• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA AYAM

BROILER

YANG DIBERI JUS ASAL

SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF

ANTIBIOTIK

RAHAYU ASMADINI ROSA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RAHAYU ASMADINI ROSA. Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik. Dibimbing oleh NAHROWI dan SUMIATI.

Jus silase yang mengandung bakteri asam laktat dan asam asam organik dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan untuk menggantikan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan jus silase dalam air minum sebagai antibiotik alternatif dalam meningkatkan performa (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) broiler. Dua ratus ekor DOC dibagi kedalam 4 perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol + Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol + Jus silase 0.2 % dalam air minum, R3 = Ransum Kontrol + Jus silase 0.4 % dalam air minum. Data dari rancangan acak lengkap (RAL) dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika didapatkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan jus silase dalam air minum tidak nyata (P>0.05) mempengaruhi konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan. Jus silase 0.2 % dan 0.4 % mampu menurunkan angka mortalitas yang disebabkan oleh stress lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa jus silase 0.2 % dan 0.4 % memiliki efek yang sama dengan antibiotik dalam hal meningkatkan performa broiler.

Kata kunci: antibiotik, broiler, jus silase, performa

ABSTRACT

RAHAYU ASMADINI ROSA. Performance of Broilers Offered Corn Silage Juice to Subtitute Synthetic Antibiotic. Supervised by NAHROWI and SUMIATI.

Silage juice which containing lactic acid bacteria and organic acids could be used as growth promoter to substitute synthetic antibiotic. This research aim was to evaluate the effect of silage juice addition in drinking water as antibiotics alternatif in increasing performance (feed consumption, water consumption, body weight, growth rate, feed conversion ratio, mortality) of broiler. Two hundread DOC were divided into four treatments and each treatment consisted of five replication. The treatments were R0 = control diet (without antibiotics and silage juice), R1 = control diet + zinc bacitracin 0.01%, R2 = control diet + 0.2% silage juice in drinking water, and R3 = control diet + 0.4% silage juice in drinking water. Data from completely randomized design were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and if there was significant different (P<0.05), the data were further analysed using Duncan’s multiple range test. The results showed that silage juice in drinking water did not affect (P>0.05) the feed consumption, water consumption, body weight and feed conversion ratio. Zero point two percent and 0.4% silage juice were able to reduce mortality caused by environments stress. It is concluded that 0.2% and 0.4% silage juice had similar efficacy with antibiotics in term of increasing performance of broiler.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PERFORMA AYAM

BROILER

YANG DIBERI JUS ASAL

SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF

ANTIBIOTIK

RAHAYU ASMADINI ROSA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik

Nama : Rahayu Asmadini Rosa NIM : D24100044

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing I

Dr Ir Sumiati, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah performa broiler, dengan judul Performa Ayam Broiler yang Diberi Jus Asal Silase Tanaman Jagung sebagai Alternatif Antibiotik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan jus silase dalam air minum sebagai antibiotik alternatif dalam meningkatkan performa (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) broiler. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam karya ilmiah ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan agar dapat diperbaiki dalam tulisan-tulisan selanjutnya.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 1

Materi 1

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 2

Persiapan Jus Silase 2

Pembuatan Ransum 2

Persiapan Kandang 3

Pelaksanaan Pemeliharaan 3

Perlakuan 3

Peubah yang Diamati 3

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Keadaan Umum di dalam Kandang 4

Performa Ayam Broiler Periode Starter (8-21 hari) 4 Performa Ayam Broiler Periode Finisher (22-35 hari) 6 Performa Ayam Broiler Selama Perlakuan (8-35 hari) 8

Income Over Feed Cost (IOFC) 10

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan 2

2 Frekuensi waktu pemberian pakan 3

3 Rataan suhu dan kelembaban selama penelitian 4

4 Performa broiler periode starter (8-21 hari) 5

5 Performa broiler periode finisher (22-35 hari) 7

6 Performa broiler selama perlakuan (8-35 hari) 9

7 Mortalitas selama pemeliharaan (1-35 hari) 9

8 IOFC selam perlakuan (8-35 hari) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode starter (8-21 hari) 13 2 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode finisher (22-35 hari) 13 3 Hasil sidik ragam boot badan akhir selama perlakuan (8-35 hari) 13 4 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode starter (8-21 hari) 13 5 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode finisher (22-35

hari) 13

(13)

