• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PELAYANAN PADA UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SLEMAN - STIE Widya Wiwaha Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PELAYANAN PADA UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SLEMAN - STIE Widya Wiwaha Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PELAYANAN

PADA UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KABUPATEN SLEMAN

TESIS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diajukan Oleh :

AGUS WIDODO

NIM:142202738

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2016

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(2)

KABUPATEN SLEMAN

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan Oleh :

AGUS WIDODO

NIM : 142202738

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2016

 

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(3)

UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKAS I DAN INFORMATIKA KABUPATEN S LEMAN

Diajukan Oleh :

AGUS WIDODO NIM: 142202738

 

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

(Bayu Sutikno, SE, M SM , Ph.D) (Suhartono, SE, M .Si)

dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh Gelar M agister

Yogyakarta, ... M engetahui,

PROGRAM M AGISTER M ANAJEM EN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

DIREKTUR,

Prof. Dr. Abdul Halim, M BA,Ak

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Agus Widodo

NIM : 142202738

Program : M agister M anajemen Sumber Daya M anusia STIE Widya

Wiwaha Yogyakarta

M enyatakan dengan sesungguhnya bahwa TESIS yang berjudul:

“S TRATEGI PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PELAYANAN PADA UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKAS I DAN INFORMATIKA KABUPATEN S LEMAN”

Secara keseluruhan adalah AS LI hasil penelitian saya, sejauh yang saya ketahui bukan

merupakan tiruan atau berasal dari tesis yang sudah dipublikasikan dan/atau pernah

dipakai untuk mendapatkan kesarjanaan di lingkunghan STIE Widya Wiwaha maupun

di Perguruan Tinggi manapun, kecuali pada bagian yang sumber informasinya

dicantumkan sebagaimana mestinnya.

Yogyakarta, ... 2016

AGUS WIDODO

NIM :142202738

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(5)

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang M aha Esa, atas limpahan rahmat dan

anugerah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tesis M agister M anajemen STIE Widya

Wiwaha Yogyakarta. Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis

ini, oleh karena itu ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu

kelancaran tesis ini, disampaikan kepada :

1. Yang terhormat Bapak Bayu Sutikno, SE, M SM , Ph.D selaku pembimbing I

yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam

penyusunan tesis ini.

2. Yang terhormat Bapak Suhartono, SE, M .Si selaku pembimbing II yang telah

memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tesis

ini.

3. Yang terhormat Bapak/Ibu dewan penguji yang telah memberikan masukan

dalam penyelesaian tesis ini.

4. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Abdul Halim, M BA, Ak selaku Direktur

M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta atas bimbingannya.

5. Yang terhormat Bapak/Ibu Dosen M agister M anajemen STIE Widya Wiwaha

Yogyakarta.

6. Yang terhormat Kepala Dinas, Ka UPT PKB, Kasubag TU UPT PKB dan Staf

di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.

7. Orang Tua tercinta yang mendidik dengan penuh rasa kasih sayang dan

senantiasa memberi semangat dan dorongan hingga tesis ini bisa selesai.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(6)

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu.

Atas segala bantuan dan dukungan dari semua pihak saya mengucapkan terima

kasih dan saran serta kritik yang membangun terhadap kesempurnaan tesis ini sangat

saya harapkan.

Yogyakarta, ...

AGUS WIDODO

NIM : 142202738  

 

 

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(7)

HALAM AN JUDUL ………..……… i

HALAM AN PERSETUJUAN ……….………. ii

HALAM AN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ..………..………. iii

KATA PENGANTAR……….……… iv

DAFTAR ISI………..…. vi

DAFTAR TABEL……….……….. viii

DAFTAR GAM BAR ……….…………. ix

ABSTRAK………...….. x

BAB I PENDAHULUAN……….…. 1

A. Latar Belakang M asalah……….. 1

B. Rumusan M asalah………... 12

C. Pertanyaan Penelitian……….. 12

D. Tujuan Penelitian………. 12

E. M anfaat Penelitian……….. 13

BAB II LANDASAN TEORI………... 14

A. Tinjauan Pustaka………. 14

1. Strategi……… 14

2. Konsep Strategi………. 16

3. Tipe-tipe Strategi……… 17

4. Perumusan Strategi……… 18

5. Proses M anajemen Strategi………... 19

6. Kinerja Pegawai……….…………... 20

7. Kinerja Pelayanan………. 21

8. Kwalitas Pelayanan……….………….. 22

B. M anajemen Sumber Daya M anusia……….……….…………. 25

1. Pengertian-pengertian……….……….. 25

2. Teori-teori M anajemen Sumber Daya M anusia……… 26

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Pelayanan………. 32

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(8)

B. M etode Penelitian Yang Digunakan……….………. 34

C. M etode Pengambilan Data……… 35

D. Informan Dalam Penelitian……….……….. 35

E. Analisis Data……….. 36

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN……….... 40

A. Gambaran UmumKabupaten Sleman……….... 40

B. Profil Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman……… .. 41

1. Gambaran Umum ……….. .. 41

2. Visi dan M isi Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman………. 43

3. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi………..………... 44

4. Struktur Organisasi Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman….….………….. 45

5. Perkembangan UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman……… .. 54

C. Profil Responden………... 58

D. Analisis Data………. 59

1. Analisis Internal Faktor Analisis Summary………... 61

2. Analisis External Faktor Analisis Summary………..……… 61

3. Analisis Faktor Internal………..……….. 62

4. Analisis Faktor Eksternal……….. 66

5. Hasil Analisis SWOT……… 69

6. M atrik IFAS dan EFAS……… 70

7. M atrik SWOT………... 73

8. Pengambilan Keputusan………. 75

BAB V KESIM PULAN DAN SARAN……….. 71

A. Kesimpulan………... 71

B. Saran………. 73 DAFTAR PUSTAKA………...

LAM PIRAN………...

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(9)

Tabel 1.1 : Realisasi Fisik dan Keuangan tahun 2015...………...7

Tabel 1.2 : Realisasi Fisik dan Keuangan 3 bulan awal, tahun 2016………...8

Tabel 4.1 : Peralatan yang digunakan untuk melakukan uji………...………...50

Tabel 4.2 : Daftar Personil Penguji dan Kompetensi yang dimiliki..………...51

Tabel 4.3 : Data Kendaraan Bermotor Wajib Uji...………...52

Tabel 4.4 : Komposisi Pegawai………..………...53

Tabel 4.5 : Komposisi Pegawai berdasarkan Jenjang Pendidikan…………...54

Tabel 4.6 : Anggaran UPT PKB 3 tahun terakhir……….………...56

Tabel 4.7 : Keadaan Pegawai UPT PKB berdasar Jumlah dan Pendidikan………....56

Tabel 4.8 : M atrik IFAS………...71

Tabel 4.9 : M atrik EFAS………...………...71

Tabel 4.10 : Rumusan M atrik SWOT….……….………...73

Tabel 4.11 : M atrik SWOT……….………...73

Tabel 4.12 : M odel Kuantitatif Rumusan Strategi SWOT………...75

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(10)

Gambar 1 : Bagan Struktur Organisasi Dinas Hubkominfo Sleman

Gambar 2 : Bagan Alur Prosedur Pengujian Kendaraan Bermotor

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(11)

karena tidak hanya akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja secara keseluruhan, tetapi juga

diharapkan akan meningkatkan kualitas kinerja dalam organisasi tersebut. Peningkatan kualitas

adalah suatu tujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral para

pegawai, Seorang pegawai dituntut untuk memberikan informasi yang prima kepada pengguna

jasa. Dan tentunya dalam memberikan pelayanan tersebut pegawai harus memahami dan mengerti

dengan keinginan pengguna jasa. Pelayanan yang baik sangat erat kaitannya dengan Peningkatan

Kualitas Sumber Daya Manusia itu sendiri. T ujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Strategi

Peningkatan Kinerja Pegawai Pelayanan pada Unit Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas

Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.

Para pegawai merupakan aset utama dalam setiap organisasi karena peranan mereka sangatlah

menentukan berhasil tidaknya sebuah organisasi dalam mencapai sasarannya dan mereka juga

merupakan faktor penting bagi manajemen untuk melaksanakan berbagai aktivitas dan bahkan

bagi kelangsungan hidup organisasi.

Penelitian ini berlokasi di Unit Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman, subjek dalam penelitian ini adalah Pimpinan, dan

para pegawai pada dinas tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan metode Deskriptif

analitife. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, dan analisa data yang dilkakukan, di peroleh

kesimpulan, bahwa manajemen diharapkan memilih strategi yang tepat yaitu memanfaatkan

keunggulan yang dimiliki organisasi untuk memberikan dorongan dan motifasi bagi pegawai agar

semakin meningkatkan kualitas pelayanan dengan langkah: peningkatakan peran manajemen,

menjalankan aturan, memanfaatkan anggaran serta memenfaatkan pengetahuan dan teknologi

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada guna mempercepat pelayanan.

Kata Kunci : Strategi, Sumber daya manusia, Kualitas

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan sistem pemerintahan daerah sejak diberlakukannya UU No.

22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah dilakukan

perubahan dengan Undang-Undang 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua

Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 memiliki implikasi yang cukup besar.

Perubahan mendasar undang-undang ini terletak pada paradigma yang

digunakan, yaitu dengan memberikan kekuasaan otonomi melalui

kewenangan-kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga

daerahnya, khususnya kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dengan

berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

M elalui dua undang-undang ini Bangsa Indonesia telah mengambil

langkah untuk meninggalkan paradigma pembangunan sebagai pijakan

pemerintah untuk beralih kepada paradigma pelayanan dan pemberdayaan

masyarakat. Perubahan paradigma ini tidak berarti bahwa pemerintah sudah

tidak lagi memiliki komitmen untuk membangun, tetapi lebih pada meletakkan

pembangunan pada landasan nilai pelayanan dan pemberdayaan.

Dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah

dilakukan perubahan kedua dengan Undang Undang No 12 Tahun 2008

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(13)

Tentang Perubahan Kedua Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah tersebut telah menggeser paradigma pelayanan, dari

yang bersifat sentralistis ke desentralistis dan mendekatkan pelayanan secara

langsung kepada masyarakat.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah pasal 12 ayat 2 disebutkan bahwa Urusan

Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi: tenaga kerja,

pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak, pangan, pertanahan,

lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,

pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk dan keluarga

berencana, perhubungan komunikasi dan informatika, koperasi, usaha kecil,

dan menengah.

Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan daerah berimplikasi

pada perubahan UU Nomor 43 Tahun 1999 menjadi UU No. 5 Tahun 2014

tentang Apatur Sipil Negara. Perubahannya yang paling mendasar adalah

tentang manajemen kepegawaian yang lebih berorientasi kepada

profesionalisme SDM aparatur (PNS), yang bertugas memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas

negara, pemerintahan dan pembangunan, tidak partisan dan netral, keluar dari

pengaruh semua golongan dan partai politik dan tidak diskriminatif dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas pelayanan masyarakat dengan persyaratan

yang demikian, sumber daya manusia aparatur dituntut memiliki

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(14)

profesionalisme, memiliki wawasan global, dan mampu berperan sebagai

unsur perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lahirnya Undang-Undang

No. 5 Tahun 2014 sebagai penganti UU No. 43 Tahun 1999 tentang Aparatur

Sipil Negara tersebut membawa perubahan mendasar guna mewujudkan

sumber daya aparatur yang profesional yaitu dengan pembinaan karir Pegawai

Negeri Sipil yang dilaksanakan atas dasar perpaduan antara sistem prestasi

kerja dan karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja yang pada

hakekatnya dalam rangka peningkatan pelayanan publik.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik) telah mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang

merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Pelayanan publik

yang dilakukan oleh pemerintahan atau korporasi yang efektif dapat

memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran

ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan

lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam

kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk

memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik

yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945. M embangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang

dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus

dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan

penduduk tentang peningkatan pelayanan publik.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(15)

Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga

negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi

dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang

memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas

dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum

pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi

setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.

Organisasi penyelenggara pelayanan publik atau organisasi

penyelenggara merupakan satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang

berada di lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga

independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan

pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk

kegiatan pelayanan publik.

Pelaksana pelayanan publik atau Pelaksana merupakan pejabat, pegawai,

petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara

yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan

publik. M asyarakat merupakan seluruh pihak, baik warga negara maupun

penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang

berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Standar pelayanan merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(16)

sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka

pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

M aklumat pelayanan merupakan pernyataan tertulis yang berisi

keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam standar

pelayanan. Sistem informasi pelayanan publik atau sistem

informasi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan

pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari

penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan

Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau bahasa lokal, serta

disajikan secara manual ataupun elektronik.

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan pasal 203 ayat 1 “Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya

keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”. Hal ini mempunyai konskuensi

bahwa permerintah harus menyediakan sarana dan prasarana pelayanan dalam

rangka terwujudnya keselamatan berlalu lintas.

