• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2006 sampai Juli 2006 yang bertempat di UPTD Pertanian Pengembangan Lahan Kering, Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis tanah, tanaman, pupuk kandang, dan kapur dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain traktor Branson, meteran, sprinkle, timbangan analitik, couter dan oven. Bahan percobaan yang digunakan adalah : benih kedelai varietas Slamet dan Wilis (deskripsi pada Lampiran 2 dan 3), kapur dolomit, pupuk kandang ayam pedaging, pupuk KCl, SP-36, insektisida Decis 2.5 EC dengan bahan aktif Deltametrin 25 g/l, dan Marsha ll 25 ST dengan bahan aktif karbosulfan 25.53%.

Metode Penelitian

Percobaan disusun dengan menggunakan Faktorial 3 faktor dengan rancangan lingkungan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Faktor varietas tanaman kedelai terdiri dari dua jenis varietas yaitu : V1 (Varietas Slamet) dan V2 (Varietas Wilis). Faktor dosis pupuk kandang ayam terdiri dari 4 taraf yaitu : P1 (tanpa dosis pupuk kandang ayam), P2 (2 ton ha?¹ pupuk kandang ayam), P3 (4 ton ha?¹ pupuk kandang ayam) dan P4 (6 ton ha?¹ pupuk kandang ayam). Sedangkan faktor tata letak tanaman yang terdiri 2 taraf yaitu : T1 (Baris tunggal) dan T2 (Baris ganda).

Dengan demikian perlakuan yang dicobakan terdiri dari 16 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali, sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Luas petak satuan percobaan adalah 5 m x 3 m.

Model linier aditif sesuai rancangan yang digunakan menurut Gaspersz (1991) adalah sebagai berikut :

Yijkl = u + K1 + Vi + P j + Tk + (VP)ij + (VT)ik+(PT)jk + (VPT)ijk + eijk

Yijkl = nilai pengamatan dari kelompok ke- l, yang memperoleh taraf ke- i dari faktor V (Varietas), taraf ke-j dari faktor P (Pupuk kandang aya m), dan taraf ke-k

dari faktor T (Tata letak tanaman). u = nilai rata-rata ya ng sesungguhnya

K1 = pengaruh aditif dari kelompok ke-1 (1 = 1, 2, 3)

Vi = pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor V (i = 1, 2) Pj = pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor P (j = 1, 2, 3, 4) Tk = pengaruh aditif dari taraf ke-k faktor T (k = 1, 2)

(VP)ij = pengaruh interaksi taraf ke- i faktor V dan taraf ke-j faktor P

(VT)ik = pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor Varietas dan taraf ke-k dari faktor T

(PT)jk = pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k dari faktor T (VPT)ijk = pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor V, taraf ke-j dari faktor P, dan

taraf ke-k faktor

?ijkl = pengaruh galat yang timbul pada kelompok ke-l yang memperoleh taraf ke-i faktor V, taraf ke-j dari faktor P, dan taraf ke-k faktor T.

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan bila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 0.05. Untuk melihat hubungan dari masing- masing peuba h yang diamati dilakukan uji korelasi. Uji regresi digunakan untuk melihat model hubungan antara perlakuan varietas, pupuk kandang ayam dengan pemb erian cara alur dan tata letak tanaman terhadap peubah yang diamati.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan

Sebelum pengolahan tanah dilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis kondisi tanah awal untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor Branson dan selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran 5 m x 3 m dengan menggunakan cangkul. Setiap petak terdapat saluran drainase dengan kedalaman 20 cm dan lebar 30 cm (antara petak dalam kelompok) dan dengan kedalaman 20 cm dan lebar 50 cm (antara kelompok). Pada akhir penelitian d ilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis pH tanah.

Pemupukan

Pupuk kandang ayam sebelum digunakan dianalisis untuk mengetahui kandungan haranya dan kapur d ianalisis untuk mengetahui daya netralisasi. Pupuk kandang dan kapur diberikan ke bedengan bersaman dua mingggu sebelum penanaman dengan mengikuti alur benih dengan lebar alur 20 cm dan panjang alur 5 m, sehingga terdapat efesiensi pemupukan sebesar 60% dari dosis pupuk yang ditetapkan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk P sebanyak 150 kg SP-36/ha dan pupuk K sebanyak 75 kg KCl/ha. Pupuk dasar diberikan 1 hari sebelum penanaman dengan cara larikan dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.

Penanaman

Untuk mempermudah penanaman dan teraturnya jarak antar baris maka dilakukan pengajiran sebelum tanam. Jarak tanam yang digunakan pada baris tunggal adalah 50 cm x 10 cm dengan populasi 400 000 tanaman/ha dan pada baris ganda 30 cm x 10 cm x 70 cm dengan populasi 400 000 tanaman/ha, kedalaman tanam ± 3 cm dan per lubang d itanam 2 benih. Setiap petak terdapat 6 baris dengan 50 lubang tanam dalam setiap baris. Untuk pencegahan serangan lalat bibit, sebelum penanaman benih kedelai dicampur dengan insektisida Marshall dengan dosis 15 g/kg benih.

Pemeliharaan

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pembumbunan, pengendalian gulma dan hama-penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi tanah dan tingkat curah hujan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan dua kali, yakni pada saat tanaman berumur 3 MST dan pada umur 6 MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2.5 EC , dengan konsentrasi 1 ml/l air yang diberikan tiga kali selama penelitian.

Panen

Pemanenan dilakukan saat tanaman 90% polongnya sudah berubah warna menjadi kecoklatan (stadium R8). Cara panen adalah dengan mencabut tanaman lalu dipotong akarnya dan dikumpulkan sesuai dengan perlakuan. Setelah panen benih dijemur dengan panas sinar matahari sampai mencapai kadar air benih ± 12%.

