• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simplisia Nabati Dan Produk Obat Tradisional Yang Diperdagangkan Di Kota Magelang, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Simplisia Nabati Dan Produk Obat Tradisional Yang Diperdagangkan Di Kota Magelang, Jawa Tengah"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SIMPLISIA NABATI DAN PRODUK OBAT TRADISIONAL

YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA MAGELANG,

JAWA TENGAH

ENGGA SWARI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Engga Swari

(4)

ABSTRAK

ENGGA SWARI. Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS HIKMAT.

Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat pada masyarakat Jawa Tengah yang masih banyak menggunakan tumbuhan obat sebagai bahan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Tumbuhan obat tersebut biasa dimanfaatkan dalam bentuk simplisia. Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi simplisia nabati, produk obat tradisional, sumber dan harga jual simplisia nabati yang diperdagangkan di Kota Magelang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung dan wawancara. Teridentifikasi 92 spesies tumbuhan obat dari 42 famili yang diperdagangkan di Kota Magelang dalam bentuk simplisia. Sebagian besar simplisia berasal dari tumbuhan obat yang dibudidayakan. Harga simplisia hasil budidaya berkisar Rp 3 000 – Rp 160 000 per kilogram, sedangkan kisaran harga simplisia yang berasal dari tumbuhan yang hidup secara liar yaitu Rp 9 000 – Rp 300 000 per kilogram. Teridentifikasi 277 jenis produk obat tradisional yang diproduksi oleh 35 industri jamu.

Kata kunci: produk obat tradisional, simplisia, tumbuhan obat

ABSTRACT

ENGGA SWARI. Vegetable Simplisia and Traditional Medicine Products Trade in Magelang City, Central Java. Supervised by SISWOYO and AGUS HIKMAT.

An ability to make a traditional medicine by mixing herbs and plants is hereditary skill and it was strongly believed by the local people in Central Java because many of them still use those traditional medicines as a treatment for many kinds of diseases. Those medicinal plants were often utilized in the form of simplisia. Simplisia is dried natural ingredients that has not been processed used as medicine which is processed through drying at less than 60oC temperature. The aim of this researches was to identifying vegetable simplisia, traditional medicines, its source and price in Magelang. The data was collected using direct observation and interview. There were 92 species of medicinal plant from 42 families were identified which traded in Magelang in the form of simplisia. Most of them were derived from cultivated medicinal plants. The range of price of the cultivated simplisia was Rp 3 000 - Rp 160 000 per kilogram, while the wild simplisia was Rp 9 000 - Rp 300 000 per kilogram. There were 277 types of traditional medicine products were produced by 35 jamu factories.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

SIMPLISIA NABATI DAN PRODUK OBAT TRADISIONAL

YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA MAGELANG,

JAWA TENGAH

ENGGA SWARI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah perdagangan simplisia, dengan judul Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScF selaku pembimbing. Di samping itu, penulis juga berterima kasih kepada bapak-bapak dan ibu-ibu pedagang simplisia nabati dan produk obat tradisional yang ada di Kota Magelang, serta Dinas Pengelola Pasar Kota Magelang yang telah membantu dalam pengumpulan informasi dan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Gufron Samuel, Ibunda Hartinah, mbak Rayung Sari, adik Luhwi Maulida, serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada Rangga Baladika, Funtastic4, Batagor, Anti Sumbangan, dan Gengges yang selalu menghibur dan memberikan motivasi serta kasih dan sayangnya kepada penulis sehingga penulis tetap semangat menjalani hidup. Terima kasih kepada Nisa, Ahda Agung, dan Eko yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih kepada para sahabat gang Nepenthes rafflesiana 47 atas kebersamaan dan kekompakkannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 9

Latar Belakang 9

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Jenis Data 2

Metode Pengambilan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Karakteristik Responden 6

Jenis Simplisia Nabati 7

Bagian Tumbuhan yang Digunakan 8

Kegunaan Simplisia Nabati 9

Status Simplisia Nabati 10

Perdagangan Simplisia Nabati 12

Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan 13

Pelesetarian Tumbuhan Obat sebagai Bahan Baku Simplisia Nabati dan

Produk Obat Tradisional 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

(10)

DAFTAR TABEL

1Jenis data dan metode pengambilan data jenis data dan metode 3 2 Klasifikasi spesies berdasarkan familisarkan famili 8 3 Klasifikasi spesies berdasarkan bagian yang digunakan 9 4 Status kelangkaan berdasarkan CITES, IUCN, LIPI 12

5 Produk obat tradisional yang diperdagangkan 14

6 Jenis simplisia yang digunakan sebagai bahan baku dalam produk obat

tradisional 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin 6

3 Komposisi responden berdasarkan kelompok umur 6

4 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir 7

5 Klasifikasi spesies berdasarkan habitus 8

6 Klasifikasi spesies berdasarkan kelompok penggunaannya 10 7 Klasifikasi spesies berdasarkan sumber perolehannya 10 8 Kategori proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di

Kota Magelang 20

2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya 27

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan tumbuhan obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat di masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa Tengah yang masih banyak menggunakan tumbuhan obat sebagai bahan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Dewasa ini, obat tradisional dan obat-obat herbal atau obat-obat yang berasal dari tumbuhan mendapat perhatian yang semakin meningkat karena dianggap aman serta hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan karena berasal dari bahan alami.

Peluang pengembangan budidaya tumbuhan obat masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional. Selama ini upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam liar atau dibudidayakan dalam skala kecil di lingkungan sekitar rumah. Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya kebutuhan terhadap tumbuhan obat.

Tumbuhan obat yang dimanfaatkan tidak berupa tumbuhan utuh tetapi berupa simplisia yaitu bagian-bagian tumbuhan tertentu seperti daun, akar, kulit, buah, dan lain-lain. Bagian tumbuhan obat ini biasanya dijual dalam bentuk simplisia yang berbentuk rajangan atau ramuan beberapa macam simplisia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional menyebutkan bahwa simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC.

Perdagangan simplisia dan produk obat tradisional banyak ditemukan pada pasar-pasar tradisional di berbagai daerah, salah satunya di Kota Magelang, Jawa Tengah. Mayoritas masyarakat Kota Magelang adalah masyarakat Jawa yang sedari dulu sudah mengenal dan memanfaatkan tumbuhan obat untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Disamping itu di pasar-pasar tradisional ditemukan banyak penduduk yang menjual simplisia dan produk obat tradisional. Namun hingga saat ini belum terdapat data mengenai jenis-jenis simplisia yang diperdagangkan atau digunakan di Kota Magelang, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai jenis-jenis simplisia, khususnya simplisia nabati dan produk obat tradisional yang diperdagangkan agar dapat diupayakan strategi pelestariannya dan dapat dikembangkan jenis-jenis tertentu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

(12)

2. Mengidentifikasi produk obat tradisional yang diperdagangkan di Kota Magelang.

3. Mengidentifikasi sumber dan harga jual simplisia nabati yang diperdagangkan di Kota Magelang.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :

1. Dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis simplisia nabati yang diperdagangkan di Kota Magelang.

2. Dapat memberikan informasi mengenai produk-produk obat tradisional yang diperdagangkan di Kota Magelang.

3. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan untuk penentuan strategi pelestarian dan upaya budidaya spesies-spesies tumbuhan obat yang diperdagangkan dan dimanfaatkan, terutama yang termasuk ke dalam spesies-spesies tumbuhan obat yang langka dan terancam punah.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pasar atau lokasi-lokasi penjualan simplisia dan produk obat tradisional yang berada di Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pasar-pasar tersebut diantaranya Pasar Rejowinangun, Kebonpolo, Cacaban, dan Gotong Royong. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Mei 2014. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian Alat dan Bahan

(13)

dengan penelitian. Bahan yang digunakan yaitu simplisia nabati dan produk obat tradisional yang diperdagangkan.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi informasi mengenai simplisia nabati dan produk obat tradisional, sedangkan data sekunder meliputi kondisi umum Kota Magelang, perkembangan pemanfaatan tumbuhan obat dan obat tradisional di Kota Magelang (Tabel 1).

