• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelimpahan Dan Keanekaragaman Artropoda Predator Serta Artropoda Lainnya Pada Tanaman Jeruk Di Cikarawang, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelimpahan Dan Keanekaragaman Artropoda Predator Serta Artropoda Lainnya Pada Tanaman Jeruk Di Cikarawang, Kabupaten Bogor"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN ARTROPODA

PREDATOR SERTA ARTROPODA LAINNYA PADA

TANAMAN JERUK DI CIKARAWANG, KABUPATEN

BOGOR

RENI MULYANI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelimpahan dan Keanekaragaman Artropoda Predator serta Artropoda Lainnya pada Tanaman Jeruk di Cikarawang, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Reni Mulyani NIM A34110079

______________________________

(4)
(5)

5

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(6)
(7)

7

ABSTRAK

RENI MULYANI. Kelimpahan dan Keanekaragaman Artropoda Predator serta Artropoda Lainnya pada Tanaman Jeruk di Cikarawang, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.

Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Produksi jeruk mengalami penurunan setiap tahunnya. Hama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi jeruk. Informasi kelimpahan dan keragaman predator dan Artropoda dengan lainnya di perkebunan jeruk adalah persyaratan dasar untuk menerapkan pengendalian hama terpadu (PHT). Penelitian ini bertujuan untuk inventarisasi Artropoda predator dan Artropoda lainnya di perkebunan jeruk Cikarawang, Kabupaten Bogor. Kelimpahan dan keragaman Artropoda diamati menggunakan metode pitfall trap, jaring serangga, light trap, dan pengamatan langsung selama 12 minggu penelitian. Artropoda yang ditemukan dari kelas Arachnida (2 ordo, 18 famili, dan 1 687 spesies), Malacostraca (1 ordo, 1 famili, 12 spesies), Diplopoda (2 ordo, 2 famili, dan 5 spesies) dan Insecta (13 ordo, 102 famili , dan 10 870 spesies). Proporsi herbivor, predator, parasitoid, detrivor, dan lainnya 60%, 25%, 3%, 11%, dan 1%. Predator yang paling banyak ditemukan pada lahan pertanaman jeruk di Cikarawang, Kabupaten Bogor berturut-turut adalah adalah Formicidae, Oxyopidae, Coccinellidae; herbivor adalah Psyllidae, Tetranychidae, Gracillariidae; detrivor adalah Isotomidae, Entomobryiidae, Sminthuridae; dan parasitoid adalah Eulophidae dan Encyrtidae.

(8)
(9)

9

ABSTRACT

RENI MULYANI. Abundance and Diversity of Predators and other Arthropod Associated with Citrus in Cikarawang, Bogor District. Supervised by DADAN HINDAYANA.

Citrus is one of horticultural commodities which is most consumed in Indonesia. Citrus production however decreased each year. Pests of crops one of the factors of this declining. Information of abundance and diversity predators and pests on the citrus plantation is basic requirement to implement an integrated pest management (IPM). This research aims to inventory of predators and pests arthropod associated with citrus plantation in Cikarawang, Bogor district. This abundance and diversity of arthropods investigated using by pitfall trap, net insect, light trap, and direct observation methods for 12 week research. Totally, the classes of arthropod are Arachnida (2 orders, 18 families, and 1 687 species), Malacostraca (1 orders 1 families 12 species), Diplopoda (2 orders, 2 families, and 5 species) and Insecta (13 orders, 102 families, and 10 870 species). The proportions of herbivors, predators, detrivore, parasitoid, and other are 60%, 25%, 11%, 3%, and 1%. The most dominant predators were Formicidae, Oxyopidae, Coccinellidae; herbivors were Psyllidae, Tetranychidae, Gracillariidae; detrivors were Isotomidae, Entomobryiidae, Sminthuridae; and parasitoids were Eulophidae and Encyrtidae.

(10)
(11)

11

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN ARTROPODA

PREDATOR SERTA ARTROPODA LAINNYA PADA

TANAMAN JERUK DI

CIKARAWANG, KABUPATEN

BOGOR

RENI MULYANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)
(14)
(15)

15

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kelimpahan dan Keanekaragaman Artropoda Predator serta Artropoda Lainnya pada Tanaman Jeruk di Cikarawang, Kabupaten Bogor. Skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai Januari 2015.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, saran, motivasi, dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Efi Toding Tondok, M.Sc.Agr selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

Terima kasih kepada orang tua, adik, dan seluruh keluarga penulis yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran, dan doa untuk penulis. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada teman-teman yang telah banyak membantu yaitu Elfida Oktaviani, Endang Darsini, Dewi Masitoh, Ulfah Hafidzah, Euis Marlina, Fatmawati, Eka Pratiwi, Khoirunnisa Nasution, dan rekan lainnya yang tidak bisa penulis tuliskan satu per satu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 48 yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.

