• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategy of Improvement Advertising Revenue Income Tax In Bogor Regency.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategy of Improvement Advertising Revenue Income Tax In Bogor Regency."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PENERIMAAN

PAJAK REKLAME DIKABUPATEN BOGOR

INDAH AYU SULVIANE

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Dengan ini saya melimphakan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor,

Indah Ayu Sulviane

(3)

RINGKASAN

INDAH AYU SULVIANE. Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HARIANTO dan DEDI BUDIMAN HAKIM

Kabupaten Bogor mempunyai letak yang sangat strategis, sebagai daerah penyangga (buffer zone) dan penyeimbang (counter magnet) ibukota Jakarta. Tumbuh dan berkembang aktivitas sosial ekonomi yang potensial dan prospektik. Kegiatan pembangunan di Kabupaten Bogor akan semakin meningkat yang berarti dana yang harus dihimpun oleh Pemerintah Kabupaten Bogor harus semakin banyak, sehingga dibutuhkan penggalian dan pengembangan daerah dan sumber-sumber pendapatan potensial guna menunjang pelaksanaan program pembangunan untuk mencukupi semua kebutuhan daerah.

Untuk meningkatkan penerimaan, pemerintah daerah perlu mengetahui potensi pajak daerah. Potensi pajak tidak selalu tercermin dalam realisasi penerimaan pajak. Potensi dan realisasi penerimaan pajak dihubungkan oleh sistem dan prosedur pendapatan daerah. Sebaik apapun sistem dan prosedur pendapatan daerah, apabila potensi pajak tidak dihitung secara tepat maka realisasi penerimaan tidak akan optimal.

Dari hasil perhitungan terhadap trend pertumbuhan realisasi pajak daerah di Kabupaten Bogor ada 3 jenis pajak daerah yang menempati urutan teratas dalam rata-rata pertumbuhan realisasi yaitu Pajak Parkir (45, 33 %) , Pajak Reklame (27,45%) dan Pajak Hotel (17,89%). Ini merupakan trend yang cukup positif bagi Kabupaten Bogor. Tetapi trend positif ini tentunya sangat dipengaruhi oleh potensi pajak daerah yang masih harus di gali dan dimaksimalkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor sehingga perlu dilakukan kajian strategi peningkatan penerimaan pendapatan dari pajak reklame di Kabupaten Bogor.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis bagaimana meningkatkan pajak reklame di Kabupaten Bogor agar dapat menunjang pembiayaan penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan dan untuk menjawab tujuan utama tersebut, maka tujuan khusus dari kajian ini adalah menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi potensi penerimaan pajak reklame, mengkaji manajemen penyelengaraan pajak reklame yang dilaksanakan, menganalisis persepsi wajib pajak terhadap pajak reklame dan menyusun strategi peningkatan pendapatan pajak reklame di Kabupaten Bogor.

Data yang digunakan adalah data sekunder times series. Data dianalisis secara deskriftif kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak reklame. Metode analisis yang digunakan adalah metode Regresi, perhitungan Efisiensi dan Efektivitas pajak. Sedangkan untuk perancangan program penelitian ini menggunakan Analisis IFE, EFE dan IE, Analisis SWOT dan Analisis QSPM.

(4)

terlihat baik dan semakin kecil rasio efisiensi mengandung arti bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Bogor untuk pemungutan pajak reklame semakin baik. Berdasarkan tabel uji parsial, anggaran, jumlah pegawai, peraturan dan wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak reklame pada taraf nyata 10%. Hal ini dikarenakan nilai p lebih kecil dari 0,1 sehingga tolak H0.

Kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam melakukan pendataan potensi pajak reklame yaitu kurangnya data yang akurat karena keterbatasan kemampuan aparat pemerintah daerah serta masih kurang nya kesadaran masyarakat. Dengan harapan bahwa bahwa pelayanan pemungut pajak yang dilakukan kepada WP harus lebih baik dan perlunya ada kepastian hukum dalam pengelolaan pajak reklame.

Rancangan Kebijakan dan strategi peningkatan pendapatan pajak reklame di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut 1) melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat; 2) membangun sistem data yang valid dan akurat; 3) memberikan reward/penghargaan dan punishment/hukuman kepada masyarakat yang membayar pajak sesuai ketentuan; 4) meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar SKPD; dan 5) melakukan penataan birokrasi dan manajemen pelayanan penyelenggaraan pajak reklame secara lebih simple demi kemudahan masyarakat.

(5)

SUMMARY

INDAH AYU SULVIANE, Strategy of Improvement Advertising Revenue Income Tax In Bogor Regency. Supervised by HARIANTO AND DEDI BUDIMAN HAKIM

Bogor Regency has a very strategic location, as the buffer zone and offset (counter magnet) of the capital Jakarta. Grow and develop potential social and economic activities and prospektik. Development activities in Bogor District will increase which means funds that must be collected by the Bogor regency government must more and more, so that required excavation and development of the area and potential revenue sources to support the implementation of development programs to meet all the needs of the region.

To increase revenue, the local government needs to know the potential of local taxes. Potential taxes are not always reflected in tax revenue. And potential tax revenue linked by local revenue systems and procedures. Systems and procedures as well as any revenue, if the tax potential is not calculated correctly then the actual revenues will not be optimal.

From the calculation of the growth trend in the local tax realization Bogor regency there are 3 types of local taxes top the average realization growth of the Parking Tax (45, 33%), Advertisement Tax (27.45%) and Taxes (17 , 89%). This is a trend that is quite positive for Bogor regency. But this positive trend must have been influenced by the local tax potential remains to be excavated and maximized by the Bogor regency government so necessary to study strategies increase revenues from advertisement tax in Bogor regency.

The main objective of this research is to analyze how to improve the advertising tax in Bogor regency administration in order to support the financing of development and governance and to address the primary objective, the specific objectives of this study is to analyze the factors that influence the potential of advertisement tax revenue, reviewing management organization of advertisement tax is implemented, analyzed the taxpayer perceptions of the advertisement tax and revenue enhancement strategy billboard tax in Bogor regency.

(6)

Effectiveness taxes. As for the design of this research program using Analysis IFE, EFE and IE, SWOT Analysis and Analysis QSPM.

Results of the discussion, in the realization of the tax revenue target advertisements Bogor regency government always exceed the achievement of the targets set each year, with the exception of 2006, when the realization is not achieved then the effective rate also decreased and the percentage of tax efficiency at the Bogor Regency advertisement in 2000 - 2012 looks good and the smaller the ratio efficiency means that the performance of the Bogor regency government for the better collection of advertisement tax. Based on the partial test table, budget, number of employees, regulatory and tax payers have a significant impact on tax revenue billboard on the real level of 10%. This is because the p value is less than 0.1 to reject H0.

Constraints faced in collecting data on the potential of the advertisement tax is the lack of accurate data due to the limited ability of local government officials as well as his awareness is still lacking. With the hope that that the tax collectors do the service to the taxpayer should be better and the need for legal certainty in the billboard tax management.