Tabel 1 Jenis data dan metode pengambilan data jenis data dan metode

No. Data Uraian Metode Lokasi

c. Geologi dan tanah d. Iklim dan

hidrologi

e. Kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat

Studi literatur BPS Jawa Tengah

2. Simplisia a. Spesies tumbuhan obat d. Harga per satuan

produk

Pengambilan data primer dilakukan dengan metode survey, wawancara, dan observasi langsung di lapangan. Untuk data sekunder didapatkan dengan metode studi literatur dengan mencari artikel-artikel yang terkait dengan penelitian ini. Metode pengambilan data primer meliputi :

a. Survey Lapang

(14)

informasi mengenai penyebaran pedagang simplisia dan produk obat tradisional di Kota Magelang.

b. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner dan tally sheet

dengan menggunakan metode sensus dimana responden yang dipilih adalah pedagang yang menjual simplisia dan produk obat tradisional yang ditemukan di lokasi penelitian.

c. Pengumpulan contoh simplisia dan produk obat tradisional. Hal ini diperlukan untuk keperluan dokumentasi dan verifikasi spesies yang digunakan. Kemudian simplisia yang didapatkan diidentifikasi melalui studi literatur untuk mendapatkan nama ilmiah dan familinya.

Analisis Data Persen famili

Tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dikelompokkan berdasarkan famili, persentasenya dihitung dengan rumus:

Persentase famili tertentu = x %

pesies Persen habitus merupakan telaah tentang besarnya suatu spesies habitus yang dimanfaatkan terhadap seluruh habitus yang ada. Untuk menyatakan persen habitus dapat dihitung dengan rumus (Fakhrozi 2009):

Persentase habitus tertentu = x %

pesies

Persen bagian yang dimanfaatkan

Perhitungan persen bagian yang dimanfaatkan yaitu untuk mengetahui berapa besarnya suatu bagian tumbuhan yang dimanfaatkan terhadap seluruh bagian tumbuhan yang dimanfaatkan. Bagian tumbuhan yang digunakan meliputi daun, akar, buah, bunga, batang, kulit kayu, rimpang, umbi, dan seluruh bagian tumbuhan. Menurut Fakhrozi (2009) persen bagian yang digunakan diperoleh dengan rumus berikut:

Persentase bagian yang digunakan = x %

digunakan

(15)

Persentase status budidaya = x % spesies

seluruh

budidaya spesies

100

Klasifikasi kegunaan tumbuhan obat

Pengklasifikasian tumbuhan obat dilakukan dengan cara mengelompokkan khasiat masing-masing spesies berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya. Pengelompokkan spesies terhadap ancaman kelangkaan

Ekosetio (2004) mengatakan bahwa pendekatan proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Kategori 1 : Pemanenan tumbuhan obat yang mengakibatkan kematian pada

individu tumbuhan, karena yang dipanen adalah akar, batang, rimpang, kulit, dan semua bagian tumbuhan.

2. Kategori 2 : Pemanenan yang menghambat reproduksi dari suatu tumbuhan obat karena bagian yang dipanen ialah biji, buah, dan bunga.

3. Kategori 3 : Apabila dilakukan pemanenan yang berlebihan akan menghambat regenerasi dan kematian tumbuhan karena yang dipanen adalah daun dan getahnya.

Data dianalisis dengan melakukan pengelompokkan spesies tumbuhan obat terhadap ancaman kelangkaan melalui panduan penentuan status kelangkaan menurut CITES (2014), IUCN (2014), dan LIPI (2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kota Magelang merupakan suatu kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7º26’18”-7º30’9” LS dan 110º12’30”-110º12’52” BT. Wilayah Kota Magelang memiliki luas 1 812 Ha atau sekitar 0.06% dari keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif pemerintahan, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 dan 7 Tahun 2005 Kota Magelang terdiri dari 3 kecamatan 17 kelurahan.

Secara topografi Kota Magelang termasuk dataran rendah dengan sudut kemiringan relatif bervariasi. Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang berada pada ketinggian antara 375-500 mdpl dengan titik tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl. Secara fisiografis, Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang dikelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing, Pegunungan Gianti, Menoreh, Andong dan Telomoyo, sehingga Kota Magelang termasuk kedalam wilayah pegunungan.

(16)

Karakteristik Responden

Berdasarkan survei yang dilakukan di empat pasar, ditemukan 23 pedagang yang menjual simplisia dan produk obat tradisional dimana dari jumlah tersebut terdapat 9 orang yang berdagang di Pasar Rejowinangun dengan komposisi 6 orang perempuan dan 3 orang laki-laki, 7 orang berdagang di Pasar Kebonpolo dimana ketujuh pedagang tersebut adalah perempuan, 4 orang berdagang di Pasar Gotong Royong dengan komposisi 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki, dan 3 orang berdagang di Pasar Cacaban dimana 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki yang berdagang di pasar tersebut.

Laki-laki 22%

Perempuan 78%

Gambar 2 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin

Dari 23 jumlah pedagang yang diwawancara di keempat pasar tersebut menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Jumlah responden perempuan secara keseluruhan sebanyak 18 orang (78%) sedangkan jumlah responden laki-laki secara keseluruhan sebanyak 5 orang (22%) (Gambar 2)

Hal ini terjadi karena pada umumnya para pedagang yang ditemukan melakukan usaha dagang simplisia dan juga produk obat tradisional yang telah diturunkan dari orang tua atau sebagai usaha keluarga bersama yang dapat dilakukan oleh perempuan karena tidak perlu banyak menghabiskan tenaga. Selain itu dapat menambahkan kebutuhan ekonomi keluarga.

Kelompok umur

Sebaran umur responden bervariasi dari umur 23 tahun hingga 88 tahun. Mayoritas responden adalah responden dengan kelompok umur 23-45 tahun (Gambar 3).

23-45 tahun

52% 46-68

tahun 35% >68 tahun

13%

Gambar 3 Komposisi responden berdasarkan kelompok umur

(17)

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan responden adalah pendidikan terakhir yang telah atau pernah ditempuh oleh pedagang simplisia maupun produk obat tradisional yang menjadi responden. Tingkat pendidikan responden yang diwawancarai ditunjukkan pada Gambar 4. Responden yang ditemui memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda mulai dari tidak sekolah sampai dengan S1.

Tidak

Gambar 4 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir Sebagian besar responden yang diwawancarai memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 10 orang (43%), kemudian lulusan SMA/SMK sebanyak 8 orang (35%), lulusan SMP dan tidak bersekolah ditemukan dengan jumlah yang sama yaitu 2 orang (9%), dan adapun yang lulusan S1 dengan jumlah 1 orang (4%). Kondisi pendidikan para responden tersebut tidak mempengaruhi pengetahuan responden dalam mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang diperdagangkan baik nama jenis maupun khasiatnya. Hal ini terjadi karena pengalaman berdagang responden dalam berdagang jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat maupun produk obat tradisional serta pengetahuan yang diturunkan secara turun-temurun dari orang tua.

