• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Keberhasilan Pengelolaan Usaha Hutan Rakyat Jati Di Desa Citanglar Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Keberhasilan Pengelolaan Usaha Hutan Rakyat Jati Di Desa Citanglar Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEBERHASILAN PENGELOLAAN USAHA

HUTAN RAKYAT JATI DI DESA CITANGLAR KECAMATAN

SURADE KABUPATEN SUKABUMI

MUHAMAD AHSAN PUTRA IGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Keberhasilan Usaha Hutan Rakyat di Desa Citanglar, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Muhamad Ahsan Putra Igor

(4)

ABSTRAK

MUHAMAD AHSAN PUTRA IGOR. Evaluasi Keberhasilan Pengelolaan Usaha Hutan Rakyat Jati Di Desa Citanglar Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh Ir Budi Prihanto, MS dan Ir Muhammad Zanzibar, MM.

Kebutuhan kayu jati sebagai bahan baku untuk industri terus meningkat pesat. Banyak cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kayu, salah satunya adalah melalui pengusahaan hutan rakyat. Hutan rakyat Surade memiliki luas sebesar 34,1 ha yang terdiri dari tiga blok. Fokus penelitian ini terdapat pada biofisik tanaman jati (diameter, tinggi dan persen tumbuh), kelola sosial ekonomi, dan kelola lingkungan

.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan pengelolaan hutan rakyat di Desa Citanglar, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, baik dari aspek biofisik/teknik budidaya dan aspek sosial ekonomi masyarakat, khususnya para petani yang dilibatkan dalam kerjasama multi pihak serta kelola lingkungan. Tanaman dikelompokan berdasarkan umur tanaman yaitu umur kurang dari satu tahun terdapat di blok tiga dengan riap diameter sebesar 8.06 cm/tahun sampai dengan 12.28 cm/tahun dan riap tinggi sebesar 4.08 m/tahun sampai dengan 9.03 m/tahun dengan persen tumbuh 100%. Pada umur 18 bulan memiliki riap diameter sebesar 4.81 cm/tahun sedangkan riap tinggi sebesar 5.43 m/tahun dengan persen tumbuh 100%. Untuk melihat keberhasilan sosial ekonomi maka hasil perhitungan didapatkan pendapatan petani per bulan sebesar Rp. 726 500

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

EVALUASI KEBERHASILAN PENGELOLAAN USAHA

HUTAN RAKYAT JATI DI DESA CITANGLAR KECAMATAN

SURADE KABUPATEN SUKABUMI

MUHAMAD AHSAN PUTRA IGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

(6)
(7)

F(F5J 4A/@C/ J G$6F$C/J )&)A,$C/7$=J)=*)8?7$$=J"C$,$JFD$=J$3H$DJ0J)C$J /D$>*6$AJ )'$:$D$=JFA$()J $&F@$D)=JF3$&F:/J

$:$J J

F-$:$(J,C$=JFDA$J*?AJ J J

/C)DFF/J?9),J

F(1J J

):&/:&/>+J

$>**$8JF8FC J

!AJF,$;<$(J#$=I/&$AJJ ):&2:&/=*JJ

(8)

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Keberhasilan Pengelolaan Usaha Hutan Rakyat di Desa Citanglar, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang evaluasi keberhasilan pengelolaan hutan rakyat Surade.

Tidak lupa penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua Igoreski Ambiar dan Budi Prati, beserta kakak Prathama Putra Igor dan seorang adik Iqlima Farah Zanaria Putri Igor atas dukungan, motivasi dan doa

2. Ir Budi Prihanto, MS selaku dosen pembimbing pertama dan Ir Moch. Zanzibar, MS selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta semangat dan motivasi kepada penulis

3. Keluarga besar FORCI Development yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

4. Citra Aryani , atas inspirasi, dukungan dan motivasi kepada penulis

5. Fini, SAM, Kontri, yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung

6. Keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB

7. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan demi perbaikan tulisan ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 4

Alat dan Bahan 4

Metode Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 9

Pengelolaan Usaha Hutan Rakyat 10

Keberhasilan Produksi 10

Keberhasilan Sosial Ekonomi 12

Kesejahteraan Petani Penggarap 15

Keberhasilan Kelola Lingkungan 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Persentase tumbuh tanaman Jati Inti Surade 11 Tabel 2 Diameter dan riap diameter berdasarkan umur tanaman 11 Tabel 3 Rata-rata tinggi dan riap tinggi pohon berdasarkan umur tanaman 12 Tabel 4 Pendapatan petani dari upah kerja hutan rakyat 14 Tabel 5 Rata-rata pendapatan petani per bulan selama daur 15

DAFTAR GAMBAR

1 Petak Areal Kerja Blok 1 5

2 Petak Areal Kerja Blok 2 6

3 Petak Areal Kerja Blok 3 6

4 Contoh Pengambilan Plot 7

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi kayu dari hutan alam semakin menurun, salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan kayu adalah dari hutan rakyat, yakni hutan yang dibangun diatas lahan yang dibebani hak. Selain untuk menghasilkan kayu, hutan rakyat memberikan manfaat sosial bagi masyarakat dan manfaat bagi kelestarian lingkungan.

