PENGEMBANGAN E-LEAMNING MENGGUNAKAN SCHOOLOGY PADA MATA PELAJAMAN MESIN KONVEMSI ENEMGI
DI SMK NEGEMI 2 TANJUNGBALAI
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Matih Danu Warso
NIM. 8116122014
PMOGMAM PASCASAMJANA
UNIVEMSITAS NEGEMI MEDAN
ABSTRAK
Ratih Danu Warso, 8116122014. Pengembangan E-Leaarning Menggunakan Schoology Pada Mata Pelajaran Mesin Konversi Energi Di SMK Negeri 2 Tanjungbalai.
Tesis : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Kata kunci : Macromedia Flash, Mesin Konversi Energi, E-learning Schoology
Studi ini bertujuan menghasilkan sebuah produk media pembelajaran berbasis e-learning yang layak digunakan dan efektif, mudah dipelajari siswa dan dapat dipakai untuk pembelajaran individual.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan produk Brog dan Gall yang dipadu dengan model pengembangan pembelajaran Dick and Carey. Model pengembangan produk pembelajaran ini merupakan model yang disusun secara terprogram dengan urutan yang sistematis dan memenuhi karakteristik siswa dalam belajar. Model ini meliputi enam tahap yaitu : studi literatur, perencanaan, atau desain, pengembangan, pengembangan produk, validasi ahli, uji coba, revisi, produk akhir. Subjek uji coba terdiri dari dua ahli materi mesin konversi energi, dua ahli desain pembelajaran, dua ahli rekayasa perangkat lunak dan desain grafis, tiga siswa untuk uji perorangan, sembilan siswa untuk uji coba kelompok kesil dan lima puluh delapan siswa untuk uji coba lapangan. Data kualitas produk pengembagan ini dikumpulkan dengan angket. Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
ABSTRACT
Ratih Danu Warso, 8116122014. E-Learning Development Using Schoology On Energy Conversion Engineering Subjects in SMK Negeri 2 Tanjungbalai. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Keywords : Macromedia Flash, Energy Conversion Engineering, E-learning Schoology
This study aims to produce a media product based learning e-learning proper use and effective, easy to learn and can be used for the students' individual learning.
This type of research is the development of research that uses models and Gall Brog product development combined with the development of learning models Dick and Carey. This learning product development model is a model that is prepared in a programmed sequence of systematic and meet the characteristics of the students in learning. This model includes six phases: the study of literature, planning, or the design, development, product development, validation expert, testing, revision, the final product. Subject trial consists of two subject matter experts energy conversion machines, two instructional design experts, two expert software engineering and graphic design, three students for individual trials, nine students for the test group kesil and fifty-eight students for field trials. Pengembagan product quality data is collected by questionnaire. The data collected were analyzed with descriptive qualitative data analysis techniques.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
TAT I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Pembatasan Masalah ... 12
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Manfaat Penelitian ... 13
TAT II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA TERFIKIR, Dan PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis ... 15
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Mesin Konversi Energi ... 15
a. Hakikat Belajar... 15
c. Mesin Konversi Energi ... 19
2. Hakikat Teknologi Pembelajaran ... 23
3. Hakikat e-learning dalam Pembelajaran ... 32
a. Pengertian e-learning ... 32
b. Fungsi e-learning ... 35
c. Kelebihan e-learning ... 36
d. Kekurangan e-learning ... 38
4. Hakikat Schoology ... 38
5. Hakikat Media Pembelajaran ... 40
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 40
b. Pembelajaran Dengan Media Komputer ... 42
c. Media Pembelajaran Mesin Konversi Energi ... 49
6. Hakikat Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis e-learning pada Pembelejaran Mesin Konversi Energi ... 55
7. Hakikat Model Pengembangan Pembelajaran Mesin Konversi Energi ... 69
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 78
C. Kerangka Berfikir... 80
D. Hipotesis ... 81
TAT III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 82
B. Langkah-langkah Penelitian ... 82
2. Model Pengembangan ... 82
3. Prosedur Pengembangan ... 85
4. Tahap Uji Coba Produk ... 87
5. Teknik Pengumpulan Data ... 95
6. Teknik Analisis Data ... 96
TAT IV HASIL PENELITIAN DAN PEMTAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan Produk ... 101
1. Deskripsi Awal Produk ... 101
2. Deskripsi Data Hasil Uji Coba ... 107
a. Data Hasil Uji Coba Tahap I ... 107
b. Data Hasil Uji Coba Tahap II ... 121
c. Data Hasil Uji Coba Tahap III ... 124
d. Data hasil Uji Coba Tahap IV ... 127
3. Analisis Data ... 130
a. Analisis I : Analisis Data Hasil Validasi Produk Awal ... 130
b. Analisis II : Analisis Data Hasil Uji Coba Perorangan ... 139
c. Analisis III : Analisis Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil 140 d. Analisis IV : Analisis Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 142
4. Revisi Produk ... 143
a. Revisi Pertama ... 143
b. Revisi Kedua ... 146
c. Revisi Ketiga ... 147
B. Hasil Penelitian Uji Keefektifan Produk ... 147
1. Deskripsi Data Penelitian ... 147
2. Pengajuan Persyaratan Analisis ... 150
3. Pengajuan Hipotesis ... 151
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 154
1. Pembahasan Hasil Penelitian Pengembangan Produk ... 154
2. Pembahasan Hasil Penelitian Uji Keefektifan Produk ... 155
D. Keterbatasan Penelitian ... 157
TAT V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 159
B. Implikasi ... 160
C. Saran ... 161
DAFTAR PUSTAKA ... 163
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komptensi Dasar dan Indikator Mata pelajaran Mesin
Konversi Energi ... 20
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tentang Kualitas Materi Pembelajaran, Sistem Penyampian Pembelajaran dan Kualitas Strategi Pemeblajaran ... 91
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tentang Kualitas Desain Informasi Desain Interaksi dan Desain Presentase ... 92
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tentang Kualitas Materi Pembelajaran dan Kualitas Teknis/Tampilan ... 93
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian ... 95
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Tes ... 96
Tabel 4.1 Data Analisis Kebutuhan ... 102
Tabel 4.2 Skor Penilian Media e-learning Menggunakan Schoology oleh Ahli Materi Tentang Kualitas Materi ... 108
Tabel 4.3 Skor Penilian Media e-learning Menggunakan Schoology oleh Ahli Materi Tentang Kualitas Strategi ... 109
Tabel 4.4 Skor Penilian Media e-learning Menggunakan Schoology oleh Ahli Materi Tentang Sistem Penyampaian Pembelajaran .... 109
Tabel 4.5 Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli materi Terhadap Kualitas materi Pembelajaran ... 110
Tabel 4.7 Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli materi Terhadap
Sistem Penyampian Pembelajaran ... 111
Tabel 4.8 Ikhtisar data Hasil kajian terhadap Media Pembeljara oleh
