SIMPLISIA NABATI DAN PRODUK OBAT TRADISIONAL
YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA MAGELANG,
JAWA TENGAH
ENGGA SWARI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Engga Swari
ABSTRAK
ENGGA SWARI. Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS HIKMAT.
Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat pada masyarakat Jawa Tengah yang masih banyak menggunakan tumbuhan obat sebagai bahan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Tumbuhan obat tersebut biasa dimanfaatkan dalam bentuk simplisia. Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi simplisia nabati, produk obat tradisional, sumber dan harga jual simplisia nabati yang diperdagangkan di Kota Magelang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung dan wawancara. Teridentifikasi 92 spesies tumbuhan obat dari 42 famili yang diperdagangkan di Kota Magelang dalam bentuk simplisia. Sebagian besar simplisia berasal dari tumbuhan obat yang dibudidayakan. Harga simplisia hasil budidaya berkisar Rp 3 000 – Rp 160 000 per kilogram, sedangkan kisaran harga simplisia yang berasal dari tumbuhan yang hidup secara liar yaitu Rp 9 000 – Rp 300 000 per kilogram. Teridentifikasi 277 jenis produk obat tradisional yang diproduksi oleh 35 industri jamu.
Kata kunci: produk obat tradisional, simplisia, tumbuhan obat
ABSTRACT
ENGGA SWARI. Vegetable Simplisia and Traditional Medicine Products Trade in Magelang City, Central Java. Supervised by SISWOYO and AGUS HIKMAT.
An ability to make a traditional medicine by mixing herbs and plants is hereditary skill and it was strongly believed by the local people in Central Java because many of them still use those traditional medicines as a treatment for many kinds of diseases. Those medicinal plants were often utilized in the form of simplisia. Simplisia is dried natural ingredients that has not been processed used as medicine which is processed through drying at less than 60oC temperature. The aim of this researches was to identifying vegetable simplisia, traditional medicines, its source and price in Magelang. The data was collected using direct observation and interview. There were 92 species of medicinal plant from 42 families were identified which traded in Magelang in the form of simplisia. Most of them were derived from cultivated medicinal plants. The range of price of the cultivated simplisia was Rp 3 000 - Rp 160 000 per kilogram, while the wild simplisia was Rp 9 000 - Rp 300 000 per kilogram. There were 277 types of traditional medicine products were produced by 35 jamu factories.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
SIMPLISIA NABATI DAN PRODUK OBAT TRADISIONAL
YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA MAGELANG,
JAWA TENGAH
ENGGA SWARI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah perdagangan simplisia, dengan judul Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScF selaku pembimbing. Di samping itu, penulis juga berterima kasih kepada bapak-bapak dan ibu-ibu pedagang simplisia nabati dan produk obat tradisional yang ada di Kota Magelang, serta Dinas Pengelola Pasar Kota Magelang yang telah membantu dalam pengumpulan informasi dan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Gufron Samuel, Ibunda Hartinah, mbak Rayung Sari, adik Luhwi Maulida, serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada Rangga Baladika, Funtastic4, Batagor, Anti Sumbangan, dan Gengges yang selalu menghibur dan memberikan motivasi serta kasih dan sayangnya kepada penulis sehingga penulis tetap semangat menjalani hidup. Terima kasih kepada Nisa, Ahda Agung, dan Eko yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih kepada para sahabat gang Nepenthes rafflesiana 47 atas kebersamaan dan kekompakkannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 9
Latar Belakang 9
Tujuan Penelitian 9
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Jenis Data 2
Metode Pengambilan Data 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5
Karakteristik Responden 6
Jenis Simplisia Nabati 7
Bagian Tumbuhan yang Digunakan 8
Kegunaan Simplisia Nabati 9
Status Simplisia Nabati 10
Perdagangan Simplisia Nabati 12
Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan 13
Pelesetarian Tumbuhan Obat sebagai Bahan Baku Simplisia Nabati dan
Produk Obat Tradisional 16
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
DAFTAR TABEL
1Jenis data dan metode pengambilan data jenis data dan metode 3 2 Klasifikasi spesies berdasarkan familisarkan famili 8 3 Klasifikasi spesies berdasarkan bagian yang digunakan 9 4 Status kelangkaan berdasarkan CITES, IUCN, LIPI 12
5 Produk obat tradisional yang diperdagangkan 14
6 Jenis simplisia yang digunakan sebagai bahan baku dalam produk obat
tradisional 15
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 2
2 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin 6
3 Komposisi responden berdasarkan kelompok umur 6
4 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir 7
5 Klasifikasi spesies berdasarkan habitus 8
6 Klasifikasi spesies berdasarkan kelompok penggunaannya 10 7 Klasifikasi spesies berdasarkan sumber perolehannya 10 8 Kategori proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di
Kota Magelang 20
2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan tumbuhan obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat di masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa Tengah yang masih banyak menggunakan tumbuhan obat sebagai bahan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Dewasa ini, obat tradisional dan obat-obat herbal atau obat-obat yang berasal dari tumbuhan mendapat perhatian yang semakin meningkat karena dianggap aman serta hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan karena berasal dari bahan alami.
Peluang pengembangan budidaya tumbuhan obat masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional. Selama ini upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam liar atau dibudidayakan dalam skala kecil di lingkungan sekitar rumah. Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya kebutuhan terhadap tumbuhan obat.
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan tidak berupa tumbuhan utuh tetapi berupa simplisia yaitu bagian-bagian tumbuhan tertentu seperti daun, akar, kulit, buah, dan lain-lain. Bagian tumbuhan obat ini biasanya dijual dalam bentuk simplisia yang berbentuk rajangan atau ramuan beberapa macam simplisia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional menyebutkan bahwa simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC.
Perdagangan simplisia dan produk obat tradisional banyak ditemukan pada pasar-pasar tradisional di berbagai daerah, salah satunya di Kota Magelang, Jawa Tengah. Mayoritas masyarakat Kota Magelang adalah masyarakat Jawa yang sedari dulu sudah mengenal dan memanfaatkan tumbuhan obat untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Disamping itu di pasar-pasar tradisional ditemukan banyak penduduk yang menjual simplisia dan produk obat tradisional. Namun hingga saat ini belum terdapat data mengenai jenis-jenis simplisia yang diperdagangkan atau digunakan di Kota Magelang, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai jenis-jenis simplisia, khususnya simplisia nabati dan produk obat tradisional yang diperdagangkan agar dapat diupayakan strategi pelestariannya dan dapat dikembangkan jenis-jenis tertentu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
2. Mengidentifikasi produk obat tradisional yang diperdagangkan di Kota Magelang.
3. Mengidentifikasi sumber dan harga jual simplisia nabati yang diperdagangkan di Kota Magelang.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :
1. Dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis simplisia nabati yang diperdagangkan di Kota Magelang.
2. Dapat memberikan informasi mengenai produk-produk obat tradisional yang diperdagangkan di Kota Magelang.
3. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan untuk penentuan strategi pelestarian dan upaya budidaya spesies-spesies tumbuhan obat yang diperdagangkan dan dimanfaatkan, terutama yang termasuk ke dalam spesies-spesies tumbuhan obat yang langka dan terancam punah.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pasar atau lokasi-lokasi penjualan simplisia dan produk obat tradisional yang berada di Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pasar-pasar tersebut diantaranya Pasar Rejowinangun, Kebonpolo, Cacaban, dan Gotong Royong. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Mei 2014. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian Alat dan Bahan
dengan penelitian. Bahan yang digunakan yaitu simplisia nabati dan produk obat tradisional yang diperdagangkan.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi informasi mengenai simplisia nabati dan produk obat tradisional, sedangkan data sekunder meliputi kondisi umum Kota Magelang, perkembangan pemanfaatan tumbuhan obat dan obat tradisional di Kota Magelang (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis data dan metode pengambilan data jenis data dan metode
No. Data Uraian Metode Lokasi
c. Geologi dan tanah d. Iklim dan
hidrologi
e. Kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
Studi literatur BPS Jawa Tengah
2. Simplisia a. Spesies tumbuhan obat d. Harga per satuan
produk
Pengambilan data primer dilakukan dengan metode survey, wawancara, dan observasi langsung di lapangan. Untuk data sekunder didapatkan dengan metode studi literatur dengan mencari artikel-artikel yang terkait dengan penelitian ini. Metode pengambilan data primer meliputi :
a. Survey Lapang
informasi mengenai penyebaran pedagang simplisia dan produk obat tradisional di Kota Magelang.
b. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan berdasarkan kuesioner dan tally sheet
dengan menggunakan metode sensus dimana responden yang dipilih adalah pedagang yang menjual simplisia dan produk obat tradisional yang ditemukan di lokasi penelitian.
c. Pengumpulan contoh simplisia dan produk obat tradisional. Hal ini diperlukan untuk keperluan dokumentasi dan verifikasi spesies yang digunakan. Kemudian simplisia yang didapatkan diidentifikasi melalui studi literatur untuk mendapatkan nama ilmiah dan familinya.
Analisis Data Persen famili
Tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dikelompokkan berdasarkan famili, persentasenya dihitung dengan rumus:
Persentase famili tertentu = x %
pesies Persen habitus merupakan telaah tentang besarnya suatu spesies habitus yang dimanfaatkan terhadap seluruh habitus yang ada. Untuk menyatakan persen habitus dapat dihitung dengan rumus (Fakhrozi 2009):
Persentase habitus tertentu = x %
pesies
Persen bagian yang dimanfaatkan
Perhitungan persen bagian yang dimanfaatkan yaitu untuk mengetahui berapa besarnya suatu bagian tumbuhan yang dimanfaatkan terhadap seluruh bagian tumbuhan yang dimanfaatkan. Bagian tumbuhan yang digunakan meliputi daun, akar, buah, bunga, batang, kulit kayu, rimpang, umbi, dan seluruh bagian tumbuhan. Menurut Fakhrozi (2009) persen bagian yang digunakan diperoleh dengan rumus berikut:
Persentase bagian yang digunakan = x %
digunakan
Persentase status budidaya = x % spesies
seluruh
budidaya spesies
100
Klasifikasi kegunaan tumbuhan obat
Pengklasifikasian tumbuhan obat dilakukan dengan cara mengelompokkan khasiat masing-masing spesies berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya. Pengelompokkan spesies terhadap ancaman kelangkaan
Ekosetio (2004) mengatakan bahwa pendekatan proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Kategori 1 : Pemanenan tumbuhan obat yang mengakibatkan kematian pada
individu tumbuhan, karena yang dipanen adalah akar, batang, rimpang, kulit, dan semua bagian tumbuhan.
2. Kategori 2 : Pemanenan yang menghambat reproduksi dari suatu tumbuhan obat karena bagian yang dipanen ialah biji, buah, dan bunga.
3. Kategori 3 : Apabila dilakukan pemanenan yang berlebihan akan menghambat regenerasi dan kematian tumbuhan karena yang dipanen adalah daun dan getahnya.
Data dianalisis dengan melakukan pengelompokkan spesies tumbuhan obat terhadap ancaman kelangkaan melalui panduan penentuan status kelangkaan menurut CITES (2014), IUCN (2014), dan LIPI (2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kota Magelang merupakan suatu kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7º26’18”-7º30’9” LS dan 110º12’30”-110º12’52” BT. Wilayah Kota Magelang memiliki luas 1 812 Ha atau sekitar 0.06% dari keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif pemerintahan, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 dan 7 Tahun 2005 Kota Magelang terdiri dari 3 kecamatan 17 kelurahan.
Secara topografi Kota Magelang termasuk dataran rendah dengan sudut kemiringan relatif bervariasi. Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang berada pada ketinggian antara 375-500 mdpl dengan titik tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl. Secara fisiografis, Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang dikelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing, Pegunungan Gianti, Menoreh, Andong dan Telomoyo, sehingga Kota Magelang termasuk kedalam wilayah pegunungan.
Karakteristik Responden
Berdasarkan survei yang dilakukan di empat pasar, ditemukan 23 pedagang yang menjual simplisia dan produk obat tradisional dimana dari jumlah tersebut terdapat 9 orang yang berdagang di Pasar Rejowinangun dengan komposisi 6 orang perempuan dan 3 orang laki-laki, 7 orang berdagang di Pasar Kebonpolo dimana ketujuh pedagang tersebut adalah perempuan, 4 orang berdagang di Pasar Gotong Royong dengan komposisi 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki, dan 3 orang berdagang di Pasar Cacaban dimana 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki yang berdagang di pasar tersebut.
Laki-laki 22%
Perempuan 78%
Gambar 2 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin
Dari 23 jumlah pedagang yang diwawancara di keempat pasar tersebut menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Jumlah responden perempuan secara keseluruhan sebanyak 18 orang (78%) sedangkan jumlah responden laki-laki secara keseluruhan sebanyak 5 orang (22%) (Gambar 2)
Hal ini terjadi karena pada umumnya para pedagang yang ditemukan melakukan usaha dagang simplisia dan juga produk obat tradisional yang telah diturunkan dari orang tua atau sebagai usaha keluarga bersama yang dapat dilakukan oleh perempuan karena tidak perlu banyak menghabiskan tenaga. Selain itu dapat menambahkan kebutuhan ekonomi keluarga.
Kelompok umur
Sebaran umur responden bervariasi dari umur 23 tahun hingga 88 tahun. Mayoritas responden adalah responden dengan kelompok umur 23-45 tahun (Gambar 3).
23-45 tahun
52% 46-68
tahun 35% >68 tahun
13%
Gambar 3 Komposisi responden berdasarkan kelompok umur
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden adalah pendidikan terakhir yang telah atau pernah ditempuh oleh pedagang simplisia maupun produk obat tradisional yang menjadi responden. Tingkat pendidikan responden yang diwawancarai ditunjukkan pada Gambar 4. Responden yang ditemui memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda mulai dari tidak sekolah sampai dengan S1.
Tidak
Gambar 4 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir Sebagian besar responden yang diwawancarai memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 10 orang (43%), kemudian lulusan SMA/SMK sebanyak 8 orang (35%), lulusan SMP dan tidak bersekolah ditemukan dengan jumlah yang sama yaitu 2 orang (9%), dan adapun yang lulusan S1 dengan jumlah 1 orang (4%). Kondisi pendidikan para responden tersebut tidak mempengaruhi pengetahuan responden dalam mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang diperdagangkan baik nama jenis maupun khasiatnya. Hal ini terjadi karena pengalaman berdagang responden dalam berdagang jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat maupun produk obat tradisional serta pengetahuan yang diturunkan secara turun-temurun dari orang tua.
