• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HASIL DAN PEMBAHANSAN

Keadaan Umum Penelitian ... Pertumbuhan Tanaman ... Produksi Tanaman ... Bobot Gulma Total ... Korelasi antara Komponen Pertumbuhan dan Produksi ...

18 18 20 48 52 54

SIMPULAN DAN SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

1 Stadia vegetatif tanaman kedelai ... 6 2 Stadia reproduktif tanaman kedelai ... 6 3 Komposisi unsur hara pupuk kandang ayam yang digunakan dalam

penelitian ... 19 4 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang secara alur terhadap rata-rata

tinggi tanaman pada berbagai umur pengamatan ... 20 5 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang secara alur

terhadap rata-rata tinggi tanamana pada umur 8 MST ... 22 6 Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur

dan tata letak tanaman terhadap rata-rata jumlah daun

pada berbagai umur pengamatan ... 24 7 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam

secara alur terhadap rata-rata jumlah cabang ... 25 8 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur

terhadap rata-rata bobot kering daun pada berbagai umur pengamatan ... 27 9 Pengaruh varietas, dosis pupuk kandang aya m secara alur dan

tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada berbagai

umur pengamatan ... 29 10 Pengaruh kombinasi varietas dan tata letak tanaman terhadap

rata-rata bobot kering batang pada umur 9 MST ... 30 11 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur

dan tata letak tanaman terhadap rata-rata bobot kering batang pada

pada umur 9 MST ... 31 12 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur

terhadap bobot kering akar pada berbagai umur pengamatan ... 32 13 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap

rata-rata bobot kering kulit polong ... 33 14 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap

rata-rata bobot kering biji ... 34 15 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap

rata-rata bobot bintil akar segar ... 39 16 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata

tanaman terhadap rata-rata laju tumbuh relatif (LTR)

pada umur 2-4 MST dan 6-8 MST ... 43 19 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur

terhadap rata-rata kandungan N daun ... 45 20 Pengaruh kombinasi varietas, dosis pupuk kandang ayam secara

alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan P daun ... 46 21 Pengaruh kombinasi varietas, dosis pupuk kandang ayam secara

alur dan tata letak tanaman terhadap rata-rata kandungan K daun ... 47 22 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur

terhadap rata-rata kandungan Ca daun ... 48 23 Pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur

terhadap rata-rata jumlah polong isi, bobot kering biji pertanaman,

bobot kering biji perpetak dan bobot 100 biji kering ... 49 24 Nisbah dominasi total beberapa spesies gulma pada umur 3 MST ... 52 25 Nisbah dominasi total beberapa spesies gulma pada umur 6 MST ... 53 26 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap

rata-rata bobot kering gulma total pada umur 3 dan 6 MST ... 54 27 Matrik korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi pada

Halaman

1 Pengaruh kombinasi varietas dan dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 8 MST ...

23 2 Pengaruh dosis pupuk kandang ayam secara alur terhadap

jumlah cabang kedelai ... 26 3 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet ... 36 4 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis ... 36 5 Partisi bahan kering ke organ dengan tanpa pupuk kandang ... 37 6 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 2 ton/ha ... 37 7 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 4 ton/ha ... 38 8 Partisi bahan kering ke organ dengan pupuk kandang ayam 6 ton/ha ... 38 9 Pengaruh kombinasi dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap laju asimilasi bersih (LAB) pada umur 2-4 MST ... 42 10 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap

laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST ... 44 11 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap

bobot kering biji per tanaman ... 51 12 Pengaruh dosis pupuk kandang secara alur terhadap

Halaman

1 Denah petak percobaan ... 63 2 Deskripsi varietas slamet ... 64 3 Deskripsi varietas wilis ... 65 4 Jenis contoh tanah di lokasi penelitian Desa Singabraja Kec. Tenjo

Kab. Bogor ... 66 5 Rekapitulasi sidik ragam komponen pertumbuhan tanaman

pada berbagai umur pengamatan ... 67 6 Rekapitulasi sidik ragam bobot kering tanaman (daun, batang, akar,

kulit polong dan biji) pada berbagai umur pengamatan ... 68 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah dan kering bintil

akar tanaman kedelai ... 69 8 Rekapitulasi hasil sidik ragam laju asimilasi bersih (LAB) dan

laju tumbuh relatif (LTR) pada umur 2-4 MST dan 6-8 MST ... 69 9 Rekapitulasi hasil sidik ragam kandungan