Hutan rakyat Surade merupakan salah satu bentuk pengembangan hutan rakyat di Indonesia. Pengembangan Hutan rakyat Surade di mulai sejak bulan Desember 2012. Pengembangan Hutan rakyat Surade dilakukan melalui kolaborasi multipihak yang terdiri dari pemilik lahan, petani penggarap, investor dan pengelola kolaborasi. Tanaman pokok yang dikembangkan berupa Jati Inti, yakni jati unggul cepat tumbuh yang bisa dipanen pada umur 8 tahun. Bibit Jati Inti berasal dari hasil pemuliaan Jati Solomon melalui teknologi radiasi sinar gamma dan teknologi kultur jaringan untuk pengembangannya.

Kayu jati (Tectona grandis) termasuk pada golongan kayu keras yang memiliki jaringan yang kuat. Jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet yang tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan sampai 500 tahun (Suryana 2001). Sebagian besar jati terdapat di pulau Jawa, yang pengelolaannya dilakukan oleh Perum Perhutani, namun sekarang banyak masyarakat yang mulai membudidayakan tanaman jati pada lahan milik mereka sendiri secara sederhana dengan sistem agroforestri maupun tidak dengan sistem agroforestri.

Pembangunan hutan rakyat pola kemitraan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu meliputi faktor sosial ekonomi dan budaya, faktor biofisik dan sistem/teknik silvikulturnya. Pembangunan hutan rakyat pola kemitraan akan berhasil apabila dalam pelaksanaannya dapat memanfaatkan faktor-faktor yang mendukung dan mengatasi faktor-faktor yang menghambat. Pembangunan hutan rakyat pola kemitraan berhasil apabila (1) supply kayu bahan baku industri dapat terpenuhi secara berkesinambungan (2) kesejahteraan masyarakat meningkat (3) aspek konservasi/perlindungan lahan meningkat dan (4) produktivitas lahan meningkat (Haryono 1996).

Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengevaluasi keberhasilan pengelolaan usaha hutan rakyat tersebut baik dari aspek biofisik atau produksi, aspek sosial dan aspek lingkungan.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang tingkat keberhasilan dan memperoleh pembelajaran terkait cara mengenali dan mengelola faktor-faktor penting penentu keberhasilan pengelolaan hutan rakyat.

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan dan Hutan Rakyat

Menurut Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Hutan rakyat dalam pengertian menurut, UU No. 41/1999, adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara yaitu, hutan yang tumbuh diatas tanah yang tidak dibebani hak milik, atau tanah negara.

Nurfatriani (2006) menyatakan bahwa sumberdaya hutan Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkat lokal. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar dan lain-lain, serta manfaat yang tidak terukur (intangible) berupa manfaat perlindungan lingkungan, jasa lingkungan dan lain-lain.

Jenis-jenis tanaman kehutanan yang banyak diusahakan pada hutan rakyat menurut Syahadat (2006), diantaranya adalah : Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia macrophylla), Sengon (Falcataria moluccana), Akasia (Acacia mangium), Sonokeling (Dalbergia latifolia), Petai (Parkia speciosa), Nangka (Artocarpus integra), Gamal (Inocarpus edulis), Mindi (Melia azedarach), tinggi. Kayu jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II. Berdasarkan taksonomi, jati dapat digolongkan sebagai berikut (Sumarna 2003):

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dictyledoneae Ordo : Verbenales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona

(13)

3 Daerah penyebarannya meliputi India, Birma, Thailand, Vietnam dan Indonesia. Di Indonesia terutama di pulau Jawa, Jati ditemukan di daerah-daerah pada ketinggian kurang dari 700 meter diatas permukaan laut. Tumbuhan ini juga terdapat di Muna, Buton, Maluku, dan Nusa tenggara. Jati digolongkan sebagai kayu kuat II dan kelas awet I–II yang tahan gangguan terhadap rayap serta jamur dan mampu bertahan hingga 500 (Tini & Amri 2002).

Tanaman Jati dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 30–45 m dengan tinggi bebas cabang 15–20 m dan diameter 220 cm. Pertumbuhan jati cukup cepat sampai umur 25 tahun, namun setelah itu pertumbuhan jati relatif melambat (Sumarna 2003). Jati dapat tumbuh pada tanah yang banyak mengandung Fosfor (P) dan kalsium (Ca), dengan pH antara 6–8. Kondisi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan jati adalah lingkungan dengan musim kering yang lebih banyak dengan curah hujan antara 1200–3000 mm/tahun, intesitas cahaya tinggi dan suhu 22–310C (Dirjen RRL 1995).

Pengelolaan Hutan Rakyat

Menurut Simon (1998) dalam Safitri (2009), pengelolaan hutan rakyat dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu kategori kehutanan konvensional dan kehutanan modern (kehutanan sosial). Teori pengelolaan hutan yang termasuk ke dalam kehutanan konvensional adalah penambangan kayu atau timber extraction (TE) dan perkebunan kayu atau timber management (TM). Sementara itu yang termasuk kedalam golongan kehutanan sosial adalah pengelolaan hutan sebagai sumberdaya atau forest resource management (FRM) dan pengelolaan hutan sebagai ekosistem atau forest ecosystem management (FEM). Keempat toeri pengelolaan hutan tersebut secara evolutif berkembang, sejak dari penebangan kayu (TE) hingga pengelolaan ekosistem hutan (FEM).

(14)

4

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai Desember 2014 yang terdiri dari penyusunan proposal, pengambilan data primer dan data sekunder, pengolahan data, penyusunan laporan/skripsi, seminar/deseminasi.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk keperluan pengambilan data adalah GPS, pita ukur, haga, thally sheet, kuesioner, alat tulis, komputer, kamera. Bahan dalam penelitian ini adalah peta lokasi tanaman hutan rakyat Jati Inti di Hutan Rakyat Desa Citanglar, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.

(15)

5

Pengumpulan Data

Data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa data tegakan dan data sosial ekonomi petani. Data tegakan yang diambil meliputi umur tanaman, diameter setinggi dada (DBH), tinggi total tanaman dan persen tumbuh tanaman. Data sosial ekonomi berupa data identitas petani, data keluarga petani, persepsi petani, kapasitas petani dan pendapatan petani.

Data sekunder dalam penelitian ini berupa data demografi desa, data tingkat pendidikan, data iklim dan data topografi Desa Citanglar, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan sketsa areal kerja hutan rakyat Surade diketahui bahwa areal hutan rakyat tersebut terdiri dari 3 blok yang memuat 35 petak (gambar 1,2 dan 3).

(16)

6

Gambar 2 Petak Areal Kerja Blok 2

Gambar 3 Petak Areal Kerja Blok 3

Plot contoh untuk pengukuran tegakan berupa persegi berukuran 9 m × 12 m, mengukuti posisi pohon yang berjarak tanam 3 m × 4 m (Gambar 4). Pemilihan plot contoh dilakukan pada setiap petak. Plot pertama ditentukan secara

(17)

7

Gambar 4 contoh pengambilan plot

Pengumpulan data sosial ekonomi menggunakan teknik wawancara kepada 25 responden petani penggarap yang dipilih secara terarah (purposive) mewakili sebaran blok/petak. Pencatatan data mengunakan kuesioner sosial ekonomi petani.

Data sekunder terdiri dari peta areal kerja, data statistik desa, dan data biofisik. Data biofisik yang termasuk data sekunder seperti data iklim di daerah Kabupaten Sukabumi dan data demografi kependudukan Desa. Data demografi seperti data jumlah penduduk desa dan tingkat pendidikan yang didapatkan berdasarkan data statistik Desa Citanglar, Kecamatan Surade.

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data biofisik tegakan

Data biofisik terdiri dari data tinggi, data diameter, persentase tumbuh, data umur tegakan, dan jarak tanam. Selanjutnya data dimensi tegakan yang telah dikelompokkan menurut umur (bulan) diolah untuk mendapatkan rata-rata dan riap/laju pertumbuhannya.

Rata-rata danriap diameter

Riap diameter adalah rata-rata pertumbuhan diameter pohon per satuan waktu (umur). Berdasarkan data maka persaman yang dipakai sebagai berikut :

Rata-rata diameter =……… (cm)

Riap diameter =

x 12 bulan …….. (cm/tahun)

Keterangan :

di = Diameter pohon ke-i

(18)

8

Rata-rata danriap tinggi

Riap tinggi adalah rata-rata pertumbuhan tinggi pohon per satuan waktu (umur). Berdasarkan data maka, persamaan yang dipakai sebagai berikut :

Rata-rata tinggi =…….. (m)

Peraturan menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.60/Menhut-II/2009 BAB I Pasal 1 menyatakan bahwa, persentase tumbuh tanaman adalah perbandingan antara tanaman sehat dengan jumlah tanaman yang di targetkan dikalikan 100%. Persentase tumbuh diperoleh melalui persamaan berikut :

Persentase tumbuh =

× 100%

Keterangan :

Jumlah pohon aktual :Jumlah pohon hasil pengamatan dalam plot

Jumlah pohon normal :Untuk jarak tanam 3 m × 4 m dan luas plot 12 m × 12 m sebanyak 16 pohon.

Ragam atau Varian

Perbandingan antara jumlah kuadrat simpangan-simpangan dengan banyaknya data. Berdasarkan data yang didapat maka pesamaan yang dipakai sebagai berikut :

Simpangan baku adalah suatu nilai yang menunjukkan tingkat atau derajat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari mean. Berikut adalah rumus simpangan baku :

Koefisien variasi

Perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Koefisien variasi juga menggambarkann ukuran variasi/penyebaran data. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk mendapatkan koefisien variasi :

(19)

9 Keterangan :

S = Simpangan baku

ȳ = rata-rata variable

Pengolahan dan Analisis Data Sosial Ekonomi

Data sosial ekonomi yang dikumpulkan melalui teknik wawancara kepada petani penggarap, data yang dikumpulkan berupa: identitas petani, keluarga petani, persepsi petani, kapasitas petani, dan pendapatan petani. Data sosial diolah untuk mendapatkan rata-rata dan proporsi kategori dari setiap karakteristik atau peubah yang diamati dalam wawancara, Selanjutnya hasil pengolahan dan analisis data tersebut diinterpretasikan hubungannya dengan tingkat keberhasilan kelola sosial dan kelola budidaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Kecamatan Surade mempunyai luas 622.05 Ha, berada di bagian selatan wilayah Kabupaten Sukabumi yang secara umum terbagi dua kategori lahan, yaitu sebelah utara dan selatan. Mayoritas didominasi oleh lahan kering dan perumahan, perkotaan dan sebelah barat dan timur didominasi oleh lahan basah dan persawahan. Adapun batas-batas administrasi Kecamatan Surade yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Citanglar, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jagamukti, lalu sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banuwangi dan Desa Pasiripis, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kadaleman.

Kondisi topografi lokasi penelitian memiliki ketinggian 50–116 mdpl dengan kondisi bentuk permukaan tanah yang berbukit dan memiliki pH 5–8. Iklim di lokasi penelitian berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson adalah iklim kering dengan curah hujan berkisar antara 2 000–3 000 mm/tahun.

Desa Citanglar memiliki luas wilayah 245 Ha, berbatasan dengan Desa Wanasari dan Desa Talagamurni di sebelah utara, Kelurahan Surade dan Desa Jagamukti di sebelah selatan, Desa Kadaleman di sebelah barat dan Desa Kademangan di sebelah timur.

Secara demografi, jumlah penduduk di Desa Citanglar sebanyak 6 094 jiwa dengan jumlah laki-laki dan perempuan masing-masing 3 027 dan 3 067 jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak 2 364 KK sebagian besar bekerja sebagai petani, buruh tani, dan wirausaha. Infrastruktur yang tersedia antara lain akses jalan yang memadai, posyandu, dan poskesdes. Prasarana pendidikan antara lain PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Madrasah (Tsanawiyah, Ibtidaiyah, Aliyah). Prasarana peribadatan berupa masjid dan musholla, serta prasarana perekonomian berupa pasar, toko, dan koperasi.

Kegiatan hutan rakyat Surade merupakan kegiatan multipihak. Dalam kegiatan hutan rakyat masing – masing mempunyai peran sebagai berikut :

(20)

10

2. Petani penggarap, melaksanakan kegiatan budidaya tanaman pokok dan tanaman tumpang sari

3. Investor, menyediakan modal/biaya untuk biaya hutan rakyat 4. Pengelola berkepentingan :

a. Memfasilitasi kesepakatan skema kerjasama antar pihak

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan budidaya (kelola produksi)

c. Melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap petani Hutan rakyat surade.

d. Memberikan laporan kegiatan pengelolaan Hutan rakyat Surade secara fisik dan finansial kepada investor

Atas peran masing-masing pihak maka manfaat hutan rakyat Surade di distribusikan sebagai berikut :

1. Pemilik lahan mendapatkan 20% bagi hasil

2. Petani penggarap mendapatkan 10% bagi hasil dan tumpangsari 3. Investor mendapatkan 45% bagi hasil panen

4. Pengelola 22.5% dari bagi hasil panen 5. Pembangunan desa mendapatkan 2.5%.

Pengelolaan Usaha Hutan Rakyat

Pengelolaan usaha hutan rakyat di Surade sangat erat hubungannya dengan masyarakat sekitar hutan rakyat. Pengelolaan hutan rakyat surade merupakan kerjasama multipihak yang terdiri dari pemilik lahan, penggarap, investor, pengelola dan desa.

Keberhasilan suatu pengelolaan hutan rakyat dapat dikatakan berhasil apabila biofisik tanaman pokok jati bertambah dengan baik dan petani penggarap hutan rakyat mendapatkan penghasilan yang cukup, serta dampak lingkungannya terkendali. sebanyak 80 orang dengan luas rata-rata sebesar 0.4 Ha/orang.

Keberhasilan Kelola Produksi

Untuk melihat keberhasilan kelola produksi maka tanaman dikelompokan berdasarkan umur tanaman yaitu umur 5 bulan, 6 bulan, 7 bulan, 10 bulan dan 18 bulan. Pada tanaman umur 5, 6, 7 bulan terdapat pada blok tiga sedangkan pada umur 10 bulan terdapat pada blok dua dan pada umur 18 bulan terdapat pada blok satu.

Persentase tumbuh

(21)

11 Tabel 1 Persentase tumbuh tanaman Jati Inti Surade

rata-rata Ragam Simpangan Baku Koefisien Variasi

Blok Umur (bulan) Total Plot Persen Tumbuh

Berdasarkan hasil observasi lapang dan perhitungan yang dilakukan di hutan rakyat Surade, menunjukan bahwa keberhasilan persentasi tumbuh pada tanaman Jati dari umur 5 bulan sampai 18 bulan sebesar 100 % atau tidak ada tanaman pokok jati yang mati mulai dari penanaman hingga pengukuran dilakukan.

Pertumbuhan tegakan

Salah satu ukuran untuk melihat keberhasilan pertumbuhan tanaman adalah riap diameter dan riap tinggi.

Tabel 2 Diameter dan riap diameter berdasarkan umur tanaman

rata-rata Ragam Simpangan Baku Koefisien Variasi rata-rata Ragam simpangan baku Koefisien Variasi (%)

3 5 5 4.68 1.01 1.00 21.47 11.22 5.80 2.41 21.47

3 6 2 6.14 0.36 0.60 9.72 12.28 1.42 1.19 9.72

3 7 2 5.75 0.16 0.40 6.92 9.86 0.46 0.68 6.92

2 10 16 6.71 1.92 1.39 20.63 8.06 2.76 1.66 20.63

1 18 10 7.21 0.17 0.42 5.78 4.81 0.08 0.28 5.78

Blok Umur (bulan) Total Plot Diameter (cm) Riap Diameter (cm/tahun)

Pada umur tanaman 5 bulan didapatkan rata-rata diameter sebesar 4.68 cm dan rata-rata riap diameter sebesar 11.22 cm/tahun. Pada umur tanaman 6 bulan memiliki rata-rata diameter sebesar 6.14 cm dengan riap diameter sebesar 12.28 cm/tahun. Pada umur tanaman 7 bulan memiliki rata-rata diameter sebesar 5.75 cm dengan rata-rata riap diameter sebesar 9.86 cm/tahun. Untuk kelas umur 10 bulan, tanaman memiliki rata-rata diameter sebesar 6.71 cm dengan rata-rata riap diameter sebesar 8.06 cm/tahun. Pada kelas umur 18 bulan rata-rata diameter tanaman sebesar 6.70 cm dengan rata-rata riap diameter sebesar 4.81 cm/tahun.

Pada umur 5,6,7 bulan (blok 3) mengalami peningkatan riap rata-rata setelah adanya peyempurnaan teknik budidaya. Secara alamiah riap tanaman jati akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya umur tanaman jati.

(22)

12

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa pertumbuhan riap diameter tanaman Jati Inti Surade pada umur kurang dari satu tahun sebesar 8.06 cm/tahun sampai dengan 12.28 cm/tahun, sedangkan pada umur 18 bulan didapatkan pertumbuhan riap diameter sebesar 4.81 cm/tahun, maka dapat dilihat bahwa tanaman Jati Inti Surade telah melampaui target yang telah di tentukan oleh pengelola. Pada Tabel 3 disajikan nilai-nilai baik riap tinggi maupun riap tinggi tanaman Jati Inti berdasarkan umur tanaman.

Tabel 3 Rata-rata tinggi dan riap tinggi pohon berdasarkan umur tanaman

rata-rata Ragam Simpangan Baku Koefisien Variasi rata-rata Ragam simpangan baku Koefisien Variasi (%)

3 5 5 2.98 0.34 0.58 19.53 7.16 1.95 1.40 19.53

Pada umur tanaman 5 bulan didapatkan rata-rata tinggi sebesar 2.98 m dan rata-rata riap tinggi sebesar 7.16 m/tahun. Pada umur tanaman 6 bulan memiliki rata-rata tinggi sebesar 4.52 m dengan rata-rata riap tinggi sebesar 2.39 m/tahun. Pada umur tanaman 7 bulan memiliki rata tinggi sebesar 3.8 m dengan rata-rata riap tinggi sebesar 6.51 m/tahun. Untuk kelas umur 10 bulan, tanaman memiliki rata-rata diameter sebesar 4 m dengan rata-rata riap tinggi sebesar 4,8 m/tahun. Pada kelas umur 18 bulan rata tinggi sebesar 8,14 m dengan rata-rata riap tinggi sebesar 5.43 m/tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Erfansyah (2011) riap tinggi tanaman JUN berdasarkan kelas umur -1 tahun sebesar 2.31 m/tahun, sedangkan pada kelas umur 1-2 tahun sebesar 4.07 m/tahun.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan, tanaman Jati Inti Surade memiliki riap tinggi sebesar 4.08 m/tahun sampai dengan 9.03 m/tahun untuk umur tanaman kurang dari satu tahun, sedangkan pada umur tanaman lebih dari satu tahun memiliki riap tinggi sebesar 5.43 m/tahun. Kondisi riap tinggi di tanaman Jati Inti Surade pada umur kurang dari satu tahun maupun umur 18 bulan menunjukan lebih tinggi dari JUN (Tabel 3).

Keberhasilan Sosial Ekonomi

(23)

13 Berdasarkan hasil wawancara terhadap 25 responden (petani penggarap) didapatkan responden kisaran berumur 26–65 tahun, semua responden adalah pria, dengan status responden adalah sudah menikah dan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang. Semua responden mengharapkan adanya kelompok tani agar dapat meningkatkan produktifitas petani penggarap. Dari 25 responden yang di wawancara, didapatkan 24 responden hanya bekerja di hutan rakyat Surade dan satu responden bekerja sebagai tukang batu, namun pada musim tanam semua responden menanam di kebun mereka masing-masing.

Tanaman tumpang sari yang paling banyak ditanam di hutan rakyat Surade adalah padi dan kacang tanah. Dari hasil wawancara didapatkan 25 responden dapat mengetahui cara menanam jati dan mengelola hutan rakyat Surade. Harapan responden untuk pengelola adalah pemberian modal untuk melakukan tumpang sari dan memberikan jalan keluar untuk kegiatan tumpang sari pada umur tanaman jati berumur 4–8 tahun.

Kontribusi pendapatan petani dari kegiatan hutan rakyat

Pendapatan penggarap dari hutan rakyat berupa upah kerja di hutan rakyat dan dari hasil tumpang sari.

1. Upah kerja hutan rakyat

Upah yang didapatkan dari bekerja sebagai penggarap di hutan rakyat Surade mulai dari pembersihan lahan hingga pengendalian hama. Upah kerja yang didapatkan petani dapat dikelompokan menjadi dua yaitu upah kerja sebelum penanaman dan upah kerja sesudah penanaman. Jumlah penggarap yang bekerja di hutan rakyat seluas 30 Ha dengan jumlah pohon sebanyak 800 pohon/Ha adalah sebanyak 80 orang penggarap.

a. Upah kerja penyiapan lahan

Upah penyiapan lahan terdiri dari upah pembersihan lahan sebesar Rp 1300 /pohon, pembuatan jarak tanam Rp1500 /pohon, pengajiran Rp 500 /pohon, lubang tanam Rp 1000 /pohon, upah ini diberikan setelah melakukan kegiatan penyiapan lahan. Hasil yang didapat oleh setiap penggarap dalam kegiatan penyiapan lahan sebesar Rp 1 290 000 /tahun

b. Upah kerja penanaman

Upah kerja penanaman diperoleh dari hasil upah penanaman dan upah pemupukan dasar. Upah penanaman Rp 1000 /pohon dan upah pemupukan dasar Rp 300 /pohon. Upah ini diberikan setelah melakukan kegiatan penanaman. Hasil yang didapat oleh setiap penggarap dalam kegiatan penanaman sebesar Rp 390 000.

c. Upah kegiatan pemeliharaan

Upah kegiatan pemeliharaan tahun pertama diperoleh dari upah pemupukan Biofertilizer sebesar Rp 500 /pohon, upah pemupukan NPK dan Phonska sebesar Rp 1000 /pohon, upah pendangiran dan penyiangan sebesar Rp 1000 /pohon, upah kegiatan wiwil sebesar Rp 1000 /pohon, intensif petani sebesar Rp 500 /pohon, pengendalian hama sebesar Rp 250 /pohon. Upah ini diberikan setelah melakukan kegiatan pemeliharaan tahun pertama. Hasil yang didapat oleh penggarap dari kegiatan pemeliharaan sebesar Rp 1 275 000 /tahun.

(24)

14

/pohon. Upah ini diberikan setelah melakukan kegiatan pemeliharaan tahun kedua. Hasil yang didapat oleh penggarap sebesar Rp 1 125 000 . Upah kegiatan pemeliharaan pada tahun ketiga sampai kedelapan seperti upah pendangiran dan penyiangan sebesar Rp 1000 /pohon, intensif petani sebesar Rp 500 /pohon, pengendalian hama sebesar Rp 250 /pohon. Upah diberikan setiap tahun ketiga hingga tahun kedelapan. Upah per tahun sebesar Rp 525 000.

Tabel 4 Pendapatan petani dari upah kerja hutan rakyat

1 2 3 4 5 6 7 8

Insentif petani 500 400 400 400 400 400 400 400 400 3 200 Pengendalian hama 250 400 400 400 400 400 400 400 400 3 200

2 400

1000 800 800

-Total 10 880 3 200 2 400

Jenis kegiatan Pendapatan upah pada tahun ke (×Rp 1000/ha)

Total

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4, petani penggarap mendapatkan upah bekerja selama 8 tahun sebesar Rp 28 480 000 /Ha atau petani mendapatkan upah sebesar Rp 296 667 /Ha/bulan.

d. Pendapatan hasil panen

Asumsi pengelola, rata-rata diameter saat dipanen sebesar 28 cm dengan panjang log 8 m serta perkiraan volume per batang sebesar 248 cm/m3, dengan asumsi pesimis rata-rata diameter yang dipanen sebesar 28 cm dan perkiraan harga kayu jati pada tahun ke 8 yaitu Rp 3 000 000 /m3. Sehingga hasil panen yang didapatkan sebesar Rp 815 778 030 /Ha.

Bagi hasil panen untuk petani sebesar 10% dari hasil panen. Rata-rata luas garapan petani sebesar 0.4 Ha. Perkiraan pendapatan petani dari hasil panen sebesar Rp 32 631 121 /petani, maka pendapatan petani sebesar Rp 4 078 890 /petani/tahun atau Rp 339 907 /petani/bulan.

e. Pendapatan tumpangsari

(25)

15

Perkiraan pendapatan penggarap per petani

Perhitungan pendapatan petani penggarap per petani yang berdasarkan pendapatan petani penggarap didalam kegiatan penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, tumpang sari palawija, dan hasil panen tanaman Jati.

Tabel 5 Rata-rata pendapatan petani per bulan selama daur

No. Jenis kegiatan Total pendapatan per bulan

1. Upah kerja petani penggarap Rp 246 250

2. Hasil Tumpang sari Rp 144 509

3. Bagi Hasil Panen Rp 339 907

Total Rp 730 666

Ket: Luas lahan garapan sebesar 0.4 Ha/petani

Berdasarkan hasil perkiraaan perhitungan pendapatan petani penggarap diperkiraan pendapatan petani penggarap di hutan rakyat Surade adalah sebesar Rp. 730 666 /petani/bulan.

Analisa kesejahteraan petani penggarap

Kesejahteraan petani dapat diketahui dengan perkiraan pendapatan petani penggarap hutan rakyat Surade sebesar Rp 730 666 /petani/bulan dengan luas areal garapan seluas 0.4 Ha/petani, jika dibandingkan dengan garis kemiskinan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2013 sebesar Rp 411 523 /kapita/bulan (Indikator Masyarakat Kota Sukabumi 2013). UMK Sukabumi sebesar Rp 1 155 000 /bulan/kapita, untuk mendapatkan pendapatan minimal sama dengan UMK Sukabumi maka luas areal kerja (garapan) yang harus di garap oleh petani sebesar 0.63 Ha. Pendapatan tersebut tidak memperhitungkan pendapatan dari aktifitas lain di luar hutan rakyat seperti menjadi buruh tani, mengolah lahan milik sendiri, pemecah batu dan lain-lain.

Kelembagaan petani

Keberadaan usaha hutan rakyat di Surade telah memberikan pengalaman baru dan penigkatan pengetahuan serta keterampilan petani dalam pengelolaan hutan rakyat khususnya hutan rakyat Jati Inti dan perkembangan komoditas tumpang sarinya.Petani memperoleh pembelajaran berorganisasi didalam kelembagaan kelompok tani meskipun legalitas pembentukannya masih dalam proses.

Perkembangan sosial kapital

Hutan rakyat Surade merupakan kerjasama multipihak. Kerjasama multipihak yang ada terjadi karena adanya kepercayaan dan adanya rasa saling menghargai yang dapat membangun komitmen dan etos kerja yang baik. Dari hasil observasi lapang didapatkan bahwa komitmen dan etos kerja sangat mempengaruhi kinerja biofisik tegakan tanaman hutan rakyat jati Surade.

Keberhasilan kelola lingkungan

(26)

16

pertumbuhan diameter dan tinggi yang besar dibandingkan dengan tanaman yang berada di daerah punggung dan lereng lapangan. Fenomena ini perlu jadi perhatian pengelola untuk perbaikan teknik konservasi tanah dan air

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat keberhasilan biofisik hutan rakyat Surade pada tegakan jati umur 5, 6, 7, 10, 18 bulan telah melampaui target, baik dari riap diameter tanaman, riap tinggi tanaman, dan persen tumbuh. Pendapatan petani yang di kontribusikan oleh hutan rakyat Surade mempunyai rata-rata sebesar Rp 726 500 /tahun per petani dengan luas rata-rata per pertani sebesar 0.4 Ha.

Untuk mendapatkan minimal sama dengan UMK Sukabumi maka luas areal kerja (garapan) sebesar 0.63 Ha. Faktor lingkungan yang penting untuk dikendalikan adalah tingkat erosi pada lahan-lahan lereng yang berdampak kepada pertumbuhan tegakan.

Saran

Kondisi tempat tumbuh dan perlakuan terhadap tanaman sangat sensitif pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman pokok. Sehingga pengelola perlu responsif dalam tindakan perbaikan teknis budidaya dan pengendalian lingkungan. Pendapatan petani sangat tergantung pada jenis komoditas tumpang sari yang dikembangkan, sehingga perlu adanya inovasi penggunaan komoditas yang dibudidayakan. Pada saat tajuk tanaman pokok sudah menutup perlu pengembangan usaha petani yang bisa dilaksanakan dalam kondisi lahan yang sudah ternaungi.

DAFTAR PUSTAKA

Awang SA. 2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan. Pustaka Kehutanan Masyarakat, Yogyakarta (ID): DEBUT 2001

[DIRJEN RRL] Direktorat Jendral RRL. 1995. Peranan Pembangunan Hutan Rakyat dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan Mutu Lingkungan. Makalah Dalam Rangka Seminar Nasional Hutan Rakyat Menuju Modal Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan: Jakarta, 29 Agustus 1995

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Erfansyah MN. 2011. Prospek Usaha Bagi Hasil Penanaman Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Pada Koperasi Wanabhakti Nusantara di Kabupaten Bogor) [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(27)

17 Nurfatriani F. 2006. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumberdaya Hutan. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Pusat Penelitian Sosisal Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. 3(1).

[PP] Peraturan Pemerintah Nomor : P.6/Menhut-II/2009 Bab I. Pasa l. 2009.

Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan. Jakarta (ID): Kementrian Kehutanan Republik Indonesia.

Safitri E. 2009. Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Kecamatan Biru-biru [skripsi]. Medan (ID) :Universitas Sumatera Utara. Sumarna Y. 2003. Budi Daya Jati. Penebar Swadaya. Bogor (ID).

Suryana Y. 2001. Budidaya Jati. Bogor (ID) : Swadaya.

Syahadat E. 2006. Kajian Pedoman Penatausahaan Hasil Hutan di Hutan Rakyat Sebagai Dasar Acuan Pemanfaatan Hutan Rakyat. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Volume 3 Nomor 1 Tahun 2006. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor (ID).

(28)

18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 riap berdasarkan kelas umur lebih dari satu tahun diameter (cm/tahun) tingggi (m/tahun)

18 1 4.74 5.42 100

18 2 4.74 5.27 100

18 3 4.79 4.98 100

18 4 5.09 5.45 100

18 5 4.92 5.77 100

18 6 4.91 6.46 100

18 7 4.63 5.08 100

18 8 4.94 6.21 100

18 9 4.15 4.48 100

18 10 5.14 5.14 100

4.81 5.43 100

0.08 0.35 0

0.28 0.59 0

5.78 10.85 0

Koefisien Variasi (%) Rata-rata

Ragam Simpangan Baku

(29)

19 Lampiran 2 Riap berdasarkan kelas umur dibawah 1 tahun

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Mei 1992 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Igoreski Ambiar,SE,MBA dan Ibu Ir Budi Prati,MSi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Mubarak lulus pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Tangerang lulus tahun 2006, dan pendidikan menengah atas di SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Inventarisasi Sumberdaya Hutan 2011-2012. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di IPB.

Gambar

Tabel 1 Persentase tumbuh tanaman Jati Inti Surade                                        11
Gambar 1 Petak Areal Kerja Blok 1
Gambar 2 Petak Areal Kerja Blok 2
Tabel 1   Persentase tumbuh tanaman Jati Inti Surade
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis bagaimana hubungan dan pengaruh dari variabel ekonomi lainnya seperti angkatan kerja (L), PMTB (K), ekspor migas (OX), nilai tukar (EXCR) dan

Layanan dan bimbingan siswa ini memiliki beberapa tahapan yang dilakukan oleh praktikan dalam memberikan bantuan kepada klien yang mengalami kesulitan dalam

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan perizinan usaha pengelolaan Pasar Rakyat atau Pasar Tradisional, Pusat

Selama ini kita lihat produk jeans kapasitasnya padat dan sangat ber volume sehingga banyak yang berfikir kemasan yang bagus hanyalah kantung plastic untuk

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang diko- laborasikan dengan lesson study dimana dalam PTK terdiri dari langkah-langkah

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi penerapan payback period pada UMKM Kota Bogor adalah ukuran usaha kecil dan menengah, tingkat

MixColumns yaitu proses mengakalikan blok data di masing masing state array dengan Persamaan 1. Karena pada penelitian kali ini menggunakan AES - 128. Pada tahap ini

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya, penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Penanganan Pembiayaan