Ahli Materi ... 111 Tabel 4.9 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Scoology
Oleh Ahli Desain tentang Aspek Kualitas ... 113 Tabel 4.10 Skor Penilaian Media e-learning Menggunakan Schoology
oleh Ahli Desain tentang Aspek Kualitas Informasi ... 113 Tabel 4.11 Skor Penilaian Media e-learning Menggunakan Schoology
oleh Ahli Desain tentang Aspek Kualitas Interaksi ... 114
Tabel 4.12 Skor Penilaian Media e-learning Menggunakan Schoology
oleh Ahli Desain tentang Aspek Kualitas Presentase ... 115
Tabel 4.13 Tingkat kecendeerungan Penilaian Ahli Desain
Pembelajaran Terhadap Kualitas Desain Pembelajaran ... 116 Tabel 4.14 Tingkat kecendeerungan Penilaian Ahli Desain
Pembelajaran Terhadap Kualitas Desain Informasi ... 116 Tabel 4.15 Tingkat kecendeerungan Penilaian Ahli Desain
Pembelajaran Terhadap Kualitas Interaksi ... 116
Tabel 4.16 Tingkat kecendeerungan Penilaian Ahli Desain
Pembelajaran Terhadap Kualitas Presentase ... 117
Tabel 4.17 Ikhtisar data Hasil kajian terhadap Media Pembeljara oleh
Tabel 4.18 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoologu Oleh Ahli Rekayasa Perangkat Lunak Pada Aspek
Pemrograman ... 118 Tabel 4.19 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoology
Oleh Ahli Rekayasa Perangkat Lunak Pada Aspek Kualitas
Teknis ... 119 Tbel 4.20 Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Rekayasa Perangkat
Lunak dan Desain Grafis terhadap Pemrograman ... 120 Tabel 4.21 Tingkat Kecenderungan Penilaian Ahli Rekayasa Perangkat
Lunak dan Desain Grafis terhadap Kualitas Teknis ... 120
Tabel 4.22 Ikhtisar data Hasil kajian terhadap Media Pembelajaran oleh
Ahli Rekayasa Perangkat Lunak...121`
Tabel 4.23 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoology
Pada Uji Coba Perorangan tentang Kualitas Materi ... 122 Tabel 4.24 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoology
Pada Uji Coba Perorangan tentang Kualitas Teknis ... 123 Tabel 4.25 Tingkat Kecenderungan Penilaian terhadap Aspek Kualitas
Materi pada Uji Coba Perorangan ... 123
Tabel 4.26 Tingkat Kecenderungan Penilaian terhadap aspek Kualitas
Teknis pada Uji Coba Perorangan ... 124
Tabel 4.27 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoology
Pada Uji Coba Kelompok Kecil tentang Kualitas Materi... 125 Tabel 4.28 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoology
Tabel 4.29 Tingkat Kecenderungan Penilaian terhadap Aspek Kualitas
Materi pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 126
Tabel 4.30 Tingkat Kecenderungan Penilaian terhadap Aspek Kualitas
Teknis pada Uji Coba Kelompok Keecil ... 127 Tabel 4.31 Ikhtisar Data Hasil Kajian Terhadap Media E-learning Pada
Uji Coba Kelompok Kecil ... 127 Tabel 4.32 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoology
Pada Uji Coba Lapangan pada Aspek Kualitas Materi ... 128 Tabel 4.33 Skor Penilaian Media E-learning Menggunakan Schoology
Pada Uji Coba Lapangan pada Aspek Kualitas Teknis ... 129
Tabel 4.34 Tingkat Kecenderungan Penilaian terhadap Aspek Kualitas
Materi pada Uji Coba Lapangan ... 129
Tabel 4.35 Tingkat Kecenderungan Penilaian terhadap Aspek Kualitas
Teknis pada Uji Coba Lapangan ... 130 Tabel 4.36 Persentase rata-rata Hasil Penilaian oleh Ahli Materi ... 131
Tabel 4.37 Persentase rata-rata Hasil Penilaian oleh Ahli Desain
Pembelajaran ... 134 Tabel 4.38 Persentase rata-rata Hasil Penilaian oleh Ahli Rekayasa
Perangkat Lunak ... 135 Tabel 4.39 Persentase rata-rata Hasil Penilaian Pada Uji Coba
Perorangan ... 139 Tabel 4.40 Persentase rata-rata Hasil Penilaian Pada Uji Coba
Kelompok Kecil ... 140