Jenis Simplisia Nabati
Hasil survei dan wawancara diperoleh informasi bahwa terdapat 92 spesies tumbuhan obat dalam bentuk simplisia yang diperdagangkan di empat pasar tradisional di Kota Magelang. Dari 92 spesies tersebut terdiri dari 42 famili. Selain itu jumlah spesies dan famili dibagi berdasarkan tiap lokasi dimana pada Pasar Rejowinangun terdapat 83 spesies tumbuhan obat yang terdiri dari 37 famili, pasar ini ditemukan paling banyak spesies tumbuhan obat yang dijadikan simplisia hal ini dikarenakan bahwa Pasar Rejowinangun merupakan pasar terbesar di Kota Magelang dan pada pasar ini adalah pusat grosir produk obat tradisional sehingga pedagang produk obat tradisional di pasar lain membeli di pedagang grosir yang ada pada Pasar Rejowinangun. Pada Pasar Kebonpolo ditemukan 31 spesies terdiri dari 17 famili, pada Pasar Gotong Royong terdapat 23 spesies dari 14 famili, dan pada Pasar Cacaban terdapat 22 spesies dari 13 famili.
Spesies tumbuhan yang berasal dari famili Zingiberaceae paling banyak dimanfaatkan sebagai simplisia yaitu sebanyak 13 spesies (Tabel 2). Bagi masyarakat Jawa spesies dari famili Zingiberaceae disebut dengan empon-empon
Tabel 2 Klasifikasi spesies berdasarkan familisarkan famili
No. Famili Jumlah Spesies Persentase (%)
1 Zingiberaceae 13 14.13
Spesies yang paling banyak diperdagangkan diantaranya adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma domestica), jahe (Zingiber officinale), kencur (Kaempferia galanga), dan kapulogo (Amomum cardamomum).
Klasifikasi spesies tumbuhan obat lainnya yaitu berdasarkan habitus. Habitus tumbuhan adalah bentuk dari perawakan tumbuhan. Spesies tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dikelompokkan berdasarkan 6 habitus yaitu pohon, perdu, liana, epifit, herba, dan semak (Gambar 5).
Herba
Gambar 5 Klasifikasi spesies berdasarkan habitus
Spesies dengan habitus herba paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 32 spesies atau 35%. Menurut Tanjungsari (2014), habitus herba tidak membutuhkan ruang yang luas untuk ditanam, selain itu cara perlakuan dan perawatan habitus herba tergolong mudah. Beberapa contoh spesies dengan habitus herba diantaranya adalah keji beling (Strobilanthes crispus), pegagan (Centella asiatica), bengkle (Zingiber purpureum), temu ireng (Curcuma aeruginosa), dan meniran (Phyllanthus niruri). Habitus tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan selain herba adalah pohon sebanyak 31 spesies (34%).
Bagian Tumbuhan yang Digunakan
yang berbeda. Secara umum pemberian nama simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies dan diikuti dengan nama bagian. Bagian-bagian tumbuhan tersebut diantaranya adalah daun (folium), buah (fructus), akar (radix), bunga (flos), biji (semen), rimpang (rhizoma), herba (herba), umbi (bulbus/tuber), kulit kayu (cortex), batang/ranting (caulis), kayu (lignum), kulit buah (pericarpium), minyak (oleum) (Tabel 3).
Tabel 3 Klasifikasi spesies berdasarkan bagian yang digunakan
No Bagian yang digunakan Jumlah spesies Persentase (%)
1 Daun 27 23.28
2 Buah 25 21.55
3 Rimpang 14 12.07
4 Bunga 8 6.9
5 Herba 8 6.9
6 Biji 8 6.9
7 Kulit kayu 7 6.03
8 Akar 5 4.31
9 Batang/ranting 3 2.59
10 Umbi 3 2.59
11 Kayu 3 2.59
12 Kulit buah 2 1.72
13 Getah 2 1.72
14 Minyak 1 0.86
Total 100.00
Bagian dari tumbuhan obat yang paling banyak digunakan sebagai simplisia adalah daun sebanyak 27 spesies. Beberapa spesies tumbuhan obat yang dijadikan simplisia daun diantaranya adalah jati cina (Cassia angustifolia), jati belanda (Guazuma ulmifolia), imbo (Azadirachta indica), kemuning (Murraya paniculata), sirih (Piper betle), dan sambung nyowo (Gynnura sarmentosa). Daun merupakan tempat pengolahan makanan yang berfungsi sebagai obat, mudah diperoleh, mudah dibuat atau diramu sebagai obat dibandingkan dengan bagian-bagian tumbuhan yang lainnya (Hamzari 2008).
Menurut Ekosetio (2004) pemanenan daun merupakan kategori ketiga dalam pendekatan proses melangkanya tumbuhan akibat pemanenan. Kategori ketiga tersebut merupakan kategori dengan potensi terendah yang dapat memicu kelangkaan pada tumbuhan akibat pemanenan karena pemanenan atau pemanfaatan pada bagian daun tidak memberikan pengaruh yang tinggi pada kelangsungan hidup tumbuhan.
Kegunaan Simplisia Nabati
75
Gambar 6 Klasifikasi spesies berdasarkan kelompok penggunaannya Berdasarkan perolehan data yang telah diolah diketahui bahwa sebagian besar simplisia yang diperdagangkan di Kota Magelang berkhasiat untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan. Banyaknya jenis simplisia untuk pengobatan penyakit saluran pencernaan kemungkinan karena jenis-jenis tersebut memiliki khasiat untuk penyakit pencernaan yang tidak spesifik. Ekosetio (2004) mengatakan bahwa penyakit pencernaan dapat ditimbulkan karena terjadinya ketidakseimbangan kimiawi seperti meningkatnya asam lambung atau produksi enzim pencernaan yang berlebihan dalam organ pencernaan. Zat-zat kimia yang ada pada tumbuhan obat seperti alkaloid dapat menetralkan asam lambung atau mengembalikan produksi enzim-enzim pencernaan tersebut pada keadaan normal.
Sebanyak 75 spesies tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencernaan, contohnya adalah imbo (Azadirachta indica), jong rahab (Baeckea frustescens), kayu manis (Cinnamomum burmannii), dan rosela (Hibiscus sabdariffa) dan spesies lainnya (Lampiran 2).
Status Simplisia Nabati Sumber simplisia nabati
Sumber perolehan tumbuhan obat yang dijadikan simplisia nabati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu liar dan budidaya (Gambar 7).
Budidaya 70% Liar
30%
Diketahui bahwa 70% simplisia yang diperdagangkan berasal dari tumbuhan obat yang dibudidayakan atau sengaja ditanam oleh masyarakat baik di kebun maupun di pekarangan rumah. Hal ini terjadi karena dalam membudidayakan tanaman obat dapat memberikan pemasukan dan keuntungan ekonomi masyarakat Jawa sebab tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang sangat berkhasiat dan banyak dimanfaatkan baik untuk keperluan pengobatan tradisional dan juga untuk bahan rempah-rempah masakan. Sedangkan 30% lainnya didapatkan dari tumbuhan obat yang tumbuh secara liar.
