• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK BELAJAR MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PADA METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ASPEK BELAJAR MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PADA METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LEARNING (PBL)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

CHAKRA HAADI SAPUTRO 20120350009

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

ASPEK BELAJAR MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PADA METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusunoleh

CHAKRA HAADI SAPUTRO 20120350009

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Chakra Haadi Saputro NIM : 20120350009

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 28 Juni 2016 Yang membuat pernyataan

(4)

iv MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (Mengerjakan) Shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(QS. Al-Baqarah,153)

Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri.

(Benyamin Franklin)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada Ibunda Juniliarti dan Ayahanda Darmawan. Terima kasih tidak akan pernah cukup kepada orang tua

Ibu dan Bapak yang selalu ada dengan kasih sayang dan do’a yang menyertai.

Semoga ini merupakan salah satu cara membanggakan mereka. Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua adik tercinta, Dwi Okti Istiqomah dan Latifah Tria Nurjannah

yang memberi semangat, menghibur dan do’a sehingga karya ini

dapat selesai.

2. Teman sepebimbingan, Ryan, Dwi, Rima, Rifa, Seftina dan Niswah, terima kasih bantuan dan dukungan nya.

(6)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Aspek Belajar Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada Metode Problem Based Learning (PBL)”. Sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan studi tingkat Sarjana pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada ibu Sabtanti Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam mengerjakan karya ilmiah ini dan semua pihak yang sudah memberi kontribusi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Yogyakarta, 28 juni 2016

Penulis

(7)

vii

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

A. Problem Based Learning (PBL) ... 7

B. Belajar ... 12

(8)

viii

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 24

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Cara Kerja ... 27

H. Skema Langkah Kerja ... 31

I. Analisis Data ... 31

BAB IV ... 34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

BAB V ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian yang terkait ... 5

Tabel 2. Katagori dan skor Jawaban Responden ... 26

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kuisioner ... 27

Tabel 4.Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL adalah sebagai berikut. ... 35

Tabel 5. Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY ... 35

Tabel 6. Hasil Validasi Kuisioner ... 56

Tabel 7. Skor jawaban tiap pertanyaan... 58

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

(11)
(12)

xi

yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan sebuah hipotesis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiaspek belajar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada metode PBL. Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Mahasiswa farmasi UMY angkatan 2012 sebagai responden yang dipilih menggunakan teknik pemilihan Simple Random Sampling. Aspek belajar terdiri dari lima komponen meliputi: aspek motivasi, keaktifan, ketekunan, kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu yang dinilai dengan kuisioner. Kuisioner telah dinyatakan valid setelah melewati uji validitas dan reliabilitas dengan hasil nilai r hitung lebih besar dari r tabel (>0,381). Analisa data menggunakan uji deskriptif analitik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek belajar pada metode PBL masuk kategori tinggi sebesar 76,79%. Aspek motivasi memiliki persentase sebesar 78,57%, keaktifan 76,78%, ketekunan 75,00%, kemampuan berpikir 73,21%, dan rasa ingin tahu sebesar 80,36%.

(13)

xii

knowledge in formulating hypothesis. This research aims at finding out the learning aspects of students of pharmacy department of university of muhammadiyah Yogyakarta on problem-based learning (PBL).

This research used observational design with cross sectional approach. The respondents are the students of Pharmacy Department of UMY batch 2012 were selected using Simple Random Sampling selection techniques. Learning aspects consist of five components; motivation aspect, activity, persistence, thinking ability and curiosity that are marked from the questionnaire. The questionnaire was declared valid after going through validity and reliability test with the result of the value of r count bigger than r table (>0.381). The data analysis used descriptive analytic test.

The result of the research indicates that the learning aspects on PBL method are in the high category that is 76,79%. Motivation aspect have a percentage of 78,57%, activity 76,78%, persistence 75,00%, thinking ability 73,21%, curiosity 80,36%.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Farmasi merupakan salah satu dari berbagai macam bidang professional kesehatan yang mengkombinasi ilmu kesehatan dan ilmu kimia, mempunyai peran dan tanggung jawab dalam memastikan keefektivitasan dan keamanan penggunaan obat. Dalam mempelajari ilmu farmasi selain pemahaman terhadap konsep juga ditekankan pada pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan suatu masalah. Salah satu kemampuan berpikir yang perlu dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis (Potter, 2010).

Menurut Hassoubah (2007) berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Menurut Beyer dalam Filsaime, (2008) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu meliputi pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen dan penelitian.

(15)

tidak relevan, (5) Berpikir kritis atas materi yang dibacanya, (6) Mengidentifikasi sebab dan akibat, (7) Mempertimbangkan wawasan lain, (8) Menguji pertanyaan yang dimilikinya.

Beberapa strategi dan metode pembelajaran telah diterapkan saat ini, dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa berpikir kritis. Saat ini motivasi, keaktifan, ketekunan, kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu mahasiswa sangat dituntut dalam proses pembelajaran sehingga mampu memacu kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Berbagai metode pembelajaran saat ini masih didominasi oleh dosen sehingga mahasiswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran dengan demikian keterlibatan mahasiswa dalam belajar masih kurang dan peluang mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis juga masih rendah. Menurut Syah (1998) pada Tugino (2013) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis).

(16)

dalam berpikir dan mengembangkan aspek belajar mereka. Mahasiswa tidak harus selalu memahami konsep yang relevan dengan masalah yang jadi pusat perhatian saja, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan dalam pemecahan masalah dan berpikir kritis. Aspek belajar menurut teori Bloom meliputi 3 hal yaitu: (1) aspek kognitif. (2) aspek afektif. (3) aspek psikomotorik (Arikunto, 2009).

Hal ini sesuai dengan hadits bahwa orang yang menuntut ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga. Haditsnya menyebutkan sebagai berikut :

.