PENDAHULUAN

Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2011 konsumsi daging ayam broiler mencapai 3.65 kg kapita-1 (BPS 2012) dan merupakan jumlah konsumsi daging terbesar. Besarnya permintaan akan daging ayam ini juga diikuti dengan peningkatan jumlah produksi ayam broiler. Ayam broiler memiliki sifat produksi yang tinggi disebabkan oleh kemajuan genetiknya. Ransum yang diberikan pada ayam broiler harus memiliki kualitas yang baik agar dapat mengimbangi kemampuan genetiknya. Penambahan bahan aditif pada ransum ayam menjadi salah satu cara untuk mengoptimalkan produksi.

Antibiotik merupakan bahan aditif yang umum digunakan sebagai pemacu pertumbuhan. Antibiotik menghambat pertumbuhan mikroba yang merugikan dan mempercepat pertumbuhan serta kolonisasi spesies yang non-patogenik (Ferket 2002). Penggunaan antibiotik pada ayam broiler juga memiliki kekurangan yang dapat menyebabkan residu dalam daging karena antibiotik yang diberikan tidak disekresikan dengan sempurna (Swastike 2012). Hal ini menyebabkan alergi, gangguan kulit, kardiovaskuler, trakstus gastrointestinalis, urtikaria dan hipotensi pada manusia (Swastike 2012), sehingga banyak negara mulai membatasi penggunaan antibiotik, bahkan ada beberapa negara yang sudah melarang penggunaannya. Melihat pentingnya peranan antibiotik bagi ternak terutama broiler perlu adanya bahan alternatif pengganti antibiotik. Salah satu bahan yang diduga dapat menggantikan penggunaan antibiotik adalah jus silase.

Jus silase merupakan cairan hasil proses pengepresan silase. Fermentasi silase tidak hanya menghasilkan pakan yang tahan lama tetapi juga mengandung asam-asam organik dan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dapat menghambat bakteri-bakteri patogen. Bakteri asam laktat pada silase dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri perusak bahan pakan seperti Clostridia (McDonald et al. 1991). Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Harahap (2009) secara in vitro bakteri asam laktat yang diisolasi dari silase ransum komplit dapat menghambat bakteri Escherichia coli. Gurning (2013) menyatakan bahwa jus silase jagung murni memiliki aktifitas antibakteri yang menghasilkan zona bening lebih besar dibandingkan dengan antibiotik dalam menghambat bakteri Salmonella sp. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa jus silase memiliki potensi dalam menggantikan penggunaan antibiotik dalam memacu pertumbuhan ternak. Kajian jus silase sebagai alternatif pengganti antibiotik pada ayam broiler sampai saat ini belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian jus silase sebagai alternatif antibiotik terhadap performa ayam broiler.

METODE PENELITIAN

Materi

(14)

2

100 cm yang dilengkapi tempat pakan, tempat air minum, dan lampu pijar 100 watt sebagai pemanas. Peralatan yang digunakan adalah gelas ukur, gelas piala, timbangan digital, pressan hidrolik dan peralatan pemeliharaan lainnya.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium lapang blok A Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2014.

Prosedur Percobaan

Persiapan Jus Silase

Silase tanaman jagung yang telah mengalami proses ensilase dikeluarkan dari tong. Kemasan plastik yang digunakan sebagai wadah silase dilubangi pada semua bagian. Setelah itu dipress menggunakan pressan hidrolik untuk diambil cairannya. Cairan tersebut diencerkan sesuai dengan perlakuan (0.2% dan 0.4% dari jumlah air minum). Pengepresan dilakukan setiap pagi hari sebelum pemberian air minum.

Pembuatan Ransum

Ransum disusun sesuai dengan kebutuhan broiler berdasarkan SNI 01-3930-2006 untuk pakan starter (1-21 hari) dan SNI 01-3931-2006 untuk pakan finisher (22-35 hari). Komposisi dan kandungan nutrien ransum disajikan pada Tabel 1. Ransum dibuat dalam bentuk crumble.

Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan

Komposisi bahan* Starter

(15)

3 Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan detergen dan karbol. Setelah itu dilakukan pengapuran pada seluruh dinding maupun lantai kandang dan sekat serta penyemprotan desinfektan dengan tujuan menghambat dan membunuh pertumbuhan bibit penyakit. Tempat pakan dan air minum dibersihkan dengan sabun dan air.