Beberapa contoh spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan diantaranya adalah empon-empon atau tumbuhan obat yang berasal dari famili Zingiberaceae seperti jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan tumbuhan obat yang diluar famili Zingiberaceae yang dibudidayakan yaitu rosela (Hibiscus sabdariffa), sirih (Piper betle), cengkeh (Syzigium aromaticum), cendana (Santalum album).
Status kelangkaan
Pemanenan pada bagian-bagian tumbuhan untuk suatu tujuan tertentu terutama untuk pengobatan tentunya akan berdampak pada tumbuhan tersebut baik secara fisik maupun ekologi. Zuhud (1994) menyatakan bahwa dampak dari pemanenan tumbuhan obat dapat mempengaruhi kelestarian tumbuhan obat tersebut jika pemanenannya mengakibatkan kematian, menghambat regenerasi dan mengganggu siklus hidup. Pengelompokkan tumbuhan obat berdasarkan bagian yang dimanfaatkan dan akibatnya terhadap ketersediaannya di alam hanya dilakukan pada spesies yang diperoleh secara liar. Berdasarkan pendekatan proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan menurut Ekosetio (2004), maka dari 28 spesies tumbuhan liar yang dimanfaatkan diketahui bahwa 69% diantaranya digolongkan sebagai kategori I, 15% tergolong kedalam kategori II, dan 16% tergolong kedalam kategori III (Gambar 8).
Kategori I 69% Kategori II
15%
Kategori III 16%
Tabel 4 Status kelangkaan berdasarkan CITES, IUCN, LIPI
No. Nama
Lokal
Nama Ilmiah Kategori kelangkaan
CITES IUCN LIPI
4. Mahoni Swietenia macrophylla
King.
Appendix II
Vulnerable
5. Dlingo Acorus calamus Linn. Least concern
6. Mesoyi Massoia aromatica
Becc.
8. Sintok Cinnamomum sintoc
Blume
Langka
9. Pulosari Alyxia reinwardtii Bl. Langka
Selain memiliki nilai kelangkaan yang tinggi terdapat beberapa simplisia yang dikategorikan langka namun memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga karena digunakan sebagai bahan baku pabrik obat tradisional, salah satunya adalah pulosari (Alyxia reinwardtii). Hampir setiap produk jamu menggunakan pulosari (Alyxia reinwardtii) sebagai bahan baku, namun pemanenan simplisia tersebut masih banyak dilakukan dari alam (Widiastuti et al. 1996). Ekosetio (2004) menyatakan bahwa pembudidayaan pulosari secara besar-besaran belum pernah dilakukan, sedangkan kebutuhan akan pulosari oleh industri obat tradisional sangat besar. Tanpa pembudidayaan yang intensif maka kelestarian tumbuhan ini tidak dapat dijamin.
Nilai ekonomi yang tinggi tentunya merupakan potensi yang cukup besar untuk mendorong masyarakat sekitar hutan melakukan pemanenan langsung dari alam secara tidak terkendali dan melampaui batas kemampuan regenerasi di alam. Jika hal ini terjadi maka dikhawatirkan akan mengancam kelestarian persediaan maupun pasokan tumbuhan obat tersebut sebagai bahan baku industri yang akhirnya berdampak langsung terhadap kelangsungan produksi obat tradisional.
Perdagangan Simplisia Nabati
Masyarakat Jawa memanfaatkan simplisia nabati sebagai bahan baku pengobatan tradisional sudah cukup lama. Sejalan dengan itu, perdagangan simplisia nabati khususnya di Kota Magelang pun telah dilakukan dalam waktu yang cukup lama karena terbukti bahwa sebagian besar pedagang meneruskan usaha turun-temurun dari orangtuanya. Pedagang simplisia nabati di Kota Magelang terdiri dari pedagang grosiran dan pedagang eceran. Para pedagang memperoleh bahan baku simplisia nabati dari pengepul yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Yogyakarta, Temanggung, Ambarawa dan Solo.
dari Yogyakarta. Namun beberapa simplisia akan dipasok jika ada konsumen yang memesan. Beberapa simplisia tersebut biasanya adalah simplisia yang agak jarang ditemukan dan biasanya harganya sangat mahal. Dalam memasok simplisia, untuk simplisia yang banyak dibeli akan dipasok dalam jumlah yang banyak. Simplisia yang jarang dibeli konsumen akan awet bertahun-tahun disimpan. Simplisia tersebut dijual dalam satuan kilogram namun ada beberapa simplisia yang dijual dalam bungkusan-bungkusan kecil. Simplisia dari spesies tumbuhan obat yang liar harganya berkisar Rp 9 000 - Rp 300 000 per kilogram (Lampiran 1). Harga tersebut disesuaikan berdasarkan ketersediannya.
Simplisa yang di dapatkan dari hasil budidaya memiliki harga berkisar Rp 3 000 – Rp 160 000 per kilogram. Beberapa simplisia budidaya yang harganya mencapai lebih dari Rp 50 000 dimungkinkan karena biaya perawatan dan pemeliharaannya yang cukup tinggi namun dari semua simplisia hasil budidaya memiliki harga yang relatif stabil karena banyak dicari oleh konsumen. Simplisia yang paling banyak dibeli adalah empon-empon yaitu tumbuhan obat yang berasal dari famili Zingiberaceae seperti kunyit, temulawak, dan jahe. Biasanya empon-empon tersebut banyak dijadikan jamu perasan baik oleh pedagang jamu paitan maupun pedagang jamu gendong. Selain itu empon-empon juga biasa dijadikan bumbu dapur.
Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan
Bagi masyarakat Jawa produk obat tradisional lebih sering disebut dengan jamu. Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Harmanto dan Subroto 2007). Jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu gabungan dari kata jampi dan usodo yang artinya adalah penyembuhan menggunakan ramuan, doa atau usodo (Trubus 2010). Sejarah mengenai jamu di Jawa dibuktikan dari dokumentasi tertua tentang jamu yang terdapat pada relief Candi Borobudur yang menggambarkan mengenai ramuan obat tradisional atau jamu. Selain itu ditemukan juga relief yang menerangkan tentang penggunaan jamu pada zaman dahulu di Candi Prambanan, Candi Penataran (Blitar), dan Candi Tegalwangi (Kediri).
Jenis obat tradisional yang diperdagangkan di Kota Magelang terdiri dari produk obat tradisional yang berasal dari perusahaan industri kecil sampai dengan industri obat tradisional besar. Pengembangan obat tradisional Indonesia agar dapat menjangkau pelayanan kesehatan formal maka obat tradisional Indonesia dibagi menjadi dua kelompok (Hargono 1992), yaitu:
1. Kelompok Jamu
Obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang belum mengalami standardisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya. Kegunaannya masih sepenuhnya menggunakan istilah-istilah tradisional misalnya sekalor, pegel linu, encok, tolak angin, dan sebagainya.
2. Kelompok Fitoterapi
standarisasi dan telah dilakukan penelitian atas sediaan galeniknya. Kegunaannya jelas dan pernyataan kegunaannya telah menggunakan istilah-istilah farmakologi. Hasil penelitian obat tradisional kelompok ini telah dapat diandalkan.
Beberapa jenis produk obat tradisional yang diperdagangkan dalam skala industri kecil atau rumahan oleh masyarakat sekitar kota Magelang terdiri dari berbagai bentuk seperti godogan (rajangan), paitan, bedak, seduhan dan parem (Tabel 5).