Artinya :

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka

(17)

Ayat ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan pengaruh serta dampaknya yang baik, dan janji ALLAH akan meninggikan derajat orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Berdasarkan ayat diatas, sangat penting bagi kita umat manusia untuk selalu belajar demi mendapatkan ilmu pengetahuan. Sehingga ilmu yang diperoleh dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi umat manusia dan lingkungan.Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana aspek belajar mahasiswa farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada metode Problem Based Learning (PBL) ?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian tentang aspek belajar mahasiswa farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada metode Problem Based Learning (PBL).

(18)

Tabel 1. Penelitian yang terkait

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Rita Endriani, Elda

Nazriati, 2009

Pendapat mahasiswa terhadap implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan problem based learning

Pengaruh strategi PBL terhadap keterampilan metakognisi dan respon mahasiswa

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aspek belajar mahasiswa farmasi pada metode Problem Based Learning (PBL) khususnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(19)

Peneliti dapat mengetahui bagaimana aspek belajar mahasiswa farmasi pada metode PBL khususnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Institusi

(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah tersebut digunakan sebagai stimulus yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan sebuah hipotesis, pencarian informasi relevan yang bersifat student-centeredmelalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil untuk mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan (Suyatno, 2009).PBL dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir,2009).

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :

a. Menurut Duch (dalam Nurhasanah, 2007) PBL merupakan model pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.

(21)

menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

c. Menurut Glazer (2001) PBL merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.

Berdasarkan dari beberapa uraian mengenai definisi PBL dapat disimpukan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dan memaksimalkan kemampuan berpikir kritis untuk mendapatkan solusi dari masalah pada dunia nyata. Dengan kurikulum PBL, dapat membuat mahasiswa mahir dalam memecahkan dan mengambil solusi dari suatu masalah, dalam kurikulumnya juga dirancang masalah-masalah yang memotivasi mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan yang penting sehingga mahasiswa memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam kelompok diskusi. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari (Amir, 2009).

2. Tujuan PBL

(22)

kemempuan berpikir tinggi. Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai, seperti yang diungkapkan Rusman (2010) bahwa tujuan model PBL adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristicdan pengembangan keterampilan pemecahan masalah.

Hal ini sesuai dengan karakteristik model PBL yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif. Sedangkan Trianto (2010) menyatakan bahwa tujuan PBL adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri. Sesuai dengan pendapat tersebut, pemecahan masalah merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran berbasis masalah.

3. Tutorial PBL

(23)

yang dibahas dengan mengikuti 7 langkah (seven jump in PBL). Langkah-langkah yang digunakan tersebut meliputi :

a. Mengklarifikasi istilah atau konsep. b. Menetapkan permasalahan.

c. Mencurahkan pendapat singkat(brainstorming). d. Menganalisis masalah.

e. Menetapkan tujuan belajar (learning outcome). f. Mengumpulkan informasi tambahan (self learning).

g. Melaporkan hasil pengumpulan informasi dan belajar mandiri (Harsono, 2006).

Setiap langkah dalam tutorial memiliki tujuan tertentu. Diskusi tutorial mendorong mahasiswa mengembangkan kompetensi dasar dalam tutorial, yaitu : participation and communication skills, cooperation or team-building skills, comprehension or reasoning skill, knowledge or

(24)

4. Kelebihanan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagaimana model PBL juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu di cermati untuk keberhasilan penggunaanya.

a. Kelebihan :

1) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

3) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.

4) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

5) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

6) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

7) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

(25)

b. Kelemahan

Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya :

1) Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.

2) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2007).

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

(26)

kebiasaan dan tingkah laku, dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Berdasarkan dari berbagai definisi yang di kemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang didalamnya terjadi perubahan perilaku yang melibatkan jiwa dan raga untuk menuju perkembangan individu seutuhnya dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

2. Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang ada dalam setiap individu, yang menyebabkan individu itu bergerak atau berbuat. Sebagaimana pendapat Suprijono (2010) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar juga merupakan proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku.

Hamalik, (2005) menyatakan bahwa motivasi merupakan perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua proses yang dapat digunakan untuk menunjang motivasi, yaitu motivasi dipandang sebagai suatu proses dan menentukan karakter dari proses tersebut dengan melihat berbagai petunjuk dari tingkah lakunya.

(27)

tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Berdasarkan pernyataan dari beberapa para ahli tersebut memiliki inti yang sama yaitu motivasi merupakan pendorong yang muncul di dalam diri sendiri, menyebabkan individu tergerak untuk berbuat demi mendapatkan tujuan tertentu (Hamzah Uno, 2009).

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Menurut A.M. Sardiman (2007) fungsi motivasi dalam belajar sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai tujuannya.

c. Menyeleksi atau menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

Selain itu ada fungsi lain dari motivasi yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2007) yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

(28)

Dalam hal ini mahasiswa yaitu mempunyai dorongan yang besar dari dalam diri untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan belajar (Sardiman, 2006).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu, faktor yang berasal dari diri sendiri (faktor internal) dan yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor intern dan ekstern tersebut diuraikan oleh Slameto (2010) sebagai berikut :

a. Faktor-faktor internal meliputi 1) Faktor jasmaniah

Sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Jika kesehatan seseorang terganggu ia akan merasa lelah, mudah pusing, kurang bersemangat jika badannya lemah ataupun ada gangguan-gangguan pada tubuh dan panca inderanya sehingga berpengaruh terhadap kemampuan belajarnya. 2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar meliputi : intelegensi, perhatian, minat, kecerdasan, bakat, motif, kematangan.

3) Faktor kelelahan

(29)

dapat belajar dengan baik harusnya menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar sehingga belajar bisa lebih optimal. b. Faktor-faktor eksternal meliputi :

1) Faktor keluarga

Keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam belajar karena seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana didalam keluaga serta keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah

Seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari sekolah, pengaruh yang disebabkan mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan antara pengajar dan pelajar, hubungan antar siswa, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, peraturan sekolah, serta metode belajar yang diterapkan.