Pelaksanaan Pemeliharaan

Sebanyak 200 ekor Day old chick (DOC) dibagi secara acak ke dalam 4 perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Perlakuan mulai diberikan pada umur 8 hari hingga umur 35 hari.

Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan umur ternak (Tabel 2) yang mengacu pada manajemen brooding Medion (2010) dan setelah umur 14 hari pakan diberikan tiga kali sehari pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB dan 19.00 WIB. Pakan dan air minum diberikan Ad libitum. Penimbangan bobot badan dan perhitungan konsumsi dilakukan setiap satu kali dalam seminggu. Pengukuran konsumsi air minum dilakukan setiap pagi hari.

Tabel 2 Frekuensi waktu pemberian pakan

Umur (hari)

Frekuensi

pemberian (kali) Waktu pemberian (pukul)

1-3 9 6 8 10 12 14 16 19 21 23

4-6 8 6 8 10 12 14 16 19 21 -

7-10 7 7 10 13 15 17 19 21 - -

11-14 5 7 10 13 16 19 - - - -

Sumber: Medion (2010) Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri atas 5 ulangan, yaitu:

R0 = Ransum Kontrol

R1 = Ransum Kontrol + 0.01 % Zinc Bacitracin

R2 = Ransum Kontrol + Jus silase 0.2 % dalam air minum R3 = Ransum Kontrol + Jus silase 0.4 % dalam air minum Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah konsumsi pakan (g ekor-1), konsumsi air minum (mL ekor-1), bobot badan akhir (g ekor-1), pertambahan bobot badan (g ekor-1), konversi pakan dan mortalitas.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima kali ulangan menggunakan model matematik sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993):

(16)

4

Keterangan :

Yij = Nilai pengaruh perlakuan μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam analysis of variance (ANOVA). Jika didapatkan hasil berbeda nyata (p<0.05) dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum di dalam Kandang

Kandang yang digunakan selama pemeli araan memiliki su u erkisar antara - C dengan kelembaban rata-rata 63.0-85.3 % (Tabel 3). Suhu kandang pada minggu pertama berkisar antara 25-30 C, suhu ini lebih rendah dari suhu yang dibutuhkan broiler pada umur 0-7 hari aitu - C (Amrullah 2004) sehingga digunakan lampu sebagai pemanas dan chick guard untuk meratakan panasnya. e angkan su u kan ang pa a minggu ke - erkisar antara - C. Suhu ini lebih tinggi dari suhu yang dibutuhkan broiler dalam mengoptimalkan pertum u ann a aitu - C (Wijayanti 2013), se angkan su u merupakan suhu kritis atas dimana angka sakit dan kematian meningkat dan pertumbuhan menurun (Amrullah 2004).

Suhu siang hari mengalami peningkatan 2-3.5 C dan kembali mengalami penurunan suhu ketika malam hari. Suhu yang tinggi pada siang hari menyebabkan ayam meningkatkan pengeluaran panas tubuhnya. Ayam akan memperluas permukaan tubuhnya dengan mengembangkan sayap dan memanjangkan kakinya agar aliran udara diantara bulu-bulu lancar. Amrullah (2004) menyatakan ayam mulai memelarkan pembuluh darah tertentu untuk mengalirkan darah lebih banyak ke jengger, gelambir, kaki dan lainnya dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas pendinginan.

Tabel 3 Rataan suhu dan kelembaban selama penelitian

Minggu Suhu Kelembaban (%)

Pagi Siang Malam Rata-Rata Pagi Siang Malam Rata-Rata 1 25.9 29.1 27.7 27.57 82.7 73.3 80.6 78.87 2 27.9 30.9 28.3 29.03 78.6 63.0 76.7 72.77 3 27.0 30.4 28.4 28.60 82.8 65.6 77.3 75.23 4 27.4 30.2 27.5 28.37 78.3 66.2 80.5 75.00 5 27.4 29.3 27.6 28.10 84.7 73.0 85.3 81.00

Performa Ayam Broiler Periode Starter (8-21 hari)

(17)