Tabel 5 Produk obat tradisional yang diperdagangkan
No. Produk Komposisi Kegunaan
1. Wedang
uwuh
Jahe, Kayu Secang, Cengkeh, Kayu manis, Pala, Akar sereh dan daun sereh, Kapulogo, gula batu.
Membantu menghangatkan
dan menyegarkan badan.
2. Tapel
anak
Daun jarak pagar, dlingo, bawang merah.
Mengembalikan ukuran perut setelah melahirkan.
4. Pupuk
bayi
Biji pala, dlingo, bengkle. Mengobati pilek dan flu pada
anak.
5. Bedak
dingin
Tepung beras, buang bengkuang, air mawar.
Menghilangkan jerawat dan bekas jerawat, mencerahkan wajah.
6. Pilis
bersalin
Kencur, kunyit, ganthi, kenanga, dan biji pala.
Melegakan sakit kepala dan mengurangi kesan gelap mata yang dialami ibu yang habis
kunyit, bubuk krangean, kencur, cengkeh.
Menjadikan kulit lebih cerah serta menghilangkan bekas luka.
10. Mandi
Rempah
Bunga melati, jahe, temulawak, serai, daun jeruk purut, kayu tetap segar serta tidak bersisik.
11. Jamu
Godog
Sambiloto, kayu angin, kayu secang, cendana, kemukus, jahe, temulawak, widara laut, mesoyi, merica bolong, brotowali. batang serai, dan garam laut.
Produk obat tradisional yang dibuat oleh masyarakat setempat atau berasal dari industri berskala kecil merupakan obat tradisional yang kegunaannya ditujukan untuk menjaga kesehatan, kecantikan, dan mengobati penyakit ringan yang biasa dialami masyarakat. Selain produk obat tradisional, masyarakat sekitar juga memproduksi minuman kesehatan dalam bentuk seduhan. Pemakaian bahan baku untuk membuat produk tradisional berbeda untuk setiap kegunaan dan peracik, karena tidak jarang juga satu produk yang dijual pada pedagang yang berbeda bahan bakunya pun berbeda tergantung peraciknya.
Selain obat tradisional yang diproduksi oleh masyarakat sekitar, obat tradisional yang diproduksi oleh industri besar juga banyak ditemukan. Kebanyakan industri besar tersebut berasal dari kota-kota sekitar Magelang, karena Jawa Tengah sangat terkenal dengan industri jamunya. Beberapa perusahaan jamu tersebut yaitu Jamu Cap Jago, Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.
Berdasarkan survei yang dilakukan dilokasi penelitian, ditemukan terdapat 277 jenis produk obat tradisional dari 35 industri jamu di Indonesia. Diketahui bahwa produk terbanyak yang dijual di kota Magelang berasal dari PT. Industri Jamu Cap Jago Semarang, Jawa Tengah yaitu sebanyak 52 produk obat tradisional (Lampiran 3).
Dari 277 produk obat tradisional secara keseluruhan ditemukan 185 jenis simplisia yang digunakan sebagai bahan baku obat. Simplisia yang paling banyak digunakan adalah temulawak yaitu sebanyak 130 produk dari jumlah 277 produk yang diperdagangkan (Tabel 6). Berdasarkan familinya, yang paling banyak digunakan adalah jenis-jenis simplisia yang berasal dai famili Zingiberaceae. Hal ini serupa dalam penjualan simplisia dimana famili Zingiberaceae yang paling mendominasi. Maka dari itu dapat dinyatakan bahwa jenis-jenis tanaman yang berasal dari famili Zingiberaceae memiliki manfaat yang banyak baik untuk penggunaan dalam pengobatan penyakit secara tradisional juga dapat digunakan sebagai bahan baku bumbu masakan.
Tabel 6 Jenis simplisia yang digunakan sebagai bahan baku dalam produk obat tradisional
No. Nama Simplisia Jumlah Produk yang Menggunakan
1. Curcumae rhizoma 130
2. Zingiberis rhizoma 111
3. Curcumae domesticae rhizoma 77
4. Retrofracti fructus 62
5. Zingiberis aromaticae rhizoma 62
6. Foeniculi fructus 55
7. Alyxiae cortex 51
8. Languatis rhizoma 46
9. Kaempferiae rhizoma 43
Pelesetarian Tumbuhan Obat sebagai Bahan Baku Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional
Walaupun didapatkan simplisia yang berasal dari tumbuhan obat liar lebih sedikit daripada simplisia yang berasal dari hasil budidaya. Namun untuk spesies-spesies yang didapatkan secara liar tersebut akan dapat terancam kelestariannya apabila dalam pemanfaatannya tidak dilakukan upaya pelestarian mengingat ketersediaannnya tergantung pada alam dalam menyediakannya.
Berdasarkan pendekatan proses melangkanya tumbuhan obat akibat pemanenan, sebagian besar simplisia yang diperdagangkan di Kota Magelang termasuk kedalam kategori I dimana pemanenan pada tumbuhan obat akan mengakibatkan kematian pada individu tumbuhan. Hal tersebut disebabkan karena yang dipanen adalah akar, batang, rimpang, kulit, dan seluruh bagian tumbuhan. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ancaman kelangkaan tumbuhan obat dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang dijadikan simplisia atau bahan baku obat tradisional diantaranya adalah:
1. Kegunaan tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang banyak digunakan dan khasiatnya telah dipercaya oleh masyarakat akan meningkatkan permintaan pasar sehingga dapat merangsang pemanenan tumbuhan secra berlebihan untuk memenuhi permintaan tumbuhan obat tersebut.
2. Bagian yang digunakan. Pemanenan bagian tumbuhan akan menimbulkan dampak secara fisiologis pada tumbuhan yang besar dampak ditentukan oleh bagian yang dipanen (Ekosetio 2004). Zuhud (1994) menyebutkan bahwa dampak pemanenan bagian tumbuhan dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1.) Mengakibatkan kematian, 2.) Menghambat regenerasi, 3.) Mengakibatkan kematian dan menghambat regenerasi.
3. Nilai ekonomi. Nilai ekonomi yang tinggi dapat mendorong masyarakat untuk melakukan pemanenan langsung dari alam secara berlebihan karena dapat meningkatkan keuntungan finansial. Hal tersebut merupakan faktor yang cukup berperan dalam mengancam kelangsungan hidup tumbuhan obat di alam.
4. Belum dibudidayakan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Teridentifikasi 92 jenis simplisia yang diperdagangkan di Kota Magelang, Jawa Tengah terdiri dari 42 famili, 6 habitus, dan 14 bagian yang digunakan. Simplisia yang diperdagangkan didominasi oleh famili Zingiberaceae. Sebagian besar simplisia tumbuhan obat berasal dari habitus herba. Simplisia yang diperdagangkan diketahui bahwa memiliki khasiat untuk mengobati 28 kelompok penyakit dengan penggunaan paling banyak yaitu untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan.
2. Teridentifikasi dari 2 macam industri yang memproduksi produk obat tradisional yaitu industri yang berskala kecil yang dibuat oleh masyarakat sekitar Kota Magelang dan industri jamu besar yang produknya sudah terkenal baik didalam maupun luar negeri. Terdapat 277 jenis produk obat tradisional yang ditemukan dari 35 industri. Produk obat tradisional yang paling banyak dijual berasal dari PT. Industri Jamu Cap Jago.