Bogor, April 2015

(16)
(17)

17

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu 3

Metode Penelitian 3

Eksplorasi Artropoda Predator dan Hama di Lapangan 3

Identifikasi Artropoda 4

Analisis data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik Lokasi 5

Kelimpahan dan Proporsi Peran Artropoda 5

Artropoda Herbivor 6

Artropoda Predator 8

Artropoda Detrivor 9

Artropoda Parasitoid 10

Artropoda Lainnya 10

Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel 11 Hubungan Kelimpahan Artropoda Predator dan Hama di Lapangan 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 19

(18)
(19)

19

DAFTAR GAMBAR

Perangkap tanah (Pitfall trap) 3

Arah ayunan jaring 4

Perangkap cahaya (Light trap) 4

Proporsi peran individu Artropoda pada pertanaman jeruk 5

Hama kutu loncat (Hemiptera: Psyllidae) 7

Hama tungau merah (Acari: Tetranychidae) 7

Hama ulat pengorok daun (Lepidoptera: Gracillariidae) 8 Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel 11 Hubungan Kelimpahan Artropoda predator dan peranan lainnya pada 12

minggu pengamatan 12

DAFTAR TABEL

Rata-rata komponen mikroklimat di pertanaman jeruk desa Cikarawang 5 Proporsi Artropoda herbivor pada pertanaman jeruk 6 Proporsi Artropoda predator pada pertanaman jeruk 9 Proporsi Artropoda detrivor pada pertanaman jeruk 10 Proporsi Artropoda parasitoid pada pertanaman jeruk 10

DAFTAR LAMPIRAN

Jumlah keseluruhan Artropoda pada pengamatan setiap minggu 20

(20)
(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan komoditas jeruk di Indonesia sangat tinggi. Rata-rata konsumsi jeruk rumah tangga untuk periode 2009 sampai 2013 berkisar antara 4.37 sampai 5.08 kg/kapita/tahun. Penggunaan jeruk sebagai bahan makanan di Indonesia mencapai proporsi rata-rata 96.09% dari total penggunaan jeruk nasional (Kementan 2013).

Data produksi jeruk dalam negeri menunjukkan penurunan setiap tahun. Data produksi jeruk di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2013 adalah sebagai berikut 2 467 632, 2 131 768, 2 028 904, 1 818 949, 1 611 784, dan 1 411 229 ton (BPS 2013). Penurunan produksi jeruk mengakibatkan Indonesia menjadi negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia dengan volume impor sebesar 160.254 ton (Hanif dan Zamzami 2014).

Faktor pembatas produksi jeruk antara lain luas lahan, budi daya, cuaca, dan hama. Hama merupakan kendala utama dalam produksi jeruk

.

Hama pada tanaman jeruk di Indonesia adalah Diaphorina citri Kuwayama (Hemiptera: Psyllidae), Scirtothrips dorsalis (Thysanoptera: Thripidae), Aonidiella aurantii (Maskell) (Hemiptera: Diaspididae), Phyllocoptruta oleivora (Ashmead) (Acari: Eryophidae), Panonychus citri (Mc.Gregor) (Acari: Tetranychidae), dan Phyllocnistis citrella Stainton (Lepidoptera: Gracillariidae) (Smith dan Pena 2002). Menurut Endarto (2014) serangan organisme pengganggu tanaman menyebabkan kualitas buah jeruk turun karena tampilan buah kurang menarik yang menyebabkan buah menjadi kusam atau burik.

Usaha pengendalian hama yang umum dilakukan adalah menggunakan pestisida, namun aplikasi pestisida cenderung berlebihan. Pestisida berdampak negatif terhadap kesehatan manusia, Mulyaningrum dan Haryanto (2004) menuliskan bahwa aplikasi pestisida dapat menyebabkan keracunan ringan sampai sedang terhadap petani. Selain itu, aplikasi pestisida yang berlebihan dapat mengakibatkan resistensi hama, resurgensi, terjadinya ledakan hama sekunder, kontaminasi terhadap lingkungan (Andriyani 2006), dan mematikan musuh alami hama (Nonci dan Ladja 2006).Sehingga diperlukan pengendalian hama yang lebih efektif serta berwawasan lingkungan.

Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan metode pengendalian hama yang berwawasan lingkungan. Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan PHT, salah satunya adalah berfungsinya komponen ekosistem. Pengendalian hayati di ekosistem dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid, patogen, dan predator merupakan salah satu komponen pengendalian yang sangat penting (Agus dan Najamuddin 2008). Oleh karena itu, eksplorasi dan inventarisasi keragaman Artropoda pada tanaman diperlukan sebagai langkah awal untuk menerapkan teknik pemanfaatan musuh alami (predator).

Tujuan Penelitian

(22)

Manfaat Penelitian

(23)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Eksplorasi Artropoda dilaksanakan di perkebunan jeruk milik warga di Cikarawang, Kabupaten Bogor. Identifikasi Artropoda dilaksanakan Laboratorium Ekologi Serangga dan Laboratorium Biosistematika Serangga dan Museum Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2014 hingga Januari 2015.

Metode Penelitian Eksplorasi Artropoda di Lapangan

Tanaman sampel yang digunakan sebanyak 45 tanaman sampel yang ditentukan secara acak dari seluruh tanaman kecuali tanaman pinggir. Eksplorasi Artropoda dilapangan menggunakan 4 metode yaitu pengamatan langsung, perangkap tanah (pitfall trap), penjaringan, dan perangkap cahaya (light trap).

Pengamatan langsung. Pengamatan langsung dilakukan untuk mengamati Artropoda yang berada pada tajuk tanaman sampel dan sekitarnya. Pengamatan dilakukan 1 minggu sekali selama 12 kali pengamatan. Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.

Perangkap tanah (Pitfall trap). Pitfall trap (Gambar 1) adalah perangkap digunakan untuk menangkap Artropoda yang aktif pada permukaan tanah. Perangkap ini yang terbuat dari gelas bekas minuman (tinggi 9.5 cm dan diameter 6.5 cm). Gelas perangkap diisi formalin 2% sebanyak 1/3 volume gelas kemudian ditanam dengan posisi sejajar permukaan tanah. Gelas perangkap ditutup dengan seng (panjang 30 cm dan lebar 15 cm) yang berbentuk seperti atap rumah. Jumlah pitfall trap yang dipasang pada pertanaman jeruk yang diamati adalah 20 perangkap. Posisi perangkap tersebar merata di lokasi pengamatan. Perangkap dipasang di bagian bawah tanaman sampel yang telah ditentukan. Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.