5 pakan. Bell dan Weaver (2002) menyatakan konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh tingkat cekaman, suhu lingkungan dan aktivitas ternak. Suhu rata-rata pada minggu ke 2-3 yaitu - C masih dapat dikatakan sebagai suhu yang optimal dalam pertumbuhan broiler. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Ipek dan Sahan (2006) yang mem erikan perlakuan su u C pada minggu ke 2 dan 27.5 C pada minggu ke 3 menghasilkan bobot badan yang lebih besar dibandingkan broiler yang mendapat perlakuan suhu C dan 23.1 C pada minggu ke 2 dan 3. Luas kandang perlakuan 150 m2 menjadikan ternak masih bebas beraktivitas. Kondisi lingkungan yang nyaman dapat membuat ayam mengkonsumsi makanan dengan normal, selain itu kandungan nutrien pakan yang tidak berbeda dan telah mencukupi kebutuhan ternak juga mempengaruhi konsumsi pakan. Pemberian antibiotik dan prebiotik biasanya dilakukan pada pakan yang memiliki kualitas nutrien yang rendah (Nuraini 2010).

Tabel 4 Performa broiler periode starter (8-21 hari)

Peubah Perlakuan

2 560.63±221.83a 2 823.09±75.51b 2 526.65±136.14a 2 560.44±78.54a

Konsumsi pakan

609.07±192.19 714.14±202.49 632.64±151.25 629.77±184.41

Konversi pakan 1.71±0.15 1.59±0.06 1.75±0.07 1.70±0.16 Mortalitas (ekor) 0 2 0 1

R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % dalam air minum, R3 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.4 % dalam air minum; Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf kecil berbeda nyata pada taraf uji 5 % (uji selang berganda Duncan)

(18)

6

konsumsi air minum broiler R1 lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Kadar kandungan garam, protein, serat kasar dalam pakan dapat menurunkan atau meningkatkan konsumsi air minum (Wahju 2004).

Konsumsi pakan pada periode starter rata-rata 1 068.85-1 133.62 g ekor-1 dengan konsumsi air minum rata-rata 2 560.44-2 823.09 mL ekor-1. Konsumsi pakan ini lebih tinggi dari standar yang hanya 1 024 g ekor-1 (Cibadak Indah Sari Farm 2005). Rasio air minum dan konsumsi pakan rata-rata 2.56:1-2.68:1. Perbandingan kosumsi pakan dan air minum masih dikatakan normal dimana air minum lebih banyak dari pakan. Daniel (2011) menyatakan konsumsi air minum memiliki perbandingan yang normal dengan konsumsi pakan yaitu 2.4:1. Rasio yang lebih tinggi dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan pertambahan bobot badan ternak. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan ayam minum lebih banyak. Konsumsi air minum a am pe aging ang ipeli ara pa a su u C lebih banyak dibandingkan dengan ayam yang dipelihara pada suhu C (Wijayanti 2013).

Bobot badan akhir broiler pada periode starter rata-rata 752.21-856.63 g ekor-1 dengan pertambahan bobot badan rata-rata 609.07-714.14 g ekor-1 atau 304.54-357.07 g ekor-1 minggu-1. Penambahan jus silase dalam air minum tidak nyata (P>0.05) mempengaruhi bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan (PBB). Bobot badan akhir broiler yang diberi Zinc Bacitracin 0.01 % lebih tinggi 4.47 % dibandingkan bobot badan broiler strain Ross Jumbo yang dikeluarkan oleh PT Cibadak Indah Sari Farm (2005) yaitu sebesar 820 g ekor-1. Bobot badan broiler yang diberi jus silase 0.2 % dalam air minum 94.55 % bobot badan broiler strain Ross Jumbo. Antibiotik membantu meningkatkan bobot badan ternak dengan membunuh mikroba sehingga energi yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba patogen dapat dikompensasi untuk pertumbuhan ternak (Sundu 2007).

Konversi pakan pada periode starter tidak nyata (P>0.05) dipengaruhi oleh penambahan jus silase dalam air minum. Konversi pakan periode starter pada ternak yang ditambahkan jus silase 0.2 % dan 0.4 % dalam air minum yaitu 1.75 dan 1.70 sedangkan konversi pakan kontrol 1.71. Konversi pakan yang lebih rendah dapat menghasilakan efisiensi produksi yang lebih besar (Aviagen 2009).