Jenis Simplisia Nabati

Hasil survei dan wawancara diperoleh informasi bahwa terdapat 92 spesies tumbuhan obat dalam bentuk simplisia yang diperdagangkan di empat pasar tradisional di Kota Magelang. Dari 92 spesies tersebut terdiri dari 42 famili. Selain itu jumlah spesies dan famili dibagi berdasarkan tiap lokasi dimana pada Pasar Rejowinangun terdapat 83 spesies tumbuhan obat yang terdiri dari 37 famili, pasar ini ditemukan paling banyak spesies tumbuhan obat yang dijadikan simplisia hal ini dikarenakan bahwa Pasar Rejowinangun merupakan pasar terbesar di Kota Magelang dan pada pasar ini adalah pusat grosir produk obat tradisional sehingga pedagang produk obat tradisional di pasar lain membeli di pedagang grosir yang ada pada Pasar Rejowinangun. Pada Pasar Kebonpolo ditemukan 31 spesies terdiri dari 17 famili, pada Pasar Gotong Royong terdapat 23 spesies dari 14 famili, dan pada Pasar Cacaban terdapat 22 spesies dari 13 famili.

Spesies tumbuhan yang berasal dari famili Zingiberaceae paling banyak dimanfaatkan sebagai simplisia yaitu sebanyak 13 spesies (Tabel 2). Bagi masyarakat Jawa spesies dari famili Zingiberaceae disebut dengan empon-empon

(18)

Tabel 2 Klasifikasi spesies berdasarkan familisarkan famili

No. Famili Jumlah Spesies Persentase (%)

1 Zingiberaceae 13 14.13

Spesies yang paling banyak diperdagangkan diantaranya adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma domestica), jahe (Zingiber officinale), kencur (Kaempferia galanga), dan kapulogo (Amomum cardamomum).

Klasifikasi spesies tumbuhan obat lainnya yaitu berdasarkan habitus. Habitus tumbuhan adalah bentuk dari perawakan tumbuhan. Spesies tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dikelompokkan berdasarkan 6 habitus yaitu pohon, perdu, liana, epifit, herba, dan semak (Gambar 5).

Herba

Gambar 5 Klasifikasi spesies berdasarkan habitus

Spesies dengan habitus herba paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 32 spesies atau 35%. Menurut Tanjungsari (2014), habitus herba tidak membutuhkan ruang yang luas untuk ditanam, selain itu cara perlakuan dan perawatan habitus herba tergolong mudah. Beberapa contoh spesies dengan habitus herba diantaranya adalah keji beling (Strobilanthes crispus), pegagan (Centella asiatica), bengkle (Zingiber purpureum), temu ireng (Curcuma aeruginosa), dan meniran (Phyllanthus niruri). Habitus tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan selain herba adalah pohon sebanyak 31 spesies (34%).

Bagian Tumbuhan yang Digunakan

(19)

yang berbeda. Secara umum pemberian nama simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies dan diikuti dengan nama bagian. Bagian-bagian tumbuhan tersebut diantaranya adalah daun (folium), buah (fructus), akar (radix), bunga (flos), biji (semen), rimpang (rhizoma), herba (herba), umbi (bulbus/tuber), kulit kayu (cortex), batang/ranting (caulis), kayu (lignum), kulit buah (pericarpium), minyak (oleum) (Tabel 3).

Tabel 3 Klasifikasi spesies berdasarkan bagian yang digunakan

No Bagian yang digunakan Jumlah spesies Persentase (%)

1 Daun 27 23.28

2 Buah 25 21.55

3 Rimpang 14 12.07

4 Bunga 8 6.9

5 Herba 8 6.9

6 Biji 8 6.9

7 Kulit kayu 7 6.03

8 Akar 5 4.31

9 Batang/ranting 3 2.59

10 Umbi 3 2.59

11 Kayu 3 2.59

12 Kulit buah 2 1.72

13 Getah 2 1.72

14 Minyak 1 0.86

Total 100.00

Bagian dari tumbuhan obat yang paling banyak digunakan sebagai simplisia adalah daun sebanyak 27 spesies. Beberapa spesies tumbuhan obat yang dijadikan simplisia daun diantaranya adalah jati cina (Cassia angustifolia), jati belanda (Guazuma ulmifolia), imbo (Azadirachta indica), kemuning (Murraya paniculata), sirih (Piper betle), dan sambung nyowo (Gynnura sarmentosa). Daun merupakan tempat pengolahan makanan yang berfungsi sebagai obat, mudah diperoleh, mudah dibuat atau diramu sebagai obat dibandingkan dengan bagian-bagian tumbuhan yang lainnya (Hamzari 2008).

Menurut Ekosetio (2004) pemanenan daun merupakan kategori ketiga dalam pendekatan proses melangkanya tumbuhan akibat pemanenan. Kategori ketiga tersebut merupakan kategori dengan potensi terendah yang dapat memicu kelangkaan pada tumbuhan akibat pemanenan karena pemanenan atau pemanfaatan pada bagian daun tidak memberikan pengaruh yang tinggi pada kelangsungan hidup tumbuhan.

Kegunaan Simplisia Nabati

(20)

75

Gambar 6 Klasifikasi spesies berdasarkan kelompok penggunaannya Berdasarkan perolehan data yang telah diolah diketahui bahwa sebagian besar simplisia yang diperdagangkan di Kota Magelang berkhasiat untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan. Banyaknya jenis simplisia untuk pengobatan penyakit saluran pencernaan kemungkinan karena jenis-jenis tersebut memiliki khasiat untuk penyakit pencernaan yang tidak spesifik. Ekosetio (2004) mengatakan bahwa penyakit pencernaan dapat ditimbulkan karena terjadinya ketidakseimbangan kimiawi seperti meningkatnya asam lambung atau produksi enzim pencernaan yang berlebihan dalam organ pencernaan. Zat-zat kimia yang ada pada tumbuhan obat seperti alkaloid dapat menetralkan asam lambung atau mengembalikan produksi enzim-enzim pencernaan tersebut pada keadaan normal.

Sebanyak 75 spesies tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencernaan, contohnya adalah imbo (Azadirachta indica), jong rahab (Baeckea frustescens), kayu manis (Cinnamomum burmannii), dan rosela (Hibiscus sabdariffa) dan spesies lainnya (Lampiran 2).

Status Simplisia Nabati Sumber simplisia nabati

Sumber perolehan tumbuhan obat yang dijadikan simplisia nabati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu liar dan budidaya (Gambar 7).

Budidaya 70% Liar

30%

(21)

Diketahui bahwa 70% simplisia yang diperdagangkan berasal dari tumbuhan obat yang dibudidayakan atau sengaja ditanam oleh masyarakat baik di kebun maupun di pekarangan rumah. Hal ini terjadi karena dalam membudidayakan tanaman obat dapat memberikan pemasukan dan keuntungan ekonomi masyarakat Jawa sebab tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang sangat berkhasiat dan banyak dimanfaatkan baik untuk keperluan pengobatan tradisional dan juga untuk bahan rempah-rempah masakan. Sedangkan 30% lainnya didapatkan dari tumbuhan obat yang tumbuh secara liar.