Sedangkan di bidang transportasi perkembangan kendaraan bermotor di

Kabupaten Sleman meningkat secara pesat dari tahun ketahun terjadi

peningkatan yang signifikan. Dari data yang diperoleh jumlah kendaraan

bermotor dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 rata-rata pertumbuhan

kendaraan bermotor setiap tahunnya sekitar 5,7 % (data buku kinerja

trasportasi jalan Sleman 2015). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak

pula masyarakat yang harus mendapatkan pelayanan dibidang transportasi di

Kabupaten Sleman.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(17)

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman

adalah salah satu instansi pemerintahan di Kabupaten Sleman yang

berkedudukan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Sleman yang

dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Berdasarkan Peraturan Bupati Sleman Nomor 34 Tahun 2009 tentang

Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Sleman, tugas Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Informatika yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

Perhubungan Komunikasi dan Informatika.

Fungsi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika adalah:

1. Perumusan kebijaksanaan teknis bidang perhubungan, komunikasi dan

informatika,

2. Pelaksanaan tugas bidang perhubungan, komunikasi dan informatika,

3. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang perhubungan, komunikasi dan

informatika,

4. Pembinaan dan pengembangan bidang perhubungan, komunikasi dan

informatika,

5. Pelaksanaantugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Berdasarkan data di Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman, dinyatakan

bahwa capaian kinerja organisasi masih belum maksimal (data Realisasi Fisik

dan Keuangan sebesar 96,67% diakhir tahun 2015), hal ini bisa dilihat dari

realisasi target organisasi yang masih rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(18)

masih terdapat kendala atau permasalahan-permasalah yang menghambat

pelaksanaan tugas. Organisasi belum bisa melaksanakan misinya dengan

optimal. Peran manajemen dalam mengkonsolidasikan tugas dan pekerjaan

belum berjalan secara optimal. Sebagai contoh volume pekerjaan yang belum

merata sesuai rencana anggaran, bahkan cenderung menumpuk diakhir tahun.

Belum lagi permasalahan kurangnya koordinasi antar bidang atau seksi

menyebabkan pekerjaan menjadi tidak berjalan dengan baik. Sebagai contoh

system pengadaan barang yang belum terprogram dengan baik menyebabkan

organisasi kehabisan stok barang, sedangkan barang tersebut sangat

dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas pelayanan. Kondisi ini bila tidak

dilakukan perbaikan secara signifikan pada akhirnya akan menghambat proses

pelayanan publik, yang seharusnya menjadi hak bagi setiap warga masyarakat.

Untuk memperbaiki kinerja pelayanan, pihak manajemen membutuhkan

strategi yang tepat guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi,

sehingga target yang dibebankan oleh organisasi dapat dicapai secara optimal.

Realisasi anggaran Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Sleman tahun 2015 terlihat pada tabel.

Tabel 1.1

Realisasi Fisik dan Keuangan tahun 2015

No Uraian Anggaran Realisasi %

1 Dinas Perhubungan Komunikasi

dan Informatika

28.762.450.816 25.048.819.309 96,67

Sumber :Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Dinas Hubkominfo Sleman

tahun 2015

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(19)

Sedangkan serapan anggaran Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman 3 bulan

terakhir bulan Januari sampai dengan bulan M aret 2016

Tabel 1.2

Realisasi Fisik dan Keuangan 3 bulan terakhir tahun 2016

No Uraian Anggaran Realisasi %

1. Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Informatika

26.837.233.123 1.053.946.237 13.12

Sum ber : Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan 3 bulan terakhir Dinas Hubkominfo Slem an tahun 2016

Selain itu beberapa permasalahan internal yang terkait dengan kinerja

pegawai dapat dilihat dari tingkat kehadiran pegawai yang masih tergolong

rendah, pegawai yang keluar kantor pada jam-jam kerja dengan tidak jelas

tujuannya, bahkan penggunaan fasilitas kantor berupa komputer maupun

internet yang tidak digunakan untuk kepentingan dinas, dan bermain alat

komunikasi saat jam kerja merupakan cerminan dari rendahnya motifasi dan

kinerja pegawai. Kondisi ini menunjukkan bahwa manajemen tersebut belum

berhasil dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.

Selain itu dari faktor eksternal masih seringnya penulis mendengar

ungkapan ketidakpuasan/kekecewaan masyarakat atas kualitas pelayanan

publik yang diterima, menunjukkan bahwa reformasi masih belum

menunjukkan hasil sesuai yang diharapkan. Pemberlakuan jam pelayanan yang

tutup sebelum jam kerja selesai, pengurusan perijinan yang seakan dipersulit

dan perlakuan sikap dari petugas yang tidak ramah adalah sebagian contoh

dari buruknya kualitas pelayanan publik.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(20)

Hasil survei Indek Kepuasan M asyarakat tahun 2015 terhadap pelayanan

yang diberikan oleh Dishubkominfo Kabupaten Sleman memang

menunjukkan nilai 79,18. Jika dikonversikan dalam tabel M utu Pelayanan

adalah B dan kinerja Baik. Tetapi berdasarkan hasil survei yang meliputi 14

unsur pelayanan, 4 unsur pelayanan diantaranya mendapatkan penilaian paling

rendah dari para pengguna layanan yaitu:

1. Kecepatan pelayanan dengan angka 430.

2. Kejelasan petugas pelayanan dengan nilai 439.

3. Kesopanan dan keramahan petugas pelayanan dengan nilai 461.

4. Kedisiplinan petugas pelayanan dengan nilai 468.

Berkaitan dengan perolehan nilai terendah pada 4 unsur pelayanan

tersebut, kemudian mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang riil,

meliputi jumlah dan kompetensi personil, anggaran, alat kerja, serta sarana dan

prasarana maka penulis berusaha mengetahui faktor-faktor apa yang dapat

meningkatkan kinerja dan strategi apa yang diharapkan pihak manajemen

untuk meningkatkan kinerja pegawai pelayanan pada UPT Pengujian

Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Sleman.

Untuk menciptakan kinerja pegawai yang efektif dan efisien tidaklah

mudah, tidak hanya menciptakan disiplin kerja yang tinggi saja tetapi faktor

motivasi juga mempengaruhi. Oleh karena itu organisasi dapat mendorong

pegawai agar memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi.

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman

telah berupaya mendorong pegawainya agar memiliki motivasi dalam

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(21)

menjalankan tugasnya dengan memberikan reward atau kompensasi kepada

pegawai yang memenuhi target bahkan melampui target kerja yang telah

ditetapkan. Tidak hanya reward saja yang digunakan organisasi dalam

meningkatkan motivasi, tetapi kenaikan kompensasi, tunjangan dan promosi

kerja yang tetap dipertimbangkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh

pegawai, juga merupakan cara untuk meningkatkan motivasi pegawai Dinas

Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman. Kinerja

pegawai akan mengalami peningkatan apabila motivasi yang tinggi untuk

bekerja dimiliki oleh pegawai. Akan tetapi, setiap aktivitas dalam organisasi

dapat disinyalir terjadi penyimpangan, ketidakefektifan, dan

ketidakefisiensian.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam menciptakan kinerja pegawai

Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman, nampaknya masih banyak kendala

yang harus dibenahi, sehingga sangat sulit untuk mencapai tujuan organisasi.

Kondisi yang masih terjadi di Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman

diantaranya masih ada pegawai yang datang terlambat masuk kerja, sehingga

tidak bisa mengikuti apel pagi yang biasanya berisi pengumuman penting

untuk memulai kerja pada hari itu, istirahat lebih awal sebelum jam istirahat,

meninggalkan kantor pada jam kerja tanpa keterangan yang jelas serta

seringnya pegawai yang meminta ijin.

Selain itu dari segi lingkungan pun masih ada kendala yang harus di

perbaiki seperti sarana dan prasarana yang masih kurang diantaranya ruang

kerja yang kurang efektif yang sesuai dengan standar gedung pelayanan,

masih terbatasnya ruang rapat mengingat seringnya kegiatan rapat yang

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(22)

dilaksanakan terkait tingginya beban pekerjaan. Dari non lingkungan seperti

jarang sekali melaksanakan evaluasi kerja sehingga hubungan antara sesama

pegawai berjalan kurang baik, begitu pun hubungan staf dengan pimpinan

bisa tidak terjalin dengan baik pula. Dari kendala tersebut tentunya motivasi

dan disiplin pegawai masih terbilang rendah, sehingga harus mendapatkan

pemecahannya. Dalam usaha meningkatkan kinerja pegawai secara

keseluruhan, peran manajemen menjadi sangat diperlukan, dibutuhkan

ide-ide baru, gagasan yang bersifat membangun serta pemilihan strategi yang

tepat dalam pengaturan tugas dan pemberian motivasi bagi para pegawai.

Oleh karena itu, perlu adanya disiplin kerja yang tinggi untuk

menangani berbagai permasalahan tersebut dengan cara melakukan

pengendalian, penilaian, memotivasi, serta menyusun berbagai strategi yang

tepat untuk masa yang akan datang. Berdasarkan pertimbangan pentingnya

pelayanan publik pada UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas

Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman dan seiring

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan, maka perlu

ditingkatkan kinerja pegawai palayanan dengan pemilihan strategi yang tepat

melalui komitmen yang tinggi dari aparatur pelayanan, peningkatan motivasi

kerja, kompetensi aparat pelaksana dan peningkatan kualitas pribadi aparat

pelaksananya, yang semuanya itu dalam rangka mewujudkan pemerintahan

yang baik atau good governance yang sudah menjadi tuntutan dunia diera

global ini.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(23)

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Kinerja pegawai pelayanan pada Unit Pelayanan Pengujian Kendaraan

Bermotor Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman masih belum optimal,

sehingga diperlukan strategi yang tepat bagi manajemen guna meningkatkan

kinerja pegawai pelayanan pada Unit Pelayanan Pengujian Kendaraan

Bermotor Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman.

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam studi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan manajemen dalam meningkatkan kinerja

pegawai pelayanan pada Unit Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor

Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman.

2. Strategi apakah yang akan digunakan untuk meningkatkan kinerja pegawai

pelayanan pada Unit Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas

Hubkominfo Kabupaten Sleman.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam meningkatan kinerja pegawai

pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(24)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh beberapa manfaat sebagai

berikut:

1. M anfaat praktis.

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan para pengambil keputusan di

Pemerintah Kabupaten Sleman khususnya pada Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman dalam menentukan

kebijakan dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan

sumber daya manusia dimasa yang akan datang.

2. M anfaat teoritis.

Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam

bidang sumber daya manusia khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan topik penelitian sejenis.  

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(25)

BAB II

LANDAS AN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. S trategi

M enurut Siagiaan (1999:17) yang dimaksud dengan strategi bagi manajemen

organisasi pada umumnya dan manajemen bisnis khususnya adalah rencana berskala

besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian

rupa sehinga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan

lingkungannya dalam kondisi persaingan, yang kesemuanya diarahkan pada

optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.

M enurut Siagian (2004) juga menyatakan bahwapengertian strategi adalah

serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak

dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi tersebut.

Strategi tidak saja dibutuhkan oleh suatu organisasi yang menitikberatkan pada

profit oriented saja, namun juga bagi organisasi non-profit oriented seperti rumah

sakit, masjid, pemerintah daerah, dan lembaga sosial lainnya untuk mencapai tujuan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang mempunyai strategi

yang jelas atau formal, lebih unggul kinerjanya dibandingkan dengan organisasi tanpa

atau tidak terformulasikan dengan jelas strateginya. Sebagaimana penelitian yang

telah dilakukan oleh Sulistiyana (2009) yang telah mengadakan penelitian sejenis

dengan fokus dan lokus yang berbeda. Agus Sulistiyana meneliti peningkatan kinerja

aparat pelayanan administrasi kependudukan dengan fokus pelayanan masyarakat

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(26)

secara umum, yang meliputi adminstrasi kependudukan, pelayanan pembangunan dan

mengambil lokus di Kantor Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Jesika Putri (2015) dengan fokus Strategi

Peningkatan Kinerja Sumber Daya M anusia pada Dinas Perhubungan Kota M edan

juga menunjukkan hasil yang berkesesuaian dengan upaya peningkatan kinerja

pegawai yang diharapkan. Hal ini pula yang mendorong penulis untuk melakukan

penelitian ini pada Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman.

Selanjutnya strategi pada hakekatnya merupakan rencana tindakan yang bersifat

umum, berjangka panjang dan cakupannya luas. Oleh karena itu strategi biasanya

dirumuskan dalam kalimat yang kandungan maknanya sangat umum dan tidak

merujuk pada tindakan spesifik atau rinci. Namun demikian dalam manajemen

strategi tidak berarti bahwa tindakan rinci dan spesifik saja yang biasanya dirumuskan

dalam suatu program kerja tidak harus disusun. Sebaliknya program kerja tersebut

harus direncanakan pula dalam proses manajemen strategi, dapat dirumuskan ukuran

kinerjanya. Kegagalan dalam merumuskan ukuran kinerja yang sesuai, sering kali

menjadi penyebab kegagalan organisasi dalam mencapai misinya.

Halim (2014) menyatakan strategi merupakan suatu cara dimana sebuah lembaga

atau organisasi akan mencapai tujuannya sesuai peluang dan ancaman lingkungan

eksternal yang dihadapi serta kemampuan internal dan sumber daya.

Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:

Pengertian Umum.

Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus

pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(27)

Pengertian khusus.

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat)

dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang

diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir

selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.

Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen

memerlukan kompetensi inti (core competencies). Organisasi perlu mencari

kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

2. Konsep S trategi

Pengertian strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang

menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang

dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai

melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9, 1989).

Sedangkan menurut Stoner, Freeman dan Gilbert Jr (1995), konsep strategi

didefinisikan berdasarkan dua perspektif berbeda yaitu :

1) Perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do)

2) Perspektif apa yang organisasi harus lakukan (eventually does)

Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat didefiinisikan sebagai

program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan

mengimplementasikan misinya. M akna yang terkandung dari strategi ini adalah

bahwa para manajer memainkan peran yang aktif, sadar dan rasional dalam

merumusakan strategi organisasi. Sedangkan pada perspektif kedua, strategi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(28)

didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya

sepanjang waktu.

Dalam konteks bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti

lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya

dan usaha suatu organisasi. Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala

menghadapi situasi berikut (Jain, 1990):

1) Sumber daya yang dimiliki terbatas.

2) Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi

3) Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi.

4) Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu.

5) Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif.

3. Tipe-tipe S trategi

Setiap organisasi memiliki tipe strategi masing-masing didalam menjalankan

organisasinya. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan

konsep-konsep yang terkait sangat menentukan sukses tidaknya suatu strategi disusun.

Setiap tipe memiliki strategi utama untuk menghadapi lingkungan dan memiliki

kombinasi struktur, budaya serta proses yang konsisten dengan strategi utama

tersebut. M enurut Budiprasetyo (2000:7) pada prinsipnya strategi dapat

dikelompokkan berdasarkan tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi

dan strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh

manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi

pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi

pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(29)

Strategi investasi merupakan strategi yang berorientasi pada investasi, misalnya

apakah organisasi akan melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha

mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu

divisi baru atau strategi divestasi dan sebagainya. Sedangkan strategi bisnis sering

disebut sebagai strategi secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada

fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi distribusi, strategi organisasi dan

strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

4. Perumusan S trategi

Perumusan strategi organisasi dapat didefinisikan sebagai proses untuk

mengembangkan pengertian mengenai pengelolaan. Perumusan strategi memiliki

kegunaan sebagai alat, guna memberikan kerangka kerja analitis untuk membuat

keputusan strategis dan pokok referensi. Konsep strategi dan karakteristik

dioperasionalkan oleh manajemen strategi, hal ini dapat dianggap sebagai proses yang

berkelanjutan, yang terdiri dari serangkaian aktivitas perumusan strategi, perencanaan

strategi, penerapan, tinajuan ulang dan pembaharuan.

M anajemen strategi berarti manajer melihat ke depan pada sesuatu yang perlu

dicapai dimasa yang akan datang. M enurut Budiprasetyo (2000:9) perumusan strategi

adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari

kesempatan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan organisasi.

Perumusan strategi meliputi mentukan misi organisasi, menentukan tujuan-tujuan

yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(30)

5. Proses Manajemen S trategi

Pada awalnya manajemen masih merupakan suatu bagian yang terpisahkan

dalam fungsi-fungsi manajerial dalam perusahaan, selain itu manajemen juga

dipisah-pisah dalam beberapa proses tertentu seperti perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan juga pengawasan dengan berbagai variasi proses yang dikembangkan

oleh masing-masing teoritisi manajemen. Namun kini terdapat semacam pergeseran

dari implementasi konsep manajemen dan berkembang menjadi manajemen strategis

yang secara khusus memasukkan berbagai unsur lingkungan dan mengintegrasikan

berbagai aspek dan fungsi manajemen yang ada.

Dalam perkembangannya manajemen strategis sebagai suatu kebutuhan

ternyata juga dibuktikan oleh berbagai fenomena perubahan pola atau peta bisnis

dunia. Fenomena yang ada ternyata menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang

menerapkan manajemen dalam pola yang terpisah antar proses manajerial atau antar

fungsinya mengalami banyak hambatan maupun benturan dalam proses implementasi

yang direncanakan. Bersamaan dengan perubahan pola atau peta bisnis dunia tersebut,

manajemen strategis berkembang menjadi suatu bahasan tersendiri dan menjadi

bagian yang penting bagi pengembangan kemamapuan perusahaan untuk bersaing

didalam industrinya. Fenomena yang demikian ini semakin menunjukkan bahwa

manajemen dengan proses-proses atau fungsi-fungsinya harus secara integratif

begerak secara bersamaan menuju suatu tujuan yang telah ditentukan.

M enurut Budiprasetyo (2000:11) suatu perusahaan akan memiliki lingkungan

yang sangat kompleks dan dapat berpengaruh kuat ataupun lemah terhadap

perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian manajemen suatu perusahaan

membutuhkan wawasan yang sangat luas untuk mengenali sekaligus mempengaruhi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(31)

kekuatan-kekuatan lingkungan yang ada untuk mendorong perusahaan dalam proses

pencapaian tujuan jangka panjang.

Dengan berbagai model manajemen strategi, maka dapat diketahui bahwa

manajemen strategi merupakan suatu proses yang saling terkait antara yang satu

dengan yang lainnya. Dengan menggunakan suatu system manajemen strategi yang

dilakukan secara bertahap, maka akan menghasilkan suatu rumusan strategi,

pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan strategi yang tersistem.

6. Kinerja Pegawai

Pengertian Kinerja

Setiap organisasi didalam rekrutman sumber daya manusia pastilah akan memilih

orang-orang, yang memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan oleh organisasi. Hal ini

bertujuan agar mendapatkan pegawai yang berkwalitas yang dapat mengemban tugas

organisasi sehingga tujuan organisasi dapat terlaksana. Untuk itu kinerja pegawai

yang tinggi merupakan suatu keharusan agar organisasi dapat mewujudkan misi yang

diemban oleh organisasi.

M enurut Anwar Prabu M angkunegara (2001) kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Prawirosentono (1999) mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan

moral maupun etika. Dengan terwujudnya kinerja pegawai yang meningkat, maka

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(32)

meningkatnya kinerja kelompok dan selanjutnya akan meningkatnya kinerja

organisasi.

Prawirosentono (1999) juga menambahkan lagi, tercapainya tujuan organisasi

hanya dimungkinkan karena adanya upaya para pelaku yang terdapat pada organisasi

tersebut. dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan antara kinerja perorangan

(indifidual performance) dengan kinerja organisasi. Dengan perkataan lain bila

kinerja karyawan baik kemungkinan besar kinerja perusahaan atau orgaisasi juga baik.

Kinerja seseorang karyawan akan baik bila mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia

bekerja keras, diberi gaji sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan masa depan

lebih baik serata mendapatkan pengakuan atas prestasi kerjanya.

7. Kinerja Pelayanan

Pelayanan adalah upaya untuk membantu menyiapkan, menyediakan atau

mengurusi keperluan orang lain. Pihak yang dilayani disebut pelanggan sedangkan

pihak yang melayani menyampaikan layanan kepada pelanggannya. Bentuk layanan

dapat berupa barang nyata, barang tidak nyata atau jasa. Pelayanan publik adalah

pelayanan terbaik yang dapat diberikan pemerintah dan sesuai dengan harapan

masyarakat, sedangkan pelayanan prima adalah pelayanan publik yang sesuai atau

bahkan melampaui standar pelayanan (LAN, 2008:34).

M enurut Keputusan M enteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63 Tahun

2003, yang dimaksud dengan kinerja pelayanan adalah segala bentuk kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Daerah dan di Lingkungan

Badan Usaha M ilik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa dalam rangka

pelaksanaan ketentuan Perundang-undangan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(33)

a. M eningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi

pemerintah dibidang pelayanan umum.

b. M endorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan umum dapat

diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

c. M endorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam

pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Untuk mewujudkan hakekat pelayanan prima harus dilaksanakan rangkaian

kegiatan terpadu yang bersifat:

a. Sederhana, artinya prosedurnya pendek, cepat, tepat dan lancar lewat penyuluhan,

brosur, media terbuka. Artinya diinformasikan sejujurnya secara luas, melalui

televisi dan apabila perlu lewat media internet.

b. Lancar, artinya pelayanan yang diberikan harus iklas dan sepenuh hati.

c. Tepat, artinya pelayanan diberikan secara lengkap di satu tempat pelayanan.

d. Wajar, artinya tidak ada tambahan diluar ketentuan yang mendasari

pelaksanaannya.

e. Terjangkau, artinya biaya pelayanan disesuaikan dengan tingkat kemampuan

daya pikul masyarakat.

8. Kwalitas Pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

(Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya

dalam mengimbangi harapan konsumen.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(34)

Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara

membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka

terima/peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan

terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau

dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas

pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui

harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan

berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

M enurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya

dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan

perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan

bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya

transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan

kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.

Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda

akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita

jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja,

biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut;

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(35)

M enurut lembaga Administrasi Negara (2008:32) semua pelayanan publik

diharapkan dapat memenuhi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Kesederhanaan, pelayana publik harus mudah, cepat, tidak berbelit-elit, mudah

dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan, jelas dalah hal prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, unit dan

pejabat yang bertanggung jawab, hak dan kewajiban petugas maupun pelanggan

dan pejabat yang menangani keluhan.

c. Kepastian waktu, pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

d. Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

f. Tanggung jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk dapat dan harus bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan

publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana, ketersediaan sarana dan prasarana kerja,

peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk pula

penyediaan teknologi telekomunikasi dan informatika.

h. Kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan harus memadai,

mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi

komunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan dimana pemberi pelayanan harus

bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan

ikhlas.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(36)

j. Kenyamanan, lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang

tunggu yang nyaman, rapi, bersih, lingkungan yang indah dan sehat serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya.

Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa kwalitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan

oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini

diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa

kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan

melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen.

Kwalitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan

persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima/peroleh

dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap

atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Hubungan antara produsen dan konsumen

menjangkau jauh melebihi dari waktu pembelian kepelayanan purna jual, kekal

abadi melampaui masa kepemilikan produk. Perusahaan menganggap konsumen

sebagai raja yang harus dilayani dengan baik, mengingat dari konsumen tersebut

akan memberikan keuntungan kepada perusahaan agar dapat terus hidup.

B. Manajemen S umber Daya Manusia

1. Pengertian-pengertian

Sebelum kita mengerti definisi manajemen sumber daya manusia, maka kita

perlu memahami definisi manjemen, yaitu kemampuan atau ketrampilan untuk

memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang

lain (Siagian, 1999). Sedangkan Sinaga (2001) mendefinisikan sumber daya mausia

sebagai daya yang bersumber dari manusia.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(37)

Selanjutnya Anwar Prabu M angkunegara (2001) M anajemen Sumber Daya

M anusia marupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas

jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi.

2. Teori-teori Manajemen S umber Daya Manusia

a. M enurut Hasibuan (1994), dalam suatu organisasi manajemen sumber daya

manusia diperlukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam

pencapaian tujuan, dengan kegiatan-kegiatannya meliputi sebagai berikut:

1) Rekruitmen

Rekruitmen atao pengadaan sumber daya manusia adalah proses pengadaan

pegawai untuk mengisi kekosongan formasi, mulai dari proses mencari,

menemukan, menarik para pelamar, seleksi atau penyaringan dengan memilih

sumber daya manusia yang mempunyai kepabilitas untuk dipekerjakan dalam

suatu organisasi atau perusahaan.

2) Kesejahteraan Pegawai

Untuk mewujudkan kesejahteraan pegawai merupakan tugas yang sangat sulit

bagi manajer, namun mutlak untuk diwujudkan karena kesejahteraan berkaitan

erat dengan motovasi atau semangat pegawai. Upaya manajer dalam

mewujudkan kesejahteraan pegawai dilakukan dengan pemberian upah yang

layak dan adil. Oleh karena itu perlu disusun struktur upah yang layak dan adil

dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Adapun faktor yang

mempengaruhi tingkat upah meliputi:

a) Penawaran dan permintaan tenaga kerja

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(38)

c) Kemampuan untuk membayar

d) Produktivitas

e) Biaya hidup

f) Kebijakan pemerintah

Selain upah maka untuk mewujudkan kesejahteraan pegawai adalah dengan

pemberian insentif, yaitu pemberian tambahan penghasilan yang ditujukan

untuk meningkatkan semangat kerja yang dinyatakan dalam bentuk uang. Oleh

karenanya pemberian insentif harus menggunakan prinsip-prinsip dasar

sebagai berikut:

a) Sederhana dan mudah dimengerti

b) Pembayaran segera

c) Penghasilan yang diterima pegawai meningkatkan output dan merangsang

untuk bekerja lebih giat

d) Standar kerja ditetapkan dengan hati-hati

3) Pelatihan

Pelatihan penting untuk dilakukan baik kepada pegawai baru maupun pegawai

lama, pada lembaga atau organisasi apapun. M enurut Ratminto dan Winarsih

(2007), pelatihan dilakukan untuk mencapai persyaratan kompetensi. Oleh

karena itu para manajer menyadari betapa pentingnya pelatihan dan harus

dilaksanakan secara terus-menerus dalam suatu proses. Secara umum

pelatihan bagi para pegawai dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) macam,

yaitu:

a) Apprentiaship atau magang, sistem ini dipergunakan untuk pekerjaan yang

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(39)

antara pengalaman lapangan dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh

dikelas, misal montir, las, pembuat kue.

b) On The Job Training, yaitu melatih pegawai baru dengan cara pemberian

tugas oleh atasan langsung. Sistem pelatihan terhadap pegawai baru

dengan cara ini sangatlah lazim dilaksanakan karena murah dan tidak

perlu fasilitas khusus untuk pelaksanaan pelatihan.

c) Kursus-kursus khusus, yaitu sistem pengembangan pegawai dengan

maksud untuk memenuhi minat dari pegawai dalam bidang tertentu,

seperti komputer, kursus bendaharawan atau manajemen pemerintahan.

d) Vestibule School, yaitu pelatihan yang ditangani atau dilaksanakan oleh

pelatih-pelatih khusus yang memang ahli dibidangnya.

4) Evaluasi Kinerja Pegawai

Evaluasi kinerja pegawai yaitu penilaian kerja pegawai dengan cara

mengumpulkan seluruh informasi dan analisis data tentang pekerjaan pegawai,

untuk mengambil keputusan yang akan diberikan kepada pegawai yang

bersangkutan, baik berupa penghargaan (reward) maupun sanksi

(punishment). Dengan reward diharapkan akan mengubah perilaku pribadi

pegawai menjadi lebih termotifasi untuk meningkatkan kwalitas pribadi,

termotifasi melukan hal-hal yang positif dan produktif. Sedangkan dengan

punishment pegawai diharapkan menyadari akan kesalahan atau

penyimpangannya, sehingga akan jera dan tidak akan mengulangi kesalahan

atau penyimpangannnya.

Sulistyani (2004), menyatakan bahwa selama ini telah ada ukuran evaluasi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(40)

Pelaksanaan Pekerjaan (DP3), yang terdiri atas kesetiaan, prestasi kerja,

tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa dan kepemimpinan.

Hal tersebut sudah cukup namun masih bersifat abstrak. Semestinya setiap

butir penilaian disertai penjelasan yang lebih detail, sehingga memungkinkan

proses pengukuran kinerja menjadi lebih akurat dan obyektif. Lemahnya

pengukuran kinerja seorang Pegawai Negeri Sipil melalui lembar DP3, adalah

penilaian sering kali tidak didasarkan suatu pada suatu penilaian kinerja

pegawai dengan series, tetapi penilaian sering dilakukan secara subyektif,

perseptif tidak didukung dengan data yang menjadi pertimbangan dalam

penilaian.

5) Sistem Jenjang Karier

Karier menjadi salah satu pendorong bagi pegawai untuk maju menjadi lebih

baik. Kemajuan posisi karyawan atau pegawai dalam suatu organisasi

biasanya ditandai dengan meningkatnya jabatan atau promosi. Selanjutnya

tujuan sistem jenjang karier yaitu membantu pencapaian tujuan perusahaan

dan tujuan individu, menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai,

membantu menyadarkan pegawai akan kemampuan nya untuk menduduki

suatu jabatan tertentu, memperkuat hubungan dan sikap pegawai terhadap

organisasinya dan membuktikan tanggung jawab sosial bagi bagi organisasi.

Dalam teori disebutkan bahwa dua dasar yang dijadikan landasan pimpinan

untuk memberikan peningkatan jabatan atau promosi bagi karyawan atau

pegawai yaitu:

a) Kecakapan kerja

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(41)

6) Pemberhentian

Eksistensi organisasi akan ditentukan oleh produktifitas pegawainya. Oleh

karena itudalam rekruitmen pegawai pasti memprtimbangkan aspek

produktifitas, sehingga tidak jarang dalam penerimaan pegawai dibatasi pada

usia tertentu. Pegawai yang sudah tidak produktif baik karena usia, kondisi

fisik maupun karena tidak komit terhadap tujuan organisasi tentu tidak akan

dipakai lagi.

Dengan demikian aka nada pemberhentian pegawai dengan hormat karena

sudah tidak produktif yang disebabkan karena telah mencapai batas usia

tertentu atau pensiun dan kemungkinan ada pemberhentian pegawai dengan

hormat karena kondisi fisik yang tidak mendukung dan kemungkinan

pemberhentian pegawai dengan hormat maupun tidak hormat karena sudah

tidak komitmen atau tidak loyal terhadap organisasi.

b. M enurut teori The Talent Trifecta dari Ulrich (2007), dalam suatu organisasi,

manajemen perlu mengupayakan adanya peningkatan kompetensi petugas yang

diciptakan pada pengetahuan, keahlian, ketrampilan dengan tujuan agar terjadi

kesesuaian antara kemampuan pegawai dengan tugas, serta kesesuaian sikap

dengan perilaku yang dibutuhkan oleh organisasi dan pelanggannya. Selain hal

tersebut di atas perlu juga meningkatkan komitmen pegawai melalui pelatihan,

karena pegawai yang telah mengetahui tugas-tugasnya dengan baik, akan berusaha

mencapai tingkat moral yang lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan

komitmen terhadap organisasi dan manajemennya.

Komitmen terhadap organisasi dan manajemen penting untuk diwujudkan, karena

hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan,

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(42)

lebih-lebih pada era glogalisasi yang sangat ketat tingkat persaingannya seperti era

sekarang ini. Dengan komitmen dan kompetensi yang tinggi maka para pegawai

tentu akan memberikan kontribusi yang positif dan akan memberikan nilai tambah

terhadap diri pribadinya dan terhadap lingkungan serta organisasinya.

c. M enururt teori Personal Quality Manajement dari M urdoko (2006), kebijakan

manajemen sumber daya manusia yang dilakukan untuk mengubah perilaku

pribadi karyawan agar menjadi berkwalitas dan produktif dengan melalui reward

and punishment, hasilnya kalah efektif dan sifatnya kalah permanen jika

dibandingkan dengan perubahan perilaku yang terjadi karena empat pilar kwalitas

pribadi, yaitu:

1) Kesadaran yang datang dari diri sendiri, bukan karena keterpaksaan atau

karena adanya tekanan dari pihak lain atau karena takut dengan berbagai

sanksi yang akan diterima. Perubahan sikap dan perilaku tidak akan pernah

bermakna secara penuh apabila hanya didasarkan pada munculnya rasa

ketakutan akan sanksi atau juga tidak akan bertahan lama apabila keinginan

untuk berubah semata-mata hanya mengejar iming-iming atau reward.

Kesadaran diri yang kita miliki akan membuat kita melakukan instropeksi dan

memahami bahwa segala sesuatu harus dimulai dari diri kita sendiri, atas

kehendak kita dan berdasarkan pengendalian diri dalam diri kita sendiri.

Kesadaran diri untuk selalu mengasah pengetahuan dan ketrampilan yang kita

miliki saat ini adalah sangat diperlukan, karena kita harus sadar bahwa dunia

terus berkembang tidak terkecuali dalam bidang teknologi, informasi dan

pengetahuan, sehingga harus selalu diasah setiap saat sepanjang hidup

manusia.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(43)

2) Pengaturan diri, hal ini akan mambawa konskuensi bahwa setiap aktifitas yang

kita lakukan senantiasa merupakan kemampuan kita dalam melakukan

pengaturan terhadap dir kita sendiri.

3) Pembiasaan diri, artinya pembiasaan diri untuk mau melakukan

perubahan-perubahan terhadap diri sendiri, sehingga dapt menyesuaiakan diri dengan

berbagai perkembangan yang terjadi disekitar kita

4) Evaluasi diri, ini merupakan aktifitas konkret yang harus kita lakukan untuk

melihat sejauh mana efektifitas sikap dan tidakan kita, apakah menghasilkan

sesuatu yang optimal bagi diri kita sendiri, orang lain ataupun lingkungan

dimana kita berada. Hasil evaluasi akan menunjukkan apakah pegawai

tersenbut berhasil atau tidak dalam mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam kondisi gagal atau berhasil dalam mewujudkan sasaran yang telah

ditetapkan, evaluasi tetap perlu dilakukan, karena akan dapat digunakan

kembali pada suatu saat kita melakukan tindakan dengan sasaran yang sama

atau bahkan berbeda sekalipun.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pelayanan

M enurut Wirawan (2009) kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari

sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Faktor internal pegawai, yaitu faktor–faktor dari dalam diri pegawai yang

merupakan bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika berkembang.

faktor bawaan, misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik.

Faktor-faktor yang diperoleh, misalnya pengetahuan, keterampilan, pengalaman kerja dan

motivasi kerja.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(44)

b. Faktor-faktor lingkungan internal organisasi, yaitu pegawai memerlukan

dukungan organisasi tempat bekerja. M isalnya, dukungan sumber daya yang

diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, sistem manajemen dan kompensasi.

c. Faktor lingkungan eksternal organisasi, yaitu keadaan, kejadian, atau situasi yang

terjadi di lingkungan ekternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan.

C. Landasan Teori

Pengkajian dan analisa terhadap suatu masalah dapat menggunakan berbagai

pendekatan. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji dan memcahkan persoalan yang ada

dengan menggunakan model pendekatan SWOT. Langkah awal dalam analisis SWOT

dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal.

M anajemen menekankan pada pengamatan lingkungan eksternal untuk melihat

kesempatan dan ancaman dan mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan

dan kelemahan Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan organisasi disebut

faktor-faktor strategis dan diringkas dengan singkatan S.W.O.T, yang berarti Strenght

(kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threat (ancaman).

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor strategis, manajemen mengevaluasi interaksinya

dan menentukan misi organisasi yang sesuai.

Langkah pertama dalam merumuskan strategi adalah pernyataan misi, yang

berperan penting dalam menentukan tujuan, strategi dan kebijakan organisasi. Organisasi

mengimplementasikan strategi dan kebijakan tersebut melalui program, anggaran dan

prosedur. Penelitian menyatakan bahwa organisasi yang menggunakan manajemen

strategis cenderung lebih baik dibanding yang tidak.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tentang Strategi Peningkatan Kualitas Pegawai

Pelayanan Unit Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Sleman obyek penelitiannya adalah Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.

B. Metode Penelitian Yang Digunakan

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu berusaha untuk

menggambarkan dan menganalisa tentang hubungan strategi peningkatan kwalitas

pegawai pelayanan dalam meningkatkan kinerja pada UPT Pengujian Kendaraan

Bermotor, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.

M enurut Sugiono, dalam bukunya yang berjudul “M etode Penelitian Administratif”

yang dikutip oleh Susanto bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang

digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.

M etode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk mengarahkan dan

memudahkan menyusun pelaksanaan penelitian. Di dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh

informasi dari keadaan dan melihat kaitan dengan variabel yang diteliti.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

(46)

C. Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan data sebagai berikut:

a. M etode Observasi, yaitu cara yang digunakan penulis untuk memeroleh data

dengan mengadakan pengamatan langsung di Unit Pengujian Kerndaraan

Bermotor Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman.

b. M etode Wawancara, yaitu cara memperoleh data yang dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab dengan pihak aparatur yang berkompeten di Unit

Pengujian Kerndaraan Bermotor Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman. Dalam

hal ini wawancara dilakukan dengan Kepala Dinas, Ka UPT PKB dan Ka Subag

TU UPT PKB.

c. M etode Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan mencatat dokumen serta

laporan-laporan tertulis yang terdapat di Dinas Hubkominfo Kabupaten Sleman.

D. Informan Dalam Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama

dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. M enurut Tatang M Amirin

(2009) informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki

informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi

mengenai objek penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah

populasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample.

Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2009:85). Selanjutnya menurut Arikunto (2010:183) pemilihan sampel

secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus

dipenuhi sebagai berikut :

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Gambar

Tabel 1.1 Realisasi Fisik dan Keuangan tahun 2015
Tabel 1.2
Tabel 4.2 STIE Widya Wiwaha
Tabel 4.5 Komposisi pegawai berdasarkan jenjang pendidikan
+5

Referensi

Dokumen terkait

first year of experiment, the average runo # ratio was very high ( +/. * ῌ for clean o weeded plot, Paspalum plot, and natural weeds plot respectively) compared to the other

perusteella voisi olettaa, että opiskelussa ja työssä uupumus- ja innokkuusryhmiin kuuluminen on yhteydessä myös vapaa-ajan uupumukseen ja innokkuuteen: korkean uupumuksen ja

It also leads her to have a homosexual relationship with Shug Avery as the replacement of a mother figure that Celie does not have in her past life.. Me and Shug

Like the majority of gold mineralization in the Sunda-Banda arc the gold deposit of Bengkulu exhibits characteristics of low-sulfidation epithermal environment

Persamaan proses belajar mengajar di kelas XII IPA dan di kelas XII IPS yaitu (i) membahas materi : turunan pertama, integral tak tentu, integral tertentu, integral

Secara kuantitatif molibdenum dapat dipisah- kan dari uranil nitrat dengan ekstraksi kromatografi dengan kolom yang berisi silika-TBP tinggi 8 cm, diameter 1 cm, kecepatan alir

Selain itu bentuk perlindungan hukum dari Bank BTN Solo tehadap Nasabah pada dasarnya mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/7/PBI/2005 tentang

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok A TK Muslimat NU 76 “Darunnajah” Kletek Sidoarjo