• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIL DENGAN TEPUNG

INDIGOFERA (

Indigofera

sp.) UNTUK KONSUMSI PAKAN,

KECERNAAN DAN PRODUKSI SUSU SAPI

FRIESIAN HOLSTEIN (FH)

MIFTAHUR RAHMAN

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(4)

ABSTRAK

MIFTAHUR RAHMAN. Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH). Dibimbing oleh LUKI ABDULLAH dan IDAT GALIH PERMANA.

Wilayah Bandung Selatan merupakan salah satu daerah penghasil susu yang terbesar di Jawa Barat. Kecamatan Pasirjambu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bandung Selatan yang memiliki potensi yang besar dalam bidang peternakan sapi perah. Permasalahan di kawasan ini adalah rendahnya produksi susu yang dihasilkan peternak dan tingginya harga pakan konsentrat komersil sehingga berpengaruh terhadap nilai jual susu dan kesejahteraan peternak. Tepung Indigofera (Indigofera sp.) digunakan sebagai subtitusi konsentrat komersil. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK – ANOVA) pada 3 kelompok berdasarkan produksi susu. Sebanyak 9 ekor sapi Friesian Holstein (FH) diberikan perlakuan secara acak. Perlakuan P0 (100% konsentrat : 0% Indigofera sp.), P1 (80% konsentrat : 20% Indigofera sp.), dan P2 (60% konsentrat : 40% Indigofera sp.). Hasil menunjukan pemberian tepung Indigofera sp. dapat menggantikan konsentrat komersil sampai 40% sebagai substitusi konsentrat komersil dan tidak mempengaruhi konsumsi pakan, kecernaan dan produksi susu.

Kata Kunci: Indigofera sp., kecernaan konsentrat komersil, konsumsi pakan, produksi susu.

ABSTRACT

MIFTAHUR RAHMAN. The substitution of Concentrate Commercial with Indigofera (Indigofera sp.) Mesh for Feed Intake, Digestibility and Milk Production Friesian Holstein Cow. Supervised by LUKI ABDULLAH and IDAT GALIH PERMANA.

South Bandung district is one of the largest milk-producing areas in West Java. Sub-district Pasirjambu is a part of Bandung Selatan regency that have big potential in dairy cattle breeding. The problem in this area is low production of milk produced by farmers and the high price of the commercial feed concentrates, so it influences market value for milk and welfare farmers. Indigofera sp. mesh in this research was used as commercial concentrates substitution. This research using randomized design group (RAK method – ANOVA) on 3 group based on milk production. Nine Friesian Holstein (FH) cows with random treatment. The treatment P0 (100% concentrates : 0% Indigofera sp.), P1 (80% concentrates : 20% Indigofera sp.), and P2 (60% concentrates : 40% Indigofera sp.). The results showed that substitution of Indigofera sp. mesh can substitute concentrate to 40% as a commercial concentrate substitution does not affect milk feed intake, digestibility and milk production.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIL DENGAN TEPUNG

INDIGOFERA (

Indigofera

sp.) UNTUK KONSUMSI PAKAN,

KECERNAAN DAN PRODUKSI SUSU SAPI

FRIESIAN HOLSTEIN (FH)

MIFTAHUR RAHMAN

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH)

Nama : Miftahur Rahman

NIM : D2409072

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Luki Abdullah MSc Agr Pembimbing I

Dr Ir Idat Galih Permana MSc Agr Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriringkan salam semoga tecurahkan kepada Nabi besar penyampai risalah Allah dan penutup para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW.

Seiring dengan tingginya harga pakan berkualitas baik membuat peternak kesulitan untuk mendapatkan pakan yang baik untuk ternak. Untuk itu dibutuhkan pakan subtitusi yang dapat menekan harga dan tetap memenuhi kebutuhan nutrien tersebut. Penulis mengambil judul dalam penelitian ini adalah Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH).

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membuat hasil yang lebih baik. Penulis juga berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Bahan 2

Alat 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Prosedur 2

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Gambaran Umum Peternakan 5

Produksi Susu 5

Konsumsi Pakan 5

Kecernaan Ransum 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

RIWAYAT HIDUP 15

(12)

DAFTAR TABEL

1. Periode laktasi dan masa laktasi sapi 3

2. Komposisi nutrien konsentrat komersil dan Indigofera sp. 4 3. Rataan produksi susu harian (l ekor-1 hari-1) 8

4. Rataaan konsumsi BK ransum 6

5. Komposisi nutrien konsentrat komersial dan Indigofera sp. 6 6. Hasil perhitungan rataan komposisi nutrien ransum percobaan 7 7. Nilai kecernaan BK dan BO ransum yang diberikan pada sapi perah 7

DAFTAR GAMBAR

1. Produksi susu harian sapi FH kelompok produksi tinggi (≥ 15 l) 9 2. Produksi susu harian sapi FH kelompok produksi sedang (10-14 l) 10 3. Produksi susu harian sapi FH kelompok produksi rendah (≤ 9 l) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Anova produksi susu (l hari-1) 13

2. Anova konsumsi BK (kg hari-1) 13

3. Anova kecernaan BK 13

4. Anova kecernaan BO 13

5. Konsumsi segar (kg ekor-1 hari-1) 14

6. Konsumsi BK (kg ekor-1 hari-1) 14

(13)

PENDAHULUAN

Susu merupakan salah satu sumber utama protein hewani. Saat ini produksi susu nasional hanya dapat memenuhi 26% dari kebutuhan susu dalam negeri dan sebagian masih diimpor. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2009), produksi susu dalam negeri baru mencapai sekitar 567.7 ribu ton dan hanya mampu memenuhi 26% dari kebutuhan susu nasional. Tingkat produksi susu yang relatif rendah di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh faktor pakan yang kurang memadai. Hal ini disebabkan pakan hijauan dan konsentrat yang cukup potensial tersedia di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk mengurangi jumlah impor susu maka perlu adanya usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi perah. Faktor utama yang mempengaruhi tingkat produksi susu pada sapi perah adalah pemberian pakan hijauan berkualitas. Faktor yang mempengaruhi produksi susu yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya umur beranak pertama, masa laktasi, masa kering, masa kosong dan selang beranak, sedangkan faktor eksternal diantaranya yaitu pemberian pakan, manajemen pemeliharaan dan iklim (Ginting dan Sitepu 1989).

Pemberian pakan sesuai kebutuhan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi maupun reproduksi (Bath et al. 1978). Pakan juga merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan produktivitas dan keuntungan sapi perah. Menurut Tyler dan Ensminger (1991) pakan merupakan kontributor terbesar biaya produksi dalam industri peternakan, yaitu sekitar 45-55%. Sedangkan menurut Sudono (1999), biaya yang dikeluarkan untuk pakan di Indonesia mencapai 60-70% dari total biaya produksi, sehingga program pemberian pakan yang baik sangat menguntungkan bagi para peternak.

Daun Indigofera zollingeriana memiliki kandungan protein kasar yang tinggi mencapai 27.60%. Menurut Tarigan (2009), tingkat produksi bahan kering (BK) total Indigofera sp. pada interval pemotongan 60 hari sebesar 20.69 ton ha-1 tahun -1 dan rasio daun/batang yaitu 1.67. Selain itu tepung daun Indigofera

memiliki kandungan mineral yang cukup untuk pertumbuhan optimal ternak, yaitu Ca 1.16%, P 0.26%, Mg 0.46% (Abdullah 2010). Indigofera sp. juga memiliki koefisien cerna bahan kering sebesar 68.21-73.15%, koefisien cerna bahan organik sebesar 65.33-70.64%, dan kecernaan protein kasar mencapai 90.64% (Suharlina 2010). Pemberian tepung Indigofera sp. sebagai substitusi konsentrat komersil diharapkan dapat meningkatkan produksi susu, konsumsi pakan dan kecernaan sapi Friesian Holstein (FH) di peternakan rakyat Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.

(14)

2

METODE PENELITIAN

Bahan

Ternak yang digunakan sebanyak sembilan ekor sapi perah FH, tiga ekor pada laktasi ke-3 dan enam ekor pada laktasi ke-2. Pakan yang diberikan antara lain rumput gajah, konsentrat komersil dan tepung Indigofera sp. sebagai bahan subtitusi.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat perkandangan, alat tulis, timbangan pakan untuk menimbang pakan konsumsi pakan dan gelas ukur untuk mengukur produksi susu.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah yang terletak di Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Laboratorium Ilmu Pakan Fakultas Peternakan IPB. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2013.

Peubah yang diamati

Beberapa peubah yang akan diamati pada penelitian ini antara lain: Konsumsi BK (bahan kering) ransum, konsumsi BO (bahan organik) ransum dan kecernaan nutrien ransum (BK, BO).

Konsumsi BK Ransum

Konsumsi BK ransum diperoleh dengan cara mengurangi jumlah BK ransum yang diberikan dengan BK ransum sisa setiap hari.

Konsumsi BO Ransum

Konsumsi BO ransum diperoleh dengan cara mengurangi BO ransum yang dikonsumsi dengan BO feses setiap hari.

Kecernaan Ransum

Kecernaan nutrien ditentukan dengan metode koleksi total pada kandang individu. Ransum yang diberikan dikompositkan dan diambil 200gr untuk dianalisis komposisi zat-zat makanannya. Feses yang dikeluarkan dikumpulkan dan ditimbang beratnya kemudian di jemur matahari selama tiga hari. Setelah kering, feses di timbang dan di simpan dalam kantong plastik yang tertutup rapat. Sampel feses yang terkumpul dikompositkan dan diambil 200gr untuk analisis komposisi kimianya.

( ang dikonsumsi g dalam feses 1 ang di konsumsi

Keterangan :

Konsumsi BK = konsumsi ransum (as fed) x % BK ransum Nutrien dalam feses = produksi feses x BK feses x % nutrien dalam

feses

(15)

3

Prosedur Pemeliharaan

Perlakuan terdiri atas ransum basal (rumput lapang, dan konsentrat komersil) dan tepung Indigofera sp. Pakan yang diberikan yaitu hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang diberikan terdiri dari konsentrat komersil dan tepung Indigofera sp. sebagai berikut:

Rumput lapang diberikan dalam jumlah yang sama sebanyak 60 kg ekor-1 hari-1. Ternak dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan produksi susu yaitu kelompok produksi tinggi (≥15 l hari-1), kelompok produksi sedang (10-14 l hari-1) dan kelompok produksi rendah (≤ 9 l hari-1). Ransum perlakuan diberikan selama dua minggu sebelumnya sebagai penelitian pendahuluan (preliminary period). Selanjutnya diikuti dengan periode pengamatan selama dua minggu.

Data dasar periode laktasi dan masa laktasi sapi serta Data komposisi nutrien konsentrat komersil dan Indigofera sp. dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1 Periode laktasi dan masa laktasi sapi Kelompok No sapi Masa laktasi

(bulan)

Konsentrat komersil dan tepung Indigofera sp. diberikan pada pagi dan sore hari selama dua periode, yaitu pada minggu ketiga hingga kelima. Konsentrat diberikan satu jam sebelum proses pemerahan dilakukan. Hal ini dilakukan agar penyerapan nutrien yang terkandung dalam konsentrat dapat lebih optimal dalam mempersiapkan produksi susu yang akan dihasilkan ketika proses pemerahan dilaksanakan. Untuk mendapatkan produksi susu dengan kualitas protein yang tinggi dapat di capai ketika protein yang terdapat dalam pakan pun tinggi.

(16)

4

Tabel 2 Komposisi nutrien konsentrat komersil dan Indigofera sp.

1

Komposisi nutrient Konsentrat komersial Indigofera sp.

Bahan kering (%) 86.70 % 85.28 %

BK = bahan kering; PK = protein kasar; SK = serat kasar; LK = lemak kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN = total digestible nutrient ; 1Hasil analisis Laboratorium Pengetahuan Bahan Makan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013); 2Perhitungan nilai TDN (SK>18% dan PK<20%): TDN = 92.464-3.338*SK-6.945LK–0.762BETN+1.115PK+0.031SK2 -0.133LK2+0.036SK*BETN+0.207LK*BETN+0.100SK*PK-0.022LK2*PK (Harris et al 1972)

Pengukuran Produksi Susu

Pengukuran produksi susu dilakukan dengan cara menampung produksi susu pada pagi dan sore hari setiap harinya. Susu yang telah diperah, kemudian ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan.

Pengukuran Konsumsi Pakan

Pengukuran konsumsi dilakukan dengan cara menimbang sisa pakan pada pagi dan sore hari setiap harinya dengan menggunakan timbangan.

Kecernaan

Perhitungan kecernaan dilakukan analisis proksimat (kadar air, abu, protein, lemak dan serat) pada sampel pakan dan sampel feses yang diambil. Parameter yang diamati adalah :

1. Konsumsi bahan kering 2. Konsumsi bahan organik 3. Kecernaan bahan kering 4. Kecernaan bahan organik

Rancangan Percobaan

Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok - analysis of variance (RAK - Anova), menggunakan tiga taraf konsentrat dan tepung Indigofera sp. dan tiga kelompok (ulangan) berdasarkan produksi susu. Penempatan ternak dan pemberian perlakuan dilakukan secara acak. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) model matematik dari rancangan percobaan ini adalah :

ij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

(17)

5

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (RAK-Anova). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan Uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Peternakan

Kampung Gambung Pangkalan, Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah pengembangan sapi perah di Jawa Barat. Kawasan ini beriklim sejuk 16-25°C dan secara umum demografi penduduk berprofesi sebagai petani holtikultura, karyawan perkebunan dan peternak sapi perah. Daerah ini terletak pada ketinggian kurang lebih 1.100 m di atas permukaan air laut. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat merupakan peternak sapi. Kepemilikan sapi laktasi masing-masing peternak antara 1 sampai 6 ekor. Jenis sapi yang dipelihara yaitu sapi FH dengan produksi susu berkisar antara 10-15 l ekor-1 hari-1.

Peternakan rakyat sapi perah di Kecamatan Pasirjambu, Bandung rata-rata menghasilkan susu sebanyak 10 l ekor-1 hari-1 (Triwidyaratih 2011). Sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak di kawasan ini pada umumnya kurang baik. Terutama dalam cara pemerahan. Proses pemerahan yang kurang baik akan menyebabkan mastitis, puting susu terluka atau lecet. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pukul 06.00, 11.00 dan 17.30 WIB. Pemberian air 20-30 l ekor-1 hari-1 dan hanya diberikan dua kali sehari ketika ternak akan diberikan konsentrat sebelum pemerahan. Hijauan yang diberikan terdiri dari rumput gajah, rumput raja, daun wortel, daun kol, kaliandra, daun kubis dan daun labu. Ternak hanya dibersihkan ketika mendekati waktu pemerahan. Pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 05.00 WIB dan pukul 14.00 WIB. Sebelum proses pemerahan, ambing dibersihkan dengan menggunakan air hangat dan bagian puting diolesi mentega ataupun vaselin untuk memperlancar proses pemerahan. Lama pemerahan sekitar 10-20 menit. Pada beberapa peternak, pemerahan dilakukan oleh satu orang dengan orang yang berbeda pada pemerahan berikutnya.

Rendahnya pengetahuan peternak terhadap manajemen kandang menyebabkan rendahnya kualitas susu yang dihasilkan sehingga mempengaruhi harga jual susu tersebut Terlihat dari pengelolaan kebersihan dan sanitasi kandang yang masih kurang baik. Kandang hanya dibersihkan ketika mendekati waktu pemerahan. Selain itu ukuran kandang yang sempit menyebabkan sulitnya ternak bergerak.

Konsumsi Pakan

(18)

6

Tabel 3 Rataaan konsumsi BK ransum

Perlakuan Konsumsi ransum kg ekor 60% konsentrat : 40% Indigofera sp..

Rataan konsumsi BK ransum selama penelitian diperoleh pada perlakuan P0 sebanyak 14.18±1.75 kg, P1 sebanyak 15.52±1.34 kg dan P2 sebanyak 14.03±0.92 kg. Hasil uji sidik ragam menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata konsumsi pada semua perlakuan pemberian ransum. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan Indigofera sp. sebagai bagian pakan ransum dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan ternak.

Sifat fisik ransum akan ditentukan oleh pengolahan yang dilakukan sebelum diberikan pada ternak, sehingga sangat mempengaruhi palatabilitas pakan. Palatabilitas ransum dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan temperatur yang diberikan (Church dan Pond 1988). Beberapa ahli palatabilitas menganggap bahwa tingkat palatabilitas pakan lebih penting daripada nilai nutrien pakan tersebut karena pakan dengan nilai nutrien tinggi tidak akan berarti bila tidak disukai oleh ternak (Mcllroy 1977). Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah temperatur lingkungan, selera, status fisiologi, konsentrasi nutrisi, bentuk pakan, bobot tubuh dan produksi.

Hasil dari komposisi nutrien konsentrat komersial, Indigofera sp., ransum percobaan dan feses dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Komposisi nutrien konsentrat komersial dan Indigofera sp. Komposisi nutrien

(19)

7 Tabel 5 Hasil perhitungan rataan komposisi nutrien ransum percobaan

Komposisi nutrien (%) Ransum percobaan

P01 P11 P21 0.036SK*BETN + 0.207LK*BETN + 0.100SK*PK - 0.022LK2*PK (Harris et al 1972); BK = bahan kering; PK = protein kasar; SK = serat kasar; LK = lemak kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN = total digestible nutrient

Hasil perhitungan pada komposisi nutrien setelah pemberian Indigofera sp. menunjukan bahwa terdapat peningkatan protein kasar komposisi nutrien konsentrat komersial dan Indigofera sp. pada perlakuan P1 dan P2 dari 16.90% menjadi 18.56% dan 20.22%. Hasil yang sama juga terlihat pada peningkatan protein kasar ransum percobaan yakni P0 15.87%, P1 16.29%, P2 16.10%. Hal ini menunjukan bahwa pemberian Indigofera sp. dapat meningkatkan kandungan protein kasar pada ransum yang diberikan pada ternak.

Kecernaan Ransum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kecernaan in vivo, diperoleh data pengamatan dan perhitungan Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) pada sapi Frisian Holstein (FH) sebagai berikut :

Tabel 6 Nilai kecernaan BK dan BO ransum yang diberikan pada sapi perah

Perlakuan BK pakan BK feses BO pakan BO feses KCBK (%) KCBO (%)

P0 14.18±1.75 3.28±0.34 12.05±1.44 2.62±0.38 76.81±0.69 78.34±0.74

P1 15.52±1.34 3.49±0.36 13.21±1.17 2.74±0.35 77.42±2.56 79.21±2.71

P2 14.03±0.92 3.26±0.60 11.96±0.81 2.56±0.48 76.54±5.83 78.34±5.52

Keterangan : P0 = 100% konsentrat : 0% Indigofera sp., P1 = 80% konsentrat : 20% Indigofera sp. dan P2 = 60% konsentrat : 40% Indigofera sp..

(20)

8

Nilai koefisien cerna bahan kering (KCBK) yang tinggi mengindikasikan zat makanan yang dikonsumsi dapat dicerna dan diserap lebih baik oleh ternak. Nilai kecernaan kering ransum P1 lebih tinggi dibandingkan nilai kecernaan kering ransum P2 dan P0 dengan nilai masing-masing 77.42%, 76.54% dan 76.81%. Nilai koefisien cerna bahan organik (KCBO) setelah pemberian konsentrat komersil dan Indigofera sp. pada taraf 20-40% tidak berbeda nyata terhadap KCBO dengan P0 78.34%, P1 79.21% dan P2 78.34%, artinya P0=P1=P2. Namun demikian, ada kecenderungan kecernaan bahan organiknya lebih tinggi dibandingkan konsentrat komersial. Peningkatan level Indigofera sp.. pada level 20% cenderung lebih tinggi kecernaannya dibandingkan dengan level 40%. Tabel 6 terlihat bahwa nilai KCBO relatif lebih tinggi dibandingkan dengan KCBK. Hal ini dikarenakan pada bahan kering masing mengandung abu, sedangkan bahan organik tidak mengandung abu, sehingga bahan tanpa kandungan abu relatif lebih mudah dicerna. Bahan organik merupakan bagian dari bahan kering, sehingga nilai KCBO akan lebih tinggi dibandingkan KCBK. Sutardi (2001) menyatakan bahwa peningkatan KCBK ransum sejalan dengan meningkatnya KCBO ransum, karena sebagian besar komponen BK terdiri atas BO. Hasil sidik ragam menunjukan hasil tidak berbeda nyata yang menggambarkan bahwa pemberian Indigofera sp. hingga taraf 40% sebagai subsitusi konsentrat komersil tidak mempengaruhi kecernaan pada sapi FH.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecernaan pakan adalah teknik pengolahan pakan (McDonald et al. 2002). Pakan berbentuk tepung mengalami proses pemotongan, pengeringan dan penggilingan. Hijauan yang digiling akan memperkecil ukuran partikel sehingga dapat meningkatkan kesempatan bagi mikroba rumen untuk mencerna makanan (Rappeti dan Bava 2008). Oleh karena itu ransum P1 dan P2 memiliki nilai kecernaan lebih tinggi dibandingkan ransum P0.

Produksi Susu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data rataan produksi susu harian sebagai berikut.

Tabel 7 Rataan produksi susu harian (l ekor-1 hari-1)

Perlakuan Preliminary1 Setelah perlakuan Selang Produksi Susu

P0 11.04 ± 3.19 12.55 ± 4.73 7.85 – 17.28

P1 11.25 ± 2.89 11.60 ± 3.05 8.36 – 14.65

P2 11.76 ± 3.67 11.55 ± 2.64 8.09 – 14.19

Keterangan : P0 = 100% konsentrat : 0% Indigofera sp., P1 = 80% konsentrat : 20% Indigofera sp. dan P2 = 60% konsentrat : 40% Indigofera sp.;1berasal dari sapi yang akan diberi perlakuan

(21)

9

(100%) dengan ransum komersil yang di subtitusi 20-40% Indigofera sp. Hal ini menunjukan bahwa Indigofera sp. dapat digunakan sebagai pengganti konsentrat hingga 40% sehingga menghemat penggunaan ransum komersil. Menurut Ginting dan Sitepu (1989), faktor yang mempengaruhi produksi susu yaitu pemberian pakan, masa laktasi, masa kosong, selang beranak, beranak pertama, iklim dan manajemen pemeliharaan.

Pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi susu. Sintesis susu diperoleh dari nutrien yang dialirkan oleh darah sebagai prekursor untuk proses sintesis susu di sel sekresi ambing (Apdini 2011). Perubahan pakan dapat berdampak langsung terhadap produksi susu. Produksi susu harian sapi Friesian Holstein mengalami fluktuasi seperti yang digambarkan pada grafik (Gambar 1-3).

Gambar 1 menunjukan produksi susu harian kelompok produksi tinggi. Peningkatan produksi susu terjadi pada perlakuan P0, sedangkan pada P1 dan P2 terjadi penurunan produksi susu. Hal ini dikarenakan karena penurunan konsumsi konsentrat yang menyebabkan penurunan tingkat palatabilitas pada P1 dan P2, bau ransum konsentrat yang menyengat membuat sapi P1 dan P2 sulit untuk mengkonsumsi ransum tersebut sehingga menyebabkan konsumsi ransum tidak optimal dan menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan nutrien kelompok sapi produksi tinggi agar dapat memproduksi susu dengan optimal. Pada P1 di hari ke-13 terjadi penurunan akibat kesalahan peternak dalam penanganan susu yang telah diperah, namun hal ini tidak berarti penurunan produksi susu, karena pada hari ke 12,14 dan 15 tidak terjadi penurunan produksi susu.

Kelompok produksi tinggi menunjukan jumlah pemberian konsentrat paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok produksi sedang dan produksi rendah, akan tetapi pemberian Indigofera sp. hingga taraf 40% belum mampu untuk menggantikan kebutuhan nutrien dari konsentrat untuk kelompok sapi berproduksi ≥15 liter. Tetapi hasil uji statistik menunjukan tidak berbeda nyata yang menggambarkan bahwa pemberian Indigofera sp. hingga taraf 40% sebagai subsitusi konsentrat komersil dapat mempertahankan produksi susu.

(22)

10

Gambar 2 menunjukan produksi susu harian kelompok produksi sedang. Terjadi fluktuasi produksi susu yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan faktor pemeliharaan yang kurang baik, palatabilitas yang rendah dan penyesuaian ternak yang sulit untuk dapat menerima ransum yang dicampur dengan tepung Indigofera sp. P1 pada hari ke-23 dan 30 terjadi penurunan produksi susu yang cukup tajam. Hal ini disebabkan sapi P1 sakit sehingga menyebabkan produksi turun. Penurunan serupa terjadi pada P2 di hari ke-14, hal ini disebabkan karena terjadi pembengkakan ambing akibat sengatan serangga sehingga membuat produksi susu tidak optimal, selain itu kelompok ini berada pada masa laktasi bulan ke 9-10. Masa ini merupakan masa terjadinya penurunan produksi susu. Namun, pemberian Indigofera zollingeriana mampu mempertahankan produksi susu agar tetap stabil. Uji statistik menunjukan hasil tidak berbeda nyata yang menggambarkan bahwa pemberian Indigofera sp. hingga taraf 40% sebagai subsitusi konsentrat komersil dapat mempertahankan produksi susu. Menurut Firman (2010) syarat-syarat pemerahan yang perlu diperhatikan peternak untuk mendapatkan produksi susu yang baik yaitu kesehatan sapi, kesahatan dan kebersihan pemerah, kebersihan kandang dan peralatan, kebersihan sapi, kebersihan tempat susu dan pemerahan yang teratur.

(23)

11 menunjukan hasil tidak berbeda nyata yang menggambarkan bahwa pemberian Indigofera sp. hingga taraf 40% sebagai subsitusi konsentrat komersil dapat mempertahankan produksi susu.

Pada masa pengamatan produksi susu mengalami fluktuasi yang cukup signifikan terutama pada masa transisi yaitu hari ke-15 sampai hari ke-27. Hal ini terjadi karena perubahan pola makan pada sapi tersebut. Pada tahap ini ternak mulai diperkenalkan dengan Indigofera sp. sehingga sangat mempengaruhi produksi susu, hal ini disebabkan pada masa transisi respon ternak terhadap Indigofera sp. kurang baik sehingga ransum konsentrat yang dikonsumsi hanya sedikit dan asupan nutrien yang dibutuhkan untuk proses sintesis susu pun menjadi tidak optimal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dapat disampaikan bahwa pemberian tepung Indigofera sp. sampai minimal 40% sebagai substitusi konsentrat komersil kualitas tinggi dapat digunakan dalam ransum sapi laktasi tanpa mempengaruhi konsumsi pakan, kecernaan dan produksi susu.

Saran

Pemberian Indigofera sp. sebaiknya diberikan dalam bentuk pelet agar dapat meningkatkan konsumsi pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah L. 2010. Herbage production and quality of shrub Indigofera treated by different concentration of foliar fertilizer. Med Pet 33(3): 169-175

Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan pellet Indigofera sp. pada kambing perah Peranakan Etawah dan Saanen di Peternakan Bangun Karso Farm [Skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

Bath DL, Dickinson FN, Tucker HA, Appleman RD. 1978. Dairy Cattle Principles, Practices, Problems and Profits. Ed ke-2. Philadelphia (US): Lea and Fabringer.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Susu di Indonesia [Internet]. 2013. [diunduh tahun 2013 April 1]. Bogor (ID). Tersedia pada http://www.bps.go.id/. Church DC, Pond WG. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd Edition.

(24)

12

Djaja W, Kuswaryan S, Tanuwiria UH. 2007. Efek substitusi konsentrat dengan daun kering kaliandra (Calliandra calothyrsus) dalam ransum sapi perah terhadap kuantitas dan kualitas susu, bobot badan dan pendapatan peternak. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bandung (ID): Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Ensminger M E, H D Tyler. 2006. Dairy Cattle Science. 4th Ed. New Jersey (US). Upper Saddle River.

Firman A. 2010. Agribisnis Sapi Perah, Bisnis Sapi Perah dari Hulu sampai Hilir. Bandung (ID). Penerbit Widya Padjadjaran.

Ginting N, P Sitepu. 1989. Teknik Beternak Sapi Perah di Indonesia. Bogor (ID). Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk, Tjelele TJ. 2007. Influence of

season/year and species on chemical composition and In vitro digestibility of five Indigofera accessions. J Anim Feed Sci . 136: 312-322.

Mattjik AA, IM Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid I. Bogor (ID). IPB Pr.

McDonald P, RA Edwards, JFD. Greenhalgh, CA Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. London (GB). Prentice Hall.

Mcllroy RJ. 1977. Pengantar Budidaya Rumput Tropika. Terjemahan: Susetyo, S. Soedarmadi, Kismono, I dan Harini, S. Praditya Pratama. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Rappeti L, L Bava. 2008. Feeding Management of Dairy Goats in Intensive System. In: G. Pulina and A. Cannas (Eds). Dairy Goats Feeding and Nutrition. Wallingford (US). CAB International.

Sudono A, RF Rosdiana, BS Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Depok (ID). Agromedia Pustaka.

Suharlina. 2010. Peningkatan produktivitas Indigofera sp. sebagai pakan hijauan berkualitas tinggi melalui aplikasi pupuk organik cair dari limbah industri penyedap masakan [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Sutardi 1997. Peluang dan tantangan pengembangan ilmu-ilmu nutrisi ternak. Pidato Orasi Ilmiah Guru Besar. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Tarigan A. 2009. Produktivitas dan pemanfaatan Indigofera sp. sebagai pakan ternak kambing pada interval dan intensitas pemotongan yang berbeda [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(25)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Anova produksi susu (l hari-1)

Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 3.00 1.50 0.47 6.944 18.00

Blok 2 56.25 28.13 8.92 6.944 18.00

Galat 4 12.62 3.15

Total 8 71.87

db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah Lampiran 2 Anova konsumsi BK (kg-1 hari-1)

db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah Lampiran 3 Anova kecernaan BK

Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 1.21 0.61 0.047 6.944 18.00

Blok 2 30.63 5.11 1.191 6.944 18.00

Galat 4 51.40 12.85

Total 8 83.24

db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah Lampiran 4 Anova kecernaan BO

Keragaman Db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 1.52 0.76 0.052 6.944 18.00

Blok 2 18.72 9.36 0.646 6.944 18.00

Galat 4 57.94 14.49 Total 8 78.18

db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah

Keragaman Db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 4.05 2.03 0.001 6.944 18.00 Blok 2 9.40 4.70 0.003 6.944 18.00 Galat 4 5751.94 1437.99

(26)

14

Lampiran 5 Konsumsi segar (kg ekor-1 hari-1)

Perlakuan Kelompok Rumput Konsentrat Indigofera Total

Produksi tinggi 60.00 8.00 0.00 68.00

P0 Produksi sedang 58.69 6.00 0.00 64.69

Produksi rendah 59.90 4.00 0.00 63.90

Rataan 59.53 6.00 0.00 65.53

SD 0.73 2.00 0.00 2.18

Produksi tinggi 60.00 6.00 2.00 68.00

P1 Produksi sedang 59.44 5.00 1.00 65.44

Produksi rendah 59.81 4.00 1.00 64.81

Rataan 59.75 5.00 1.33 66.09

SD 0.28 1.00 0.58 1.69

Produksi tinggi 58.57 4.00 1.88 64.45

P2 Produksi sedang 60.00 4.00 2.00 66.00

Produksi rendah 60.00 2.00 2.00 64.00

Rataan 59.52 3.33 1.96 64.82

SD 0.82 1.15 0.07 1.05

SD: standar deviasi

Lampiran 6 Konsumsi BK (kg ekor-1 hari-1)

Perlakuan Kelompok Rumput Konsentrat Indigofera Total

Produksi tinggi 9.05 6.94 0.00 15.98

P0 Produksi sedang 8.85 5.20 0.00 14.05

Produksi rendah 9.03 3.47 0.00 12.50

Rataan 8.98 5.20 0.00 14.18

SD 0.11 1.73 0.00 1.75

Produksi tinggi 10.09 5.20 1.71 17.00

P1 Produksi sedang 10.00 4.34 0.85 15.19

Produksi rendah 10.06 3.47 0.85 14.38

Rataan 10.05 4.34 1.14 15.52

SD 0.05 0.87 0.49 1.34

Produksi tinggi 9.32 3.47 1.60 14.39

P2 Produksi sedang 9.55 3.47 1.71 14.72

Produksi rendah 9.55 1.73 1.71 12.99

Rataan 9.47 2.89 1.67 14.03

SD 0.13 1.00 0.06 0.92

(27)

15 Lampiran 7 Kecernaan

Perlakuan Kelompok Feses Segar

BK (%)

BK (Kg)

BO (%)

BO (Kg)

Kecernaan BK (%) BO (%) Produksi

tinggi 22.51 15.93 3.59 82.63 2.96 77.56 78.05

P0 Produksi

sedang 21.59 15.47 3.34 80.01 2.67 76.23 77.78 Produksi

rendah 22.53 12.96 2.92 75.74 2.21 76.63 79.19 Rataan 22.21 14.79 3.28 79.46 2.62 76.81 78.34 SD 0.54 1.60 0.34 3.48 0.38 0.69 0.74

Produksi

tinggi 22.33 15.60 3.48 78.53 2.74 79.50 81.11

P1 Produksi

sedang 23.54 16.41 3.86 80.01 3.09 74.56 76.11 Produksi

rendah 20.70 15.15 3.14 76.19 2.39 78.19 80.41 Rataan 22.19 15.72 3.49 78.24 2.74 77.42 79.21 SD 1.43 0.64 0.36 1.93 0.35 2.56 2.71

Produksi

tinggi 19.47 13.99 2.72 78.37 2.13 81.07 82.69

P2 Produksi

sedang 20.82 15.13 3.15 78.74 2.48 78.60 80.19 Produksi

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Juli 1991 di Subang. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Badrudin. dan Herlina Puspasari. Awal pendidikan dasar penulis ditempuh pada tahun 1997 di SDN Kotabatu 3 Kabupaten Bogor dan diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan menengah pertama diawali pada tahun 2003 di SMPN 9 Kota Bogor dan diselesaikan pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di MAN 2 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas

Peternakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu staff BOS (Budaya Olahraga dan Seni) BEM D (2010/2011), Kepala Bidang Agama Sapma PP (2010/2011), Kepala Bidang Alam dan Lingkungan Hidup Sapma PP (2011/2013), Kepala Bidang Politik dan Hankam Sapma PP (2013 hingga sekarang). Penulis juga aktif dalam kepanitian diantaranya koordinator lapangan Dekan Cup 2011, ketua pelaksana Fapet Show Time 2011. Pada tahun 2011 penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Lembang.Penulis juga aktif mengikuti perlombaan Penulis juga memperoleh berbagai prestasi di bidang non akademik yaitu, Juara Tunggal Business Challenge Competition tingkat IPB, Penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2009-2010 dan dana hibah dari Career Development Alumni and Affairs (CDA) IPB pada tahun 2012.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 4  Komposisi nutrien konsentrat komersial dan Indigofera sp.
Tabel 5  Hasil perhitungan rataan komposisi nutrien ransum percobaan
Gambar 2  Produksi susu FH kelompok produksi sedang (10-14 l hariHari   -1).     : P0

Referensi

Dokumen terkait

Rieke Ulfha Noviyanti dan Sela Murni Noviani, 2017, Prarancangan Pabrik Benzaldehid dengan Proses Oksidasi Toluen, Kapasitas 15.000 Ton/Tahun, Program Studi Sarjana

Alat kontrasepsi yg dimasukkan ke dlm rahim yg bentuknya bermacam-macam, terbuat dari plastik, plastik yg dililit tembaga atau tembaga bercampur perak yg dpt

Profesionalisme yang berpengaruh terhadap kualitas audit menunjukkan fenomena bahwa sikap auditor yang profesional dalam melaksanakan tugasnya mampu memberikan nilai

Metode yang dipakai dalam penyusunan kertas karya ini adalah dengan menggunakan metode pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data

pilih menu kelola fasilitas tampil halaman kelola fasilitas masukkan data fasilitas simpan data fasilitas ubah data fasilitas cari data fasilitas hapus data fasilitas Y T

Materi penelitian adalah daging burung puyuh yang telah mendapatkan perlakuan pemberian ransum yang ditambahkan dengan tepung siap pakai temulawak dan kunyit.. Ransum

Dari sekian banyak kegiatan atau tindakan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan untuk perubahan (sosial) yang dimaksudkan itu, akan selalu bertumpu pada kompetensi

Residu biochar musim tanam pertama dan pemupukan NPK dapat mempengaruhi dinamika nitrogen, sifat kimia dan hasil tanaman padi musim tanam ketiga yang