Beberapa contoh spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan diantaranya adalah empon-empon atau tumbuhan obat yang berasal dari famili Zingiberaceae seperti jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan tumbuhan obat yang diluar famili Zingiberaceae yang dibudidayakan yaitu rosela (Hibiscus sabdariffa), sirih (Piper betle), cengkeh (Syzigium aromaticum), cendana (Santalum album).

Status kelangkaan

Pemanenan pada bagian-bagian tumbuhan untuk suatu tujuan tertentu terutama untuk pengobatan tentunya akan berdampak pada tumbuhan tersebut baik secara fisik maupun ekologi. Zuhud (1994) menyatakan bahwa dampak dari pemanenan tumbuhan obat dapat mempengaruhi kelestarian tumbuhan obat tersebut jika pemanenannya mengakibatkan kematian, menghambat regenerasi dan mengganggu siklus hidup. Pengelompokkan tumbuhan obat berdasarkan bagian yang dimanfaatkan dan akibatnya terhadap ketersediaannya di alam hanya dilakukan pada spesies yang diperoleh secara liar. Berdasarkan pendekatan proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan menurut Ekosetio (2004), maka dari 28 spesies tumbuhan liar yang dimanfaatkan diketahui bahwa 69% diantaranya digolongkan sebagai kategori I, 15% tergolong kedalam kategori II, dan 16% tergolong kedalam kategori III (Gambar 8).

Kategori I 69% Kategori II

15%

Kategori III 16%

(22)

Tabel 4 Status kelangkaan berdasarkan CITES, IUCN, LIPI

No. Nama

Lokal

Nama Ilmiah Kategori kelangkaan

CITES IUCN LIPI

4. Mahoni Swietenia macrophylla

King.

Appendix II

Vulnerable

5. Dlingo Acorus calamus Linn. Least concern

6. Mesoyi Massoia aromatica

Becc.

8. Sintok Cinnamomum sintoc

Blume

Langka

9. Pulosari Alyxia reinwardtii Bl. Langka

Selain memiliki nilai kelangkaan yang tinggi terdapat beberapa simplisia yang dikategorikan langka namun memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga karena digunakan sebagai bahan baku pabrik obat tradisional, salah satunya adalah pulosari (Alyxia reinwardtii). Hampir setiap produk jamu menggunakan pulosari (Alyxia reinwardtii) sebagai bahan baku, namun pemanenan simplisia tersebut masih banyak dilakukan dari alam (Widiastuti et al. 1996). Ekosetio (2004) menyatakan bahwa pembudidayaan pulosari secara besar-besaran belum pernah dilakukan, sedangkan kebutuhan akan pulosari oleh industri obat tradisional sangat besar. Tanpa pembudidayaan yang intensif maka kelestarian tumbuhan ini tidak dapat dijamin.

Nilai ekonomi yang tinggi tentunya merupakan potensi yang cukup besar untuk mendorong masyarakat sekitar hutan melakukan pemanenan langsung dari alam secara tidak terkendali dan melampaui batas kemampuan regenerasi di alam. Jika hal ini terjadi maka dikhawatirkan akan mengancam kelestarian persediaan maupun pasokan tumbuhan obat tersebut sebagai bahan baku industri yang akhirnya berdampak langsung terhadap kelangsungan produksi obat tradisional.

Perdagangan Simplisia Nabati

Masyarakat Jawa memanfaatkan simplisia nabati sebagai bahan baku pengobatan tradisional sudah cukup lama. Sejalan dengan itu, perdagangan simplisia nabati khususnya di Kota Magelang pun telah dilakukan dalam waktu yang cukup lama karena terbukti bahwa sebagian besar pedagang meneruskan usaha turun-temurun dari orangtuanya. Pedagang simplisia nabati di Kota Magelang terdiri dari pedagang grosiran dan pedagang eceran. Para pedagang memperoleh bahan baku simplisia nabati dari pengepul yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Yogyakarta, Temanggung, Ambarawa dan Solo.

(23)

dari Yogyakarta. Namun beberapa simplisia akan dipasok jika ada konsumen yang memesan. Beberapa simplisia tersebut biasanya adalah simplisia yang agak jarang ditemukan dan biasanya harganya sangat mahal. Dalam memasok simplisia, untuk simplisia yang banyak dibeli akan dipasok dalam jumlah yang banyak. Simplisia yang jarang dibeli konsumen akan awet bertahun-tahun disimpan. Simplisia tersebut dijual dalam satuan kilogram namun ada beberapa simplisia yang dijual dalam bungkusan-bungkusan kecil. Simplisia dari spesies tumbuhan obat yang liar harganya berkisar Rp 9 000 - Rp 300 000 per kilogram (Lampiran 1). Harga tersebut disesuaikan berdasarkan ketersediannya.

Simplisa yang di dapatkan dari hasil budidaya memiliki harga berkisar Rp 3 000 – Rp 160 000 per kilogram. Beberapa simplisia budidaya yang harganya mencapai lebih dari Rp 50 000 dimungkinkan karena biaya perawatan dan pemeliharaannya yang cukup tinggi namun dari semua simplisia hasil budidaya memiliki harga yang relatif stabil karena banyak dicari oleh konsumen. Simplisia yang paling banyak dibeli adalah empon-empon yaitu tumbuhan obat yang berasal dari famili Zingiberaceae seperti kunyit, temulawak, dan jahe. Biasanya empon-empon tersebut banyak dijadikan jamu perasan baik oleh pedagang jamu paitan maupun pedagang jamu gendong. Selain itu empon-empon juga biasa dijadikan bumbu dapur.

Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan

Bagi masyarakat Jawa produk obat tradisional lebih sering disebut dengan jamu. Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Harmanto dan Subroto 2007). Jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu gabungan dari kata jampi dan usodo yang artinya adalah penyembuhan menggunakan ramuan, doa atau usodo (Trubus 2010). Sejarah mengenai jamu di Jawa dibuktikan dari dokumentasi tertua tentang jamu yang terdapat pada relief Candi Borobudur yang menggambarkan mengenai ramuan obat tradisional atau jamu. Selain itu ditemukan juga relief yang menerangkan tentang penggunaan jamu pada zaman dahulu di Candi Prambanan, Candi Penataran (Blitar), dan Candi Tegalwangi (Kediri).

Jenis obat tradisional yang diperdagangkan di Kota Magelang terdiri dari produk obat tradisional yang berasal dari perusahaan industri kecil sampai dengan industri obat tradisional besar. Pengembangan obat tradisional Indonesia agar dapat menjangkau pelayanan kesehatan formal maka obat tradisional Indonesia dibagi menjadi dua kelompok (Hargono 1992), yaitu:

1. Kelompok Jamu

Obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang belum mengalami standardisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya. Kegunaannya masih sepenuhnya menggunakan istilah-istilah tradisional misalnya sekalor, pegel linu, encok, tolak angin, dan sebagainya.

2. Kelompok Fitoterapi

(24)

standarisasi dan telah dilakukan penelitian atas sediaan galeniknya. Kegunaannya jelas dan pernyataan kegunaannya telah menggunakan istilah-istilah farmakologi. Hasil penelitian obat tradisional kelompok ini telah dapat diandalkan.

Beberapa jenis produk obat tradisional yang diperdagangkan dalam skala industri kecil atau rumahan oleh masyarakat sekitar kota Magelang terdiri dari berbagai bentuk seperti godogan (rajangan), paitan, bedak, seduhan dan parem (Tabel 5).

Tabel 5 Produk obat tradisional yang diperdagangkan

No. Produk Komposisi Kegunaan

1. Wedang

uwuh

Jahe, Kayu Secang, Cengkeh, Kayu manis, Pala, Akar sereh dan daun sereh, Kapulogo, gula batu.