N, P, K dan Ca daun tanaman kedelai ... 69 10 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen produksi tanaman kedelai ... 70 11 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot kering gulma total pada umur

3 MST dan 6 MST ... 70 12 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet ... 71 13 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis ... 71 14 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan

tanpa pupuk kandang ... 71 15 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang

2 ton/ha ... 71 16 Partisi bahan kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang

4 ton/ha ... 72 17 Partisi ba han kering ke organ varietas Slamet dengan pupuk kandang

6 ton/ha ... 72 18 Partisi bahan kering ke organ varietas Wilis dengan

tanpa pupuk kandang ... 73

4 ton/ha ... 73 21 Partisi ba han kering ke organ varietas Wilis dengan pupuk kandang

6 ton/ha ... 73

22 Jumlah curah hujan pada periode 10 harian dan temperatur

di lokasi penelitian pada tahun 2006 ...

74

23 Temperatur rata-rata harian pada bulan April, Mei, Juni dan Juli 2006 ...

Kedelai (Glycine max (L) Merr) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dalam penyedian bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri (Silitonga et al. 1996). Sebagai bahan pangan yang penting, kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein dan lemak yang memadai. Dalam 100 g kedelai kering terkandung 35 g protein, 18 g lemak, 32 g karbohidrat, 4 g serat serta air. Minyak kedelai kaya akan vitamin E (Westphal dan Jansen 1993).

Peningkatan produksi kedelai di Indonesia belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan masyarakat dan industri sehingga jumlah impor kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Permintaan kedelai untuk konsumsi dalam negeri meningkat, pada tahun 2001 mencapai 1.962.163 ton, namun produksi di dalam negeri terus menurun yaitu sebesar 1.36 juta ton pada tahun 1997 dan menurun menjadi 826.932 ton pada tahun 2001. Produk tivitas kedelai Nasional 3 tahun terakhir terjadi peningkatan sebesar 3.75% atau 1.3 ton/ha dengan total produksi 0.8 juta ton/tahun sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 2.5 sampai 3.0 ton/ha. Namun kenaikan ini tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 2 juta ton/tahun sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri Indonesia harus melakukan impor pada tahun 2005 sebesar 1.2 juta ton (Departemen Pertanian 2006).

Untuk mengurangi ketergantungan kepada impor, usaha menuju peningkatan produksi kedelai perlu terus diupayakan. Peningkatan produksi dapat ditempuh melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Faktor luar seperti iklim, tanah, pengelolaan, serta hama dan penyakit tanaman merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai selain faktor dalam yaitu varietas tanaman.

Perluasan areal tanam sangat dimungkinkan untuk lahan di luar Pulau Jawa. Namun, perluasan areal tanam di luar Pulau Jawa ini menghadapi kendala tanah yang bereaksi masam. Sebagian besar tanah masam ini tergolong Podsolik Merah Kuning (Ultisol) yang luasnya me ncapai 38.437.000 ha. Podsolik Merah Kuning merupakan

salah satu tanah marginal untuk tanaman pangan (Pusat Penelitian Tanah 1981, dalam Nyakpa et al. 1988).

Menurut Mookherji dan Floyd (1991) hambatan pada tanah masam antara lain keracunan Al, kekurangan unsur P, dan terhambatnya bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman. Hambatan atau kendala tersebut dapat diatasi antara lain dengan pengapuran, pemupukan, penambahan bahan organik , dan penggunaan varietas-varietas yang toleran tanah masam.

Penggunan varietas Slamet yang to leran dan Wilis yang agak toleran pada tanah masah merupakan salah satu strategi dalam peningkatan produksi kedelai sehingga diharapkan dapat mengurangi input penggunan kapur dan pupuk kandang yang digunakan untuk menetralisir tingkat kemasaman tanah. Me nurut penelitian Muhidin (2000) kedelai varietas slamet yang toleran tidak mengalami penurunan produksi pada bobot 100 butir biji dan bobot biji per tanaman sedangkan pada kedelai pembanding varietas wilis tidak mengalami penurunan produksi secara nyata pada kondisi cekaman Al rendah (setera pemberian kapur 1.0 Al dd).