Performa Ayam Broiler Periode Finisher (22-35 hari)

(19)

7 Tabel 5 Performa broiler periode finisher (22-35 hari)

R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % dalam air minum, R3 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.4 % dalam air minum

Perlakuan tidak nyata (P>0.05) mempegaruhi konsumsi air minum pada periode finisher (Tabel 5). Rata-rata konsumsi air minum selama periode ini 355.17-381.54 mL ekor-1 hari-1. Konsumsi air minum yang lebih tinggi dibandingkan konsumsi air minum standar broiler yang hanya 232-262 mL ekor-1 hari-1 (Rusianto 2008). Konsumsi air minum yang meningkat dapat disebabkan oleh suhu lingkungan yang lebih tinggi. Kebutuhan air minum akan meningkat rata-rata 6.5 % setiap kenaikan C pa a su u iatas C (Rusianto 2008). Ayam akan meningkatkan konsumsi air minum dan menurunkan konsumsi pakan untuk menyeimbangkan persentase cairan tubuh yang hilang pada proses evaporasi. Evaporasi akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya suhu lingkungan dengan tujuan panas didalam tubuh akan keluar melalui penguapan (Piliang dan Djojosoebagio 2006).

Pertambahan bobot badan mengalami penurunan pada periode finisher di perlakuan R1 seperti yang terlihat pada Gambar 2. Zinc Bacitracin merupakan salah satu antibiotik yang umum digunakan untuk memacu peningkatan bobot badan ayam. Bobot badan broiler akan mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal. Percepatan pertumbuhan yang disebabkan oleh antibiotik menjadikan pertambahan bobot badan broiler mencapai maksimal pada periode starter. Hal ini yang dapat menyebabkan pertambahan bobot badan R1 pada periode finisher terlihat seperti mengalami penurunan.

Ternak yang ditambahkan jus silase 0.2 % dalam air minum memiliki PBB yang konsisten naik sampai akhir periode finisher. Jus silase yang dihasilkan dari proses ensilase selama 70 hari mengandung 10.32 ± 9.84 log10 CFU ml-1 bakteri asam laktat (BAL) dengan kandungan asam laktat 7.71 ± 0.73 mg ml-1 (Gurning

Peubah Perlakuan

R0 R1 R2 R3

Konsumsi air

minum (mL ekor-1) 4 972.41±180.98 5 341.52±379.56 5 268.62±410.07 5 117.14±305.58

Konsumsi pakan

1 590.76±119.28 1 709.09±120.61 1 650.00±94.47 1 663.29±133.09

(20)

8

2013). BAL dapat melawan mikroorganisme yang tidak berguna sehingga dapat menghambat mikroba patogen. Energi yang digunakan untuk membunuh mikroba dikonpensasikan pada pertumbuhan ternak. Hal ini yang dapat menyebabkan pertambahan bobot badan ternak yang diberi jus silase meningkat pada periode finisher. Penambahan jus silase pada air minum tidak nyata (P>0.05) mempengaruhi pertambahan bobot badan ternak.

Gambar 1 Pertambahan bobot badan selama penelitian. R0 ( ) = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 ( ) = Ransum Kontrol+Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 ( )= Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 ( )= Ransum Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

Performa Ayam Broiler Selama Perlakuan (8-35 hari)

(21)

9 Tabel 6 Performa broiler selama perlakuan (8-35 hari)

R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

Mortalitas pada masa penelitian (8-35 hari) mencapai 19 ekor. Tingginya angka kematian dipengaruhi oleh stres lingkungan. Suhu lingkungan mengalami fluktuasi selama masa pemeliharaan seperti yang tertera pada Tabel 3 yang dapat menyebabkan daya tahan ayam menurun. Amrullah (2004) menyatakan adaptasi terhadap panas lebih sulit dilakukan ayam pada suhu lingkungan yang berfluktuasi. Jumlah kematian terbanyak terjadi pada minggu ke 5 (Tabel 7) pada perlakuan kontrol dan terendah pada perlakuan dengan penambahan jus silase 0.2 % dalam air minum. Hassan et al. (2010) menyatakan bahwa campuran asam organik ampuh dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan unggas dan dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan jika digunakan dengan memperhatikan kebutuhan nutrien, manajemen dan biosekuriti yang benar. Kematian juga diduga karena Sudden death Syndrome (SDS) ditandai dengan mati dengan punggung telentang. Amrullah (2004) menyatakan gejala SDS yaitu ayam membanting-bantingkan badannya, kematian mencapi puncaknya sekitar umur 3-4 minggu yang sering ditemukan mati dengan punggung dibawah. SDS disebabkan oleh gangguan metabolik akibat ketidakseimbangan elektrolit dalam fibrilasi ventrikula kiri.