Membantu menghangatkan

dan menyegarkan badan.

2. Tapel

anak

Daun jarak pagar, dlingo, bawang merah.

Mengembalikan ukuran perut setelah melahirkan.

4. Pupuk

bayi

Biji pala, dlingo, bengkle. Mengobati pilek dan flu pada

anak.

5. Bedak

dingin

Tepung beras, buang bengkuang, air mawar.

Menghilangkan jerawat dan bekas jerawat, mencerahkan wajah.

6. Pilis

bersalin

Kencur, kunyit, ganthi, kenanga, dan biji pala.

Melegakan sakit kepala dan mengurangi kesan gelap mata yang dialami ibu yang habis

kunyit, bubuk krangean, kencur, cengkeh.

Menjadikan kulit lebih cerah serta menghilangkan bekas luka.

10. Mandi

Rempah

Bunga melati, jahe, temulawak, serai, daun jeruk purut, kayu tetap segar serta tidak bersisik.

11. Jamu

Godog

Sambiloto, kayu angin, kayu secang, cendana, kemukus, jahe, temulawak, widara laut, mesoyi, merica bolong, brotowali. batang serai, dan garam laut.

(25)

Produk obat tradisional yang dibuat oleh masyarakat setempat atau berasal dari industri berskala kecil merupakan obat tradisional yang kegunaannya ditujukan untuk menjaga kesehatan, kecantikan, dan mengobati penyakit ringan yang biasa dialami masyarakat. Selain produk obat tradisional, masyarakat sekitar juga memproduksi minuman kesehatan dalam bentuk seduhan. Pemakaian bahan baku untuk membuat produk tradisional berbeda untuk setiap kegunaan dan peracik, karena tidak jarang juga satu produk yang dijual pada pedagang yang berbeda bahan bakunya pun berbeda tergantung peraciknya.

Selain obat tradisional yang diproduksi oleh masyarakat sekitar, obat tradisional yang diproduksi oleh industri besar juga banyak ditemukan. Kebanyakan industri besar tersebut berasal dari kota-kota sekitar Magelang, karena Jawa Tengah sangat terkenal dengan industri jamunya. Beberapa perusahaan jamu tersebut yaitu Jamu Cap Jago, Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.

Berdasarkan survei yang dilakukan dilokasi penelitian, ditemukan terdapat 277 jenis produk obat tradisional dari 35 industri jamu di Indonesia. Diketahui bahwa produk terbanyak yang dijual di kota Magelang berasal dari PT. Industri Jamu Cap Jago Semarang, Jawa Tengah yaitu sebanyak 52 produk obat tradisional (Lampiran 3).

Dari 277 produk obat tradisional secara keseluruhan ditemukan 185 jenis simplisia yang digunakan sebagai bahan baku obat. Simplisia yang paling banyak digunakan adalah temulawak yaitu sebanyak 130 produk dari jumlah 277 produk yang diperdagangkan (Tabel 6). Berdasarkan familinya, yang paling banyak digunakan adalah jenis-jenis simplisia yang berasal dai famili Zingiberaceae. Hal ini serupa dalam penjualan simplisia dimana famili Zingiberaceae yang paling mendominasi. Maka dari itu dapat dinyatakan bahwa jenis-jenis tanaman yang berasal dari famili Zingiberaceae memiliki manfaat yang banyak baik untuk penggunaan dalam pengobatan penyakit secara tradisional juga dapat digunakan sebagai bahan baku bumbu masakan.

Tabel 6 Jenis simplisia yang digunakan sebagai bahan baku dalam produk obat tradisional

No. Nama Simplisia Jumlah Produk yang Menggunakan

1. Curcumae rhizoma 130

2. Zingiberis rhizoma 111

3. Curcumae domesticae rhizoma 77

4. Retrofracti fructus 62

5. Zingiberis aromaticae rhizoma 62

6. Foeniculi fructus 55

7. Alyxiae cortex 51

8. Languatis rhizoma 46

9. Kaempferiae rhizoma 43

(26)

Pelesetarian Tumbuhan Obat sebagai Bahan Baku Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional

Walaupun didapatkan simplisia yang berasal dari tumbuhan obat liar lebih sedikit daripada simplisia yang berasal dari hasil budidaya. Namun untuk spesies-spesies yang didapatkan secara liar tersebut akan dapat terancam kelestariannya apabila dalam pemanfaatannya tidak dilakukan upaya pelestarian mengingat ketersediaannnya tergantung pada alam dalam menyediakannya.

Berdasarkan pendekatan proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan, sebagian besar simplisia yang diperdagangkan di Kota Magelang termasuk kedalam kategori I dimana pemanenan pada tumbuhan obat akan mengakibatkan kematian pada individu tumbuhan. Hal tersebut disebabkan karena yang dipanen adalah akar, batang, rimpang, kulit, dan seluruh bagian tumbuhan. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ancaman kelangkaan tumbuhan obat dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang dijadikan simplisia atau bahan baku obat tradisional diantaranya adalah:

1. Kegunaan tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang banyak digunakan dan khasiatnya telah dipercaya oleh masyarakat akan meningkatkan permintaan pasar sehingga dapat merangsang pemanenan tumbuhan secra berlebihan untuk memenuhi permintaan tumbuhan obat tersebut.

2. Bagian yang digunakan. Pemanenan bagian tumbuhan akan menimbulkan dampak secara fisiologis pada tumbuhan yang besar dampak ditentukan oleh bagian yang dipanen (Ekosetio 2004). Zuhud (1994) menyebutkan bahwa dampak pemanenan bagian tumbuhan dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1.) Mengakibatkan kematian, 2.) Menghambat regenerasi, 3.) Mengakibatkan kematian dan menghambat regenerasi.

3. Nilai ekonomi. Nilai ekonomi yang tinggi dapat mendorong masyarakat untuk melakukan pemanenan langsung dari alam secara berlebihan karena dapat meningkatkan keuntungan finansial. Hal tersebut merupakan faktor yang cukup berperan dalam mengancam kelangsungan hidup tumbuhan obat di alam.

4. Belum dibudidayakan

(27)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Teridentifikasi 92 jenis simplisia yang diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah terdiri dari 42 famili, 6 habitus, dan 14 bagian yang digunakan. Simplisia yang diperdagangkan didominasi oleh famili Zingiberaceae. Sebagian besar simplisia tumbuhan obat berasal dari habitus herba. Simplisia yang diperdagangkan diketahui bahwa memiliki khasiat untuk mengobati 28 kelompok penyakit dengan penggunaan paling banyak yaitu untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan.

2. Teridentifikasi dari 2 macam industri yang memproduksi produk obat tradisional yaitu industri yang berskala kecil yang dibuat oleh masyarakat sekitar Kota Magelang dan industri jamu besar yang produknya sudah terkenal baik didalam maupun luar negeri. Terdapat 277 jenis produk obat tradisional yang ditemukan dari 35 industri. Produk obat tradisional yang paling banyak dijual berasal dari PT. Industri Jamu Cap Jago.

3. Sebagian besar simplisia yang diperdagangkan berasal dari tumbuhan obat yang dibudidayakan. Namun terdapat juga simplisia yang berasal dari tumbuhan yang hidup secara liar. Harga simplisia hasil budidaya berkisar Rp 3 000 – Rp 160 000 per kilogram sedangkan kisaran harga simplisia yang berasal dari tumbuhan yang hidup secara liar yaitu Rp 9 000 – Rp 300 000 per kilogram.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan industri obat tradisional di Kota Magelang memerlukan

adanya kegiatan pelatihan mengenai pembuatan simplisia yang memenuhi standar kesehatan agar nilai jual simplisia dapat meningkat.

