• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN

KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN

BERMOTOR

Disusun Oleh :

DWI UTAMI NORMA WIJAYA D 0107044

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. H. Marsudi, M.Si (……….) NIP. 195508231983031001 Ketua

2. Herwan Parwiyanto, S.Sos.M.Si (……….) NIP. 197505052008011033 Sekretaris

3. Dra. Hj. Lestariningih, M.Si. (………..) NIP. 195310091980032003 Penguji

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sangatlah berat, kecuali

bagi orang yang khusyu (Q.S. Al Baqarah : 45)

Tiada yang mustahil dari perjuangan, kesabaran, dan doa. Kita hanya memerlukan napas panjang dan inovasi tiada henti untuk mengarahkan perahu kehidupan pada pelabuhan

harapan (Anne Avantie)

Sikap menunda-nunda adalah satu dari penyakit yang paling umum dan mematikan, dan itu membuat jalan kepada

kesuksesan dan kebahagiaan menjadi berat. (Wayne Gretzky)

Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka

(Eleanor Roosevelt)

Kerjakanlah sesuatu yang membawa berkah untukmu dan untuk orang-orang yang kamu sayangi

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,

karya sederhana ini penulis persembahkan

kepada:

Ayah Ibuku tercinta yang telah memberi kasih sayang,

doa, nasihat, dan dukungan yang tak henti-hentinya

untukku;

Mas Eko dan Mbak Pipit yang telah berusaha

memberikan yang terbaik buatku;

Keponakanku tersayang Yuris Gahara Aulia Hartanto

dan Lais Arsalan Farzana Hartanto,,,Love u aLL

Special thank’s to Rokki Harris atas cinta dan kasih

sayang selama ini, yang selalu setia menemaniku dan

menjadi semangatku dalam menggapai masa depanku;,

(6)

commit to user

vi

Kata

Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

Penyusunan skripsi yang berjudul “Kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam Pengelolaan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor” ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar sarjana sosial Universitas Sebelas Maret .

Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin dalam

menyelesaikan dan penyusunan skripsi ini, akan tetapi karya ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima pemikiran

serta dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus

kepada:

1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si. selaku pembimbing, yang senantiasa memberi

bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis

(7)

commit to user

vii

2. Drs. Suharsono, M.S selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas

bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Drs. H. Supriyadi SN., SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

4. Drs. Sudarto, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

5. Segenap dosen jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan

pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.

6. Bapak Drs. Rusmanto, S.H selaku Kepala Dinas Perhubungan, Informatika,

dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian

dalam rangka penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Herry Febrianto selaku Kepala Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor

dan segenap pegawai di Seksi Pengujian Kendaraan Bermotor yang telah

memberikan bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi

kelancaran skripsi ini.

8. Masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang banyak memberikan informasi

dalam penyusunan skripsi ini.

9. Keluarga besarku, ayah, ibu, dan kakakku yang telah memberikan doa,

semangat, dan nasihat.

10. Rokki Harris, yang selalu setia menemaniku dan menjadi semangat dalam

penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku Fariza, Ria, Lisa, Yunita, Amel, dan Kiki terima kasih

(8)

commit to user

viii

12. Teman-teman AN’07, Ike, Lusi, Ripi, Titi, Wulan, Wiji, Farah, Intan, Mpep,

Yoga, Adit, Candra, Ipunk, dan semua teman-temanku yang tidak bisa

kusebutkan satu per satu terima kasih atas kebersamaan yang solid selama ini.

13. Penghuni “wisma putri nita” Dewi, Dita, Peni, Ria, Like, Desti, Nadya, dan

teman-teman kos lainnya terima kasih atas kehangatan kita selama ini.

14. Anak-anak “wisma ganteng” Danil, Bang Angga, Rama, Mas Henry, Galih,

dan Agung, terima kasih kalian selalu ada saat aku butuh.

15. Para guru dan dosen, yang telah membimbing dari TK sampai Universitas

terima kasih atas ilmu dan pengabdian yang kalian berikan.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril, spiritual, maupun

pengetahuan kepada penulis pada saat kuliah maupun pada saat penulisan skripsi

ini.

Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semua kalangan.

Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Januari 2011

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ………. . xv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Perumusan Masalah ………. 16

C. Tujuan Penelitian……… …. 16

D. Manfaat Penelitian……….... 17

BABII TINJAUAN PUSTAKA……… 18

A. KINERJA ……… 18

1. Pengertian Kinerja……… 18

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ……… 20

(10)

commit to user

x

B. RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR …… 42

1. Peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada APBD……… 42

2. Keuangan Daerah ……….. 44

3. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ……….. 45

4. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ……… 46

C. KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR……….. 50

D. KERANGKA BERPIKIR ……….. 56

BABIII METODE PENELITIAN………... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 68

A. DISKRIPSI LOKASI ………. 68

1. Gambaran Umum Kabupaten Sukoharjo ………. 68

2. Gambaran Umum Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo ……… 69

B. PEMBAHASAN……….. 82

1. Indikator Tangible ……….. 84

2. Indikator Responsivitas ……….. 95

3. Indikator Responsibilitas ……… 104

(11)

commit to user

xi

C. FAKTOR YA NG MEMPENGARUHI KINERJA …………. .. 131

1. Faktor Internal… ………... 131

2. Faktor Eksternal…….. ……… 136

BAB IV PENUTUP ………..……… 138

A. Kesimpulan ……… 138

B. Saran ………. 142

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel: Halaman

Tabel I.1. Anggaran Pendapatan Asli Daerah kabupaten Sukoharjo

Tahun 2008………... 7

Tabel 1.2. Kontribusi Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2009 ... 8

Tabel I.3. Realisasi Pendapatan Tahunan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor (Dalam Ribuan Rupiah) ... 11

Tabel I.4. Penerimaan retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2005-2009 ... 11

Tabel I.5. Potensi Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2008 dan 2009... ... 13

Tabel IV.1. Jumlah Pegawai Dishubinfokom Kabupaen Sujoharjo Berdasarkan Status.………. 72

Tabel IV.2. Jumlah Pegawai Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Struktur Organisasi ... 72

Tabel IV.3 Jumlah Pegawai Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... ... 73

Tabel IV.4 Daftar Inventaris Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2010………... 87

Tabel.IV.5 Pengukuran Kinerja Tahunan Tahun 2007……….. ... 91

Tabel IV.6 Pengukuran Kinerja Tahunan Tahun 2008……… ... 92

Tabel IV.7 Pengukuran Kinerja Tahunan Tahun 2009……… ... 93

Tabel IV.8 Perbandingan Anggaran Kegiatan Tahun 2009 Antara yang Direncanakan dengan Kenyataan... ... 114

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar: Halaman

Gambar II.1. Bagan Kerangka Berfikir………... 59 Gambar IV.1. Bagan Struktur Organisasi Dishubinfokom Kab. Sukoharjo... 81 Gambar IV.2. Gambar Alur Pengujian Kendaraan Bermotor……….. 125

(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

Dwi Utami Norma Wijaya, D 0107044, “Kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Pengelolaan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. Retribusi ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyumbang PAD Kabupaten Sukoharjo sehingga perlu dilakukan pengelolaan agar pendapatan dari retribusi ini bisa sesuai dengan target yang dianggarkan. Pada tahun 2008 dan 2009 pendapatan dari retribusi pengujian kendaraan bermotor tidak bisa menutup target yang telah dianggarkan. Tidak tecapainya target pada tahun tersebut dikarenakan tidak semua kendaraan wajib uji melakukan pengujian.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk validitas datanya menggunakan teknik trianggulasi data dan analisa data yang digunakan adalah analisa model interaktif yaitu reduksi data, pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan.

(15)

commit to user

xv

ABSTRACT

Dwi Utami Norma Wijaya, D 0107044, “The Performance of Transportation, Information and Communication Official at Sukoharjo Regency to Manage Retribution of Motor Vehicle Inspection”. Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta.

Retribution of Motor Vehicle Inspection is one of Sukoharjo Regency income sources. Retribution has a significant role to contribute PAD of Sukoharjo Regency, so it need to manage revenues from this retribution be in accordance with the budgeted target. In 2008 and 2009, income from retribution of testing motor vehicles does not reach targets that have been budgeted. Unreach the target in that year, becaused that not all compulsory vehicle test do the test.

This research aim to find out how the Performance of Transportation, Information and Communication Services at Sukoharjo Regency to Manager of Motor Vehicle Inspection Retribution was.

The study was descriptive qualitative. Methods of data collection were interviews, observation, and documentation. For data validity data, the researcher used triangulation techniques and data analysis was the analysis of thought that used an interactive model of data reduction, data collection, and conclusion

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah telah memberikan makna tersendiri terhadap

penyelenggaraan otonomi daerah di masa yang akan datang bila

dibandingkan dengan penerapan asas desentralisasi dalam Undang –

Undang Nomor 22 Tahun 1999. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, pemerintah daerah mempunyai hak yang lebih luas untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri baik berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian maupun evaluasi

yang didukung oleh pembagian, pengaturan dan pemanfaatan sumber daya

nasional serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah, tidak dapat lepas dari masalah

pembiayaan dan penganggaran sebagai ujung tombak tercapainya

pembangunan pemerintahan di daerah. Dalam hal ini adanya usaha untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan

daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

masyarakat, adalah langkah yang harus dilakukan oleh semua daerah.

Berdasarkan pada argumen di atas, maka Pemerintah Daerah (Pemda)

harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadahi untuk

(17)

commit to user

membiayai otonominya. Kapasitas keuangan daerah akan sangat

menentukan kemampuan Pemda dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah agar

memungkinkan daerah dapat mengatur rumah tangganya sendiri untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai

konsekwensi daerah agar dapat dapat membiayai rumah tangganya sendiri,

maka daerah diberi kewenangan untuk menggali sumber – sumber

pendapatan asli daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang –

undangan yang berlaku.

Dalam penjelasan umum Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, di jelaskan :

a) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan

bertanggung jawab di perlukan kewenangan dan kemampuan menggali

sumber – sumber pendapatan asli daerah sendiri, yang didukung oleh

perimbangan keuangan, antara pemerintahan pusat dan daerah serta

antara Propinsi dan Kabupaten / Kota yang merupakan prasarat dalam

sistem Pemerintahan Daerah.

b) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah, kewenangan

keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan

menjadi kewenangan daerah. Penyelenggaran Otonomi Daerah

(18)

commit to user

responsibilitas serta akuntabilitas dari tiap – tiap daerah. Sejalan

dengan itu penyelenggaraan Pemerintah Daerah di dukung adanya

Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan

Daerah yang di sesuaikan dengan potensi dan kebutuhan daerah.

Menurut Pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa sumber penerimaan keuangan

daerah adalah :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah

2. Hasil Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

4. Lain-lain PAD yang sah.

b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Sumber-sumber penerimaan daerah dalam konteks otonomi dan

desentralisasi untuk saat ini masih didominasi oleh bantuan dan

sumbangan Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat, baik dalam bentuk

Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dana

bagi hasil, sedangkan porsi PAD masih relatif kecil. Secara rata-rata

nasional, PAD hanya memberi kontribusi sekitar 12 – 15 persen dari total

penerimaan daerah, sedangkan yang 70 persen masih menggantungkan

(19)

commit to user

menuntut Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan PAD sehingga

dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan dari Pemerintah Pusat.

PAD diprioritaskan untuk membiayai kegiatan operasi dan

pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan kepada masyarakat. Oleh

karenanya, penyediaan dana yang bersumber pada PAD seyogyanya harus

mempertimbangkan efisiensi, efektifitas dan hemat, sehingga tidak

menurunkan standard pelayanan kepada masyarakat. Salah satu

permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun dan

melaksanakan APBD adalah bagaimana meningkatkan pendapatan daerah

melalui Pajak dan Retribusi Daerah tanpa harus menambah beban

masyarakat.

Undang-undang yang memuat ketentuan tentang Pajak dan

Retribusi Daerah adalah Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 34

Tahun 2000, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pajak Daerah

adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada

daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pembangunan daerah. Sedangkan pengertian dari Retribusi Daerah

(20)

commit to user

tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Pemerintah daerah diharapkan senantiasa meningkatkan PAD untuk

mengurangi ketergantungan pembiayaan dari pusat, sehingga dapat

meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah (local discretion). Langkah

penting yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan

penerimaan daerah adalah dengan menggali potensi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) riil yang dimiliki, terutama dari sektor pajak dan retribusi

sebagai komponen penyumbang PAD yang terbesar dengan cara

menerbitkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pendapatan. Namun

yang harus diingat bahwa dalam upaya meningkatkan PAD, daerah

dilarang :

a. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang

menyebabkan ekonomi biaya tinggi ; dan

b. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang

menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar

daerah dan kegiatan impor/ekspor.

Dengan demikian, daerah harus diberi kewenangan dan kemampuan

untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri sehingga cukup

memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah. Sejalan dengan hal tersebut, daerah otonomi harus

memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

(21)

commit to user

harus cukup untuk memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah. Namun pada saat ini, yang

terjadi di sebagian besar daerah, konstribusi yang disumbangkan oleh

PAD terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah belum memadai

dan relatif masih kurang.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah salah satu sumber

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. Retribusi ini mempunyai

peranan yang cukup besar dalam menyumbang PAD Kabupaten

Sukoharjo. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dikelola oleh Dinas

Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo, namun

mulai akhir tahun 2008 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Daerah Kabupaten Sukoharjo Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan

Kebudayaaan diganti dengan Dinas Perhubungan, Informatika, dan

Komunikasi. Sehingga mulai akhir tahun 2008 retribusi pengujian

kendaraan bermotor dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan

Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.

Sebagai gambaran bahwa pada tahun 2008 Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Sukoharjo dianggarkan sebesar Rp43.081.307.750,00. Angka

tersebut terdiri atas Pajak Daerah sebesar Rp14.749.035.600,00, Retribusi

Daerah sebesar Rp17.005.749.950,00, Hasil Pengelolaan Kekayaan

(22)

commit to user

Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar Rp8.742.852.200,00. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut.

Tabel I.1 Anggaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Sumber : Dishubinfokom Kab. Sukoharjo Tahun 2008

Dari tabel tersebut di atas, terlihat bahwa pada tahun 2008

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo dari sektor retribusi adalah

sebesar Rp17.005.749.950,00. Dari jumlah tersebut sebesar Rp

1.779.178.300,00 atau sebesar 10,46% dikelola oleh Dinas

Perhubungan,Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang PAD

sebesar Rp516.000.000,00 pada tahun 2008. Ini berarti Retribusi

Pengujian Kendaraan Bermotor dianggarkan menyumbang 1,20%

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo atau menyumbang 3,03%

Retribusi Daerah.

Sedangkan pada tahun 2009 Pendapatan Asli Daerah dari sektor

retribusi yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan

Komunikasi Kabupaten Sukoharjo ditarget sebesar Rp1.618.955.000,00.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang

(23)

commit to user

jelasnya rincian Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun

2009 yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi

Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :

TABEL I.2 Kontribusi Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Tahun 2009.

1 Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan

5 Retribusi Penyeberangan

di atas air

Sumber: Dishubinfokom Kab Sukoharjo Tahun 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Retrbusi Pengujian

Kendaraan Bermotor ditargetkan menyumbang PAD sebesar 29,6% total

penerimaan daerah. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan, Informatika, dan

Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi pengelola, menerapkan

aturan-aturan dalam penarikan Retribusi khususnya retribusi Pengujian

(24)

commit to user

Sukoharjo Nomor 28 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan

Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pengujian Kendaraan Bermotor.

Penerbitan Peraturan Daerah tersebut merupakan langkah

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam rangka meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah dari sektor retribusi sehingga pemerintah memiliki landasan

hukum yang pasti dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan

penarikan retribusi daerah.

Dalam pelaksanaan Perda Nomor 28 Tahun 2003 tentang retribusi

pengujian kendaraan bermotor ini tentunya tidak terlepas dari

permasalahan yang selalu timbul. Permasalahan-permasalahan tersebut

dilatarbelakangi oleh sistem dan prosedur, sarana dan prasarana yang ada,

sumber daya manusia dari personil, kesadaran dari pemilik kendaraan

untuk melakukan wajib uji, serta kondisi perekonomian yang selalu

berubah-ubah. (Sumber : LAKIP Dishubinfokom Kab.Sukoharjo tahun

2009).

Selain itu kendala yang sering dijumpai dalam proses pengujian

adalah ketika ada kendaraan yang diujikan dan secara teknis tidak

memenuhi syarat laik jalan, tetapi pemilik kendaraan ngotot minta agar

dinyatakan lulus uji. Tidak jarang petugas/penguji harus adu argumentasi

dengan para pemilik kendaraan tentang hal ini. Seperti disampaikan oleh

Bapak Budiyono, seorang penguji kendaraan di Dinas Perhubungan,

(25)

commit to user

”Kami sering terpaksa harus adu argumentasi dengan pemilik kendaraan yang tidak lulus uji. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang kami lakukan adalah untuk keselamatan mereka sendiri. Kami tidak mungkin memberikan tanda pengesahan lulus uji bila memang ada bagian-bagian tertentu dari kendaraan tersebut yang secara teknis tidak laik jalan.” (wawancara tanggal 21 September 2010).

Fenomena di atas menunjukkan bahwa dalam proses pengujian,

pemerintah dihadapkan pada dua sisi kepentingan yang bertolak belakang.

Di satu sisi, pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan, Informatika,

dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo harus bisa meningkatkan

pendapatan dari retribusi pengujian kendaraan bermotor agar bisa

mencapai target yang telah ditetapkan serta tuntutan untuk memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat melalui prosedur yang mudah dan

praktis. Di sisi lain, petugas harus bersikap tegas dalam meningkatkan

proses pengujian kendaraan bermotor demi keselamatan pengguna

kendaraan dan penumpang umum, khususnya di wilayah Kabupaten

Sukoharjo.

Mengingat begitu besarnya kontribusi dari retribusi pengujian

bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo maka

Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo

sebagai instansi pengelola pengujian kendaraan bermotor harus

meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan retribusi pengujian

kendaraan bermotor sehingga hasil yang didapat dari pengujian kendaraan

bermotor ini bisa mencapai target pendapatan sesuai yang ditentukan.

(26)

commit to user

Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo

dihadapakan pada permasalahan yang sangat penting, yaitu pada dua tahun

terakhir tersebut pendapatan yang diperoleh dari retribusi pengujian

kendaraan bermotor tidak bisa mencapai target Pendapatan Asli Daerah

yang telah dianggarkan. Berikut adalah tabel realisasi pendapatan dari

sektor retribusi pengujian kendaraan bermotor selama lima tahun terakhir.

Tabel I.3. Realisasi Pendapatan Tahunan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor (Dalam Ribuan Rupiah)

TAHUN

RELISASI PENDAPATAN

RETRIBUSI DENDA TANDA

UJI Sumber : Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo tahun 2010

Dari realisasi pendapatan yang tertera pada tabel di atas di tahun

2008 dan tahun 2009 tidak bisa mencapai target yang telah dianggarkan.

Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut :

Tabel I.4. PENERIMAAN RETRIBUSI

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2005 – 2009

Tahun Target 2005 375.000.000 442.878.500 118,1

2006 415.000.000 442.421.000 108,6

2007 430.0000.000 450.184.000 104,7

2008 516.000.000 461.864.000 89,5

(27)

commit to user

Pada tahun 2008 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget

menyumbang PAD sebesar Rp516.000.000,00 namun pada realisasinya

hanya tercapai sebesar Rp461.000.000,00 atau hanya sekitar 89,5% dari

target yang telah ditatapkan. Sedangkan pada tahun 2009 retribusi

pengujian kendaraan bermotor ditarget menyumbang PAD sebesar

Rp480.000.000,00 namun pada realisasinya hanya tercapai sebesar

Rp448.310.000 atau sebesar 93,3% dari target yang telah ditetapkan.

Dengan demikian dalam hal retribusi pengujian kendaraan bermotor Dinas

Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tidak

bisa menutup target sebesar 10,5% di tahun 2008 dan 6,7% di tahum 2009.

Tidak tertutupnya target dalam hal pengujian kendaraan bermotor di

tahun 2008 dan 2009 dikarenakan berkurangnya jumlah kendaraan wajib

uji yang melakukan pengujian. Hal ini disebabkan karena beberapa hal,

antara lain adalah rendahnya kesadaran dari pemilik kendaraan bermotor

untuk mengujikan kendaraannya dan banyaknya kendaraan bermotor yang

mutasi atau pindah ke luar kota.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan semakin pentingnya

kebutuhan akan transportasi hal ini seharusnya memberi dampak positif

terhadap retribusi pengujian kendaraan bermotor, karena dengan

banyaknya kendaraan bermotor maka jumlah kendaraan bermotor wajib

uji juga semakin banyak dan hal ini menjadi potensi yang sangat penting

dalam bertambahnya retribusi pengujian kendaraan bermotor. Namun pada

(28)

commit to user

proses pengujian. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab tidak

tercapainya target retribusi di tahun 2008 dan 2009. Berikut adalah potensi

yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi

Kabupaten Sukoharjo sebagai objek retribusi pengujian kendaraan

bermotor :

Tabel I. 5. Potensi Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2008 dan 2009

Sumber : Dishubinfokom Kab. Sukoharjo Tahun 2010

Dari data dalam tabel di atas sangat jelas bahwa pada tahun 2008

dan 2009 tidak semua kendaraan wajib uji melakukan proses pengujian,

hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran dari pemilik kendaraan

bermotor untuk melakukan pengujian. Sebagian besar pemilik kendaraan

bermotor yang tidak melakukan pengujian adalah mereka yang enggan

direpotkan dengan prosedur maupun persyaratan pengujian dan mereka

yang bertempat tinggal jauh dari lokasi pengujian. Karena masih

kurangnya sanksi yang tegas bagi yang tidak melakukan pengujian maka

Jenis Kendaraan

Tahun 2008

Tahun 2009

(29)

commit to user

sebagian besar orang meremehkan proses pengujian kendaraan bermotor

ini walaupun itu untuk keselamatan mereka. Keterlambatan dalam

melakukan pengujian juga menyebabkan orang malas mengujikan

kendaraannya karena bagi kendaraan yang terlambat diujikan akan dikenai

denda, daripada membayar denda yang mahal mereka memilih tidak

mengujikan kendaraannya sama sekali. Fenomena seperti ini menuntut

pegawai di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten

Sukoharjo untuk lebih peka terhadap pemilik kendaraan bermotor dalam

proses uji kelayakan kendaraan, karena selain berpengaruh terhadap PAD

pengujian kendaraan bermotor juga menjamin keselamatan dalam

bertransportasi.

Selain rendahnya kesadaran pemilik kendaraan dalam melakukan

pengujian kendaraan bermotor, kendala lain yang dihadapi dalam

penarikan retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah bahwa pengujian

kendaraan bermotor memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi,

kendaraan wajib uji harus memiliki kriteria tertentu untuk dinyatakan lulus

pengujian, namun di sisi lain Dinas Perhubungan, Informatika, dan

Komunikasi diharapkan memenuhi target retribusi pengujian kendaraan

bermotor yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD). Jika pengujian kendaraan bermotor dilakukan secara

ketat, banyak kendaraan bermotor yang tidak lulus pengujian dan

ditemukan banyak kendaraan yang sudah tidak laik jalan. Ini akan

(30)

commit to user

Melihat beberapa alasan tidak tercapainya target PAD selama dua

tahun berturut-turut dari tahun 2008 dan 2009 seperti disebutkan di atas

maka dinilai masih kurangnya kemampuan Dinas Perhubungan,

Informatika, dan Komunikasi dalam pengelolaan retribusi pengujian

kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilihat dari adanya data yang

menunjukkan bahwa tidak semua kendaraan wajib uji melakukan

pengujian. Untuk itu sebagai institusi yang mempunyai tanggung jawab

dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor Dinas

Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo harus

bisa meningkatkan kemampuannya dalam pengujian kendaraan bermotor.

Retribusi pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Sukoharjo

merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah

dalam kerangka otonomi daerah. Karena Dinas Perhubungan, Informatika,

dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan

bermotor maka penulis tertarik mengambil penelitian dengan judul

”KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN

KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN

(31)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

”Bagaimanakah kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan

Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian

kendaraan bermotor ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan,

Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan

retribusi pengujian kendaraan bermotor.

2. Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak, sebagai bahan pemikiran dalam meningkatkan kinerja pengelolaan

retribusi pengujian kendaraan bermotor baik di Kabupaten Sukoharjo

maupun di daerah lainnya.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(32)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai kinerja organisasi

publik terutama Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi

Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian

kendaraan bermotor.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi instansi-instansi terkait Dinas

Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo,

berkaitan dengan kinerja organisasi publik terutama dalam

pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.

3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang

diperoleh ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara

berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan

profesional.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan

(33)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

KINERJA

1. PENGERTIAN KINERJA

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam

strategic planning suatu organisasi. (Mahsun, 2006:25).

Sedangkan Bastian dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan

bahwa kinerja adalah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

hasil pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan

sasaran tujuan, visi, dan misi organisasi tersebut. (Hessel Nogi

Tangkilisan, 2005:175).

Pengertian kinerja menurut Joko Widodo pada hakekatnya berkaitan

dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa

yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai

dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. (Joko

Widodo, 2005:79).

Sedangkan John Withmore dalam Lijan Poltak Sinambela

mengemukakan bahwa kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang

dalam memenuhi tanggung jawabnya dengan menetapkan standar tertentu.

(34)

commit to user

Untuk meningkatkan kinerja yang optimum perlu ditetapkan standar

kinerja yang jelas, yang dapat menjadi acuan bagi seluruh pegawai.

Kinerja pegawai akan tercipta jika pegawai dapat melaksanakan tanggung

jawabnya dengan baik. (Lijan Poltak Sinambela, 2006:138).

Menurut Otley dalam Mahmudi kinerja mengacu pada sesuatu yang

terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan yang meliputi hasil yang

dicapai kerja tersebut. (Mahmudi, 2010:6).

Sedangkan menurut Rogers dalam Mahmudi, mendefinisikan

kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil

kerja memberi keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik

organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. (Mahmudi,

2010:6).

Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun

2003 dalam Keban, menyebutkan bahwa kinerja memberikan gambaran

tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan

dengan kinerjanya terdahulu dibandingkan dengan organisasi lain dan

sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan.

(Keban, 2004:193).

Lebih lanjut dalam dalam Pedoman Penyusunan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia dalam Widodo menyebutkan bahwa kinerja merupakan

(35)

commit to user

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi

organisasi. (Widodo, 2005:79).

Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam Ruky

mendefinisikan ‘performance is defined as the record of outcomes

produced on a specified job function or activity during specified time

period’ kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu

tertentu. (Ruky, 2001:15).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan

kinerja atau performance merupakan capaian/hasil kerja dari suatu

organisasi atau instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari

kinerja ini adalah sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan

tugasnya sesuai dengan target/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya

atau kesesuaian pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh

organisasi atau instansi tersebut. Kinerja merupakan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang menjadi

tanggung jawabnya dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

Kinerja merupakan suatu hal yang banyak dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanannya. Menurut

(36)

commit to user

mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah:

a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki

oleh setiap individu.

b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap

team leader.

c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur

yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi.

e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

(Mahmudi, 2010:20).

Yuwono dkk. dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan

bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi

meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan

tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang

dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif. (Tangkilisan,

(37)

commit to user

Ruky dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengidentifikasikan

faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja

organisasi sebagai berikut :

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang

digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh

organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan

semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan

ruangan, dan kebersihan.

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

dalam organisasi yang bersangkutan.

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota

organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi, dan lain-lain.

(Tangkilisan, 2005:180).

Sedangkan Soesilo dalam Hessel Nogi Tangkilisan mengemukakan

bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh

faktor-faktor berikut :

a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan

(38)

commit to user

b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.

c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk

bekerja dan berkarya secara optimal.

d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan

data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap

aktivitas organisasi.

(Tangkilisan, 2005 : 180-181).

Atmosoeprapto dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja

suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun

faktor eksternal seperti berikut ini :

a. Faktor eksternal yang terdiri dari :

1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan

ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk

berkarya secara maksimal.

2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli

untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu system

(39)

commit to user

3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos

kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal yang terdiri dari :

1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin

diproduksi oleh suatu organisasi.

2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara

keseluruhan.

4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola

kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

(Tangkilisan, 2005:181-182).

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dibagi menjadi dua,

yaitu sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor ini meliputi berbagai hal yang ada di dalam internal organisasi

itu sendiri. Faktor ini meliputi faktor kapasitas individu atau sumber

daya manusia, kepemimpinan, sistem dan struktur organisasi, kerjasama

(40)

commit to user

yang mempengaruhi bagaimana pencapaian kinerja suatu organisasi

atau instansi dapat dicapai.

b. Faktor eksternal

Faktor ini meliputi berbagai hal yang ada di luar organisasi yang

mempengaruhi organisasi dalam menjalankan kinerjanya. Faktor ini

antara lain meliputi faktor sosial, politik, ekonomi yang selalu berubah

dan mempengaruhi organisasi dalam menjalankan fungsinya.

Kedua faktor ini adalah berbagai hal yang ada di dalam maupun

diluar organisasi yang akan selalu dihadapi oleh organisasi atau instansi

dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

3. PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA

Dalam melihat sejauh mana kinerja organisasi atau instansi telah

dicapai, diperlukan proses pengukuran dan evaluasi kinerja.

Menurut Lohman dalam Mahsun pengukuran kinerja merupakan

suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi

dari tujuan strategis organisasi. (Mahsun, 2006:25).

Whittaker dalam Mahsun menjelaskan bahwa pengukuran kinerja

merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. (Mahsun, 2006:25-26).

Kishore K. Pochampally dalam International Journal Business

(41)

commit to user

for performance measurement of a reverse/closed-loop supply chain

menyatakan bahwa :

“Performance measurement is generally defined as the process of

quantifying the effectiveness and efficiency of action (Neely et al.,

1995). In the modern era, performance measurement has a far

more significant role than just quantification and accounting. It

provides the management important feedback to monitor

performance, reveal progress, diagnose problems and enhance

transparency among the several tiers of the supply chain, thus,

making a phenomenal contribution to decision-making particularly

in redesigning business goals and reengineering processes

(Rolstandas, 1995; Waggoner et al., 1999)”.

(www.inderscience.com). (Pengukuran kinerja secara umum

didefinisikan sebagai proses mengukur efektivitas dan efisiensi

tindakan. Dalam era modern, pengukuran kinerja memiliki peran

yang jauh lebih penting dari sekedar kuantifikasi dan pelaporan.

Hal ini membuktikan manajemen umpan balik penting untuk

memantau kinerja, mengungkapkan kemajuan, mendiagnosa

masalah dan meningkatkan transparansi di antara tingkatan rantai

hubungan alur, sehingga memberikan kontribusi fenomenal untuk

pengambilan keputusan terutama dalam merancang ulang tujuan

(42)

commit to user

Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam

Mahsun menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer

dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara

membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis.

Dari manfaat ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah

suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai

pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi

sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan dan akuntabilitas. (Mahsun, 2006:26).

Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit

organisasi instansi pemerintah, karena:

a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara

keberhasilan dan kegagalan.

b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat

menghargainya.

c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan

menghargai kegagalan.

d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar

dari kegagalan.

(43)

commit to user

Sedangkan menurut Widodo pengukuran kinerja dapat dilakukan

dengan cara:

a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi

b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu

c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis

d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya

(Widodo, 2005 : 95).

Menurut Marcel Guenon dan Bruno yang dituis dalam International

Journal Public Sector Performance Management Vol.1 No.1 Tahun 2007

Hal 35-36 dalam www.inderscience.com, jenis-jenis pengukuran kinerja

dinyatakan sebagai berikut:

“ The measurement of the performance in service activities must

lead to focus our attention on various complementary criteria in a

balanced way. This general view of performance avoids any

focusing privileging the measurement of a single criterion with the

detriment of the others. For this reason, four types of different

measurements can be established on Informations concerning the

inputs, Informations concerning the activities, Informations

concerning the outputs, Informations concerning the outcomes.”

(Pengukuran kinerja dalam kegiatan-kegiatan pelayanan berperan

penting untuk memusatkan perhatian kita pada berbagai kriteria

(44)

commit to user

menghindari memfokuskan pengukuran pada satu kriteria dengan

kerugian yang lain. Untuk alasan ini, empat jenis pengukuran yang

berbeda mendasarkan pada informasi mengenai input, informasi

mengenai aktivitas, informasi mengenai keluaran, informasi

mengenai hasil).

Menurut Marcel Guenon dan Bruno dalam jurnal tersebut

dinyatakan bahwa terdapat empat jenis pengukuran kinerja yang

berdasarkan pada informasi mengenai input, informasi mengenai aktivitas,

informasi mengenai keluaran dan informasi mengenai hasil.

Masing-masing jenis memberikan informasi yang berbeda. Infomasi mengenai

input memberikan laporan mengenai jumlah sumber daya yang

dipergunakan dalam layanan. Informasi mengenai aktivitas memberikan

laporan mengenai proses produksi atau proses suatu layanan. Informasi

mengenai keluaran memberikan laporan mengenai unit yang diproduksi

atau layanan yang disediakan suatu program. Informasi mengenai keluaran

melaporkan hasil dari suatu layanan, termasuk di dalamnya kualitas dari

layanan tersebut.

Dari berbagai hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kinerja mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kapasitas

organisasi, mengukur tingkat keberhasilan program dan penentuan strategi

selanjutnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi atau instansi.

(45)

commit to user

mana yang harus dihargai serta dipertahankan dan mana yang harus

diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut.

Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa elemen yang bersifat

pokok. Elemen pokok pengukuran kinerja organisasi/instansi menurut

Mahsun adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi

Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit)

tentang apa yang ingin dicapai organisasi, sasaran merupakan tujuan

organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai

batasan waktu yang jelas, strategi adalah cara atau teknik yang

digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan,

sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi

dan misi organisasi.

b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja

Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung

yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.

Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung.

Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk

menilai ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator kinerja dapat

berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama dan indikator kinerja

kunci, faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang

mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini

(46)

commit to user

variabel-variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu

tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus segera konsisten

mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan

indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat

dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat financial

maupun non finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit

bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi

dan memonitor capaian kinerja.

c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi

adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran

kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan

indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif,

penyimpangan negatif, atau penyimpangan nol. Penyimpangan positif

berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampau

indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negative

berarti pelaksanaan kegiatan belum mencapai indikator dan ukuran

kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan

kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan

ukuran kinerja yang ditetapkan.

d. Evaluasi kinerja

Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima

(47)

commit to user

Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran

tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan

reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar

peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

(Mahsun, 2006 : 26-28).

Evaluasi kinerja dalam Widodo merupakan kegiatan untuk menilai

atau melihat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja,

dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya, karena

itu evaluasi kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan dan

kegagalan pencapaian kinerja (Widodo 2005:94).

Menurut Siagian (1999) yang dikutip oleh Keban, sistem evaluasi

kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan,

seperti mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan pengambilan

keputusan dalam pemberian imbalan, kepentingan mutasi pegawai,

penyusunan program pendidikan dan pelatihan, dan membantu pegawai

dalam menentukan rencana kariernya. (Keban, 2004: 197).

Dari berbagai pendapat tentang cara mengukur kinerja diatas, dapat

disimpulkan bahwa pengukuran kinerja pada intinya dilakukan dengan

membandingkan antara indikator yang dapat berbentuk rencana, sasaran,

standar tertentu, ataupun harapan dengan realisasi yang sudah dilakukan

oleh individu atau instansi tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat dilihat

(48)

commit to user

Dalam mengukur kinerja suatu instansi dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya, tentunya diperlukan indicator sebagai alat ukur untuk

mengetahui seberapa jauh pencapaian kerja organisasi tersebut, apakah

sudah sesuai dengan standar indikator tersebut atau tidak.

Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif

yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang

telah ditetapkan (Widodo 2005:97).

Sedangkan dalam Mahmudi, indicator kinerja merupakan sarana

atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau

proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indicator

kinerja bagi organisasi sector public adalah memberikan tanda atau

rambu-rambu untuk mengukur kinerja. (Mahmudi, 2010:155).

Menurut Dwiyanto dkk. pengukuran kinerja organisasi dalam

birokrasi publik secara lengkap dapat dilihat dari dari beberapa indicator,

yaitu sebagai berikut :

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi

juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami

sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas

terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO)

mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas

(49)

commit to user

hasil yang diharapkan sebagai salah satu indicator kinerja yang

penting.

b. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting

dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan

negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena

ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima

dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat

terhadap layanan dapat dijadikan inidikator kinerja organisasi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan,

dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat

responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan

kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja

karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan

organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah

ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan

kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan

(50)

commit to user

publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan

sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu

ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang

dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik

tersebut karena dipilih oleh rakyat dengan sendirinya akan selalu

merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep

akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan

kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya

bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi

publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya

harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik

(51)

commit to user

dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam

masyarakat.

(Agus Dwiyanto, 2006 : 50-51).

Menurut review literatur yang diketemukan oleh Ratminto dan Atik

dalam buku “Manajemen Pelayanan”, indicator kinerja yang

dikemukakan oleh beberapa ahli dan Kementrian Pendayagunaan Aparatur

Negara adalah sebegai berikut :

a. Menurut McDonald & Lawton (1977): output oriented measures

throughput, fficiency, effectiveness.

1) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan

tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran

dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

2) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang

ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang

maupun misi organisasi.

(Ratminto & Atik Septi, 2005:174).

b. Menurut Salim & Woodward (1992): economy, efficiency,

effectiveness, equity.

1) Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya yang

sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan organisasi

(52)

commit to user

2) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan

tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran

dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

3) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang

maupun misi organisasi.

4) Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang

diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

(Ratminto & Atik, 2005:174).

c. Menurut Lenvinne (1990): responsiveness, responsibility,

accountability.

1) Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap

providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan

customers.

2) Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu

dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan.

3) Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara

(53)

commit to user

ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan

norma yang berkembang di masyarakat.

(Ratminto & Atik, 2005:175)

d. Menurut Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990): tangibles, reliability,

responsiveness, assurance, empathy.

1) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari

gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki

oleh providers.

2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk

menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong

customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

4) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para

pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan

kepada customers.

5) Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan

oleh provider kepada costumers. (Ratminto & Atik, 2005:175-176)

Menurut Ratminto dan Atik, indikator kinerja dapat dikelompokkan

menjadi dua macam, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada proses

dan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil. Indikator-indikator

(54)

commit to user a. Ukuran yang berorientasi pada hasil

1) Efektivitas

Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik

itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupu misi

organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus juga mengacu

pada visi organisasi.

2) Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan

oleh masyarakat.

3) Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan

masukan. Idealnya Pemerintah Daerah harus dapat

menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan

(biaya dan waktu) yang sesedikit mungkin. Dengan demikian,

kinerja Pemerintah Daerah akan menjadi semakin tinggi apabila

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya dan dengan biaya yang

semurah-murahnya.

4) Kepuasan

Kepuasan, artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat

Gambar

Gambar II.1. Bagan Kerangka Berfikir…………………………..................       59
Tabel I.1 Anggaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008
TABEL I.2  Kontribusi Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2009
Tabel I.3. Realisasi Pendapatan Tahunan Retribusi Uji Kendaraan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk faktor penghambat dalam kualitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan komunikasi dan Informatika Kota Semarang yaitu Tangible (bukti

“S TRATEGI PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PELAYANAN PADA UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKAS I DAN INFORMATIKA KABUPATEN S LEMAN”.. Secara

Abstrak : Bawa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, maka Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor termasuk jenis Retribusi Jasa Usaha

Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 5 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, keadaan dan kondisi yang

Berdasarkan tujuan dan uraian dari hasil penelitian mengenai kinerja Dinas Perhubungan dalam pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor jenis angkutan barang di Kabupaten

Sehingga Aplikasi Pada Sistem Informasi Manajemen Pengujian Kendaraan Bermotor (SIM-PKB) ini bisa melakukan pelayanan pengujian kendaraan bermotor dan operasi

Untuk faktor penghambat dalam kualitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan komunikasi dan Informatika Kota Semarang yaitu Tangible (bukti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses pengujian kendaraan bermotor dalam pelaksanaanya dipahami telah efektif dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13