3) Faktor masyarakat

(30)

5. Aspek Belajar

Aspek belajar menurut teori Bloom (Arikunto,2009) meliputi 3 hal yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik.

a. Aspek Kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pengalaman, penentuan dan penalaran.

b. Aspek afektif adalah aspek yang berhubungan dengan sikap, perilaku, yang menekankan perasaan dan emosi.

c. Aspek psikomotorik meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks.

(31)

mencari jawaban dari setiap permasalahan yang ada. (5) dan keaktifan mahasiswa dalam berinteraksi baik itu antar mahasiswa maupun antara mahasiswa dan dosen.

Sesuai dengan uraian yang telah peneliti uraikan mengenai aspek belajar yang timbul dari mahasiswa diatas akan menunjukan apakah dengan metodePBL akan meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa. C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru/dosen dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar, selain itu model pembelajaran dapat membantu mahasiswa dalam mendapatkan ilmu dan informasi. Menurut Agus Suprijono (2010) model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. 2. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Dalam proses belajar banyak model pembelajaran yang dipilih utnuk diterapkan dalam pembelajaran. Macam-macam model pembelajran tersebut antara lain :

(32)

b. Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) menurut Sofan Amri dan lif Khoiru Ahmadi, (2010) adalah model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingakat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran.

c. Model Pembelajaran Quantum menurut Sugianto (2009) merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemograman neurologi/neurolinguistik yang jauh ada sebelumnya.

d. Model Pembelajaran Terpadu menurut Sugianto (2009) pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan model dan mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.

e. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) menurut Sugianto (2009) dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan investigative, memahmi peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri.

(33)

mereka/kelompok berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar.

Berbagai macam metode pembelajaran diatas yang akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

D. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep MOTIVASI

RASA INGIN TAHU

KEAKTIFAN

KETEKUNAN KEMAMPUAN

BERPIKIR ASPEK

BELAJAR MAHASISWA FARMASI UMY

Problem Based

Learning

(PBL)

(34)

E. Kerangka Empirik

(35)

22 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui aspekbelajar mahasiswa farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada metode PBL.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2015.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(36)

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Farmasi FKIK UMY angkatan 2012. Total mahasiswa berjumlah 73 orang. Kemudian dari 73 orang tersebut diambil 11 orang sebagai sampel validasi. Jumlah sampel validasi minimum 10% dari total sampel (Syafrudin, 2007). Sehingga total mahasiswa menjadi 62 orang.Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh 52 orang sebagai sampel minimum. Pada penelitian ini mahasiswa yang menjadi sampel berjumlah 56 orang. Jumlah tersebut telah memenuhi syarat minimal sampel yaitu 52 orang. Berdasarkan rumus seperti dibawah ini :

n =

keretangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = tingkat signifikansi (0,05). Notoatmodjo (2002) n =

=

=

(37)

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi mahasiswa adalah :

a) Mahasiswa FKIK UMY yaitu mahasiswa program studi Farmasi. b) Mahasiswa aktif.

2. Kriteria Ekslusi mahasiswa adalah : a) Mahasiswa sedang cuti akademik.

b) Mahasiswa yang sedang tidak berada di lingkungan institusi pendidikan.

c) Mahasiswa yang tidak mengumpulkan kuisioner dalam kurun waktu yang ditetapkan.

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

a) Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode pembelajaran PBL. b) Variabel tergantung dari penelitian ini adalah aspek belajar

mahasiswa farmasi FKIK UMY. 2. Definisi Operasional

(38)

1) Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan.

2) Keaktifan

Keaktifan merupakan aktivitas atau kegiatan yang berkaitan dengan gerakan fisik dalam belajar, baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.

3) Ketekunan

Ketekunan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang demi mendapatkan hasil yang maksimal tanpa menghiraukan gangguan dari lingkungan.

4) Keampuan Berpikir

Kemampuan berpikir merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dari seseorang untuk menganalisa suatu permasalahan demi mendapatkan jawaban dan hasil yang maksimal.

5) Rasa Ingin Tahu

(39)

b) Metode pembelajaran PBL merupakan salah satu dari berbagai macam metode pembelajaran. Metode pembelajaran PBL ini adalah metode pembelajaran yang diterapkan pada program studi farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.

c) Mahasiswa farmasi UMY adalah mahasiswa aktif yang sedang menempuh pendidikan prodi farmasi di UMY.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang nantinya kuisioner akan di uji validasi dan reabilitasnya. Kuisioner ini disebarkan kepada mahasiswa FKIK UMY program studi Farmasi angkatan 2012. Alat untuk mengukur jawaban dari responden menggunakan skala likert dengan kategori sebagai berikut : Tabel 1. Katagori dan skor Jawaban Responden

No Kategori Skor

1 Sangat Setuju 4

2 Setuju 3

3 Tidak Setuju 2

4 Sangat Tidak Setuju 1

(40)

76-100 % = tinggi 56-75 % = sedang ≤ 55 % = rendah

Adapun kisi-kisi dalam instrumen disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kuisioner

No Komponen Item Pertanyaan

1 Motivasi 1,2,3,4,5

2 Keaktifan 6,7,8,9

3 Ketekunan 10,11,12,13,14,15

4 Kemampuan Berpikir 16,17,18,19,20 5 Rasa Ingin Tahu 21,22,23,24,25

G. Cara Kerja

Langkah kerja penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan

Tahap persiapan, peneliti melakukan persiapan berupa tinjauan pustaka berupa jurnal dan referensi, menetapkan judul dan instrument penelitian.