2. Budidaya tumbuhan obat yang langka seperti pule pandak (Rauwolfia serpentina), pule (Alstonia scholaris), dan pulosari (Alyxia reinwardtii) perlu dilakukan agar tetap lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Aristantia T. 2012. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Keluarga di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Magelang. 2013. Magelang dalam Angka 2013. Magelang (ID): Pusat Statistik Kota Magelang dengan Bappeda Kota Magelang.

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. 2014. Appendices I, II, III. [internet]. (diunduh 2014 Des 16). Tersedia pada: http//www.cites.org

(28)

Ekosetio R. 2004. Inventarisasi Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan oleh Etnis Melayu di Pontianak [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh: Studi Kasus di Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan Tabo-tabo. Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol 3: 2(111-234) Hargono D. 1992. Kebijaksanaan Pengembangan ObatTradisional ke Arah

Fitoterapi. Simposium Fitoterapi dan Pengobatan Alternatif, Universitas Airlangga, Surabaya, hal.10-14.

Harmanto NS, Subroto MA. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Obat Berguna Jilid I-IV. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Indonesia.

[IUCN] International Union for the Conservation of Nature. 2014. IUCN red list of threatened species. Version 2014.3 [internet]. (diunduh 2014 Des 16). Tersedia pada : http//www.iucnredlist.org.

Mardisiswojo S, Harsono R. 1985. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang Jilid I-II. Jakarta (ID): Balai Pustaka.

Mogea PJ, Djunaedi G, Harry W, Rusdy EN, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang Biologi-LIPI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional.

Purwandari SS. 2001. Studi Serapan Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Baku pada Berbagai Industri Obat Tradisional di Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sandra E, Sjafril K. 1994. Tinjauan Permintaan Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Di dalam: EAM Zuhud dan Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Hal 71-117.

Tanjungsari RJ. 2014. Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Trubus. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik. Depok (ID): Trubus Swadaya.

Utari AU. 2013. Inventarisasi Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Padang, Sumatera Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Versteegh, J Kloppenburg. 1988. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisional

(Terjemahan). Yogyakarta (ID): CD. RS. Bethseda.

(29)

Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIBA) dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO). Hal 198-201

Zuhud EAM. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Di dalam: EAM Zuhud dan Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Hal 1-15.

Zuhud EAM, Haryanto. 1991. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Indonesia. Prosiding Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dari Hutan Tropis Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Yayasan Pembinaan Suaka Alam dan Margasatwa Indonesia (The Indonesian Wildlife Fund). Hal 13-26.

(30)

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Bagian yang Digunakan

Harga

1. Keji beling Strobilanthes

crispus Bl.

Strobilanthi crispi folium Acanthaceae Herba Liar Daun ± Rp 30000 per

kg

2. Sambiloto Andrographis

paniculata (Burm.

F.) Nees.

Androgarphidis herba Acanthaceae Perdu Liar Herba ± Rp 9000 per

kg

3. Sirsak Annona muricata

L.

Parameriae cortex Apocynaceae Pohon Budidaya Batang ± Rp 50000 per

kg

5. Pule Alstonia scholaris

L.

Alstoniae cortex Apocynaceae Pohon Liar Kulit batang ± Rp 16000 per

kg

7. Tapak dara Catharanthus

roseus L.

Catharanthi rosei radix ; Catharanthi rosei caulis ; Catharanthi rosei folium

Apocynaceae Perdu Budidaya Akar, batang,

daun

9. Dlingo Acorus calamus

Linn.

Acori calami folium ; Acori calami rhizoma

Borrasi folium Arecaceae Pohon Budidaya Bunga ± Rp 20000 per

(31)

21

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Bagian yang Digunakan

Harga

13. Tapak liman Elephantopus

scaber Linn.

Elephantophi folium ; Elephantophi scaber radix

Asteraceae Herba Liar Daun, akar ± Rp 40000 per kg

14. Tempuyung Sonchus arvensis L. Sonchi arvensis herba Asteraceae Herba Budidaya Herba ± Rp 30000 per kg

15. Pepaya Carica papaya L. Caricae papayae folium;

Caricae papayae fructus

Clausiaceae Pohon Budidaya Buah, Kulit

buah

± Rp 25000 per kg

17. Jokeling Terminalia arborea

K. & V.

Merremiae tuber Convolvulaceae Herba Budidaya Umbi ± Rp 12000 per kg

19. Anyang Elaeocarpus

grandiflorus J. Sm.

Elaeocarpi grandiflori fructus

Elaeocarpaceae Pohon Budidaya Biji ± Rp 35000 per kg

20. Meniran Phyllanthus niruri

Linn.

Phyllanthi nirurii herba Euphorbiaceae Herba Liar Herba ± Rp 30000 per kg

21. Asem jawa Tamarindus indica

Linn.

Tamarindi indicae fructus

Fabaceae Pohon Budidaya Buah ± Rp 9000 per kg

22. Kedawung Parkia roxburghii

G.Don

Parkiae semen Fabaceae Pohon Budidaya Biji ± Rp 80000 per kg

23. Secang Caesalpinia sappan

L.

Caesalpiniae sappan lignum

Fabaceae Perdu Budidaya Kayu ± Rp 14000 per kg

24. Sprantu Sindora sumatrana

Miq.

Sindorae sumatranae fructus

Fabaceae Pohon Budidaya Buah ± Rp 35000 per kg

25. Jati cina Cassia angustifolia

Vahl.

Cassiae angustifoliae folium

(32)

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan) No. Nama

Lokal

Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Bagian yang Digunakan

Harga

26. Kayu legi Glycyrrhiza glabra

Linn.

Glycyrrhizae radix Fabaceae Herba Liar Akar ± Rp 100000 per kg

27. Klabet Trigonella

Foenum-graecum Linn.

Foenigraeci semen Fabaceae Herba Budidaya Biji ± Rp 20000 per kg

28. Majakani Quercus lusitanica

Lamk.

Illicii veri fructus Illiciaceae Pohon Budidaya Buah ± Rp 20000 per kg

30. Kumis

kucing

Orthosiphon

aristatus Bl.

Ortosiponis aristati folium Lamiaceae Herba Budidaya Daun ± Rp 30000 per kg

31. Selasih Ocimum basilicum L. Ocimi basillici semen Lamiaceae Herba Budidaya Biji ± Rp 80000 per kg

32. Kayu

Lauraceae Pohon Budidaya Daun, kulit

batang

Lauraceae Pohon Liar Bunga, kulit

batang, minyak

± Rp 70000 per kg

34. Krangean Litsea cubeba

(Lour.) Persoon

Litseae cubebae cortex Lauraceae Pohon Liar Kulit batang ± Rp 30000 per kg

35. Mesoyi Massoia aromatica

Becc..

Massoiae cortex Lauraceae Pohon Liar Kulit batang ± Rp 130000 per kg

36. Sintok Cinnamomum sintoc

Blume

(33)

23

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)

No. Nama Lokal

Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Allii sativi bulbus Liliaceae Herba Budidaya Umbi ± Rp 50000

per kg

38. Widara

laut

Strychnos

ligustrina Blume.

Ligustrinae lignum Loganiaceae Perdu Budidaya Kayu ± Rp 30000

per kg

39. Benalu teh Loranthus

parasiticus (L.)