Pengamatan

Pengamatan meliputi variabel pertumbuhan tanaman kedelai, variabel produksi tanaman kedelai dan variabel pertumbuhan gulma.

Variabel pertumbuhan tanaman

1. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) dengan interval 2 MST, sampai pada umur 8 MST pada 10 tanaman contoh.

2. Jumlah daun dihitung mulai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST), sampai pada umur 8 MST pada 10 tanaman contoh.

3. Jumlah cabang dihitung pada akhir penelitian pada 10 tanaman contoh.

4. Bobot kering tanaman (daun, batang, akar, kulit polong, biji). Diukur pada saat muncul lapang (SML) dan tanaman berumur 2 mingggu setelah tanam dengan interval pengamatan tiap 2 minggu sampai panen. Tiap petak percobaan diambil 1 sampel tanaman yang mewakili dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 24 jam.

5. Bobot basah dan kering bintil akar, pengamatan dilakukan pada waktu tanaman berumur 42 hari pada 4 tanaman sampel yang mewakili.

6. Analisis jaringan tanaman (N, P, K, dan Ca) . Pengamatan dilakukan pada akhir fase vegetatif pada 25 helaian daun tanaman sampel yang mewakili.

Analisis tumbuh dilakukan berdasarkan formula-formula yang dikemukakan oleh Radford (1967) yang meliputi Laju asimilasi bersih (LAB), dan Laju tumbuh relatif (LTR)

a. Laju asimilasi bersih (LAB) adalah laju peningkatan bobot kering bahan tanaman tiap satuan luas daun tiap satuan waktu, dinyatakan secara matematik dengan persamaan :

LAB = (W2 –W1 ) x (lnA2 – lnA1) (g/cm²/hari) (A2 – A1) (t2 – t1)

dengan W1 dan W2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2, dan A1 dan A2 = masing- masing luas daun total pada waktu t1 dan t2 yang diamati secara periodik.

Data luas daun diperoleh dengan mengukur daun dari bahan tanaman yang sama dengan yang dipergunakan untuk pengukuran bobot kering tanaman. Caranya helaian daun kedelai dibuat lingkaran dengan pelubang daun yang berdiameter 0.9 cm atau 1.8 cm. Seluruh daun sampel bentuk lingkaran dihitung jumlahnya (N) kemudian dimasukan ke dalam kantong, dan sisanya dimasukan ke kantong lain. Setelah dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 °C selama 24 jam, kemudian ditimbang sehingga diperoleh bobot daun sampel (Ws) dan bobot daun total (Wt). Perhitungan luas daun secara gravimetrik dilakuk an dengan formula menurut Sitompul dan Guritno (1995) sebagai berikut :

A = Wt N p R² Ws

dengan :

A = luas daun (cm²/tanaman) Ws = bobot sampel daun (g) Wt = bobot total daun (g/tanaman)

N = jumlah daun sampel p = 3.14

R = jari-jari lingkaran daun sampel kedelai (cm).

b. Laju tumbuh relatif (LTR) adalah laju peningkatan bobot kering bahan tanaman tiap satuan bahan tanaman tiap satuan waktu, dinyatakan secara matematik dengan persamaan

LTR = lnW2 – LnW1 (g/g/hari) t2 - t1

dengan W1 dan W2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t1 dan t2 yang diamati secara periodik .

Variabel produksi tanaman

1. Jumlah polong isi per tanaman sampel dihitung pada saat panen 2. Jumlah polong hampa per tanaman sampel dihitung pada saat panen

3. Bobot biji kering per tanaman (g) ditimbang setelah biji dikeringkan dengan kadar air biji ± 12 %.

4 Bobot biji kering per petak (g), ditimbang setelah biji dikeringkan dengan kadar air biji ± 12 %.

4. Bobot 100 butir biji kering (g) yang diambil dari hasil tiap petak panen. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali atau 300 butir biji untuk setiap perlakuan.

Variabel pertumbuhan gulma

Pengamatan terhadap vegetasi gulma dilakukan pada umur 3 dan 6 minggu setelah tanam, pengamatan terhadap gulma pada setiap petak percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan gulma. Analisis dilakukan pada petak contoh dengan menggunakan kuadran yang berukuran 0.5 m x 0.5 m. Data bobot kering gulma diperoleh setelah gulma dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 24 jam. Data vegetasi gulma dianalisis dengan rumus-rumus yang dikembangkan oleh Numata (1982), yaitu sebagai berikut :

a. Kerapatan mutlak (KM) dan kerapatan nisbi (KN)

KM = Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak sampel KN = Jumlah individu spesies gulma tertentu x 100 %

Jumlah individu semua spesies gulma b. Frekuensi mutlak (FM) dan frekuensi nisbi (FN)

FM = jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu

FN = Jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu x 100 % Jumlah semua petak sampel

c. Bobot kering gulma mutlak (BKM) dan bobot kering gulma nisbi (BKN) BKM = Bobot kering semua individu spesies gulma

BKN = Bobot kering semua individu spesies gulma tertentu x 100 % Bobot kering semua individu semua spesies gulma

Berdasarkan hasil analisis vegetasi dapat ditentukan nilai jumlah dominasi dan bobot kering gulma total.

a. Nilai jumlah dominasi (NJD) = KN + FN + BKN 3

b. Bobot kering gulma total diperoleh dengan cara menggabungkan semua bobot kering spesies gulma dalam satu perlakuan.

Dokumen terkait