Gambar 1 Perangkap tanah (Pitfall trap)

(24)

Gambar 2 Arah ayunan jaring

Pencahayaan lampu (light trap). Light trap (Gambar 3) dilakukan untuk mendapatkan Artropoda yang aktif pada malam hari dengan menggunakan pencahayaan lampu. Lampu yang dipakai adalah jenis lampu neon yang menghasilkan cahaya putih (Supriatna 2014), perangkap dibuat dari seng dan kaleng bekas dengan bagian bawah wadah yang dimodifikasi untuk menampung Artropoda yang tertarik cahaya. Wadah tersebut kemudian diisi dengan formalin 2% volume wadah. Perangkap dipasang satu buah pada bagian tengah lahan pertanaman jeruk. Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.

Gambar 3 Perangkap cahaya (Light trap)

Identifikasi Artropoda

Artropoda yang didapatkan diidentifikasi hingga tingkat famili dengan menggunakan buku identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam Borror et al (1996), Hymenoptera of the World: an Identification Guide to Families Henri G dan John TH(1993), Manual of Nearctic Diptera Volume 1 oleh McAlpine et al. (1981), A Guide to Spiders and Their Kin Levi HW dan Levi LR (1968), dan website www.bugguide.net yang dikelola Iowa State University Entomology.

Analisis Data

(25)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum di Lahan Pertanaman Jeruk

Lahan perkebunan jeruk yang diamati terletak di desa Cikarawang, Bogor berada pada ketinggian 207 m di atas permukaan laut. Suhu udara rata-rata berkisar antara 26.3 oC dan 26.8 oC. Curah hujan pada Oktober sampai Desember 2014 berkisar antara 180 sampai 673 mm (Tabel 1). Umur tanaman yang diamati yaitu 7 sampai 14 tahun dengan varietas jeruk yang digunakan adalah Lemon Cui. Jeruk ditanam dengan jarak tanam 2 x 3 m pada luas lahan yang tertanami sekitar 3000 m2. Tinggi tanaman berkisar antara 2 sampai 3 m. Gulma yang tumbuh di sekitar lahan jeruk terdiri atas golongan rumput, teki, dan daun lebar. Penyiangan gulma dilakukan menggunakan alat pemotong rumput sederhana atau menggunakan herbisida bila pertumbuhan gulma sulit untuk dikendalikan. Tanaman jeruk diberi perlakuan pestisida pada saat populasi hama melimpah. Pemupukan dilakukan dengan interval setiap 3 bulan menggunakan pupuk sintetik dan alami. Tanaman yang ditanam sekitar pertanaman jeruk pada bagian pinggir sebelah barat adalah kacang tanah, pada bagian selatan ditanam ubi jalar, dan utara berupa lahan kosong serta bagian timur adalah jalan.

Tabel 1 Rata-rata komponen mikroklimat di pertanaman jeruk desa Cikarawang (2014) a

Parameter Oktober November Desember Temperatur (°C) 26.8 26.3 26.3

Kelembaban (%) 75 83 82

Curah hujan (mm) 180 673 210

aSumber: BMKG

Kelimpahan dan Proporsi Peran Artropoda

(26)

Artropoda yang didapatkan dikelompokkan berdasarkan perannannya yaitu predator, herbivor, detrivor, parasitoid, dan lainnya. Proporsi peran Artropoda pada pertanaman jeruk sebagai predator, herbivor, detrivor, parasitoid, dan lainnya secara berturut-turut adalah 25% (34 famili dengan 3 115 individu), 60% (41 famili dengan 7 509 individu), 11% (19 famili dengan 1 334 individu), 3% (17 famili dengan 422 individu), dan 1% (11 famili dengan 191 individu) (Gambar 4).

Artropoda Herbivor

Tabel 2 Proporsi Artropoda herbivor pada pertanaman jeruk Famili Jumlah

Chrysomelidae 10 Pseudococcidae 72

Curculionidae 7 Psyllidae 5 058

Arthropoda sebagai herbivor memiliki proporsi paling besar dibandingkan peran yang lain yaitu 60% dari total keseluruhan individu. Total Artropoda herbivor dari 45 tanaman sampel yang diamati adalah 41 famili yang sebagian besar termasuk kedalam kelas Insecta. Artropoda herbivor yang paling banyak ditemukan berturut-turut adalah kutu loncat (Hemiptera: Psyllidae) sebanyak 67% (5 058 individu), tungau merah jeruk (Acari: Tetranychidae) sebanyak 9% (668 individu), ulat pengorok daun (Lepidoptera: Gracillariidae) sebanyak 8% (612 individu). Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Peña (2002) yang menyebutkan kutu loncat, tungau karat jeruk, dan ulat pengorok daun termasuk ke dalam hama utama jeruk di Indonesia.

(27)

7

kematian tunas atau mengeringnya daun. Walaupun demikian, kerugian tidak langsung terjadi karena hama ini menjadi vektor penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang dianggap sebagai penyakit paling merusak dan mematikan jeruk (McCoy 2009). Kelimpahan tertinggi hama kutu loncat terjadi pada bulan pertama pengamatan, hal ini kemungkinan terjadi karena curah hujan yang relatif rendah, sedangkan penurunan populasi kutu loncat yang signifikan terjadi pada bulan kedua kemungkinan karena terjadinya puncak curah hujan. Populasi kutu loncat kembali menurun pada pengamatan bulan ketiga karena curah hujan kembali menurun (Tabel 1). Kutu loncat merupakan ephemeral populations yang memiliki siklus hidup yang singkat sehingga keberadaannya akan meningkat drastis maupun tidak ada sama sekali akibat pengaruh lingkungan.

Gambar 5 Hama kutu loncat (Hemiptera: Psyllidae)

Tungau merah jeruk. Tungau merah jeruk (Acari: Tetranychidae) menyerang terutama pada bagian daun, namun buah dan ranting jeruk juga dapat diserang oleh hama ini (Gambar 6). Gejala yang ditimbulkan akibat serangan tungau merah jeruk ini berupa bercak pucat atau keperakan pada bagian daun dan buah. Kelimpahan tungau merah jeruk juga sangat dipengaruhi oleh curah hujan karena hama ini biasanya berada pada permukaan daun, sehingga populasinya sanagat dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan meyapu tungau merah jeruk ini, karena tungau ini biasanya berada pada permukaan daun. Hal ini dibuktikan dengan populasi tungau yang menurun drastis pada pengamatan bulan kedua akibat curah hujan yang sangat tinggi (Tabel 1), jumlah tungau pada pengamatan bulan pertama adalah 617 individu, sedangkan pada pengamatan bulan kedua adalah 21 individu.

(28)

Ulat pengorok daun. Ulat pengorok daun (Lepidoptera: Gracillariidae) menyerang bagian pucuk atau daun muda sehingga pertumbuhan daun terganggu, biasanya pada satu daun hanya terdapat satu ekor ulat. Gejala yang ditimbulkan berupa korokan (Gambar 7) yang mengakibatkan daun keriting atau malformasi daun sehingga mengurangi kemampuan fotosintesis dan meyebabkan beberapa daun terhenti pertumbuhannya. Papulasi ulat pengorok daun yang rendah pada bulan kedua pengamatan terjadi karena curah hujan yang sangat tinggi (Tabel 1). Curah hujan yang tinggi akan menggugurkan daun sehingga tidak tersedianya daun muda atau sukulen yang menjadi habitat utama larva ulat ini. Serangan ulat pengorok daun jeruk paling tinggi pada pengamatan bulan pertama dan bulan ketiga karena terjadi pertumbuhan pucuk-pucuk baru pada bulan tersebut.

Gambar 7 Hama ulat pengorok daun (Lepidoptera: Gracillariidae)

Artropoda Predator

Total Artropoda predator yang ditemukan adalah 34 famili 3 115 individu dengan proporsi 25% dari total individu. Artropoda predator yang ditemukan termasuk kelompok tungau, serangga, dan laba-laba serta kerabatnya. Artropoda predator yang paling banyak ditemukan adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) sebanyak 53% (1 661 individu), lynx spider (Araneae: Oxyopidae) sebanyak 23%, (719 individu), dan Coccinellidae predator sebanyak 7% dari total predator (219 individu). Formicidae predator, Oxyopidae, dan Coccinellidae predator berpotensi dikembangkan dilindungi keberadaannya sebagai musuh alami untuk menekan populasi hama (Supriatna 2014).

Semut termasuk generalist predator sehingga kelimpahannya mendominasi populasi predator yang ditemukan (Poerwitasari 2013). Semut biasanya berada pada sekitar tajuk pertanaman jeruk, selain itu semut banyak terperangkap pada pitfall trap dengan jumlah yang relatif banyak atau bergerombol sehingga kelimpahannya sangat tinggi.

Lynx spider (Araneae: Oxyopidae) merupakan laba-laba yang sangat dijumpai pada tajuk pertanaman jeruk. Lynx spider biasanya disebut laba-laba pemburu pelompat karena laba-laba ini tidak membuat jaring dan memangsa secara aktif, sering kali laba-laba ini memangsa imago kutu loncat yang menjadi hama utama pada pertanaman jeruk. Selain itu laba-laba ini merupakan polifag dengan kisaran mangsa yang luas, sehingga keberadaannya sangat penting di ekosistem, terutama ekosistem jeruk.

(29)

9

(Hemiptera: Psyllidae) yang selalu dijumpai keberadaannya di pertanaman jeruk meskipun dalam jumlah yang relatif sedikit. Berdasarkan penelitian Niu et al. (2014) kelompok terbesar dari musuh alami pada pertanaman jeruk dari 53 spesies predator yang ditemukan tercatat 30 spesies diantaranya termasuk Coccinellidae dengan 24 spesies ditemukan memangsa jeruk kutu loncat Asia (D. citri Kuwayama).

Tabel 3 Proporsi Artropoda predator pada pertanaman jeruk Famili Jumlah

Theridiosomatidae 1 Coenagridae 11

Thomisidae 12 Libellulidae 9

Carabidae 2 Gryllacrididae 3

Coccinellidae 219 Gryllidae 79

Staphylinidae 20 Anisolabididae 2

Artropoda Detrivor

Arthropoda detrivor merupakan Artropoda dengan proporsi peran ketiga terbanyak dari seluruh individu yang ditemukan. Total Artropoda detrivor yang didapatkan adalah 1 334 dengan proporsi 11%. Artropoda yang terbanyak dari kelas Insecta ordo Collembola berturut-turut adalah Isotomidae 36% (486 individu), Entomobryiidae 19% (249 individu), dan Sminthuridae 9% (122 individu). Collembola dan Acarina merupakan mesofauna yang banyak ditemukan pada lapisan permukaan, lapisan fermentasi dan lapisan humus. Sebagai dekomposer Collembola berperan menghancurkan feses Arthropoda yang lebih besar, menghasilkan kitin agar tersedia di tanah dan memudahkan proses dekomposisi oleh dekomposer yang lain (Syaufina et al 2007).

