(
Glycine max
(L) Merr)
ILHAM LOTTY
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Merr). Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI, SUWARTO, dan SUWARNO.
Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dalam penyediaan bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Laju peningkatan produksi kedelai di Indonesia belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan masyarakat dan industri, sehingga jumlah impor kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Untuk mengurangi ketergantungan kepada impor, usaha menuju peningkatan produksi kedelai perlu terus diupayakan. Peningkatan produksi ini dapat ditempuh melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Faktor luar seperti iklim, tanah, pengelolaan, serta hama dan penyakit tanaman merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai selain faktor dalam yaitu varietas tanaman.
MUNIF GHULAMAHDI, SUWARTO, and SUWARNO
Soybean is one of the most important farming commodities in supplying food, feed and industrial raw materials. The rate of soybeans production growth in Indonesia lower than demand for food and industry, therefore the amount of soybean import is increases every year. In order to decrease import dependences, the effort to improve the soybeans production is necessary. This increasing production can be achieved by intensification and agricultural espansion. Besides the main factor of plant varieties, the other factors, such as climate, soil management, pest and plant disease are factors which play the role in the plant growth and yield of soybean.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi
(
Glycine max
(L) Merr)
ILHAM LOTTY
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NRP : A351040041
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S Ketua
Dr. Ir. Suwarto, M.Si Dr. Ir. Suwarno, M.Sc Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S
yang dilaksanakan sejak Februari 2006 ini ialah : Pengaruh Varietas, Dosis Pupuk Kandang Ayam Secara Alur, dan Tata Letak Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr)
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Munif Ghulamahdi, M.S, Bapak Dr. Ir. Suwarto, M.Si, dan Bapak Dr. Ir. Suwarno, M.Sc selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dan koreksi sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Khairun Ternate yang telah memberikan izin belajar. Ketua dan staf pengajar pada Program Stud i Agronomi SPs IPB yang telah berkenan memberikan kesempatan, bantuan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan pada program Strata-2
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Ir. Ida Sriwidaningsi, M.M selaku kepala (UPTD) Pertanian Lahan Kering Kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor dan staf, yang telah memberikan izin penggunaan lahan dan dukungannya selama pelaksanan penelitian. Teman-teman Agronomi 2004 terima kasih atas kebersamaannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Alm), ibu, istri dan anak tercinta, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2007
dari 8 bersaudara.
Jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA masing- masing diselesaikan tahun 1987, 1990, dan 1993 di Halmahera Utara. Pada tahun 1993 melanjutkan studi ke Universitas Khairun Ternate, penulis memilih Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unkhair dan lulus tahun 1997.
1 Stadia vegetatif tanaman kedelai ... 6 2 Stadia reproduktif tanaman kedelai ... 6 3 Komposisi unsur hara pupuk kandang ayam yang digunakan dalam
penelitian ... 19 4 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang secara alur terhadap rata-rata
tinggi tanaman pada berbagai umur pengamatan ... 20 5 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang secara alur
terhadap rata-rata tinggi tanamana pada umur 8 MST ... 22 6 Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur
dan tata letak tanaman terhadap rata-rata jumlah daun
pada berbagai umur pengamatan ... 24 7 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam
secara alur terhadap rata-rata jumlah cabang ... 25 8 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata bobot kering daun pada berbagai umur pengamatan ... 27 9 Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang aya m secara alur dan
tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada berbagai
umur pengamatan ... 29 10 Pengaruh kombinasi varietas dan tata letak tanaman terhadap
rata-rata bobot kering batang pada umur 9 MST ... 30 11 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur
dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada
pada umur 9 MST ... 31 12 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap bobot kering akar pada berbagai umur pengamatan ... 32 13 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot kering kulit polong ... 33 14 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot kering biji ... 34 15 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot bintil akar segar ... 39 16 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata
tanaman terhadap rata-rata laju tumbuh relatif (LTR)
pada umur 2-4 MST dan 6-8 MST ... 43 19 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata kandungan N daun ... 45 20 Pengaruh kombinasi varietas, dosis pupuk kandang ayam secara
alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan P daun ... 46 21 Pengaruh kombinasi varietas, dosis pupuk kandang ayam secara
alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan K daun ... 47 22 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata kandungan Ca daun ... 48 23 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur
terhadap rata-rata jumlah polong isi, bobot kering biji pertanaman,
bobot kering biji perpetak dan bobot 100 biji kering ... 49 24 Nisbah dominasi total beberapa spesies gulma pada umur 3 MST ... 52 25 Nisbah dominasi total beberapa spesies gulma pada umur 6 MST ... 53 26 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
rata-rata bobot kering gulma total pada umur 3 dan 6 MST ... 54 27 Matrik korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi pada
Halaman
1 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 8 MST ...
23 2 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap
jumlah cabang kedelai ... 26
3 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet ... 36
4 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis ... 36
5 Partisi bahan kering ke organ dengan tanpa pupuk kandang ... 37
6 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 2 ton/ha ... 37
7 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 4 ton/ha ... 38
8 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 6 ton/ha ... 38
9 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap laju asimilasi bersih (LAB) pada umur 2-4 MST ... 42
10 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST ... 44
11 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap bobot kering biji per tanaman ... 51
Halaman
1 Denah petak percobaan ... 63 2 Deskripsi varietas slamet ... 64 3 Deskripsi varietas wilis ... 65 4 Jenis contoh tanah di lokasi penelitian Desa Singabraja Kec. Tenjo
Kab. Bogor ... 66 5 Rekapitulasi sidik ragam komponen pertumbuhan tanaman
pada berbagai umur pengamatan ... 67 6 Rekapitulasi sidik ragam bobot kering tanaman (daun, batang, akar,
kulit polong dan biji) pada berbagai umur pengamatan ... 68 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah dan kering bintil
akar tanaman kedelai ... 69 8 Rekapitulasi hasil sidik ragam laju asimilasi bersih (LAB) dan
laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST dan 6-8 MST ... 69 9 Rekapitulasi hasil sidik ragam kandungan
N, P, K dan Ca daun tanaman kedelai ... 69 10 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen produksi tanaman kedelai ... 70 11 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot kering gulma total pada umur
3 MST dan 6 MST ... 70 12 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet ... 71 13 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis ... 71 14 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan
tanpa pupuk kandang ... 71 15 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang
2 ton/ha ... 71 16 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang
4 ton/ha ... 72 17 Partisi ba han kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang
6 ton/ha ... 72 18 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis dengan
4 ton/ha ... 73 21 Partisi ba han kering ke organ varietas Wilis dengan pupuk kandang
6 ton/ha ... 73
22 Jumlah curah hujan pada periode 10 harian dan temperatur
di lokasi penelitian pada tahun 2006 ...
74
23 Temperatur rata-rata harian pada bulan April, Mei, Juni dan Juli 2006 ...
Kedelai (Glycine max (L) Merr) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dalam penyedian bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri (Silitonga et al. 1996). Sebagai bahan pangan yang penting, kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein dan lemak yang memadai. Dalam 100 g kedelai kering terkandung 35 g protein, 18 g lemak, 32 g karbohidrat, 4 g serat serta air. Minyak kedelai kaya akan vitamin E (Westphal dan Jansen 1993).
Peningkatan produksi kedelai di Indonesia belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan masyarakat dan industri sehingga jumlah impor kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Permintaan kedelai untuk konsumsi dalam negeri meningkat, pada tahun 2001 mencapai 1.962.163 ton, namun produksi di dalam negeri terus menurun yaitu sebesar 1.36 juta ton pada tahun 1997 dan menurun menjadi 826.932 ton pada tahun 2001. Produk tivitas kedelai Nasional 3 tahun terakhir terjadi peningkatan sebesar 3.75% atau 1.3 ton/ha dengan total produksi 0.8 juta ton/tahun sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 2.5 sampai 3.0 ton/ha. Namun kenaikan ini tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 2 juta ton/tahun sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri Indonesia harus melakukan impor pada tahun 2005 sebesar 1.2 juta ton (Departemen Pertanian 2006).
Untuk mengurangi ketergantungan kepada impor, usaha menuju peningkatan produksi kedelai perlu terus diupayakan. Peningkatan produksi dapat ditempuh melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Faktor luar seperti iklim, tanah, pengelolaan, serta hama dan penyakit tanaman merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai selain faktor dalam yaitu varietas tanaman.
salah satu tanah marginal untuk tanaman pangan (Pusat Penelitian Tanah 1981, dalam Nyakpa et al. 1988).
Menurut Mookherji dan Floyd (1991) hambatan pada tanah masam antara lain keracunan Al, kekurangan unsur P, dan terhambatnya bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman. Hambatan atau kendala tersebut dapat diatasi antara lain dengan pengapuran, pemupukan, penambahan bahan organik , dan penggunaan varietas-varietas yang toleran tanah masam.
Penggunan varietas Slamet yang to leran dan Wilis yang agak toleran pada tanah masah merupakan salah satu strategi dalam peningkatan produksi kedelai sehingga diharapkan dapat mengurangi input penggunan kapur dan pupuk kandang yang digunakan untuk menetralisir tingkat kemasaman tanah. Me nurut penelitian Muhidin (2000) kedelai varietas slamet yang toleran tidak mengalami penurunan produksi pada bobot 100 butir biji dan bobot biji per tanaman sedangkan pada kedelai pembanding varietas wilis tidak mengalami penurunan produksi secara nyata pada kondisi cekaman Al rendah (setera pemberian kapur 1.0 Al dd).
Pemberian kapur dan pupuk kandang dilaporkan sangat diperlukan untuk memperbaiki pertumbuhan dan dapat meningkatkan hasil kedelai pada lahan marginal masam, karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian pupuk TSP dan KCl dosis sedang (75 kg/ha dan 100 kg/ha) yang dikombinasikan dengan kapur (500 kg/ha) serta pupuk kandang 10 ton ha akan memberikan hasil tertinggi pada musim kemarau, dan pada musim penghujan peningkatan takaran pupuk TSP dan KC l cenderung menurunkan hasil (Jalid dan Kari 1994 ). Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan hasil dan ukuran biji kedelai sebagai akibat pertumbuhan tanaman yang lebih baik (Melati 1990). Pertumbuhan serta peningkatan produksi tanaman kedelai akan lebih baik bila diimbangi dengan pemupukan dengan pupuk organik dan anorganik pada pH tanah sekitar 6.0 dan 6.8 (Scott dan Aldrich 1970).
Sebaliknya, apabila terlalu jauh dari tanaman budidaya, maka pupuk menjadi tidak efektif. Karena itu, penempatan pupuk membutuhkan ketelitian dan kesungguhan untuk mencapai hasil yang maksimal dengan jumlah pupuk yang efisien (Moenandir 2004).
Usaha lain dalam peningkatan produksi tanaman kedelai dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam dan ruang tumbuh sehingga diperoleh populasi tanaman yang optimum. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan cahaya, sehingga perbedaan jarak tanam antar dan dalam barisan akan mempengaruhi pertumbuhan kedelai.
Pengaturan jarak tanam adalah salah satu teknik budidaya yang berpengaruh terhadap tingkat hasil yang dicapai karena pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi lingkungan fisik baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk daerah kering penggunaan jarak tanam lebar akan menyebabkan timbulnya udara panas dan kering di sekitar pertanaman sehingga terjadi kenaikan transpirasi. Pada jarak tanam sempit persediaan air banyak digunakan untuk transpirasi pada awal musim tanam, yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman air pada masa pertumbuhan selanjutnya (Fukai dan Foale 1988).
Kondisi pertumbuhan yang baik dan populasi optimum, memungkinkan perkembangan cabang pada batang bagian bawah. Pada populasi tinggi, batang utama cenderung memanjang, percabangan kurang dan jumlah polong juga berkurang (Tagaki dan Sumadi 1984).
Taylor (1980) mengemukakan bahwa hasil kedelai cenderung meningkat dengan populasi tinggi untuk tanah yang ketersediaan airnya kurang. Selanjutnya kedelai lebih responsif terhadap populasi tinggi pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
Hipotesis
1. Terdapat varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur, dan atau tata letak tanaman tertentu yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang lebih baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang penting karena kedelai banyak mengandung protein, lemak, dan vitamin. Di Indonesia protein kedelai digunakan sebaga i sumber protein nabati.
Kedelai mempunyai hasil rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan padi, tetapi jumlah protein yang dihasilkan tiap hektar lebih tinggi. Dengan hasil rata-rata 0.8 ton biji kering tiap hektar, kedelai menghasilkan 320 kg protein, sedangkan padi dengan hasil 3.0 ton tiap hektar hanya menghasilkan 210 kg protein dan jagung dengan hasil 2.5 ton tiap ha menghasilkan 225 kg protein (Sumarno dan Hartono 1983).
Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian 40-50 cm. Tipe pertumbuhan dibedakan atas 3 tipe yaitu determinat, semi determinat, dan indeterminat. Jumlah cabang tergantung jenis kultivar dan lingkungan tumbuhnya. Percabangan kedelai dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan seperti panjang hari, jarak tanam, dan kesuburan tanah (Hidayat 1985).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan drainase tanah cukup baik dan air cukup tersedia selama pertumbuhan. Pada tanah jenis Alluvial, Regosol, dan Grumosol atau Latosol kedelai dapat tumbuh dengan baik. Kedelai masih dapat tumbuh di tanah yang agak masam, akan tetapi pada pH yang terlalu rendah dapat terjadi keracunan Al dan Fe. Nilai pH yang cocok berkisar 5.8-7.0 (Sumarno dan Hartono 1983).
Kedelai merupakan tanaman daerah iklim sedang, tetapi dapat tumbuh di daerah tropis. Kedelai dapat tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. Kisaran suhu minimum untuk pertumbuhan adalah 10 °C dan suhu maksimum 27-30 °C. Curah hujan yang cocok bagi pertumbuhan kedelai berkisar antara 100-200 mm/bulan.
Tabel 1. Stadia vegetatif tanaman kedelai
Stadium Tingkatan Stadium Uraian
VE Stadium pemunculan Kotiledon muncul dari dalam tanah
VC Stadium kotiledon Daun unifoliat berkembang V1 Stadium buku pertama Daun terurai pada buku unifoliat
V2 Stadium buku ke dua Daun bertiga yang terurai penuh pada buku diatas buku
unifoliate
V3 Stadium buku ke ketiga Tiga buah buku pada batang utama dengan daun terurai penuh Vn Stadium buku ke -n n buku pada batang utama dengan daun terurai penuh
Sumber Hidayat (1985)
Tabel 2. Stadia reproduktif tanaman kedelai
Stadium Tingkatan Stadium Uraian
R1 Mulai berbunga Bungan terbuka pertama pada buku manapun di buku utama
R2 Berbunga penuh Bunga terbuka pada salah satu dari dua buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh
R3 Mulai berpolong Polong sepanjang 5 mm pada salah satu dari 4 buku teratas
pada batang utama dengan daun terbuka penuh
R4 Berpolong penuh Polong sepanjang 2 cm pada salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh
R5 Mulai berbiji Biji sebesar 3 mm dalam polong di salah satu dari 4 buku
teratas pada batang utama dengan daun terbuka
R6 Berbiji penuh Polong berisi satu biji hijau di salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh
R7 Mulai matang Satu polong pada batang utama telah mencapai warna polong matang
R8 Matang penuh 95% polong telah mencapai warna polong matang
Varietas Tanaman
Tingkat hasil tanaman ditentukan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air dan pengelolaan tanaman. Tingkat hasil yang diperoleh biasanya bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan tumbuh (Kasim dan Djunainah 1993).
Penggunaan jenis varietas yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi hasil yang juga berbeda. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang ada dibedakan menjadi varietas genjah yang berumur kurang dari 80 hari, varietas sedang berumur 81-89 hari dan varietas dalam berumur lebih dari 90 hari (Adisarwanto dan Wudianto 1998).
Kedelai varietas Slamet adalah kedelai yang berdaya hasil tinggi yang merupakan hasil persilangan dempo x wilis dengan nomor galur T33. Tipe pertumbuhan determinate. Umur panen kedelai varietas slame t adalah 87 hari, umur berbunga 37 hari, dengan produksi 2.26 ton/ha (Sunarto 1996).
Kedelai varietas Wilis merupakan kedelai hasil persilangan antara kedelai varietas orba dan varietas No.1682. Umur panen kedelai varietas wilis adalah 88 hari dengan umur berbunga 36 hari. Tipe pertumbuhan determinat, batang kokoh dan tahan rebah. Tinggi kedelai varietas ini adalah 40-50 cm dengan hasil rata-rata 1.6 ton/ha biji kering (Rukmana dan Yunarsih 1996).
Manfaat Bahan Organik
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara dalam keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik serta untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang terangkut bersama hasil dan limbah tanaman (Murni dan Faodji 1990).
Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang cukup dikenal. Menurut Suwarjo dalam Erfandi et al. (2001) bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah. Pupuk kandang yang dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam.
Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Thorne 1979). Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu sama lain. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai faktor seperti takaran pupuk, jenis pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam mengandung N, P, K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang ayam mengandung 65.8 kg N/ton, 13.7 kg P/ton, dan 12.8 kg K/ton serta memiliki kelembaban nisbih C/N yang rendah. Kelembaban yang rendah serta nisbah C/N yang kecil mempercepat mineralisasi dan mempersempit depresi nitrat dalam tanah, sehingga ketersediaan unsur hara yang didapat dari kotoran ayam lebih cepat dari pada pupuk kandang lainnya (Manan 1992).
Peranan pupuk kandang terhadap tanah adalah : (1) memperbaiki kemampuan tanah menyimpan air, (2) memperbaiki struktur tanah, (3) memperbaiki nilai tukar kation (4) mempengaruhi kemantapan agregat tanah (5) menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, (6) menghasilkan banyak CO2 dan asam-asam organik yang
membantu mineralisasi, dan menaikkan suhu tanah (Mc Calla 1975).
Dari segi fisik bahan organik dapat memperbaiki agregat tanah, aerasi dan perkolasi, serta merangsang pembentukan struktur tanah lebih remah dan mudah diolah. Perombakan bahan organik oleh jasad renik akan mempercepat terbentuknya humus. Humus yang berinteraksi dengan partikel tanah akan membentuk granulasi dan menjadi pengikat antar partikel tanah (Erfandi et al. 2001). Selanjutnya menurut Abdurrahman et al. 2000) dari segi kesuburan tanah, pemberian bahan organik mempunyai manfaat ganda, yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan organik juga merupakan sumber hara yang cukup potensial walaupun kadarnya relatif kecil. Bahan organik sebagai komponen massa padat tanah mempengaruhi sifat fisik maupun kimia tanah.
Secara kimia, bahan organik meningkatkan kapasitas tukar kation, kapasitas menahan air, sehingga mampu mendetoksifikasi elemen-elemen dan dan senyawa beracun seperti pestisida. Bahan organik juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan hara tanah terutama kandungan N dan S. Selain itu berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan akar tanaman. Secara biologi, bahan organik merupakan sumber makanan dan energi utama bagi organisme tanah. Populasi mikroorganisme tanah akan menurun seiring dengan penurunan kandungan bahan organik tanah. Tanpa kehadiran mikroorganisme tanah reaksi-reaksi biokimia akan terhenti (Tan 2000).
Tata Letak Tanaman
Dengan makin sempitnya lahan pertanian, maka arti produksi tiap satuan luas menjadi sangat penting. Produksi tiap satuan luas atau daya hasil maksimum suatu tanaman ditentukan oleh sifat genetik tanaman dan interaksi antara tanaman dengan faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembaban, keadaan tanah, ketersediaan CO2,
serta bio tik seperti interaksi antar tanaman sejenis (intraspesifik). Daya hasil maksimum didapat pada populasi tanaman yang optimum.
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, sehingga dapat mempengaruhi hasil (Suprapto 1985).
Hasil maksimum suatu tanaman akan tercapai bila tanaman tersebut diatur secara berjaraksama, karena dengan cara demikian maka akan didapat keseragaman dalam persaingan. Menurut Donavan et al. (1963) kedelai yang ditanam dengan jarak antar-baris yang lebih lebar memberikan hasil dengan kandungan minyak yang lebih tinggi daripada kedelai yang ditanam dengan jarak antar-baris yang lebih sempit.
Jarak tanam yang rapat dapat menekan pertumbuhan gulma, akibat permukaan tanah segera tertutup oleh tajuk tanaman (Sumarno dan Hartono 1983). Selanjutnya menurut (Sumarlin dan Rachman 1990) jumlah tanaman akan mempengaruhi produksi per satuan luas, karena jumlah tanaman mempengaruhi dalam hal persaingan air, unsur hara, CO2 dan cahaya. Persaingan ini relatif kecil pada keadaan jumlah tanaman
optimum, sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal
Populasi tinggi dan jarak antara baris sempit mengakibatkan tanaman kedelai mudah rebah karena bertambah tingginya tanaman yang disebabkan oleh perpanjangan ruas (Beave r dan Johnson 1981)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2006 sampai Juli 2006 yang bertempat di UPTD Pertanian Pengembangan Lahan Kering, Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis tanah, tanaman, pupuk kandang, dan kapur dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain traktor Branson, meteran, sprinkle, timbangan analitik, couter dan oven. Bahan percobaan yang digunakan adalah : benih kedelai varietas Slamet dan Wilis (deskripsi pada Lampiran 2 dan 3), kapur dolomit, pupuk kandang ayam pedaging, pupuk KCl, SP-36, insektisida Decis 2.5 EC dengan bahan aktif Deltametrin 25 g/l, dan Marsha ll 25 ST dengan bahan aktif karbosulfan 25.53%.
Metode Penelitian
Percobaan disusun dengan menggunakan Faktorial 3 faktor dengan rancangan lingkungan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Faktor varietas tanaman kedelai terdiri dari dua jenis varietas yaitu : V1 (Varietas Slamet) dan V2 (Varietas Wilis). Faktor dosis pupuk kandang ayam terdiri dari 4 taraf yaitu : P1 (tanpa dosis pupuk kandang ayam), P2 (2 ton ha?¹ pupuk kandang ayam), P3 (4 ton ha?¹ pupuk kandang ayam) dan P4 (6 ton ha?¹ pupuk kandang ayam). Sedangkan faktor tata letak tanaman yang terdiri 2 taraf yaitu : T1 (Baris tunggal) dan T2 (Baris ganda).
Dengan demikian perlakuan yang dicobakan terdiri dari 16 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali, sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Luas petak satuan percobaan adalah 5 m x 3 m.
Yijkl = u + K1 + Vi + P j + Tk + (VP)ij + (VT)ik+(PT)jk +(VPT)ijk + eijk
Yijkl = nilai pengamatan dari kelompok ke- l, yang memperoleh taraf ke- i dari faktor V (Varietas), taraf ke-j dari faktor P (Pupuk kandang aya m), dan taraf ke-k
dari faktor T (Tata letak tanaman). u = nilai rata-rata ya ng sesungguhnya
K1 = pengaruh aditif dari kelompok ke-1 (1 = 1, 2, 3)
Vi = pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor V (i = 1, 2) Pj = pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor P (j = 1, 2, 3, 4) Tk = pengaruh aditif dari taraf ke-k faktor T (k = 1, 2)
(VP)ij = pengaruh interaksi taraf ke- i faktor V dan taraf ke-j faktor P
(VT)ik = pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor Varietas dan taraf ke-k dari faktor T
(PT)jk = pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k dari faktor T (VPT)ijk = pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor V, taraf ke-j dari faktor P, dan
taraf ke-k faktor
?ijkl = pengaruh galat yang timbul pada kelompok ke-l yang memperoleh taraf ke-i faktor V, taraf ke-j dari faktor P, dan taraf ke-k faktor T.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan
Sebelum pengolahan tanah dilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis kondisi tanah awal untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor Branson dan selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran 5 m x 3 m dengan menggunakan cangkul. Setiap petak terdapat saluran drainase dengan kedalaman 20 cm dan lebar 30 cm (antara petak dalam kelompok) dan dengan kedalaman 20 cm dan lebar 50 cm (antara kelompok). Pada akhir penelitian d ilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis pH tanah.
Pemupukan
Pupuk kandang ayam sebelum digunakan dianalisis untuk mengetahui kandungan haranya dan kapur d ianalisis untuk mengetahui daya netralisasi. Pupuk kandang dan kapur diberikan ke bedengan bersaman dua mingggu sebelum penanaman dengan mengikuti alur benih dengan lebar alur 20 cm dan panjang alur 5 m, sehingga terdapat efesiensi pemupukan sebesar 60% dari dosis pupuk yang ditetapkan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk P sebanyak 150 kg SP-36/ha dan pupuk K sebanyak 75 kg KCl/ha. Pupuk dasar diberikan 1 hari sebelum penanaman dengan cara larikan dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.
Penanaman
Pemeliharaan
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pembumbunan, pengendalian gulma dan hama-penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi tanah dan tingkat curah hujan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan dua kali, yakni pada saat tanaman berumur 3 MST dan pada umur 6 MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2.5 EC , dengan konsentrasi 1 ml/l air yang diberikan tiga kali selama penelitian.
Panen
Pemanenan dilakukan saat tanaman 90% polongnya sudah berubah warna menjadi kecoklatan (stadium R8). Cara panen adalah dengan mencabut tanaman lalu dipotong akarnya dan dikumpulkan sesuai dengan perlakuan. Setelah panen benih dijemur dengan panas sinar matahari sampai mencapai kadar air benih ± 12%.
Pengamatan
Pengamatan meliputi variabel pertumbuhan tanaman kedelai, variabel produksi tanaman kedelai dan variabel pertumbuhan gulma.
Variabel pertumbuhan tanaman
1. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) dengan interval 2 MST, sampai pada umur 8 MST pada 10 tanaman contoh.
2. Jumlah daun dihitung mulai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST), sampai pada umur 8 MST pada 10 tanaman contoh.
3. Jumlah cabang dihitung pada akhir penelitian pada 10 tanaman contoh.
5. Bobot basah dan kering bintil akar, pengamatan dilakukan pada waktu tanaman berumur 42 hari pada 4 tanaman sampel yang mewakili.
6. Analisis jaringan tanaman (N, P, K, dan Ca) . Pengamatan dilakukan pada akhir fase vegetatif pada 25 helaian daun tanaman sampel yang mewakili.
Analisis tumbuh dilakukan berdasarkan formula-formula yang dikemukakan oleh Radford (1967) yang meliputi Laju asimilasi bersih (LAB), dan Laju tumbuh relatif (LTR)
a. Laju asimilasi bersih (LAB) adalah laju peningkatan bobot kering bahan tanaman tiap satuan luas daun tiap satuan waktu, dinyatakan secara matematik dengan persamaan :
LAB = (W2 –W1 ) x (lnA2 – lnA1) (g/cm²/hari) (A2 – A1) (t2 – t1)
dengan W1 dan W2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2, dan A1 dan A2 = masing- masing luas daun total pada waktu t1 dan t2 yang diamati secara periodik.
Data luas daun diperoleh dengan mengukur daun dari bahan tanaman yang sama dengan yang dipergunakan untuk pengukuran bobot kering tanaman. Caranya helaian daun kedelai dibuat lingkaran dengan pelubang daun yang berdiameter 0.9 cm atau 1.8 cm. Seluruh daun sampel bentuk lingkaran dihitung jumlahnya (N) kemudian dimasukan ke dalam kantong, dan sisanya dimasukan ke kantong lain. Setelah dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 °C selama 24 jam, kemudian ditimbang sehingga diperoleh bobot daun sampel (Ws) dan bobot daun total (Wt). Perhitungan luas daun secara gravimetrik dilakuk an dengan formula menurut Sitompul dan Guritno (1995) sebagai berikut :
A = Wt N p R² Ws
dengan :
N = jumlah daun sampel p = 3.14
R = jari-jari lingkaran daun sampel kedelai (cm).
b. Laju tumbuh relatif (LTR) adalah laju peningkatan bobot kering bahan tanaman tiap satuan bahan tanaman tiap satuan waktu, dinyatakan secara matematik dengan persamaan
LTR = lnW2 – LnW1 (g/g/hari) t2 - t1
dengan W1 dan W2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2 yang diamati secara periodik .
Variabel produksi tanaman
1. Jumlah polong isi per tanaman sampel dihitung pada saat panen 2. Jumlah polong hampa per tanaman sampel dihitung pada saat panen
3. Bobot biji kering per tanaman (g) ditimbang setelah biji dikeringkan dengan kadar air biji ± 12 %.
4 Bobot biji kering per petak (g), ditimbang setelah biji dikeringkan dengan kadar air biji ± 12 %.
4. Bobot 100 butir biji kering (g) yang diambil dari hasil tiap petak panen. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali atau 300 butir biji untuk setiap perlakuan.
Variabel pertumbuhan gulma
a. Kerapatan mutlak (KM) dan kerapatan nisbi (KN)
KM = Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak sampel KN = Jumlah individu spesies gulma tertentu x 100 %
Jumlah individu semua spesies gulma b. Frekuensi mutlak (FM) dan frekuensi nisbi (FN)
FM = jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu
FN = Jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu x 100 % Jumlah semua petak sampel
c. Bobot kering gulma mutlak (BKM) dan bobot kering gulma nisbi (BKN) BKM = Bobot kering semua individu spesies gulma
BKN = Bobot kering semua individu spesies gulma tertentu x 100 % Bobot kering semua individu semua spesies gulma
Berdasarkan hasil analisis vegetasi dapat ditentukan nilai jumlah dominasi dan bobot kering gulma total.
a. Nilai jumlah dominasi (NJD) = KN + FN + BKN 3
b. Bobot kering gulma total diperoleh dengan cara menggabungkan semua bobot kering spesies gulma dalam satu perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada musim kemarau pada bulan Februari sampai Juli 2006 dengan curah hujan rata-rata 112.58 mm/bulan, suhu rata-rata 20.89-27.71 °C dan kelembaban udara rata-rata pada bulan April, Mei Juni dan Juli masing- masing 80%, 72%, 68% dan 63% (Stasiun UPTD Tenjo, 2006). Menurut Suprapto (1985) curah hujan optimal untuk tanaman kedelai yaitu 100 – 200 mm/bulan, suhu berkisar 25 °C -27 °C, dan kelembaban udara rata-rata 50%.
Lampiran 22 menunjukkan bahwa pada awal penanaman, pada bulan April dan Mei curah hujan mencapai 157.2 dan 130.5 mm/bulan sehingga tidak setiap hari dilakukan penyiraman. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 48.9 mm/bulan pada saat tana man berumur 7 minggu setelah tanam, namun ini dapat diatasi dengan melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari dengan menggunakan sprinkle. Pada bulan Juli tidak terjadi hujan pada sepuluh hari pertama dan sepuluh hari ke dua, namun tidak terlalu berpengaruh karena pertumbuhan tanaman kedelai telah memasuki stadium R7 yang ditandai dengan polong pada batang utama telah mencapai warna polong matang. Pada stadium R7 tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Curah hujan kembali optimal dengan jumlah 113 mm/bulan yang terjadi setelah panen. Persentase daya berkecambah benih yang ditanam perbedengan cukup baik yaitu 90.55%. Pada umur 1 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih yang tidak tumbuh.
Pada Tabel lampiran 4, hasil analisis tanah awal di lokasi percobaan menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki pH H2O tanah rata-rata 5.1 (agak masam),
Kapur yang digunakan mempunyai daya netralisasi 84.66 % dengan dosis yang diberikan sebesar 2.42 ton/ha. Pupuk kandang ayam yang digunakan mempunyai komposisi seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi unsur hara pupuk kandang ayam yang digunakan dalam penelitian
C N P K Ca Mg
...(%)...
37.36 1.15 2.01 2.50 7.88 0.81
Sumber : Lab. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Varietas Slamet dan varietas Wilis menunjukkan perbedaan secara morfologi namun kedua varietas tersebut menampakkan pertumbuhan yang normal. Dosis pupuk kandang ayam secara alur menghasilkan pertumbuhan tanaman kedelai yang cukup normal dan seragam namun terlihat perbedaan yang sangat signifikan d i antara perlakuan pada kedua varietas. Pemberian pupuk kandang ayam dan kapur secara alur memberikan perubahan terhadap sifat kimia tanah hal ini terlihat dari perubahan pH tanah. Pada pemberian kapur tanpa pupuk kandang ayam, dengan 2 ton pupuk kandang/ha, dengan 4 ton pupuk kandang/ha, dan dengan 6 ton pupuk kandang/ha terjadi perubahan rata-rata pH tanah H2O masing- masing menjadi 6.6, 6.65, 6.8 dan 6.9.
Dari pengamatan terhadap pembungaan, varietas Wilis mencapai pembungaan 75% pada umur 34 hari sedangkan varietas Slamet pada umur 35 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kedua varietas berbunga lebih awal dari umur berbunga yang tercantum dalam deskripsi (Lampiran 2 dan 3) sehingga memperpendek umur panen. Umur panen varietas Slamet pada penelitian ini adalah 85 hari dan varietas Wilis 83 hari. Menurut Pandey (1987) umur tanaman mulai berbunga tergantung pada varietas, panjang hari dan temperatur. Pada saat pengisian biji pada bulan Juni dan Juli intensitas penyinaran semakin tinggi, yang diikuti oleh suhu yang tinggi sehingga mempercepat proses pemasakan biji. Berdasarkan umur panennya, kedelai varietas Slamet dan Wilis digolongkan ke dalam varietas kedelai berumur tengahan karena umur panennya masing- masing ± 87 dan 88 hari (Lampiran 2 dan 3).
cendawan. Hama dan penyakit tersebut tidak terlalu menganggu tanaman sehingga penyemprotan hanya dilakukan 3 kali. Insektisida yang digunakan adalah decis dengan konsentrasi 1 ml/l air yang disemprotkan pada pagi hari.
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi tanaman
Hasil sidik ragam (Tabel lampiran 5) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 MST. Dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan, sedangkan tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Nilai rata-rata tinggi tanaman disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata tinggi tanaman pada berbagai umur pengamatan
Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST
Varietas
Slamet Wilis
...(cm)... 8.03 19.53 a 41.13 a 8.05 18.34 a 37.99 b
Dosis pupuk
Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha
...(cm)... 7.71 b 15.53 d 31.97 d 7.95 b 17.60 c 37.04 c 8.08 ab 19.55 b 42.03 b 8.42 a 23.05 a 47.21 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
termasuk tinggi tanaman mulai melambat. Pada saat yang sama tanaman varietas Slamet baru memasuki fase R1 (mulai berbunga ). Pada fase R1 translokasi hara dari jaringan untuk pertumbuhan generatif belum besar sehingga pertumbuhan vegetatif termasuk tinggi tanaman, masih terus berlangsung.
Tanaman yang dip upuk kandang ayam 6 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman tanpa pupuk kandang, dipupuk kandang 2 ton/ha, dan d ipupuk kandang 4 ton/ha. Tanaman tanpa pupuk kandang adalah yang terendah ini dapat dijelaskan bahwa pemberian pupuk kandang ayam secara alur menaikkan pH tanah dari 5.05 menjadi 6.6 – 6.9 sehingga penyerapan unsur - unsur hara berlangsung normal dan pertumbuhan vegetatif termasuk tinggi tanaman menjadi lebih baik. Lestari (1982) melaporkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam pada tanah Podsolik akan meningkatkan C-organik tanah, kadar N total, kadar P dan K tersedia dan juga pH tanah. Truog (1961) dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pH tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersedian hara tanaman. Kebanyakan nutrien lebih banyak tersedia dalam nilai pH antara 6.0 - 7.0.
Tabel 5. Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pup uk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata tinggi tanaman pada umur 8 MST
Varietas Dosis pupuk
Slamet Wilis
Rata-rata
Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha
...(cm) ... 38.90 e 35.32 f 55.11 b 44.11 d 59.64 a 48.29 c 62.18 a 52. 05 b
37.11 c 49.61 b 53.97 a 57.12 a Rata-rata 53.96 a 44.94 b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Y = 5,437x + 31,35
R2 = 0,95
Y = 7,437x + 35,37
R2 = 0,84
0 10 20 30 40 50 60 70
0 2 4 6
Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha)
Tinggi tanaman (cm)
Slamet
Wilis
Gambar 1. Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang secara alur terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 8 MST.
Jumlah daun
Tabel 6. Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata jumlah daun pada berbagai umur pengamatan Perlakuan 4 MST 6 MST 8 MST Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Sampai dengan umur 2 MST pupuk kandang ayam belum memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal ini karena sampai dengan 2 MST, sebagian energi pertumbuhan kedelai masih menggunakan cadangan makanan yang tersimpan di kotiledon sementara itu pupuk kandang yang digunakan mempunyai C/N rasio 37.6% menunjukkan tingkat dekomposisi yang masih rendah sehingga belum tersedia secara optimum bagi tanaman sampai umur 2 MST.
Jumlah cabang
Hasil sidik ragam (Tabel lampiran 5) menunjukkan bahwa varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai, sedangkan perlakuan tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang.
Pada Tabel 7 varietas Slamet menghasilkan jumlah cabang yang lebih tinggi 51.02 % dibanding dengan varietas Wilis. Hal ini diduga disebabkan karena faktor genetis kedua varietas. Menurut Pandey (1987) jumlah cabang dipengaruhi oleh varietas. Cabang tanaman berguna dalam meningkatkan hasil panen ketika kerapatan tanaman rendah atau ketika cabang utama rusak. Dosis pupuk kandang ayam 6 ton/ha menghasilkan jumlah cabang terbanyak dan lebih tinggi dibanding dengan tanpa pupuk, pupuk kandang ayam 2 ton/ha dan 4 ton/ha. Hal ini sesuai dengan fungsi dari genotipe x lingkungan = f (faktor pertumbuhan internal x pertumbuhan eksternal). Faktor internal yang berperan dalam hal ini adalah varietas sedangkan faktor eksternal adalah dosis pupuk kandang. Pupuk kandang 6 ton/ha dapat memberikan kandungan hara N, P dan K pada keadaan yang optimal.
Tabel 7. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata jumlah cabang
Perlakauan Jumlah cabang
Varietas
Slamet 2.05 a Wilis 1.04 b
Dosis pupuk kandang
Tanpa pupuk 0.92 c 2 ton/ha 1.33 bc 4 ton/ha 1.65 b 6 ton/ha 2.21 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada DMRT 0.05.
tersedia dari proses dekomposisi sehingga meningkatkan serapan hara tanaman. Menurut Hardjowigeno (1995) pupuk kandang dapat menyediakan sebagian kebutuhan N tanaman dari hasil perombakannya dan meningkatkan ketersedian hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu, kapasitas tukar kation, kemampuan menahan air, kegiatan biologi tanah dan ketersedian P bagi tanaman yang sebelumnya terjerap kuat oleh Al dan Fe karena bahan organik menjerap Al dan Fe lebih kuat daripada senyawa P.
Y = 0,419x + 0,48
R2 = 0,98
0 0,5 1 1,5 2 2,5
0 2 4 6
Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha)
Jumlah cabang
Gambar 2. Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap jumlah cabang kedelai.
Bobot kering daun
Tabel 8. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata bobot kering daun pada berbagai umur pengamatan
Saat muncul
Perlakuan lapang 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 9 MST 10 MST Panen
Varietas ………(g/tanaman)……….
Slamet 0.06 0.135 0.76 a 2.53 a 4.83 a 6.05 a 4.67 a 1.53 a Wilis 0.05 0.125 0.51 b 2.23 b 3.64 b 4.57 b 3.64 b 1.27 b
Dosis pupuk kandang ...………(g/tanaman)... Tanpa pupuk 0.035 0.104 b 0.437 c 1.348 c 2.11 d 2.46 d 1.77 d 1.08 c 2 ton/ha 0.034 0.126 ab 0.630 bc 2.164 b 3.02 c 3.82 c 2.72 c 1.22 bc 4 ton/ha 0.055 0.136 a 0.752 ab 2.679 b 4.44 b 5.87 b 4.68 b 1.49 b 6 ton/ha 0.061 0.155 a 0.858 a 3.391 a 7.37 a 9.08 a 7.45 a 1.82 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
Pemberian dosis pupuk kadang ayam meningkatkan bobot kering tanaman (daun, batang dan akar). Hal ini sejalan dengan variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang dimana bobot kering tanaman (daun, batang, akar) sangat ditentukan oleh variabel pengamatan (tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun) semakin tinggi variabel ini maka semakin tinggi bobot keringnya hal ini dapat dilihat pada matriks korelasi (Tabel 27), dimana variabel pengamatan pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun) mempunyai hubungan yang nyata dengan bobot kering tanaman (daun, batang dan akar)
Bobot kering batang
Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 8, 9, 10 MST dan panen. Dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 2, 4, 6, 8, 9, 10 MST dan panen. Tata letak tanaman berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 9, 10 MST dan panen.
Tabel 9. Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada berbagai umur pengamatan Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan kombinasi varietas dan tata letak tanaman berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 9 MST. Kombinasi varietas slamet dan baris ganda memberikan hasil bobot kering batang 33.41 % lebih berat dibanding dengan kombinasi varietas wilis dan baris ganda dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya (Tabel 10).
Tabel 10. Pengaruh kombinasi varietas dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada umur 9 MST
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
bobot kering batang pada umur 9 MST. Tabel 11 memperlihatkan kombinasi dosis pupuk 6 ton/ha dan baris ganda menghasilkan bobot kering batang 23.02 % lebih besar dibanding dengan kombinasi dosis pupuk 6 ton/ha dan baris tunggal dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena baris ganda (30 cm x 10 cm x 70 cm) adalah kerapatan tanaman yang optimum pada awal pertumbuhan sehingga kompetisi terjadi pada akhir pertumbuhan, kompetisi dapat terjadi antar tanaman (interplant) dalam tubuh tanaman (intraplant). Tata letak tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap komponen pertumbuhan tanaman kedelai, kecuali pada berat kering batang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa faktor lingkungan lain juga mempengaruhi kerapatan tanaman. Menurut Gardner et al. (1991) faktor lingkungan yang utama meliputi (1) penyinaran, (2) kelembaban, dan (3) kesuburan tanah. Keterbatasan faktor- faktor lingkungan tersebut merendahkan kerapatan tanaman yang optimum untuk produksi maksimum.
Tabel 11. Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada umur 9 MST
Tata letak tanaman
Keterangan : - Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05
Bobot kering akar
Tabel 12 menunjukkan varietas Slamet memberikan hasil bobot kering akar yang lebih besar dan dari varietas Wilis. Hal ini saling berkaitan karena pertumbuhan akar yang lebih banyak pada kedelai varietas slamet akan menambah luas permukaan akar sehingga serapan hara untuk pertumbuhan tajuk meningkat. Menurut Ghulamahdi (1999) jumlah akar yang semakin banyak akan meningkatkan serapan hara daun terutama N, P dan K. Selain itu lebar daun dan jumlah cabang juga akan mempengaruhi bobot kering tajuk .
Dosis pupuk 6 ton/ha memberikan hasil bobot kering akar yang lebih besar dibanding dengan tanpa dosis pupuk, 2 ton dosis pupuk/ha dan 4 ton dosis pupuk/ha pada semua umur pengamatan. Hal diduga pupuk kandang berperan dalam memperbaiki kemampuan tanah mengikat air, mempengaruhi kemantapan agregat tanah, struktur tanah, menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan menghasilkan CO2
Tabel 12. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata bobot kering akar pada berbagai umur pengamatan
Saat muncul
Perlakuan lapang 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 9 MST 10 MST Panen
Varietas ...(g/tanaman)……….
Slamet 0.004 0.053 0.265 0.866 1.61 a 1.85 a 1.95 a 1.67 a Wilis 0.004 0.054 0.256 0.771 1.27 b 1.57 b 1.71 b 1.41 b
Dosis pupuk kandang ...(g/tanaman)……….
Tanpa pupuk 0.004 0.043 b 0.197 b 0.594 c 0.85 c 1.13 d 1.24 d 1.13 c 2 ton/ha 0.004 0.048 b 0.230 b 0.759 bc 1.23 bc 1.47 c 1.61 c 1.42 bc 4 ton/ha 0.004 0.056 ab 0.274 ab 0.871 b 1.50 b 1.79 b 1.91 b 1.64 ab 6 ton/ha 0.005 0.069 a 0.325 a 1.129 a 2.18 a 2.44 a 2.57 a 1.97 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
Bobot kering kulit polong
Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering polong pada umur pengamatan 8, 9, 10 MST, dan panen. Dosis pupuk kandang secara alur berpengaruh sangat nyata pada semua umur pengamatan, sedangkan perlakuan tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata pada semua umur pengamatan. Tabel 13 menunjukkan varietas Slamet memberikan hasil bobot kering polong yang lebih besar dan berbeda nyata dengan varietas Wilis. Dosis pupuk 6 ton/ha memberikan hasil yang lebih besar dan berbeda nyata dengan tanpa dosis pupuk dan dosis pupuk 2 ton/ha pada semua umur pengamatan.
Tabel 13. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata bobot kering kulit polong
Perlakuan 8 MST 9 MST 10 MST Panen
Varietas ……….(g/tanaman)……….
Slamet 2.28 a 3.72 a 5.03 a 5.10 a Wilis 2.15 b 2.88 b 3.72 b 3.34 b
Dosis pupuk kandang ……….(g/tanaman)………. Tanpa pupuk 1.46 c 2.08 c 3.12 c 2.81 c 2 ton/ha 1.98 bc 2.86 bc 3.89 bc 3.73 bc 4 ton/ha 2.72 ab 3.61 b 4.78 ab 4.58 b 6 ton/ha 3.29 a 4.66 a 5.73 a 5.76 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Bobot kering biji
bobot kering biji yang lebih besar pada umur 9, 10 MST dan panen masing-masing 5.08 g, 7.50 g, 10.54 g, dibanding dengan dosis pupuk lainnya.
