• Tidak ada hasil yang ditemukan

Limbah Pemananen Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Limbah Pemananen Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Kalimantan Timur"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LIMBAH PEMANENAN KAYU DAN MASSA KARBON

TERSIMPAN PADA LIMBAH PEMANENAN KAYU DI

PERUSAHAAN PEMANFAATAN KAYU KALIMANTAN TIMUR

NIKEN LARASATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Limbah Pemanenan Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NIKEN LARASATI. Limbah Pemanenan Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Kalimantan Timur. Dibimbing oleh JUANG R. MATANGARAN.

PT Ratah Timber perlu mengidentifikasi limbah pemanenan kayu, faktor eksploitasi, dan mengukur besar massa karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu untuk memperoleh sertifikat pengelolaan hutan lestari. Pengukuran limbah dilakukan di petak tebang, TPn, dan TPK. Limbah dalam penelitian ini berupa tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang dengan diameter minimal 5 cm. Pengukuran massa karbon dilakukan dengan uji laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah di petak tebang rata-rata 46,73 m³/ha (98,19%), limbah di TPn 0,86 m³/ha (1,81%), dan limbah di TPK 0 m³/ha (0%), sedangkan limbah berdasarkan bagian pohon, yaitu 9,21 m³/ha limbah tunggak, 21,96 m³/ha limbah batang bebas cabang, 11,32 m³/ha limbah batang setelah cabang pertama, dan 6,06 m³/ha limbah cabang. Besarnya faktor eksploitasi dengan pendekatan persen limbah dan pendekatan indeks tebang, indeks sarad serta indeks angkut, yaitu 0,69. Massa karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu, yaitu 33,49 ton C/10 ha.

Kata kunci: faktor eksploitasi, limbah pemanenan kayu, massa karbon, pengelolaan hutan lestari

ABSTRACT

NIKEN LARASATI. Logging Residue and Carbon Mass Stored on Wood Harvesting at Forest Company East Kalimantan. Supervised by JUANG R. MATANGARAN.

In order to achieve the sustainable forest management certification, a forest company PT Ratah Timber needs to identify the residue generated from logging, the exploitation factor, and the measurement of carbon mass stored on the logging residue. The measurement of logging residue were conducted on felling areas, landing site, and log yard. The logging residue was defined on stumps, main stems, upper stems, and branches with the minimum diameter of 5 cm. The mass of the carbon were obtained from laboratory analysis. The result showed that the logging residue on the felling area had the average number of 46.73 m³/ha (98.19%), 0.86 m³/ha (1.81%) at landing site, and 0 m³/ha (0%) at log yard, while the logging residue based on parts of the tree were 9.21 m³/ha stumps, 21.96 m³/ha main stems, 11.32 m³/ha upper stems, and 6.06 m³/ha branches. The exploitation factors in this research were calculated by taking into account the number of logging residue percentage, and using the felling index, skidding index, and hauling index approach, the result of the calculation showed that the exploitation factor were at the level of 0.69. These mass of carbon were stored inside the logging residue from the logging, with the approximate number of 33.49 ton C/10 ha.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

LIMBAH PEMANENAN KAYU DAN

MASSA KARBON TERSIMPAN PADA LIMBAH PEMANENAN KAYU DI PERUSAHAAN PEMANFAATAN KAYU KALIMANTAN TIMUR

NIKEN LARASATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Limbah Pemananen Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Kalimantan Timur

Nama : Niken Larasati NIM : E14090070

Disetujui oleh

Dr Ir Juang R. Matangaran, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc.F.Trop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi berjudul Limbah Pemanenan Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu di Perusahaan Pemanfaatan Kayu Kalimantan Timur disusun berdasarkan penelitian selama 5 bulan terhitung dari April sampai Agustus 2013 di IUPHHK-HA PT Ratah Timber Kalimantan Timur dan Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Juang R. Matangaran, MS selaku dosen pembimbing atas ilmu, saran, dan nasihat dalam membimbing penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada karyawan PT Ratah Timber yang telah membantu selama pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta seluruh teman seperjuangan (MNH46, FAHUTAN46) atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Jenis Data 2

Prosedur 3

Penentuan Plot Contoh 3

Inventarisasi Pohon pada Plot Contoh 3

Pengukuran Limbah Pemanenan Kayu 3

Pengambilan Contoh Uji Kayu di Lapangan 4

Pengujian Data di Laboratorium 4

Pengolahan Data 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Pemanenan Kayu di PT Ratah Timber 7

Bentuk Limbah Pemanenan Kayu 8

Jumlah Pohon yang Ditebang 8

Volume dan Presentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Lokasi

Terjadinya Limbah 9

Volume dan Presentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Bagian Pohon11 Analisis Hubungan Faktor yang Berpengaruh terhadap Volume Limbah

Pemanenan Kayu Akibat Kegiatan Penebangan 12

Faktor Eksploitasi 14

Massa Karbon Limbah Pemanenan Kayu 15

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah pohon ditebang 9

2 Limbah pemanenan kayu berdasarkan lokasi 9

3 Limbah pemanenan kayu di petak tebang 10

4 Limbah pemanenan kayu di TPn 11

5 Volume limbah berdasarkan bagian pohon 12

6 Faktor eksploitasi pada setiap plot contoh 14

7 Rata-rata biomassa limbah pemanenan kayu (nekromassa) 16

8 Rata-rata massa karbon limbah pemanenan kayu 16

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan volume limbah dan intensitas tebang 13

2 Hubungan volume limbah dan kemiringan lereng 13

3 Hubungan volume limbah dan luas bidang dasar 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Limbah tunggak 20

2 Limbah batang bebas cabang (potongan pangkal) 20

3 Limbah batang setelah cabang pertama 20

4 Limbah cabang 20

5 Kerapatan kayu dari jenis pohon yang ditebang 21 6 Kadar zat terbang dan Kadar abu dari jenis pohon yang ditebang 21 7 Luas areal kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber berdasarkan fungsi

hutan 21

8 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber 21 9 Sediaan tegakan di areal berhutan IUPHHK-HA PT Ratah Timber

berdasarkan hasil IHMB 22

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan bagian penting dari siklus karbon secara global (Gorte 2009). Hutan berfungsi sebagai penyerap, penyimpan, dan pelepas karbon. Karbon yang dilepaskan ke atmosfer dari limbah pemanenan kayu relatif besar dan cepat (Palviainen et al. 2004). Limbah pemanenan kayu ini dapat digunakan kembali menjadi sumber daya baru yang lebih bermanfaat (Lindholm et al. 2010). Menurut Yoshioka et al. (2005), pengurangan jumlah pelepasan CO sebesar 1,66 juta ton CO /tahun yang dihasilkan dari pemanenan kayu dalam bentuk biomassa dapat mengganti batubara untuk pembangkit listrik sebanyak 3 juta ton berat kering/tahun, hal tersebut setara dengan 0,142% emisi CO nasional di Jepang.

Limbah pemanenan adalah bagian pohon yang ditebang sampai batas diameter tertentu karena sesuatu hal ditinggalkan di hutan padahal sesungguhnya masih dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang ada (Sukadaryati et al. 2005). Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pemanenan kayu dapat berbentuk tunggak, batang, dan cabang (Briedis et al. 2011). Limbah biasanya terjadi di petak tebang, sepanjang jalan sarad, TPn (Tempat Pengumpulan Kayu), dan TPK (Tempat Penimbunan Kayu).

REDD (Reducing Emissions from Deforestration and Forest Degradation) merupakan suatu bentuk kegiatan kredit karbon. Mekanisme REDD kredit karbon tidak hanya didapatkan dari pertumbuhan pohon-pohon baru tetapi juga dari upaya menghindari terjadinya deforestasi dan mengurangi jumlah stok karbon yang hilang akibat degradasi ekosistem hutan. Proyek REDD menghindari adanya emisi karbon ke atmosfer dengan menjaga stok karbon yang ada dan mendatangkan suatu pengurangan emisi permanen. Penjagaan terhadap nilai penting konservasi, pengelolaan hutan lestari, serta peningkatan stok karbon melalui penanaman pengayaan juga tercangkup dalam mekanisme REDD+ (Maulana 2009). Untuk itu, kegiatan pemanenan kayu dengan meminimalkan limbah yang terjadi merupakan salah satu bentuk implementasi kegiatan REDD.

Selain itu, limbah pemanenan kayu juga sangat erat kaitannya dengan faktor eksploitasi. Limbah pemanenan kayu dan faktor eksploitasi merupakan salah satu kriteria pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) pada bagian produksi 2.4 dan prinsip Forest Stewardship Council (FSC) yang kelima (5.3). Faktor eksploitasi merupakan nilai volume kayu yang dapat dimanfaatkan. Semakin besar limbah pemanenan kayu yang terjadi, maka faktor eksploitasi semakin kecil (Sari 2009). Informasi mengenai besarnya faktor eksploitasi yang terjadi dalam pelaksanaan pemanenan kayu diperlukan untuk membantu perusahaan dalam perencanaan target produksi dan juga memberikan kemudahan bagi Departemen Kehutanan dalam melakukan pengawasan.

(12)

2

dan faktor eksploitasi pada perusahaan tersebut perlu dilakukan. Atas dasar informasi tersebut, maka limbah kayu yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin, sehingga pemanfaatan kayu dapat dilakukan dengan efisien dan efektif.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung limbah pemanenan kayu, menghitung faktor eksploitasi, dan mengukur massa karbon pada limbah pemanenan kayu pada areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya limbah pemanenan kayu, faktor eksploitasi, dan besarnya karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu. Selanjutnya informasi tersebut dapat menjadi bahan evaluasi oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan pemanenan kayu, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemanenan kayu.

METODE

Lokasi dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di IUPHHK-HA PT Ratah Timber, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Pengujian contoh uji dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama bulan April sampai dengan bulan Agustus 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan di lapangan, yaitu pita ukur, phiband meter, clinometer, Global Possitioning System (GPS), chainsaw, aluminium foil, kamera, alat tulis, dan software Minitab 16. Alat yang digunakan untuk pengujian di laboratorium adalah aluminium foil, gelas ukur, mesin penggiling, cawan porselin, saringan 40-60 mesh, oven, timbangan, desikator, dan tanur. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kayu dari hasil kegiatan pemanenan kayu yang berasal dari petak tebang, TPn, dan TPK.

Jenis Data

(13)

3 (panjang dan diameter) tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang, serta data kadar air, kadar zat terbang, dan kadar abu. Data sekunder diperoleh dari PT Ratah Timber berupa data gambaran umum lokasi penelitian, yaitu keadaan umum lokasi penelitian serta data Laporan Hasil Cruising (LHC) perusahaan.

Prosedur

Penentuan Plot Contoh

Penentuan plot contoh dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu suatu teknik pengambilan contoh dengan cara sengaja atau menentukan sendiri contoh yang akan diambil karena adanya batasan-batasan tertentu. Adapun batasan dan kriteria dalam penentuan plot contoh antara lain terbatasnya waktu dan tenaga pendamping dari perusahaan, penentuan plot contoh berada di jaringan jalan sarad untuk memudahkan dalam melakukan penelitian karena proses pengukuran limbah pemanenan kayu sebaiknya mengikuti penebang agar limbah pemanenan kayu belum rusak akibat terdorong bulldozer, serta penentuan plot contoh berdasarkan potensi dalam plot contoh, apakah tinggi atau rendahnya potensi akan mempengaruhi intensitas tebang. Plot contoh yang digunakan untuk pengukuran limbah yaitu pada petak yang akan dilakukan penebangan dengan ukuran plot contoh (100×100) m atau 1 ha sebanyak 10 plot.

Inventarisasi Pohon pada Plot Contoh

Kegiatan inventarisasi pohon pada plot contoh yaitu pencatatan nomor pohon, jenis pohon, pengukuran diameter pohon (untuk pohon berdiameter ≥50 cm), serta pengukuran kemiringan lereng pada 10 plot contoh yang akan digunakan untuk penelitian.

Pengukuran Limbah Pemanenan Kayu

Pengukuran limbah dilakukan setelah kegiatan penebangan. Pengukuran dilakukan untuk limbah yang berasal dari pohon yang ditebang pada plot contoh, tidak termasuk limbah dari pohon yang rusak akibat pemanenan kayu. Limbah pemanenan diukur di tiga lokasi, yaitu petak tebang, TPn, dan TPK. Menurut Matangaran et al. (2013), secara umum bagian-bagian pohon terdiri dari 2 kelompok, yaitu bagian di bawah cabang pertama dan bagian di atas cabang pertama. Bagian di bawah cabang pertama terdiri dari tunggak dan batang bebas cabang. Bagian di atas cabang pertama terdiri dari batang atas dan dahan. Batasan bagian-bagian pohon tersebut yaitu:

1. Tunggak adalah bagian bawah pohon yang berada di bawah takik rebah dan takik balas.

(14)

4

3. Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang merupakan perpanjangan dari batang utama.

4. Dahan adalah komponen tajuk (cabang dan ranting) dari pohon yang ditebang yang berada di atas cabang pertama.

Pengukuran dilakukan untuk limbah kayu berupa tunggak, batang bebas cabang (batang komersil), batang setelah cabang pertama (batang atas), cabang, dan potongan kecil. Jenis limbah kayu yang diukur untuk masing-masing lokasi, sebagai berikut: pangkal dan ujung batang. Untuk cabang yang tergolong sebagai limbah yaitu cabang dengan diameter ≥5 cm. Di petak tebang juga dilakukan pengukuran volume batang yang siap disarad.

2. TPn. Pengukuran limbah di TPn meliputi sisa potongan yang berasal dari batang bebas cabang. Limbah kayu tersebut berasal dari pohon yang diukur di petak tebang. Di TPn juga dilakukan pengukuran volume batang yang akan diangkut ke TPK.

3. TPK. Pengukuran limbah di TPK yaitu batang bebas cabang yang tidak dapat diangkut untuk didistribusikan ke tempat lain serta dilakukan juga pengukuran volume batang yang sampai di TPK.

Pengambilan Contoh Uji Kayu di Lapangan

Contoh uji untuk pengukuran karbon berasal dari limbah pemanenan kayu. Contoh uji berasal dari masing-masing jenis pohon yang ditebang. Contoh uji meliputi bagian tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang. Contoh uji masing-masing berukuran (5×5×5) cm. Ukuran contoh uji tersebut diambil dari potongan melintang dengan tebal ±5 cm. Bagian yang diambil dari potongan melintang untuk digunakan contoh uji yaitu bagian antara gubal dan teras.

Kadar air contoh uji harus tetap terjaga sampai pengujian di laboratorium. Untuk itu contoh uji harus ditutup rapat dengan aluminium foil kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik tanpa udara, dan masing-masing contoh uji diberi kode.

Pengujian Data di Laboratorium

Adapun data yang diambil di laboratorium, yaitu: 1. Berat Jenis

(15)

5 BJ =

2. Kadar Air

Contoh uji yang dihitung kadar airnya berasal dari masing-masing bagian pohon (tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang). Masing-masing contoh uji berukuran (2×2×2) cm. Contoh uji ditimbang untuk mengetahui berat basahnya. Selanjutnya contoh uji dikeringkan dalam tanur dengan suhu 103±2oC selama 24 jam. Setelah contoh uji dimasukkan ke dalam tanur, contoh uji dimasukkan dahulu ke dalam desikator, bertujuan menurunkan suhu contoh uji tanpa dipengaruhi udara bebas. Setelah itu contoh uji ditimbang kembali untuk mengetahui berat kering tanurnya (BKT). Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Haygreen dan Bowyer 1989):

%KA =

3. Kadar Zat Terbang

Berdasarkan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98, kadar zat terbang contoh uji dari masing-masing limbah dipotong kecil sebesar batang korek api kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 80oCselama 48 jam. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling, kemudian disaring dengan menggunakan saringan 40-60 mesh. Contoh uji dimasukkan ke dalam cawan ditutup rapat sebanyak ±2 g dan ditimbang. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur dengan suku 950oC selama 2 menit dan dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang kembali. Untuk mengetahui persen kadar zat terbang maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar zat terbang (%) =

× 100%

4. Kadar Abu

Berdasarkan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94, kadar abu diketahui dengan memasukkan sisa contoh uji kadar zat terbang ke dalam tanur dengan suhu 900oC selama 6 jam. Selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator dan kemudian ditimbang kembali. Untuk mengetahui persen kadar abu maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar abu (%) =

× 100%

5. Nekromassa

Nekromassa merupakan massa dari bagian pohon yang telah mati. Nekromassa dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Nekromassa = volume limbah (m3) × kerapatan kayu (kg/m3) 6. Kadar Karbon

Kadar karbon tetap ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut:

Kadar Karbon = 100% − Kadar Zat Terbang – Kadar Abu 7. Massa Karbon

Massa Karbon yang tersimpan pada limbah pemanenan kayu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(16)

6

Pengolahan Data

Perhitungan volume biomassa kayu mati (limbah), menggunakan rumus (rumus Brereton) sebagai berikut:

V = 0,25π

p

Keterangan: V = volume kayu mati, dinyatakan dalam meter kubik (m3)

dp = diameter pangkal kayu mati, dinyatakan dalam sentimeter (cm) du = diameter ujung kayu mati, dinyatakan dalam sentimeter (cm) p = panjang kayu mati, dinyatakan dalam meter (m)

π = 22/7 atau 3,14 Persen limbah dihitung berdasarkan potensi pohon dan lokasi terjadinya limbah, yaitu dengan menggunakan rumus:

Perhitungan faktor eksploitasi dihitung berdasarkan persen limbah, tetapi dapat juga melalui pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut. Secara matematis adalah sebagai berikut:

Fe = 100% − % limbah total

Fe = indeks tebang × indeks sarad × indeks angkut Indeks tebang =

Besar volume limbah pemanenan kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas tebang, kemiringan lereng, dan luas bidang dasar. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, analisis data menggunakan regresi linier sederhana dilakukan untuk menduga besar volume limbah pemanenan kayu. Regresi linier sederhana merupakan persamaan regresi yang menggambarkan hubungan satu peubah bebas (X) dan satu peubah tak bebas (Y), dimana hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus. Hubungan kedua peubah tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan (Mattjik dan Sumertajaya 2006):

Y = α + βXi Keterangan: Y = limbah pemanenan kayu (m³/ha)

α = intersep/perpotongan dengan sumbu tegak

β = kemiringan/gradient

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanenan Kayu di PT Ratah Timber

Pemanenan kayu merupakan kegiatan mengeluarkan kayu dari dalam hutan ke luar hutan atau ke tempat pengolahan berikutnya. Dalam proses pemanenan kayu terdapat empat kegiatan utama, yaitu penebangan, penyaradan, muat bongkar, dan pengangkutan. Penebangan merupakan kegiatan inti dalam pemanenan kayu. Penebangan yaitu kegiatan memotong batang pohon dari tunggaknya sehingga kegiatan pemanenan kayu berikutnya dapat dilakukan. Di PT Ratah Timber pohon yang ditebang merupakan pohon berdiameter ≥50 cm dan berfisik sehat. Pohon-pohon tersebut dikelompokkan kedalam kelompok meranti dan rimba campuran. Penebang biasanya lebih memilih menebang pohon dari kelompok meranti yang berdiameter besar. Tahapan kegiatan penebangan di PT Ratah Timber diawali dengan mempersiapkan chainsaw, yaitu mengisi bahan bakar, pelumas, dan mempertajam mata rantai, kemudian dilakukan pembebasan semak, anakan pohon, serta liana disekitar pohon yang akan ditebang, sehingga memudahkan penebang dalam membuat takik rebah dan takik balas. Tahap berikutnya yaitu menentukan arah rebah dan dilanjutkan dengan membuat takik rebah serta takik balas. Dalam kegiatan penebangan juga dilakukan pembagian batang. Pembagian batang meliputi pemotongan batang bagian pangkal dan ujung, selain itu penebang biasanya membagi batang menjadi dua untuk batang yang panjang dan berdiameter besar, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam kegiatan penyaradan. Kegiatan penebangan dilakukan oleh dua regu tebang untuk setiap petak. Setiap regu terdiri dari operator chainsaw dan helper serta operator bulldozer dan helper.

(18)

8

Bentuk Limbah Pemanenan Kayu

Menurut Duku et al. (2011), limbah kehutanan dikategorikan menjadi dua, yaitu limbah pemanenan (limbah dari hasil operasi pemanenan, seperti tunggak, batang, cabang, dan lain-lain) dan limbah pengolahan kayu (limbah dari hasil produk industri pengolahan kayu, seperti kayu gergajian, kayu lapis, dan lain-lain). Limbah pemanenan hutan adalah sisa atau residu berupa potongan kayu yang ditinggalkan di dalam hutan. Batang pohon tidak seluruhnya dikeluarkan dari hutan tetapi ditinggalkan sebagian di dalam hutan sebagai limbah kayu. Limbah kayu atau limbah pembalakan didefinisikan sebagai kayu yang tidak atau belum dimanfaatkan pada kegiatan pemanenan hutan yang berasal dari pohon yang boleh ditebang berupa sisa pembagian batang, tunggak, ranting, dan pucuk (Matangaran et al. 2013). Berikut merupakan bentuk dari limbah pemanenan kayu:

1. Tunggak adalah bagian pohon yang berada di bawah takik rebah dan takik balas. Tunggak yang disarankan untuk hutan alam yaitu tidak lebih dari 50 cm dari permukaan tanah untuk batang tidak berbanir dan 80 cm dari permukaan tanah untuk batang berbanir (Elias 2002). Pada kenyataan di lapangan tunggak rata-rata memiliki tinggi 1,3 m. Hal ini terjadi karena biasanya penebang hanya mencari posisi termudah atau ternyaman untuk dapat menebang pohon, sehingga penebang tidak memperhatikan volume pohon yang akan dihasilkan. 2. Batang bebas cabang merupakan bagian batang utama, batang ini merupakan batang yang diproduksi oleh perusahaan. Batang bebas cabang disebut limbah jika terdapat bagian batang mengandung cacat fisik atau rusak akibat pemanenan, seperti bengkok, mata kayu, pecah, dan gerowong. Limbah batang bebas cabang juga dapat berupa potongan pendek bagian pangkal dan ujung.

3. Batang setelah cabang pertama merupakan bagian batang setelah ada percabangan pertama hingga ujung yang diameter ujungnya ≥10 cm. Di lapangan diameter bagian pangkalnya rata-rata mencapai ≥50 cm dimana panjang rata-rata mencapai ±12 m.

4. Cabang merupakan bagian pohon yang berada di atas cabang pertama. Limbah cabang merupakan cabang dengan diameter ≥5 cm. Biasanya cabang yang ditemukan di lapangan sudah dalam keadaan hancur.

Jumlah Pohon yang Ditebang

Pohon yang ditebang merupakan pohon yang tergolong jenis meranti dan rimba campuran. Di lapangan, pohon yang ditebang berlabelkan merah hasil dari kegiatan ITSP. Pohon berlabel merah ini berdiameter ≥50 cm dan berfisik sehat. Jumlah pohon yang ditebang dari seluruh plot penelitian disajikan dalam Tabel 1.

(19)

9 target produksi digunakan nilai faktor eksploitasi dan faktor pengaman, sehingga dari total pohon layak tebang atau potensi yang ada, tidak semua pohon ditebang. Dari target yang telah ditentukan, penebang dapat memperkirakan jumlah pohon yang ditebang untuk dapat mencapai target produksi.

Tabel 1 Jumlah pohon yang ditebang

Plot Pohon ditebang Pohon layak tebang (LHC) Jumlah Volume (m³/ha) Jumlah Volume (m³/ha)

1 6 95,64 22 117,40

Volume dan Persentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Lokasi Terjadinya Limbah

Limbah pemanenan kayu dapat terjadi di petak tebang, TPn, dan TPK. Pada penelitian ini pengukuran limbah pemanenan kayu di petak tebang meliputi limbah tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang, sedangkan pengukuran limbah pemanenan kayu di TPn dan TPK yaitu berupa potongan pendek dari batang bebas cabang. Hasil pengukuran menunjukkan volume limbah rata-rata yaitu sebesar 47,59 m³/ha atau 6,90 m³/pohon. Rata-rata volume limbah dalam satu pohon cukup besar, hal ini dikarenakan pengukuran limbah pemanenan didasarkan pada volume total pohon. Persentase limbah pemanenan kayu berdasarkan lokasi terjadinya limbah disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Limbah pemanenan kayu berdasarkan lokasi

Lokasi Volume Persen limbah

(20)

10

pengamatan di lapangan, besarnya limbah pemanenan kayu terbesar terjadi di petak tebang, kondisi ini dikarenakan kegiatan penebangan dan pembagian batang dilakukan di petak tebang. Hanya volume batang komersil yang akan disarad ke TPn, sehingga batang yang tidak dimanfaatkan akan ditinggalkan di petak tebang. Limbah yang terdapat di TPn disebabkan oleh belum dilakukannya pemotongan bagian pangkal atau ujung di petak tebang, serta karena adanya cacat fisik pada batang.

Limbah pemanenan kayu di petak tebang merupakan limbah yang berasal dari batang bebas cabang dan batang setelah cabang pertama. Limbah pemanenan di petak tebang disajikan dalam Tabel 3. Bedasarakan Tabel 3 rata-rata total limbah pemanenan kayu di petak tebang yaitu 46,73 m³/ha atau rata-rata total limbah dari satu pohon yaitu 7,66 m³/pohon. Dimana dari total limbah tersebut 31,17 m³/ha merupakan limbah yang berasal dari batang bebas cabang dan 15,52 m³/ha berasal dari batang setelah cabang pertama. Sedangkan untuk volume limbah yang terjadi pada tiap pohon yaitu 7,66 m³/pohon dimana 4,56 m³/pohon limbah berasal dari batang bebas cabang dan 3,11 m³/pohon dari batang setelah cabang pertama.

Tabel 3 Limbah pemanenan kayu di petak tebang

Besar limbah pemanenan kayu yang terjadi di petak tebang ini cukup memiliki perbedaan dengan besar limbah dari hasil penelitian Partiani (2010) dimana limbah yang berasal dari batang bebas cabang yaitu 23,93 m³/ha dan limbah dari batang setelah cabang pertama 9,12 m³/ha. Perbedaan besar limbah ini dikarenakan kriteria yang berbeda dalam mendefinisikan dan mengklasifikasikan limbah pemanenan kayu dengan kondisi lokasi penelitian yang berbeda akan menghasilkan besar limbah yang berbeda pula.

Limbah pemanenan kayu di petak tebang juga sangat dipengaruhi oleh ketrampilan dari penebang, kondisi lapangan serta bentuk dan posisi pohon. Ketrampilan dalam membuat takik rebah dan takik balas akan mempengaruhi hasil dari volume yang diproduksi, penentuan arah rebah juga dapat mempengaruhi besar volume limbah. Untuk pohon-pohon yang berbanir tinggi, gerowong, bengkok, dan mempunyai mata kayu juga dapat mempengaruhi besar

(21)

11 limbah pemanenan kayu. Hal tersebut biasa disebut dengan limbah pemanenan kayu yang timbul secara alami.

Limbah pemanenan kayu dapat terjadi di TPn. Limbah pemanenan kayu yang terjadi di TPn berasal dari batang bebas cabang. Limbah yang terjadi di TPn dalam penelitian ini merupakan batang bebas cabang yang belum dilakukan pemotongan bagian pangkal saat di petak tebang, serta karena adanya cacat fisik pada batang, seperti bengkok, gerowong, dan mata kayu. Pemotongan dilakukan sebelum tim Tata Usaha Kayu (TUK) dari perusahaan melakukan pengukuran. Untuk gerowong tidak dilakukan pemotongan selama volume gerowong tidak lebih dari 30%. Limbah pemanenan kayu di TPn disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa total volume limbah yang terjadi di TPn yaitu sebesar 8,60 m³.

Tabel 4 Limbah pemanenan kayu di TPn

No No pohon Jenis pohon D (cm) P (m) V (m³) cabang (batang komersil) yang siap diangkut ke industri. Limbah pemanenan kayu di TPK biasanya terjadi karena batang pecah akibat kegiatan muat bongkar atau karena disimpan terlalu lama sehingga batang terserang ulat. Pada penelitian ini tidak terdapat limbah pemanenan kayu di TPK, sehingga limbah pemanenan kayu di TPK yaitu 0%.

Volume dan Persentase Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Bagian Pohon

Limbah pemanenan kayu berdasarkan bagian pohon berasal dari tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang. Menurut Okai dan Boateng (2007), untuk setiap pohon yang ditebang, hampir 50% volume pohon ditinggalkan di dalam hutan dalam bentuk tunggak, batang, cabang, dan tajuk. Limbah pemanenan kayu berdasarkan bagian pohon disajikan dalam Tabel 5.

(22)

12

limbah pemanenan kayu yang berasal dari batang bebas cabang merupakan limbah yang memiliki volume paling besar. Hasil pengamatan di lapangan juga menjelaskan bahwa hampir semua pohon yang ditebang akan dilakukan pemotongan pada bagian pangkal dan ujung. Selain itu, saat penebang membuat takik rebah dan takik balas kurang tepat, maka bagian pohon yang akan terbuang menjadi lebih banyak. Kesalahan dalam melaksanakan teknik penebangan (pembuatan takik rebah dan takik balas) dapat menyebabkan bagian pangkal pohon tercabut, retak atau yang disebut dengan barber chair, yaitu berupa serabut pada pangkal batang, sehingga akan mengurangi panjang batang bebas cabang yang seharusnya dapat dimanfaatkan (Purnamasari 2012).

Tabel 5 Volume limbah berdasarkan bagian pohon

Jenis limbah Volume Persen limbah

(%) Total (m³) Rata-rata

(m³/ha)

Tunggak 92,05 9,21 19,70

Batang bebas cabang 219,65 21,96 47,00

Batang setelah cabang pertama 113,22 11,32 24,23

Cabang 42,42 6,06 9,08

Total 467,34 48,55 100,00

Analisis Hubungan Faktor yang Berpengaruh terhadap Volume Limbah Akibat Kegiatan Penebangan

Dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap volume limbah pemanenan kayu yaitu dengan melihat beberapa faktor, antara lain intensitas tebang, kemiringan lereng, dan luas bidang dasar. Hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume limbah pemanenan kayu diketahui dengan menggunakan software Minitab 16 dalam Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.

(23)

13

Gambar 2 Hubungan volume limbah dan kemiringan lereng

Gambar 3 Hubungan volume limbah dan luas bidang dasar

Gambar 1 menjelaskan bahwa intensitas tebang secara signifikan berpengaruh terhadap volume limbah pemanenan kayu. Nilai R² berdasarkan hasil uji diperoleh sebesar 62,3%. Hal ini berarti bahwa volume limbah limbah pemanenan kayu dipengaruhi oleh intensitas tebang hanya sebesar 62,3%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, seperti kemiringan lereng dan luas bidang dasar. Gambar 2 menjelaskan bahwa dengan nilai R² yang dihasilkan sebesar 12,2%, maka kemiringan lereng tidak signifikan mempengaruhi volume limbah pemanenan kayu. Hal ini berarti dengan kemiringan lereng yang datar atau curam, volume limbah yang dihasilkan tidak akan berpengaruh besar. Gambar 3 menjelaskan bahwa luas bidang dasar dapat mempengaruhi besar volume limbah yaitu sebesar 88,7%. Semakin besar luas bidang dasar, maka volume limbah pemanenan kayu juga akan semakin besar. Hal ini juga berarti semakin besar diameter pohon yang ditebang, maka volume limbah juga akan semakin besar.

Y = -1.29 + 7.21X R² = 88.7% Y = 61.1 – 0.341X

(24)

14

Faktor Eksploitasi

Faktor eksploitasi adalah perbandingan volume kayu yang dapat diproduksi dari sebatang pohon ditebang dengan volume batang pohon berdiri sampai dengan cabang pertama dari pohon yang sama (Elias 2002). Dalam penelitian ini, perhitungan faktor eksploitasi juga menggunakan volume batang bebas cabang. Penentuan faktor eksploitasi menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan persentase limbah dan pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut. Faktor eksploitasi dengan pendekatan persen limbah diperoleh dari 100% dikurangi total persen limbah pemanenan kayu, sedangkan berdasarkan pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut, faktor eksploitasi diperoleh dari hasil kegiatan penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. Nilai faktor eksploitasi pada tiap plot contoh disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Faktor eksploitasi pada setiap plot Plot Persen

Keterangan *: Perhitungan menggunakan volume batang bebas cabang

Besar nilai faktor eksploitasi sangat tergantung pada besar volume limbah pemanenan yang terjadi. Jika volume limbah pemanenan kayu yang dihasilkan besar maka faktor eksploitasi akan semakin kecil. Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai faktor eksploitasi rata-rata pada seluruh plot berdasarkan pendekatan persen limbah yaitu sebesar 68,99%. Hal ini berarti 68,99% volume batang bebas cabang sudah dimanfaatkan, sedangkan 31,01% merupakan limbah pemanenan kayu. Kurang dari 66% volume kayu umumnya dikeluarkan dari dalam hutan untuk diproses lebih lanjut (Parikka 2004).

(25)

15 kegiatan penebangan dan pembagian batang terjadi di petak tebang, sehingga volume limbah pemanenan kayu terbesar terjadi di petak tebang.

Massa Karbon Limbah Pemanenan Kayu

Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas. Pada sebagian besar hutan atau formasi hutan, perkiraan biomassa hanya didasarkan pada biomassa di pohon-pohon dengan diameter lebih besar dari atau sama dengan 10 cm, yang merupakan diameter minimum yang biasa diukur pada sebagian besar hutan (Brown 1997), sedangkan nekromassa merupakan massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), kayu tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tunggak atau ranting dan daun-daun gugur (serasah) yang belum terlapuk (Hairiah et al. 2011). Nekromassa pada penelitian ini berupa limbah pemanenan kayu, yaitu berbentuk tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang. Untuk dapat menduga simpanan karbon maka perlu mengetahui besar nekromassa. Perhitungan nekromassa diperoleh dari perkalian antara volume limbah dan kerapatan kayu limbah pemanenan tersebut. Rata-rata nekromassa pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata nekromassa terbesar berasal dari batang bebas cabang yaitu sebesar 28,21 ton/10 ha, selain itu juga nekromassa terbesar berasal dari batang bebas cabang dari jenis meranti merah yaitu sebesar 48,76 ton/10 ha, hal ini dikarenakan limbah pemanenan kayu terbesar yaitu berasal dari batang bebas cabang, serta jenis meranti merah merupakan jenis pohon yang paling banyak ditebang dalam kegiatan pemanenan kayu pada seluruh plot contoh. Rata-rata nekromassa terkecil dari seluruh jenis pohon berasal dari cabang yaitu sebesar 5,79 ton/10 ha, selain itu nekromassa terkecil berasal dari jenis keruing yaitu sebesar 3,40 ton/10 ha, hal ini dikarenakan keruing merupakan jenis pohon yang paling sedikit ditebang dan juga pada plot contoh tidak banyak pohon dari jenis keruing. Dari seluruh pohon yang ditebang, total rata-rata nekromassa diperoleh sebesar 62,84 ton/10 ha, hal ini berarti bahwa sebesar 62,84 ton/10 ha tegakan kehilangan biomassanya.

Tabel 7 Rata-rata biomassa limbah pemanenan kayu (nekromassa)

No Jenis pohon Volume limbah (m³/10 ha) Nekromassa (ton/10 ha) Total nekromassa

(26)

16

Fonseca et al. (2012) menyatakan bahwa, sebesar 66,3% total biomassa terdapat dalam komponen pohon berada di atas permukaan tanah. Menurut Lasco et al. (2006), sekitar 98% biomassa karbon di atas tanah berada pada pohon dengan diameter setinggi dada ≥19,5 cm. Setelah kegiatan penebangan karbon di atas tanah mengalami penurunan sekitar 50%. Sekitar 40% dari biomassa karbon pada pohon dikonversi menjadi kayu dan kayu lapis atau log untuk dijual, sedangkan 60% sisanya akan dipancarkan ke atmosfer sebagai karbon dioksida melalui pembakaran dan pembusukkan. Nekromassa akan sangat berpengaruh terhadap massa karbon tersimpan. Semakin besar nekromassa yang dihasilkan maka semakin besar pula massa karbon tersimpan. Massa karbon diperoleh dengan uji laboratorium, yaitu hasil perkalian antara nekromassa dan kadar karbon. Perhitungan massa karbon pada penelitian ini berdasarkan jenis pohon, yaitu berasal dari jenis meranti merah, meranti putih, meranti kuning, bangkirai, kapur, dan keruing. Rata-rata massa karbon pada limbah pemanenan kayu disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Rata-rata massa karbon limbah pemanenan kayu

No Jenis pohon Kadar karbon (%) Massa karbon (ton C/10 ha) Total massa

Keterangan: T = Tunggak, Bbc = Batang bebas cabang, Bscp = Batang setelah cabang pertama, C = Cabang

Tabel 8 menunjukkan bahwa kadar karbon terbesar yang diperoleh dari hasil uji laboratorium yaitu dari jenis bangkirai dan keruing, hal ini dipengaruhi oleh berat jenis kayu dari jenis pohon tersebut. Kadar karbon terbesar berasal dari batang bebas cabang, yaitu rata-rata 55,49%, sedangkan untuk kadar karbon terkecil berasal dari cabang, yaitu rata-rata 48,78%. Batang memiliki kadar karbon tertinggi karena pada masa pertumbuhan dan masa produktif pohon menyerap karbon melalui daun dalam proses fotosintesis dan hasilnya langsung disebarkan ke seluruh bagian pohon lain. Bagian pohon yang mampu menyimpan lebih banyak karbon adalah batang (Purnamasari 2012).

(27)

17 nekromassa jenis pohon tersebut. Semakin besar nekromassa maka simpanan massa karbon akan semakin besar pula. Nilai massa karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu yang diperoleh dari hasil penelitian juga berarti bahwa, sebesar 33,49 ton C/10 ha akan dilepaskan ke atmosfer melalui proses pembusukkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Limbah pemanenan kayu di PT Ratah Timber sebagian besar terjadi di petak tebang yaitu sebesar 46,72 m³/ha, sedangkan di TPn sebesar 0,86 m³/ha, dan limbah di TPK sebesar 0 m³/ha. Persentase limbah berdasarkan total volume limbah yaitu 98,19% terjadi di petak tebang, 1,81% terjadi di TPn, dan 0% di TPK. Besarnya limbah pemanenan kayu dapat dijelaskan oleh intensitas tebang, kemiringan lereng, dan luas bidang dasar, dengan faktor yang paling berpengaruh yaitu luas bidang dasar.

Besarnya faktor eksploitasi dengan pendekatan persen limbah yaitu sebesar 68,99%, sedangkan faktor eksploitasi dengan pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut yaitu sebesar 0,69.

Nekromassa terbesar berasal dari pohon jenis meranti merah, yaitu sebesar 110,08 ton/10 ha, selain itu nekromassa terbesar juga berasal dari batang bebas cabang, yaitu rata-rata 28,21 ton/10 ha. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa batang bebas cabang memiliki kadar karbon terbesar, yaitu rata-rata 55,49%, dimana jenis bangkirai dan keruing memiliki kadar karbon tertinggi. Besarnya simpanan massa karbon pada limbah pemanenan kayu di PT Ratah Timber yaitu rata-rata 33,49 ton C/10 ha.

Saran

Perlu dilakukan pengawasan di lapangan serta pelatihan teknik menebang bagi para penebang untuk dapat menekan besar volume limbah pemanenan kayu dan meningkatkan simpanan karbon pada limbah pemanenan kayu. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis biaya limbah pemanenan kayu untuk dapat memanfaatkan limbah pemanenan kayu lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Briedis JI, Wilson JS, Benjamin JG, Wagner RG. 2011. Logging residue volumes and characteristics following integrated roundwood and energy-wood whole-tree harvesting in Central Maine. North J Appl For. 28(2):66-71. Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forest. A

(28)

18

Duku MH, Gu S, Hagan EB. 2011. Biochar production potential in Ghana. [ulasan]. Elsevier. 15:3539-3551.doi:10.1016/j.rser.2011.05.010.

Elias. 2002. Reduced Impact Logging. Bogor (ID): IPB Pr.

Fonseca W, Alice FE, Benayas JMR. 2012. Carbon accumulation in aboveground and belowground biomass and soil of different age native forest plantations in the humid tropical lowlands of Costa Rika. New Forest. 43:197-211.doi:10.1007/s11056.011.9273.9.

Gorte RW. 2009. Carbon sequestration in forest. Congressional Research Service. Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan

Karbon dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre-ICRAF, SEA Regional Office. University of Brawijaya Indonesia.

Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Hadikusumo SA, penerjemah. Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada.

Lasco RD, Macdicken KG, Pulhin FB, Guillermo IQ, Sales RF, Cruz RVO. 2006. Carbon stocks assessment of a selectively logged dipterocarp forest and wood processing mill in the Philippines. J of Tropical Forest Science. kuantifikasi limbah kayu dalam rangka peningkatan efisiensi pemanenan hutan alam. Jurnal Bumi Lestari. 13(2):384-393.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID): IPB Pr. Maulana SI. 2009. Pendugaan densitas karbon tegakan hutan alam di Kabupaten

Jayapura, Papua. J Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 7(4):261-274.

Okai R, Boateng O. 2007. Analysis of sawn lumber production from logging residues of branchwood of Aningeria robusta and Terminalia ivorensis. Eur J Forest Res. 126:385-390.doi:10.1007/s10342.006.0157.z

Palviainen M, Finer L, Kurka AM, Mannerkoski H, Piirainen S, Starr M. 2004. Decomposition and nutrient release from logging residues after clear-cutting of mixed boreal forest. J Plant and Soil. 263:53-67.

Parikka M. 2004. Global biomass fuel resources. Biomass and Bioenergy. 27(6):13-20.

(29)

19 Purnamasari DR. 2012. Limbah pemanenan kayu, faktor eksploitasi dan karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu di IUPHHK-HA PT Indexim Utama, Kalimantan Tengah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sari RM. 2009. Indentifikasi dan pengukuran limbah pemanenan kayu (Studi

Kasus di PT. Austral Byna, Provinsi Kalimantan Tengah) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sukadaryati, Dulsalam, Rachman O. 2005. Potensi dan biaya pemungutan limbah penebangan kayu Mangium sebagai bahan baku serpih. J Penelitian Hasil Hutan. 1-19.

(30)

20

Lampiran 1 Limbah tunggak

Lampiran 2 Limbah batang bebas cabang (potongan pangkal)

Lampiran 3 Limbah batang setelah cabang pertama

(31)

21 Lampiran 5 Kerapatan kayu dari jenis pohon yang ditebang

No Jenis pohon Rata-rata kerapatan kayu (gram/cm³)

Tunggak Bbc Bscp Cabang

Keterangan: Bbc = Batang bebas cabang, Bscp = Batang setelah cabang pertama

Lampiran 6 Kadar zat terbang dan Kadar abu dari jenis pohon yang ditebang No Jenis pohon Kadar zat terbang (%) Kadar abu (%)

Lampiran 7 Luas areal kerja IUPPHK-HA PT Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan

Fungsi hutan Luas (ha) Jumlah (ha)

Blok I Blok II

Hutan Produksi Tetap (HP) 66.610 6.810 73.420

Hutan Produksi Terbatas (HPT) 20.005 - 20.005

Jumlah 86.615 6.810 93.425

Sumber: PT Ratah Timber 2010

Lampiran 8 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber Klasifikasi kelas lereng Blok I (ha) Blok II

(32)

22

Lampiran 9 Sediaan tegakan di areal berhutan IUPHHK-HA PT Ratah Timber berdasarkan hasil IHMB

No Kelompok jenis Ф10-19cm Ф 20-39 cm Ф > 40 cm - up N (btg) N (btg) V (m3) N (m3) V (m3) 1 Meranti 10.368.106 3.617.947 2.345.957 882.939 3.159.980 2 Rimba campuran 3.504.298 1.719.463 1.131.052 380.435 1.036.469 3 Kayu indah 382.177 179.203 108.284 39.183 113.159 Jumlah 14.254.580 5.516.613 3.585.294 1.302.557 4.309.610 Rata-rata/Ha 209,26 80,98 52,63 19,12 63,26 Sumber: PT Ratah Timber 2010

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 22 Oktober 1991. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Agus Sutikno dan Ibu Rahayu. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 4 Klampok, SMPN 2 Purwareja Klampok, SMAN 1 Purwareja Klampok, kemudian diterima sebagai mahasiswa strata 1 di Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan tahun 2010.

Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi anggota PC Sylva Indonesia IPB. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Pemanenan Hutan. Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan dalam Fakultas Kehutanan. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Sawal dan Pangandaran, Jawa Barat. Penulis juga mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Tahun 2013 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di PT Ratah Timber, Kalimantan Timur.

Gambar

Tabel 1  Jumlah pohon yang ditebang
Tabel 3  Limbah pemanenan kayu di petak tebang
Gambar 3. Y = 12.7 + 5.06X�
Gambar 2  Hubungan volume limbah dan kemiringan lereng
+4

Referensi

Dokumen terkait

1) Survey untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat dan lintas sektor terhadap kegiatan,progam dan layanan di puskesmas yang di lakukan satu.. tahun sekali dibawah tanggung

Mengikuti jadwal perwalian untuk bimbingan akademik dengan Dosen Wali, dan melakukan bimbingan Tugas Akhir atau Kerja Praktik sesuai dengan waktu dan tempat yang

xxxvii Hasil kuisioner Tabel lampiran 8 menunjukkan bahwa rata- rata higienitas lingkungan sebelum sapi di perah ( sanitasi pekerja, kebersihan sapi, kebersihan

Dengan kata lain zakat produktif adalah dana zakat yang dikeluarkan dan diberikan kepada seseorang atau kelompok masyarakat untuk digunakan sebagai modal kerja demi

Kedudukan hukum karyawan PT PLN (Persero) terhadap perjanjian sewa beli rumah negara sangat lemah, oleh karena peralihan tanah dan bangunan digunakan dengan memakai perjanjian sewa

Rajah 4: Manfaat PS oleh pentadbir, guru, ibu bapa dan murid Pentadbir • mengetahui perkembangan murid secara keseluruhan • mengetahui keberkesanan proses pengajaran dan

Jakarta, 27 May 2010: PT Indosat Tbk (“Indosat” or the “Company”) (Ticker: ISAT: IDX, IIT: NYSE) announced today that it is postponing the release of its Q1 2010

Mengkonsumsi wortel Aceh ternyata mempuyai nilai efektivitas yang lebih baik (p- value < 0,05) dibandingkan mengonsumsi wortel Medan terhadap perubahan debris indeks