Pemberian kapur dan pupuk kandang dilaporkan sangat diperlukan untuk memperbaiki pertumbuhan dan dapat meningkatkan hasil kedelai pada lahan marginal masam, karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian pupuk TSP dan KCl dosis sedang (75 kg/ha dan 100 kg/ha) yang dikombinasikan dengan kapur (500 kg/ha) serta pupuk kandang 10 ton ha akan memberikan hasil tertinggi pada musim kemarau, dan pada musim penghujan peningkatan takaran pupuk TSP dan KC l cenderung menurunkan hasil (Jalid dan Kari 1994 ). Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan hasil dan ukuran biji kedelai sebagai akibat pertumbuhan tanaman yang lebih baik (Melati 1990). Pertumbuhan serta peningkatan produksi tanaman kedelai akan lebih baik bila diimbangi dengan pemupukan dengan pupuk organik dan anorganik pada pH tanah sekitar 6.0 dan 6.8 (Scott dan Aldrich 1970).

Penempatan pupuk di sekitar tanaman budidaya bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman tersebut. Pupuk yang diletakkan kurang tepat, terlalu jauh, atau te rlalu dekat dengan tanaman budidaya dapat berakibat negatif. Pupuk yang diletakan terlalu dekat dengan tanaman budidaya dapat mengakibatkan plasmolisis.

Sebaliknya, apabila terlalu jauh dari tanaman budidaya, maka pupuk menjadi tidak efektif. Karena itu, penempatan pupuk membutuhkan ketelitian dan kesungguhan untuk mencapai hasil yang maksimal dengan jumlah pupuk yang efisien (Moenandir 2004).

Usaha lain dalam peningkatan produksi tanaman kedelai dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam dan ruang tumbuh sehingga diperoleh populasi tanaman yang optimum. Hal ini erat hubungannya dengan kebutuhan cahaya, sehingga perbedaan jarak tanam antar dan dalam barisan akan mempengaruhi pertumbuhan kedelai.

Pengaturan jarak tanam adalah salah satu teknik budidaya yang berpengaruh terhadap tingkat hasil yang dicapai karena pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi lingkungan fisik baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk daerah kering penggunaan jarak tanam lebar akan menyebabkan timbulnya udara panas dan kering di sekitar pertanaman sehingga terjadi kenaikan transpirasi. Pada jarak tanam sempit persediaan air banyak digunakan untuk transpirasi pada awal musim tanam, yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman air pada masa pertumbuhan selanjutnya (Fukai dan Foale 1988).

Kondisi pertumbuhan yang baik dan populasi optimum, memungkinkan perkembangan cabang pada batang bagian bawah. Pada populasi tinggi, batang utama cenderung memanjang, percabangan kurang dan jumlah polong juga berkurang (Tagaki dan Sumadi 1984).

Taylor (1980) mengemukakan bahwa hasil kedelai cenderung meningkat dengan populasi tinggi untuk tanah yang ketersediaan airnya kurang. Selanjutnya kedelai lebih responsif terhadap populasi tinggi pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur dan tata letak tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara varietas, dosis pupuk kandang secara alur dan tata letak tanaman yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

Hipotesis

1. Terdapat varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur, dan atau tata letak tanaman tertentu yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang lebih baik.

2. Terdapat interaksi antara varietas, dosis pupuk kandang ayam secara alur, dan tata letak tanaman yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang lebih baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang penting karena kedelai banyak mengandung protein, lemak, dan vitamin. Di Indonesia protein kedelai digunakan sebaga i sumber protein nabati.

Kedelai mempunyai hasil rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan padi, tetapi jumlah protein yang dihasilkan tiap hektar lebih tinggi. Dengan hasil rata- rata 0.8 ton biji kering tiap hektar, kedelai menghasilkan 320 kg protein, sedangkan padi dengan hasil 3.0 ton tiap hektar hanya menghasilkan 210 kg protein dan jagung dengan hasil 2.5 ton tiap ha menghasilkan 225 kg protein (Sumarno dan Hartono 1983).

Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian 40- 50 cm. Tipe pertumbuhan dibedakan atas 3 tipe yaitu determinat, semi determinat, dan indeterminat. Jumlah cabang tergantung jenis kultivar dan lingkungan tumbuhnya. Percabangan kedelai dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan seperti panjang hari, jarak tanam, dan kesuburan tanah (Hidayat 1985).