3. Sebagian besar simplisia yang diperdagangkan berasal dari tumbuhan obat yang dibudidayakan. Namun terdapat juga simplisia yang berasal dari tumbuhan yang hidup secara liar. Harga simplisia hasil budidaya berkisar Rp 3 000 – Rp 160 000 per kilogram sedangkan kisaran harga simplisia yang berasal dari tumbuhan yang hidup secara liar yaitu Rp 9 000 – Rp 300 000 per kilogram.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan industri obat tradisional di Kota Magelang memerlukan
adanya kegiatan pelatihan mengenai pembuatan simplisia yang memenuhi standar kesehatan agar nilai jual simplisia dapat meningkat.
2. Budidaya tumbuhan obat yang langka seperti pule pandak (Rauwolfia serpentina), pule (Alstonia scholaris), dan pulosari (Alyxia reinwardtii) perlu dilakukan agar tetap lestari.
DAFTAR PUSTAKA
Aristantia T. 2012. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Keluarga di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Magelang. 2013. Magelang dalam Angka 2013. Magelang (ID): Pusat Statistik Kota Magelang dengan Bappeda Kota Magelang.
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. 2014. Appendices I, II, III. [internet]. (diunduh 2014 Des 16). Tersedia pada: http//www.cites.org
Ekosetio R. 2004. Inventarisasi Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan oleh Etnis Melayu di Pontianak [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh: Studi Kasus di Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan Tabo-tabo. Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol 3: 2(111-234) Hargono D. 1992. Kebijaksanaan Pengembangan ObatTradisional ke Arah
Fitoterapi. Simposium Fitoterapi dan Pengobatan Alternatif, Universitas Airlangga, Surabaya, hal.10-14.
Harmanto NS, Subroto MA. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Obat Berguna Jilid I-IV. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Indonesia.
[IUCN] International Union for the Conservation of Nature. 2014. IUCN red list of threatened species. Version 2014.3 [internet]. (diunduh 2014 Des 16). Tersedia pada : http//www.iucnredlist.org.
Mardisiswojo S, Harsono R. 1985. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang Jilid I-II. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Mogea PJ, Djunaedi G, Harry W, Rusdy EN, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang Biologi-LIPI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional.
Purwandari SS. 2001. Studi Serapan Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Baku pada Berbagai Industri Obat Tradisional di Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sandra E, Sjafril K. 1994. Tinjauan Permintaan Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Di dalam: EAM Zuhud dan Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Hal 71-117.
Tanjungsari RJ. 2014. Manfaat Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Gunung Leutik, Desa Benteng Ciampea Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Trubus. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik. Depok (ID): Trubus Swadaya.
Utari AU. 2013. Inventarisasi Simplisia Nabati dan Produk Obat Tradisional yang Diperdagangkan di Kota Padang, Sumatera Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Versteegh, J Kloppenburg. 1988. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisional
(Terjemahan). Yogyakarta (ID): CD. RS. Bethseda.
Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIBA) dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO). Hal 198-201
Zuhud EAM. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Di dalam: EAM Zuhud dan Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Hal 1-15.
Zuhud EAM, Haryanto. 1991. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Indonesia. Prosiding Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dari Hutan Tropis Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Yayasan Pembinaan Suaka Alam dan Margasatwa Indonesia (The Indonesian Wildlife Fund). Hal 13-26.
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Bagian yang Digunakan
Harga
1. Keji beling Strobilanthes
crispus Bl.
Strobilanthi crispi folium Acanthaceae Herba Liar Daun ± Rp 30000 per
kg
2. Sambiloto Andrographis
paniculata (Burm.
F.) Nees.
Androgarphidis herba Acanthaceae Perdu Liar Herba ± Rp 9000 per
kg
3. Sirsak Annona muricata
L.
Parameriae cortex Apocynaceae Pohon Budidaya Batang ± Rp 50000 per
kg
5. Pule Alstonia scholaris
L.
Alstoniae cortex Apocynaceae Pohon Liar Kulit batang ± Rp 16000 per
kg
7. Tapak dara Catharanthus
roseus L.
Catharanthi rosei radix ; Catharanthi rosei caulis ; Catharanthi rosei folium
Apocynaceae Perdu Budidaya Akar, batang,
daun
9. Dlingo Acorus calamus
Linn.
Acori calami folium ; Acori calami rhizoma
Borrasi folium Arecaceae Pohon Budidaya Bunga ± Rp 20000 per
21
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Bagian yang Digunakan
Harga
13. Tapak liman Elephantopus
scaber Linn.
Elephantophi folium ; Elephantophi scaber radix
Asteraceae Herba Liar Daun, akar ± Rp 40000 per kg
14. Tempuyung Sonchus arvensis L. Sonchi arvensis herba Asteraceae Herba Budidaya Herba ± Rp 30000 per kg
15. Pepaya Carica papaya L. Caricae papayae folium;
Caricae papayae fructus
Clausiaceae Pohon Budidaya Buah, Kulit
buah
± Rp 25000 per kg
17. Jokeling Terminalia arborea
K. & V.
Merremiae tuber Convolvulaceae Herba Budidaya Umbi ± Rp 12000 per kg
19. Anyang Elaeocarpus
grandiflorus J. Sm.
Elaeocarpi grandiflori fructus
Elaeocarpaceae Pohon Budidaya Biji ± Rp 35000 per kg
20. Meniran Phyllanthus niruri
Linn.
Phyllanthi nirurii herba Euphorbiaceae Herba Liar Herba ± Rp 30000 per kg
21. Asem jawa Tamarindus indica
Linn.
Tamarindi indicae fructus
Fabaceae Pohon Budidaya Buah ± Rp 9000 per kg
22. Kedawung Parkia roxburghii
G.Don
Parkiae semen Fabaceae Pohon Budidaya Biji ± Rp 80000 per kg
23. Secang Caesalpinia sappan
L.
Caesalpiniae sappan lignum
Fabaceae Perdu Budidaya Kayu ± Rp 14000 per kg
24. Sprantu Sindora sumatrana
Miq.
Sindorae sumatranae fructus
Fabaceae Pohon Budidaya Buah ± Rp 35000 per kg
25. Jati cina Cassia angustifolia
Vahl.
Cassiae angustifoliae folium
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan) No. Nama
Lokal
Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Bagian yang Digunakan
Harga
26. Kayu legi Glycyrrhiza glabra
Linn.
Glycyrrhizae radix Fabaceae Herba Liar Akar ± Rp 100000 per kg
27. Klabet Trigonella
Foenum-graecum Linn.
Foenigraeci semen Fabaceae Herba Budidaya Biji ± Rp 20000 per kg
28. Majakani Quercus lusitanica
Lamk.
Illicii veri fructus Illiciaceae Pohon Budidaya Buah ± Rp 20000 per kg
30. Kumis
kucing
Orthosiphon
aristatus Bl.
Ortosiponis aristati folium Lamiaceae Herba Budidaya Daun ± Rp 30000 per kg
31. Selasih Ocimum basilicum L. Ocimi basillici semen Lamiaceae Herba Budidaya Biji ± Rp 80000 per kg
32. Kayu
Lauraceae Pohon Budidaya Daun, kulit
batang
Lauraceae Pohon Liar Bunga, kulit
batang, minyak
± Rp 70000 per kg
34. Krangean Litsea cubeba
(Lour.) Persoon
Litseae cubebae cortex Lauraceae Pohon Liar Kulit batang ± Rp 30000 per kg
35. Mesoyi Massoia aromatica
Becc..