The draft policy and strategy to improve the tax revenue in Bogor Regency billboards are as follows 1) conduct outreach and education on an ongoing basis to increase public awareness, 2) build a system of valid and accurate data; 3) give reward and punishment / penalties to people who pay taxes according to the provisions, 4) improve coordination and cooperation on education, and 5) perform bureaucratic structuring and implementation of service management in a more simple advertisement tax for the convenience of the public.

(7)

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PENERIMAAN

PAJAK REKLAME DIKABUPATEN BOGOR

INDAH AYU SULVIANE

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul : Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak

Reklame di Kabupaten Bogor

Nama : Indah Ayu Sulviane

NRP : H.25210095

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS. M.Ec Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec

Ketua Anggota

Mengetahui :

Ketua Program Studi An. Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah Sekretaris Program Magister,

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec Dr. Ir. Dahrul Syah,

M.Ec.M.Agr.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor”. Penulisan ini merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dalam program Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Harianto, MS. M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para dosen dan pimpinan serta pengelola Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada Orang tua, kepada suami tercinta Budy Setiawan Kusumah dan putri tersayang Kayla Natania Kusumah beserta seluruh keluarga besar yang telah banyak mendorong, menyemangati dan memberikan perhatian sampai selesainya pendidikan ini. Kepada Bapak Bupati Bogor beserta jajaran pemerintah Kabupaten Bogor atas kesempatan, dukungan dan mengizinkan penulis untuk melanjutkan pendidikan ini. Tidak lupa kepada teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan support, semangat dan motivasi sehingga pendidikan ini dapat diselesaikan diucapkan terimakasih.

Terlepas dari kekurangannya, penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak, segala kekurangan ada pada diri penulis dan segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Bogor , Maret 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 7

1.3 Tujuan ………. 9

1.4 Manfaat ……….. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desentralisasi Fiskal ………... 10

2.2 Prinsip dasar Manajemen Penerimaan Daerah…….. 10

2.3 Pendapatan Asli Daerah ………. 10

2.4 Definisi Pajak ……….. 11

2.5 Pajak Daerah ……… ….. 11

2.6. Manajemen Pajak Daerah……… ….. 12

2.7. Manajemen Pajak Reklame di Kabupaten Bogor…..….. 12

2.8. Subyek Objek dan Wajib Pajak Reklame…………... 13

2.9. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame……….. 14

2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Reklame... 14

2.11. Penelitian Terdahulu ... 14

III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran………. 16

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian……… 18

3.3 Data dan Metode Analisis ………... 18

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data………... 19

3.5 Metode Perancangan Program ……… 21

3.5.1. Matriks IFE dan EFE……….. 21

3.5.2.Analisis Matriks Internal – Eksternal ………… 22

3.5.3. Matriks SWOT……… 22

(13)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

4.1 Keadaan Umum Kabupaten Bogor ………... 25

4.2 Keadaan Geografis ………. 25

4.3 Keadaan Demografis ………. 26

4.4 Kondisi Perekonomian... 27

4.5 Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam Bidang Pendapatan Daerah... 28

4.6 Struktur Satuan Kerja Perangkat Daerah ………. 29

4.6.1. Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah ... 29

4.6.2. Dinas Kebersihan dan Pertamanan ………. 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Penerimaan Pajak Reklame dan faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Reklame ……… 32

5.1.1 Karakteristik Responden Pajak Reklame……… 32

5.1.2 Karakteristik Responden Petugas Lapangan Pajak Reklame……… 34

5.2 Efektivitas dan Efisiensi Pajak Reklame Kabupaten Bogor……….. 35

5.2.1 Efektivitas Pajak Reklame Kabupaten Bogor … 35 5.2.2 Efisiensi Pajak Reklame Kabupaten Bogor …… 36

5.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bogor ………. 37

5.3 Analisis Manajemen Penyelenggaraan Pajak Reklame 41 5.3.1. Manajemen Perencanaan Pendataan Potensi Pajak Reklame……… 42

5.3.2. Manajemen Penentuan Besarnya Target Pajak Reklame……… 44

5.3.3.Manajemen Pelaksanaan Penerimaan Pajak Reklame………. 46

5.3.4. Manajemen Pengawasan Pencapaian Target Pajak Reklame ……… 47

5.3.5. Manajemen Evaluasi Pencapaian Target Pajak Reklame……….. 48

5.4 Analisis Persepsi terhadap Pajak Reklame ………… 50

5.4.1. Persepsi Petugas Lapangan terhadap Pajak Reklame………. 50

(14)

VI. RANCANGAN STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PENERIMAAN PAJAK REKLAME DIKABUPATEN BOGOR

6.1 Metode Perancangan Program Peningkatan Pendapatan

Pajak Reklame di Kabupaten Bogor ……… 66

6.1.1 Tahapan Input Strategi dengan Metode Analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation)………. 66

6.1.2 Tahap Pencocokan Alternative Strategi dengan Analisis Internal-Eksternal (IE)……….. 68

6.1.3 Tahap Pencocokan Alternative Strategi dengan Analisis SWOT ………. 69

6.2 Tahap Keputusan dan Rancangan Program Strategi Peningkatan Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor ………. 73

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan ……….. 77

7.2 Rekomendasi Kebijakan ………. 78

DAFTAR PUSTAKA ………. 80

LAMPIRAN ……….. 83

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Depok ……….……….

1

2. Perbandingan PAD dan Total Pendapatan dalam APBD Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Depok (dalam Ribuan rupiah)…….………...

2

3. Sumber Pendapatan APBD Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011

……….………..…... 4

4. Realisasi PAD Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011……….………. 5

5. Rekapitulasi Trend Pertumbuhan Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor tahun 2003-2009………..……….. 6 6. Persentase Rekapitulasi Trend Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor dan Pajak Daerah tahun 2003-2008………...………..… 6 7. Rekapitulasi Trend Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor dan Pajak Daerah tahun 2003-2009………..……….... 7 8. Data dan Metode Analisis ……….…..… 20

9. Matriks SWOT……….……….…...………... 24

10.Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor ……….…… 28

11.Karakteristik Wajib Pajak……….. ………. 34

12.Karakteristik Bukan Wajib Pajak ………... 35

13.Efektivitas Pajak Reklame di Kabupaten Bogor ……… 38

14.Efisiensi Pajak Reklame di Kabupaten Bogor ……… 39

(16)

17.Uji Parsial ……….………...….. 40

18.Range Keterlibatan Pemerintah Daerah ………..…… 43

19.Range Persepsi Pemerintah Daerah ………. 44

20.Kriteria melakukan pendataan potensi Pajak Reklame ……… 44

21.Kriteria dalam Kendala dalam Melakukan Pendataan Potensi Pajak Reklame ………. 45

22.Keterlibatan pihak-pihak di bawah ini dalam penentuan besarnya potensi Pajak Reklame ………. 45 23.Persepsi Responden terhadap Potensi Pajak Reklame……… 46

24.Kriteria Kendala Dalam Menentukan Besarnya Target Pajak Reklame……… 46

25.Keterlibatan pihak-pihak di bawah ini dalam penentuan besarnya Target Pajak Reklame……… 47

