• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan makna tersendiri terhadap penyelenggaraan otonomi daerah di masa yang akan datang bila dibandingkan dengan penerapan asas desentralisasi dalam Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerah mempunyai hak yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri baik berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian maupun evaluasi yang didukung oleh pembagian, pengaturan dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah, tidak dapat lepas dari masalah pembiayaan dan penganggaran sebagai ujung tombak tercapainya pembangunan pemerintahan di daerah. Dalam hal ini adanya usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, adalah langkah yang harus dilakukan oleh semua daerah. Berdasarkan pada argumen di atas, maka Pemerintah Daerah (Pemda) harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadahi untuk

commit to user

membiayai otonominya. Kapasitas keuangan daerah akan sangat menentukan kemampuan Pemda dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah agar memungkinkan daerah dapat mengatur rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai konsekwensi daerah agar dapat dapat membiayai rumah tangganya sendiri, maka daerah diberi kewenangan untuk menggali sumber – sumber pendapatan asli daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Dalam penjelasan umum Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, di jelaskan :

a) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di perlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber – sumber pendapatan asli daerah sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan, antara pemerintahan pusat dan daerah serta antara Propinsi dan Kabupaten / Kota yang merupakan prasarat dalam sistem Pemerintahan Daerah.

b) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah, kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan daerah. Penyelenggaran Otonomi Daerah menuntut adanya kesiapan sumber daya dan sumber dana,

commit to user

responsibilitas serta akuntabilitas dari tiap – tiap daerah. Sejalan dengan itu penyelenggaraan Pemerintah Daerah di dukung adanya Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah yang di sesuaikan dengan potensi dan kebutuhan daerah.

Menurut Pasal 157 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa sumber penerimaan keuangan daerah adalah :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari : 1. Hasil Pajak Daerah

2. Hasil Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. 4. Lain-lain PAD yang sah.

b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Sumber-sumber penerimaan daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi untuk saat ini masih didominasi oleh bantuan dan sumbangan Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat, baik dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dana bagi hasil, sedangkan porsi PAD masih relatif kecil. Secara rata-rata nasional, PAD hanya memberi kontribusi sekitar 12 – 15 persen dari total penerimaan daerah, sedangkan yang 70 persen masih menggantungkan sumbangan dana perimbangan dari pemerintah pusat. Kenyataan tersebut

commit to user

menuntut Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan PAD sehingga dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan dari Pemerintah Pusat.

PAD diprioritaskan untuk membiayai kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan kepada masyarakat. Oleh karenanya, penyediaan dana yang bersumber pada PAD seyogyanya harus mempertimbangkan efisiensi, efektifitas dan hemat, sehingga tidak menurunkan standard pelayanan kepada masyarakat. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun dan melaksanakan APBD adalah bagaimana meningkatkan pendapatan daerah melalui Pajak dan Retribusi Daerah tanpa harus menambah beban masyarakat.

Undang-undang yang memuat ketentuan tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Sedangkan pengertian dari Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin

commit to user

tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Pemerintah daerah diharapkan senantiasa meningkatkan PAD untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan dari pusat, sehingga dapat meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah (local discretion). Langkah penting yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan daerah adalah dengan menggali potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) riil yang dimiliki, terutama dari sektor pajak dan retribusi sebagai komponen penyumbang PAD yang terbesar dengan cara menerbitkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pendapatan. Namun yang harus diingat bahwa dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang :

a. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi ; dan

b. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan impor/ekspor.

Dengan demikian, daerah harus diberi kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri sehingga cukup memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sejalan dengan hal tersebut, daerah otonomi harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri. Pengelolaan dan penggunaan keuangan sendiri tersebut

commit to user

harus cukup untuk memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Namun pada saat ini, yang terjadi di sebagian besar daerah, konstribusi yang disumbangkan oleh PAD terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah belum memadai dan relatif masih kurang.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo. Retribusi ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyumbang PAD Kabupaten Sukoharjo. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dikelola oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo, namun mulai akhir tahun 2008 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sukoharjo Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaaan diganti dengan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi. Sehingga mulai akhir tahun 2008 retribusi pengujian kendaraan bermotor dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.

Sebagai gambaran bahwa pada tahun 2008 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo dianggarkan sebesar Rp43.081.307.750,00. Angka tersebut terdiri atas Pajak Daerah sebesar Rp14.749.035.600,00, Retribusi Daerah sebesar Rp17.005.749.950,00, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp2.583.670.000,00, dan Lain-Lain

commit to user

Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar Rp8.742.852.200,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut.

Tabel I.1 Anggaran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

NOMOR

URUT URAIAN JUMLAH

1.1 Pendapatan Asli Daerah 43,081,307,750

1.1.1 Pajak Daerah 14,749,035,600

1.1.2 Retribusi Daerah 17,005,749,950

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan

2,583,670,000

1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli

Daerah yang Sah

8,742,852,200

Sumber : Dishubinfokom Kab. Sukoharjo Tahun 2008

Dari tabel tersebut di atas, terlihat bahwa pada tahun 2008 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo dari sektor retribusi adalah sebesar Rp17.005.749.950,00. Dari jumlah tersebut sebesar Rp 1.779.178.300,00 atau sebesar 10,46% dikelola oleh Dinas Perhubungan,Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang PAD sebesar Rp516.000.000,00 pada tahun 2008. Ini berarti Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dianggarkan menyumbang 1,20% Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo atau menyumbang 3,03% Retribusi Daerah.

Sedangkan pada tahun 2009 Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo ditarget sebesar Rp1.618.955.000,00. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang Rp480.000.000,00 atau sebesar 29,64% dari target retribusi. Untuk lebih

commit to user

jelasnya rincian Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 yang dikelola oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :

TABEL I.2 Kontribusi Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Tahun 2009.

No Uraian Target (Rp) Persentase (%) Terhadap PAD (1) (2) (3) (4) 1 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 2.038.000 0,12

2 Retribusi Parkir di tepi Jalan Umum

205.500.000 12,69

3 Retribusi Pengujian Kend. Bermotor

480.000.000 29,64

4 Retribusi Jasa Terminal 873.132.000 53,93

5 Retribusi Penyeberangan

di atas air

24.445.000 1,501

6 Retribusi Izin Trayek 18.000.000 1,11

7 Kue Iklan dan

Pengumuman

15.840.000 0,97

JUMLAH 1.618.955.000 99,97

Sumber: Dishubinfokom Kab Sukoharjo Tahun 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Retrbusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditargetkan menyumbang PAD sebesar 29,6% total penerimaan daerah. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi pengelola, menerapkan aturan-aturan dalam penarikan Retribusi khususnya retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

commit to user

Sukoharjo Nomor 28 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Penerbitan Peraturan Daerah tersebut merupakan langkah Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi sehingga pemerintah memiliki landasan hukum yang pasti dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan penarikan retribusi daerah.

Dalam pelaksanaan Perda Nomor 28 Tahun 2003 tentang retribusi pengujian kendaraan bermotor ini tentunya tidak terlepas dari permasalahan yang selalu timbul. Permasalahan-permasalahan tersebut dilatarbelakangi oleh sistem dan prosedur, sarana dan prasarana yang ada, sumber daya manusia dari personil, kesadaran dari pemilik kendaraan untuk melakukan wajib uji, serta kondisi perekonomian yang selalu berubah-ubah. (Sumber : LAKIP Dishubinfokom Kab.Sukoharjo tahun 2009).

Selain itu kendala yang sering dijumpai dalam proses pengujian adalah ketika ada kendaraan yang diujikan dan secara teknis tidak memenuhi syarat laik jalan, tetapi pemilik kendaraan ngotot minta agar dinyatakan lulus uji. Tidak jarang petugas/penguji harus adu argumentasi dengan para pemilik kendaraan tentang hal ini. Seperti disampaikan oleh Bapak Budiyono, seorang penguji kendaraan di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo :

commit to user

”Kami sering terpaksa harus adu argumentasi dengan pemilik kendaraan yang tidak lulus uji. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang kami lakukan adalah untuk keselamatan mereka sendiri. Kami tidak mungkin memberikan tanda pengesahan lulus uji bila memang ada bagian-bagian tertentu dari kendaraan tersebut yang secara teknis tidak laik jalan.” (wawancara tanggal 21 September 2010).

Fenomena di atas menunjukkan bahwa dalam proses pengujian, pemerintah dihadapkan pada dua sisi kepentingan yang bertolak belakang. Di satu sisi, pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo harus bisa meningkatkan pendapatan dari retribusi pengujian kendaraan bermotor agar bisa mencapai target yang telah ditetapkan serta tuntutan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat melalui prosedur yang mudah dan praktis. Di sisi lain, petugas harus bersikap tegas dalam meningkatkan proses pengujian kendaraan bermotor demi keselamatan pengguna kendaraan dan penumpang umum, khususnya di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Mengingat begitu besarnya kontribusi dari retribusi pengujian bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo maka Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi pengelola pengujian kendaraan bermotor harus meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor sehingga hasil yang didapat dari pengujian kendaraan bermotor ini bisa mencapai target pendapatan sesuai yang ditentukan. Namun dalam dua tahun terakhir, yaitu tahun 2008 dan 2009 Dinas

commit to user

Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dihadapakan pada permasalahan yang sangat penting, yaitu pada dua tahun terakhir tersebut pendapatan yang diperoleh dari retribusi pengujian kendaraan bermotor tidak bisa mencapai target Pendapatan Asli Daerah yang telah dianggarkan. Berikut adalah tabel realisasi pendapatan dari sektor retribusi pengujian kendaraan bermotor selama lima tahun terakhir.

Tabel I.3. Realisasi Pendapatan Tahunan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor (Dalam Ribuan Rupiah)

TAHUN

RELISASI PENDAPATAN

RETRIBUSI DENDA TANDA

UJI BUKU UJI REKOM JUMLAH 2005 283.143 64.743 49.970 43.072 1.950 442.878 2006 280.343 96.874 49.420 40.740 2.040 442.221 2007 274.004 84.315 48.785 41.280 1.800 450.184 2008 276.675 94.304 48.915 36.795 5.175 461.864 2009 269.678 101.087 47.740 24.795 5.010 448.310 Sumber : Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo tahun 2010

Dari realisasi pendapatan yang tertera pada tabel di atas di tahun 2008 dan tahun 2009 tidak bisa mencapai target yang telah dianggarkan. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut :

Tabel I.4. PENERIMAAN RETRIBUSI

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2005 – 2009

Tahun Target Retribusi PKB dalam APBD( Rp) Realisasi Pendapatan Retribusi PKB (Rp) Persentase Pencapaian Taget APBD (%) 2005 375.000.000 442.878.500 118,1 2006 415.000.000 442.421.000 108,6 2007 430.0000.000 450.184.000 104,7 2008 516.000.000 461.864.000 89,5 2009 480.0000.000 448.310.000 93,3 Sumber : Dishubinfokom Kabupaten Sukoharjo Thn 2010

commit to user

Pada tahun 2008 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditarget menyumbang PAD sebesar Rp516.000.000,00 namun pada realisasinya hanya tercapai sebesar Rp461.000.000,00 atau hanya sekitar 89,5% dari target yang telah ditatapkan. Sedangkan pada tahun 2009 retribusi pengujian kendaraan bermotor ditarget menyumbang PAD sebesar Rp480.000.000,00 namun pada realisasinya hanya tercapai sebesar Rp448.310.000 atau sebesar 93,3% dari target yang telah ditetapkan. Dengan demikian dalam hal retribusi pengujian kendaraan bermotor Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo tidak bisa menutup target sebesar 10,5% di tahun 2008 dan 6,7% di tahum 2009. Tidak tertutupnya target dalam hal pengujian kendaraan bermotor di tahun 2008 dan 2009 dikarenakan berkurangnya jumlah kendaraan wajib uji yang melakukan pengujian. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain adalah rendahnya kesadaran dari pemilik kendaraan bermotor untuk mengujikan kendaraannya dan banyaknya kendaraan bermotor yang mutasi atau pindah ke luar kota.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan semakin pentingnya kebutuhan akan transportasi hal ini seharusnya memberi dampak positif terhadap retribusi pengujian kendaraan bermotor, karena dengan banyaknya kendaraan bermotor maka jumlah kendaraan bermotor wajib uji juga semakin banyak dan hal ini menjadi potensi yang sangat penting dalam bertambahnya retribusi pengujian kendaraan bermotor. Namun pada kenyataannya tidak semua kendaraan bermotor wajib uji melakukan

commit to user

proses pengujian. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target retribusi di tahun 2008 dan 2009. Berikut adalah potensi yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai objek retribusi pengujian kendaraan bermotor :

Tabel I. 5. Potensi Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2008 dan 2009

Sumber : Dishubinfokom Kab. Sukoharjo Tahun 2010

Dari data dalam tabel di atas sangat jelas bahwa pada tahun 2008 dan 2009 tidak semua kendaraan wajib uji melakukan proses pengujian, hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran dari pemilik kendaraan bermotor untuk melakukan pengujian. Sebagian besar pemilik kendaraan bermotor yang tidak melakukan pengujian adalah mereka yang enggan direpotkan dengan prosedur maupun persyaratan pengujian dan mereka yang bertempat tinggal jauh dari lokasi pengujian. Karena masih kurangnya sanksi yang tegas bagi yang tidak melakukan pengujian maka

Jenis Kendaraan

Tahun 2008 Tahun 2009

Wajib Uji Yang melakukan pengujian % Wajib Uji Yang melakukan pengujian % Umum 438 bus = 422 96,34 % 408 bus = 315 77,20%

Tidak umum 5291 -mobil barang = 2874 -truck = 1792 -mobil baru =201 Jumlah = 4667 88,20% 4791 -mobil barang =2765 -truk = 1591 - mobil baru = 142 Jumlah = 4498 93,88% Jumlah unit 5729 5089 88,82% 5644 5122 90,75%

commit to user

sebagian besar orang meremehkan proses pengujian kendaraan bermotor ini walaupun itu untuk keselamatan mereka. Keterlambatan dalam melakukan pengujian juga menyebabkan orang malas mengujikan kendaraannya karena bagi kendaraan yang terlambat diujikan akan dikenai denda, daripada membayar denda yang mahal mereka memilih tidak mengujikan kendaraannya sama sekali. Fenomena seperti ini menuntut pegawai di Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo untuk lebih peka terhadap pemilik kendaraan bermotor dalam proses uji kelayakan kendaraan, karena selain berpengaruh terhadap PAD pengujian kendaraan bermotor juga menjamin keselamatan dalam bertransportasi.

Selain rendahnya kesadaran pemilik kendaraan dalam melakukan pengujian kendaraan bermotor, kendala lain yang dihadapi dalam penarikan retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah bahwa pengujian kendaraan bermotor memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, kendaraan wajib uji harus memiliki kriteria tertentu untuk dinyatakan lulus pengujian, namun di sisi lain Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi diharapkan memenuhi target retribusi pengujian kendaraan bermotor yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Jika pengujian kendaraan bermotor dilakukan secara ketat, banyak kendaraan bermotor yang tidak lulus pengujian dan ditemukan banyak kendaraan yang sudah tidak laik jalan. Ini akan berdampak pada berkurangnya pendapatan retribusi kendaraan bermotor.

commit to user

Melihat beberapa alasan tidak tercapainya target PAD selama dua tahun berturut-turut dari tahun 2008 dan 2009 seperti disebutkan di atas maka dinilai masih kurangnya kemampuan Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilihat dari adanya data yang menunjukkan bahwa tidak semua kendaraan wajib uji melakukan pengujian. Untuk itu sebagai institusi yang mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo harus bisa meningkatkan kemampuannya dalam pengujian kendaraan bermotor.

Retribusi pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah dalam kerangka otonomi daerah. Karena Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo sebagai instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor maka penulis tertarik mengambil penelitian dengan judul

”KINERJA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN

KOMUNIKASI KABUPATEN SUKOHARJO DALAM

PENGELOLAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

”Bagaimanakah kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.

2. Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, sebagai bahan pemikiran dalam meningkatkan kinerja pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor baik di Kabupaten Sukoharjo maupun di daerah lainnya.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai kinerja organisasi publik terutama Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi instansi-instansi terkait Dinas Perhubungan, Informatika, dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo, berkaitan dengan kinerja organisasi publik terutama dalam pengelolaan retribusi pengujian kendaraan bermotor.

3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang diperoleh ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan profesional.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang Kinerja Organisasi Pemerintah.

commit to user

Dokumen terkait