Miq

Loranthi parasitici herba Loranthaceae Epifit Liar Herba ± Rp 40000

per kg

40. Sidowayah Woodfordiae

floribunda Salisb.

Woodfordiae flos, Woodfordiae folium

Lythraceae Perdu Budidaya Bunga, daun ± Rp 65000

per kg

41. Rosela Hibiscus

sabdariffa Linn.

Hibisci sabdariffae flos Malvaceae Perdu Budidaya Bunga ± Rp 80000

per kg

Azadiractae folium Meliaceae Pohon Liar Daun ± Rp 40000

per kg

44. Brotowali Tinospora crispa

(L.) Hook.F. & Thoms

Tinosporae crispae caulis; Tinosporae crispae folium

Menispermaceae Liana Liar Batang, daun ± Rp 30000

per kg

45. Pala Myristica

fragrans Houtt.

Myristicae fragransfructus; Myristicae fragrans folium; Myristicae fragrans semen

Myristicaceae Pohon Budidaya Buah, daun,

biji

± Rp 65000 per kg

46. Cengkeh Syzygium

aromaticum L.

Syzygii aromaticii flos Myrtaceae Pohon Budidaya Bunga ± Rp 125000

per kg

47. Ceplik Eucalyptus alba

Reinw.

Eucalypti fructus; Eucalypti folium

Myrtaceae Pohon Liar Buah, daun ± Rp 12000

(34)

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan) No. Nama

Lokal

Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Melaleucae fructus Myrtaceae Pohon Liar Buah ± Rp 18000 per kg

50. Salam Eugenia polyantha

Wight.

Eugeniae polyanthae folium

Myrtaceae Pohon Budidaya Daun ± Rp 500 per ikat

51. Melati Jasminum sambac

(L.) W. Ait

Jasmini flos ; Jasmini folium

Oleaceae Perdu Budidaya Bunga,

daun

53. Cabe jawa Piper retrofractum

Vahl.

Retrofracti fructus Piperaceae Liana Budidaya Buah ± Rp 130000 per kg

54. Kemukus Piper cubeba L. Piper cubebae fructus Piperaceae Liana Budidaya Buah ± Rp 120000 per kg

59. Delima Punica granatum

Linn.

Punicae granati fructus ; Punicae granati pericarpium

Punicaceae Perdu Budidaya Buah, kulit

buah

Nigellae semen Ranunculaceae Herba Budidaya Biji ± Rp 42000 per kg

61. Mawar Rosa chinensis

Jacq.

Rosae chinensidis flos Rosaceae Perdu Budidaya Bunga ± Rp 5000 per

(35)

25

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)

No. Nama Lokal

Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Bagian yang

Digunakan

Harga

62. Gambir Uncaria gambir

Roxb.

Uncariae gambir fructus Rubiaceae Perdu Budidaya Buah, getah ± Rp 10000 per kg

63. Sarang

semut

Myrmecodia

platyrea Becc.

Myrmecodiae herba Rubiaceae Epifit Liar Herba ± Rp 180000 per kg

64. Inggu Ruta angustifolia

Pers.

Rutae angustifoliae herba Rutaceae Herba Budidaya Getah, herba ± Rp 700 per

bungkus

65. Jeruk Nipis Citrus

aurantifolia

Swingle.

Citri aurantifoliae fructus Rutaceae Perdu Budidaya Buah ± Rp 12000 per kg

66. Jeruk purut Citrus hystrix Dc. Citri hystrix fructus ; Citri

hystrix folium

68. Cendana Santalum album

Linn.

Santali albi lignum Santalaceae Pohon Budidaya Kayu ± Rp 12000 per kg

69. Gadhung

cina

Smilax china

Linn.

Smilax tuber Smilacaceae Semak Budidaya Umbi ± Rp 45000 per kg

70. Jati

Sterculiaceae Pohon Budidaya Daun ± Rp 30000 per kg

71. Ulet-ulet Helicteres isora

L.

Isorae fructus Sterculiaceae Perdu Liar Buah ± Rp 50000 per kg

72. Tempayang Scaphium

macropodum

(Miq.) Beumee

(36)

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan) No. Nama

Lokal

Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Thymelaeaceae Perdu Budidaya Daun, buah ± Rp 50000 per

kg

74. Pegagan Centella asiatica (L.)

Urban

Centellae asiaticae herba Umbelliferae Herba Liar Herba ± Rp 30000 per

kg

75. Adas Foeniculum vulgare

Mill.

Foeniculi vulgare fructus

Umbelliferae Perdu Budidaya Buah ± Rp 30000 per

kg

76. Mungsi Carum copticum

Benth

Coptici fructus Umbelliferae Herba Budidaya Buah ± Rp 55000 per

kg

77. Ganthi Ligusticum acutilobum

S. & Z.

Ligustici acutilobi rhizoma

Umbelliferae Pohon Budidaya Rimpang ± Rp 150000 per

kg

78. Jinten Cuminum Cyminum

Linn.

Cumini cymini semen Umbelliferae Herba Budidaya Biji ± Rp 38000 per

kg

80. Bengkle Zingiber purpureum

Roscoe

Zingiberis purpurei rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 4000 per

kg

81. Jahe Zingiber officinale

Rosc.

Zingiberis rhizoma ; Zingiberis folium

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang,

daun

Zingiberaceae Herba Budidaya Buah ± Rp 80000 per

kg

83. Kunci Boesenbergia rutunda

(Roxb.) Schlechter.

Boesenbergiae rutundae rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 5000 per

kg

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per

(37)

27

Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status

budidaya

Bagian yang Digunakan

Harga

85. Kunyit Curcuma domestica

Valeton

Curcumae domesticae rhizoma ; Curcumae domesticae folium

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang,

daun

± Rp 3000 per kg

86. Lempuyang Zingiber

aromaticum Vahl.

Zingiberis aromatici rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg

87. Temu ireng Curcuma

aeruginosa Roxb.

Curcumae aeruginosae rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg

88. Temu

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg

89. Temulawak Curcuma

xanthorrhiza Roxb.

Curcumae

xanthorrhizae rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 15000 per kg

90. Kencur Kaempferia

galanga Linn.

Kaempferiae galangae rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg

91. Laos Alpinia galanga L. Alpiniae galangae

rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 4000 per kg

92. Temu giring Curcuma heyneana

Val. & V. Zyp.

Curcumae heyneanae rhizoma

Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 35000 per kg

Lampiran 2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya

No. Kelompok Penyakit / Penggunaan

Macam Penyakit / Penggunaan Jenis

1. Gangguan

Peredaran Darah

Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lain yang berhubungan dengan darah.

Carum copticum Benth, Cassia angustifolia Vahl., Catharanthus roseus L.,

Curcuma xanthorrhiza Roxb., Curcuma zedoaria (Bergius) Roscoe, Elephantopus

scaber Linn., Guazuma ulmifolia Lamk., Gynnura sarmentosa DC., Hibiscus

sabdariffa Linn., Myrmecodia platyrea Becc., Phyllanthus niruri Linn.

(38)

No. Kelompok Penyakit / Penggunaan

Macam Penyakit / Penggunaan Jenis

2. Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga,

keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan

penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan keracunan.

Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees., Blumea balsamifera Dc., Carica

papaya L., Cassia angustifolia Vahl., Centella asiatica (L.) Urban, Cinnamomum

burmannii Bl., Cinnamomum sintoc Blume, Curcuma zedoaria (Bergius) Roscoe,

Elephantopus scaber Linn., Gynnura sarmentosa DC., Hibiscus sabdariffa Linn.,

Jasminum sambac (L.) W. Ait, Kaempferia galanga Linn., Litsea cubeba (Lour.)

Persoon, Merremia mammosa Hall, Murraya paniculata (L.) Jack, Ocimum

basilicum L., Phyllanthus niruri Linn., Rauwolfia serpentina Benth., Syzygium

aromaticum L.

3. Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru,

luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan

dengan luka.

Annona muricata L., Blumea balsamifera Dc., Catharanthus roseus L., Centella

asiatica (L.) Urban, Cinnamomum burmannii Bl., Curcuma heyneana Val. & V.

Zyp., Cymbopogon nardus L. Rendle, Jasminum sambac (L.) W. Ait, Kaempferia

galanga Linn., Merremia mammosa Hall, Murraya paniculata (L.) Jack,

Parameria laevigata Juss., Parkia roxburghii G.Don, Sonchus arvensis L.,

Swietenia macrophylla King., Woodfordiae floribunda Salisb.

4. Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes),

menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya

yang berhubungan dengan

penyakit diabetes.

Strobilanthes crispus Bl., Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees., Allium

sativum Linn, Alstonia scholaris L., Blumea balsamifera Dc., Carica papaya L.,

Catharanthus roseus L., Eugenia polyantha Wight., Gynnura sarmentosa DC.,

Merremia mammosa Hall, Myrmecodia platyrea Becc., Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl., Phyllanthus niruri Linn., Swietenia macrophylla King.,

Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thoms

5. Penyakit Gangguan

Urat Syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur

(insomnia), dan penggunaan

lainnya yang berhubungan.

Cuminum cyminum Linn., Blumea balsamifera Dc., Cinnamomum burmannii Bl.,

Cymbopogon nardus L. Rendle, Foeniculum vulgare Mill., Hibiscus sabdariffa

Linn., Jasminum sambac (L.) W. Ait, Litsea cubeba (Lour.) Persoon, Myristica

fragrans Houtt., Ocimum basilicum L., Pandanus amaryllifolius Roxb., Ruta

(39)

29

Lampiran 2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya (lanjutan)

No. Kelompok Penyakit / Penggunaan

Macam Penyakit / Penggunaan Jenis

6. Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit

gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi.

Acorus calamus Linn., Catharanthus roseus L., Cymbopogon nardus L. Rendle,

Garcinia mangostana L., Melaleuca leucadendron Linn, Murraya paniculata

(L.) Jack, Syzygium aromaticum L.

7. Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal,

batu ginjal, kencing batu, dan

penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan ginjal.

Strobilanthes crispus Bl., Annona muricata L., Carica papaya L., Curcuma

xanthorrhiza Roxb., Elaeocarpus grandiflorus J. Sm., Elephantopus scaber

Linn., Gynnura sarmentosa DC., Myrmecodia platyrea Becc., Orthosiphon

aristatus Bl., Phyllanthus niruri Linn., Sonchus arvensis L.

8. Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung

berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan

jantung.

Acorus calamus Linn., Allium sativum Linn, Cuminum cyminum Linn., Blumea

balsamifera Dc., Catharanthus roseus L., Centella asiatica (L.) Urban,

Cinnamomum burmannii Bl., Curcuma domestica Valeton, Curcuma

xanthorrhiza Roxb., Syzigium polyantha Wight., Gynnura sarmentosa DC.,

Hibiscus sabdariffa Linn., Myristica fragrans Houtt., Myrmecodia platyrea

Becc., Parkia roxburghii G.Don, Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.,

Phyllanthus niruri Linn., Piper betle L., Rauwolfia serpentina Benth., Swietenia

macrophylla King.

9. Penyakit

Kanker/Tumor

Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan

penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan tumor dan kanker.

Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees., Annona muricata L., Catharanthus

roseus L., Centella asiatica (L.) Urban, Gynnura sarmentosa DC., Loranthus

parasiticus (L.) Miq, Myrmecodia platyrea Becc., Ocimum basilicum L.,

(40)

Lampiran 2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya (lanjutan)

No. Kelompok Penyakit /

Penggunaan

Macam Penyakit / Penggunaan Jenis

10. Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di

sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin.

Alyxia reinwardtii Bl., Blumea balsamifera Dc., Borassus flabellifer Linn.,

Centella asiatica (L.) Urban, Cinnamomum burmannii Bl., Cinnamomum

sintoc Blume, Curcuma xanthorrhiza Roxb., Curcuma zedoaria (Bergius)

Roscoe, Illicium verum Hook. F., Imperata cylindrica (L.) Beauv.,

Merremia mammosa Hall, Murraya paniculata (L.) Jack, Myristica

fragrans Houtt., Ocimum basilicum L., Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Boerl., Phyllanthus niruri Linn., Piper cubebae L., Piper retrofractum

Vahl., Santalum album Linn., Smilax china Linn., Sonchus arvensis L.,

Syzygium aromaticum L., Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thoms

11. Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid

terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita.

Acorus calamus Linn., Alstonia scholaris L., Alyxia reinwardtii Bl.,

Amomum cardamomum L., Baeckea frustescens Linn., Cuminum cyminum

Linn., Blumea balsamifera Dc., Carica papaya L., Cinnamomum burmannii

Bl., Citrus aurantifolia Swingle., Curcuma aeruginosa Roxb., Curcuma

domestica Valeton, Curcuma mangga Valeton et Zijp., Curcuma

xanthorrhiza Roxb., Curcuma zedoaria (Bergius) Roscoe, Cymbopogon

nardus L. Rendle, Elephantopus scaber Linn., Foeniculum vulgare Mill.,

Garcinia mangostana L., Gynnura sarmentosa DC., Illicium verum Hook.

F., Murraya paniculata (L.) Jack, Myrmecodia platyrea Becc., Parameria

laevigata Juss., Parkia roxburghii G.Don, Phyllanthus niruri Linn., Piper

betle L., Piper nigrum L., Punica granatum Linn., Quercus lusitanica

Lamk., Rosa chinensis Jacq., Ruta angustifolia Pers., Santalum album

Linn., Sindora sumatrana, Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thoms

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Jenis data dan metode pengambilan data jenis data dan metode
Gambar 4 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
Tabel 3 Klasifikasi spesies berdasarkan bagian yang digunakan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian peran media audio dalam implementasi kurikulum 2013 melalui pembelajaran tema terpadu diantaranya adalah: (1) peng- gunaan media audio dalam pembelajaran tema

Menurut Wahyudi (2006) dengan pertumbuhan teknologi di Indonesia yang sangat pesat, pemerintah dalam hal ini direktorat jendral pajak memanfatkan hal tersebut

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana esensi penggunaan jenis perjanjian kerjasama pada usaha waralaba dengan melihat ciri-ciri dari perjanjian waralaba

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa unsur yang perlu untuk diperbaiki dikarenakan unsur-unsur tersebut memperoleh nilai rendah

Memasang kaset video yang terletak pada bagian bawah dari badan handy kamera video. Langkah 3, setelah penahan kaset secara otomatis turun kebawah kemudian tekan

Hasil dari pengujian dengan jumlah data latih sebanyak 50 data menunjukkan terdapat 4 kecamatan yang tidak sesuai dengan kelasnya seperti terlihat pada gambar 4.5

Penilaian dilakukan untuk mengukur kemampuan guru dalam mengimplementasikan keempat kompetensi, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor