• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada musim kemarau pada bulan Februari sampai Juli 2006 dengan curah hujan rata-rata 112.58 mm/bulan, suhu rata-rata 20.89-27.71 °C dan kelembaban udara rata-rata pada bulan April, Mei Juni dan Juli masing- masing 80%, 72%, 68% dan 63% (Stasiun UPTD Tenjo, 2006). Menurut Suprapto (1985) curah hujan optimal untuk tanaman kedelai yaitu 100 – 200 mm/bulan, suhu berkisar 25 °C - 27 °C, dan kelembaban udara rata-rata 50%.

Lampiran 22 menunjukkan bahwa pada awal penanaman, pada bulan April dan Mei curah hujan mencapai 157.2 dan 130.5 mm/bulan sehingga tidak setiap hari dilakukan penyiraman. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 48.9 mm/bulan pada saat tana man berumur 7 minggu setelah tanam, namun ini dapat diatasi dengan melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari dengan menggunakan sprinkle. Pada bulan Juli tidak terjadi hujan pada sepuluh hari pertama dan sepuluh hari ke dua, namun tidak terlalu berpengaruh karena pertumbuhan tanaman kedelai telah memasuki stadium R7 yang ditandai dengan polong pada batang utama telah mencapai warna polong matang. Pada stadium R7 tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Curah hujan kembali optimal dengan jumlah 113 mm/bulan yang terjadi setelah panen. Persentase daya berkecambah benih yang ditanam perbedengan cukup baik yaitu 90.55%. Pada umur 1 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih yang tidak tumbuh.

Pada Tabel lampiran 4, hasil analisis tanah awal di lokasi percobaan menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki pH H2O tanah rata-rata 5.1 (agak masam),

kandungan N total 0.09% (rendah), kandungan P tanah 3.27 ppm (sangat rendah), K tanah 0.21 me/100 g (rendah), KTK 15.52 me/100 g (rendah) dan Al 3.42 me/100 g dan Kejenuhan Al 35.58%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada kondisi seperti ini unsur hara tidak tersedia karena diikat oleh Al, dan pada pH yang rendah kandungan hara mikro seperti Fe, dan Mn cukup tinggi yang menyebabkan N, P dan Mo kurang tersedia bagi tanaman.

Kapur yang digunakan mempunyai daya netralisasi 84.66 % dengan dosis yang diberikan sebesar 2.42 ton/ha. Pupuk kandang ayam yang digunakan mempunyai komposisi seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi unsur hara pupuk kandang ayam yang digunakan dalam penelitian

C N P K Ca Mg

...(%)...

37.36 1.15 2.01 2.50 7.88 0.81

Sumber : Lab. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Varietas Slamet dan varietas Wilis menunjukkan perbedaan secara morfologi namun kedua varietas tersebut menampakkan pertumbuhan yang normal. Dosis pupuk kandang ayam secara alur menghasilkan pertumbuhan tanaman kedelai yang cukup normal dan seragam namun terlihat perbedaan yang sangat signifikan d i antara perlakuan pada kedua varietas. Pemberian pupuk kandang ayam dan kapur secara alur memberikan perubahan terhadap sifat kimia tanah hal ini terlihat dari perubahan pH tanah. Pada pemberian kapur tanpa pupuk kandang ayam, dengan 2 ton pupuk kandang/ha, dengan 4 ton pupuk kandang/ha, dan dengan 6 ton pupuk kandang/ha terjadi perubahan rata-rata pH tanah H2O masing- masing menjadi 6.6, 6.65, 6.8 dan 6.9.

Dari pengamatan terhadap pembungaan, varietas Wilis mencapai pembungaan 75% pada umur 34 hari sedangkan varietas Slamet pada umur 35 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kedua varietas berbunga lebih awal dari umur berbunga yang tercantum dalam deskripsi (Lampiran 2 dan 3) sehingga memperpendek umur panen. Umur panen varietas Slamet pada penelitian ini adalah 85 hari dan varietas Wilis 83 hari. Menurut Pandey (1987) umur tanaman mulai berbunga tergantung pada varietas, panjang hari dan temperatur. Pada saat pengisian biji pada bulan Juni dan Juli intensitas penyinaran semakin tinggi, yang diikuti oleh suhu yang tinggi sehingga mempercepat proses pemasakan biji. Berdasarkan umur panennya, kedelai varietas Slamet dan Wilis digolongkan ke dalam varietas kedelai berumur tengahan karena umur panennya masing- masing ± 87 dan 88 hari (Lampiran 2 dan 3).

Selama pertumbuhan tanaman, hama dan penyakit yang dijumpai antara lain hama pemakan daun Phaedonia inclusa, dan penyakit karat daun yang disebabkan oleh

cendawan. Hama dan penyakit tersebut tidak terlalu menganggu tanaman sehingga penyemprotan hanya dilakukan 3 kali. Insektisida yang digunakan adalah decis dengan konsentrasi 1 ml/l air yang disemprotkan pada pagi hari.

Pertumbuhan Tanaman Tinggi tanaman

Hasil sidik ragam (Tabel lampiran 5) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 MST. Dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan, sedangkan tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Nilai rata-rata tinggi tanaman disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata tinggi tanaman pada berbagai umur pengamatan

Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST Varietas Slamet Wilis ...(cm)... 8.03 19.53 a 41.13 a 8.05 18.34 a 37.99 b Dosis pupuk Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha ...(cm)... 7.71 b 15.53 d 31.97 d 7.95 b 17.60 c 37.04 c 8.08 ab 19.55 b 42.03 b 8.42 a 23.05 a 47.21 a

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Dari Tabel 4 terlihat bahwa pada 6 MST varietas Slamet lebih tinggi 7.63 % dibanding varietas Wilis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan genetik dan morfologi dari kedua varietas tersebut. Kedua varietas kedelai yang ditanam memperlihatkan pertumbuhan yang sesuai dengan deskripsinya (Lampiran 2 dan 3), bahwa varietas Slamet lebih tinggi dari varietas Wilis. Pada 6 MST kedua varietas memasuki fase pertumbuhan berbeda, dimana kedelai varietas Wilis memasuki fase R2 (mulai berbunga penuh). Hal ini menyebabkan pertumbuhan vegetatif

termasuk tinggi tanaman mulai melambat. Pada saat yang sama tanaman varietas Slamet baru memasuki fase R1 (mulai berbunga ). Pada fase R1 translokasi hara dari jaringan untuk pertumbuhan generatif belum besar sehingga pertumbuhan vegetatif termasuk tinggi tanaman, masih terus berlangsung.

Tanaman yang dip upuk kandang ayam 6 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman tanpa pupuk kandang, dipupuk kandang 2 ton/ha, dan d ipupuk kandang 4 ton/ha. Tanaman tanpa pupuk kandang adalah yang terendah ini dapat dijelaskan bahwa pemberian pupuk kandang ayam secara alur menaikkan pH tanah dari 5.05 menjadi 6.6 – 6.9 sehingga penyerapan unsur - unsur hara berlangsung normal dan pertumbuhan vegetatif termasuk tinggi tanaman menjadi lebih baik. Lestari (1982) melaporkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam pada tanah Podsolik akan meningkatkan C-organik tanah, kadar N total, kadar P dan K tersedia dan juga pH tanah. Truog (1961) dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pH tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersedian hara tanaman. Kebanyakan nutrien lebih banyak tersedia dalam nilai pH antara 6.0 - 7.0.

Hasil sidik ragam (Tabel lampiran 5) menunjukkan bahwa kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 8 MST. Pada Tabel 5 terlihat bahwa varietas Slamet yang di pupuk dengan dosis 6 ton/ha lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya, kecuali yang dipupuk dengan dosis 4 ton/ha. Terjadinya interaksi antara varietas Slamet dan dosis pupuk kandang pada umur 8 MST adalah diduga karena pada periode ini tanaman telah memasuki stadia pertumbuhan R3 (mulai berpolong). Pada stadium ini varietas dan dosis pupuk kandang ayam bekerja secara sinergis dalam menentukan pertumbuhan tanaman. Pada masa ini pembongkaran karbonhidrat berlangsung cepat dan membutuhkan suplai hara yang tinggi untuk memberikan energi dan menggantikan cadangan karbohidrat yang hilang.

Tabel 5. Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pup uk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata tinggi tanaman pada umur 8 MST

Varietas Dosis pupuk Slamet Wilis Rata-rata Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha ...(cm) ... 38.90 e 35.32 f 55.11 b 44.11 d 59.64 a 48.29 c 62.18 a 52. 05 b 37.11 c 49.61 b 53.97 a 57.12 a Rata-rata 53.96 a 44.94 b

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Tinggi tanaman kedelai pada umur 8 MST baik varietas Slamet maupun Wilis meningkat secara linear dengan semakin meningkatnya dosis pupuk kandang ayam mengikuti persamaan Y = 7.437x + 35.37 dan R² = 0.84*, tinggi tananan varietas Wilis mengikuti persamaan Y = 5.437x + 31.35 dan R² = 0.95* (Gambar 1). Dari persaman tersebut terlihat bahwa tinggi tanaman kedelai varietas Slamet lebih responsif terhadap pemberian pupuk kandang dengan slope 7.437 dibandingkan dengan Wilis dengan slope 5.437. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tinggi tanaman pada varietas Slamet tidak diberikan pupuk maka tinggi tanaman diduga sebesar 35.37 cm. Nilai 7.437x berarti tinggi tanaman akan meningkat sebesar 7.437 cm jika dosis pupuk ditingkatkan sebesar 1 satuan atau sama dengan 1 ton/ha. Nilai R² = 0.84 menggambarkan variasi pertumbuhan tinggi tanaman varietas Slamet dipengaruhi oleh dosis pupuk kandang ayam sebesar 84 % dan sisanya 16 % dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain.

Y = 5,437x + 31,35 R2 = 0,95 Y = 7,437x + 35,37 R2 = 0,84 0 10 20 30 40 50 60 70 0 2 4 6

Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha)

Tinggi tanaman (cm)

Slamet Wilis

Gambar 1. Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang secara alur terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 8 MST.

Jumlah daun

Hasil sidik ragam Tabel lampiran 5 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 6 dan 8 MST. Dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh sangat nyata pada umur 4, 6 dan 8 MST, sedangkan perlakuan tata letak tanaman berpengaruh nyata pada umur 6 MST. Interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Nilai rata-rata jumlah daun disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa varietas Slamet menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan varietas Wilis. Hal ini berkaitan dengan varietas slamet yang lebih tinggi dari pada varietas wilis sehingga jumlah bukunya lebih banyak dan menyebabkan jumlah daun yang tumbuh pada buku tersebut semakin banyak. Dosis pupuk kandang 6 ton/ha menghasilkan tanaman dengan jumlah daun lebih banyak dari yang dipupuk kandang dengan dosis yang lebih rendah (2 dan 4 ton/ha) dan yang tanpa dipupuk kandang. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan nitrogen semakin tinggi dengan dosis pupuk kandang yang semakin tinggi. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998) pemberian nitrogen dalam jumlah banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang hebat, termasuk jumlah daun, dan warna daun menjadi hijau tua.

Tabel 6. Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata jumlah daun pada berbagai umur pengamatan Perlakuan 4 MST 6 MST 8 MST Varietas Slamet Wilis ...helai... 6.53 12.85 a 16.39 a 6.58 11.73 b 14.94 b Dosis pupuk Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha ...helai... 5.93 c 9.88 d 11.86 d 6.35 b 11.40 c 14.86 c 6.84 a 12.92 b 16.85 b 7.10 a 14.97 a 19.09 a

Tata letak tanaman

Baris tunggal Baris ganda

...helai... 6.51 12.02 b 15.40 b 6.64 12.56 a 16.13 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Sampai dengan umur 2 MST pupuk kandang ayam belum memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal ini karena sampai dengan 2 MST, sebagian energi pertumbuhan kedelai masih menggunakan cadangan makanan yang tersimpan di kotiledon sementara itu pupuk kandang yang digunakan mempunyai C/N rasio 37.6% menunjukkan tingkat dekomposisi yang masih rendah sehingga belum tersedia secara optimum bagi tanaman sampai umur 2 MST.

Jarak tanam hanya mempengaruhi jumlah daun pada 6 MST, dan hal ini menunjukkan adanya kompetisi dalam memperoleh sumber daya air, unsur hara, dan sinar matahari pada jarak tanam yang berbeda sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sedangkan pada umur 8 MST pada kedua tata letak tanaman tidak terlihat perbedaan yang nyata hal ini diduga karena kedua jarak tanaman yang digunakan mempunyai populasi yang sama banyak sehingga kompetisi terjadi tidak secara konsisten diantara kedua jarak tanam, tetapi jarak tanam selalu bersinergi dengan varietas atau pupuk kandang ayam.

Jumlah cabang

Hasil sidik ragam (Tabel lampiran 5) menunjukkan bahwa varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai, sedangkan perlakuan tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang.

Pada Tabel 7 varietas Slamet menghasilkan jumlah cabang yang lebih tinggi 51.02 % dibanding dengan varietas Wilis. Hal ini diduga disebabkan karena faktor genetis kedua varietas. Menurut Pandey (1987) jumlah cabang dipengaruhi oleh varietas. Cabang tanaman berguna dalam meningkatkan hasil panen ketika kerapatan tanaman rendah atau ketika cabang utama rusak. Dosis pupuk kandang ayam 6 ton/ha menghasilkan jumlah cabang terbanyak dan lebih tinggi dibanding dengan tanpa pupuk, pupuk kandang ayam 2 ton/ha dan 4 ton/ha. Hal ini sesuai dengan fungsi dari genotipe x lingkungan = f (faktor pertumbuhan internal x pertumbuhan eksternal). Faktor internal yang berperan dalam hal ini adalah varietas sedangkan faktor eksternal adalah dosis pupuk kandang. Pupuk kandang 6 ton/ha dapat memberikan kandungan hara N, P dan K pada keadaan yang optimal.

Tabel 7. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata jumlah cabang

Perlakauan Jumlah cabang

Varietas

Slamet 2.05 a Wilis 1.04 b

Dosis pupuk kandang

Tanpa pupuk 0.92 c 2 ton/ha 1.33 bc 4 ton/ha 1.65 b 6 ton/ha 2.21 a

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada DMRT 0.05.

Jumlah cabang semakin meningkat dengan penambahan dosis pupuk kandang ayam secara alur mengikuti persamaan linear Y = 0.419x + 0.48 R² =0.98* (Gambar 2). Hal ini disebabkan peningkatan dosis pupuk akan menambah jumlah unsur yang

tersedia dari proses dekomposisi sehingga meningkatkan serapan hara tanaman. Menurut Hardjowigeno (1995) pupuk kandang dapat menyediakan sebagian kebutuhan N tanaman dari hasil perombakannya dan meningkatkan ketersedian hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu, kapasitas tukar kation, kemampuan menahan air, kegiatan biologi tanah dan ketersedian P bagi tanaman yang sebelumnya terjerap kuat oleh Al dan Fe karena bahan organik menjerap Al dan Fe lebih kuat daripada senyawa P.

Y = 0,419x + 0,48 R2 = 0,98 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 2 4 6

Dosis pupuk kandang ayam (ton/ha)

Jumlah cabang

Gambar 2. Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap jumlah cabang kedelai.

Bobot kering daun

Hasil sidik ragam (Tabel lampiran 6) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering daun pada umur 8, 9, 10 MST dan panen. Dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap bobot kering daun pada umur 2, 4, 6, 8, 9, 10 MST. Tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata pada semua umur pengamatan. Tabel 8 menunjukkan bahwa varietas Slamet memberikan bobot kering daun yang lebih tinggi dibanding dengan varietas Wilis. Dosis pupuk kandang ayam 6 ton/ha memberikan bobot kering daun yang lebih tinggi dari perlakuan tanpa dosis pupuk, 2 ton/ha dan 4 ton/ha. Hal ini disebabkan tersedianya kandungan N yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan dosis pupuk kandang ayam. Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang dominan dibanding dengan unsur lain dalam pertumbuhan vegetatif. Namun untuk mencapai pertumbuhan yang optimum harus didukung oleh kecukupan P dan K.

Tabel 8. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata-rata bobot kering daun pada berbagai umur pengamatan

Saat muncul

Perlakuan lapang 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 9 MST 10 MST Panen

Varietas ………(g/tanaman)……….

Slamet 0.06 0.135 0.76 a 2.53 a 4.83 a 6.05 a 4.67 a 1.53 a Wilis 0.05 0.125 0.51 b 2.23 b 3.64 b 4.57 b 3.64 b 1.27 b

Dosis pupuk kandang ...………(g/tanaman)... Tanpa pupuk 0.035 0.104 b 0.437 c 1.348 c 2.11 d 2.46 d 1.77 d 1.08 c 2 ton/ha 0.034 0.126 ab 0.630 bc 2.164 b 3.02 c 3.82 c 2.72 c 1.22 bc 4 ton/ha 0.055 0.136 a 0.752 ab 2.679 b 4.44 b 5.87 b 4.68 b 1.49 b 6 ton/ha 0.061 0.155 a 0.858 a 3.391 a 7.37 a 9.08 a 7.45 a 1.82 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

Pemberian dosis pupuk kadang ayam meningkatkan bobot kering tanaman (daun, batang dan akar). Hal ini sejalan dengan variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang dimana bobot kering tanaman (daun, batang, akar) sangat ditentukan oleh variabel pengamatan (tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun) semakin tinggi variabel ini maka semakin tinggi bobot keringnya hal ini dapat dilihat pada matriks korelasi (Tabel 27), dimana variabel pengamatan pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun) mempunyai hubungan yang nyata dengan bobot kering tanaman (daun, batang dan akar)

Bobot kering batang

Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 8, 9, 10 MST dan panen. Dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 2, 4, 6, 8, 9, 10 MST dan panen. Tata letak tanaman berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 9, 10 MST dan panen.

Tabel 9 menunjukkan bahwa varietas Slamet menghasilkan bobot kering batang yang lebih besar dibanding varietas Wilis pada 8, 10 MST dan panen. Dosis pup uk 6 ton/ha menghasilkan bobot kering batang yang lebih besar dan berbeda nyata dengan semua perlakuan dosis pupuk pada 8, 10 MST dan panen. Baris ganda menghasilkan bobot kering batang yang lebih besar dan berbeda nyata dengan perlakuan baris tunggal.

Tabel 9. Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada berbagai umur pengamatan

Perlakuan Saat muncul 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Panen lapang

Varietas .…...(g/tanaman)...

Slamet 0.016 0.099 0.624 2.60 5.27 a 7.39 a 4.82 a

Wilis 0.015 0.096 0.548 2.462 4.61 b 5.68 b 3.30 b

Dosis pupuk .…...(g/tanaman)...

kandang

Tanpa pupuk 0.011 0.082 b 0.38 c 1.86 c 2.24 d 2.92 d 1.94 d 2 ton/ha 0.013 0.093 b 0.54 bc 2.54 b 3.85c 5.39 c 3.19 c

4 ton/ha 0.014 0.097 ab 0.63 ab 3.13 ab 5.86 b 7.57 b 4.25 b

6 ton/ha 0.022 0.118 a 0.79 a 3.57 a 7.83a 10.30 a 6.86 a

Tata letak .…...(g/tanaman)...

tanaman

Baris tunggal 0.014 0.096 0.648 2.54 4.727 5.76 b 3.72 b Baris ga nda 0.016 0.099 0.552 2.59 5.387 7.31 a 4.40 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan kombinasi varietas dan tata letak tanaman berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang pada umur 9 MST. Kombinasi varietas slamet dan baris ganda memberikan hasil bobot kering batang 33.41 % lebih berat dibanding dengan kombinasi varietas wilis dan baris ganda dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh kombinasi varietas dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada umur 9 MST

Tata letak tanaman Varietas

Baris tunggal Baris ganda

Rata-rata Slamet Wilis ...(g/tanaman)... 6.01 b 8.77 a 5.51 b 5.84 b 7.39 a 5.68 b Rata-rata 5.76 b 7.31 a

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman berpengaruh sangat nyata terhadap

bobot kering batang pada umur 9 MST. Tabel 11 memperlihatkan kombinasi dosis pupuk 6 ton/ha dan baris ganda menghasilkan bobot kering batang 23.02 % lebih besar dibanding dengan kombinasi dosis pupuk 6 ton/ha dan baris tunggal dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena baris ganda (30 cm x 10 cm x 70 cm) adalah kerapatan tanaman yang optimum pada awal pertumbuhan sehingga kompetisi terjadi pada akhir pertumbuhan, kompetisi dapat terjadi antar tanaman (interplant) dalam tubuh tanaman (intraplant). Tata letak tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap komponen pertumbuhan tanaman kedelai, kecuali pada berat kering batang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa faktor lingkungan lain juga mempengaruhi kerapatan tanaman. Menurut Gardner et al. (1991) faktor lingkungan yang utama meliputi (1) penyinaran, (2) kelembaban, dan (3) kesuburan tanah. Keterbatasan faktor- faktor lingkungan tersebut merendahkan kerapatan tanaman yang optimum untuk produksi maksimum.

Tabel 11. Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada umur 9 MST

Tata letak tanaman Dosis pupuk

Baris tunggal Baris ganda

Rata-rata Tanpa pupuk 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha ...(g/tanaman)... 2.96 e 2.88 e 4.64 d 6.17 c 6.53 c 8.54 b 8.96 b 11.64 a 2.92 d 5.41 c 7.54 b 10.30 a Rata-rata 5.77 b 7.31 a

Keterangan : - Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05

Bobot kering akar

Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar pada umur pengamatan 8, 9, 10 MST dan panen. Dosis pupuk kandang ayam secara alur berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar pada umur 2, 4, 6, 8, 9, 10 dan panen. Tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar pada semua umur pengamatan.

Tabel 12 menunjukkan varietas Slamet memberikan hasil bobot kering akar yang lebih besar dan dari varietas Wilis. Hal ini saling berkaitan karena pertumbuhan akar yang lebih banyak pada kedelai varietas slamet akan menambah luas permukaan akar sehingga serapan hara untuk pertumbuhan tajuk meningkat. Menurut Ghulamahdi (1999) jumlah akar yang semakin banyak akan meningkatkan serapan hara daun terutama N, P dan K. Selain itu lebar daun dan jumlah cabang juga akan mempengaruhi bobot kering tajuk .

Dosis pupuk 6 ton/ha memberikan hasil bobot kering akar yang lebih besar dibanding dengan tanpa dosis pupuk, 2 ton dosis pupuk/ha dan 4 ton dosis pupuk/ha pada semua umur pengamatan. Hal diduga pupuk kandang berperan dalam memperbaiki kemampuan tanah mengikat air, mempengaruhi kemantapan agregat tanah, struktur tanah, menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan menghasilkan CO2

serta asam-asam organik yang membantu proses mineralisasi sehingga menyebabkan akar dapat berkembang dengan baik.

Tabel 12. Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap rata- rata bobot kering akar pada berbagai umur pengamatan

Saat muncul

Perlakuan lapang 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 9 MST 10 MST Panen

Varietas ...(g/tanaman)……….

Slamet 0.004 0.053 0.265 0.866 1.61 a 1.85 a 1.95 a 1.67 a Wilis 0.004 0.054 0.256 0.771 1.27 b 1.57 b 1.71 b 1.41 b

Dosis pupuk kandang ...(g/tanaman)……….

Tanpa pupuk 0.004 0.043 b 0.197 b 0.594 c 0.85 c 1.13 d 1.24 d 1.13 c 2 ton/ha 0.004 0.048 b 0.230 b 0.759 bc 1.23 bc 1.47 c 1.61 c 1.42 bc 4 ton/ha 0.004 0.056 ab 0.274 ab 0.871 b 1.50 b 1.79 b 1.91 b 1.64 ab 6 ton/ha 0.005 0.069 a 0.325 a 1.129 a 2.18 a 2.44 a 2.57 a 1.97 a Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Bobot kering kulit polong

Hasil sidik ragam Tabel lampiran 6 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering polong pada umur pengamatan 8, 9, 10 MST, dan panen. Dosis pupuk kandang secara alur berpengaruh sangat nyata pada semua umur pengamatan, sedangkan perlakuan tata letak tanaman berpengaruh tidak nyata pada semua umur pengamatan. Tabel 13 menunjukkan varietas Slamet memberikan hasil bobot kering polong yang lebih besar dan berbeda nyata dengan varietas Wilis. Dosis pupuk 6 ton/ha memberikan hasil yang lebih besar dan berbeda nyata dengan tanpa dosis

Dokumen terkait