26.Kriteria dalam Kendala dalam Penetapan Target Pajak Reklame… 47 27.Keterlibatan pihak-pihak di bawah ini dalam Pelaksanaan Penerimaan Pajak Reklame ………. 48

28.Usaha-usaha yang ditempuh dalam mencapai target Penerimaan Pajak Reklame……….. 48 29.Kriteria Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan Penerimaan Target Pajak Reklame……… 49

30.Keterlibatan Pihak-Pihak dalam Pengawasan Pencapaian Target Pajak Reklame……… 49

31.Persepsi Responden Terhadap Pengawasan Kinerja dalam Pencapaian Target Pajak Reklame……… 50

32.Kriteria Kendala yang dihadapi dalam Pengawasan Pencapaian Target Pajak Reklame……… 50

33.Usaha yang digunakan dalam Mengevaluasi/Mengukur Pencapaian Target Pajak Reklame……… 51

34.Keterlibatan Pihak-Pihak dalam Evaluasi Pencapaian Target Pajak Reklame……… 51

35.Kriteria Kendala yang dihadapi dalam Evaluasi Pencapaian Target Pajak Reklame……… 52

36.Range Persepsi Petugas Lapangan ……… 52

37.Persepsi PL terhadap Potensi pemasukan pajak daerah yang berasal dari pajak reklame...

(17)

38.Persepsi PL terhadap Pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak ...

53

39.Persepsi PL terhadap Monitoring dan evaluasi ... 54

40.Persepsi PL terhadap penetapan tarif pajak reklame sebesar 25 %.. 54

41.Persepsi PL terhadap kegiatan sosialisasi secara berkesinambungan terhadap masyarakat...

55

42.Persepsi PL terhadap reward dan punishment terhadap wajib pajak 55

43.Persepsi PL terhadap pendataan pendaftaran NPWP secara gratis 56

44.Persepsi PL terhadap Mekanisme pengelolaan pajak daerah yang dilakukan Pemerintah Daerah

56

45.Persepsi PL terhadap Luasnya daerah pengawasan dibandingkan dengan SDM ...

57

46.Persepsi PL terhadap strategi yang terintegrasi untuk peningkatan pajak daerah ...

57

47.Persepsi PL cara pemungutan pajak yang efektif ... 58

48.Persepsi PL terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan/penurunan pencapaian target pajak reklame ………..

58

49.Persepsi PL Bentuk Strategi peningkatan pajak reklame ………… 59

50.Persepsi Wajib Pajak……….…… 59

51.Persepsi WP terhadap partisipasi pemasang iklan/reklame dalam Peningkatan PAD...

60

52.Persepsi WP terhadap kesediaan membayar pajak... 60

53.Persepsi terhadap pelayanan pemungut pajak kepada WP ... 61

54.Persepsi terhadap Tingkat pajak daerah untuk pajak reklame dengan ketetapan 25 % ...

61

55.Persepsi terhadap Perda Nomor 6 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan reklame perlu direvisi secara signifikan ……….. 62

56.Persepsi terhadap sosialisasi secara berkesinambungan terhadap masyarakat mengenai pajak daerah ...

62

57.Persepsi Pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) kepada para wajib pajak

63

58.Metode pembayaran pajak yang diinginkan 63

(18)

60.Persepsi BWP terhadap partisipasi pemasang iklan/reklame dalam Peningkatan PAD ...

64

61.Persepsi BWP terhadap kesediaan membayar pajak ... 65

62. Persepsi BWP terhadap reward/penghargaan dan punishment/hukuman kepada para wajib pajak ... 65 63. Persepsi BWP terhadap kesediaan menjadi Wajib Pajak ... 66

64. Persepsi BWP terhadap kesediaan membayar pajak reklame untuk iklan yang di pasang ... 66 65. Persepsi BWP terhadap kesanggupan membayar jumlah pajak reklame ... 67 66. Persepsi BWP terhadap metode pembayaran pajak yang diinginkan ... 67 67. Matriks IFE………..……… 69

68. Matriks EFE ………..……….. 69

69. Matriks IE ………. 70

70. Matriks SWOT ………. 74

71. Strategi peningkatan pendapatan pajak reklame di Kabupaten Bogor ...

75

72. Rancangan Program Strategi Peningkatan Pendapatan Pajak Reklame Di Kabupaten Bogor ...

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Perbandingan sumber pendapatan APBD Kabupaten Bogor

Tahun 2007-2011 ………..……….. 4

2. Kerangka Pemikiran ………. 16

3. Analisis Internal - Eksternal ………..………... 21

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran Perhitungan Regresi

2 Kuesioner Wajib Pajak

3 Kuesioner Belum Wajib Pajak

4 Kuesioner Petugas Lapangan

5 Kuesioner Pemda Potensi, Target, Pelaksanaan dan Evaluasi Pencapaian PAD

6 Kuesioner Pemda Penentuan Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal

7 Hasil Perhitungan AS-NDT Alternative Strategi

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi keuangan (fiskal) di Indonesia terus mengalami perubahan yang cukup dinamis, sehingga membawa implikasi tersendiri dalam proses pengelolaan keuangan dan pembangunan di daerah. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah Pendapatan Asli Daerah (PAD) di mana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 245/PMK.07/2010 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, Kemampuan daerah dalam mengelola keuangan daerah itu dapat dihitung sehingga gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk membiayai tugas pemerintahan. Pada tahun 2010 Direktorat Jenderal keuangan Daerah Departemen Dalam Negeri kapasitas fiskal kabupaten/kota seluruh Indonesia telah melakukan perhitungan kondisi kapasitas fiskal seluruh kabupaten/kota se Indonesia, untuk beberapa kota di wilayah provinsi Jawa Barat dapat tergambar sebagai berikut :

Tabel 1. Peta Kapasitas Fiskal Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota 2 Kabupaten Sukabumi 0,2309 Rendah 3 Kabupaten Cianjur 0,1867 Rendah 4 Kabupaten Bandung 0,04050 Rendah 5 Kabupaten Bekasi 0,7057 Sedang 6 Kota Bogor 0,4651 Rendah 7 Kota Sukabumi 0,6380 Sedang 8 Kota Bandung 1,1214 Tinggi 9 Kota Bekasi 0,4992 Rendah 10 Kota Depok 1,2508 Tinggi

Sumber : Ditjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Peta Kapasitas Fiskal Daerah Tahun 2010

(22)

pendapatan yang digali dan ditangani sendiri oleh pemerintah daerah dari sumber-sumber pendapatan yang terdapat dalam wilayah yurisdiksinya.

Berdasarkan peta kapasistas fiskal tersebut, rata-rata kemampuan daerah untuk mengelola keuangan daerahnya masih dalam kategori rendah, termasuk Kabupaten Bogor.

Tabel 2. Perbandingan PAD dan Total Pendapatan dalam APBD Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Depok (dalam puluhan ribu rupiah)

No

Nama Kabupaten/Kota

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

PAD PENDAPATANTOTAL PAD

TOTAL

PENDAPATAN PAD

TOTAL

PENDAPATAN

1

Kabupaten Bogor 282.554 1.702.386 309.226 1.870.060 370.459 2.128.452 2

Kabupaten Sukabumi 73.960 1.210.743 87.562 1.198.893 86.090 1.240.263 3

Kabupaten Cianjur 66.675 1.050.159 87.867 1.184.862 108.385 1.246.776 4

Kabupaten Bandung 132.310 1.383.144 151.496 1.520.433 165.287 1.759.860 5

Kabupaten Bekasi 186.182 1.192.025 200.653 1.392.368 237.825 1.383.668 6 Sumber : Ditjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri Tahun 2011

Berbanding terbalik antara peta kapasistas fiskal, rata-rata kemampuan daerah untuk mengelola keuangan daerahnya masih dalam kategori rendah dibandingkan dengan data PAD dan total pendapatan APBD di sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jawa barat, jika dilihat dari data Tabel 2, pertumbuhan PAD yang di hasilkan oleh daerah semakin meningkat, begitu pula dengan total pendapatan APBD dari sepuluh kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

(23)

Walaupun Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, telah memberikan kewenangan pengelolaan potensi PAD kepada pemerintah daerah, namun menjadi suatu hal yang dilematis. Di satu sisi pemerintah daerah memiliki kewenangan luas dalam melaksanakan berbagai aspek pola peningkatan potensi PAD, namun di sisi lain pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab yang semakin berat untuk membiayai pembangunan tersebut. Sehingga komponen PAD dalam APBD daerah menjadi semakin penting.

Untuk meningkatkan penerimaan, pemerintah daerah perlu mengetahui potensi pajak daerah. Potensi pajak tidak selalu tercermin dalam realisasi penerimaan pajak. Potensi dan realisasi penerimaan pajak dihubungkan oleh sistem dan prosedur pendapatan daerah. Sebaik apapun sistem dan prosedur pendapatan daerah, apabila potensi pajak tidak dihitung secara tepat maka realisasi penerimaan tidak akan optimal. Pemetaan potensi yang baik tidak selalu menghasilkan realisasi penerimaan yang optimal karena optimalisasi penerimaan pajak membutuhkan sistem dan prosedur pemungutan pendapatan yang memadai.

Untuk itu, Pemerintah Daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap “menempatkan” sesuai dengan fungsinya. Adapun fungsi pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu : fungsi budgeter dan fungsi regulator (Sidik. 2002). Fungsi budgeter yaitu bila pajak sebagai alat untuk mengisi kas negara yangdigunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Pajak sebagai pendapatan daerah terbesar digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah seperti : pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan,dan membiayai kegiatan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dihasilkan oleh swasta. Sementara, fungsi regulator yaitu bila pajak dipergunakan sebagai alat mengatur untuk mencapai tujuan, misalnya : Pajak Reklame dimaksud untuk mengatur ketertiban dan penyelenggaraan reklame, yaitu berupa benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersil.

Kabupaten Bogor mempunyai letak yang sangat strategis, sebagai daerah penyangga (buffer zone) dan penyeimbang (counter magnet) ibukota Jakarta. Tumbuh dan berkembang aktivitas social ekonomi yang potensial dan prospektik. Kegiatan pembangunan di Kabupaten Bogor akan semakin meningkat yang berarti dana yang harus dihimpun oleh Pemerintah Kabupaten Bogor harus semakin banyak. Sehingga dibutuhkan penggalian dan pengembangan daerah dan sumber-sumber pendapatan potensial guna menunjang pelaksanaan program pembangunan untuk mencukupi semua kebutuhan daerah.

(24)

Tabel 3. Sumber Pendapatan APBD Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011 2007 265.371.324 1.182.448.318 20.115.011 2008 282.554.000 1.269.846.000 19.872.000 2009 309.226.000 1.383.328.000 177.506.000 2010 370.459.289 1.549.097.574 476.694.303 2011 2.926.436.561 1.700.381.872 706.489.202

Sumber : Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD) Kabupaten Bogor Tahun 2012

Sumber pendapatan APBD Kabupaten Bogor, sebagaimana terlihat dalam Tabel 3, dapat digambarkan dalam sebagai berikut :

Gambar 1. Perbandingan sumber pendapatan APBD Kabupaten Bogor tahun 2007-2011

Sumber Pendapatan Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah/pengeloaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dari ke empat komponen tersebut dapat dilihat komponen pajak daerah memiliki peran cukup signifikan, seperti pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Realisasi PAD Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011

TAHUN PAJAK

2007 141.040.387 92.172.031 12.043.694 20.119.010 265.371.324 2008 158.833.452 111.701.692 13.810.402 23.288.900 282.554.000 2009 167.695.000 106.051.000 11.710.000 23.769.000 309.226.000 2010 190.673.157 113.155.250 22.912.940 59.762.561 386.503.908

1 2 3 4 5

TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011

PAD 265,371,324 282,554,000 309,226,000 381,351,329 2,926,436,56 DANA PERIMBANGAN 1,182,448,31 1,269,846,00 1,383,328,00 1,549,097,57 1,700,381,87 LAIN-LAIN PENDAPATAN

DAERAH YANG SAH 20,115,011 19,872,000 177,506,000 476,694,303 706,489,202 0

(25)

2011 313.339.457 97.615.297 24.364.513 84.246.220 515.565.487 Sumber : Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD) Kabupaten

Bogor Tahun 2012

Perkembangan Kabupaten Bogor sedikit banyak dipengaruhi oleh posisi secara geografis yang berbatasan langsung dengan Ibukota Jakarta, namun dengan komposisi letak Kabupaten Bogor yang terbagi 3 wilayah (timur, tengah dan barat) ada perbedaaan karakteristik dari situasi dan kondisi masyarakatnya, sehingga aspek pendapatan dari pajak daerah nya pun berbeda.

Instansi yang melaksanakan fungsi dan kewenangan di bidang pendapatan daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah.

Pada Tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Bogor mengeluarkan regulasi mengenai Pajak dan Retribusi Daerah yang disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan daerah tersebut adalah legalitas yang mengatur pajak di Kabupaten Bogor. Adanya penyelarasan tersebut tentunya akan menambah potensi PAD yang selama ini sudah ada, sehingga diharapkan hasil pendapatan PAD dari pajak dan retribusi daerah akan meningkat.

Berdasarkan hasil rekapitulasi trend dan perhitungan target pendapatan di Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 2003-2009, dapat dilihat rata-rata pertumbuhan target, untuk setiap jenis pendapatan daerah berbeda, yang dapat dicermati dalam kurun waktu tahun 2003 sampai dengan target pendapatan tahun 2009, komposisi dari Pajak daerah sudah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan target Dana Perimbangan. Ini merupakan trend yang cukup positif bagi Kabupaten Bogor. Tetapi trend positif ini tentunya sangat dipengaruhi oleh potensi pajak daerah yang masih harus di gali dan dimaksimalkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.

Table 5. Rekapitulasi Trend Pertumbuhan Target Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor tahun 2003-2009

URAIAN PENDAPATAN

DAERAH PERTUMBUHAN TARGET PENDAPATAN DAERAH

RATA-KEKAYAAN DAERAH YANG

DIPISAHKAN 26,21 38,31 36,75 76,29 14,11 14,80 29,48

LAIN-LAIN PAD YANG SAH

29,31 16,83 93,00 4,92 0,51 9,99 10,38

DANA PERIMBANGAN 7,84 6,84 29,52 15,72 12,32 9,00 13,54 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG

(26)

Sumber : Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD) Kabupaten Bogor Tahun 2012

Dari hasil perhitungan terhadap trend pertumbuhan realisasi pajak daerah di Kabupaten Bogor dapat dilihat bahwa ada 3 jenis pajak daerah yang menempati urutan teratas dalam rata-rata pertumbuhan realisasi yaitu Pajak Parkir, Pajak Reklame dan Pajak Hotel.

Tabel 6. Persentase Rekapitulasi Trend Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor dan Pajak Daerah tahun 2003-2008

URAIAN PENDAPATAN DAERAH

PERTUMBUHAN REALISASI PENDAPATAN

DAERAH RATA-RATA PERTUMBU HAN Sumber : Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD) Kabupaten

Bogor Tahun 2009

(27)

URAIAN

Restoran 5.534.173 6.616.046 8.106.412 8.566.743 9.903.012 11.566.276 13.007.219 3 Pajak

Hiburan 2.296.931 2.725.339 2.974.903 3.150.484 3.894.789 5.007.901 6.219.451 4 Pajak

Reklame 2.644.285 3.739.755 6.018.259 6.324.185 7.669.278 10.016.285 8.260.254 5 Pajak

Penerangan Jalan

41.452.127 46.019.364 52.829.232 61.351.708 65.174.858 72.139.070 72.367.174

a. PLN 35.953.614. 39.506.480 47.000.971 56.676.905 60.392.206 67.190.404 69.000.000 b. Non PLN 5.498.513 6.512.884 5.828.260 4.674.803 4.782.652 4.948.665 3.367.174

6 Pajak Pengambilan Bahan G. C

21.574.217 25.493.973 29.014.527 30.683.676 42.950.977 47.775.425 43.632.300

7 Pajak Parkir 165.203 248.762 340.884 407.771 507.297 989.376 967.000

Sumber : Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD) Kabupaten Bogor Tahun 2009

Mencermati Perbandingan trend pada masing-masing jenis pajak di Kabupaten Bogor antara Target dan Realisasi pajak maka dari ketiga urutan teratas pertumbuhan realisasi pajak tersebut, kedua macam pajak yaitu Pajak Parkir dan Pajak Hotel dasar perhitungan bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang sendiri berdasarkan masa pajak (jangka waktu 1 bulan kalender atau paling lama 3 bulan kalender) yaitu waktu yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, sedangkan untuk Pajak Reklame tata cara perhitungan dan penetapannya dilakukan berdasarkan tahun pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan ditetapkan oleh Pemerintah daerah dengan system official assessment, sehingga peranan pemerintah sebagai pengelola dan yang menetapkan pajak lebih dominan, apalagi untuk pajak reklame, terlihat secara nyata oleh publik. Berdasarkan data dan fenomena tersebut perlu dilakukan kajian, “Bagaimana strategi meningkatkan peranan pajak reklame di Kabupaten Bogor agar dapat meningkatkan pendapatan asli daerah guna menunjang pembiayaan penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan?”

1.2 Perumusan Masalah

(28)

Kebijakan desentralisasi fiskal yang dilaksanakan di Indonesia memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk menyusun program kerja dan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang dimiliki daerah tersebut. Dengan kebijakan tersebut nantinya diharapkan pemerintah daerah akan lebih efektif memenuhi pelayanan publik dan membangun sarana perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Dengan demikian akan tercipta lapangan pekerjaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat serta berpotensi menanggulangi masalah kemiskinan.

Kewenangan dalam pengelolaan urusan wajib yang lebih luas yang diserahkan kepada daerah membawa konsekuensi terhadap pembiayaannya. Oleh karena itu masih ada dana perimbangan dari pusat kepada daerah untuk menyeimbangkan dan mengurangi ketimpangan di daerah. Namun pemerintah daerah harus terus berupaya meningkatkan kemandiriannya agar tidak tergantung dari pusat, yaitu dengan mencari dan menggali sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang baru yang seyogya nya dapat memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah.

Dalam upaya meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah dengan cara intensifikasi kemampuan keuangan daerah, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah kabupaten/kota diberikan wewenang untuk menarik pajak dan retribusi sebagai pungutan asli daerah (PAD).

Dari sebelas jenis pajak yang mejadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Bogor, Target dan realisasi dari penerimaan Pajak Reklame terlihat mengalami flutuatif yang cukup tajam, dibandingkan dengan jenis pajak yang lain yang lebih stabil, oleh karena itu perlu dilakukan analisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi potensi penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bogor?

Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Faktor pendataan wajib pajak dan penetapan target harus dilakukan secara professional dan proporsional, dan semua kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak pemerintah daerah sebagai pihak yang memungut dan mengelola pajak, sehingga perlu juga kira nya dikaji bagaimana manajemen penyelenggaraan pajak reklame yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor?

Tentu saja bagaimana persepsi dari para Wajib Pajak yang potensial perlu dinilai secara langsung agar secara langsung masyarakat sebagai pihak yang dipungut pajak dapat memberikan pandangan dan mungkin saja usulan agar penyelengaraan pajak reklame di Kabupaten Bogor dapat optimal dan maksimal.

(29)

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan utama dari kajian ini adalah menganalisis bagaimana meningkatkan pajak daerah di Kabupaten Bogor agar dapat menunjang pembiayaan penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk menjawab tujuan utama tersebut, maka tujuan khusus dari kajian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi potensi penerimaan pajak reklame.

2. Mengkaji manajemen penyelengaraan pajak reklame yang dilaksanakan.

3. Menganalisis persepsi wajib pajak terhadap pajak reklame.

4. Menyusun strategi peningkatan pendapatan pajak reklame di Kabupaten Bogor.

1.4Manfaat

Kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bermanfaat kepada :

1. Pemerintah daerah sebagai pengembangan konsep, penentuan kebijakan dalam upaya peningkatan PAD;

2. Pemangku kepentingan lainnya (stakeholder, objek pajak) sebagai bahan rujukan yang diharapkan dapat berkontribusi positif dalam berpartisipasi mengembangkan peningkatan pendapatan daerah;

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal merupakan varian dari pelaksanaan desentralisasi yang ditempuh suatu negara. Desentralisasi fiskal ini dapat didefinisikan sebagai devolusi (penyerahan) tanggung jawab fiskal dari pemerintah pusat kepada tingkatan pemerintahan yang ada dibawahnya, sub-national levels of government, seperti negara bagian, daerah, propinsi, distrik, dan kota. Namun demikian, sebenarnya definisi ini tidaklah cukup komprehensif. Pada kenyataannya, isu yang berkembang dan menarik dalam kajian desentralisasi fiskal atau federalisme fiskal adalah pemberian tanggung jawab fiskal yang lebih jelas pada tingkatan pemerintahan yang tepat.

Syahruddin (2006) mendefinisikan desentralisasi fiskal sebagai kewenangan (authority) dan tanggungjawab (responsibility) dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran daerah (APBD) oleh pemerintah daerah. Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari desentralisasi. Apabila pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk surcharge of taxes, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman, maupun subsidi/bantuan dari pemerintah pusat

Lutfi (2002) menyatakan pajak daerah yang diterapkan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal diharapkan mampu memberikan penerimaan yang signifikan dan berdampak pada kemampuan daerah dalam membiayai tanggung jawab fiskalnya. Untuk memperoleh penerimaan pajak daerah yang cukup signifikan dalam rangka desentralisasi fiskal, daerah harus memiliki kewenangan untuk menetapkan tarif pajak daerah yang tepat.

2.2. Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan Daerah

Manajemen penerimaan daerah erat berkaitan deerah dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola potensi fiskal daerah. Potensi fiskal daerah adalah kemampuan daerah dalam menghimpun sumber-sumber pendapatan daerah yang sah. Sistem manajemen pendapatan yang digunakan oleh pemerintah daerah akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya perolehan pendapatan daerah tersebut. Mahmudi (2010) menuliskan pada dasarnya terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam membangun system manajemen penerimaan daerah, yaitu , perluasan basis penerimaan, pengendalian atas kebocoran pendapatan, peningkatan efisiensi administrasi pendapatan dan transparansi dan akuntabilitas.

2.3.Pendapatan Asli Daerah

(31)

Adapun sumber penerimaan daerah dalam melaksanakan desentralisasi, terdiri dari pendapatan daerah dan pembiayaan yang terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari : a. Pajak daerah;

b. Retribusi daerah;

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

d. Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain PAD yang sah, meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan nilai selisih tukur rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.

Selanjutnya pembiayaan daerah bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2.4. Definisi Pajak

Definisi pajak yang di berikan oleh para ahli, diantaranya menurut. Soemitro (2010), , pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Soemahamidjaja (1964), memberikan pengertian pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejateraan umum.

Sommerfeld, (2010) memberikan definisi pajak adalah perpindahan harta, sumber ekonomis dari sektor swasta kepada sektor pemerintah. Perpindahan itu bukan karena denda atau hukuman namun dapat dipaksakan, aturannya telah ditetapkan terlebih dahulu tambahan imbalan khusus bagi yang membayar, gunanya untuk mencapai tujuan Negara dalam bidang ekonomi dan sosial.

2.5. Pajak Daerah

Pengertian pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah dapat dibedakan menjadi dua yaitu pajak provinsi dan pajak Kabupaten.

Jenis Pajak Provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

(32)

e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.6. Manajemen Pajak Daerah

Secara umum pajak daerah memberikan konribusi besar terhadap penerimaan PAD. Manajemen pajak daerah juga terkait dengan pemenuhan prinsip-prinsip umum perpajakan daerah yang baik. Prinsip pajak daerah yang baik menurut Devas dalam Mahmudi (2010) : Prinsip elastisitas, Prinsip keadilan, Prinsip kemudahan administrasi, Prinsip keberterimaan politis dan Prinsip nondistorsi terhadap perekonomian.

2.7.Manajemen Pajak Reklame di Kabupaten Bogor

Di Kabupaten Bogor, pemungutan pajak reklame menerapkan sistem official assesment. Pemda menghitung. memperhitungkan dan menetapkan pajak terutang. Surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD) disampaikan kepada Subyek Pajak, paling lambat 10 hari sejak berakhirnya rnasa pajak. Pembayaran pajak di kas daerah atau tempat lain ditunjuk bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD. SKPD, SKPDKB. SKPDKBT. STPD. Hasil penerima pajak disetor ke kas daerah paling lama 1x 24 jam. Bukti pembayaran pajak adalah SSPD atau dokumen lain dipersamakan.

Menurut Munir dkk (2004), untuk mengelola anggaran diperlukan optimalisasi anggaran yang ekonomis, efisien dan efektif atau Value for money Concept. Ekonomis merupakan ukuran penggunaan dana masyarakat sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya; efisiensi merupakan ukuran penggunaan dana masyarkat yang dapat menghasilkan output maksimal; Efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dapat mencapai tujuan kepentingan publik.

Konsep VFM akan memberikan manfaat seperti:

a. Efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran

b. Meningkatkan mutu pelayanan publik

c. Biaya pelayanan yang murah, karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan sumber daya

d. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik

e. Meningkatkan publik cost awarness sebagai pelaksanaan pertanggungjawaban publik.

(33)

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Obyek pajak adalah semua penyelenggaraan reklame, reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya, reklame kain, reklame melekat, stiker, reklame selebaran, reklame berjalan termasuk pada kendaraan, reklame udara,. reklame apung, reklame suara, reklame film/slide, dan reklame peragaan..

Dikecualikan dari Objek Pajak reklame adalah :

a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;

b. label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenisnya;

c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan dengan ukuran tidak melebihi 1 m x 1 m;

d. penyelenggaraan reklame oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan e. penyelenggaraan reklame yang tidak mengandung sponsor untuk tujuan

komersial.

2.9. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame

a. Dasar pengenaan paj ak adal ah Nil ai Sewa Reklam e.

b. Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.

c. Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame dihitung berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Strategis Lokasi (NSL).

d. Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan dalam harga jual berdasarkan

faktor-faktor : 1. jenis Reklame yang dipasang;

2. bahan yang digunakan;

3. jangka waktu penyelenggaraan; 4. jumlah;

5. ukuran media Reklame; 6. biaya pemasangan; 7. nilai komersil; 8. biaya pemeliharaan.

e. Nilai Strategis Lokasi ditetapkan dalam nilai prosentase berdasarkan faktor-faktor :

1. lokasi penempatan Reklame;

2. frekuensi lalu lintas orang dan kendaraan;

(34)

f. Dalam hal Nilai Sewa Reklame tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada huruf d dan huruf e.

g. NJOP untuk iklan minuman beralkohol dan rokok ditambah 25%.

h. NJOP untuk reklame nama atau identitas perusahaan di lokasi.

i. perusahaan serta lembaga pendidikan swasta dikurangi 25%.

j. NJOPR untuk reklame praktek dokter/RS/Poliklinik/Apotik swasta dikurangi 50%.

k. Bagi wajib pajak yang merubah materi dan visual reklame meskipun masa ijin/pajak reklame belum habis diharuskan membayar kembali pajak reklame sesuai ketentuan yang berlaku.

l. Tarif Pajak : 25%

m. Cara Perhitungan Pajak

Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame (NSR) adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditambah hasil perkalian Nilai Strategis Lokasi (NSL) dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atau dengan rumus sebagai berikut:

NSR = NJOP + (NSL X NJOP)

a. Tarif Pajak x Nilai Sewa Reklame b. Nilai Sewa Reklame = NJOPR + NSL

c. Nilai Strategis Lokasi = Nilai Strategis x NJOPR

2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Reklame

Dalam manajemen pelaksanaan penyelenggaraan pajak reklame di Kabupaten Bogor, tentunya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kebijakan yang diterapkan. Faktor-faktor yang diduga akan mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak reklame adalah Anggaran untuk penyelenggaraan Pajak, Jumlah Pegawai penyelenggaraan pajak dan jumlah Peraturan yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pajak serta jumlah wajib pajak.

Diduga secara bersama-sama jumlah anggaran, jumlah pegawai, jumlah peraturan, dan jumlah wajib pajak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor.

2.11.Penelitian Terdahulu

(35)

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 1993/1994-2000 rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari komponen retribusi daerah, pada urun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata-rata per tahunnya sebesar 5,61% dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08% per tahun.

Hamdani (2007), dengan metode menghitung potensi pajak, menghitung Efisiensi dan Efektivitas Pajak dan hasil penelitian mengungkapkan permasalahan dari pihak pemerintah daerah adalah keterbatasan kemampuan dalam penentuan perencanaan target, subyek, obyek dan wajib pajak, adanya keterbatasan sarana prasarana penunjang penyelenggaraan pajak restoran, supremasi hukum belum dapat diterapkan sepenuhnya, kurangnya kualitas dan kuantitas SDM, keterbatasan anggaran dan masih adanya wilayah administratif yang belum tergali secara optimal. Permasalahan dari pihak pengelola restoran adalah kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai peraturan daerah pajak restoran dan adanya persepsi masih kurang dirasakan pelayanan pajak restoran yang baik/maksimal oleh pengelola restoran.

Yulianti (2010), Billboard dan Megatron di Kota Depok, menganalisa upaya pengumpulan pajak reklame papan, billboard dan megatron di Kota Depok selain itu juga untuk menganalisa perkembangan pajak dan kapasitas pajak reklame papan, billboard dan megatron, Dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisa upaya pengumpulan pajak dan pendekatan kuantitatif untuk menghitung perkembangan penerimaan, kapasitas dan upaya pengumpulan pajak. Hasil analisa yaitu bahwa upaya pengumpulan pajak reklame sudah baik dibandingkan kota pembanding, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.

(36)

.III. METODE KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari pelaksanaan desentralisasi di Indonesia. Filosofi otonomi daerah adalah mewujudkan kemandirian daerah di segala segi kehidupan, yang diukur melalui elemen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di harapkan dengan otonomi, Kabupaten Bogor mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan bertumpu pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang di milikinya.

Pendapatan Daerah (income) tidak sama dengan pendapatan asli daerah (PAD). Income adalah total dari PAD dan pendapatan masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat jauh lebih penting daripada hanya sekedar peningkatan PAD dalam jangka pendek. Peningkatan pendapatan masyarakat dalam jangka panjang pada akhirnya akan meningkatkan PAD secara otomatis. Peningkatan pendapatan masyarakat dalam jangka panjang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian daerah.

Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya untuk menggali potensi penerimaan daerah untuk meningkatkan kemampuan fiscal Kabupaten Bogor. Salah satunya melalui pajak daerah sebagai salah satu unsur dalam PAD. Agar dapat melakukan manajemen pendapatan secara optimal, yang perlu dilakukan adalah mengenali sumber-sumber pendapatan daerah. Berdasarkan konsep dasar dan implementasi dalam desentrasliasi fiscal ini kewenangan memungut pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan yang berkualitas kepada rakyat lokal dan memberikan jaminan kepada rakyat bahwa pelayanan publik akan semakin membaik dan rakyat akan lebih puas dengan pelayanan yang diberikan (Mardiasmo, 2009).

(37)

Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor

Faktor Internal

Efisiensi Pajak Reklame Efektivitas Pajak

Reklame

Strategi Peningkatan Penerimaan Pendapatan Pajak Reklame

Strengths & Weakness Opportunities & Threat

Faktor Eksternal

Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak

Reklame

Dasar Penggenaan Pajak Reklame Nilai Sewa Reklame

Penerimaan Pajak Reklame

Kinerja Penyelenggaraan Pajak Reklame

Reklame Wajib Pajak/Berizin Reklame Non Wajib Pajak/tidak Berizin

Lost Potensi Pajak Reklame

(38)

3.2 Lokasi dan wilayah Kajian

Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki peningkatan PAD yang cukup besar di wilayah Provinsi Jawa Barat (Tabel 2), serta tingginya laju pertumbuhan penduduk terakhir tahun 2011 sebesar 3,15 %, sehingga kebutuhan masyarakat semakin meningkat dan ketersediaan informasi tentang produk-produk kebutuhan masyarakat dalam iklan tentunya semakin tinggi. Wilayah kajian khusus mengenai pajak reklame ini dilakukan di Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive

dengan lokasi yang diharapkan dapat mewakili lokasi pemasangan reklame yang ada di Kabupaten Bogor, berdasarkan peta lokasi titik-titik pemasangan reklame, yaitu di Kecamatan Ciawi, Kecamatan Parung, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Dramaga.

Waktu pengambilan dan pengolahan data dilaksanakan selama empat bulan, yakni bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013.

3.3 Data dan Metode Analisis

Metode penelitian yang digunakan adalah adalah studi pustaka dan studi lapangan dengan cara survey dan dokumentasi dengan mengumpulkan dokumen sebagai informasi yang akan diteliti. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

a. Data Primer

Data primer dibutuhkan guna menjawab pertanyaan kedua dari penelitian ini, yakni bagaimana manajemen penyelenggaraan pajak reklame yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan bagaimana persepsi dari para Wajib Pajak maupun Non Wajib Pajak yang potensial perlu dinilai secara langsung agar secara langsung masyarakat sebagai pihak yang dipungut pajak dapat memberikan pandangan dan mungkin saja usulan agar penyelengaraan pajak reklame di Kabupaten Bogor dapat optimal dan maksimal. Data primer berupa data kualitatif, yang diperoleh yang diperoleh dengan cara wawancara terstruktur yakni pengumpulan informasi melalui tanya jawab sesuai dengan panduan pertanyaan dan dengan penyebaran kuesioner kepada responden yang dianggap mampu menjawab pertanyaan secara mandiri.

Identifikasi sasaran dan target para pihak dilakukan dengan cara cara Purposive sampling kepada Petugas Lapangan karena target adalah populasi yang homogen (sejenis) untuk menjawab bagaimana manajemen penyelenggaraan pajak reklame yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan survey dilakukan terhadap masyarakat dengan kategori Wajib Pajak dan Non Wajib Pajak bagaimana persepsi dari para Wajib Pajak maupun Non Wajib Pajak yang potensial perlu dinilai secara langsung agar secara langsung masyarakat sebagai pihak yang dipungut pajak dapat memberikan pandangan dan mungkin saja usulan agar penyelengaraan pajak reklame di Kabupaten Bogor.

b. Data Sekunder

(39)

Penelitian ini bersifat studi kasus dengan menentukan lokasi penelitian di Kabupaten Bogor. Adapun data yang digunakan adalah:

1. Penerimaan pajak reklame dan penerimaan pajak daerah Kabupaten Bogor ; 2. Anggaran bidang pajak daerah Kabupaten Bogor;

3. Jumlah pegawai bidang pajak daerah Kabupaten Bogor; 4. Jumlah peraturan bidang pajak daerah Kabupaten Bogor; 5. Jumlah wajib pajak reklame di Kabupaten Bogor.

Dalam menganalisis data menggunakan metode analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif.

Tabel 3.1.Data dan Metode Analisis

Tujuan Kajian Data Metode analisis

Jenis Sumber 1. Menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan pajak reklame di Kabupaten Bogor

4. Strategi dan upaya apa saja yang dapat

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(40)

sekunder dan data primer yang di dapat diolah dan dianalisis untuk dapat merumuskan dan merekomendasikan strategi kebijakan pemerintah Kabupaten Bogor dalam upaya peningkatan pendapatan pajak reklame. Rangkaian perhitungan yang dilakukan adalah :

a. Efektivitas Pajak Reklame

Efektivitas digunakan untuk mengukur upaya pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor, dengan rumus yang digunakan :

Efektivitas = RPR X 100 % TPR

RPR = Realisasi Pajak Reklame

TPR = Target Pajak Reklame

Tingginya nilai efektivitas akan menunjukan tingginya upaya pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor. Artinya semakin tinggi nilai efektivitas nya maka upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor semakin intensif.

b. Efisiensi Pajak Reklame

Efisiensi digunakan untuk mengukur besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menarik pajak reklame yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor, dengan rumus yang digunakan :

Efisiensi = UPPR X 100 % RPR

RPR = Realisasi Pajak Reklame

UPPR = Upah Pungut Pajak Reklame

semakin kecil rasio efisiensi mengandung arti bahwa kinerja pemerintah Kabupaten bogor untuk pemungutan pajak reklame semakin baik, dan sebaliknya jika nilai rasio efisiensi makin tinggi maka kinerja akan semakin tidak efisien.

c. Elastisitas Pajak Reklame terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Untuk mengetahui nilai Elastisitas Pajak Reklame yang mencerminkan sensitivitas Pajak Reklame terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di gunakan model Persamaan Regresi Berganda

sebagai berikut :

Y= f(X1, X2, X3, X4)

Y= α+β1X1+ β2X2+ β3X3+β4X4+e

LogY= α+β1LogX1+ β2LogX2+β3LogX3+β4LogX4+e

(41)

Y= Penerimaan PAD pajak reklame (dalam ribuan rupiah)

X1= Anggaran (dalam jutaan rupiah)

X2= Jumlah Pegawai

X3= Jumlah Peraturan

X4= Jumlah wajib pajak reklame

Dalam menilai manajemen pelaksanaan penyelenggaraan pajak reklame di Kabupaten Bogor, tentunya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kebijakan yang diterapkan. Faktor-faktor yang diduga akan mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak reklame adalah Anggaran untuk penyelenggaraan Pajak, Jumlah Pegawai penyelenggaraan pajak dan jumlah Peraturan yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pajak serta jumlah wajib pajak, selanjutnya dilakukan penerapan Regresi Berganda untuk melihat dampak dari kebijakan tersebut sehingga apakah faktor-faktor yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua faktor pengukuran tersebut ada yang saling mempengaruhi. Dengan asumsi bahwa diduga secara bersama-sama jumlah anggaran, jumlah pegawai, jumlah peraturan, dan jumlah wajib pajak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Bogor.

3.5. Metode Perancangan Program

Metode perancangan program digunakan untuk mengetahui hasil kajian berdasarkan tinjauan pustaka, data primer dan data sekunder yang diolah, sehingga dapat dideskripsikan secara nyata dalam perancangan program sebagai alternative penyelesaian permasalahan. Permasalahan yang tergambar dalam manajemen penyelengaraan pajak reklame di Kabupaten Bogor, prakiraan potensi pajak reklame yang dapat dikembangkan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam pelaksanaan pajak reklame sebagai wujud partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan daerah melalui pembayaran wajib pajak sekiranya dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai peran pajak reklame yang dibayarkan oleh masyarakat terhadap PAD Kabupaten Bogor. Sehingga selanjutnya dapat dirumuskan upaya strategi untuk peningkatan pendapatan pajak reklame di Kabupaten Bogor.

3.5.1. Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama, sedangkan matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman (David, 2002).

(42)

mempengaruhi optimalisasi penerimaan pendapatan pajak reklame di Kabupaten Bogor.

3.5.2.Analisis Matriks Internal – Eksternal

Menurut David (2002) setelah melakukan analisis faktor internal dan eksternal, selanjutnya adalah analisis matriks internal – eksternal (IE). Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y.

Gambar Analisis Internal- Eksternal

Total Nilai IFE

Kuat Rata-rata Lemah

3,00-4,00 2,00-2,99 1,00-1,99

4,0 3,0 2,0 1,0

Tota

l Nil

ai EF

E

Tinggi II II III

3,00-4,00 3,0

Rata-rata IV V VI

2,00-2,99 2,0

Rendah VII VIII IX

1,00-1,99 1,0

Sumber : David, Manajemen Strategi 2002

Pada sumbu x matriks IE, total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0 kuat. Demikian pula pada sumbu y, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang rendah, nilai 2,0 samai 2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0 tinggi.

Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis yang berbeda. Pertama, divisi yang masuk dalam sel I, II atau IV disebut tumbuh dan bina. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, VII terbaik dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, IX disebut panen atau divestasi. Organisasi yang sukses bila diposisikan dalam atau sekitar sel I matriks IE.

3.5.3. Matriks SWOT

Selanjutnya adalah melakukan penyusunan strategi melalui Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

(43)

Tabel 3.2 Matriks SWOT (

Strengths-Weaknesses-Opportunities-Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI W-O

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI W-T

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 1997

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat atau dalam bahasa Indonesia sebagai Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman) memiliki makna sebagai berikut:

1. Kekuatan, merupakan hal yang positif yang sifatnya dari dalam/internal. 2. Kelemahan, merupakan hal yang negatif yang sifatnya dari dalam/internal. 3. Kesempatan, merupakan hal positif yang sifatnya dari luar/eksternal. 4. Ancaman, merupakan hal negatif yang sifatnya dari luar/eksternal.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang memperngaruhi penerimaan daerah, serta mencari strategi pemecahan dalam pengambilan keputusan dalam upaya peningkatan pajak reklame maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut: pertama yang dilakukan dalam analisa SWOT adalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Kemudian melihat peluang dan ancaman dalam kegiatan yang ada. Setelah didapat hasil analisis tersebut, selanjutnya dilakukan suatu perencanaan.

Input strategi yang digunakan pada matriks SWOT berasal dari responden pemerintah daerah sebagai pihak internal dan kemudian digabungkan dengan pihak responden reklame/masyarakat sebagai pihak eksternal. Penggabungan tersebut diharapkan dapat menghasilkan alternatif strategi bagi kedua belah pihak.

Menurut Rangkuti (2005), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminilamkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Penelitian menunjukkan bahwa kinerja suatu Organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Kajian Strategi Peningkatan Penerimaan
Tabel 3.1.Data dan Metode Analisis
Gambar  Analisis Internal- Eksternal
Tabel 4.1. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor
+7

Referensi

Dokumen terkait