TUGAS AKHIR
ANALISIS PENERAPAN PSAK 23 (REVISI 2016) TENTANG PENGAKUAN PENDAPATAN PADA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
Oleh
Aniroh
20133030024
PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ANALISIS PENERAPAN PSAK 23 (REVISI 2016) TENTANG PENGAKUAN PENDAPATAN PADA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk penyelesaian studi di Program Studi Akuntansi Terapan
Oleh
Aniroh
20133030024
PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Aniroh
Nomor Mahasiswa : 20133030024
Menyatakan bahwa tugas akhir ini dengan judul : “Analisis penerapan PSAK 23 tentang pengakuan pendapatan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.” Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam tugas akhir ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia bahwa karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, September 2016
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” “Tidak ada kegagalan selama terus ada usaha”
“Niatkanlah setiap perbuatan karena ALLAH dan ikutilah Rasulullah”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan ibuku yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayangnya mendidik dan membimbingku
Kedua kakakku yang selalu memotivasiku
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...6
E. Pendapatan PSAK 23 Tentang Pendapatan 1. Definisi Pendapatan Jasa ...25
2. Pengungkapan Pendapatan Jasa ...26
3. Pengakuan Pendapatan Jasa ...26
BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI A. Sejarah Rumah Sakit ...30
B. Visi dan Misi Rumah Sakit ...37
C. Stuktur Organisasi Rumah Sakit ...38
E. Legalitas Hukum Rumah Sakit ...41
F. Kegiatan Usaha Rumah Sakit ...42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan...46
1. Metode Pengakuan Pendapatan Rawat Inap Rumah Sakit ...46
2. Pencatatan Piutang Tak Tertagih Rawat Inap Rumah Sakit ...50
3. Analisis dan Evaluasi Kriteria dan Pengakuan Pendapatan ...52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...55
B. Saran ...56
DAFTAR PUSTAKA ...57
DAFTAR LAMPIRAN
viii INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan PSAK 23 tentang pengakuan pendapatan rawat inap serta pencatatan piutangnya. Informasi yang didapat dari penelitian ini sangat penting bagi institusi sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penerapan peningkatan prestasi kerja. Penulis membatasi pembahasan dalam pengakuan pendapatan rawat inap.
Pencatatan pengakuan pendapatan rawat inap dinilai berdasarkan data pasien tahun 2015. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan adalah data kualitatif.
Hasil penelitian tentang pencatatan pengakuan pendapatan terdapat kesalahan yaitu seharusnya piutang yang tidak tertagih dicatat sebagai beban operasional bukan sebagai pendapatan.
ix ABSTRACT
This study aims to identify the application of IAS 23 on revenue recognition as well as recording receivables hospitalization. Information obtained from this research is very important for the institution as a material consideration to the application of the increase in performance. Authors limit the discussion on revenue recognition hospitalization.
Recording of revenue recognition inpatient assessed on the basis of patient data by 2015. Methods of data collection using observation and interview methods. The analytical method used is descriptive method. The data used are primary data and secondary data. Source data used is qualitative data.
Results of research on the recording of revenue recognition there is an error that is supposed to be doubtful recorded as an operating expense rather than as revenue .
✁
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan utama seseorang untuk
melakukan aktivitas. Kesehatan sendiri tidak bisa lepas dari rumah sakit.
Rumah sakit merupakan salah satu badan pelayanan kesehatan yang
memiliki peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Indonesia
memiliki banyak rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun non
pemerintah yang digunakan untuk menunjang kesehatan masyarakat.
Rumah sakit yang memiliki pelayanan serta fasilitas yang baik, maka
kebutuhan kesehatan masyarakat akan mudah terpenuhi.
Kebutuhan masyarakat mengenai kesehatan semakin hari semakin
meningkat. Oleh karena itu, rumah sakit harus berusaha keras untuk
melayani masyarakat agar kesehatan yang diharapkan dapat dirasakan
secara maksimal. Pelayanan kesehatan yang maksimal akan
menyejahterakan masyarakat. Untuk menjamin pelayanan kesehatan yang
terstruktur dengan baik, maka sebuah rumah sakit harus memiliki ilmu
penunjang bukan hanya ilmu dalam kedokteran namun juga bagian ilmu
lainnya seperti akuntansi.
Rumah sakit harus dikelola secara profesional oleh pemimpin serta
tenaga kerja rumah sakit. Ilmu akuntansi akan mempermudah untuk
melaksanakan tugas kesehariannya. Peran ilmu akuntansi adalah
✄
membutuhkan informasi tersebut, baik informasi operasional tingkat bawah
maupun informasi mengenai kebijakan-kebijakan dari atasan. Informasi
yang dibutuhkan mengenai hal tersebut adalah laporan-laporan dari bagian
akuntansi.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah salah satu
organisasi pelayanan kesehatan bagi masyarakat Yogyakarta khususnya
masyarakat daerah Bantul. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
merupakan organisasi pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang jasa
meliputi pemberian pelayanan medis maupun spesialis, konsultasi
kesehatan, pelayanan rawat jalan dan rawat inap, membantu penelitian dan
pengembangan kesehatan serta pelayanan kesehatan lainnya. Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Bantul akan mendapatkan pendapatan dari pelayanan
tersebut.
Standar akuntansi yang digunakan Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul bukanlah standar akuntansi khusus rumah sakit.
Standar akuntansi khusus rumah sakit sampai saat ini belum ada, sehingga
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan standar akuntansi
secara umum yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 45 tentang
Organisasi Nirlaba.
PSAK No 45 yang menjelaskan tentang laporan keuangan rumah
sakit PKU Muhammadiyah Bantul meliputi laporan posisi keuangan pada
☎
serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas
laporan keuangan.
Karakteristik organisasi nirlaba dalam PSAK ini yaitu organisasi
memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para
penyumbang lain yang tidak mengaharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut. Sebuah rumah sakit dalam praktiknya membutuhkan laba yang
digunakan untuk keperluan lainnya seperti membayar pajak. Oleh karena
itu, organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga sulit
dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Oganisasi nirlaba mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan
kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada
public, meskipun tidak ada kepemilikan. Akibatnya, pengukuran jumlah,
saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting
bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur
dan pemasok dana lainnya. Organisasi seperti ini memiliki karakteristik
yang tidak jauh dengan organisasi bisnis umumnya.
PSAK No 45 menyatakan bahwa penghasilan barang dan/atau jasa
pada organisasi nirlaba tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada
para pendiri atau pemilik entitas tersebut. Meskipun laba tersebut tidak
dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas, ini membuktikan bahwa
✆
Pendapatan rumah sakit terdiri dari dua sumber yang terdiri dari:
1. Pendapatan operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari
kegiatan utama rumah sakit yang meliputi:
a. Pendapatan rawat inap
b. Pendapatan rawat jalan
c. Pendapatan tindakan besar
d. Pendapatan tindakan kecil
e. Pendapatan visited dan konsul
f. Pendapatan ambulan
g. Pendapatan MR
h. Laboratorium klinik
i. Farmasi rawat jalan
j. Farmasi rawat inap
k. Gizi
l. USG
m. EKG
n. Pendapatan radiologi
o. Pendapatan Loundry dan linen
p. Pendapatan paket pasien
q. Pendapatan fisioterapi
r. Pendapatan bina rohani
✝
2. Pendapatan non operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari
luar kegiatan utama perusahaan.
Pendapatan adalah salah satu pos yang penting dalam laporan
aktivitas. Pendapatan akan menentukan bagaimana kondisi operasional
rumah sakit selama satu periode serta menentukan keputusan apa yang akan
diambil dari besarnya pendapatan yang diperoleh. Oleh karena itu, rumah
sakit membutuhkan kebijakan akuntansi untuk mengakui pendapatan yang
sesuai dengan standar akuntansi sehingga menghasilkan penyajian
pendapatan yang benar.
PSAK No 45 tidak menjelaskan secara detail bagaimana seharusnya
suatu entitas mengakui pendapatan, sehingga kemungkinan suatu entitas
tersebut tidak mengakui pendapatan sesuai dengan standar akuntansi yang
khusus membahas tentang pengakuan pendapatan yaitu PSAK No 23.
Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah
kapan seharusnya rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul mengakui
pendapatan serta bagaimana seharusnya rumah sakit melakukan pencatatan
atas pendapatan yang tidak terealisasi atas piutang yang berasal dari pasien
yang tidak mampu. PSAK yang mengatur tentang pendapatan adalah
standar akuntansi khusus pendapatan yaitu PSAK No 23. Berdasarkan
uraian di atas penulis bermaksud mempelajari dan menganalisis penerapan
PSAK 23 pada rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Oleh karena itu
✞
Penerapan PSAK 23 tentang Pengakuan Pendapatan pada Rumah
Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
bagaimana proses pengakuan serta pencatatan pendapatan rawat inap rumah
sakit PKU Muhammadiyah Bantul periode 2015 ditinjau dari PSAK No 23
tentang pendapatan.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditentukan oleh peneliti adalah data
pendapatan jasa rawat inap periode 2015 serta bagaimana penerapan PSAK
No 23 terkait pendapatan rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah
Bantul.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam melakukan penelitian ini, antara lain:
1. Mengetahui bagaimana penerapan metode pengakuan pendapatan
pada rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul, khususnya unit rawat
inap.
2. Mengetahui kesesuaian antara metode pengakuan pendapatan yang
diterapkan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada unit rawat
✟
3. Mengetahui kendala penerapan PSAK No 23 pada pengakuan
pendapatan unit rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah
Bantul.
E. Manfaat Penelitian
Harapan penulis laporan ini dapat memberikan manfaat, diantaranya:
1. Bagi penulis untuk mengetahui penerapan metode pengakuan
pendapatan menurut PSAK No 23 sehingga menjadi tambahan
wawasan dan pemahaman.
2. Bagi rumah sakit untuk mendapatkan masukan untuk dapat
dijadikan pertimbangan dalam penerapan PSAK No 23 tentang
pendapatan, sehingga akan dapat disajikan pendapatan yang akurat
di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.
3. Bagi pihak lain diharapkan dapat menambah pengetahuan wawasan
dan menjadi sumber referensi.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul merupakan salah satu organisasi milik Muhammadiyah
yang beralamat di jalan Jenderal Sudirman No 24 Bantul,
✠
2. Sumber Data
Sumber data penelitian yang digunakan penulis adalah:
a. Data primer
Data yang diperoleh melalui observasi langsung terkait dengan
data pengakuan pendapatan di bagian akuntansi untuk
mendapatkan data-data yang relevan.
b. Data sekunder
Data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen rumah sakit
dan literatur yang terkait dengan masalah yang dibahas.
3. Metode Pengumpulan Data
Metodologi pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan
penelitian adalah menggunakan jenis data kualitatif dan data
kuantitatif, metode yang digunakan untuk memperoleh data yang
lengkap dan obyektif adalah sebagai berikut:
a. Metode interview/wawancara
Metode ini adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab secara langsung dengan kepala bagian keuangan.
Wawancara yang penulis lakukan dengan kepala bagian
keuangan berhubungan dengan data yang ingin diperoleh.
b. Metode observasi
Metode ini adalah metode pengumpulan data dengan cara
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan di
✡
dengan masalah yang dibahas agar lebih meyakinkan dan lebih
akurat.
c. Penelitian Pustaka
Penelitian sebagai usaha untuk memperoleh keterangan dan
data dengan membaca dan mempelajari bahan-bahan teori dari
buku-buku literatur, catatan-catatan kuliah serta sumber lainnya
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, agar diperoleh
suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses
pembahasan mengenai masalah-masalah yang diidentifikasi.
4. Alat Analisis yang Digunakan
Penelitian ini membahas tentang pengakuan pendapatan
rawat inap serta pencatatan piutang tak tertagih di PKU
Muhammadiyah Bantul tahun 2015, maka untuk memudahkan
dalam mencari hasil akhir penelitian serta sebagai sarana
mempermudah temuan bagi orang lain, alat analisis yang
digunakan adalah pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK No 23
tentang Pendapatan sebagai panduan analisis pengakuan
pendapatan.
5. Analisis Data
Analisis data yang penulis lakukan adalah menggunakan
metode deskriptif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan
yang sebenarnya sesuai dengan fakta-fakta yang penulis peroleh
☛
a. Mengumpulkan SOP pendapatan dan piutang dari awal
transaksi sampai menjadi laporan keuangan.
b. Melakukan wawancara untuk mendapatkan penjelasan yang
lebih rinci tentang metode pengakuan serta pencatatan piutang
tak tertagih.
c. Melakukan analisis data terhadap data SOP pendapatan dan
piutang serta hasil dari wawancara kemudian disesuaikan
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 23 tentang
Pendapatan.
d. Membandingkan data serta hasil wawancara yang sudah
diperoleh dan dianalisis untuk memberikan solusi terkait
pengakuan pendapatan rawat inap.
e. Memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan penelitian
✂ ✂
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendapatan
1. Definisi Pendapatan
Teori akuntansi menyatakan bahwa pendapatan mempresentasikan
capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil
mempunyai implikasi bahwa pendapatan dihasilkan oleh biaya. Biaya
pendapatan dapat tercipta dan bukan sebaliknya pendapatan menanggung
biaya.
Definisi pendapatan menurut FASB adalah:
Arus masuk atau peningkatan nilai asset entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau prduksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung.
Menurut Paton dan Littleton (1970):
Pendapatan adalah produk perusahaan, yang diukur dari jumlah asset baru yang diterima dari pelanggan, dinyatakan dalam istilah asset pendapatan diawali, diakhiri, oleh arus dana dari pelanggan atau investor dalam penghasilan produk bisnis, komoditas atau pelayanan lainnya.
PSAK 23 menyatakan bahwa pendapatan adalah:
Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama satu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pemilik.
Pendapatan adalah arus kas bruto yang hanya berasal dari aktivitas
☞ ✌
entitas, di luar itu bukan merupakan suatu pendapatan. PSAK 23
menyebutkan bahwa jumlah yang ditagih dari pihak ketiga atau jumlah
yang ditagih oleh principal seperti pajak bukan suatu pendapatan karena
tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Unsur-unsur pendapatan dalam PSAK 23 terdiri dari:
1. Penjualan barang
2. Penjualan jasa
3. Penggunaan asset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalty dan dividen.
Pendapatan dapat digolongkan dalam beberapa bagian:
1. Pendapatan operasional perusahaan
Pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan
tersebut diharapkan akan terus dihasilkan selama kegiatan utama
perusahaan tersebut terus berjalan.
2. Pendapatan non operasional perusahaan
Pendapatan yang berasal dari luar luar kegiatan utama perusahaan.
3. Pendapatan luar biasa
Pendapatan yang dihasilkan dari sesuatu yang tidak wajar dan tidak
diketahui kapan akan mendapatkan kejadian tersebut. Contohnya
✍ ✎
4. Pendapatan dari hasil pajak
Pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan
dikurangi beban pajak yang tarifnya ditentukan berdasarkan
undang-undang yang berlaku.
Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah pendapatan perusahaan berasal
dari dua sumber yaitu sumber dari kegiatan utama perusahaan dan
sumber dari luar kegiatan perusahaan.
Pendapatan dari kegiatan utama perusahaan dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pendapatan penjualan barang
Pendapatan yang berasal dari barang yang diproduksi perusahaan
untuk dijual dan barang yang dibeli perusahaan lalu dijual kembali
selama periode tertentu yang nilainya dibebankan kapan pembeli
atau pelanggan.
2. Pendapatan penjualan jasa
Pendapatan yang berasal dari jasa yang diberikan perusahaan kepada
pelanggan.
Pendapatan dari luar kegiatan utama perusahaan melalui penggunaan
asset perusahaan oleh pihak lain meliputi:
1. Bunga
Pembebanan untuk penggunaan kas, setara kas, atau jumlah terutang
✏ ✑
2. Royalty
Pembebanan untuk penggunaan asset jangka panjang perusahaan
misalnya, paten, merk dagang, hak cipta dan lainnya.
3. Dividen
Distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan
proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
B. Pengukuran Pendapatan
Pengukuran Pendapatan dalam PSAK No 23:
PSAK No 23 menyatakan bahwa pendapatan harus diukur dengan
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.Jumlah
pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai asset
tersebut.Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dan rabat
volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber pendapatan
meliputi:
1. Pendapatan dari penjualan barang
Pendapatan yang bersumber dari penjualan barang yang produknya
berasal dari perusahaan itu sendiri atau barang yang dibeli dari
perusahaan lain lalu dijual kembali. Pendapatan ini membutuhkan proses
dengan siklus yang panjang. Diawali dengan perencanaan dan
✒ ✓
atau jenis barang yang akan dijual. Setelah itu membuat rencana proses
pembuatannya. Langkah selanjutnya setelah produk itu sudah jadi
adalah menentukan cara menjualnya dan cara mempromosikannya.
Penjualan bisa dilakukan dengan cara tunai atau cara kredit. Hasil
produk yang dijual dapat juga diberi jaminan jika terjadi kerusakan atau
kekeliruan dalam mengirim produk. Penjualan kredit juga menyertakan
solusi jika ada pelanggan yang terlambat membayar.
2. Pendapatan dari penjualan jasa
Penjualan jasa biasanya berupa pelayanan yang diberikan kepada
konsumen sehingga konsumen akan merasa puas dengan pelayanan
yang diberikan. Sumber pendapatan yang diperoleh dari pelayanan ini
adalah imbalan dari konsumen atas sarana atau fasilitas dari pelayanan
tersebut.
3. Pendapatan dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi lainnya oleh
pihak luar perusahaan.
Perusahaan memberikan pelayanan dengan menyewakan aktiva atau
jenis sumber ekonomi yang memang jarang digunakan oleh perusahaan
atau bahkan tidak digunakan oleh pihak lain yang membutuhkan.
Pelayanan ini bisa dimanfaatkan untuk menambah pendapatan
perusahaan.
4. Pendapatan dari penggunaan aktiva
Pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan menjual aktiva selain
✔ ✕
utama perusahaan. Aktiva yang dijual biasanya adalah aktiva yang sudah
tidak baru lagi namun masih bisa digunakan sebagai pendukung
kegiatan operasi.
C. Pengungkapan Pendapatan
Berdasarkan PSAK No 23 perusahaan harus mengungkapkan:
1. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk
metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi
penjualan jasa.
2. Jumlah setiap kategori signifikan pendapatan yang diakui selama periode
tersebut termasuk pendapatan dari:
dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan.
4. Pendapatan yang ditunda pengakuannya.
D. Pengakuan Pendapatan
Menurut SFAC No. 5 pengakuan pendapatan adalah:
✖ ✗
Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan
konseptual. Konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi
kualitas keterukuran dan keterandalan. Kriteria keterukuran berkaitan
dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan criteria
keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif
serta dapat diuji kebenarannya. Kedua kriteria tersebut harus terpenuhi
untuk mengakui pendapatan.
Menurut Dycman, Dukes dan Davis (1999: 269) untuk perusahaan
yang lebih banyak memberikan jasa daripada produk, pengakuan
pendapatan mengikuti prosedur yang samadengan untuk transaksi barang
berwujud. Empat metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa
adalah sebagai berikut:
1. Kinerja khusus
Metode kinerja khusus adalah metode untuk pemberian jasa dengan
melakukan aksi tunggal. Misalnya, seorang tukang tambal ban
memperoleh pendapatan dari menambal ban pelanggan.
2. Kinerja proporsional
Metode kinerja proporsional adalah pendapatan jasa yang diperoleh lebih
dari aksi tunggal dan jika jasa melebihi satu periode akuntansi.
Pendapatan dalam metode ini diakui berdasarkan kinerja proporsional
setiap tindakan. Metode ini dari akuntansi untuk pendapatan jasa disebut
✘ ✙
3. Kinerja selesai
Metode kinerja selesai adalah mengakui pendapatan yang diperoleh
dengan melakukan berbagai tindakan yang tindakan terakhir merupakan
hal penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa karena
menganggap pendapatan jasa hanya akan diperoleh setelah melakukan
transaksi yang terakhir. Metode ini disebut juga metode kontrak selesai.
4. Penagihan
Metode penagihan adalah dimana ada ketidakpastian dalam
penagihan piutang atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan
tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi.
Berdasarkan metode ini pendapatan diakui saat memperoleh kas.
Berdasarkan Finanacial Accounting Standard Aboard (FASB) ada
dua kriteria pengakuan pendapatan:
1. Realizable
Pendapatan dapat dikatakan telah terealisasi bila produk atau jasa
terjual atau ditukarkan dengan kas.
2. Earned
Pendapatan yang baru diakui setelah pendapatan tersebut telah
terhimpun dimana kegiatan ini menghasilkan pendapatan yang telah
berjalan dan secara substansial telah selesai sehingga ada unit yang
✚ ✛
Namun terbentuknya pendapatan tidak harus memenuhi dua kriteria di
atas. Kam (1990: 243-252) mengemukakan bahwa pendapatan dapat diakui
setelah memenuhi persyaratan berikut:
1. Keterukuran nilai asset
2. Adanya suatu transaksi
3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai
berikut:
1. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau
tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut selesai
dilakukan.
2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan
atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode
pelaksanaan pekerjaan secara proporsional.
3. Kalau terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan
ketertagihan atau kolektibilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui
setelah kas berkumpul.
Berdasarkan PSAK 23 pengakuan pendapatan jasa meliputi:
1. Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi
dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut
harusdiakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada
✜ ✢
2. Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari
suatu transaksi dimana pendapatan diakui saat jasa diberikan.
3. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
4. Bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan
selama suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas dasar garis lurus
selama periode tertentu kecuali jika ada bukti bahwa ada metode lain
yang lebih baik yang baik yang mencerminkan tingkat penyelesaian.
5. Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi
dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan
beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.
6. Jika hasil suatu transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan
kemungkinan kecil biaya yang terjadi yang akan diperoleh kembali,
pendapatan tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban.
Pendapatan dihasilkan dari keseluruhan kegiatan dalam perusahaan
selama satu periode. Keseluruhan kegiatan dalam perusahaan yang
mengakibatkan pendapatan secara keseluruhan dinamakan “earning
process”. Kegiatan earning process ini akan mengakibatkan adanya
pendapatan/keuntungan dan beban/kerugian. Selisih antara
pendapatan/keuntungan dengan beban/kerugian akan menghasilkan laba
atau rugi dalam laporan laba rugi perusahaan.
Ada beberapa karakter pendapatan yang di dalam perusahaan
✣ ✤
perusahaan. Karakter ini berdasarkan sumber pendapatan, produk dan
kegiatan utama perusahaan, jumlah uang yang dihasilkan, serta proses
penandingan antara pendapatan dan beban.
Penjelasan di atas menjelaskan bahwa pengertian earning process
adalah proses yang terjadi selama memperoleh pendapatan. Pengakuan
pendapatan pada perusahaan lain masih ada yang hanya saat penjualan saja,
dimana pada saat perusahaan memberikan barang atau memberikan jasa.
Penentuan pengakuan pendapatan dari hasil penjelasan barang atau
penyerahan jasa harus benar-benar teliti. Terjadinya persetujuan penjualan
dengan penyerahan barang kadang-kadang kejadiannya waktunya tidak
sama. Peristiwa ini akan berpengaruh pada laporan laba rugi dimana bisa
saja pendapatan dinilai terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah. Pemisah
batas (cut off) pendapatan secara tepat dan konsisten dapat digunakan
untuk menghindari kejadian seperti di atas.
Ada dua kondisi ketika akan melakukan pencatatan pendapatan dalam
proses akuntansi:
1. Proses pendapatannya harus lengkap
2. Harganya telah ditentukan
Dalam teori akuntansi ada dua metode dalam pengakuan pendapatan:
1. Accrual Basis
Dasar pengakuan ini adalah perusahaan mengakui pendapatan saat
terjadinya transaksi. Metode ini mengakui pendapatan meskipun belum
✥✥
a. Selama kegiatan produksi
Contohnya dalam hal sewa, bunga dan komisi yang dianggap
sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang telah terjadi.
b. Untuk kontrak jangka panjang
Pendapatan diakui berdasarkan kemajuan pekerjaan atau presentase
penyelesaian.
c. Pendapatan dari Cost Plus Fixed Free Contract
Kontrak yang telah dibuat berdasarkan fee yang sudah ditambah
dengan biaya-biaya tertentu.
d. Perubahan asset
Perubahan asset yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan.
2. Cash Basis
Pencatatan pendapatan saat menerima kas dan mencatat beban ketika
kas dibayarkan. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode ini adalah
sebagai berikut:
a. Pada saat dilakukan penjualan
Berikut penggunaan pengakuan pendapatan saat dilakukan
penjualan:
1) Harga pokok telah diketahui
2) Telah terjadi transaksi pertukaran barang atau jasa
3) Dari segi realisasi, penjualan dianggap kejadian penting bagi
✦ ✧
b. Pada saat pembayaran diterima
Pendapatan ini diakui saat perusahaan telah menerima kas. Metode
ini diterapkan jika tidak ada ketidakpastian piutang dari penjualan
barang atau jasa tersebut, sehingga pendapatan diakui sampai pada
saat penerimaan kas. Oleh karena itu saat penerimaan kas dianggap
kejadian penting bagi perusahaan.
c. Pada saat bagian tahap produksi dilaksanakan
Metode ini disebut juga metode presentase penyelesaian yaitu
mengerjakan proyek-proyek yang membutuhkan waktu beberapa
periode akuntansi. Cara ini memungkinkan bila beban dalam tahap
akhir kemajuan dapat ditaksir secara wajar. Jika taksiran tidak
dapat dipertanggungjawabkan, maka metode kontrak selesai lebih
baik untuk digunakan.
d. Pada saat selesainya produksi
Metode ini dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut:
1) Situasi pasar yang stabil
2) Harga komoditi juga stabil, yaitu harga jual produk yang telah
ditentukan.
3) Kegiatan produksi dianggap hal penting di perusahaan.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
agar sebuah laporan keuangan jelas. Ketentuan nilai wajar imbalan dalam
★ ✩
Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan
jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau
yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas
ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari
jumlah nominaldari kas yang diterima. Suatu perusahaan dapat
memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel
tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar sebagai imbalan
ari penjualan barang. Bila perjanjian tersebut secara efektif merupakan
suatu transaksi financial, nilai wajar imbalan ditentukan dengan
pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan
tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat tersebut adalah
yang paling mudah ditentukan dari:
1. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu
penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama.
2. Suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrumen
tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa pendapatan adalah hasil dari
penjualan barang atau jasa. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil dari
produk yang dijual atau jasa yang diberikan adalah imbalan yang
✪ ✫
E. Pendapatan PSAK 23 Tentang Pendapatan Jasa
1. Definisi Pendapatan jasa berdasarkan PSAK No 23
Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara
kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu
yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu
periode atau selama lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa
yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa
mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak dibahas dalam Pernyataan ini.
Pendapatan dalam definisi ini adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode
bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri.
Jumlah yang dapat ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak
pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke
perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus
dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus
masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama
prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu
✬ ✭
2. Pengungkapan Pendapatan Berdasarkan PSAK No 23
Barang atau jasa yang dipertukarkan (barter) untuk barang atau
jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak
dianggap sebagai suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Contoh yang sering terjadi adalah dengan komoditi seperti minyak atau
susu dimana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi
untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam
suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk
dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran
tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang
diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang
ditransfer.
3. Pengakuan Pendapatan berdasarkan PSAK No 23
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan
acuan pada tingakat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi
berikut ini dipenuhi:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
✮ ✯
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat
diukur dengan andal.
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk
menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian
dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase
penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode
akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini
memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa
dan kinerja suatu perusahaan dalam suatu periode.
Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu
jumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak
tertagih, atau jumlah yang pemulihannya (recovery) tidak lagi besar
kemungkinannya, diakui sebagai suatu beban dari pada penyesuaian
jumlah pendapatan yang diakui semula.
Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah
perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut
dengan pihak lain dalam transaksi tersebut:
1. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan
dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan
✰ ✱
2. Imbalan yang harus dipertukarkan.
3. Cara dan persyaratan penyelesaian
Biasanya perusahaan perlu mempunyai system anggaran dan pelaporan
keuangan intern yang efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila
perlu merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan
revisi tersebut tidak perlu mengindikasikan bahwa hasil transaksi
tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal.
Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai
metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur
dengan andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat transaksi,
metode tersebut dapat meliputi:
1. Survey pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai presentase dari
total jasa yang harus dilakukan.
3. Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi
total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan
jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam
biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang
mencerminkan jasa yang dilakukan, atau yang harus dilakukan
dimasukkan kedalam estimasi total biaya transaksi tersebut.
Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan
✲ ✳
Jasa yang dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat
ditentukan selama suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas dasar
garis lurus selama periode tertentu kecuali jika ada bukti bahwa ada
metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat
penyelesaian. Kegiatan tertentu yang jauh lebih signifikan daripada
kegiatan yang lain, pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan
yang signifikan tersebut dilakukan.
Hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi
dengan andal, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban
yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.
Selama tahap awal suatu transaksi, seringkali terjadi bahwa hasil
transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun
demikian, besar kemungkinan terjadi bahwa perusahaan akan
memperoleh kembali biaya transaksi yang terjadi. Oleh karena itu,
pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah
terjadi yang diharapkan dapat diperoleh kembali. Hasil transaksi yang
tidak dapat diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui.
Hasil dari suatu transaksi yang tidak dapat diestimasi dengan andal, dan
kecil kemungkinan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali,
✴ ✵
BAB III
GAMBARAN UMUM INSTANSI
A. Sejarah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
1. Berdirinya rumah sakit
Berawal dari kerisauan beberapa pimpinan Aisyiyah Bantul seperti Ny. Zahrowi Soejoeti, Ny. Harjo Joyodarmo, setelah mendengar ungkapan Ny. Mathori Al Huda yang harus menjalani persalinan di rumah sakit swasta di Bantul yang secara religius berada di bawah naungan kaum nasrani. Kerisauan ini berlanjut dan sampai pada dr. Hardjo Djojodarmo, seorang dokter spesialis kandungan yang bekerja di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Daerah Bantul hanya memiliki satu rumah sakit pemerintah dan satu rumah sakit swasta yang dikelola umat nasrani, Rumah Sakit Santa Elishabet Ganjuran, rumah sakit yang bergerak dengan dorongan altruisme (mengutamakan kepentingan orang lain dan penyebaran agama Nasrani). Sementara mayoritas penduduk Kabupaten Bantul beragama Islam. Dr. Hardjo Djojodarmo dan beberapa pimpinan Aisyiyah Bantul bermaksud merintis berdirinya Rumah Bersalin yang bernuansa Islam.
Keinginan ini kemudian dikonsultasikan dengan Pimpinan
✶ ✷
Irsyad. Akhirnya, mereka bersepakat untuk mendirikan Rumah Bersalin (RB) maka kemudian dibentuklah Badan Pelaksana Klinik dan Rumah Bersalin Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) Muhammadiyah Bantul (Wawancara dengan M. Irsyad, 10/8/2003 di Bantul Karang, pukul 10.15).
Nama badan/lembaga yang disepakati menunjukkan bahwa nama awal PKU Muhammadiyah adalah Klinik dan RB, sedang nama Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) secara resmi tidak pernah dipakai. Masyarakat umum lebih mengenal nama BKIA karena pada perjalanan awalnya meski dalam ijin kepada pemerintah adalah RB tetapi nama BKIA dipakai oleh klinik baik dalam stempel/cap maupun papan nama di depan klinik. Penggunaan nama BKIA pada praktik di lapangan menurut Ny. Hasyimah A Isman, karena memang pada masa pemerintahan Soekarno membuat kebijakan program peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak dalam rangka menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi melalui BKIA. Walaupun demikian, permohonan ijin yang diajukan kepada pemerintah adalah Klinik dan RB PKU Muhammadiyah.
✸ ✹
pengajuan ijin pada pemerintah bernama Klinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul.
Poliklinik dan Rumah Bersalin membutuhkan waktu 10 tahun untuk mendapatkan ijin tetap penyelenggaraan. Pada tanggal 13 September 1976, berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi DIY Nomor: 14/192/T/RB/76, Poliklinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul baru mendapat ijin tetap penyelenggaraan. Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul berdiri tahun 1966 dan belum memiliki kepastian hukum, namun pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan tanpa merasa khawatir diklaim sebagai lembaga liar. Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul ingin menunjukkan betapa tingginya semangat amar ma’ruf nahi munkar para pengurus dan pengelola. Mereka memegang teguh konsistensi yang sejak awal selalu dijaga dan dirawat.
Pimpinan Daearah Muhammadiyah Bantul memperhatikan
✺✺
SK Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul Nomor:
A-2/81/PMD/VI/1984 tertanggal 17 Romadhon 1414/ 17 juni 1984. PDA sebagai pengelola berkewajiban menyampaikan laporan secara periodik kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul.
Berdasarkan SK tersebut, PDA mengelola Klinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul secara penuh. PDA melalui SK nomor: 01/A-1/PAD/1984 tertanggal 28 Syawwal 1404 H/27 juli 1984 M merubah nama Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah menjadi Poliklinik dan RB Aisyiyah Bantul dan mengesahkan pengurus baru Poliklinik dan RB Aisyiyah. Perubahan nama ini diikuti perubahan stempel/cap lembaga melalui surat PDA nomor: 71/A-1/1984 tertanggal 23 Agustus 1984, yang ditujukan kepada Ka Kanwil Depkes Propinsi DIY, bahwa mulai 1 September 1984 stempel Klinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul dinyatakan tidak berlaku, diganti Klinik dan RB Aisyiyah Bantul.
2. Masa awal pengembangan menuju rumah sakit
✻ ✼
memperoleh ijin sementara menyelenggarakan RSKIA melalui SK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DIY nomor: 503/1099/PK/V/95. Ijin ini berlaku untuk jangka waktu 1 tahun sejak tanggal penetapan, 12 Mei 1995. Peresmian menjadi rumah sakit khusus pada tangal 2 Agustus 1995 oleh Sri Sultan HB X, dan pengajian oleh Prof.DR.HM.Amien Rais (Ketua PP Muhammadiyah). Pada tanggal 15 April 1998, RSKIA mendapat ijin tetap berdasar SK Menteri Kesehatan RI nomor: YM.02.04.3.5.5718.
3. Pengembangan menjadi Rumah Sakit Umum (RSU)
RSKIA sebagai sebuah Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat (IPSM) di bawah kepemilikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, RSKIA PKU Muhammadiyah Bantul didalam perkembangannya seiring dengan dinamika pelayanan yang dapat diberikan kepada masyarakat, dirasakan bahwa ternyata kemampuan rumah sakit perlu ditingkatkan statusnya, yaitu dari rumah sakit khusus menjadi rumah sakit umum agar dapat mencukupi pelayanan serta dapat mengikuti perubahan kondisi lingkungan internal secara lebih inovatif.
✽ ✾
performansi fisik rumah sakit terhadap standar rumah sakit umum kelas pratama.
Studi kelayakan yang dilakukan oleh Konsorsium memberikan rekomendasi dapat ditingkatkan status RSK menjadi RSU karena telah memenuhi syarat minimal pendirian RSU. Rekomendasi itulah yang membuat PDM Bantul mengajukan permohonan kepada Bupati Bantul untuk dapat mengembangkan RSKIA menjadi RSU. Setelah dilakukan pemeriksaan dinyatakan memenuhi persyaratan menjadi RSU. RSKIA melalui SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Nomor: 445/4318 tertanggal 20 oktober 2001 RSKIA resmi menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) PKU Muhammadiyah Bantul.
Pemda Bntul hanya memberikan ijin PKU Muhammadiyah Bantul 2 tahun. Oleh karena itu, untuk dapat memperpanjang ijin pengelolaan berikutnya harus memenuhi standar baku yang ditetapkan.Standar baku sudah dilaksanakan oleh pengelola sejak diperolehnya ijin RSK dengan menerapkan manajemen mutu terpadu untuk setiap bagian/instalasi.
✿ ❀
menghadap jalan protokol, jalan Jenderal Sudirman 124 karena mendapatkan tambahan area untuk pelayanan.
Dari ketiga masa pertumbuhan dan perkembangan RSU PKU Muhammadiyah Bantul seperti narasi di atas, menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1. Tingginya semangat untuk beramar ma’ruf nahi munkar (mengajak berbuat baik dan mencegah berbuat buruk) para pengurus dan pengelola Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul. Walaupun pada 10 tahun pertama, Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul belum mendapat pengakuan dari pemerintah, mereka tetap berusaha berbuat yang terbaik bagi umat yang membutuhkan. Konsistensi mereka tidak bergeser karena dilandasi semangat beribadah.
2. Semangat beribadah dalam memberikan pertolongan kepada umat melalui Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul agaknya mengalami distorsi pada saat pertengahan masa peletakan dasar-dasar pengelolaan amal usaha Muhammadiyah bidang kesehatan. Tarik menarik antara Aisyiyah dengan Muhammadiyah dalam hal
kepemilikan dan pengelolaan Poliklinik dan RB PKU
❁ ❂
usaha bidang kesehatan dengan Aisyiyah, organisasi otonom dibawah Muhammadiyah.
3. Penataan organisasi saat awal berdirinya Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah terasa lebih efektif, sehingga saat-saat pertumbuhan dan perkembangan, baik saat menjadi RSKIA maupun RSU masalah-masalah elementer sudah tak muncul lagi. Sinergi antara Muhammadiyah dan Aisyiyah memberikan dukungan percepatan pertumbuhan dan perkembangan RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Selama 19 tahun status RB dan Poliklinik dijalani, kemudian meningkat menjadi RSKIA selama 6 tahun dan tahun 2001 meningkat menjadi RSU.
B. Visi dan Misi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
1. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Islami yang mempunyai keunggulan kompetitif global, dan menjadi kebanggaan umat.
2. Misi
❃ ❄
C. Struktur Organisasi dan Pengurus Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul memiliki struktur organisasi yang telah difungsikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang dari bagian masing-masing anggota, diantaranya:
Kepala Pengembangan Organisasi dan Mutu Direktur Pelayanan Medis
Direktur Penunjang
Direktur Keuangan dan SIMRS
❅ ❆
Manajer Logistik dan Yanum Manajer SIMRS
Manajer Humas Legal dan Perkantoran Manajer Gizi
Manajer Lab dan Radiologi Manajer SDI dan Diklat Manajer Sarpras dan Kesling Manajer Binroh
Manajer Rekam Medis dan Penjaminan Tim-Tim Direktur Pelayanan Medis Tim-Tim Direktur Penunjang
Tim-Tim Direktur Keuangan dan SIMRS Tim-Tim Direktur SDI dan Bindatra
D. Landasan Dasar
Falsafah: RSU PKU Muhammadiyah Bantul merupakan perwujudan ilmu, iman dan Amal Sholeh.
Motto: Layananku Ibadahku. Tujuan:
1. Menjadi media dakwah Islam melalui pelayanan kesehatan untuk meraih ridho Allah.
❇ ❈
3. Terwujudnya pelayanan prima yang holistik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Terwujudnya profesionalisme dan komitmen karyawan melalui upaya pemberdayaan yang berkesinambungan.
5. Meningkatnya pendapatan melalui manajemen yang efektif dan efisien sehingga terwujud kesejahteraan bersama.
6. Menjadikan Rumah Sakit sebagai wahana pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Nilai:
Nilai-nilai dasar yang dianut dan dikembangkan dalam proses pelayanan dan tata organisasi adalah:
❉ ❊
(Sumber SK PDM No 062/KEP/III.0/B/2006)
E. Legalitas Hukum
Legalitas Hukum yang telah diperoleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah sebagai berikut:
Akte Perusahaan :Menggunakan surat Keterangan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Badan Hukum nomor 1-A/8.a/1588/1993 tanggal 15 Desember 1993
NPWP : 01.143.030.3-543.000
Nomor Ijin Penyelenggaraan : 0005/DP/159/VII/2015
Pemilik : Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Pendiri :Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Bantul
Tanggal Berdiri : 1 Maret 1966M / 09 Dzulqo'dah 1385
H
❋ ●
Tipe / Kelas Rumah Sakit : C
Akreditasi Kemenkes : Nomor: KARS-SERT /70/XII/2014
tanggal 9 Desember 2014
F. Kegiatan Usaha Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul
1. Jenis Pelayanan
8) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
9) Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
❍ ■
1) Bangsal Umum Dewasa (Al Insan, Al A'raf, Al Kautsar) 2) Bangsal Bedah (Al Kahfi)
3) Bangsal Anak (Al Ikhlas)
4) Bangsal Perawatan Bayi ( An Nuur) 5) Bangsal Nifas (An Nisaa)
❏❏
7) Katarak (Pacho & Konvensional) f. Persalinan
1) Spontan
2) Bedah Caesar
2. Pelayanan Masyarakat
a. Home Care
b. Pemeriksaan / Pengobatan Massal c. Khitan Masal
❑ ▲
4. Pelayanan Lain a. Test Bebas Napza b. Senam Hamil
c. Pelayanan Informasi Obat d. Pelayanan Home Care
e. General Medical Check Up (GMC) f. Pelayanan Bimbingan Rohani Islam g. Konsultasi Gizi
h. Pelayanan Rukti Jenazah i. Trauma Center
j. PKU DMC
k. Layanan Kesehatan Keliling
▼ ◆
Metode pengakuan pendapatan dalam teori akuntansi ada dua jenis
yaitu metode cash basis dan accrual basis. PSAK No 23 menyatakan
pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi diakui secara
bersamaan. Metode pengakuan pendapatan rawat inap yang digunakan di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah metode accrual basis.
Jenis pendapatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
terdiri dari 3 jenis pendapatan yaitu:
a. Pendapatan jasa (rawat jalan dan rawat inap) yaitu pendapatan yang
diperoleh dari jasa yang diberikan kepada pasien dalam bentuk
pelayanan. Pendapatan ini disebut imbalan yaitu imbalan yang diperoleh
sesuai dengan pengenaan jasa kepada pihak-pihak lain yang
menggunakan jasa yang bersangkutan. Pendapatan jasa Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Bantul meliputi: pendapatan tindakan besar,
pendapatan tindakan kecil, pendapatan visited dan konsul, pendapatan
ambulan, pendapatan MR, laboratorium klinik, USG, EKG, pendapatan
radiologi, pendapatan loundry dan linen, pendapatan paket pasien,
pendapatan fisioterapi, pendapatan bina rohani, pendapatan homecare
❖ P
b. Pendapatan Farmasi (dagang) yaitu pendapatan yang diperoleh dari
penjualan obat-obatan yang sesuai dengan harga beli barang tersebut
ditambah dengan laba yang diharapkan. Pendapatan farmasi Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul meliputi: farmasi rawat jalan dan
farmasi rawat inap.
c. Pendapatan gizi (manufaktur) yaitu pendapatan yang diperoleh dari
bahan-bahan yang olah, sehingga makanan dan minuman yang diberikan
pihak rumah sakit kepada pasien adalah merupakan pendapatan gizi.
Penelitian ini dilakukan dengan proses analisa terhadap pengakuan
pendapatan rawat inap yang dilakukan penulis terhadap data pencatatan
pendapatan dari pasien umum, pasien relasi dan pasien BPJS.
Proses analisis tersebut pertama mengambil sampel dari beberapa
pencatatan pendapatan dari pasien, baik pasien umum, pasien relasi, maupun
pasien BPJS. Proses pengakuan pendapatan dari awal transaksi sampai
disajikan ke dalam laporan keuangan pada akhir periode.
Berikut contoh pencatatan pasien umum menggunakan metode accrual
basis:
1) Bapak Musidi sebagai pasien umum rawat inap masuk tanggal 7
Oktober 2015. Biaya selama perawatan senilai Rp. 2.100.000. Berikut
pencatatan jurnalnya:
Nama Akun Debet Kredit
Piutang pasien umum Rp. 2.100.000
◗ ❘
Biaya perawatan pasien selama di rumah sakit senilai Rp.2.100.000.
Bapak Musidi pulang tanggal 11 Oktober 2015. Bapak Musidi
melakukan pembayaran biaya perawatan senilai Rp. 1.500.000, sisa
piutang senilai Rp. 600.000. Berikut pencatatan jurnalnya:
Nama Akun Debet Kredit
Kas/bank(BMI) Rp. 1.500.000
Piutang Pasien Rp. 1.500.000
Pembayaran piutang senilai Rp. 1500.000, sisa piutang senilai Rp.
600.000.
2) Ibu Saginem sebagai pasien BPJS rawat inap masuk tanggal 21 Oktober
2015. Biaya perawatan senilai Rp. 1.000.000. Berikut pencatatan
jurnalnya:
Nama Akun Debet Kredit
Piutang pasien BPJS Rp. 1.000.000
Pendapatan Rp. 1.000.000
Biaya perawatan ibu Saginem di rumah sakit senilai Rp. 1.000.000.
Ibu Saginem pulang tanggal 23 Oktober 2015 tidak terjadi pembayaran
karena ditanggung BPJS. BPJS menanggung biaya ibu Saginem senilai
Rp.500.000. Saat BPJS melakukan pembayaran. Berikut pencatatan
❙ ❚
Nama Akun Debet Kredit
Bank Rp. 500.000
Piutang BPJS Rp. 500.000
Biaya perawatan yang dibayar BPJS senilai Rp. 500.000, sisa piutang
senilai Rp. 500.000 ditanggung oleh ibu Saginem.
Terjadi selisih pembayaran antara biaya rumah sakit dengan BPJS senilai
Rp. 500.000. Berikut pencatatan jurnalnya:
Nama Akun Debet Kredit
Selisih Klaim Rp. 500.000
Piutang Rp. 500.000
Selisih biaya rumah sakit dengan BPJS senilai Rp. 500.000 yang harus
ditanggung oleh ibu Saginem.
Ibu Saginem mendapat bantuan dari LAZISMU sebesar 20%. Berikut
pencatatan jurnalnya:
Nama Akun Debet Kredit
Kas Rp. 100.000
Piutang pasien BPJS Rp. 100.000
Bantuan dari LAZISMU senilai Rp. 100.000 (20%*Rp. 500.000), sisa
❯ ❱
3) Bapak Zaidi BP sebagai pasien relasi asuransi jasa raharja masuk
tanggal 9 Oktober 2015. Biaya selama perawatan senilai Rp. 300.000.
Berikut pencatatan jurnalnya:
Nama Akun Debet Kredit
Piutang pasien relasi Rp. 300.000
Pendapatan Rp. 300.000
Jumlah biaya perawatan di rumah sakit senilai Rp. 300.000.
Bapak Zaidi BP pulang tanggal 11 Oktober 2015. Jasa raharja yang
menanggung biaya bapak Zaidi membayar biaya perawatan senilai Rp.
300.000. Berikut pencatatan jurnalnya:
Nama Akun Debet Kredit
Bank Rp. 300.000
Piutang pasien relasi Rp. 300.000
Jasa raharja membayar biaya perawatan bapak Zaidi BP senilai Rp.
300.000 melalui bank)
Berdasarkan pencatatan data di atas Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul telah menggunakan metode accrual secara tepat.
2. Pencatatan Piutang Tak Tertagih Rawat Inap di PKU Muhammadiyah
Bantul
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat
❲ ❳
diterima. Rumah sakit menerima imbalan yang diterima disesuaikan dengan
sejumlah jasa atau pengorbanan yang telah diberikan. Kadang-kadang
imbalan tersebut tidak diterima sesuai dengan yang diharapkan oleh Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Pasien yang melakukan pengobatan di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tidak semuanya mampu
melunasi seluruh biaya pengobatan di rumah sakit. Biaya yang belum
dilunasi oleh pasien masih dalam bentuk piutang. Rumah sakit berharap
pada saat tanggal neraca piutang yang berasal dari transaksi periode tertentu
dapat direalisasikan sebagai pendapatan. Piutang yang seharusnya terealisasi
sebagai pendapatan pada saat akhir periode atau pada saat akan dimasukkan
dalam laporan keuangan tidak selamanya dapat terealisasi.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul dalam pencatatan
piutang setiap periode berikutnya sampai tahun seterusnya akan terus
diakumulasi. Pasien yang tidak mampu membayar sampai batas waktu yang
ditentukan pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tidak
mengubah catatan piutang menjadi cadangan piutang tak tertagih atau
penghapusan piutang. Piutang tersebut akan diserahkan ke LAZISMU agar
piutang tersebut dilunasi. LAZISMU hanya memberikan 20% kepada pasien
yang menurut LAZISMU wajib mendapatkan bantuan dengan memberikan
beberapa syarat kepada pasien agar pasien mendapatkan bantuan dari
❨ ❩
3. Analisis dan Evaluasi Kriteria dan Pengakuan Pendapatan di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.
PSAK No 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan
diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan diterima. Namun, bila tidak ada kepastian dari
jumlah pendapatan tidak dapat tertagih akan diakui sebagai beban. Pasien
yang tidak ada keinginan tidak membayar pengobatannya tanpa
sepengetahuan pihak rumah sakit, maka pelayanan jasa yang telah diberikan
rumah sakit kepada pasien harus diakui sebagai beban operaional. Namun
pihak rumah sakit tetap mengakui piutang yang tak tertagih sebagai
pendapatan. Pihak rumah sakit akan menyerahkan piutang yang tak tertagih
ke LAZISMU sebesar 20%.
Hal ini akan berpengaruh terhadap penyajian laporan laba rugi.
Jumlah yang seharusnya dicatat dalam beban akan dicatat dalam pendapatan
karena jumlah tak tertagih tersebut dilunasi oleh pihak LAZISMU meskipun
tidak secara keseluruhan. Hal ini mungkin bagi rumah sakit tidak
mempengaruhi kewajaran dari nilai pendapatan, tetapi perlakuan ini tidak
sesuai dengan PSAK No 23 Tentang Pendapatan.
Perlakuan seperti di atas akan mempengaruhi penyajian laporan laba rugi
antara lain:
a. Perkiraan dari LAZISMU
Jumlah pemberian yang diberikan LAZISMU akan lebih besar dari
❬ ❭
diberikan kepada pasien yang tidak mampu bayar. Dan biasanya
pelayanan dari LAZISMU hanya diberikan kepada karyawan atau
keluarga karyawan yang ada dalam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul serta pasien yang tidak mampu membayar.
b. Perkiraan Pendapatan
Nilai pendapatan bersih akan lebih kecil dari nilai pendapatan
sebenarnya karena pemberian dari LAZISMU terlalu besar. Hal ini
akan mengakibatkan jumlah pendapatan bersih sedikit. Padahal jumlah
yang ada di penyajian laporan pendapatan bukanlah jumlah pendapatan
yang telah terealisasi sebenarnya oleh rumah sakit.
c. Perkiraan beban
Jumlah beban yang ada di penyajian laba rugi juga akan berbeda dari
sebenarnya, karena beban yang seharusnya dicatat sebagai beban
dicatat sebagai pendapatan, karena telah dibayar 20% oleh pihak
LAZISMU dan piutang yang belum tertagih dianggap sebagi
pendapatan. Jumlah beban yang ada dalam laporan laba rugi
seharusnya lebih besar. Beban yang tidak dicatat oleh pihak rumah
sakit adalah beban yang tidak dapat tertagih dari pasien. Jumlah tagihan
ini seharusnya dicatat rumah sakit dalam beban operasional sebagai
beban piutang tak tertagih.
Pengklasifikasian perkiraan pencatatan yang tepat, akan
❪ ❫
laba rugi. Pengklasifikasian ini memang tidak mempengaruhi nilai
kewajaran penyajian laporan laba rugi tetapi akan menunjukkan
gambaran sebenarnya mengenai keberhasilan rumah sakit mengenai
pendapatan rawat inap sehingga keputusan yang akan diambil juga
❴❴
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian yang penulis lakukan serta penelitian yang
penulis peroleh dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, maka pada
bagian tulisan ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari uraian di bab
sebelumnya serta saran yang bisa penulis berikan kepada pihak Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Bantul:
1. Pengakuan pendapatan rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul menggunakan metode accrual basis yaitu pendapatan diakui pada
saat terjadi transaksi meskipun pihak rumah sakit belum menerima
pembayaran dalam bentuk uang atau kas. Metode ini telah sesuai dengan
PSAK No 23 tentang pendapatan.
2. Pencatatan piutang tak tertagih Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
tetap mencatat sebagai pendapatan. Namun, bagi pasien yang tidak
membayar atau tidak mampu membayar akan dibayar oleh pihak
LAZISMU meskipun tidak secara keseluruhan. Pihak rumah sakit juga
akan terus menagih piutang dari pasien. Sebagai contoh piutang tahun 2007
sampai saat ini belum terlunasi dan masih diupayakan untuk tetap ditagih,
karena dari pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tidak
❵ ❛
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka sebagai penutup Tugas
Akhir ini, saran yang bisa penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan pendapatan rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Bantul sebaiknya tetap menggunakan metode accrual basis secara
keseluruhan dan konsisten agar lebih akurat serta sesuai dengan PSAK No
23 tentang pendapatan.
2. Untuk pasien yang tidak mampu membayar dan kemungkinan kecil untuk
bisa tertagih seharusnya pihak rumah sakit mencatat dalam piutang tak
tertagih yang termasuk dalam beban operasional, bukan dicatat sebagai
pendapatan rumah sakit yang pelunasannya sebagian berasal dari pihak
57
DAFTAR PUSTAKA
Borisman, Ronald. 2005. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pada Rumah Sakit Umum Mongonsidi Program Akuntansi USU
Indonesia, I. A. 2016. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, D. E., et al. 2007. Akuntansi Intermediate jilid dua edisi keduabelas. (E. Salim, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.