Massoiae cortex Lauraceae Pohon Liar Kulit batang ± Rp 130000 per kg
36. Sintok Cinnamomum sintoc
Blume
23
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)
No. Nama Lokal
Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Allii sativi bulbus Liliaceae Herba Budidaya Umbi ± Rp 50000
per kg
38. Widara
laut
Strychnos
ligustrina Blume.
Ligustrinae lignum Loganiaceae Perdu Budidaya Kayu ± Rp 30000
per kg
39. Benalu teh Loranthus
parasiticus (L.)
Miq
Loranthi parasitici herba Loranthaceae Epifit Liar Herba ± Rp 40000
per kg
40. Sidowayah Woodfordiae
floribunda Salisb.
Woodfordiae flos, Woodfordiae folium
Lythraceae Perdu Budidaya Bunga, daun ± Rp 65000
per kg
41. Rosela Hibiscus
sabdariffa Linn.
Hibisci sabdariffae flos Malvaceae Perdu Budidaya Bunga ± Rp 80000
per kg
Azadiractae folium Meliaceae Pohon Liar Daun ± Rp 40000
per kg
44. Brotowali Tinospora crispa
(L.) Hook.F. & Thoms
Tinosporae crispae caulis; Tinosporae crispae folium
Menispermaceae Liana Liar Batang, daun ± Rp 30000
per kg
45. Pala Myristica
fragrans Houtt.
Myristicae fragransfructus; Myristicae fragrans folium; Myristicae fragrans semen
Myristicaceae Pohon Budidaya Buah, daun,
biji
± Rp 65000 per kg
46. Cengkeh Syzygium
aromaticum L.
Syzygii aromaticii flos Myrtaceae Pohon Budidaya Bunga ± Rp 125000
per kg
47. Ceplik Eucalyptus alba
Reinw.
Eucalypti fructus; Eucalypti folium
Myrtaceae Pohon Liar Buah, daun ± Rp 12000
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan) No. Nama
Lokal
Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Melaleucae fructus Myrtaceae Pohon Liar Buah ± Rp 18000 per kg
50. Salam Eugenia polyantha
Wight.
Eugeniae polyanthae folium
Myrtaceae Pohon Budidaya Daun ± Rp 500 per ikat
51. Melati Jasminum sambac
(L.) W. Ait
Jasmini flos ; Jasmini folium
Oleaceae Perdu Budidaya Bunga,
daun
53. Cabe jawa Piper retrofractum
Vahl.
Retrofracti fructus Piperaceae Liana Budidaya Buah ± Rp 130000 per kg
54. Kemukus Piper cubeba L. Piper cubebae fructus Piperaceae Liana Budidaya Buah ± Rp 120000 per kg
59. Delima Punica granatum
Linn.
Punicae granati fructus ; Punicae granati pericarpium
Punicaceae Perdu Budidaya Buah, kulit
buah
Nigellae semen Ranunculaceae Herba Budidaya Biji ± Rp 42000 per kg
61. Mawar Rosa chinensis
Jacq.
Rosae chinensidis flos Rosaceae Perdu Budidaya Bunga ± Rp 5000 per
25
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)
No. Nama Lokal
Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Bagian yang
Digunakan
Harga
62. Gambir Uncaria gambir
Roxb.
Uncariae gambir fructus Rubiaceae Perdu Budidaya Buah, getah ± Rp 10000 per kg
63. Sarang
semut
Myrmecodia
platyrea Becc.
Myrmecodiae herba Rubiaceae Epifit Liar Herba ± Rp 180000 per kg
64. Inggu Ruta angustifolia
Pers.
Rutae angustifoliae herba Rutaceae Herba Budidaya Getah, herba ± Rp 700 per
bungkus
65. Jeruk Nipis Citrus
aurantifolia
Swingle.
Citri aurantifoliae fructus Rutaceae Perdu Budidaya Buah ± Rp 12000 per kg
66. Jeruk purut Citrus hystrix Dc. Citri hystrix fructus ; Citri
hystrix folium
68. Cendana Santalum album
Linn.
Santali albi lignum Santalaceae Pohon Budidaya Kayu ± Rp 12000 per kg
69. Gadhung
cina
Smilax china
Linn.
Smilax tuber Smilacaceae Semak Budidaya Umbi ± Rp 45000 per kg
70. Jati
Sterculiaceae Pohon Budidaya Daun ± Rp 30000 per kg
71. Ulet-ulet Helicteres isora
L.
Isorae fructus Sterculiaceae Perdu Liar Buah ± Rp 50000 per kg
72. Tempayang Scaphium
macropodum
(Miq.) Beumee
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan) No. Nama
Lokal
Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Thymelaeaceae Perdu Budidaya Daun, buah ± Rp 50000 per
kg
74. Pegagan Centella asiatica (L.)
Urban
Centellae asiaticae herba Umbelliferae Herba Liar Herba ± Rp 30000 per
kg
75. Adas Foeniculum vulgare
Mill.
Foeniculi vulgare fructus
Umbelliferae Perdu Budidaya Buah ± Rp 30000 per
kg
76. Mungsi Carum copticum
Benth
Coptici fructus Umbelliferae Herba Budidaya Buah ± Rp 55000 per
kg
77. Ganthi Ligusticum acutilobum
S. & Z.
Ligustici acutilobi rhizoma
Umbelliferae Pohon Budidaya Rimpang ± Rp 150000 per
kg
78. Jinten Cuminum Cyminum
Linn.
Cumini cymini semen Umbelliferae Herba Budidaya Biji ± Rp 38000 per
kg
80. Bengkle Zingiber purpureum
Roscoe
Zingiberis purpurei rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 4000 per
kg
81. Jahe Zingiber officinale
Rosc.
Zingiberis rhizoma ; Zingiberis folium
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang,
daun
Zingiberaceae Herba Budidaya Buah ± Rp 80000 per
kg
83. Kunci Boesenbergia rutunda
(Roxb.) Schlechter.
Boesenbergiae rutundae rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 5000 per
kg
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per
27
Lampiran 1 Data spesies tumbuhan yang diperdagangkan dalam bentuk simplisia di Kota Magelang (lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Nama Simplisia Famili Habitus Status
budidaya
Bagian yang Digunakan
Harga
85. Kunyit Curcuma domestica
Valeton
Curcumae domesticae rhizoma ; Curcumae domesticae folium
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang,
daun
± Rp 3000 per kg
86. Lempuyang Zingiber
aromaticum Vahl.
Zingiberis aromatici rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg
87. Temu ireng Curcuma
aeruginosa Roxb.
Curcumae aeruginosae rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg
88. Temu
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg
89. Temulawak Curcuma
xanthorrhiza Roxb.
Curcumae
xanthorrhizae rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 15000 per kg
90. Kencur Kaempferia
galanga Linn.
Kaempferiae galangae rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 3000 per kg
91. Laos Alpinia galanga L. Alpiniae galangae
rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 4000 per kg
92. Temu giring Curcuma heyneana
Val. & V. Zyp.