(30)

Tabel 4 Proporsi Artropoda detrivor pada pertanaman jeruk Famili Jumlah

(individu) Famili

Jumlah (individu) Euphthiracaridae 90 Sminthuridae 122

Cilisticidae 12 Bibionidae 2

Paradoxosomatidae 1 Chironomidae 83

Polydesmidae 4 Milichidae 73

Blattellidae 4 Muscidae 33

Lathridiidae 7 Phoridae 8

Scarabaeidae 37 Platipezidae 2

Entomobryidae 249 Scatopsidae 8

Isotomidae 486 Stratiomydae 46

Onychiuridae 67

Artropoda Parasitoid

Tabel 5 Proporsi Artropoda parasitoid pada pertanaman jeruk Famili Jumlah

Eupelmidae 7 Trichogrammatidae 15

Ichneumonidae 10

Jumlah parasitoid di lapang adalah 422 individu atau 3% dari jumlah total individu. Terdapat 18 famili Artropoda parasitoid yang ditemukan sebagian besar berasal dari ordo Hymenoptera yaitu 15 famili dan sisanya 2 famili dari ordo Diptera (Tabel 5). Parasitoid yang memiliki proporsi terbesar yaitu dari famili Eulophidae dengan proporsi 70% (296 individu), dari seluruh individu parasitoid yang didapatkan. Parasitoid yang memiliki proporsi terbanyak setelah famili Eulophidae adalah famili Encyrtidae dengan proporsi 5% (23 individu), dari seluruh individu parasitoid yang didapatkan. Wijaya et al (2010) menyebutkan bahwa Tamarixia radiata (Hymenoptera: Eulophidae) dan Diaphorencyrtus alligharensis (Hymenoptera: Encyrtidae), merupakan parasitoid nimfa D. citri Kuwayama (Hemiptera: Psyllidae) yang termasuk ke dalam kutu loncat merupakan hama paling dominan pada penelitian.

Artropoda Lainnya

(31)

11

Psychodidae (Diptera). Tipulidae memiliki proporsi tertinggi yaitu 36% dari jumlah keseluruhan individu Artropoda lainnya yang didapatkan. Culicidae merupakan Artropoda kedua terbanyak setelah Tipulidae dengan proporsi 33%. Kelimpahan Tipulidae dan Culicidae pada lahan pertanaman jeruk kemungkinan disebabkan banyaknya genangan air di sekitar pertanaman jeruk. Selain itu, terdapat bak dan wadah penampung air milik petani disekitar pertanaman jeruk merupakan habitat larva Culicidae atau nyamuk (Andiyatu 2005) sehingga jumlah nyamuk berlimpah di pertanaman jeruk.

Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

Gambar 8 Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

Pengamatan langsung, pitfall trap, jaring serangga, dan light trap merupakan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel Arthropoda pada pertanaman jeruk. Setiap metode yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda agar didapatkan kekhususan Arthropoda yang diperoleh sehingga Arthropoda yang didapatkan representatif. Pengelompokan proporsi peran Arthropoda pada masing-masing metode dilakukan agar hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai rekomendasi pengendalian hama menggunakan musuh alami.

Hasil yang didapatkan dari keempat metode yang digunakan, Arthropoda herbivor paling banyak didapatkan karena kelimpahannya yang sangat tinggi pada pengamatan langsung. Arthropoda predator juga banyak didapatkan pada pengamatan langsung, selain itu Arthropoda predator memiliki kelimpahan tertinggi pada pitfall trap, terutama semut dan berbagai macam laba-laba.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 Pengamaan langsung

Pitfall trap Light trap Penjaringan

(32)

Hubungan Kelimpahan Artropoda Predator dan Peranan Lainnya Lapangan

Gambar 9 Kelimpahan Artropoda predator dan peranan lainnya pada 12 minggu pengamatan

Populasi Artropoda pada minggu pertama menunjukkan bahwa kelimpahan yang paling tinggi terjadi Artropoda herbivor, lalu secara berturut-turut diikuti populasi predator, parasitoid, detrivor dan lainnya. Peningkatan populasi pada minggu ke-2 terjadi pada semua peran Artropoda, kecuali parasitoid, kemudian pada minggu 3 semua peran Artropoda mengalami penurunan. Pada minggu ke-4 samapi 8 terjadi penurunan Artropoda herbivor sedangkan predator dan parasitoid mengalami kenaikan jumlah populasi terkecuali minggu ke-7 untuk parasitoid mengalami penurunan. Artropoda detrivor dan lainnya populasinya berfluktuasi hingga akhir pengamatan dilakukan dengan jumlah yang relatif seimbang setiap minggunya. Penurunan populasi herbivor terjadi pada minggu ke-3 sampai 8 yang dibandingkan dengan kenaikan populasi musuh alami terutama predator menunjukkan bahwa predator merupakan salah satu faktor terpaut kerapatan populasi herbivor terutama yang berperan sebagai hama. Pada minggu ke-7 sampai 8 jumlah populasi musuh alami predator dan parasitoid lebih tinggi dari pada jumlah populasi herbivor, namun pada minggu ke-9 populasi herbivor kembali meningkat dengan populasi yang lebih tinggi dari populasi predator dan parasitoid. Fluktuasi tersebut juga dipengaruhi oleh curah hujan yang cukup tinggi pada bulan November dan menurun pada bulan Desember (Tabel 1). Curah hujan yang sangat tinggi terjadi pada bulan November menurunkan populasi herbivor, lalu curah hujan kembali menurun pada bulan Desember yang menyebabkan peningkatan populasi Artropoda terutama herbivor. Penurunan populasi herbivor, predator dan parasitoid kembali terjadi pada minggu ke-10 dan populasi keduanya kembali meningkat pada minggu ke 11 dan 12 untuk predator serta herbivor. Populasi Artropoda detrivor

(33)

13

dan lainnya selalu berada dibawah jumlah populasi Artropoda herbivor, predator dan parasitoid.

(34)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Proporsi peran Artropoda sebagai herbivor, predator, detrivor, parasitoid, dan lainnya berturut-turut adalah 60%, 25%, 11%, 3%, dan 1%. Predator yang paling banyak ditemukan pada lahan pertanaman jeruk di Cikarawang, Kabupaten Bogor berturut-turut adalah adalah Formicidae, Oxyopidae, dan Coccinellidae. Herbivor yang paling banyak ditemukan berturut-turut adalah Psyllidae, Tetranychidae, dan Gracillariidae. Detrivor yang paling banyak ditemukan berturut-turut adalah Isotomidae, Entomobryiidae, dan Sminthuridae. Parasitoid yang paling banyak ditemukan adalah Eulophidae dan Encyrtidae.

Saran

(35)

15

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2012. Produksi buah-buahan di Indonesia [Internet] [diunduh 2014 Mei 2]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tabsub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_%20subyek= 55&notab=2.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan. [Internet] [diunduh 2014 Mei 2]; 4(1):25-33. Tersedia pada: Adriyani R. 2006. Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat

Penggunaan Pestisida Pertanian. Jurnal Kesehatan Lingkungan. . [Internet]. [diunduh 2015 Mar 1]; 1(3): 95–106. Tersedia pada: http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JKL/article/view/739/739.

Agus N, Najamuddin. 2008. Inventarisasi keberadaan hama dan predatornya pada pertanaman jeruk besar Citrus grandis l.) di kabupaten Pangkep. Di dalam: Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan [Internet]; 2008 Nop 5; Maros. Maros (ID): Universitas Hasanudin BPTPH IX. [diunduh 2014 Mei 6]. hlm 160-166. Tersedia pada: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&so urce=web&cd=1&ved=0CCoQFjAA&url=htt%3A%2F%2Fwww.peipfikda Dramaga dan sekitarnya serta potensinya sebagai penular penyakit. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects. Endarto O. 2014. Tungau karat (Eriophyidae = Phyllocoptruta oleivora (Ashmead)

penyebab burik buah jeruk dan cara pengendalian. [Internet] [diunduh 2014 Mei 6]. Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.deptan .go.id/id/461.html. Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of the World: an Identification Guide to

Families. Canada: Agriculture Canada.

(36)

McCoy CW, Samson RA, Boucias DG, Osborne LS, Pena JE, Buss LJ. 2009. Pathogens Infecting Insects and Mites of Citrus. Florida (USA): LLC Friends of Microbes.

Mulyaningrum SU, Haryanto H. 2004. Tingkat keracunan pestisida dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada petani sayuran di kota Mataram. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Entomologi dalam Perubahan Lingkung Sosial; 2004 Okt 5; Bogor. Bogor (ID): Perhimpunan Entomologi Indonesia. hlm 223-230.

Nonci N, Ladja FT. 2006. Pengaruh Insektisida Terhadap Musuh Alami Telur Penggerek Batang pada Sirpophaga incertulas Walker. J. Agroland. [Internet]. [diunduh 2015 Mar 3]; 13 (3) : 245-248. Tersedia pada: http://unsri.portalgaruda.org/download_article.php?article=141732&val=75 2&title=PENGARUH%20INSEKTISIDA%20TERHADAP%20MUSUH% 20ALAMI%20TELUR%20%20PENGGEREK%20BATANG%20PADA% 20Scirpophaga%20incertulas%20Walker .

Niu JZ, Hull-Sanders H, Zhang YX, Lin JZ, Dou W, Wang JJ. 2014. Biological control of arthropod pests in citrus orchards in China. Biological Control. [internet]. [diunduh 2015 Feb 24]; (68) 15–22. Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1049964413001242. DOI :10.1016/j.biocontrol.2013.06.005

Oliver DR. 1981. Chironomidae. Di dalam: McAlpine JF, Peterson BV, Shewell GE,Teskey HJ, Vockeroth JR, Wood DM, editor. Manual of Nearctic Diptera Volume 1. Canada: Agriculture Canada. hlm 423-458.

Poerwitasari NR. 2013. Keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda pada perkebunan the 0-300 meter dari tepi hutan di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Quate LW, Vockeroth JR. 1981. Psychodidae. Di dalam: McAlpine JF, Peterson BV, Shewell GE,Teskey HJ, Vockeroth JR, Wood DM, editor. Manual of Nearctic Diptera Volume 1. Canada: Agriculture Canada. hlm 293-300. Schlinger EI. 1981. Acroceridae. Di dalam: McAlpine JF, Peterson BV, Shewell

GE,Teskey HJ, Vockeroth JR, Wood DM, editor. Manual of Nearctic Diptera Volume 1. Canada: Agriculture Canada. hlm 575-584.

Smith D, Pena JE. 2002. Tropical Citrus Pest. Di dalam: Pena JE, Sharp JL, Wysoki M, editor. Tropical Fruit Pests and Pollinators: Biology, Economic Importance, Natural Enemies, and Control. New York (USA): CABI. hlm 57-101.

Suhardjono YR, Louis D, Anne B. 2012. Collembola (Ekorpegas). Purwanto E, editor. Bogor (ID): Vegamedia.

Supriatna IP. 2014. Kelimpahan Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal: studi kasus di ICDF Cikarawang, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(37)

17

AQ&usg=AFQjCNGQHLA7uhRogjur8M4wvuGX6s2zJg&sig2=dqC0J8h1 UbQFl7DTdCvkwg&bvm=bv.86956481,d.c2E.

(38)
(39)

18

(40)

Tabel lampiran 1 Jumlah keseluruhan Artropoda pada pengamatan setiap minggu

FAMILI PERAN M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 JUMLAH

Euphthiracaridae Detrivor 4 1 10 19 35 8 3 2 3 5 90

Tetranychidae Herbivor 193 270 139 15 4 10 1 6 6 24 668

Trombidiidae Lainnya 1 1 2

Uropodidae Lainnya 1 1

Agelenidae Predator 6 3 2 1 7 8 1 2 2 32

Amaurobiidae Predator 1 1 1 3

Araneidae Predator 3 13 4 5 5 2 8 8 4 4 3 3 62

Clubionidae Predator 1 1 1 3

Ctenidae Predator 2 1 1 2 1 3 10

Lycosidae Predator 2 2 6 5 6 8 8 3 6 1 4 51

Mimetidae Predator 1 1 1 3

Oxyopidae Predator 68 107 52 89 77 99 7 78 83 22 26 11 719

Pholcidae Predator 2 1 1 2 1 1 8

Pisauridae Predator 1 1 2

Salticidae Predator 2 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 17

Theridiidae Predator 1 2 3

Theridiosomatidae Predator 1 1

Thomisidae Predator 3 1 2 5 1 12

Cilisticidae Detrivor 4 2 4 1 1 12

Paradoxosomatidae Detrivor 1 1

Polydesmidae Detrivor 1 2 1 4

(41)

21

Lanjutan tabel lampiran 1 Jumlah keseluruhan Artropoda pada pengamatan setiap minggu

FAMILI PERAN M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 JUMLAH

Termittidae Herbivor 10 1 8 8 5 32

Bostricidae Herbivor 2 2 1 2 2 1 10

Byturidae Herbivor 1 1 2

Carabidae Predator 1 1 2

Chrysomelidae Herbivor 1 2 1 4 1 1 10

Coccinellidae Predator 9 40 11 29 37 46 3 13 14 1 6 10 219

Curculionidae Herbivor 5 1 1 7

Dermestidae Herbivor 3 2 1 3 9

Lathridiidae Detrivor 1 2 1 1 1 1 7

Nitidulidae Herbivor 2 1 5 4 6 3 3 13 26 14 11 88

Scarabaeidae Detrivor 3 5 3 7 3 8 1 1 1 4 1 37

Scydmaenidae Herbivor 1 1

Smicripidae Herbivor 1 1

Staphylinidae Predator 1 2 3 4 2 1 5 2 20

Entomobryidae Detrivor 5 3 7 57 18 13 54 27 54 1 10 249

Isotomidae Detrivor 1 11 43 18 52 144 53 85 19 43 17 486

Onychiuridae Detrivor 11 1 16 14 9 12 4 67

Sminthuridae Detrivor 2 1 25 29 22 19 24 122

Anisolabididae Predator 1 1 2

Acroceridae Lainnya 1 1 1 2 5

(42)

Lanjutan tabel lampiran 1 Jumlah keseluruhan Artropoda pada pengamatan setiap minggu

FAMILI PERAN M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 JUMLAH

Asteiidae Lainnya 1 1 5 7

Bibionidae Detrivor 2 2

Carnidae Lainnya 1 1 2

Ceccidomyidae Herbivor 2 1 1 1 5

Ceratopogonidae Lainnya 5 1 2 4 1 1 1 15

Chironomidae Detrivor 7 3 37 11 1 4 7 4 7 2 83

Culicidae Lainnya 2 8 10 19 1 10 1 1 9 61

Dolichopodidae Predator 1 1

Drosophilidae Herbivor 2 3 1 1 4 2 4 3 20

Empididae Predator 1 1

Lonchopteridae Lainnya 5 5

Milichidae Detrivor 2 7 1 6 5 2 7 11 14 7 7 4 73

Muscidae Detrivor 2 4 1 1 7 1 3 1 3 5 2 3 33

Mycetophilidae Predator 6 1 1 4 5 4 9 30

Phoridae Detrivor 1 2 1 2 2 8

Pippunculidae Parasitoid 4 2 1 1 8

Platipezidae Detrivor 2 2

Psychodidae Lainnya 1 1

Scatopsidae Detrivor 6 1 1 8

Sciaridae Herbivor 1 3 4

Stratiomydae Detrivor 3 2 2 7 6 2 8 6 4 6 46

(43)

23

Lanjutan tabel lampiran 1 Jumlah keseluruhan Artropoda pada pengamatan setiap minggu

FAMILI PERAN M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 JUMLAH

Tabanidae Predator 3 1 1 1 1 7

Tachinidae Parasitoid 1 1 2

Tephritidae Herbivor 1 1 1 1 1 1 1 1 8

Tipulidae Lainnya 10 4 2 3 5 14 2 8 4 8 7 67

Epemeridae Predator 4 8 2 3 2 3 13 22 9 66

Aleyrodidae Herbivor 2 40 1 49 1 4 97

Alydidae Herbivor 1 1 1 1 2 6

Aphididae Herbivor 11 110 2 1 3 74 5 206

Cicadellidae Herbivor 1 3 2 2 2 1 11

Coccidae Herbivor 3 11 1 15

Diastididae Herbivor 2 1 3

Flatidae Herbivor 51 24 56 5 6 13 3 10 17 9 3 7 204

Lygaenidae Herbivor 2 2 11 4 1 20

Miridae Herbivor 1 1

Pentatomidae Herbivor 1 1 1 1 1 1 1 2 9

Pseudococcidae Herbivor 15 8 4 4 13 6 1 6 10 3 1 1 72

Psyllidae Herbivor 555 816 594 452 447 405 190 131 311 367 403 387 5058

Tingidae Lainnya 2 1 1 4

Apidae Lainnya 2 6 3 10 2 1 1 25

Braconidae Parasitoid 1 2 3 1 4 1 1 13

Chalchididae Parasitoid 1 3 1 3 8

(44)

Lanjutan tabel lampiran 1 Jumlah keseluruhan Artropoda pada pengamatan setiap minggu

FAMILI PERAN M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 JUMLAH

Encyrtidae Parasitoid 5 4 8 2 1 2 1 23

Eulophidae Parasitoid 50 49 3 4 6 21 3 21 25 36 53 25 296

Eupelmidae Parasitoid 1 2 4 7

Formicidae Predator 67 56 43 95 90 171 247 292 294 77 90 139 1661

Heloridae Predator 1 1 2

Ichneumonidae Parasitoid 1 1 1 1 1 2 1 2 10

Mymaridae Parasitoid 1 2 1 1 1 1 7

Perilampidae Parasitoid 1 1 2

Platygasteridae Parasitoid 3 4 7

Proctotrupidae Parasitoid 2 1 1 4

Pteromelidae Parasitoid 1 2 1 4

Scelionidae Parasitoid 2 2 4

Spechidae Parasitoid 1 1 2

Trichogrammatidae Parasitoid 3 5 7 15

Vespidae Predator 3 2 2 5 7 8 2 1 4 2 36

Amatiidae Herbivor 1 1 1 3

Blastobasidae Herbivor 1 1

Geometridae Herbivor 3 1 1 1 5 1 12

Gracillariidae Herbivor 67 96 105 67 27 3 23 3 9 58 69 85 612

Hesperiidae Herbivor 2 2 4

Limacodidae Herbivor 1 1 2

(45)

25

Lanjutan tabel lampiran 1 Jumlah keseluruhan Artropoda pada pengamatan setiap minggu

FAMILI PERAN M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 JUMLAH

Pappilionidae Herbivor 3 1 1 3 2 2 7 12 31

Psychidae Herbivor 2 1 2 1 1 7

Pyralidae Herbivor 1 32 23 52 11 1 6 4 19 1 10 25 185

Mantidae Predator 1 4 2 4 5 7 1 24

Chrysopidae Predator 2 1 1 4

Coenagridae Predator 1 6 1 1 1 1 11

Libellulidae Predator 1 2 1 1 1 1 2 9

Acrididae Herbivor 1 1 2 4 4 7 4 3 2 1 1 1 31

Gryllacrididae Predator 3 3

Gryllidae Predator 4 9 3 4 6 12 12 12 14 3 79

Gryllotalpidae Predator 1 1

Tettigoniidae Herbivor 1 3 6 2 1 1 1 15

Thripidae Detrivor 1 1 1 1 1 2 7

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Cilacap pada 6 September 1993 sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan petani yaitu bapak Tursino dan ibu Tarsinah adiknya bernama Aep Saepudin. Pada tahun 2008 sampai 2011 penulis menempuh pendidikan nonformal di Pondok Pesantren Syamsul Huda. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Dayeuhluhur pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Proteksi Tanaman melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

Gambar

Tabel 2  Proporsi Artropoda herbivor pada pertanaman jeruk
Tabel 3  Proporsi Artropoda predator pada pertanaman jeruk
Gambar 8  Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel
Gambar 9  Kelimpahan Artropoda predator dan peranan lainnya pada 12 minggu pengamatan Populasi Artropoda pada minggu pertama menunjukkan bahwa kelimpahan yang paling tinggi terjadi Artropoda herbivor, lalu secara berturut-turut diikuti populasi predator, p
+2

Referensi

Dokumen terkait

4) Jika biaya suatu aset buatan sendiri lebih rendah daripada harga perolehan untuk memperolehnya dengan jalan membeli atau memesannya dari pihak luar, maka selisihnya dalam

Salah satu produk dari kesepakatan dagang yang membebaskan produk-produk masuk secara leluasa adalah MEA. Untuk menghadapi MEA perlu persiapan agar industri kecil dapat

berfokus pada bagaiman mengoptimalkan nilai tambah dari teknologi informasi dalam mencapai visi dan misi suatu organisasi dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan

Pameran tanggung jawab sosial perusahaan dalam CSR Bagimu Negeri adalah sebagai ajang untuk mengkomunikasikan berbagai inisiatif yang dilakukan oleh perusahaan

Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang  dan  arus  yang  dibangkitkannya  (Komar  : 

Embeding, Blocking, Pemotongan sampling untuk pembuatan slide, Deparafinasi dan rehidrasi, serta Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Pengukuran penghitungan distribusi sel sel

Berdasarkan latar belakang masalah yang disampaikan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah proporsi anggota Komisaris Independen