2. Uji validitas dan realibilitas

(41)

utama.Menurut Arikunto (2006), Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.

a. Uji Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukan alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menunjukan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen dicobakan pada kelompok yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian yaitu rumus korelasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson Product Moment, yang dikenal dengan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut (Handoko, 2009) :

Keterangan :

= koefisien korelasi n = jumlah responden ΣXi = jumlah skor item

(42)

Keterangan :

t = Nilai

r = Koefisien korelasi hasil n = Jumlah responden

Hasil perbandingan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai product moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata signifikan (r positif) atau r hitung > r tabel, maka item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan (r negatif) atau r hitung < r tabel maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid (tidak diterima). Uji validitas akan digunakan berjumlah 11 responden.

Uji validitas menggunakan content validity yang digunakan untuk menilai kemampuan per item pada instrumen dan menggunakn uji kolerasi dengan Pearson Product Moment. Dengan indeks kolerasinya (r) sebagai berikut:

a) 0,8 – 1 = sangat tinggi b) 0,6 – 0,799 = tinggi

c) 0,4 – 0,699 = cukup tinggi d) 0,2 – 0,599 = rendah

(43)

b. Uji Realibilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengujian realibilitas instrumen dapat dilakukan menggunakan uji Alfa Cronbach (Sugiyono, 2005). Rumusnya sebagai berikut :

[ ] [ ]

Keterangan :

1 = Realibilitas instrumen

= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varians butir = Varians skor total

Dengan rumus varians total adalah sebagai berikut :

=

-

=

Keterangan :

(44)

Setelah didapatkan butir-butir pertanyaan yang valid kemudian dilakukan uji realibilitas a-Cronbach, dengan koefisien realibilitas a yang angkanya mendekati 1. Semakin tinggi koefisien realibilitas mendekati 1 berarti semakin reliable (Setiawan, 2011).

3. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pengambilan data dengan cara menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa FKIK UMY program studi Farmasi. Sebelumnya peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas kepada responden lain diluar responden utama.

4. Tahap analisis

Tahap analisis data, peneliti melakukan analisa terhadap data yang sudah didapat, disusun dan membuat kesimpulan.

H. Skema Langkah Kerja

Gambar 1. Skema Langkah Kerja

• mencari referensi, jurnal, tinjauan pustaka • menetapkan tema dan judul

Persiapan

• pengambilan data penelitian

• menyebarkan kuisioner kepada responden

Pelaksanaan

• analisis data menggunakan alat seperangkat komputer.

Analisis Data

(45)

I. Analisis Data

Analisis data dimulai dengan mengumpulkan dan merapikan data, memberi kode pada data yang terdiri dari beberapa kategori. Memasukkan data kedalam komputer diolah dan membuat table kontingensi. Melakukan analisis data, dalam penelitian ini akan menggunakan ilmu statistik dalam menganalisis data.

Analisis data, langkah yang dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan pengolahan data. Kegiatan dalam mengolah data menurut Narkuba dan Achmadi (2002) adalah sebagai berikut :

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi dari data yang didapatkan. Editing juga digunakan untuk pengecekan kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Scoring

Scoring merupakan kegiatan untuk memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi penilaian atau skor. Jika jawaban bernilai positif mendapatkan skor 4, sedangkan jika bernilai negatif mendapat skor 1.

c. Coding

(46)

penilaian skor jawaban data yang diperoleh, dapat dikategorikan sebagai berikut :

76-100% = Tinggi 56-75% = Sedang ≤ 55 % = Rendah

Persentase skor ini didapatkan dari rumus : Persentase (%)

Keterangan :

Σ = jumlah skor yang didapatkan mahasiswa

(47)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Sampel Penelitian

Penelitian ini melibatkan mahasiswa aktif tahun angkatan 2012 program studi farmasi FKIK UMY.Total mahasiswa farmasi 2012 yang menjadi responden berjumlah 56 orang.

2. Validitas dan Realibilitas

Validasi kuisioner pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015bertempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan total responden 11 orang. Pertanyaan yang diajukan untuk validasi sebanyak 25 butir dan semua telah dinyatakan valid berdasarkan tabel r Produc Moment dengan nilai r> 0,381.

Uji realibilitas pada kuisioner menggunakan a-Cronbach dan diperoleh hasilsebesar 0,943. Semakin mendekati nilai 1 maka semakin reliabel. (Azwar, 2004 dalam Setiawan dan Saryono, 2011).

3. Aspek Belajar Mahasiswa

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL.

(48)

Tabel 1. Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL adalah sebagai berikut.

ASPEK PERSENTASE

Motivasi 78,57%

Keaktifan 76,78%

Ketekunan 75,00%

Kemampuan berpikir 73,21%

Rasa ingin tahu 80,36%

Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL dilihat dari lima komponen. Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, aspek tertinggi dari kelima aspek tersebut adalah rasa ingin tahu dengan persentase sebesar 80,36%. Hal ini menunjukkan bahwa komponen dari aspek belajar mahasiswa farmasi UMY cukup tinggi. Meskipun demikian, persentase tersebut tidak dapat menggambarkan performa masing-masing mahasiswa. Karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi aspek belajar pada setiap mahasiswa. Menurut Slameto (2010) faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor yang ada pada diri individu itu sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal).

Tabel 2. Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY

KATEGORI JUMLAH PERSENTASE (%)

Tinggi 43 76,79%

Sedang 13 23,21%

Rendah 0 0%

(49)

Berdasarkan tabel diatas, bahwa aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL dikategorikan tinggi.

Penjabaran pada setiap aspek-aspek yang diteliti sebagai berikut : a. Aspek motivasi

Berdasarkan tabel 4 diatas, bahwa motivasi mempunyai persentase sebesar 78,57%. Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.

Aspek motivasi ini meliputi motivasi diri, melakukan persiapan termasuk dengan belajar dan membaca buku referensi agar dapat memacu motivasi dari mahasiswa untuk memecahkan dan mencari solusi dari suatu masalah, apakah dengan metode PBL mahasiswa akan lebih termotivasi dalam belajar.

b. Aspek Keaktifan

Berdasarkan tabel 4 diatas, bahwa keaktifan mempunyai persentase sebesar 76,78%. Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan keaktifan belajar mahasiswa.