Curcumae heyneanae rhizoma
Zingiberaceae Herba Budidaya Rimpang ± Rp 35000 per kg
Lampiran 2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya
No. Kelompok Penyakit / Penggunaan
Macam Penyakit / Penggunaan Jenis
1. Gangguan
Peredaran Darah
Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lain yang berhubungan dengan darah.
Carum copticum Benth, Cassia angustifolia Vahl., Catharanthus roseus L.,
Curcuma xanthorrhiza Roxb., Curcuma zedoaria (Bergius) Roscoe, Elephantopus
scaber Linn., Guazuma ulmifolia Lamk., Gynnura sarmentosa DC., Hibiscus
sabdariffa Linn., Myrmecodia platyrea Becc., Phyllanthus niruri Linn.
No. Kelompok Penyakit / Penggunaan
Macam Penyakit / Penggunaan Jenis
2. Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga,
keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan
penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan keracunan.
Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees., Blumea balsamifera Dc., Carica
papaya L., Cassia angustifolia Vahl., Centella asiatica (L.) Urban, Cinnamomum
burmannii Bl., Cinnamomum sintoc Blume, Curcuma zedoaria (Bergius) Roscoe,
Elephantopus scaber Linn., Gynnura sarmentosa DC., Hibiscus sabdariffa Linn.,
Jasminum sambac (L.) W. Ait, Kaempferia galanga Linn., Litsea cubeba (Lour.)
Persoon, Merremia mammosa Hall, Murraya paniculata (L.) Jack, Ocimum
basilicum L., Phyllanthus niruri Linn., Rauwolfia serpentina Benth., Syzygium
aromaticum L.
3. Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru,
luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan
dengan luka.
Annona muricata L., Blumea balsamifera Dc., Catharanthus roseus L., Centella
asiatica (L.) Urban, Cinnamomum burmannii Bl., Curcuma heyneana Val. & V.
Zyp., Cymbopogon nardus L. Rendle, Jasminum sambac (L.) W. Ait, Kaempferia
galanga Linn., Merremia mammosa Hall, Murraya paniculata (L.) Jack,
Parameria laevigata Juss., Parkia roxburghii G.Don, Sonchus arvensis L.,
Swietenia macrophylla King., Woodfordiae floribunda Salisb.
4. Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes),
menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya
yang berhubungan dengan
penyakit diabetes.
Strobilanthes crispus Bl., Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees., Allium
sativum Linn, Alstonia scholaris L., Blumea balsamifera Dc., Carica papaya L.,
Catharanthus roseus L., Eugenia polyantha Wight., Gynnura sarmentosa DC.,
Merremia mammosa Hall, Myrmecodia platyrea Becc., Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl., Phyllanthus niruri Linn., Swietenia macrophylla King.,
Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thoms
5. Penyakit Gangguan
Urat Syaraf
Lemah urat syaraf, susah tidur
(insomnia), dan penggunaan
lainnya yang berhubungan.
Cuminum cyminum Linn., Blumea balsamifera Dc., Cinnamomum burmannii Bl.,
Cymbopogon nardus L. Rendle, Foeniculum vulgare Mill., Hibiscus sabdariffa
Linn., Jasminum sambac (L.) W. Ait, Litsea cubeba (Lour.) Persoon, Myristica
fragrans Houtt., Ocimum basilicum L., Pandanus amaryllifolius Roxb., Ruta
29
Lampiran 2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit / Penggunaan
Macam Penyakit / Penggunaan Jenis
6. Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit
gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi.
Acorus calamus Linn., Catharanthus roseus L., Cymbopogon nardus L. Rendle,
Garcinia mangostana L., Melaleuca leucadendron Linn, Murraya paniculata
(L.) Jack, Syzygium aromaticum L.
7. Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal,
batu ginjal, kencing batu, dan
penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan ginjal.
Strobilanthes crispus Bl., Annona muricata L., Carica papaya L., Curcuma
xanthorrhiza Roxb., Elaeocarpus grandiflorus J. Sm., Elephantopus scaber
Linn., Gynnura sarmentosa DC., Myrmecodia platyrea Becc., Orthosiphon
aristatus Bl., Phyllanthus niruri Linn., Sonchus arvensis L.
8. Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung
berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan
jantung.
Acorus calamus Linn., Allium sativum Linn, Cuminum cyminum Linn., Blumea
balsamifera Dc., Catharanthus roseus L., Centella asiatica (L.) Urban,
Cinnamomum burmannii Bl., Curcuma domestica Valeton, Curcuma
xanthorrhiza Roxb., Syzigium polyantha Wight., Gynnura sarmentosa DC.,
Hibiscus sabdariffa Linn., Myristica fragrans Houtt., Myrmecodia platyrea
Becc., Parkia roxburghii G.Don, Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.,
Phyllanthus niruri Linn., Piper betle L., Rauwolfia serpentina Benth., Swietenia
macrophylla King.
9. Penyakit
Kanker/Tumor
Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan
penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan tumor dan kanker.
Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees., Annona muricata L., Catharanthus
roseus L., Centella asiatica (L.) Urban, Gynnura sarmentosa DC., Loranthus
parasiticus (L.) Miq, Myrmecodia platyrea Becc., Ocimum basilicum L.,
Lampiran 2 Klasifikasi tumbuhan berdasarkan penggunaanya (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit /
Penggunaan
Macam Penyakit / Penggunaan Jenis
10. Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di
sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin.
Alyxia reinwardtii Bl., Blumea balsamifera Dc., Borassus flabellifer Linn.,
Centella asiatica (L.) Urban, Cinnamomum burmannii Bl., Cinnamomum
sintoc Blume, Curcuma xanthorrhiza Roxb., Curcuma zedoaria (Bergius)
Roscoe, Illicium verum Hook. F., Imperata cylindrica (L.) Beauv.,
Merremia mammosa Hall, Murraya paniculata (L.) Jack, Myristica
fragrans Houtt., Ocimum basilicum L., Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl., Phyllanthus niruri Linn., Piper cubebae L., Piper retrofractum
Vahl., Santalum album Linn., Smilax china Linn., Sonchus arvensis L.,
Syzygium aromaticum L., Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thoms
11. Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid
terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita.
Acorus calamus Linn., Alstonia scholaris L., Alyxia reinwardtii Bl.,
Amomum cardamomum L., Baeckea frustescens Linn., Cuminum cyminum
Linn., Blumea balsamifera Dc., Carica papaya L., Cinnamomum burmannii
Bl., Citrus aurantifolia Swingle., Curcuma aeruginosa Roxb., Curcuma
domestica Valeton, Curcuma mangga Valeton et Zijp., Curcuma
xanthorrhiza Roxb., Curcuma zedoaria (Bergius) Roscoe, Cymbopogon
nardus L. Rendle, Elephantopus scaber Linn., Foeniculum vulgare Mill.,
Garcinia mangostana L., Gynnura sarmentosa DC., Illicium verum Hook.
F., Murraya paniculata (L.) Jack, Myrmecodia platyrea Becc., Parameria
laevigata Juss., Parkia roxburghii G.Don, Phyllanthus niruri Linn., Piper
betle L., Piper nigrum L., Punica granatum Linn., Quercus lusitanica
Lamk., Rosa chinensis Jacq., Ruta angustifolia Pers., Santalum album
Linn., Sindora sumatrana, Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thoms