Tabel 7 Mortalitas selama pemeliharaan (1-35 hari)

Perlakuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Total

--- ekor

---R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

Peubah Perlakuan

R0 R1 R2 R3

Konsumsi air

minum (mL ekor-1) 7 533.04±397.50 8 189.81±450.11 7 669.25±557.84 7 677.58±366.88

(22)

10

Income Over Feed Cost (IOFC)

Biaya pakan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi biaya produksi. Penghitungan (IOFC) dapat menggambarkan pemakaian pakan yang memberikan keuntungan terbesar dalam pemeliharaan. Pendapatan yang diperoleh selama perlakuan (8-35 hari) (Tabel 8) dari yang terbesar secara berturut-turut yaitu Rp 5 507.509, Rp 5 281.323, Rp 4 660.166 dan Rp 4 250 untuk perlakuan R1, R3, R2 dan R0 setiap ekornya.

Tabel 8 IOFC selama perlakuan (8-35 hari)

Uraian Perlakuan

R0 R1 R2 R3

Konsumsi Pakan (Kg ekor-1) 2.907 3.001 2.996 2.931

Harga Pakan (Rp Kg-1) 20 349 21 007 20 972 20 517

Harga Zinc Bacitracin (Rp Kg-1) 0 141.491 0 0

Biaya Pakan (Rp Kg-1) 20 349 21 148.49 20 972 20 517

Konsumsi Air minum (L ekor-1) 7.533 8.19 7.669 7.677

Harga Jus silase (L ekor-1) 0 0 3.835 7.677

Pengeluaran (Rp ekor-1) 20 349 21 148.49 20 975.83 20 524.677

Bobot Badan Akhir (Kg ekor-1) 1.447 1.568 1.508 1.518

Pemasukan (Rp ekor-1) 24 599 26 656 25 636 25 806

Pendapatan (Rp ekor-1) 4250 5507.509 4 660.166 5 281.323

R0 = Ransum Kontrol (tanpa penambahan antibiotik atau jus silase), R1 = Ransum Kontrol+Zinc Bacitracin 0.01 %, R2 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.2 % pada air minum, R3 = Ransum Kontrol+Jus silase 0.4 % pada air minum

Pendapatan keseluruhan yang diperoleh oleh masing-masing perlakuan jika dikurangi dengan jumlah kematian selama perkaluan (8-35 hari) maka Rp 253 345.407, Rp 237 659.535, Rp 214 367,614 dan Rp 187 000 untuk R1, R3, R2 dan R0. Pemberian jus silase 0.4 % dalam air minum memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan pemberian jus silase 0.2 % dalam air minum meskipun jumlah kematian broiler pada R3 lebih banyak dari pada R2.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jus silase 0.2 % dan 0.4 % dalam air minum mampu meningkatkan performa ayam sebanding dengan performa ayam yang diberikan antibiotik dan menurunkan angka mortalitas yang disebabkan oleh stres lingkungan.

Saran

(23)

11

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi.

Aviagen. 2009. Ross broiler management manual. Alabama (US): Aviagen

Bell DD, Weaver WD. 2002. Comercial chicken meat and egg production. New York (US): Springer scince business Inc.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Konsumsi daging menurut jenis daging dan daging olahan perkapita [Internet]. [diunduh 2012 April]. Tersedia pada: http://www.deptan.go.id/ infoeksekutif/ nak/ pdf-eisNAK2013/ Konsumsi- Jenis Daging & olahan. Pdf.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-3930-2006. Pakan anak ayam ras pedaging (broiler starter). Jakarta (ID): BSN.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-3931-2006. Pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher). Jakarta (ID): BSN

Cibadak Indah Sari Farm. 2005. Standar Broiler Jumbo [Internet]. [diunduh 2014 Mei]. Tersedia pada: http://www.cibadak.com/main.php?q=prd1.

Daniel. 2011. Pengaruh supplementasi metionin cair dalam air minum terhadap performa. persentase karkas dan organ dalam ayam broiler periode finisher [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Ferket PR. 2002. Antibiotic growth promotants and mechanisms of action. Di dalam: Ferket PR, Parks CW, Grimes JL, editor. Benefits of dietary antibiotic and mannanoligosaccharide supplementation for poultry. Multi-State Poultry Meeting; 2002 Mei 14-16; Raleigh, United Multi-States. Raleigh (US): North Carolina State University. hlm 1-2

Gurning FN. 2013. Profil jus silase jagung dan kemampuannya dalam menghambat bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. yang diisolasi dari feses pedet diare [tesis]. Bogor (ID): IPB.

Harahap AE. 2009. Kajian daya hambat dan daya simpan bakteri asam laktat silase ransum komplit dengan dan tanpa kapsulasi [tesis]. Bogor (ID): IPB. Hassan HMA, Mohamed MA, Youssef AW, Hassan ER. 2010. Effect of using organic acids to subtitute antibiotic growth promotors on performance and intestinal microflora of broiler. Asian-Aust J Anim Sci. 23(10):1348-1353. Ipek A, Sahan U. 2006. Effect of cold stress on broiler performance and ascites

susceptibility. Asian-Aust J Anim Sci. 19(5):734-738.

Medion. 2010. Manajemen brooding [Internet]. [diunduh 2014 Februari]. Tersedia pada: info.medion.ac.id/ index.php/artikel/broiler/tata-laksana/manajemen-brooding.

McDonald P, Henderson AR., Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage. Second edition. Aberystwyth (GB): J Wiley.

Merryana FO, Nahrowi, Ridla M, Setiyono A, Ridwan R. 2007. Performan broiler yang diberi pakan silase dan ditantang Salmonella typhimurium. Seminar Nasional AINI VI; 2007; Jogjakarta. Indonesia. Jogjakarta (ID): UGM. hlm 186-194.

(24)

12

Piliang WG, Djojosoebagio S. 2006. Fisiologi nutrisi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press

Rusianto N. 2008. Management beternak broiler modren. Surabaya (ID): Privo Sakurazy Medtecindo

Sundu B. 2007. Oligosakarida Alternatif Pengganti Antibiotik Growth Promotant [Internet]. [diunduh 2014 Mei]. Tersedia pada : http://www. majalahinfovet.com/2007/10/oligosakarida–alternative-pengganti.Html Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan prosedur statistika suatu pendekatan

biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

Swastike W. 2012. Efektifitas antibiotik herbal dan sintetik pada pakan ayam broiler terhadap performance. kadar lemak abdominal dan kadar kolesterol darah. SNST ke-3; 2012. Semarang (ID): Universitas Wahid Hasyim Semarang

Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Press

Wijayanti RP. 2013. Pengaruh suhu kandang yang berbeda terhadap performans ayam pedaging periode starter [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya

(25)

13 Lampiran 1 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode starter (8-21 hari)

Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 24166.3873 8055.4624 2.8582 0.0698 Galat 16 45093.6664 2818.3541

Total 19 69260.0536

Lampiran 2 Hasil sidik ragam bobot badan akhir periode finisher (22-35 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 17372.0227 5790.6742 1.7774 0.1976 Galat 16 45612.2973 3258.0212

Total 19 62984.3200

Lampiran 3 Hasil sidik ragam bobot badan akhir selama perlakuan (8-35 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 18744.9770 6248.3257 1.1535 0.3580 Galat 16 86668.6996 5416.7937

Total 19 105413.6766

Lampiran 4 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode starter (8-21 hari)

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 25035.7912 8345.2637 3.2119 0.0512 Galat 16 41571.1175 2598.1948

Total 19 66606.9087

Lampiran 5 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan periode finisher (22-35 hari)

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 6766.4569 2255.4856 0.8693 0.4773

Galat 16 41511.3047 2594.4565

Total 19 48277.7616

Lampiran 6 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan selama perlakuan (8-35 hari)

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 20266.0396 6755.3465 1.2852 0.3134 Galat 16 84100.1269 5256.2579

(26)

14

Lampiran 7 Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode starter (8-21 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 7106.9371 2368.9790 1.3234 0.3038 Galat 16 26850.1845 1790.0123

Total 19 33957.1217

Lampiran 8 Hasil sidik ragam konsumsi pakan periode finisher (22-35 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 2006.9197 668.9732 0.0606 0.9797 Galat 16 165534.5284 11035.6352

Total 19 167541.4481

Lampiran 9 Hasil sidik ragam konsumsi pakan selama perlakuan (8-35 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 32945.248 10981.749 0.502 0.686 Galat 16 350240.053 21890.003

Total 19 383185.301

Lampiran 10 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode starter (8-21 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 240652.2829 80217.4276 3.8474 0.0317 Error 16 312745.8370 20849.7225

Total 19 553398.1199

Lampiran 11 Uji lanjut Duncan konsumsi air minum periode starter (8-21 hari) Perlakuan* Jumlah

(27)

15 Lampiran 12 Hasil sidik ragam konsumsi air minum periode finisher (22-35 hari)

Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 395182.6637 131727.5546 1.2464 0.3280 Galat 16 1585239.4130 105682.6275

Total 19 1980422.0767

Lampiran 13 Hasil sidik ragam konsumsi air minum selama perlakuan (8-35 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi Perlakuan 3 1255307.859 418435.953 2.076 0.144 Galat 16 3225584.560 201599.035

Total 19 4480892.419

Lampiran 14 Hasil sidik ragam konversi pakan periode starter (8-21 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi

Perlakuan 3 0.0690 0.0230 1.6241 0.2232

Galat 16 0.2265 0.0142

Total 19 0.2955

Lampiran 15 Hasil sidik ragam konversi pakan periode finisher (22-35 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi

Perlakuan 3 0.0231 0.0077 0.2713 0.8452

Galat 16 0.4533 0.0283

Total 19 0.4764

Lampiran 16 Hasil sidik ragam konversi pakan selama perlakuan (8-35 hari) Sumber

tengah Fhit Signifikansi

Perlakuan 3 0.017 0.006 0.550 0.656

Galat 16 0.165 0.010

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pariaman pada tanggal 08 Maret 1992. tetapi diakte kelahiran surat keterangan lainnya tertulis lahir pada tanggal 08 Februari 1992. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga orang bersaudara dari Bapak Sabikul Khairi dan Ibu (almh) Rosnawati. Penulis lulus dari SMA 1 Pariaman pada tahun 2010 dan ditahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan. penulis aktif di Dewan

Perwakilan Mahasiswa (DPM) sebagai sekretaris tahun 2012 dan ketua Komisi 1 Dewan Marcher DPM D IPB 2013 dan diberbagai kepanitian. Beberapa prestasi yang diraih penulis adalah didanai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari DIKTI pada tahun 2012 dan 2013, Juara 1 kategori poster PIMNAS 26 tingkat Nasional 2013, Juara 2 kategori presentasi PIMNAS 26 tingkat Nasional 2013, Juara favorit kategori juri PIMNAS 26 tingkat Nasional 2013, the best paper in Student Seminar on Animal Nutrition and Feed Technology tingkat nasional 2013 dan the best presentator in Student Seminar on Animal Nutrition and Feed Technology tingkat nasional 2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan
Tabel 5 Performa broiler periode finisher (22-35 hari)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lebih detailnya pengukuran paparan radiasi maka akan dijelaskan tentang penyerapan antara timbal dengan kayu bangkirai terhadap sinar-x tersebut sebagai

menyiapakan perlengkapan belajarnya masing-masing. b) Pada saat guru memberikan apersepsi, tidak semua siswa memperhatikan karena masih terdapat empat siswa yang tidak bisa

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Nomor : 2 2 2 /Dinkes /Pokja II.K/BAEP/VII/2016 dan sesuai hasil Evaluasi Administrasi, Teknis dan Harga dimana perusahaan saudara

In a strained, mild voice, Foster went on, 'If you could just spare us a little more of your valuable time, Doctor?'.?. 'Oh, I've got plenty of time,' said

Komponen materi naskah buku merupakan bagian yang sangat penting. Mengingat jenis naskah buku ini sangat beragam, minimal terdapat lima aspek penting yang

Keywords : Financial Compensation, Non-Financial Compensation, Government employee. Universitas

Seorang pemimpin pembelajaran yang baik seharusnya mempunyai tipe demokratis sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik karena guru memberikan kebebasan kepada

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju (progresif). Latar tempat dalam novel ini terjadi di Bali, Lombok, dan Jakarta. Latar waktu dalam novel