(50)

c. Aspek Ketekunan

Berdasarkan tabel 4 diatas,bahwa ketekunan mempunyai persentase sebesar 75,00%. Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan ketekunan belajar mahasiswa.

Aspek ketekunan ini meliputi ketekunan mahasiswa dalam belajar, berkomunikasi dengan teman sejawat, berkomunikasi antar profesi maupun berkomunikasi kepada pasien.

d. Aspek Kemampuan Berpikir

Berdasarkan tabel 4 diatas,bahwa kemampuan berpikir mempunyai persentase sebesar 73,21%. Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir belajar mahasiswa.

Aspek kemampuan berpikir ini meliputi kemampuan berpikir mahasiswa menjadi lebih kritis, dalam hal ini apakah pemikiran mahasiswa menjadi lebih kritis dalam menyikapi suatu permasalahan yang ada dan kemampuan berpikir mahasiswa yang mendorong mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengetahuan yang luas.

e. Aspek Rasa Ingin Tahu

Berdasarkan tabel 4 diatas,bahwa rasa ingin tahu mempunyai persentase sebesar 80,36%. Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan rasa ingin tahu dalam belajar mahasiswa.

(51)

tutorial, Early Pharmaceutical Exposure (EPHE) maupun saat Interpersonal Education (IPE).

B. Pembahasan

1. Aspek Belajar Mahasiswa Pada Metode PBL

Dalam hal ini peneliti memasukkan beberapa komponen. Aspek motivasi dan ketekunan masuk dalam aspek afektif. Aspek kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu masuk dalam aspek kognitif. Sedangkan aspek keaktifan masuk dalam aspek psikomotorik.

Pada penelitian ini, aspek belajar mahasiswa farmasi UMY dikategorikan tinggi dengan persentase sebesar 76,79%. Aspek motivasi memiliki persentase sebesar 78,57%, keaktifan 76,78%, ketekunan 75,00%, kemampuan berpikir 73,21%, dan rasa ingin tahu sebesar 80,36%. Aspek tertinggi dari kelima aspek tersebut adalah rasa ingin tahu dengan persentase sebesar 80,36%. Hal ini menunjukkan bahwa komponen dari aspek belajar mahasiswa farmasi UMY cukup tinggi pada metode pembelajaran PBL. 2. Aspek Belajar Mahasiswa

a. Aspek Motivasi

(52)

persentase jawaban mahasiswa sebesar 78,57%. Berdasarkan perolehan data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa rata-rata menyatakan setuju PBL meningkatkan motivasi belajar. Pernyataan ini sesuai dengan kelebihan dari metode PBL yaitu meningkatkan motivasidan aktivitas pembelajaran siswa (Sanjaya, 2007).

Muchamad Afcariono (2009) juga menyatakan, bahwa salah satu karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah menggunakan kelompok kecil (tutorial) sebagai konteks untuk pembelajaran. Siswa yang enggan bertanya kepada guru/pengajar, dapat bertanya kepada teman dalam sekelompoknya maupun kelompok lain. Mereka juga tidak merasa takut menyampaikan pendapat sehingga dapat memotivasi siswa agar terus belajar.

(53)

senang dan menarik bagi mahasiswa untuk belajar pada metode pembelajaran PBL. Sehingga dari minat yang timbul dari masing-masing mahasiswa akan berpengaruh pada motivasi belajar mereka.

b. Aspek Keaktifan

Salah satu model pembelajaran yang memacu keaktifan siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Amir, 2009).

Dalam penelitian ini mahasiswa setuju bahwa PBL meningkatkan keaktifan belajar. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban mahasiswa sebesar 76,78%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keaktifan belajar mahasiswa.

(54)

Model pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal. Akan tetapi, melalui model pembelajaran ini siswa dapat aktif berpikir, berkomunikatif, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan (Trianto, 2007). Keaktifan seseorang dalam belajar dipengaruhi juga oleh motivasi. Menurut Eysenck dalam Slameto (2010) motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Berdasarkan definisi tersebut, motivasi adalah keseluruhan daya untuk menggerakkan dalam diri seseorang yang mengakibatkan kegiatan belajar. Mahasiswa harus memiliki motivasi yang kuat agar dapat mengikuti proses pembelajaran pada metode PBL yang menuntut keaktifan mahasiswa. Sehingga dengan adanya motivasi yang kuat akan berpengaruh terhadap keaktifan belajar seseorang.

c. Aspek Ketekunan

(55)

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, PBL yang ada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini bisa memberikan nilai ketekunan yang tinggi, karena didalam metode PBL inimahasiswa dituntut agar dapat tekun dalam belajar maupun berlatih berkomunikasi, baik itu berkomunikasi dengan profesi lain maupun berkomunikasi kepada pasien. Sehingga akan tercapai komunikasi yang efektif dan mampu meminimalisir kesalahan dalam berkomunikasi atau communication error. Dalam metode PBL terdapat praktikum keterampilan farmasi, salah satu kegiatan pada praktikum keterampilan tersebut adalah belajar berkomunikasi. Mahasiswa dituntut agar tekun dalam belajar berkomunikasi demi bekal saat bekerja dilapangan.

(56)

d. Aspek Kemampuan Berpikir

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, mahasiswa menyetujui bahwa metode PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir dalam belajar.Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban mahasiswa sebesar 73,21%. Pernyataan ini sesuai dengan keunggulan metode PBL yaitu mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru (Sanjaya, 2007).

(57)

Dari hasil penelitian yang diperoleh yaitu, PBL yang ada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini bisa memberikan nilai kemampuan berpikir yang tinggi karena didalam metode PBL ini mahasiswa dituntut agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa menjadi lebih kritis, terutama dalam hal dalam menyikapi suatu permasalahan atau kasus yang ada sehingga akan tercapai kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menganalisis suatu permasalahan dan mendorong mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengetahuan yang luas. Keterlibatan mahasiswa dalam PBL ini dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, karena dalam pembelajaran PBL mahasiswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran melalui kegiatan pemecahan masalah (Fakhriyah, 2014).

(58)

tetap kompetitif dalam memecahkan permasalahan yang ada pada metode pembelajaran PBL.

e. Aspek Rasa Ingin Tahu

Dari data yang diperoleh, mahasiswa menyetujui bahwa PBL meningkatkan rasa ingin tahu. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban mahasiswa sebesar 80,36%. Berdasarkan perolehan data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa rata-rata menyatakan setuju. Pernyataan ini sesuai dengan keunggulan dari metode PBL yaitu mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir (Sanjaya, 2007).

Listyarti (2012) juga menyatakan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

(59)

Kegiatan EPhE juga mampu meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa dalam belajar, Karena rasa ingin tahu mahasiswa untuk mengetahui keadaan sekitar tempat yang dikunjungi demi menambah pengetahuan.

Rasa ingin tahu merupakan sifat alami dari seseorang. Sifat rasa ingin tahu sering dijumpai pada beberapa siswa yang merespon dan memberikan reaksi terhadap apa yang disampaikan pengajar pada saat proses belajar dikelas. Rasa ingin tahu juga dipengaruhi oleh minat yang ada dalam diri seseorang (Slameto, 2010). Diawali dari minat mahasiswa terhadap sesuatu hal, yang nantinya akan mendorong rasa ingin tahu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang apa yang terjadi pada suatu permasalahan pada metode pembelajaran PBL. Sehingga dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari mahasiswa akan membantu mahasiswa dalam memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan yang baru.

(60)
(61)

48

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :

Aspek belajar mahasiswa farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dikategorikantinggi yaitu 76,79%. Aspek motivasi memiliki persentase sebesar 78,57%, keaktifan 76,68%, ketekunan 75,00%, kemampuan berpikir 73,21% dan rasa ingin tahu sebesar 80,36%. Aspek tertinggi dari kelima aspek diatas adalah aspek rasa ingin tahu sebesar 80,36%.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

(62)

49

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Chofsayah, ziska. (2006). Berpikir Kritis (Critical thingking). Jember: Pustaka Pelajar.

Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa.

Filsaime, D. K. (2008).Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka

Hamalik, Umar(2005).Kurikulum dan Pembelajaran, PT Bumi Aksara.Jakarta Cetakan 4.

Harsanto, R. (2005). Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif.Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Harsono. (2004). Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta: Fakultas

Kedokteran UGM.

Hossoubah, Z. (2007). Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . Bandung: YayasanNuansaCendia.

Listyarti, R. (2012). Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Jakarta:Erlangga.

Muchamad Afcariono. (2009). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi.

Muhibbin Syah. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(63)

Nurhadi dkk, (2003). Pembelajaran Konstektual (cooperative learning di ruang-ruang kelas), Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Nurhasanah. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sistem Respirasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Potter, Mary Lane. (2010). From Search to Research:Developing Critical Thinking Through Web Research Skills©2010 Microsoft Corporation.

Purwanto. (2007). Pengaruh Konsekuensi Prilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069 Tahun ke-13. November 2007, hal 1027. Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robert. E Slavin. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.Bandung:Nusa Media

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sagala, Syaiful, DR.,H.,M.Pd. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta.

Alfabeta Bandung.

Sanjaya, Wina.(2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,Jakarta.

Sardiman, A.M.(2007). Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada.

Sardiman,A.M. (2006).Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Grafindo.

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan InofatifDalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

(64)

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. Jakarta: Pustaka Publisher.

Tugino. (2013). Model-model Pembelajaran Interaktif.

Uno, Hamzah B. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

(65)

52

(66)

KUISIONER PENELITIAN

ASPEK BELAJAR MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PADA METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Petunjuk pengisian: Berilah tanda ( √ ) untuk jawaban saudara.

Keterangan:

1. Saya selalu mempersiapakan diri dengan belajar dan membaca buku panduan modul maupun referensi sebelum tutorial dimulai.

2. Tutorial telah menciptakan lingkungan diskusi yang kondusif sehingga meningkatkan motivasi saya untuk melakukan yang terbaik dan mendapatkan pengetahuan secara mandiri.

3. Saya selalu tertarik untuk belajar berkomunikasi baik itu antara teman sejawat, antar profesi maupun pasien melalui kegiatan skils lab.

4. Bagi saya dengan kegiatan IPE ini meningkatkan motivasi saya untuk melakukan yang terbaik dihadapan profesi lain.

(67)

sedang berkunjung langsung di sebuah rumah sakit.

Keaktifan

6. Saya selalu memanfaatkan waktu dan fasilitas yang saya miliki untuk mencari referensi/bahan modul untuk diskusi tutorial.

7. Keaktifan berbicara saya lebih muncul ketika mengikuti kegiatan skils lab. 8. Menurut saya, keaktifan mahasiswa

dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dari profesi lain meningkat dengan adanya kegiatan IPE ini.

9. Bagi saya dengan kegiatan EPhE ini meningkatkan keaktifan mahasiswa untuk meng- explore lokasi yang dikunjungi.

Ketekunan

10. Saya selalu hadir dan mengikuti setiap pertemuan diskusi tutorial yang telah dijadwalkan.

11. Menurut saya, kegiatan skils lab membantu mahasiswa dalam belajar berkomunikasi.

12. Bagi saya dengan kegiatan skils lab dapat membantu saya berkomunikasi dengan teman sejawat, antar profesi maupun pasien.

13. Saya selalu antusias dan tekun dalam mengikuti kegiatan EPhE ini.

14. Bagi saya, belajar di program studi farmasi FKIK UMY dengan metode pembelajaran PBL sangat menyenangkan.

15. Menurut saya, kegiatan Skils lab dalam metode PBL merupakan kegiatan komunikasi yang ideal untuk saat ini. Kemampuan Berpikir

(68)

17. Kemampuan berpikir saya lebih terpacu ketika berusaha bertanya/menjawab dari pertanyaan profesi lain dalam kegiatan IPE.

18. Menurut saya, dengan kegiatan EPhE ini akan meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa karena mahasiswa sudah melihat langsung tempat ataupun masalah-masalah yang ada.

19. Apakah dengan metode PBL ini saudara bisa meningkatkan kemampuan berpikir, kerjasama tim, mandiri, dan lebih termotivasi untuk rajin membaca dari berbagai macam kasus permasalahan. 20. Menurut saya, PBL merupakan metode

pembelajaran yang efektif untuk diterapkan di kurikulum farmasi FKIK UMY.

Rasa Ingin Tahu

21. Menurut saya, diskusi tutorial memacu saya untuk mencermati dan mengetahui lebih dalam suatu masalah agar dapat terpecahkan.

22. Menurut saya, kegiatan IPE meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa dalam hal berkomunikasi antar profesi. 23. Menurut saya, kegiatan EPhE

meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa demi mengetahui keadaan sekitar tempat yang dikunjungi.

24. Menurut saya, PBL merupakan metode pembelajaran yang merangsang mahasiswa untuk dapat memecahkan suatu permasalahan.

(69)

Hasil Validasi Kuisioner

Tabel 1. Hasil Validasi Kuisioner

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 11 100.0

Excludeda 0 .0

Total 11 100.0

(70)
(71)

REKAPITULASI AKHIR

Tabel 2. Skor jawaban tiap pertanyaan. 1. Aspek Motivasi

No.Pertanyaan 1 2 3 4 5 RERATA jumlah skor 1 0 1 1 0 0 0 jumlah skor 2 4 2 2 1 2 2 jumlah skor 3 34 28 31 26 24 29 jumlah skor 4 18 25 22 29 30 25 TOTAL 56 56 56 56 56 56

2. Aspek Keaktifan

No. Pertanyaan 6 7 8 9 RERATA jumlah skor 1 0 0 0 0 0 jumlah skor 2 2 3 2 0 2 jumlah skor 3 33 28 36 35 33 jumlah skor 4 21 25 18 21 21 TOTAL 56 56 56 56 56

3. Aspek Ketekunan

No.

(72)

4. Aspek Kemampuan Berpikir

No. Pertanyaan 16 17 18 19 20 RERATA jumlah skor 1 0 0 0 1 0 0 jumlah skor 2 3 2 1 3 6 3 jumlah skor 3 27 35 28 32 31 31 jumlah skor 4 26 19 27 20 19 22 TOTAL 56 56 56 56 56 56

5. Aspek Rasa Ingin Tahu

(73)

Dekskripsi hasil uji deksriptif

Tabel 3. Jawaban Responden

RESPONDEN TOTAL

SKOR PERSENTASE KATEGORI

(74)

33 63 63% Sedang

34 74 74% Sedang

35 85 85% Tinggi

36 74 74% Sedang

37 88 88% Tinggi

38 91 91% Tinggi

39 93 93% Tinggi

40 98 98% Tinggi

41 87 87% Tinggi

42 85 85% Tinggi

43 87 87% Tinggi

44 98 98% Tinggi

45 72 72% Sedang

46 77 77% Tinggi

47 86 86% Tinggi

48 81 81% Tinggi

49 92 92% Tinggi

50 90 90% Tinggi

51 84 84% Tinggi

52 87 87% Tinggi

53 84 84% Tinggi

54 100 100% Tinggi

55 100 100% Tinggi

(75)

C h a k r a H a a d i S a p u t r o [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 1

ASPEK BELAJAR MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PADA METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) THE LEARNING ASPECTS OF STUDENTS OF PHARMACY DEPARTMENT OF

UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ON PROBLEM-BASED LEARNING METHOD (PBL)

Chakra Haadi Saputro 1), Salmah Orbayinah1)

1)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected]

INTISARI

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah. Masalah tersebut digunakan sebagai stimulus yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan sebuah hipotesis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiaspek belajar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada metode PBL.

Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Mahasiswa farmasi UMY angkatan 2012 sebagai responden yang dipilih menggunakan teknik pemilihan Simple Random Sampling. Aspek belajar terdiri dari lima komponen meliputi: aspek motivasi, keaktifan, ketekunan, kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu yang dinilai dengan kuisioner. Kuisioner telah dinyatakan valid setelah melewati uji validitas dan reliabilitas dengan hasil nilai r hitung lebih besar dari r tabel (>0,381). Analisa data menggunakan uji deskriptif analitik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek belajar pada metode PBL masuk kategori tinggi sebesar 76,79%. Aspek motivasi memiliki persentase sebesar 78,57%, keaktifan 76,78%, ketekunan 75,00%, kemampuan berpikir 73,21%, dan rasa ingin tahu sebesar 80,36%.

(76)

C h a k r a H a a d i S a p u t r o [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 2

Problem-based Learning (PBL) is a learning model based on problems. The problems are used as stimulus that encourage students to use their knowledge in formulating hypothesis. This research aims at finding out the learning aspects of students of pharmacy department of university of muhammadiyah Yogyakarta on problem-based learning (PBL).

This research used observational design with cross sectional approach. The respondents are the students of Pharmacy Department of UMY batch 2012 were selected using Simple Random Sampling selection techniques. Learning aspects consist of five components; motivation aspect, activity, persistence, thinking ability and curiosity that are marked from the questionnaire. The questionnaire was declared valid after going through validity and reliability test with the result of the value of r count bigger than r table (>0.381). The data analysis used descriptive analytic test.

The result of the research indicates that the learning aspects on PBL method are in the high category that is 76,79%. Motivation aspect have a percentage of 78,57%, activity 76,78%, persistence 75,00%, thinking ability 73,21%, curiosity 80,36%.

(77)

C h a k r a H a a d i S a p u t r o [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 3

Farmasi merupakan salah satu dari berbagai macam bidang professional kesehatan yang mengkombinasi ilmu kesehatan dan ilmu kimia, mempunyai peran dan tanggung jawab dalam memastikan keefektivitasan dan keamanan penggunaan obat. Dalam mempelajari ilmu farmasi selain pemahaman terhadap konsep juga ditekankan pada pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan suatu masalah. Salah satu kemampuan berpikir yang perlu dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis (¹).

Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu meliputi pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen dan penelitian (²). Beberapa strategi dan metode pembelajaran telah diterapkan saat ini, dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa berpikir kritis. Saat ini motivasi, keaktifan, ketekunan, kemampuan berpikir dan rasa

dalam proses pembelajaran sehingga mampu memacu kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Berbagai metode pembelajaran saat ini masih didominasi oleh dosen sehingga mahasiswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran dengan demikian keterlibatan mahasiswa dalam belajar masih kurang dan peluang mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis juga masih rendah.

(78)

C h a k r a H a a d i S a p u t r o [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 4

kreatif dalam berpikir dan mengembangkan aspek belajar mereka. Mahasiswa tidak harus selalu memahami konsep yang relevan dengan masalah yang jadi pusat perhatian saja, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan dalam pemecahan masalah dan berpikir kritis. Aspek belajar menurut teori Bloom meliputi 3 hal yaitu: (1) aspek kognitif. (2) aspek afektif. (3) aspek psikomotorik (³). METODOLOGI

Alat yang Digunakan

Alat penelitian yang digunakan yaitu berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan diberikan kepada mahasiswa FKIK UMY program studi Farmasi angkatan 2012. Kuisioner telah dinyatakan valid setelah melewati uji validitas dan reliabilitas dengan hasil nilai r hitung lebih besar dari r tabel (>0,381). Sampel Penelitian

Penelitian ini melibatkan mahasiswa aktif tahun angkatan 2012

mahasiswa farmasi 2012 yang menjadi responden berjumlah 56 orang

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah pengukuran skor awal dari instrumen penelitian, akan ditransform menjadi skala 0-100 dan dikategorikan berdasarkan skala likert sebagai berikut: 76-100% : tinggi ; 56-75% : sedang ; ≤ 55% : rendah.

HASIL PENELITIAN Validasi dan Realibilitas

Validasi kuisioner pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015 bertempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan total responden 11 orang. Pertanyaan yang diajukan untuk validasi sebanyak 25 butir dan semua telah dinyatakan valid berdasarkan tabel r Produc Moment dengan nilai r> 0,381.

(79)

C h a k r a H a a d i S a p u t r o [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 5

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL.

Berikut aspek belajar mahasiswa disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL adalah sebagai

Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL dilihat dari lima komponen. Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, aspek tertinggi dari kelima aspek tersebut adalah rasa ingin tahu dengan persentase sebesar 80,36%. Hal ini menunjukkan bahwa komponen dari aspek belajar mahasiswa farmasi UMY cukup tinggi. Meskipun demikian, persentase tersebut tidak dapat menggambarkan performa masing-masing mahasiswa. Karena ada faktor-faktor yang

mahasiswa. Faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor yang ada pada diri individu itu sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal) (4).

Tabel 2. Aspek belajar mahasiswa farmasi UMY.

KATEGORI JUMLAH PERSENTASE

(%)

Berdasarkan tabel diatas, bahwa aspek belajar mahasiswa farmasi UMY pada metode PBL dikategorikan tinggi.

Penjabaran pada setiap aspek-aspek yang diteliti sebagai berikut :

1. Aspek Motivasi

(80)

C h a k r a H a a d i S a p u t r o [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 6

meningkatkan motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban mahasiswa sebesar 78,57%. Berdasarkan perolehan data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa rata-rata menyatakan setuju PBL meningkatkan motivasi belajar. Pernyataan ini sesuai dengan kelebihan dari metode PBL yaitu meningkatkan motivasidan aktivitas pembelajaran siswa (5).

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah menggunakan kelompok kecil (tutorial) sebagai konteks untuk pembelajaran. Siswa yang enggan bertanya kepada guru/pengajar, dapat bertanya kepada teman dalam sekelompoknya maupun kelompok lain (6). Mereka juga tidak merasa takut menyampaikan pendapat sehingga dapat memotivasi siswa agar terus belajar.

Dalam metode PBL ini mahasiswa dituntut agar dapat melakukan persiapan termasuk dengan belajar dan membaca buku referensi. Sehingga dapat memacu

memecahkan dan mencari solusi dari suatu masalah. Namun ada faktor yang mempengaruhi motivasi dari masing-masing mahasiswa. Motivasi seseorang di pengaruhi oleh minat dari setiap orang tersebut (7). Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih mudah dan cepat (8). Minat merupakan rasa senang dan menarik bagi mahasiswa untuk belajar pada metode pembelajaran PBL. Sehingga dari minat yang timbul dari masing-masing mahasiswa akan berpengaruh pada motivasi belajar mereka.

2. Aspek Keaktifan

Gambar

Tabel 1. Penelitian yang terkait
Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel 1. Katagori dan skor Jawaban Responden
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kuisioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Antara Yang memperoleh Pembelajaran Means_Ends Analysis(MEA) Dan Roblem Based Learning(PBL)..

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari kemampuan berpikir kritis.. Penelitian

Program Studi Pendidikan IPA STKIP Modern Ngawi mewajibkan tenaga pengajar untuk menerapkan model pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL pada materi pencemaran lingkungan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang

Model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dan dapat mengembangkan motivasi belajar serta kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu PBL ( problem Based Learning

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai kemampuan berpikir kritis siswa terlihat bahwa N Gain Skor siswa yang mendapatkan pembelajaran model PBL pada

Pembelajaran Biologi Model Problem Based Learning PBL Disertai Dialog Socrates DS Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas X.. Meningkatkan Berpikir

Korelasi Miopia dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah