ANALISIS KUALITAS PERMODALAN BANK SYARIAH DENGAN PENDEKATAN RBBR (RISK-BASED BANK RATING)
(Studi kasus Bank Syariah Milik BUMN Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Oleh:
M.Abrar NPM: 20120730071
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
ANALISIS KUALITAS PERMODALAN BANK SYARIAH DENGAN PENDEKATAN RBBR (RISK-BASED BANK RATING)
(Studi kasus Bank Syariah Milik BUMN Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Oleh:
M.Abrar
NPM:أ20120730071
DiajukanأuntukأmemenuhiأsalahأsatuأsyaratأgunaأmemperolehأgelarأSarjanaأ EkonomiأIslamأ(SEI)أStrataأSatuأpadaأProdiأMuamalatأFakultasأAgamaأIslamأ
UniversitasأMuhammadiyahأYogyakarta
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
MOTTO
“MAN JADDA WAJADA”
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan
untuk :
Keluarga tercinta, kedua orangtua tersayang Waled dan Umi Bapak Baihaqi dan
Ibu Jamaliah, yang tiada henti mendo’akan dan selalu mendukung untuk kesuksesan
dan keberhasilan anaknya.
Teruntuk kedua abang dan adikku Bang Farhan dan Adek Raudhah terima kasih
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
PujiأsyukurأpenulisأpanjatkanأkehadiratأAllahأSWTأkarenaأberkatأRahmatأ
danأKarunia-Nyaأpenulisأdapatأmenyelesaikanأpenyusunanأskripsiأyangأberjudulأ “Analisis Kualitas Permodalan Bank Syariah Dengan Pendekatan RBBR (Risk-Based Bank Rating) (Studi Kasus Bank Syariah Milik BUMN Tahun 2013-2015)” iniأ denganأ tepatأ waktu.أ Sholawatأ sertaأ salamأ semogaأ senantiasaأ
tercurahأ kepadaأ junjunganأ Nabiأ Muhammadأ SAW,أ keluargaأ besertaأ sahabat
-sahabatnyaأyangأtelahأmemberikanأpencerahanأdiأmukaأbumiأini.
Penulisanأ skripsiأ iniأ diajukanأ untukأ memenuhiأ salahأ satuأ syaratأ
memperolehأ gelarأ Sarjanaأ padaأ Prodiأ Muamalatأ Konsentrasiأ Ekonomiأ danأ
PerbankanأIslamأFakultasأAgamaأIslamأUniversitasأMuhammadiyahأYogyakarta.
Dalamأpenyusunanأdanأpenulisanأskripsiأiniأpenulisأbanyakأmendapatkanأ
bantuanأ dariأ berbagaiأ pihakأ yangأ telahأ memberikanأ masukanأ danأ kontribusiأ
berartiأsehinggaأskripsiأiniأbisaأterselesaikanأdenganأbaik.أOlehأkarenaأituأpenulisأ
mengucapkanأterimaأkasihأyangأsebesar-besarnyaأkepadaأ:
1. Bapakأ Prof.أ Dr.أ Bambangأ Cipto,أ M.Aأ selakuأ Rektorأ Universitasأ
MuhammadiyahأYogyakarta;
2. Bapakأ Dr.أ Mahliأ Zainudinأ Tago,أ M.Si,أ selakuأ Dekanأ Fakultasأ Agamaأ
3. أBapakأ SyarifأAs‟ad,أ S.EI.,أ MSI,أ selakuأ Ketuaأ Programأ Studiأ Ekonomiأ
danأPerbankanأIslamأFakultasأAgamaأIslam;
4. أBapakأ Satriaأ Utama,أ S.E,I,أ M.E.Iأ selakuأ Dosenأ Pembimbingأ danأ
Reviewerأ yangأ telahأ membagiأ ilmuأ yangأ sangatأ bermanfaat,أ danأ
memberikanأ pengarahanأ sertaأ bimbinganأ sehinggaأ terselesaikannyaأ
skripsiأini
5. Bapakأ Syakirأ Jamaluddin,أ S.Ag.,أ M.A,أ selakuأ Dosenأ Pembimbingأ
Akademikأ yangأ telahأ memberikanأ banyakأ masukanأ untukأ perbaikanأ
skripsiأini;أ
6. Seluruhأ Dosenأ Fakultasأ Agamaأ Islamأ yangأ sudahأ memberikanأ ilmuأ
denganأpenuhأkeikhlasanأkepadaأpenulis;أ
7. Seluruhأ stafأ danأ karyawanأ TUأ Fakultasأ Agamaأ Islamأ yangأ banyakأ
memberikanأbantuanأteknisأselamaأprosesأpelaksanaanأskripsi;أ
8. Pengelolaأ perpustakaanأ Fakultasأ Agamaأ Islamأ danأ Perpustakaanأ Pusatأ
yangأtelahأmembantuأdalamأpengumpulanأliteratur;أ
9. Keluargaأtercinta,أWaledأdanأUmiأBapakأBaihaqiأdanأIbuأJamaliah,أAbangأ
danأAdikkuأ tersayangأ Bangأ Farhanأ danأ Dekأ Raudhah,أ besertaأ saudara
-saudaraأ diأ Acehأ yangأ selaluأ memberiأ semangat,أ doa,أ dukungan,أ danأ
motivasiأkepadaأpenulisأselamaأprosesأkuliahأdanأpenyusunanأskripsiأini;
10.Keluargaأ besarأ diperantauanأ “PEUHABA”أ danأ teman-temanأ sekaligusأ
keluargaأkeduaأdiأJogjaأFadil,أSyahril,أFarid,أSarah,أAwi,أHaikalأdanأIndahأ
11.Sahabatأ terbaikأ Serli,أ Risda,أ Puspa,أ Titin,أ Fauzaأ danأ Ainilأ yangأ selaluأ
memberikanأkebahagiaanأdiأJogja
12.Teman-temanأ seperjuanganأ EPIأ Bأ danأ EPIأ 2012أ yangأ sudahأ berjuangأ
bersamaأselamaأkuliah;
13.Sahabat-sahabatأdiأAcehأHRJ,أWakأDoyokأdanأlainnyaأ yangأtidakأdapatأ
disebutkanأsatuأpersatu,أkalianأselaluأadaأwalaupunأjarakأmemisahkan;
14.Sertaأseluruhأpihakأyangأtidakأdapatأpenulisأsebutkanأsatuأperأsatu.أ
Penulisأ menyadariأ bahwaأ dalamأ penulisanأ skripsiأ iniأ masihأ
terdapatأ kekuranganأ danأ jauhأ dariأ sempuma.أ Olehأ karenaأ itu,أ penulisأ
memohonأ saranأ danأ kritikأ yangأ membangunأ demiأ kesempumaanأ
penelitianأini.أPenulisأberharapأsemogaأskripsiأiniأdapatأbermanfaatأbagiأ
semuaأpembacaأdanأduniaأpendidikan,أkhususnyaأbagiأpenulis.أ
Yogyakarta,أ11أAgustusأ2016أ
DAFTAR ISI
HALAMANأJUDUL ………...i
HALAMANأPERSETUJUAN ...ii
HALAMANأPENGESAHAN………iii
HALAMANأPERNYATAANأKEASLIAN...iv
HALAMANأMOTTO...v
HALAMANأPERSEMBAHAN...vi
KATAأPENGANTAR...vii
DAFTARأISI ...x
DAFTARأTABEL...xiii
ABSTRAK...xiv
TRANSLITERASIأ...………xiv
BAB I PENDAHULUAN A. LatarأBelakangأMasalah………..1
B. RumusanأMasalah ………..…5
C. TujuanأPenelitian……….…6
D. KegunaanأPenelitian ………..……….…6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. TinjauanأPustaka……….8
B.أKerangkaأTeoritik………13
1. PengertianأBank……….…13
3. BankأMilikأBUMN.………..………...18
4. PermodalanأBankأSyariah..………19
a. ManajemenأPermodalan………...19
b. FungsiأModalأBank………..20
c. SumberأPermodalanأBankأSyariah………...21
d. KecukupanأModalأBankأSyariah……….23
e. PermodalanأBankأSyariahأDiأIndonesia………..24
f. AktivaأTertimbangأMenurutأRisikoأBankأSyariah…………...25
g. KewajibanأPenyediaanأModalأMinimumأBankأSyariah……..26
h. BatasأأMaksimumأPemberianأKreditأBankأSyariah………….27
i. BankأUmumأBerdasarkanأKegiatanأUsahaأ(BUKU).………..28
5. PendekatanأRBBRأ(Risk-Based Bank Rating).……….………...32
C. Hipotesis.………45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JenisأPenelitian………..………....47
B. PopulasiأdanأSampel ……….47
C. TeknikأPengumpulanأData ………48
D. AnalisisأData ………49
E. AlatأAnalisisأData ……….50
1. UjiأNormalitasأ(Kolomogorov Smirnov Test) ...50
2. UjiأOneأWayأANOVAأ...51
B. PerbandinganأFaktorأPermodalanأBankأSyariahأMilikأBUMN….………60
1. UjiأStatistikأDeskriptif……….60
2. UjiأNormalitasأK-S………..61
3. UjiأOneأWayأAnova……….63
C. Pembahasan………65
1. KecukupanأModalأBank………...………....66
2. PengujianأHipotesis...73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………74
B. Saran………..75
DAFTAR PUSTAKA………77
DAFTAR TABEL
Tabelأ1.1أKinerjaأPerbankanأSyariah………...3
Tabelأ1.2أJumlahأKantorأBankأSyariahأDiأIndonesia...4
Tebelأ2.1أDaftarأBankأSyariahأMilikأBUMNأDiأIndonesia...19
Tabelأ2.2أMatriksأParameter/IndikatorأPenilaianأPermodalan...40
Tabelأ2.3أMatriksأPeringkatأFaktorأPermodalan………...41
Tabelأ4.1أHasilأPenilaianأPeringkatأRasioأKPMMأTahunأ2013...52
Tabelأ4.2أHasilأPenilaianأRasioأPermodalanأ2أTahunأ2013...53
Tabelأ4.3أHasilأPenilaianأRasioأPermodalanأ3أTahunأ2013...54
Tabelأ4.4أHasilأPenilaianأPeringkatأRasioأKPMMأTahunأ2014...55
Tabelأ4.5أHasilأPenilaianأRasioأPermodalanأ2أTahunأ2014...56
Tabelأ4.6أHasilأPenilaianأRasioأPermodalanأ3أTahunأ2014...57
Tabelأ4.7أHasilأPenilaianأPeringkatأRasioأKPMMأTahunأ2015...57
Tabelأ4.8أHasilأPenilaianأRasioأPermodalanأ2أTahunأ2015...58
Tabelأ4.9أHasilأPenilaianأRasioأPermodalanأ3أTahunأ2015...59
Tabelأ4.10أDescriptiveأStatistics...60
Tabelأ4.11أOne-SampleأKolmogorov-smirnovأTest………...61
Tabelأ4.12أPerbandinganأBankأSyariahأMilikأBUMNأdariأRasioأPermodalan...63
Tabelأ4.13أPerbedaanأTingkatأPermodalan…………...65
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA TRANSLITERASI
Transliterasiأ adalahأ suatuأ upayaأ penyalinanأ hurufأ abjadأ suatuأ bahasaأ keأ dalamأ abjadأbahasaأlain.أTujuanأutamaأupayaأtransliterasiأiniأadalahأuntukأmenampilkanأ kata-kataأ asalأ yangأ seringkaliأ tersembunyiأ olehأ metodeأ pelafalanأ bunyiأ أ –atauأأ
tajwid,أ dalamأ bahasaأ Arab.أ Selainأ ituأ transliterasiأ jugaأ memberikanأ pedomanأ kepadaأ paraأ pembacaأ agarأ terhindarأ dariأ “salah-lafal”أ yangأ bisaأ jugaأ
menyebabkanأkesalahanأdalamأmemahamiأmaknaأasliأkata-kataأtertentu.أ
Dalamأ bahasaأArab,أ „salah-makna”أ أ akibatأ “salah-lafal”أ gampangأ sekaliأ terjadiأ
karenaأ tidakأ semuaأ hurufnyaأ dapatأ dipadankanأ denganأ huruf-hurufأ latin.أ
Karenanya,أkitaأmemangأterpaksaأmenggunakanأ“konsonanأrangkap”أ(ts,أkh,أdz,أ sy,أsh,أdh,أth,أzh,أdangh)أatauأtambahanأsimbolأlainأ(h,أ..‟..أdanأ..„..).أKesulitanأiniأ masihأ ditambahأ lagiأ denganأ prosesأ pelafalanأ huruf-hurufأ itu,أ yangأ memangأ
banyakأberbeda,أdanأadanyaأhuruf-hurufأyangأharusأdibacaأsecaraأpanjangأ(mad).
Sistem transliterasi yang digunakan
ABSTRAK
Penelitianأ iniأ menganalisisأ kualitasأ Permodalanأ Bankأ Syariahأ Milikأ BUMNأ denganأ menggunakanأ pendekatanأ RBBR.أ Penelitianأ iniأ menggunakanأ metodeأdeskriptifأdenganأpendekatanأkuantitatif.أVariabelأyangأdigunakanأdalamأ penelitianأ iniأ adalahأ rasioأ padaأ faktorأ Permodalanأ Bankأ Syariahأ Milikأ BUMNأ yaituأ KPMM,أ Permodalanأ 2أ danأ Permodalanأ 3.أ Alatأ analisisأ yangأ digunakanأ dalamأpenelitianأiniأadalahأujiأstatistikأdenganأprogramأSPSS for Windows versiأ 16.0,أdenganأmenggunakanأujiأOneأWayأANOVA.أ
Hasilأdariأpenelitianأiniأmenunjukkanأbahwaأsecaraأkeseluruhanأterdapatأ perbedaanأpadaأtingkatأpermodalanأdiantaraأBankأSyariahأMilikأBUMN.أDanأdariأ tahunأ2013-2015أrasioأ permodalanأ(KPMM)أketigaأbankأtersebutأ Bankأ Syariahأ
Mandiri,أBNIأSyariahأdanأBRIأSyariahأmasihأkurangأmemadai.
ABSTRACT
This research analyzes the capital quality of Sharia Bank of State Entreprise using RBBR approach. This research employs descriptive method with quantitative approach. The variables used in this research are the factor ratio of capital at Sharia Bank of State Entreprise named KPMM, capital 2, and capital 3. The analysis intrument used in this research is statistical test using SPSS for Windows program version 16.0, using One Way ANOVA test.
The research result shows that in general, there is a different level of
capital at Sharia Bank of State Entreprise. From 2013-2015, the capital ratio
(KPMM) of the three banks – Sharia Mandiri Bank, BNI Sharia, and BRI Sharia – still need to be improved.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Bank Syariah saat ini telah memberikan kontribusi dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai dari berdiri Bank Syariah sekitar 20 tahun yang lalu dan pasang surut tumbuhnya Bank Syariah. Tentu menjadi track record pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia. Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan penyaluran dana ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi keuangan. Perbankan juga bertugas untuk mengendalikan stabilitas sistem keuangan negara. Oleh karena itu permodalan yang baik sangat penting bagi suatu bank agar eksistensinya tetap terjaga.
relatif tinggi dan rasio kecukupan modal bank dibawah 8 persen bahkan beberapa bank mengalami Capital Adequeacy Ratio (CAR) negatif (Direktori Perbankan Indonesia dan Direktori Pasar Modal Indonesia 1997 s/d 2004).
Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di
Indonesia, dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional,
sudah banyak pencapaian kemajuan, baik dari aspek lembagaan dan
infrastruktur penunjang, perangkat regulasi dan sistem pengawasan,
maupun awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa keuangan
syariah. Setelah mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi pada tahun -tahun sebelumnya, di -tahun 2013-2014 perbankan syariah menghadapi tantangan berupa perlambatan pertumbuhan. Kondisi permodalan yang
terbatas merupakan faktor penting yang mempengaruhi rendahnya
ekspansi aset perbankan syariah. Saat ini dari 12 bank umum syariah
(BUS), sepuluh BUS memiliki modal inti kurang dari Rp 2 Triliun, serta
belum ada BUS yang memiliki modal inti melebihi Rp 5 Triliun. Hal ini
menyebabkan bank-bank syariah menjadi kurang leluasa untuk membuka
kantor cabang, mengembangkan infrastruktur, dan mengembangkan
segmen layanan (www.ojk.go.id).
Dari perkembangan sektor jasa keuangan syariah menunjukkan
Capital Adequeacy Ratio (CAR) perbankan syariah mengalami penurunan
dimana pada Desember 2014 sebesar 15,74 persen menjadi 14,96 persen
Tabel 1.1
Kinerja Perbankan Syariah
Indikator Utama Desember
2014
Oktober 2015
% Pertumbuhan
BUS+UUS
Total Aset 272,34 276,6 1,56%
DPK 217,86 219,48 0,74%
Pembiayaan 199,33 207,77 4,23%
CAR % 15,74 14,96 -0,78%
NPF Gross (%) 4,33 4,74 0,41%
ROA (%) 0,85 0,96 0,11%
FDR (%) 91,50 94,66 3,16%
Sumber: Laporan Kinerja OJK 2015 ojk.go.id Dalam triliun rupiah
Dampak dari modal yang belum memadai, bank-bank syariah menjadi kurang leluasa untuk membuka kantor cabang, mengembangkan
infrastruktur, dan mengembangkan segmen layanan. Pada laporan
Triwulanan Otoritas Jasa Keuangan Triwulan IV-2015, jumlah jaringan kantor bank syariah mengalami penurunan. Tentu dengan kurangnya
jumlah kantor, bank syariah akan kurang berekspansi dalam
Tabel 1.2
Jumlah Kantor Bank Syariah Di Indonesia Indikator
Kantor 2483 2475 2454 324 316
-8,00 -2,47
Sumber: Laporan Triwulan IV OJK 2015 ojk.go.id/Data diolah
Oleh karena beberapa hal diatas perlu dikajinya mengenai kualitas permodalan bank syariah. OJK selaku lembaga pengawasan perbankan mengeluarkan regulasi baru untuk penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No 8/POJK.03/2014. Dalam POJK No 8/POJK.03/2014, penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan pendekatan Risk-Based Bank Rating Syariah tersebut meliputi faktor Risk Profile, Good Corporate Governance
(GCG), Earning, dan Capital. Penelitian ini mengacu pada Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No 8/POJK.03/2014 karena salah satunya membahas mengenai faktor permodalan.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan tingkat kesehatannya
adalah faktor capital (permodalan). Kestabilan faktor ini sangat penting,
keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio
tersebut akan semakin baik posisi modal.
Adapun alasan peneliti memilih studi kasus pada Bank Syariah Milik BUMN dikarenakan adanya isu mengenai holding (pemergeran) bank syariah milik BUMN. Pemergeran dilakukan karena faktor modal bank-bank syariah tersebut masih minim. Padahal bank-bank syariah milik BUMN yang terdiri dari Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah tersebut mempunyai pangsa pasar yang besar dalam perbankan syariah. Oleh karena itu peneliti semakin tertarik meneliti dari segi permodalan bank syariah milik BUMN.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS
KUALITAS PERMODALAN BANK SYARIAH DENGAN
PENDEKATAN RBBR (RISK-BASED BANK RATING) (Studi Kasus
pada Bank Syariah Milik BUMN tahun 2013-2015)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas permodalan Bank Syariah Milik BUMN jika dinilai dengan pendekatan Risk-Based Bank Rating?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar kualitas permodalan Bank Syariah Milik BUMN jika diukur dengan pendekatan Risk-Based Bank Rating. 2. Untuk mengetahui perbandingan tingkat permodalan Bank Syariah
Milik BUMN jika dinilai dengan pendekatan Risk-Based Bank Rating.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah : 1. Manfaat Praktis
a. Sebagai pedoman dan masukan bagi praktisi perbankan syariah khususnya bank syariah milik BUMN agar dapat meningkatan kinerja perbankan untuk menjaga kualitas permodalan.
b. Sebagai gambaran dan evaluasi bagi pihak perbankan syariah dalam melaksanakan kegiatan operasional perbankan, serta analisis terhadap kinerja perusahaan dengan melihat tingkat kualitas permodalan bank syariah
c. Sebagai tolak ukur bagi perbankan syariah dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya
pemahaman akademisi dibidang ilmu ekonomi, khususnya bidang ilmu
ekonomi dan perbankan Islam yang menyangkut pada permodalan bank
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK
A. Tinjauan Pustaka
Adapun untuk mendukung dugaan penelitian dan membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Peneliti akan membahas beberapa penelitian terkait Permodalan Bank Syariah dan Metode RBBR
(Risk-Based Bank Rating) diantaranya yang sudah dilakukan oleh Sandhy
Dharmapermata Susanti yang berjudul “ANALISIS TINGKAT
KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE
RISK-BASED BANK RATING (RBBR)”. Penelitian ini melakukan penilaian
menunjukkan bank mendapat predikat sangat baik. Faktor Earning menunjukkan ROA bank lebih dari 1,5 persen dan NIM bank lebih dari 3 persen. Faktor Capital menunjukkan CAR bank lebih dari 12 persen sehingga mampu memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8 persen.
Selain itu dalam eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 2, 2015: 363-374 yang dilakukan oleh Jayanti Mandasari dengan penelitian yang berjudul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN
PENDEKATAN METODE RGEC PADA BANK BUMN PERIODE 2012-2013” dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan kinerja keuangan bank BUMN selama periode 2012-2013 dari segi profil risiko yaitu dengan menganalisis risiko kredit yang diwakili dengan rasio NPL dikatakan baik dan dari analisis risiko likuiditas yang diwakili dengan rasio LDR dapat dikatakan cukup likuid. Sedangkan dari segi
Good Corporate Governance (GCG) kinerja bank sangat baik. Serta
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Widya Firledy AR dengan judul “PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK
MENURUT RISK BASED BANK RATING TERHADAP KINERJA
KEUANGAN” (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia). Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa risk credit yang diproksikan dengan NPF, GCG yang diproksikan dengan nilai komposit, earning yang diproksikan dengan NIM, capital yang diproksikan dengan CAR secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah di Indonesia, sedangkan secara parsial NPF berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan, GCG berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, NIM berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, CAR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh M.Aan Faizal Mubarak dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang dalam
penelitiannya yang berjudul “PENILAIAN KINERJA BANK MENURUT
RISK-BASED BANK RATING” (Studi pada Bank Umum Milik Negara
oleh Bank Indonesia. Yaitu untuk rasio LDR <110 persen , rasio NPL <5 persen , rasio ROA >1,5 persen , rasio NIM >3 persen , dan rasio CAR >12 persen. Secara keseluruhan selama tahun 2008-2012 keempat bank umum milik negara tersebut memiliki kinerja yang baik dan perlu mempersiapkan diri untuk kedepannya dengan cara lebih berhati-hati pada aspek risiko yang akan dihadapi.
Penelitian terakhir adalah penelitian dari Hening Asih Widyaningrum, Suhadak, dan Topowijono melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK-BASED BANK RATING (RBBR)” (Studi pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012) dalam Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 9 No. 2 April 2014. Penelitian ini hanya melakukan penilaian terhadap dua faktor dari keempat faktor yang ada, yakni earning dengan rasio Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM), serta
capital dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian desktiptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang diperoleh dari Return On
Asset menunjukkan masih terdapat bank yang tidak sehat dengan nilai
Return On Asset di bawah 1,25 persen. Penilaian Net Interest Margin
setiap bank, secara keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital
Adequacy Ratio di atas 10 persen sehingga masuk ke dalam bank sehat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian–penelitian diatas adalah
dalam penelitian ini hanya fokus pada satu faktor penilaian dalam
Pendekatan RBBR (Risk-Based Bank Rating) yaitu faktor capital
(permodalan). Penelitian ini hanya fokus ke permodalan karena dari
kinerja keuangan khususnya rasio permodalan merupakan faktor utama
agar suatu bank bisa bertahan dan eksistensi tetap terjaga. Selain itu dari
data-data yang didapatkan peneliti, permodalan Bank syariah masih minim sehingga perlu memperdalam lagi mengenai analisis kualitas
permodalan Bank syariah. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Selain itu juga dalam penelitian ini sudah menggunakan metode RBBR
khusus Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yaitu Peraturan OJK
No.8/POJK/2014.
Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan, karena kualitas
permodalan bank syariah yang baik merupakan suatu hal yang sangat
mempengaruhi untuk perkembangan dunia perbankan syariah di masa
mendatang. Selain itu, penilaian faktor Permodalan menunjukkan
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang
B. Kerangka Teori 1. Pengertian Bank
Jika dilihat dari segi kata, maka bank itu berasal dari bahasa italia
yaitu banco yang artinya kursi. Menurut Undang-undang Perbankan No 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Fahmi, 2014:1).
Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya
menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain
dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian
menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana
(deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (Taswan,
2010:6)
Kata “bank” sebagai istilah lembaga keuangan tidak pernah disebutkan secara eksplisit dalam Al Qur’an. Namun jika yang dimaksud
dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi (Sudarsono, 2008:29).
Lembaga-lembaga itu pada akhirnya bertindak sebagai individu, yang dalam konteks fiqh disebut “Syakhsyiyyah al I’tibariyyah” atau
“Syakhsyiyyah al Ma’nawiyah”. Dalam hal akhlaq, Al Qur’an
menyebutkannya secara eksplisit, baik dalam kisah maupun perintah. Konsep accountability, misalnya, terletak pada ayat-ayat yang paling panjang dan berupa perintah-perintah (QS Al-Baqarah: 282-283). Demikian pula konsep trust (amanah) (QS Al-Baqarah: 283), dan keadilan (diantaranya QS 4:4, 128, 135, 5:8).
Surah Al-Maidah ayat 8:
أ أ ُِدَْأ َّأأ عأ د قأﻥآ شأدﻢك ردجيأّﻭأۖأطدسقدُ بأء ِ شأ َأ ي قأ كأ آأ يذ ُ أ ّيَأ ي
ﻥ دَْأ بأريبخأ ّأ ﻥإأ أ ّأ ق َ ﻭأۖأ دق ت ُأﺏردقَأ هأ ُِدع
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu kuunuu qawwaamiina lillaahi syuhadaa-a bialqisthi walaa yajrimannakum syanaaanu qawmin 'alaaallaa ta'diluu i'diluu huwa aqrabu lilttaqwaa waittaquu allaaha inna allaaha khabiirun bimaa ta'maluuna
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
a. Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah
department store of finance yang menyediakan berbagai jasa
keuangan.
b. Menurut Dictionary of Banking and Financial Serviceby Jerry Rosenberg bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga.
Adapun jenis bank ditinjau dari berbagai segi ialah sebagai berikut (Direktori Bank Indonesia):
1) Dilihat dari segi fungsinya, contohnya Bank Sentral dan Bank Umum;
2) Dilihat dari segi kepemilikannya, contohnya Bank Milik Negara (BUMN), Bank Milik Swasta dan Bank Milik Koperasi;
3) Dilihat dari segi status, terdiri dari bank devisa dan bank nondevisa;
4) Dilihat dari segi bentuk kegiatan operasionalnya, terdiri dari Bank Konvensional dan Bank Syariah; dan
Berbentuk Badan Usaha Perseorangan dan Bank Berbentuk Koperasi.
2. Pengertian Bank Syariah
Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Soemitra, 2009:61).
a. Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya
syariah dan/ atau unit syariah. UUS berada satu tingkat dibawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa.
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimilliki oleh WNI atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah.
Pada umumnya yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran, serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Sudarsono, 2008:29).
3. Bank Milik BUMN
kendali bank pemerintah tetap pemerintah. Bank milik pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu bank pemerintah pusat dan daerah (Ismail, 2010:16).
Adapun bank milik pemerintah pusat yang membuka kegiatan
operasional syariahnya adalah :
Tabel 2.1
Daftar Bank Syariah Milik BUMN Di Indonesia
Nama Bank Tahun Berdiri Jumlah Aset sampai tahun 2015 Bank Syariah
Mandiri (BSM) 25 Oktober 1999 Rp 70,37 Triliun
Bank BNI Syariah 19 Juni 2010 Rp 23,01 Triliun
Bank BRI Syariah 16 Oktober 2008 Rp 24,23 Triliun
4. Permodalan Bank Syariah a. Manajemen Permodalan
Secara tradisional, modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth), yaitu selisih antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities). Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan harapan memperoleh hasil keuntungan dimasa yang akan datang. Dalam neraca terlihat pada sisi pasiva bank, yaitu rekening modal dan cadangan. Rekening modal berasal dari setoran para pemegang saham, sedangkan rekening cadangan berasal dari bagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk perluasan usaha dan menjaga likuiditas karena adanya kredit-kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet (Arifin, 2012:159).
b. Fungsi Modal Bank
membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur. Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar membandingkan
return on investment diantara bank-bank yang ada (Muhammad,
2014:135).
Sementara itu, Brenton C.Leavitt, staf Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika, dalam kaitannya dengan fungsi dari modal bank, menekankan ada empat hal, yaitu :
1) Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan insolvable dan likuidasi.
2) Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi. 3) Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya
yang diperlukan untuk menawarkan pelayanan bank.
4) Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.
Perbedaan fungsi modal bank menurut Johnson dan Brenton adalah
penetapan batas maksimum pemberian kredit. Selain itu modal juga
menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.
Sedangkan fungsi modal menurut Brenton untuk memperoleh sarana fisik
dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan untuk menawarkan
pelayanan bank dan sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian
ekspansi aktiva yang tidak tepat.
c. Sumber Permodalan Bank Syariah
Pada perbankan syariah sumber utama modal bank syariah adalah modal inti (core capital) dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan kuasi
ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening bagi hasil
(mudharabah). Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan
penyerap kegagalan dan kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang rekening titipan (wadi’ah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana wadi’ah atau qard. (Arifin, 2012:162).
Sebenarnya dana-dana rekening bagi-hasil (mudharabah) dapat juga dikategorikan sebagai modal, yang oleh karenanya disebut kuasi
ekuitas. Namun demikian rekening ini hanya dapat menanggung risiko
risiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa risiko tersebut timbul akibat salah urus (miss management), kelalaian atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudharib.
Perbedaan sumber permodalan bank syariah dan bank konvensional ialah pada bank konvensional dikenal adanya pinjaman subordinasi, saham preferen dan saham biasa. Dalam pandangan syariah, modal pinjaman (subordinated loan) itu termasuk dalam kategori qard, yaitu pinjaman harta yang dapat diminta kembali. Dalam literatur fikih
Salaf Ash Shalil, qard dikategorikan dalam aqad tathawwu’ atau akad
saling membantu dan bukan transaksi komersial. Pemberi pinjaman tidak boleh minta imbalan atas pemberian pinjaman tersebut, karena setiap pemberian pinjaman yang disertai dengan permintaan imbalan termasuk kategori riba. Penerima pinjaman wajib menjamin pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu qard mempunyai derajat/preferensi yang tinggi, setara dengan kewajiban atau utang lainnya. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tidak beralasan bagi qard untuk ikut menanggung risiko atau memberikan proteksi terhadap kegagalan atau kerugian bank maupun memberikan proteksi terhadap kepentingan deposan. Dengan demikian pinjaman subordinasi tidak dapat dipertimbangkan untuk diperhitungkan sebagai modal bagi bank syariah.
d. Kecukupan Modal Bank Syariah
(CAR). Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank sehat. Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara :
Membandingkan Modal Dengan Dana-dana Pihak Ketiga Modal dan Cadangan
= 10%
Giro + Deposito + Tabungan
Membandingkan Modal Dengan Aktiva Berisiko
Modal dan Cadangan
= 12%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
e. Permodalan Bank Syariah Di Indonesia
menjadi 8 persen. Bank dilarang melakukan distribusi modal atau laba yang dapat mengakibatkan kondisi permodalan bank tidak mencapai rasio minimum yang diwajibkan (Arifin, 2012:164).
Modal bagi bank syariah terdiri dari: (a) modal inti (tier1), (b) modal pelengkap (tier 2), dan modal pelengkap tambahan (tier 3). Modal pelengkap (tier 2) dan modal pelengkap tambahan (tier 3) hanya dapat diperhitungkan setinggi-tingginya 100 persen dari modal inti. Sedangkan modal inti (tier 1) dan modal pelengkap (tier 2) diperhitungkan dengan faktor pengurang yang berupa seluruh penyertaan yang dilakukan oleh bank. Bagi unit usaha syariah (UUS) dari bank yang berkantor pusat didalam dan diluar negeri, modal adalah dana yang disisihkan oleh kantor pusat bank untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
f. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Bank Syariah
persen dari ATMR. Dengan membandingkan rasio modal dengan kewajiban penyediaan modal minimum, maka akan diketahui apakah bank telah memenuhi ketentuan CAR atau tidak (Muhammad, 2014:145).
Risiko atas modal berkaitan dengan dana yang diinvestasikan pada aktiva berisiko, baik yang berisiko rendah ataupun yang risikonya lebih tinggi dari yang lain. ATMR adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR sedangkan modal adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung risiko atas aktiva tersebut. Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan, bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas:
1) Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan kewajiban atau utang (wadiah atau qard dan sejenisnya), dan
2) Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss
Sharing Investment Account) yaitu mudharabah (baik General
Investment Account/mudharabah mutlaqah yang tercatat pada
neraca/on balance sheet maupun Restricted Investment
Account/mudharabah muqayyadah yang dicatat pada rekening
administratif/off balance sheet).
Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut di atas, maka pada prinsipnya bobot risiko bank syariah terdiri atas:
2) Aktiva yang dibiayai oleh pemegang rekening bagi hasil (baik
general ataupun restricted investment account) adalah 50
persen.
g. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Syariah
Yang dimaksud dengan rasio KPMM adalah perbandingan antara modal bank dengan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Penyediaan modal minimum dengan menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebagai berikut :
1) 8 persen (delapan perseratus) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk bank dengan profil risiko peringkat 1 (satu);
2) 9 persen (sembilan perseratus) sampai dengan kurang dari 10 persen (sepuluh perseratus) dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 2 (dua);
3) 10 persen (sepuluh perseratus) sampai dengan kurang dari 11 persen (sebelas perseratus) dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 3 (tiga);atau
h. Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Syariah
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank. Penyediaan dana adalah penanaman dana bank dalam bentuk :
1) Kredit;
2) Surat berharga; 3) Penempatan;
4) Surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali; 5) Tagihan akseptasi;
6) Derivatif kredit (credit derivative); 7) Transaksi rekening administratif; 8) Tagihan derivatif;
9) Potential future credit exposure;
10) Penyertaan modal;
11) Penyertaan modal sementara;
i Bank Umum Berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU)
BUKU untuk UUS didasarkan pada modal inti Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya. Berdasarkan Modal Inti yang dimiliki, bank dikelompokkan menjadi 4 (empat) BUKU, yaitu:
1) BUKU 1 adalah Bank dengan Modal Inti sampai dengan kurang dari Rp 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);
2) BUKU 2 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah); 3) BUKU 3 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar
Rp 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp 30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah); dan
4) BUKU 4 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp 30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah).
Kegiatan Usaha yang dilakukan bank umum syariah dan unit usaha syariah dikelompokkan:
1) Penghimpunan dana; 2) Penyaluran dana;
3) Pembiayaan perdagangan (trade finance); 4) Kegiatan treasury;
5) Kegiatan dalam valuta asing; 6) Kegiatan keagenan dan kerjasama;
8) Kegiatan penyertaan modal;
9)Kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan pembiayaan;
10) Jasa lainnya; dan
11) Kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.
Kegiatan usaha bank umum syariah dan unit usaha syariah yang dapat dilakukan pada masing-masing BUKU ditetapkan:
1) BUKU 1 hanya dapat melakukan:
a) Kegiatan usaha dalam rupiah yang meliputi:
(1) kegiatan penghimpunan dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar;
(2) kegiatan penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar;
(3) kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance);
(4) kegiatan dengan cakupan terbatas untuk keagenan dan kerjasama;
(5) kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking dengan cakupan terbatas;
(6) kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan pembiayaan; dan
b) Kegiatan sebagai pedagang valuta asing; dan
c) Kegiatan lainnya yang digolongkan sebagai produk atau aktivitas dasar dalam rupiah yang lazim dilakukan oleh bank yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.
2) BUKU 2 dapat melakukan:
a) Kegiatan usaha dalam rupiah dan valuta asing:
(1) kegiatan penghimpunan dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1;
(2) kegiatan penyaluran dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1 dengan cakupan yang lebih luas;
(3) kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance); (4) kegiatan treasury secara terbatas; dan
(5) jasa lainnya;
b) Kegiatan Usaha sebagaimana pada BUKU 1 dengan cakupan yang lebih luas untuk:
(1) keagenan dan kerjasama; dan
(2) kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking; c) Kegiatan penyertaan modal pada lembaga keuangan syariah
di Indonesia;
e) Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan;
3) BUKU 3 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing dan penyertaan modal pada lembaga keuangan syariah di Indonesia atau di luar negeri terbatas pada wilayah regional Asia;
4) BUKU 4 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing dan penyertaan modal pada lembaga keuangan syariah di Indonesia atau seluruh wilayah di luar negeri dengan jumlah lebih besar dari BUKU 3.
Bank pada masing-masing BUKU wajib menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada usaha produktif dengan ketentuan
1) Paling rendah 55 persen (lima puluh lima persen) dari total kredit atau pembiayaan, bagi BUKU 1;
2) Paling rendah 60 persen (enam puluh persen) dari total kredit atau pembiayaan, bagi BUKU 2;
3) Paling rendah 65 persen (enam puluh lima persen) dari total kredit atau pembiayaan, bagi BUKU 3; dan
5. Pendekatan RBBR (Risk-based Bank Rating)
Sesuai dengan SE (Surat Edaran) OJK No.10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, bank wajib melakukan penilaian sendiri tingkat kesehatan bank dengan pendekatan Risk-based Bank Rating (RBBR). Penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dilakukan secara individual maupun konsolidasi, sedangkan penilaian Tingkat Kesehatan Unit Usaha Syariah dilakukan secara individual, dengan tata cara sebagai berikut:
Penilaian tingkat kesehatan bank secara individual untuk Bank Umum Syariah mencakup penilaian terhadap faktor-faktor: Profil Risiko,
Good Corporate Governance, Rentabilitas, dan Permodalan, sedangkan
untuk Unit Usaha Syariah hanya mencakup faktor Profil Risiko. a. Penilaian Faktor Profil Risiko
Penilaian Faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 10 (sepuluh) jenis risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, Risiko Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi.
penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
1) Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Risiko Kredit pada umumnya melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang dilakukan oleh Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer) atau kinerja peminjam
dana (borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut risiko konsentrasi pembiayaan dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren.
(iii) strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor eksternal.
2) Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. Risiko pasar meliputi antara lain risiko banchmark suku bunga
(banchmark interest rate risk), risiko nilai tukar, risiko
ekuitas, dan risiko komoditas. Penerapan manajemen risiko untuk risiko ekuitas dan risiko komoditas wajib diterapkan oleh bank yang melakukan konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
Dalam menilai risiko inheren atas risiko pasar, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) volume dan komposisi portofolio; (ii) potensi kerugian
(potential loss) dari risiko banchmark suku bunga
dalam banking book; dan (iii) strategi dan kebijakan bisnis.
3) Risiko Operasional
kegagalan sistem atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.
Dalam menilai risiko inheren atas risiko operasional, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) karakteristik dan kompleksitas bisnis; (ii) sumber daya manusia; (iii) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung; (iv) fraud, baik internal maupun eksternal; dan (v) kejadian eksternal.
b. Penilaian Faktor Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance merupakan suatu konsep
tentang tata cara kelola perusahaan yang sehat. Penilaian pelaksanakan GCG bank mempertimbangkan faktor-faktor penilaian GCG secara komprehensif dan terstruktur, mencakup
governance structur, governance process, dan governance
outcome.
Berdasarkan SE OJK No. 10/SEOJK.03/2014, Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good Corporate
Governance yaitu transparansi, akuntabilitas,
prinsip Good Corporate Governance dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance tersebut berpedoman pada ketentuan Good
Corporate Governance yang berlaku bagi Bank Umum
Syariah dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
c. Penilaian Faktor Rentabilitas
Penilaian Faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, manajemen rentabilitas, dan pelaksanaan fungsi sosial. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilitas Bank Umum Syariah, dan perbandingan kinerja Bank Umum Syariah dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik atau kompleksitas usaha Bank Umum Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
d. Penilaian Faktor Permodalan
Syariah mengacu pada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank Umum Syariah. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan modal, Bank Umum Syariah juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko. Semakin tinggi risiko, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.
Dalam melakukan penilaian, Bank Umum Syariah perlu
mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas
permodalan dengan memperhatikan kinerja peer group serta
kecukupan manajemen Permodalan Bank Umum Syariah.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan parameter/indikator
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group,
Bank Umum Syariah perlu memperhatikan skala bisnis,
karakteristik atau kompleksitas usaha Bank Umum Syariah
serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
Parameter/indikator dalam menilai Permodalan meliputi:
1) Kecukupan modal
Penilaian kecukupan modal Bank Umum Syariah
perlu dilakukan secara komprehensif, minimal
mencakup:
b) Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
dengan memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko
Pasar, dan Risiko Operasional dengan mengacu
kepada ketentuan yang berlaku mengenai
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank
Umum Syariah; dan
c) Kecukupan modal dikaitkan dengan Profil Risiko.
2) Pengelolaan Permodalan
Analisis terhadap pengelolaan Permodalan Bank
Umum Syariah meliputi manajemen permodalan dan
kemampuan akses permodalan. Bank Umum Syariah
dalam menilai faktor permodalan menggunakan
parameter/indikator dengan berpedoman pada
Tabel 2.2
Matriks Parameter/Indikator penilaian Permodalan
No Parameter Indikator
1. Kecukupan Modal Bank
a. Rasio Kecukupan Modal
1)
����� ����
����� �
a. Manajemen permodalan bank
b. Kemampuan akses permodalan yang dilihat dari sumber internal dan eksternal Sumber: SE OJK No 10/SEOJK.03/2014
Faktor Permodalan ditetapkan berdasarkan analisis yang
komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator
permodalan dengan memperhatikan signifikansi masing
permasalahan lain yang mempengaruhi Permodalan Bank
Umum Syariah.
Penetapan peringkat faktor permodalan dikategorikan
dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2,
peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat
faktor permodalan yang lebih kecil mencerminkan kondisi
pemodalan yang lebih baik. Penetapan peringkat faktor
permodalan dilakukan dengan berpedoman pada
Tabel 2.3
Matriks Peringkat Faktor Permodalan
Peringkat Definisi
1 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang
sangat memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.
Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:
Bank memiliki tingkat permodalan yang sangat memadai, sangat mampu mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi,dan mendukung ekspansi usaha bank ke depan.
Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan sangat memadai.
Bank memiliki manajemen permodalan yang sangat baik atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang sangat baik sesuai dengan strategi dan tujuan bisnis serta kompleksitas usaha dan skala bank.
Bank memiliki akses sumber permodalan yang sangat baik atau memiliki dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.
2 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang
memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.
Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:
Bank memiliki tingkat permodalan yang memadai dan dapat mengantisipasi hampir seluruh risiko yang dihadapi.
Kualitas komponen permodalan pada umumnya baik, permanen, dapat menyerap kerugian.
Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan memadai.
Bank memiliki akses sumber permodalan yang baik atau terdapat dukungan permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk.
3 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang
cukup memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang cukup kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.
Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:
Bank memiliki tingkat permodalan yang cukup memadai, dan cukup mampu mengantisipasi risiko yang dihadapi.
Kualitas komponen permodalan pada umumnya cukup baik, cukup permanen, dan cukup dapat menyerap kerugian.
Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan cukup memadai.
Bank memiliki manajemen permodalan yang cukup baik atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang cukup baik.
Bank memiliki akses sumber permodalan yang cukup baik, namun dukungan dari grup usaha atau perusahaan induk dilakukan tidak secara eksplisit.
kurang memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang lemah dibandingkan dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.
Bank yang termasuk dalam peringkat ini memenuhi seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:
Bank memiliki tingkat permodalan yang kurang memadai dan tidak dapat mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi.
Kualitas komponen permodalan pada umumnya kurang baik, kurang permanen, dan kurang dapat menyerap kerugian.
Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang kurang dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi.
Bank memiliki manajemen permodalan yang kurang baik atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang kurang baik.
Bank kurang mampu melakukan akses pada sumber -sumber permodalan, dan tidak terdapat dukungan dari grup usaha atau perusahaan induk.
5 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang
tidak memadai relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat lemah dibandingkan dengan karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha bank.
seluruh atau sebagian besar dari contoh karakteristik berikut:
Bank memiliki tingkat permodalan yang tidak memadai, sehingga bank harus menambah modal untuk mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi saat kondisi normal dan krisis.
Kualitas instrumen permodalan pada umumnya tidak baik, tidak permanen, dan tidak dapat menyerap kerugian.
Bank telah melakukan stress test dengan hasil yang tidak dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi.
Bank memiliki manajemen permodalan yang tidak baik atau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang tidak baik.
Bank tidak mampu melakukan akses pada sumber -sumber permodalan, dan tidak terdapat dukungan dari grup usaha atau perusahaan induk.
Sumber : SE OJK No 10/SEOJK.03/2014
C. Hipotesis
Tingkat kesehatan bank dari segi capital merupakan sarana untuk melihat bagaimana kualitas permodalan bank syariah sehingga bank syariah bisa berekspansi lebih luas lagi. Kualitas permodalan bank syariah yang baik merupakan faktor penting. Karena semakin bagusnya modal bank syariah maka akan lebih bisa mengembangkan usaha kedepan dan mendukung operasional lainnya yang bersumber dari permodalan.
Setiap bank syariah khususnya Bank Syariah Milik BUMN memiliki potensi yang berbeda-beda. Seperti yang tertera pada Tabel 2.1 masing-masing dari Bank Syariah Milik BUMN memiliki total aset yang berbeda-beda. Semakin besar aset semakin banyak pula cadangan yang dapat digunakan dalam mengantisipasi kerugian sesuai profil risiko ataupun sebaliknya masing-masing bank juga akan menghasilkan besaran laba yang berbeda untuk mencukupi modal yang ada. Selain itu, dilihat dari lama berdirinya sebuah bank juga menandakan bahwa transaksi yang sudah dilakukan juga semakin luas, dan hal ini juga dapat mempengaruhi perbedaan dalam menghasilkan profitabilitas. Oleh karena itu peneliti menarik hipotesis sebagai berikut :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:14).
Dalam penelitian ini, penilaian kuantitatif yang dilakukan adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank (Taswan, 2010:537). Penelitian ini hanya fokus pada pendekatan Risk-Based Bank Rating (RBBR) faktor capital (Permodalan). Hal tersebut dilakukan agar hasil dari penelitian lebih akurat dan mendalam.
B. Populasi dan Sampel
jenuh, dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel, istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus (Sugiyono, 2012:124). Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi yang terdiri dari tiga Bank Syariah Milik BUMN, yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung oleh peneliti, dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil perhitungan yang dilakukan peneliti.
2. Data Sekunder
D. Analisis Data
Adapun proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Parameter Indikator
1. Kecukupan Modal
Permodalan b. Kemampuan akses permodalan yang dilihat dari sumber internal dan eksternal
Setelah peneliti menjabarkan hasil dari indikator, kemudian akan dicari rata-rata dari peringkat komposit parameter pengukuran faktor penilaian permodalan.
E. Alat Analisis Data
Alat analisa data yang digunakan adalah dengan metode statistik parametrik dan non parametrik.
1. Uji Normalitas (Kolmogorov – Smirnov Test)
Untuk menguji apakah data berdistrbusi normal atau tidak,
2. Uji One Way ANOVA
One Way ANOVA (analysis of variance) atau ANOVA satu
arah adalah ujistatistik parametrikuntuk menentukan apakah ada
perbedaan antara dua atau lebih kelompok sampel yang independen
dalam 1 kategori, dengan bentuk data berupa interval atau rasio.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Faktor Capital (Permodalan) 1. Kecukupan Modal Bank
a. Rasio Kecukupan Modal
Tabel 4.1
Hasil Penilaian Peringkat Rasio KPMM Tahun 2013
Nama Bank KPMM(Modal/ATMR)
Sumber : Laporan Keuangan BUS milik BUMN/ data diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2013,
rata-rata penilaian peringkat Bank Umum Syariah milik BUMN berdasarkan rasio KPMM memperoleh predikat kurang memadai. Dari
ketiga bank tersebut, rata-rata peringkat permodalannya yaitu 4. Bank Syariah Mandiri merupakan bank yang stabil permodalannya ditiap
triwulan dalam tahun yang sama. Bank BNI Syariah mengalami
sedangkan BRI Syariah permodalan tertingginya pada triwulan
pertama yaitu 1,1 persen.
Tabel 4.2
Hasil Penilaian Rasio Permodalan 2 Tahun 2013
Nama Bank
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rasio
permodalan antara Modal Inti (Tier 1) dibagi ATMR tiap bank berada
pada level yang berbeda. Modal inti disini terdiri dari modal disetor,
agio saham, modal sumbangan, cadangan dan laba. Rasio ini
menunjukkan bagaimana kemampuan bank menimalisir risiko yang
bersumber dari modal inti. Semakin besar rasio semakin baik karena
bank memiliki kemampuan untuk menimalisir risiko yang muncul.
Dari tabel diatas ketiga bank tesebut memiliki pergerakan rasio yang
naik turun tiap triwulannya. Diantara ketiga bank tersebut, secara
Tabel 4.3
Hasil Penilaian Rasio Permodalan 3 Tahun 2013
Nama Bank
Modal Inti/Total Modal
I II III IV
Bank Syariah Mandiri
82,03% 81,81% 81,92% 82,15%
Bank BNI Syariah
92,96% 93,46% 92,48% 92,44%
Bank BRI Syariah
91,23% 93,03% 92,88% 92,69% Sumber : Laporan Keuangan BUS milik BUMN/ data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun
2013 rasio permodalan antara Modal Inti dibagi Total Modal ketiga
bank memiliki level rasio yang berbeda. Rasio ini mengukur seberapa
besar perbandingan antara modal inti dengan total modal keselurahan.
Dari tabel diatas ketiga bank tesebut memiliki pergerakan rasio yang
naik turun. Diantara ketiga bank tersebut, secara keseluruhan rata-rata rasio paling tinggi dimiliki oleh Bank BNI Syariah sedangkan rasio
Tabel 4.4
Hasil Penilaian Peringkat Rasio KPMM Tahun 2014
Nama Bank KPMM(Modal/ATMR)
Sumber : Laporan Keuangan BUS milik BUMN/ data diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2014,
keseluruhan Bank Umum Syariah milik BUMN memperoleh peringkat
11-14 persen. Dimana jika dilihat dari nilai KPMM pada tahun 2014 yang memiliki tingkat KPMM paling rendah adalah BNI Syariah.
Rata-rata KPMM Bank BNI Syariah bisa dikatakan 4-5. Pada triwulan ketiga dan keempat KPMM Bank BNI Syariah mengalami penurunan
permodalan yaitu 0,7 persen Sedangkan BSM dan BRI Syariah
mendapatkan rata-rata peringkat permodalannya yaitu 4. Kedua bank ini cenderung stabil permodalannya ditiap triwulan pada tahun yang
sama. Namun secara keseluruhan ketiga bank tersebut masih kurang
Tabel 4.5
Hasil Penilaian Rasio Permodalan 2 Tahun 2014
Nama Bank
Modal Inti (Tier 1)/ATMR
I II III IV
Bank Syariah Mandiri
12,39% 12,46% 13,08% 12,50%
Bank BNI Syariah
14,41% 13,27% 18,09% 17,17%
Bank BRI Syariah
13,42% 13,23% 13,09% 12,10% Sumber : Laporan Keuangan BUS milik BUMN/ data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rasio
permodalan antara Modal Inti (Tier 1) dibagi ATMR setiap bank
berada pada level yang berbeda. Pada tahun 2014 Permodalan 2 Bank
Syariah Mandiri rasio tertinggi berada pada triwulan III dan turun pada
triwulan IV. Begitu juga Bank BNI Syariah rasio tertinggi berada pada
triwulan III walaupun sempat naik pada triwulan I. Sedangkan Bank
BRI Syariah memiliki rasio tertinggi pada triwulan I dan kemudian
Tabel 4.6
Hasil Penilaian Rasio Permodalan 3 Tahun 2014
Nama Bank
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 rasio
permodalan antara Modal Inti dibagi Total Modal setiap bank berada pada
level yang berbeda. Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikan rasio dari
triwulan I-IV. Sedangkan Bank BNI Syariah mengalami naik turunnya rasio tiap triwulan. Bank BRI Syariah mengalami penurunan rasio pada
tiap triwulannya.
Tabel 4.7
Hasil Penilaian Peringkat Rasio KPMM Tahun 2015