• Tidak ada hasil yang ditemukan

TORTOR BATAK TOBA DALAM KONTEKS PARIWISATA DI MUSEUM HUTA BOLON SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TORTOR BATAK TOBA DALAM KONTEKS PARIWISATA DI MUSEUM HUTA BOLON SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

“TORTOR

BATAK TOBA DALAM KONTEKS PARIWISATA

DI MUSEUM HUTA BOLON SIMANINDO KABUPATEN

SAMOSIR”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

F. KRISTINA SIALLAGAN

NIM. 2113340017

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

F. Kristina Siallagan. NIM. 2113340017. Tortor Batak Toba dalam Konteks Pariwisata di Museum Huta Bolon Simanindo Kabupaten Samosir. Jurusan Sendratasik, Program Studi Pendidikan Tari, UNIMED.

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pertunjukan tortor Batak Toba dalam kemasan pariwisata di Museum Huta Bolon Simanindo dan bagaimana dampak peningkatan kepariwisataan di Museum Huta Bolon Simanindo dengan adanya pertunjukan tortor Batak Toba tersebut.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Dinas dan Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Samosir, Museum Huta Bolon Simanindo, pemain musik, penari, tokoh masyarakat, masyarakat Simanindo, dan wisatawan. Sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian. Tempat penelitian ini berada di Museum Huta Bolon Simanindo Kabupaten Samosir.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

Secara umum penelitian ini membahas pengembangan pariwisata budaya melalui pertunjukan tortor Batak Toba yang merupakan potensi sumber daya masyarakat lokal sebagai atraksi budaya. Atraksi budaya diharapkan punya kontribusi dalam pelestarian budaya bagi masyarakat lokal. Bentuk pertunjukan tortor di Huta Bolon Simanindo dilaksanakan pada panggung terbuka di dalam perkampungan tua Huta Bolon. Pertunjukan tidak sakral namun masih mengikuti aturan adat ni

gondang seperti, jumlah jenis gondang, aturan meminta jenis gondang, aturan

gerak dalam tortor, pakaian dan peralatan. Pengemasan lain dari bentuk pertunjukan yaitu durasinya singkat dan padat, penuh variasi,tiruan dari bentuk aslinya, dan murah harganya. Wisatawan dapat menikamati potensi dari budaya Batak Toba, seperti musik, tarian, benda-benda bersejarah, dan nuansa perkampungan Batak Toba. Secara keseluruhan pertunjukan dibagi dua sesi, sesi pertama adalah Tortor Lae-lae, Tortor Mula-mula, Tortor Mula Jadi, Tortor

Mangaliat,Tortor Marsiolop-olopan, Tortor Si Boru Tortor Si Doli, dan Tortor Pangurason. Pertunjukan sesi kedua sudah dikemas sesuai tujuannya, yaitu manortor bersama, Tortor Tunggal Panaluan, dan Tortor Si gale-gale.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana S1 Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari di

Universitas Negeri Medan.

Apa yang penulis lakukan ini mungkin belum mencapai hasil yang

maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat

diharapkan. Semoga Skripsi ini bisa memberi konstribusi dan membantu terhadap

kegiatan penelitian-penelitian relevan selanjutnya.

Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam

menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahan yang

diperoleh, sulit kiranya penulis menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, rasa hormat

dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan,

3. Uyuni Widiatuti S.Pd, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik,

4. Sitti Rahmah S.Pd, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Tari dan

Narasumber I,

5. Yusnizar Heniwaty, S.S.T, M.Hum. Pembimbing Skripsi I dan Dra.

Dilinar Adlin, M.Pd. Pembimbing Skripsi II,

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Tari,

7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sinton Siallagan dan Ibunda Tiarmin

Sinaga yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat,

kesabaran, kasih saying dan Doanya kepada penulis serta Abang Suman

(8)

Siallagan/Rommel Silalahi, Dormawaty Siallagan/David Simanjuntak,

Betty Siallagan/Steven Tamalonggehe, Asnani Siallagan/Anggiat

Sihotang, Juniar Siallagan/Josmen Simamora, dan Roma Siallagan,

8. Marson Sidauruk, Guntur Sitohang, dan Jawanter Sitanggang,

Narasumber,

9. Lena Simanjuntak, Thompson H.S, Marlita Simbolon S.Pd, Perri Sagala

S.Pd, Edison Manik, Dian Manik, Dedek Kurnia Hasibuan, Irene

Kenethsya Hutasoit, Sanggar Tigo Sapilin, Sortali Dancer dan Riati Malau,

10. Seluruh sahabat Seni Tari stambuk 2011 khususnya Samoland Dancer/5

Sadalanan (Devi Lasroha Sinaga, Marta Sinaga, Rini Sinaga, dan Rinda

Turnip),

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh

pihak yang turut membantu dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Maret 2016 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. IdentifikasiMasalah ...6

C. PembatasanMasalah ...7

D. RumusanMasalah ...8

E. TujuanPenelitian...8

F. ManfaatPenelitian...9

BAB II : LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL....11

A. Landasan Teoritis ...11

1. Teori Pariwisata ...12

2. PengertianPertunjukan ...13

3. PengertianTortor ...15

B. Kerangka Konseptual ...16

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...18

A. Metodologi penelitian...18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...19

1. Lokasi Penelitian ...19

2. Waktu Penelitian...19

C. Populasi dan Sampel...20

1. Populasi...20

(10)

D. Teknik Pengumpulan Data ...21

1. Observasi ...21

2. Wawancara ...22

3. Studi Pustaka ...22

4. Dokumentasi ...25

E. Teknik Analisis Data ...25

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...27

A. Gambaran Umum ...27

1..Letak Geografis Kabupaten Samosir ...27

2..Suku Batak Toba...32

3..Pariwisata Samosir... 36

4..Museum Huta Bolon Simanindo ... 38

B. Pertunjukan Tortor Batak Toba di Museum Huta Bolon Simanindo... 45

1..Unsur Pendukung Pertunjukan ... 45

a) Tempat ... 45

c) Dampak Positif dan Negatif...73

a. Dampak Positif ...73

(11)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN...75

A. Kesimpulan ...75

B. Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA ...78

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Ragam gerak Tortor Lae-lae...53

Tabel 4.2 Ragam Gerak Tortor Mula-mula sampai Mula Jadi ...55

Tabel 4.3 Ragam Gerak Tortor Mangaliat ...56

Tabel 4.4 Ragam Gerak Tortor Marsiolop-olopan ...57

Tabel 4.5 Ragam Gerak Tortor Siboru dan Siraja Doli...59

Tabel 4.6 Ragam Gerak Tortor Pangurason ...61

Tabel 4.7 Ragam Gerak TortorBersama...62

Tabel 4.8 Ragam Gerak Tortor Tunggal Panaluan...65

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...17

Gambar 4.1 Geografis Pulau Samosir...28

Gambar 4.2 Gerbang menuju Museum Huta Bolon Simanindo ...39

Gambar 4.3 Museum ...40

Gambar 4.4 Rumah Perahu ...42

Gambar 4.5 Pintu masuk Ruma Bolon ...43

Gambar 4.6 Makam Raja beserta keturunannya ...43

Gambar 4.7 Tempat pembelian tiket ...44

Gambar 4.8 Lokasi Huta Bolon ...47

Gambar 4.9 Menjemput kerbau ke borotan ...52

Gambar 4.10 Mengikat kerbau di borotan ...52

Gambar 4.11 Datu memberikan beras dalam piring kepada penari...54

Gambar 4.12 Mengenakan ulos ke bahu ...55

Gambar 4.13 Penari mengenakan ulos kepada penari lainnya...57

Gambar 4.14 Masyarakat Siraja Doli dan Siboru manortor bersama ...59

Gambar 4.15 Sibaso melakukan pangurason ke delapan penjuru mata angin ...61

Gambar 4.16 Datu memegang tongkat Tunggal Panaluan sambil berlari mengitari “Desa Na Ualu”...65

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup

terkenal di Indonesia.Keindahan alam dan pemandangan serta banyaknya

peninggalan-peninggalan bersejarah yang dapat dijadikan sebagai objek

wisata.Salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh para

wisatawan adalah Danau Toba.Keindahan Danau Toba dan pemandangan yang

terdapat ditempat ini yang menjadi daya tarik para wisatawan dibelahan dunia

manapun untuk berkunjung ke Danau Toba. Wisatawan yang datang berkunjung

ke tempat ini berasal dari berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa,

orang tua dan lanjut usia. Pada umumnya tempat ini diramaikan oleh wisatawan

ketika hari libur umum seperti libur sekolah, hari besar atau tanggal merah.

Semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan

wisatawan.Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap

dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Dilihat secara umun,

perilaku wisatawan sering digambarkan seperti seseorang yang sedang

berjalan-jalan sambil melihat pemandangan danmemotret disana-sini, dengan penampilan

fisik yang dilihat mulai dari pakaian, gaya bicara atau teman bepergiannya yang

mencerminkan orang tersebut sebagai pengunjung dari daerah lain dalam satu

negara atau dari luar negeri. Seorang wisatawan dapat disebut sebagai wisatawan

(15)

2

pengalaman mengesankan dari interaksinya dengan beberapa karakteristik tempat

yang dipilih untuk dikunjungi.

Kejenuhan dan kebosanan yang dialami seseorang ingin menjadi

wisatawan, dengan menjadi wisatawan seseorang ataupun sekelompok orang

dapat menikmati berbagai macam kegiatan dalam dunia pariwisata terdapat

kesenian yang beraneka ragam, perhotelan dengan fasilitas yang lengkap,

objek-objek wisata yang dikunjungi menarik, restaurant-restaurant (rumah makan)

dengan menu masakan yang berbeda-beda sesuai dengan selera, dan ada juga

tempat perbelanjaan yang menjual berbagai hasil kerajinan tangan masyarakat

yang menjadi ciri khas didaerah tertentu.

Tempat wisata yang ada di Samosir sangatlah menarik untuk

dikunjungi.Sebab disana terdapat beberapa desa yang menyimpan berbagai

macam objek pariwisata yang menarik untuk dinikmati, salah satunya desa

Simanindo.Desa Simanindo merupakan salah satu daerah wisata yang terkenal di

Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Dari 16 desa yang tercakup dalam

wilayah Kecamatan Simanindo, Simanindo salah satu gerbang utama wisatawan

ke Kabupaten Samosir. Ke 15 desa lainnya adalah Tomok, Tanjungan, Parbaba,

Pardomuan, Parmonangan, Huta Ginjang, Garoga, Tuktuk Siadong, Ambarita,

Martopa, Sihusapi, Siallagan, Cinta Dame (Sialapit), Simarmata, dan Dasroha.

Kecamatan Simanindo dikenal sebagai tempat pariwisata yang

banyakpengunjungnya, sebab daerah ini memiliki banyak potensi pariwisata,

melalui keunikan yang ada didesa-desanya. Seperti di Siallagan, ditemukan Batu

(16)

3

tahun, di Tuk-Tuk terdapat bangunan-bangunan hotel yang unik dan mewah

berbentuk bangunan Rumah Adat Batak dilengkapi dengan fasilitas yang cukup

memuaskan. Selain Pulo Tao,di Simanindo ada objek wisata lain yang cukup

berpotensi mengundang wisatawan untuk datang dan menyaksikannya. Objek

wisata yang terkenal tersebut dikenal dengan namaMuseum Huta Bolon

Simanindo yang dijadikan sebagai daerah budaya, tempatberdirinya museum dan

pertunjukan tortor Batak Toba.

Tortor adalah gerakan tubuh manusia yang mengandung nilai-nilai estetis

sesuai norma dan adat masyarakat Batak Toba.Kata “tortor” berasal dari suara

hentakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Tortor adalah tarian

seremonial yang secara fisik tortor merupakan tarian namun makna yang lebih

dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi,

karena melalui media gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan

upacara (Purba,2004:64). Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan

iringan musik yang disebut dengan gondang1.

Museum Huta Bolon di Simanindo memberdayakan sumber daya budaya

dan mengikut sertakan potensi sumber daya masyarakat lokal, mempertunjukkan

tortor Batak Toba sebagai atraksi budaya. Atraksi budaya diharapkan punya

kontribusi dalam pelestarian budaya bagi masyarakat lokal.Kedatangan wisatawan

tentu membawa keuntungan pada bidang ekonomi dengan bertambahnya

penghasilan masyarakat lokal dan keuntungan lainnya.

(17)

4

Dalam hal ini, tortor perlu dikemas atau dimodifikasi sedemikian rupa

agar nilai-nilai yang dikandungnya jangan sampai terkikis habis tanpa identitas

lagi. Pengemasan yang baik dengan mempertimbangkan segala aspek,akan

menjadikan pertunjukan tortor Batak Toba sebagai atraksi budaya sekaligus salah

satu cara pelestarian budaya itu sendiri.

Di desa Simanindo, tepatnya di kompleks Huta Bolon, tortor Batak Toba

dapat ditemukan sebagai sajian bagi wisatawan dengan jadwal yang tetap. Untuk

masuk melihat pertunjukan wisatawan akan membayar tiket dengan harga yang

sudah ditentukan. Harga tiket tersebut tergolong murah, karena dengan harga

Rp.50.000 wisawatan dapat menyaksikan 11 tortor Batak Toba.Acara yang

dipertunjukkan sudah dikemas dalam kemasan menetap.Tempat pementasan

pertunjukan yang diadakan di depan rumah Adat Batak, tepatnya di halaman

rumah pemilik patung Sigale-gale2, dan acara yang berlangsung mulai dari awal,

pertengahan dan akhir sudah menetap. Pada masyarakat Batak Toba,aktivitas

manortor3selalu diiringi musik Gondang Sabangunan baik dalam keadaan adat

atau religi. Filosofi Batak Toba mengatakan “dimana ada gondang disitu ada

tortor. Ada istilah tektek mula mulani gondang, serser mula mulani tortor

(artinya tektek bunyi memulai Gondang, kaki yang bergeser memulai

tarian/tortor). Tortor dengan iringan musik Gondang Sabangunan adalah dua hal

yang tidak terpisahkan. Adapun kesebelas tortor Batak Toba tersebut sebagai

berikut :

2

Sigale-gale : boneka yang terbuat dari kayu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa digerakkan dari belakang.

(18)

5

1. Tortor Lae-Lae

2. Tortor Mula-Mula

3. Tortor Mula Jadi

4. Tortor Mangaliat

5. Tortor Marsiolop-olopan

6. Tortor Siboru

7. Tortor Sidoli

8. Tortor Pangurason

9. Manortor bersama

10. Tortor Tunggal Panaluan

11. Tortor Sigale-gale

Pertunjukan Tortor Batak Toba yang disajikan tidak jauh berbeda dengan

bentuk pertunjukan aslinya. Dahulu tortor Batak Toba hanya disajikan pada saat

upacara atau acara ritual tertentu tetapi saat ini dipertunjukkan untuk hiburan

dalam konteks pariwisata. Tortor Batak Toba ini durasinya telah dikemas secara

singkat dan padat dari durasi aslinya.Pertunjukan yang ditampilkan menggunakan

musik secara langsung dengan memakai Gondang Sabangunan musik tradisional

Batak Toba. Acara yang dipertunjukkan penuh variasi mulai dari awal,

pertengahan hingga akhir.

Pertunjukan Tortor pada masyarakat Batak Toba memiliki daya tarik

tradisi Batak Toba yang akan menjadi bahasan khusus dalam hal ini, karena

(19)

6

Toba. Kebudayaan tortorBatak Toba sebagai wujud dari perilaku manusia secara

turun temurun dan selalu dipengaruhi oleh norma, adat, kebiasaan yang berlaku

dalam suatu kelompok masyarakat. Disadari atau tidak, masyarakat membutuhkan

kesenian dalam hidupnya. Salah satunya tortor, baik berupa hiburan pribadi,

maupun hiburan yang dinikmati secara bersama-sama. Hiburan tersebut dapat

dijadikan sebagai kebutuhan diri sendiri atau dapat berguna juga untuk orang lain.

Pertunjukan Tortor Batak Toba ini dengan senang hati diterima oleh masyarakat

Simanindo dilihat dari tidak adanya kontra pada setiap pertunjukan. Penari dan

pemusiknya sekelompok orang tua dan anak muda yang ada di desa Simanindo

tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan

menjadi terarah serta masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi

masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan

bahwa :

”Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat

dari interaksi dua tau lebih faktor ( seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan yang lain sebagainya) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan”.

Uraian yang tercatat didalam latar belakang, menimbulkan beberapa

masalah yang perlu diidentifikasi. Maka peneliti menyimpulkan identifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pertunjukan tortor Batak Toba dalam peningkatan

(20)

7

2. Bagaimana penyajian pertunjukan tortor Batak Tobadalam kemasan

pariwisata di Museum Huta Bolon Simanindo?

3. Sejak kapan pertunjukan tortor Batak Tobadibuat menjadi kemasan untuk

pertunjukan kepada para wisatawan?

4. Bagaimana dampak peningkatan kepariwisataan di Museum Huta Bolon

Simanindo dengan adanya penyajian pertunjukan tortorBatak Toba?

C. Pembatasan Masalah

Luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan kemampuan

teoritis, maka peneliti membatasi masalah untuk memudahkan pemecahan

masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sukardi (2003:30) mengatakan bahwa:

”Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti.Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa

pertanyaan yang jelas”.

Masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dicoba untuk ditemukan

jawabannya, terkait dengan pendapat diatas maka peneliti mencoba untuk

menemukan jawaban untuk memecahkan masalah-masalah yang telah

diidentifikasi. Namun mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada maka

masalah yang telah diidentifikasi dibatasi sebagai berikut:

1. Bagaimana penyajian pertunjukan tortor Batak Tobadalam kemasan

(21)

8

2. Bagaimana dampak peningkatan kepariwisataan di Museum Huta Bolon

Simanindo dengan adanya penyajian pertunjukan tortorBatak Toba?

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan identifikasi masalah atau suatu titik fokus

dari sebuah penelitian. Dalam perumusan masalah kita akan mampu lebih

memperkecil batasan-batasan yang telah di buat sekaligus berfungsi untuk lebih

mempertajam arah penelitian. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan

pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah

maka menuntut penelitian kearah perumusan.

Berdasarkan uraian diatas hal ini sejalan dengan pendapat Maryaeni

(2005:14) yang mengemukakan bahwa:

”Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang

akan digarap. Rumusan masalah yang menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bias disikapi sebagai jabaran focus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada bitur-bitur sebagaimana dirumuskan”.

Agar penelitian berfokus pada satu masalah yang akan ditinjau lebih

lanjut. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana “Tortor

Batak Toba dalam Konteks Pariwisata di Museum Huta Bolon Simanindo

Kabupaten Samosir?”

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan, tanpa ada tujuan

(22)

9

ide-ide baru dalam memecahkan masalah-masalah pada kegiatan yang dilakukan.

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai

masalah-masalah, Kemudian meningkatkan daya nalar untuk mencari jawaban

permasalahan itu melalui penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa suatu

kegiatan yang memiliki kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas mampu

memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul penelitian. Hal ini

diperkuat pendapat Ali (2003:10) bahwa:

”Kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat

mempengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, karena penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dari satu tuju yang akan dicapai seseorang dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Itu sebabnya tujuan penelitian mempunyai rumusan yang tegas, jelas

dan operasional”.

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui penyajian pertunjukan tortor Batak Toba dalam kemasan

pariwisata di Museum Huta Bolon Simanindo

2. Untuk mendeskripsikan dampak peningkatan kepariwisataan di Museum

Huta Bolon Simanindo dengan adanya penyajian pertunjukan tortor Batak

Toba.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap suatu topik permasalahan tentu akan

memiliki manfaat. Manfaat sama dengan guna ataupun faedah, manfaat dapat

(23)

10

praktis dapat mendorong keinginan masyarakat untuk kembali memelihara,

menjaga, melestarikan, dan menggali kembali keunikan-keunikan dan potensi

yang ada pada objek wisata Samosir.

Manfaat penelitian juga dapat bersifat keilmuan, maksudnya hasil

penelitian akan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu mengenai hubungan seni

tari dengan pariwisata, dan dapat menjadi referensi untuk membuat suatu galian

yang lebih luas cakupannya. Selain untuk mengembangkan ilmu bagi individu

yang terkit didalamnya juga diharapkan dapat dilaksanakan demi peningkatan

daya tarik objek wisata, untuk itu penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Bahan informasi kepada lembaga yang mengembangkan visi dan misi

kebudayaan, khususnya di bidang seni pertunjukan tradisional dan

masyarakat ikut menjadi pendukung.

2. Sebagai media informasi untuk perbandingan bentuk seni lainnya pada

masyarakat Batak Toba.

3. Bahan motivasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda untuk

melestarikan dan menindaklanjuti mengenai tortor Batak Toba dalam

peningkatan dunia pariwisata.

4. Menunjukkan bagi masyarakat sekitar bahwa tortor Batak Toba memiliki

nilai estetis/keindahan yang perlu diperhatikan, dijaga, dilestarikan, dan

dikembangkan.

5. Menambah sumber kajian bagi kepustakaan umum UNIMED khususnya

(24)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab terdahulu akhirnya penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pertunjukan tortor Batak Toba di Museum Huta Bolon Simanindo

dilaksanakan pada panggung terbuka dalam perkampungan tua. Di Museum

Huta Bolon ini wisatawan dapat menikamati potensi dari budaya Batak

Toba, seperti musik, tarian, benda-benda bersejarah, dan nuansa

perkampungan Batak Toba. Pada tariannya wisatawan dapat menikmati

keseluruhan pertunjukan yang didalamnya berbagai macam ritual Batak

Toba.

2. Seni pertunjukan tortor tidak sakral lagi walaupun masih mengikuti aturan

adat ni gondang. Pertunjukan sudah mengalami perubahan, walaupun masih

terikat pada adat ni gondang seperti, jumlah jenis gondang harus ganjil,

aturan meminta jenis gondang, aturan gerak dalam tortor, pakaian dan

peralatan. Secara keseluruhan pertunjukan dibagi dua sesi. Sesi pertama,

masih mengikuti sebagian besar adat ni gondang tetapi nilai kesakralannyan

sudah dihilangkan. Jenis tortor yang disajikan pada sesi pertama adalah

tortor Lae-lae, tortor Mula-mula, tortor Mula Jadi Tortor Mangaliat, tortor

Marsiolop-olopan, tortor Si doli, tortor Si boru, tortor Pangurason.

(25)

76

wisatawan. Jenis tortor yang disajikan adalah manortor bersama, , tortor

Tunggal Panaluan, dan tortor Si gale-gale.

3. Pertunjukan tortor murni hasil inisiatif Yayasan Huta Bolon yang didirikan

Raja Humpul Panel (RPH) Sidauruk. Sedangkan pemerintah daerah dan

industri pariwisata yang telah memanfaatkan pertunjukan seni tersebut

dalam mendapatkan penghasilan asli daerah (PAD) dan menggerakkan

usaha jasa, belum memberikan kontribusinya secara maksimal.

4. Pertunjukan tortor disesuaikan dengan situasi dan kondisi kehidupan para

seniman, serta keterbatasan waktu para wisatawan. Durasi waktu

pertunjukan disesuaikan agar penonton tidak sampai bosan. Tempat dan

panggung pertunjukan sama seperti pelaksanaan upacara sungguhan agar

menimbulkan kesan sebagai tiruan dan alami. Jumlah pemain sangat

terbatas sehingga menuntut keprofesionalan para seniman melaksanakan

peran yang berbeda pada setiap tortor dengan tidak merubah pakaian dan

peralatan.

B. Saran

Agar para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Samosir memperoleh

kesan yang baik dan memuaskan sehingga setelah mereka kembali ke Negara

asalnya masing-masing, mereka akan bercerita kepada keluarga ataupun

teman-temannya atas kesan yang baikyang diperolehnya selama berada pada objek yang

dikunjunginya, dan mereka ingin kembali datang untuk kedua kalinya. Untuk itu

(26)

77

perkembangan pariwisata di Kabupaten Samosir. Dalam pengembangan ini

hendaknya :

1. Pemerintah daerah memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang materi

pelayanan pariwisata sehingga berdampak positif dalam pengembangan

pariwisata.

2. Pertunjukan tortor di Huta Bolon Simanindo sudah perlu menggunakan

pemandu pertunjukan bukan bagian dari panortor dan pargonsi. Pemandu

pertunjukan harus dapat menciptakan suasana lebih bermakna dan hidup,

serta memberikan penjelasan jika ada diantara wisatawan yang merasa

kurang jelas.

3. Pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir perlu mengubah strategi,

yaitu dengan menerapkan program pariwisata budaya berbasis kerakyatan.

Artinya masyarakat lokal mempunyai peran dan berinisiatif memberikan

(27)

78

DAFTAR PUSTAKA

Adha Sutrisno Situmorang, 2013. Potensi Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Medan

Erwin Pardede, 2012. Peranan Musik tradisional Batak Toba dalam Peningkatan

Pariwisata di Daerah Parapat Kabupaten Simalungun. Medan

Ester Debora S, 2012. Gondang Sabangunan pada Tortor Sigale-gale di Desa

Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Medan

Evanny Romas Sitio, 2011. Seni Pertunjukan Tortor dan Gondang Sabangunan di

Huta Bolon sebagai Atraksi Wisata, Medan : Fakultas Sastra USU

Hadeli, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta

Hutasoit. 1979. Komunikasi Batak. Jakarta : Bumi Aksara

Hutajulu, Rithaony. 1997. Dampak Pariwisata Terhadap Upacara Tradisional

pada masyarakat Batak Toba. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia.

Joni Sihite, 2013. Motivasi Wisatawan Domestik untuk Melakukan Kunjungan

Rekreasi di Objek Lumban Silintong Kecamatan Balige Kabupaten Samosir. Medan

Lerin R Sihotang, 2014. Bentuk dan Penyajian Musik Gondang Mangaliat dalam

Upacara Adat Panagkok Saring-Saring di Desa Sabulan Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir. Medan

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya Paramita.

Riantiarno (1998), Seni dan Pariwisata (Makalah), Jakarta : Departemen Seni dan Pariwisata

Soedarsono, 1966. Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta: Asti.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

(28)

79

Supranto, 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing House

Supriyono, Arif E (1992), Tari untuk Pariwisata : Koreografi Padat, Atractive

dan Berwawasan Lingkungan, Jurnal Penciptaan Tari, Yogyakarta :

Institut seni Indonesia (ISI).

Spillane, James J. 1982. Ekonomi Pariwisata, sejarah, dan prospeknya. Yogjakarta : Kanisius.

http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/32-museum-huta-bolon-simanindo.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Simanindo

http://jalan2.com/objek-wisata/detail/museum-huta-bolon-simanindo

http://pardonsimbolon.blogspot.com/2010/02/seni-pertunjukan-seni.html?m=1

Gambar

Tabel 4. 1 Ragam gerak Tortor Lae-lae..............................................................53

Referensi

Dokumen terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKITAR.. DI

Serat optik dipilih sebagai media transmisi karena media ini mempunyai kapasitas transmisi yang sangat besar dan dengan ditunjang oleh teknologi SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil transaksi dengan anggota

Dipihak lain terdapat tekanan untuk pembangunan behan yang lebih besar dengan Amerika Serikat (kalangan moderat/nasionalist), Pandangan-pandangan yang jauh melewati

germinated shoot. f) Cell colony formation and plant regeneration from suspension protoplasts of dallisgrass. 2) Isolated protoplasts from suspension cells. 7) Shoot formation

 Saat ini pabrik HOKI yang ada di Subang memiliki kapasitas produksi 30 ton per jam, sehingga dengan penambahan ini HOKI bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 50 ton per

This research has shown that domination of certain languages used by people close to the baby gave great influence to his language acquisition. It implies that in

P nl merupakan suplai daya lima phasa pada keadaan tanpa beban, maka besar reaktansi.