• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang penting karena kedelai banyak mengandung protein, lemak, dan vitamin. Di Indonesia protein kedelai digunakan sebaga i sumber protein nabati.

Kedelai mempunyai hasil rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan padi, tetapi jumlah protein yang dihasilkan tiap hektar lebih tinggi. Dengan hasil rata- rata 0.8 ton biji kering tiap hektar, kedelai menghasilkan 320 kg protein, sedangkan padi dengan hasil 3.0 ton tiap hektar hanya menghasilkan 210 kg protein dan jagung dengan hasil 2.5 ton tiap ha menghasilkan 225 kg protein (Sumarno dan Hartono 1983).

Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian 40- 50 cm. Tipe pertumbuhan dibedakan atas 3 tipe yaitu determinat, semi determinat, dan indeterminat. Jumlah cabang tergantung jenis kultivar dan lingkungan tumbuhnya. Percabangan kedelai dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan seperti panjang hari, jarak tanam, dan kesuburan tanah (Hidayat 1985).

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan drainase tanah cukup baik dan air cukup tersedia selama pertumbuhan. Pada tanah jenis Alluvial, Regosol, dan Grumosol atau Latosol kedelai dapat tumbuh dengan baik. Kedelai masih dapat tumbuh di tanah yang agak masam, akan tetapi pada pH yang terlalu rendah dapat terjadi keracunan Al dan Fe. Nilai pH yang cocok berkisar 5.8-7.0 (Sumarno dan Hartono 1983).

Kedelai merupakan tanaman daerah iklim sedang, tetapi dapat tumbuh di daerah tropis. Kedelai dapat tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. Kisaran suhu minimum untuk pertumbuhan adalah 10 °C dan suhu maksimum 27-30 °C. Curah hujan yang cocok bagi pertumbuhan kedelai berkisar antara 100-200 mm/bulan.

Pertumbuhan tanaman kedelai dapat dibagi menjadi 2 stadia yaitu stadia vegetatif dan reproduktif. Uraian stadia vegetatif dan reproduktif dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Stadia vegetatif tanaman kedelai

Stadium Tingkatan Stadium Uraian

VE Stadium pemunculan Kotiledon muncul dari dalam tanah VC Stadium kotiledon Daun unifoliat berkembang

V1 Stadium buku pertama Daun terurai pada buku unifoliat

V2 Stadium buku ke dua Daun bertiga yang terurai penuh pada buku diatas buku unifoliate

V3 Stadium buku ke ketiga Tiga buah buku pada batang utama dengan daun terurai penuh Vn Stadium buku ke -n n buku pada batang utama dengan daun terurai penuh

Sumber Hidayat (1985)

Tabel 2. Stadia reproduktif tanaman kedelai

Stadium Tingkatan Stadium Uraian

R1 Mulai berbunga Bungan terbuka pertama pada buku manapun di buku utama R2 Berbunga penuh Bunga terbuka pada salah satu dari dua buku teratas pada

batang utama dengan daun terbuka penuh

R3 Mulai berpolong Polong sepanjang 5 mm pada salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R4 Berpolong penuh Polong sepanjang 2 cm pada salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R5 Mulai berbiji Biji sebesar 3 mm dalam polong di salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka

R6 Berbiji penuh Polong berisi satu biji hijau di salah satu dari 4 buku teratas pada batang utama dengan daun terbuka penuh

R7 Mulai matang Satu polong pada batang utama telah mencapai warna polong matang

R8 Matang penuh 95% polong telah mencapai warna polong matang

Varietas Tanaman

Tingkat hasil tanaman ditentukan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air dan pengelolaan tanaman. Tingkat hasil yang diperoleh biasanya bervariasi tergantung kepada faktor lingkungan tumbuh (Kasim dan Djunainah 1993).

Penggunaan jenis varietas yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi hasil yang juga berbeda. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang ada dibedakan menjadi varietas genjah yang berumur kurang dari 80 hari, varietas sedang berumur 81-89 hari dan varietas dalam berumur lebih dari 90 hari (Adisarwanto dan Wudianto 1998).

Kedelai varietas Slamet adalah kedelai yang berdaya hasil tinggi yang merupakan hasil persilangan dempo x wilis dengan nomor galur T33. Tipe pertumbuhan determinate. Umur panen kedelai varietas slame t adalah 87 hari, umur berbunga 37 hari, dengan produksi 2.26 ton/ha (Sunarto 1996).

Kedelai varietas Wilis merupakan kedelai hasil persilangan antara kedelai varietas orba dan varietas No.1682. Umur panen kedelai varietas wilis adalah 88 hari dengan umur berbunga 36 hari. Tipe pertumbuhan determinat, batang kokoh dan tahan rebah. Tinggi kedelai varietas ini adalah 40-50 cm dengan hasil rata-rata 1.6 ton/ha biji kering (Rukmana dan Yunarsih 1996).

Manfaat Bahan Organik

Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara dalam keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik serta untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang terangkut bersama hasil dan limbah tanaman (Murni dan Faodji 1990).

Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh reaksi-reaksi kimia tanah terutama oleh pH tanah. Efesiensi dari pemupukan tergantung dari beberapa faktor, di antaranya, jenis tanah (sebagai media tempat tumbuh yang paling dominan pengaruhnya) dan jenis pupuk dalam zona perakaran (Waard 1975).

Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang cukup dikenal. Menurut Suwarjo dalam Erfandi et al. (2001) bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah. Pupuk kandang yang dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam.

Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Thorne 1979). Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu sama lain. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai faktor seperti takaran pupuk, jenis pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam mengandung N, P, K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang ayam mengandung 65.8 kg N/ton, 13.7 kg P/ton, dan 12.8 kg K/ton serta memiliki kelembaban nisbih C/N yang rendah. Kelembaban yang rendah serta nisbah C/N yang kecil mempercepat mineralisasi dan mempersempit depresi nitrat dalam tanah, sehingga ketersediaan unsur hara yang didapat dari kotoran ayam lebih cepat dari pada pupuk kandang lainnya (Manan 1992).

Peranan pupuk kandang terhadap tanah adalah : (1) memperbaiki kemampuan tanah menyimpan air, (2) memperbaiki struktur tanah, (3) memperbaiki nilai tukar kation (4) mempengaruhi kemantapan agregat tanah (5) menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, (6) menghasilkan banyak CO2 dan asam-asam organik yang

membantu mineralisasi, dan menaikkan suhu tanah (Mc Calla 1975).

Tingkat kesuburan tanah sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dari ketiga parameter kesuburan tanah tersebut, sifat fisik tanah sangat menentukan kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, upaya perbaikan sifat- sifat fisik tanah sekaligus mengupayakan perbaikan sifat-sifat kimia tanah dengan pemberian bahan organik (Olk et al. 2000).

Dari segi fisik bahan organik dapat memperbaiki agregat tanah, aerasi dan perkolasi, serta merangsang pembentukan struktur tanah lebih remah dan mudah diolah. Perombakan bahan organik oleh jasad renik akan mempercepat terbentuknya humus. Humus yang berinteraksi dengan partikel tanah akan membentuk granulasi dan menjadi pengikat antar partikel tanah (Erfandi et al. 2001). Selanjutnya menurut Abdurrahman et al. 2000) dari segi kesuburan tanah, pemberian bahan organik mempunyai manfaat ganda, yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan organik juga merupakan sumber hara yang cukup potensial walaupun kadarnya relatif kecil. Bahan organik sebagai komponen massa padat tanah mempengaruhi sifat fisik maupun kimia tanah.

Secara kimia, bahan organik meningkatkan kapasitas tukar kation, kapasitas menahan air, sehingga mampu mendetoksifikasi elemen-elemen dan dan senyawa beracun seperti pestisida. Bahan organik juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan hara tanah terutama kandungan N dan S. Selain itu berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan akar tanaman. Secara biologi, bahan organik merupakan sumber makanan dan energi utama bagi organisme tanah. Populasi mikroorganisme tanah akan menurun seiring dengan penurunan kandungan bahan organik tanah. Tanpa kehadiran mikroorganisme tanah reaksi-reaksi biokimia akan terhenti (Tan 2000).

Tata Letak Tanaman

Dengan makin sempitnya lahan pertanian, maka arti produksi tiap satuan luas menjadi sangat penting. Produksi tiap satuan luas atau daya hasil maksimum suatu tanaman ditentukan oleh sifat genetik tanaman dan interaksi antara tanaman dengan faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembaban, keadaan tanah, ketersediaan CO2,

serta bio tik seperti interaksi antar tanaman sejenis (intraspesifik). Daya hasil maksimum didapat pada populasi tanaman yang optimum.

Tata letak tanaman menentukan populasi tanaman dan ruang tumbuh dalam satu areal. Oleh sebab itu, penentuan tata letak tanaman atau jarak tanam merupakan tindakan agronomi yang penting dalam rangka meningkatkan produksi persatuan luas.

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, sehingga dapat mempengaruhi hasil (Suprapto 1985).

Hasil maksimum suatu tanaman akan tercapai bila tanaman tersebut diatur secara berjaraksama, karena dengan cara demikian maka akan didapat keseragaman dalam persaingan. Menurut Donavan et al. (1963) kedelai yang ditanam dengan jarak antar- baris yang lebih lebar memberikan hasil dengan kandungan minyak yang lebih tinggi daripada kedelai yang ditanam dengan jarak antar-baris yang lebih sempit.

Jarak tanam yang rapat dapat menekan pertumbuhan gulma, akibat permukaan tanah segera tertutup oleh tajuk tanaman (Sumarno dan Hartono 1983). Selanjutnya menurut (Sumarlin dan Rachman 1990) jumlah tanaman akan mempengaruhi produksi per satuan luas, karena jumlah tanaman mempengaruhi dalam hal persaingan air, unsur hara, CO2 dan cahaya. Persaingan ini relatif kecil pada keadaan jumlah tanaman

optimum, sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal

Populasi tinggi dan jarak antara baris sempit mengakibatkan tanaman kedelai mudah rebah karena bertambah tingginya tanaman yang disebabkan oleh perpanjangan ruas (Beave r dan Johnson 1981)

Taylor (1980) mengemukakan bahwa keuntungan potensial jarak yang lebih rapat tergantung ketersediaan air tanah selama pertumbuhan. Hasil kedelai cenderung meningkat dengan populasi tinggi untuk tanah yang ketersediaan airnya kurang. Selanjutnya kedelai lebih responsif terhadap populasi tinggi pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah.

Dokumen terkait