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan drainase tanah cukup baik dan air cukup tersedia selama pertumbuhan. Pada tanah jenis Alluvial, Regosol, dan Grumosol atau Latosol kedelai dapat tumbuh dengan baik. Kedelai masih dapat tumbuh di tanah yang agak masam, akan tetapi pada pH yang terlalu rendah dapat terjadi keracunan Al dan Fe. Nilai pH yang cocok berkisar 5.8-7.0 (Sumarno dan Hartono 1983).

Kedelai merupakan tanaman daerah iklim sedang, tetapi dapat tumbuh di daerah tropis. Kedelai dapat tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. Kisaran suhu minimum untuk pertumbuhan adalah 10 °C dan suhu maksimum 27-30 °C. Curah hujan yang cocok bagi pertumbuhan kedelai berkisar antara 100-200 mm/bulan.

Pertumbuhan tanaman kedelai dapat dibagi menjadi 2 stadia yaitu stadia vegetatif dan reproduktif. Uraian stadia vegetatif dan reproduktif dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Stadia vegetatif tanaman kedelai

Stadium Tingkatan Stadium Uraian

VE Stadium pemunculan Kotiledon muncul dari dalam tanah VC Stadium kotiledon Daun unifoliat berkembang

V1 Stadium buku pertama Daun terurai pada buku unifoliat

V2 Stadium buku ke dua Daun bertiga yang terurai penuh pada buku diatas buku unifoliate

V3 Stadium buku ke ketiga Tiga buah buku pada batang utama dengan daun terurai penuh Vn Stadium buku ke -n n buku pada batang utama dengan daun terurai penuh

Sumber Hidayat (1985)

Tabel 2. Stadia reproduktif tanaman kedelai

Stadium Tingkatan Stadium Uraian

R1 Mulai berbunga Bungan terbuka pertama pada buku manapun di buku utama R2 Berbunga penuh Bunga terbuka pada salah satu dari dua buku teratas pada

batang utama dengan daun terbuka penuh

R3 Mulai berpolong Polong sepanjang 5 mm pada salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R4 Berpolong penuh Polong sepanjang 2 cm pada salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R5 Mulai berbiji Biji sebesar 3 mm dalam polong di salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka

R6 Berbiji penuh Polong berisi satu biji hijau di salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R7 Mulai matang Satu polong pada batang utama telah mencapai warna polong matang

R8 Matang penuh 95% polong telah mencapai warna polong matang

Varietas Tanaman

Tingkat hasil tanaman ditentukan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air dan pengelolaan tanaman. Tingkat hasil yang diperoleh biasanya bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan tumbuh (Kasim dan Djunainah 1993).

Penggunaan jenis varietas yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi hasil yang juga berbeda. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang ada dibedakan menjadi varietas genjah yang berumur kurang dari 80 hari, varietas sedang berumur 81-89 hari dan varietas dalam berumur lebih dari 90 hari (Adisarwanto dan Wudianto 1998).

Kedelai varietas Slamet adalah kedelai yang berdaya hasil tinggi yang merupakan hasil persilangan dempo x wilis dengan nomor galur T33. Tipe pertumbuhan determinate. Umur panen kedelai varietas slame t adalah 87 hari, umur berbunga 37 hari, dengan produksi 2.26 ton/ha (Sunarto 1996).

Kedelai varietas Wilis merupakan kedelai hasil persilangan antara kedelai varietas orba dan varietas No.1682. Umur panen kedelai varietas wilis adalah 88 hari dengan umur berbunga 36 hari. Tipe pertumbuhan determinat, batang kokoh dan tahan rebah. Tinggi kedelai varietas ini adalah 40-50 cm dengan hasil rata-rata 1.6 ton/ha biji kering (Rukmana dan Yunarsih 1996).

Manfaat Bahan Organik

Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara dalam keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik serta untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang terangkut bersama hasil dan limbah tanaman (Murni dan Faodji 1990).

Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh reaksi-reaksi kimia tanah terutama oleh pH tanah. Efesiensi dari pemupukan tergantung dari beberapa faktor, di antaranya, jenis tanah (sebagai media tempat tumbuh yang paling dominan pengaruhnya) dan jenis pupuk dalam zona perakaran (Waard 1975).

Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang cukup dikenal. Menurut Suwarjo dalam Erfandi et al. (2001) bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah. Pupuk kandang yang dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam.

Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Thorne 1979). Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu sama lain. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai faktor seperti takaran pupuk, jenis pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam mengandung N, P, K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang ayam mengandung 65.8 kg N/ton, 13.7 kg P/ton, dan 12.8 kg K/ton serta memiliki kelembaban nisbih C/N yang rendah. Kelembaban yang rendah serta nisbah C/N yang kecil mempercepat mineralisasi dan mempersempit depresi nitrat dalam tanah, sehingga ketersediaan unsur hara yang didapat dari kotoran ayam lebih cepat dari pada pupuk kandang lainnya (Manan 1992).

Peranan pupuk kandang terhadap tanah adalah : (1) memperbaiki kemampuan tanah menyimpan air, (2) memperbaiki struktur tanah, (3) memperbaiki nilai tukar kation (4) mempengaruhi kemantapan agregat tanah (5) menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, (6) menghasilkan banyak CO2 dan asam-asam organik yang

membantu mineralisasi, dan menaikkan suhu tanah (Mc Calla 1975).

Tingkat kesuburan tanah sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dari ketiga parameter kesuburan tanah tersebut, sifat fisik tanah sangat menentukan kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, upaya perbaikan sifat- sifat fisik tanah sekaligus mengupayakan perbaikan sifat-sifat kimia tanah dengan pemberian bahan organik (Olk et al. 2000).

Dari segi fisik bahan organik dapat memperbaiki agregat tanah, aerasi dan perkolasi, serta merangsang pembentukan struktur tanah lebih remah dan mudah diolah. Perombakan bahan organik oleh jasad renik akan mempercepat terbentuknya humus. Humus yang berinteraksi dengan partikel tanah akan membentuk granulasi dan menjadi pengikat antar partikel tanah (Erfandi et al. 2001). Selanjutnya menurut Abdurrahman et al. 2000) dari segi kesuburan tanah, pemberian bahan organik mempunyai manfaat ganda, yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan organik juga merupakan sumber hara yang cukup potensial walaupun kadarnya relatif kecil. Bahan organik sebagai komponen massa padat tanah mempengaruhi sifat fisik maupun kimia tanah.

Secara kimia, bahan organik meningkatkan kapasitas tukar kation, kapasitas menahan air, sehingga mampu mendetoksifikasi elemen-elemen dan dan senyawa beracun seperti pestisida. Bahan organik juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan hara tanah terutama kandungan N dan S. Selain itu berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan akar tanaman. Secara biologi, bahan organik merupakan sumber makanan dan energi utama bagi organisme tanah. Populasi mikroorganisme tanah akan menurun seiring dengan penurunan kandungan bahan organik tanah. Tanpa kehadiran mikroorganisme tanah reaksi-reaksi biokimia akan terhenti (Tan 2000).

Tata Letak Tanaman

Dengan makin sempitnya lahan pertanian, maka arti produksi tiap satuan luas menjadi sangat penting. Produksi tiap satuan luas atau daya hasil maksimum suatu tanaman ditentukan oleh sifat genetik tanaman dan interaksi antara tanaman dengan faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembaban, keadaan tanah, ketersediaan CO2,

serta bio tik seperti interaksi antar tanaman sejenis (intraspesifik). Daya hasil maksimum didapat pada populasi tanaman yang optimum.

Tata letak tanaman menentukan populasi tanaman dan ruang tumbuh dalam satu areal. Oleh sebab itu, penentuan tata letak tanaman atau jarak tanam merupakan tindakan agronomi yang penting dalam rangka meningkatkan produksi persatuan luas.

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, sehingga dapat mempengaruhi hasil (Suprapto 1985).

Hasil maksimum suatu tanaman akan tercapai bila tanaman tersebut diatur secara berjaraksama, karena dengan cara demikian maka akan didapat keseragaman dalam persaingan. Menurut Donavan et al. (1963) kedelai yang ditanam dengan jarak antar- baris yang lebih lebar memberikan hasil dengan kandungan minyak yang lebih tinggi daripada kedelai yang ditanam dengan jarak antar-baris yang lebih sempit.

Jarak tanam yang rapat dapat menekan pertumbuhan gulma, akibat permukaan tanah segera tertutup oleh tajuk tanaman (Sumarno dan Hartono 1983). Selanjutnya menurut (Sumarlin dan Rachman 1990) jumlah tanaman akan mempengaruhi produksi per satuan luas, karena jumlah tanaman mempengaruhi dalam hal persaingan air, unsur hara, CO2 dan cahaya. Persaingan ini relatif kecil pada keadaan jumlah tanaman

Dokumen terkait