toko.
2. Product Quality (Kualitas Produk).
Evaluasi subyektif konsumen mengenai kualiatas produk.
3. Price (Harga).
Penilaian konsumen terhadap murahnya produk.
4. Value for Money (Nilai Uang).
Penilaian konsumen mengenai hubungan antara nilai dan harga produk.
5. Store Atmosphere (Suasana Toko).
Mengacu pada perasaan konsumen tentang suasana dekorasi interior toko.
2.1.1.2. Indikator Citra Toko
1. Physical Facilities
Struktur fisik yang merupakan komponen utama dalam membentuk Citra Toko dan dalam membantu toko yang menjual produk atau jasa yang ditawarkan. Atribut layanan yang termasuk dalam komponen ini adalah: tempat parkir, penampilan karyawan, yang menarik, dan pewarnaan ruang yang menarik. Atribut ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk memberikan daya tarik sehingga bisa mendorong keinginan membeli konsumen
2. Merchandise
Merupakan barang-barang yang dijual. Konsumen akan memiliki image yang baik terhadap suatu toko apabila toko tersebut dapat menyediakan barang yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, pihak pengelola perlu untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
3.Price
4. Promotion
Adalah alat komunikasi untuk menghubungkan keinginan pihak perusahaan dengan konsumen dengan cara memberitahukan, mempengaruhi, dan juga mengingatkan konsumennya agar mau membeli produk yang dijual. Termasuk dalam atribut promosi ini adalah daya tarik informasi melalui selebaran dan poster.
5. Service
Merupakan atribut yang berkaitan dengan layanan yang ditawarkan kepada konsumen bersama-sama dengan produk yang dijual. Dalam melakukan layanan kepada pembeli maka proses interktif antara penjual dan pembeli berperan sehingga penjual dapat terus meningkatkan layanan. Termasuk dalam atribut ini adalah jam buka toko yang lebih lama, layanan pengiriman, penanganan keluhan pelanggan, pembayaran melalui kartu kredit dan debit, penyediaan fasilitas kamar kecil yang bersih.
2.1.2. Merek Sendiri (Private Label)
Merek Sendiri adalah segala jenis merek yang dijual retailer atau distributor dan hanya tersedia di outlet peritel saja. Produk tersebut mempunyai spesifikasi khusus yang telah ditentukan oleh peritel.
Merek Sendiri juga dikenal sebagai store brands, private label branding, private-label goods, own-label, house-brands. Merek Sendiri merupakan produk dari perusahaan pemasok yang telah terikat kontrak dengan peritel. Harcar, Kara (2006)
Brand don’t necessarily have to be manufacturer brands, they can be also be store brands (Kumar, 2007: hal.-)
2.1.2.1. Keuntungan dan Kerugian Merek Sendiri (Private Label)
Dalam private label itu sendiri ada beberapa keuntungan dan keruguan yang dapat di jelaskan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Keuntungan dan Kerugian Private Label
Keuntungan Kerugian
Peritel
• Mengurangi merek dominasi
nasional dalam pasar
• Menciptakan ketergantungan
konsumen para peritel
• Meningkatkan penjualan
• Sebuah kesempatan untuk
strategi deferensiasi dan
• Standarisasi yang tidak
seragam diantara kategori
private label memunculkan
perasaan negative dari
konsumen
• Perital dapat dipersepsikan
yang lebih baik dalam resesi
ekonomi
• Turnover yang rendah,
hasilnya adalah kerugian per
linier meter
• Fokus yang berlebihan pada
merek sendiri
• Jika produk merek sendiri
tersebut gagal memuaskan
• Sebagai secondary product
• Hubungan dengan peritel
dapat terganggu bila produk
tidak berkualitas
• Menciptakan kompetitor
yang menambah portofolio
produk perusahaan
• Memproduksi produk
pesaing untuk melawan
market leader
• Kesempatan bagi usaha kecil
yang tidak memiliki modal
• Harga yang lebih rendah
dengan kualitas yang setara
dengan produk lain
• Pilihan yang lebih banyak
• Nama peritel yang
sendiri yang lain bila ada
produk yang tidak berfungsi
dengan baik.
Namun Merek Sendiri sering kali dipandang sebagai produk dengan kualitas kelas dua oleh konsumen. Beberapa penyebabnya antara lain (Kapferer, 2008:63) :
1. Kemasan yang sederhana dan cenderung tidak menarik
2. Harga yang sedikit lebih murah dibandingkan dengan produk merek nasional yang sudah terkenal lebih dahulu
3. Sedikitnya keragaman produk
4. Kurangnya promosi dari pengusaha retail sendiri terhadap produknya
5. Konsumen telah terbiasa menggunakan produk dengan merek nasional, sehingga telah mengetahui kualitasnya kemudian enggan mencoba produk dengan merek Sendiri.
6. Merek Sendiri tidak memiliki image yang baik dalam suatu kategori produk tertentu.
2.1.2.2. Indikator Merek Sendiri (Private Label)
Menurut Alex Cochran (2001) Private Label Strategy yang terdiri dari lima indikator yaitu :
1. Kualitas,
2. Harga jual,
Harga sebagai komponen dari bauran pemasaran dapat dimanipulasi, maka dengan deskripsi merek, pada gilirannya membangun kekuatan merek dan menghasilkan keunggulan kompetitif.
3. Penyajian,
Sebagai bagian dari diferensiasi merek, pemasar harus mencoba dengan kepribadian yang kongruen dengan segmen sasaran. Penyajian barang atau produk harus menarik dan dapat mengubah persepsi baik sehingga membuat pandangan baik dari diri konsumen.
4. Promosi,
Pada tingkat harga yang paling sederhana dapat didefinisikan sebagai jumlah uang konsumen yang harus berpisah dengan untuk mendapatkan akses ke produk atau layanan. Namun harga tidak hanya produk dari jumlah bahan baku dan tenaga kerja ditambah margin keuntungan bagi produsen. Harga juga terkait dengan atribut tak berwujud tertentu, yaitu kualitas dan nilai serta promosi.
5. Kemasan.
2.1.3. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian memiliki beberapa definisi menurut para ahli, diantaranya yaitu adalah :
1. Keputusan pembelian menurut Kotler & Armstrong (2007: hal.226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
2. Menurut Assael, dalam (Semuel dan Wijaya, 2008: hal.-), Purchase Intention atau minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. 3. Ndubisi dan Moi (2005: hal.-) mengatakan bahwa pembelian ulang
(repurchase) bersifat bervariasi bergantung pada tingkat ketahanan (durability) suatu produk. Untuk produk yang tidak tahan lama (non durables), pembelian kembali diartikan sebagai tindakan membeli lagi setelah pembelian pertama atau trial. Sedangkan untuk produk yang tahan lama (durables), dapat diartikan sebagai kesediaan konsumen untuk membeli ulang atau memberikan setidaknya satu saran kepada orang lain untuk melakukan pembelian.
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.
5. Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi, 2010: 332).
6. Engel (2000:31) mendefinisikan Keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Suatu proses membeli bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peran dalam pembelian dan keputusan untuk membeli.
7. Simamora (2008:15) terdapat lima peran yang tejadi dalam keputusan membeli: 1. Pemrakarsa (initiator). Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu. 2. Pemberi pengaruh (influencer). Orang yang pandangan/nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir. 3. Pengambilan keputusan (decider). Orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.
mengikuti tindakan – tindakan tersebut. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi cukup sulit dan kompleks, khususnya disebabkan oleh banyaknya variabel yang mempengaruhi dan variabel – variabel tersebut cenderung saling berinteraksi.
9. Menurut Fandy Tjiptono (2008:156) : Keputusan pembelian didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk/merek yang disusun sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah seseorang untuk melakukan keputusan pembelian.
2.1.3.1. Indikator Keputusan Pembelian
Tahap – tahap proses keputusan pembelian menurut Philip Kotler (2008: hal.179) adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam atau dari luar pembeli.
2. Pencarian informasi
Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, meliputi : a) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
d) Sumber eksperensal : pernah menangani, menguji dan menggunakan produk tersebut.
3. Evaluasi alternatif
Dalam tahap ini tidak ada suatu proses evaluasi yang mudah dan tunggal yang dapat dipergunakan untuk semua konsumen atau bahkan oleh seorang konsumen dalam semua situasi pembeliannya.
4. Keputusan pembelian
Tahap ini diawali dengan tahap penilaian berbagai alternatif yang dapat dilihat dari atribut–atribut yang melekat pada produk itu. Dengan indikasi itu konsumen membentuk pilihan. Namun ada dua faktor yang mempengaruhi pada saat memilih, yaitu sikap pada orang lain dan kejelekan suatu produk. 5. Perilaku setelah pembelian
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis, Tahun
Dan Judul Hasil Penelitian Persamaan
Perbedaan
Pengaruh Store Image Terhadap Purchase
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Private Label Produk Air Mineral Dalam Kemasan Di Carrefour Dan Giant Hypermarket
Pengaruh Store Image, Value Consciousness, Price Image Dan Attitude Toward Private Brand Pada Consumer Purchase Intention Di Alfamart Surabaya Timur : Adi
Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat menjadi landasan dalam penulisan ini yang pada akhirnya dapat diketahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi Konsumen. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Toko dan Merek Sendiri sebagai variabel bebas. Sedangkan Keputusan Pembelian sebagai variabel terikat.
Perkembangan zaman yang semakin modern, membuat kebutuhan manusia semakin meningkat pula. Kebutuhan manusia tersebut berkembang seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi saat ini, terutama kondisi sosial ekonomi masyarakat. Semakin tinggi status sosial ekonomi masyarakat maka makin tinggi pula tuntutan terhadap kebutuhan hidupnya dan tuntutan terhadap pelayanan.
menyebabkan suatu perusahaan harus memiliki strategi pemasaran yang baik demi mendorong konsumen untuk melakukan pembelian.
Salah satu kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya pada masa perkembangan ini adalah kegiatan usaha ritel modern, baik usaha ritel kecil ataupun besar. Fungsi usaha ritel sebagai sebuah usaha yang bergerak dalam bidang jual beli dalam jumlah kecil yang mempunyai peranan penting dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Menyikapi hal ini, peritel yang bermain di bisnis ini dituntut untuk selalu melakukan inovasi yang diharapkan dapat merebut hati konsumennya. Tingkat persaingan yang semakin tinggi mengakibatkan konsumen memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap kualitas, harga, pilihan produk, lokasi toko, yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko yang lebih rendah.
Masyarakat saat ini mempunyai banyak pilihan untuk berbelanja karena begitu banyak format ritel yang tersedia. Hal inilah yang membuat peritel meluncurkan produk Merek Sendiri untuk membedakan barang dagangannya dengan ritel yang lain. Produk Merek Sendiri diharapkan dapat meningkatkan potensi peningkatan penjualan karena menarik perhatian konsumen, Retail Forward, (2010), diantaranya adalah peritel akan menjadi brand manager. Ini berarti bahwa peritel harus mempunyai keunggulan kompetitif dengan cara membangun merek sendiri atau mereka akan kalah dalam persaingan dengan peritel lainnya.
Produk dengan citra merek yang tinggi lebih diinginkan dan dipercaya dibandingkan dengan merek-merek lain dengan citra merek yang rendah. Citra merek yang positif membedakan suatu merek dalam benak konsumen dan seterusnya akan meningkatkan ekuitas merek. Peritel harus dapat memfokuskan diri untuk membangun citra merek yang baik dan positif dari produk Merek Sendiri.
2.2.1. Keterkaitan Antar Variabel
2.2.1.1. Keterkaitan Antara Citra Tokodengan Keputusan Pembelian
Menurut Mardalis (2002, dalam Adritaristiyah, 2011) citra (image) dapat berarti sebagai suatu tanggapan atau gambaran yang diperoleh dari sebuah perusahaan melalui iklan, media, promosi dan pemasaran. Menumbuhkan citra merek merupakan suatu tujuan utama bagi perusahaan karena hal itu merupakan gambaran total dari pemikiran konsumen terhadap produk dan merek yang dibelinya.
The more positive a store image, the higher the consumers' purchase intention would be. Semakin positif citra toko, akan semakin tinggi niat beli konsumen (Dodds et al., 1991; Grewal et al,. 1998 in Wu et al, 2010)
2.2.1.2. Keterkaitan Antara Variabel Merek Sendiri Terhadap Keputusan Pembelian
Private Label terkait dengan loyalitas dan Keputusan pembelian, karena Private Label mampu untuk membantu membangun merek peritel. Penelitian Walsh and Mitchell (2010) yang berjudul “ Consumers intention to buy private label brands revisited “ adalah Brand Consciousness, dan Consumer Perceived Value memberikan pengaruh kepada niat beli melalui Merek Sendiri.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2006:222), sikap itu adalah kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu obyek tertentu. Selain itu, sikap juga merupakan keseluruhan tindakan dan sifatnya bisa positif atau negatif. Sikap yang berkaitan dengan perilaku membeli dibentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan yang diperoleh dari orang lain atau teman atau terpapar oleh iklan di media-media.
2.2.1.3. Keterkaitan Antara Variabel Citra Toko dan Merek Sendiri Terhadap Keputusan Pembelian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lim Meilissa (2011) yang berjudul “Analis pengaruh brand image, kualitas dan Citra Toko terhadap keputusan pembelian konsumen Merek Sendiri produk air mineral dalam kemasan di Carrefour dan Giant Hypermarket di Surabaya”, kemudian Elistia (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Store Image, Private Label, dan Service Quality Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan di Jakarta Barat” serta penelitian Adi Setiawan
(2013) tentang “Pengaruh Store Image, Value Consciousness, Price Image Dan Attitude Toward Private Brand Pada Consumer Purchase Intention Di Alfamart Surabaya Timur” menyatakan bahwa citra toko dan private label berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian.
2.2.1.4. Keterkaitan Antara Variabel Citra Toko dan Merek Sendiri
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dengan variabel-variabel yang terdiri dari Citra Toko, Merek Sendiri dan Keputusan Pembelian seta berdasarkan alat ukur yang digunakan makan penulis membuat bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian Store Image
1.Physical Facilities
2.Merchandise
3.Price
4.Promotion
5.Service Keputusan Pembelian
1.Pencarian informasi
2.Pengenalan masalah
3.Evaluasi alternatif
4.Keputusan pembelian Menurut (Husein Umar, 2003 : 4).
Menurut (Anang Sukandar, 2004 : 9).
Private Label
1.kualitas,
2.harga jual,
3.penyajian,
4.promosi, dan
5.kemasan.
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1. Terdapat tanggapan konsumen tentang Citra Toko, Merek Sendiri, dan keputusan konsumen untuk membeli di Yomart Minimarket Cikoneng.
H2. Citra Toko berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara parsial.
H3. Merek Sendiri berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara parsial.
H4. Citra Toko dan Merek Sendiri berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di Yomart Minimarket Cikoneng secara simultan,
H5. Merek Sendiri berpengaruh terhadap Citra Toko Yomart Minimarket Cikoneng.
50
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diambil oleh penulis dalam skripsi ini Citra Toko
(Store Image) dan Merek Sendiri (Private Label) terhadap Keputusan Pembelian pada
Yomart Minimarket Cikoneng Ciamis.
Pengertian objek penelelitian menurut Suharsimi Arikunto (2000: hal.29),
objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari
problematika penelitian.
Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian
melekat dan yang dipermasalahkan disebut objek (Suharsimi Arikunto, 2000:
hal.116).
Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan objek penelitian adalah
Suatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan ditarik
kesimpulannya.dan Penulis menjadikan Citra Toko (Store Image) dan Merek Sendiri
3.2. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan atau mencatat data, baik data primer ataupun data sekunder yang bisa
digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat
suatu kebenaran atas data yang diperoleh.
Menurut Aaker, Kumar & Day (2010:53) pendekatan penelitian dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu eksploratif, deskriptif dan kausal. Penelitian
eksploratif digunakan untuk mengetahui sifat umum dari suatu masalah. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran yang akurat dari beberapa aspek
lingkungan pasar. Sedangkan penelitian kausal digunakan untuk menunjukkan bahwa
satu variabel menyebabkan atau menentukan nilai variabel lainnya.
Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2008:4), menyatakan bahwa
metode penelitian adalah sebagai berikut :
“Metode Penelitian pada dasanya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan
dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
Metode Deskriptif menurut Sugiyono (2009:206) mendefinisikan:
"Penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi."
Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan bahwa:
”Metode Verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan benar atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Metode ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik yaitu pengujian pengaruh dari variabel independent terhadap
variabel dependent yang diteliti.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
Kualitatif karena penulis ingin menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, karena penulis ingin
mendeskripsikan citra toko (store image) dan merek sendiri (private label) terhadap
keputusan pembelian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data.
Penelitian ini juga merupakan penelitian kausal/verifikatif karena bermaksud untuk
yang bersifat sebab akibat sehingga ada variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi).
3.2.1. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah strategi untuk mencari sesuatu. Pada dasarnya ada
dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam desain penelitian. Pertama merinci
secara tepat apa yang ingin kita cari. Kedua menentukan cara yang terbaik untuk
melakukannya (Bambang S Soedibdjo, 2005 : 34)
Desain riset merupakan rencana dan struktur investigasi yang dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan riset. Rencana adalah
skema atau program menyeluruh dari suatu riset. Rencana mencakup garis besar dari
apa yang akan dilakukan seorang investigator mulai dari penulisan hipotesis serta
implikasi operasionalnya hingga ke analisis akhir data (Cooper; 2006, 156).
Desain riset pada penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang
ciri-ciri objek (variabel). Penelitian diskriptif digunakan untuk berbagai tujuan riset
(Cooper; 2006, 172):
1. Penjabaran suatu fenomena atau karakteristik berkaitan dengan suatu populasi
subjek (siapa, kapan, dimana, serta bagaimana suatu topik).
2. Memperkirakan proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tersebut.
3. Menemukan hubungan antara variabel yang berbeda.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu
meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan
perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian
yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan
hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan
ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik
sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan
hasil penelitian.
Maka dari itu dalam melakukan penelitian, perlu dibuat desain penelitian yang
bertujuan agar data dan informasi yang diperoleh lengkap dan akurat. Selain itu
dalam melakukan suatu penelitian sangat diperlukan perencanaan dan perancangan
penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan
sistematis sesuai dengan yang diharapkan penulis.
Menurut Husein Umar (2005:30), menyatakan bahwa:
“Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan
Sesuai dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti yaitu “citra toko
(store image) dan merek sendiri (private label) terhadap keputusan pembelian.”,
maka langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam penyusunan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data-data dari pihak Perusahaan Yomart Cikoneng.
2. Mengumpulkan data-data mengenai tanggapan para konsumen atas
produk yang diberikan Perusahaan Yomart Cikoneng sehingga mereka
membeli produk Perusahaan Yomart Cikoneng serta keluhannya
melalui proses kuisioner awal
3. Membuat rumusan masalah dari fenomena yang ada. Kemudian
mencari konsep dan teori yang relevan untuk menjawab rumusan
masalah yang bersifat temporer (berhipotesis). Citra Toko
(X1)
Keputusan Pembelian
(Z)
Merek Sendiri
4. Membuat hipotesis untuk membuktikan adanya hubungan atau dampak
antara Citra Toko dan Merek Sendiri terhadap Keputusan Pembelian.
5. Menganalisa data-data yang diperoleh untuk membuktikan kebenaran
hipotesis yang telah dibuat.
6. Membuat kesimpulan terhadap hasil hipotesis.
7. Menyusun Penelitian. Dengan membuat metode penelitian, pengujian
instrument dari ketiga variabel yang di teliti dan terakhir membuat
kesimpulan dari hasil pengujian yang menghasilkan informasi
mengenai solusi masalah yang bermanfaat berkenaan dengan variabel
yang diteliti.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian survey
explanatory yang digunakan untuk menjalankan hubungan kausal antara 3 variabel
melalui pengujian hipotesis. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, kedua
dan ketiga yaitu untuk mengetahui tanggapan konsumen Perusahaan Yomart
Cikoneng mengenai citra toko (store image) dan merek sendiri (private label)
terhadap keputusan pembelian, digunakan penelitian Deskriptif Kualitatif guna
menyajikan variabel yang terstruktur, faktual, dan akurat mengenai permasalahan di
atas dengan menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan pihak pemilik Perusahaan Yomart Cikoneng dan penyebaran kuisioner
Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian keempat yaitu untuk
mengetahui seberapa besar citra toko (store image) dan merek sendiri (private label)
terhadap keputusan pembelian baik secara simultan dan parsial, digunakan penelitian
yang bersifat verifikatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuisioner kepada konsumen Perusahaan Yomart Cikoneng Untuk
mempermudah dan memperjelas jalur dan sasaran penelitian yang dilaksanakan,
maka peneliti menggunakan matriks penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Matriks Penelitian
Tujuan
Penelitian
Desain Penelitian
Jenis Penelitian Metode yang