Tabel 14. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata bobot kering biji
Perlakuan 9 MST 10 MST Panen
Varietas ...(g/tanaman)...
Slamet 3.36 a 5.79 a 7.82 a Wilis 2.65 b 4.79 b 6.54 b Dosis pupuk kandang ...(g/tanaman)... Tanpa pupuk 1.56 c 2.72 d 4.10 d 2 ton/ha 2.20 c 4.65 c 6.35 c 4 ton/ha 3.18 b 6.31 b 7.73 b 6 ton/ha 5.08 a 7.50 a 10.54 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan semakin tinggi bobot kering tanaman (daun, batang, akar, kulit polong, dan biji) Hal ini dapat dijelaskan bahwa kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang yang telah diserap oleh akar, baik yang digunakan dalam sintesis senyawa organik maupun tetap dalam bentuk ionik dalam jaringan tanaman, akan memberikan kontribusi terhadap pertambahan berat kering tanaman. Menurut Lakitan (1994) bobot kering tanaman (daun, batang, dan akar) menunjukkan fase asimptotik dicirikan oleh laju pertumbuhan yang semakin menurun. Pengurangan berat tanaman terjadi sebagai akibat penguraian senyawa organik seperti karbonhidrat menjadi air dan CO2 melalui rangkaian reaksi
respirasi.
Partisi Bahan Kering
Proses perpindahan dan pengangkutan karbohidrat dari daun ke bagian tanaman lain dikenal dengan translokasi dan proporsi distribusi kabohidrat atau bahan kering yang baru dibentuk ke masing-masing organ dikenal dengan partisi (Charles-Edward et al. 1986). Dari Tabel lampiran 12 dan 13 serta gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa
tertinggi terjadi pada 42 HST dengan distribusi 15% untuk varietas Slamet dan 14% varietas Wilis, dan menurun setelah 42 HST. Partisi pada organ batang tertinggi terjadi pada 42 HST sebesar 43% dan 45% dan menurun setelah 42 HST.
Partisi daun tertinggi terjadi pada SML sebesar 75% dimana energi yang digunakan bukan berasal dari hasil fotosintesis tetapi berasal dari candangan makanan yang terdapat dalam kotiledon, dan terjadi penurunan terus- menerus sampai panen. Menurut Charles-Edward et al. (1986) komponen tanaman yang paling labil umunya adalah jaringan daun. Faktor lingkungan, seperti cekaman defisit air tanah, dapat meningkatkan laju absisi daun.
Hasil partisi pada organ vegetatif akar dan batang mengikuti pertumbuhan eksponensial dan tertinggi terjadi 42 HST dan terjadi penurunan partisi setelah 42 HST, hal ini dapat dijelaskan karena tanaman memasuki fase vegetatif cepat sehingga karbohidrat sanga t dibutuhkan, maka tanaman lebih banyak mendistribusikan ke organ akar dan batang dan selanjutnya menurun karena tanaman telah memasuki fase generatif. Menurut DeJong dan Grossman (1994) bahwa fotosintat hasil fotosintesis kanopi merupakan sumber karbohidrat yang akan ditranslokasikan ke organ buah, batang, daun dan akar. Jumlah alokasi karbohidrat ke masing-masing organ tersebut tergantung dari aktivitas organ spesifiknya.
0
Gambar 3. Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet
Gambar 4. Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis
(1994) hal ini disebabkan tanaman telah memasuki fase asimptotik dicirikan oleh laju pertumbuhan tanaman yang semakin menurun. Penurunan berat tanaman kadang dilaporkan selama fase asimptotik, hal ini lebih disebabkan karena sebagian organ (terutama da un) yang telah rontok tidak diikutkan dalam perhitungan berat tanaman. Partisi pada organ generatif yaitu kulit polong dan biji kering membentuk garis linear yang tertinggi terjadi pada 84 HST masing- masing sebesar 27%, 23%, 23% dan 21% untuk kulit polong dan biji kering masing- masing sebesar 37%, 40%, 39% dan 39%.
0
Gambar 5. Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan tanpa pupuk kandang ayam
Gambar 6. Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang ayam 2 ton/ha
Gambar 7. Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang ayam 4
ton/ha Gambar 8. Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang ayam 6
ton/ha .
Bobot segar dan kering bintil akar
tanah akibat pemberian kapur dan pupuk kadang pada dosis 6 ton/ha ya itu dari pH 5.05 menjadi pH 6.6-6.9 dan kondisi fisik tanah yang berstruktur gembur sehingga mendukung proses fiksasi N2 oleh bintil akar. Menurut Sprent (1979), keadaan
lingkungan seperti temperatur, air, kemasaman tanah (pH) dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah akan mempengaruhi jumlah nitrogen yang diikat oleh tanaman. Selanjutnya menurut Bezdicek et al (1978) tanaman kedelai yang ditanam pada tanah dengan pH 5.5-6.5, sekitar 71% hingga 80% nitrogen tanaman berasal dari penambatan nitrogen molekul udara. Pertumbuhan bakteri rhizobium akan optimal pada pH 6.0-6.5 (Norman 1978)
Tabel 15. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata bobot bintil akar segar
Perlakuan Bobot segar bintil akar
Dosis pupuk kandang ...(g)...
Tanpa pupuk 0.595 c 2 ton/ha 0.651 bc 4 ton/ha 0.780 ab 6 ton/ha 0.819 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Laju Asimilasi Bersih (LAB)
Tabel 16. Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata laju asimalasi bersih (LAB) pada umur 2-4 MST
Tata letak tanaman Dosis pupuk
Baris tunggal Baris ganda
Rata-rata
Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha
...(mg/cm²/hari)... 0.76 de 0.56 e 0.96 bc 0.69 de 1.03 b 0.80 dc 1.87 a 1.06 b
0.66 c 0.83 bc
0.92 b 1.47 a Rata-rata 1.16 a 0.78 b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05
Pada Tabel 16 terlihat laju asimilasi bersih (LAB) tanaman kedelai cenderung meningkat pada pada umur pengamatan 2-4 MST dan terjadi penurunan pada pengamatan 6-8 MST (Tabel 17), baik pada dosis pupuk kandang ayam maupun tata letak tanaman. Hal ini disebabkan pada umur 6-8 MST tanaman telah memasuki fase reproduktif. Penurunan LAB pada kedelai ini menunjukkan bahwa dengan semakin bertambahnya luas daun semakin banyak daun yang tidak efisien untuk fotosintesis karena daun-daun saling menaungi dan daun yang ternaungi memperoleh intensitas sinar yang rendah. Vandermeer (1989) menyatakan bahwa saat tanaman mencapai pertumbuhan maksimum sebagian daun di bagian bawah tidak melakukan fotosintesis lagi, tetapi respirasi masih berlangsung seperti bagian atas sehingga dapat mengurangi hasil asimilasi bersih, yang pada akhirnya mempengaruhi bobot kering biji.
Tabel 17. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata laju asimilasi bersih (LAB) pada umur 6-8 MST
Perlakuan LAB 6-8 MST
Dosis pupuk kandang ...(mg/cm²/hari)...
Tanpa pupuk 0.66 c 2 ton/ha 0.84 bc 4 ton/ha 0.99 b 6 ton/ha 1.34 a
Tata letak tanaman
Baris tunggal 1.12 a Baris ganda 0.80 b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Baris tunggal berpengaruh nyata terhadap LAB tanaman kedelai pada umur pengamatan 2-4 MST dan 6-8 MST. Pada tingkat kerapatan yang tinggi LAB tanaman kedelai semakin rendah. Terlihat pada Tabel 17 bahwa baris ganda nilai LAB sebesar 0.80 mg/cm²/hari. Hal ini terjadi karena derajat penaungannya semakin tinggi. Pada awal pertumbuhan daun-daun yang saling menaungi terjadi di antara tanaman-tanaman dalam barisan. Dengan berkembangnya tanaman, daun-daun yang saling menaungi terjadi juga antar tanaman dari satu barisan dengan barisan yang lain. Pada kerapatan yang tinggi tingkat penaungan tanaman dalam baris juga terjadi lebih cepat dan lebih tinggi jika dibanding dengan kerapatan yang rendah. Menurut Hayashi (1996), semakin tinggi luas daun akan semakin rendah efesiensi daun tersebut untuk menghasilkan bahan kering tanaman.
Y = 0,161x + 0,375 R2 = 0,96
Y = 0,34x + 0,31 R2 = 0,80
0 0,5 1 1,5 2
0 2 4 6
Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha)
LAB (mg/cm/hari)
Baris tunggal
Baris ganda
Gambar 9. Pengaruh kombinasi perlakuan dosis pupuk kandang ayam secar alur dan tata letak tanaman terhadap laju asimilasi bersih (LAB) pada umur 2-4 MST
Laju Tumbuh Relatif
Hasil sidik raga m (Tabel lampiran 8) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh sangat nyata terhadap laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST dan 6-8 MST. Tata letak tanaman berpengaruh nyata terhadap LTR pada umur 2-4 MST.
Tabel 18. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 dan 6-8 MST LTR LTR
Perlakuan 2-4 MST 6-8 MST
Dosis pupuk kandang ...(mg/g/hari)...
Tanpa pupuk 58.49 c 60.75 b 2 ton/ha 87.44 bc 141.74 ab 4 ton/ha 108.32 ab 217.77 a 6 ton/ha 140.22 a 268.52 a
Tata letak tanaman
Baris tunggal 87.17 b 172. 44 Baris ganda 110.06 a 180.17
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Baris ganda menunjukkan nilai LTR yang lebih besar yaitu 110.06 (mg/g/hari), dan berbeda nyata dengan baris tunggal. Laju tumbuh relatif (LTR) tanaman kedelai masih terjadi peningkatan pada umur 6-8 MST dan terlihat bahwa peningkatan kerapatan tanaman berpengaruh terhadap LTR. Menurut Hudgson (1967) dalam Moechalil (1983) perubahan nilai LTR dapat digunakan seba gai pembanding terhadap efesiensi produksi, baik di antara genotip tanaman maupun di antara tanaman-tanaman yang mendapat perlakuan atau karena iklim yang berbeda. Jarak tanam merupakan salah satu perwujudan perbedaan lingkungan pertumbuhan bagi tanaman.
Pengaruh varietas tanaman tidak terlihat pada laju asimilasi bersih (LAB) dan laju tumbuh relatif (LTR) pada semua umur pengamatan, hal ini menunjukkan bahwa secara genetis kedua varietas mempunyai kemampuan yang sama dalam memproduksi biomasa karena sumberdaya yang dibutuhkan oleh kedua varietas berada pada keadaan yang optimum.
Y = 26,61x + 32,10
R2 = 0,99
0 20 40 60 80 100 120 140 160
0 2 4 6
Dosis pupuk (ton/ha)
LTR (mg/g/hari)
Gambar 10. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST
Kandungan N, P, K dan Ca Daun
Tabel 19. Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang secara alur terhadap rata-rata kandungan N daun
Varietas Dosis pupuk
Slamet Wilis
Rata-rata
Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha
...(%)... 2.62 b 2.44 b 2.78 ab 2.61 b 3.02 ab 2.75 ab 3.23 a 2.82 ab
2.53 b 2.70 ab 2.98 ab 3.03 a Rata-rata 2.96 b 2.66 b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Hasil sidik ragam (Tabel lampiran 9) menunjukkan kombinasi varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tana man berpengaruh nyata terhadap kandungan P dan K daun tanaman kedelai. Tabel 20, kombinasi varietas Slamet, dosis pupuk 6 ton/ha dan baris ganda menghasilkan kandungan P da un tertinggi 0.457 % atau lebih besar 16.19% dari kombinasi varietas slamet, tanpa dosis pupuk dan baris tunggal, dan lebih besar 29.32% dibanding dengan kombinasi varietas Wilis, tanpa dosis pupuk dan baris tunggal. Menurut Jones et al. (1991) nilai kecukupan hara P daun 0.26%-0.50%.
Kadar hara P dan K meningkat pada varietas yang berbeda dan pemberian dosis pupuk yang diberikan dan tata letak tanaman. Hal ini tercermin dari berat kering tanaman yang semakin meningkat dengan penambahan dosis pupuk kandang, dimana serapan hara merupakan hasil kali antara kadar hara tanaman dengan berat kering tanaman. Baligar et al (1987) menemukan hubungan positip yang nyata antara serapan hara dengan berat kering tanaman.
Tabel 20. Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan P daun.
Tata letak tanaman Varietas Dosis pupuk
Baris tunggal Baris ganda Rata-rata
Tanpa pupuk
P
...(%)...
0.383 d 0.407 abcd 0.395 d 2 ton/ha 0.390 cd 0.417 abcd 0.404 cd 4 ton/ha 0.400 bcd 0.440 abc 0.420 bcd Slamet
6 ton/ha 0.447 ab 0.457 a 0.452 a Tanpa pupuk 0.323 e 0.390 cd 0.357 e 2 ton/ha 0.383 d 0.423 abcd 0.403 cd 4 ton/ha 0.423 abcd 0.437 abcd 0.430 abc Wilis
6 ton/ha 0.433 abcd 0.447 ab 0.440 ab Rata-rata 0.398 b 0.427 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Tabel 21. Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan K daun.
Tata letak tanaman
Varietas Dosis pupuk Baris tunggal Baris ganda Rata-rata
Tanpa pupuk
K
...%...
1.400 e 1.440 e 1.420 e 2 ton/ha 1.533 cde 1.980 abcd 1.757 bc 4 ton/ha 1.817 abcd 2.023 abc 1.920 ab 6 ton/ha 1.817 abcd 2.257 a 2.037 a Tanpa pupuk 1.410 e 1.560 cde 1.485 de 2 ton/ha 1.470 de 1.850 abcde 1.660 cd 4 ton/ha 1.667 bcde 1.833 abcde 1.750 bc Slamet
Wilis
6 ton/ha 2.117 ab 1.863 abcde 1.990 a Rata-rata 1.654 b 1.851 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Menurut Smith (1962) dalam Fitter dan Hay (1991) pada beberapa tanaman pengambilan hanya melibatkan sejumlah masing-masing hara yang digunakan untuk pertumbuhan, tetapi sering kali satu macam hara yang digunakan atau beberapa faktor lingkungan bersifat terbatas, yang me nyebabkan akumulasi hara lain, sehingga suatu analisis khusus dari suatu tanaman sehat tidak selalu dapat menggambarkan banyaknya kebutuhan tanaman.
Tabel 22. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata kandungan Ca daun
Dosis pupuk Ca ...(%)... Tanpa pupuk 0.531 b 2 ton/ha 0.568 b 4 ton/ha 0.628 ab 6 ton/ha 0.721 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.
Perbedaan ini mencerminkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk semakin besar unsur Ca yang tersedia. Hal lain diduga bahwa pengalokasian unsur hara sangat berbeda antara organ tanaman. Menurut Fitter dan Hay (1991) Akar dan pucuk berkompetisi secara efektif terhadap hara, produksi fotosintat oleh pucuk dan pengangkutannya ke akar menentukan kemamp uan akar untuk memperoleh hara, suplai hara ke pucuk mengontrol laju fotositesis, dan sebaliknya.
Produksi Tanaman