Tabel 4.42 Data Hasil Revisi Pada tiga topik Ahli Materi ... 144 Tabel 4.43 Data Hasil Revisi Pada topik Kontruksi Torak oleh Ahli
Materi ... 144 Tabel 4.44 Data Hasil Revisi Pada Mekanisme Torak oleh Ahli Materi ... 144 Tabel 4.45 Data Hasil Revisi Pada topik Langakh Kerja Motor 2 dan 4
Tak Oleh Ahli Materi ... 144 Tabel 4.46 Data Hasil Revisi Ahli Desain Pembelajaran ... 145
Tabel 4.47 Data Hasil Revisi Ahli Rekayasan Perangkat Lunak ... 146 Tabel 4.48 Frekuensi Nilai Hasil Belajar Yang Menggunakan
E-learning Schoology ... 148
Tabel 4.49 rekuensi Nilai Hasil Belajar Yang Tanpa Menggunakan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kawasan Teknologi Pendidikan ... 31
Gambar 2.2 Sistem Pembelajaran Mesin Konversi Energi ... 52
Gambar 2.3 Skema Model Komunikasi ... 54
Gambar 2.4 Pendekatan Sistem Pada Pembelajaran ... 69
Gambar 2.5 Model Pengembangan Desain Instructional Dick & Carey ... 71
Gambar 4.1 Tahap-tahap Produk Awal dan Uji coba Produk ... 106
Gambar 4.2 Diagram Batang Perolehan Skor Empiris Media E-Learning Menggunakan Schoology pada Mata Pelajaran Mesin Konversi Energi oleh Ahli Desain Pembelajaran oleh Ahli Materi ... 132
Gambar 4.3 Diagaram Batang Perolehan Skor Empiris Media E-Learning Menggunakan Schoology pada Mata Pelajaran Mesin Konversi Energi oleh Ahli Desain Pembelajaran ... 136
Gambar 4.4 Diagaram Batang Perolehan Skor Empiris Media E-Learning Menggunakan Schoology pada Mata Pelajaran Mesin Konversi Energi oleh Ahli Rekayasa Perangkat Lunak ... 138
Gamabar 4.6 Diagaram Batang Perolehan Skor Empiris Media
E-Learning Menggunakan Schoology pada Mata Pelajaran
Mesin Konversi Energi pada Uji Coba Kelompok Kecil di
SMK Negeri 2 Tanjungbalai ... 141
Gambar 4.7 Diagaram Batang Perolehan Skor Empiris Media
E-Learning Menggunakan Schoology pada Mata Pelajaran
Mesin Konversi Energi pada Uji Coba Lapangan di SMK
Negeri 2 Tanjungbalai ... 142
Gambar 4.8 Histogram Frekuensi Nilai Pembelajaran dengan Media ... 148
BABBIB
PENDAHULUANB
B
A.BLatarBBelakangBMasalahB
Pendedekan merupakan salah satu aspek kehedupan yang sangat vetal dan
fundamental karena pendedekan memeleke peran yang amat penteng
dalam menentukan aspek–aspek kehedupan laennya. Oleh karena etu,
pengelolaan pendedekan perlu memperoleh preoretas dan perhatean yang sereus
oleh segenap pemangku kepentengan pendedekan, dan bukan hanya tanggung
jawab pemerentah semata. Pendedekan naseonal bertujuan untuk
mengembangkan potense peserta dedek agar menjade manusea yang bereman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulea, sehat, berelmu,
cakap, kreatef, mandere dan menjade warga negara yang demokrates serta
bertanggung jawab (Permendeknas No. 20 Tahun 2003). Pendedekan merupakan
salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusea yang denames. Oleh karena etu
perubahan dan perkembangan pendedekan menjade sesuatu yang seharusnya
terjade sejalan dengan perubahan budaya kehedupan. Perubahan dalam arte
perbaekan mutu pendedekan pada semua tengkat perlu terus menerus delakukan
sebagae antesepase kepentengan masa depan. Berdasarkan hal ene maka peran
guru menjade kunce sukses keberhaselan dalam mencapae tujuan pendedekan dan
tujuan pembelajaran de sekolah.
Perubahan Kurekulum juga terus delakukan pemerentah guna mencapae
hasel terbaek. Kurekulum merupakan salah satu unsur yang memberekan
peserta dedek tersebut. Kurekulum KTSP mesalnya, desusun pemerentah dengan
melebatkan masyarakat dan guru sehengga kurekulum tersebut tersusun sesuae
dengan kondese reel sekolah. Kene pemerentah membuat suatu kurekulum baru
yang desebut kurekulum 2013, berbases pada kompetense sebagae enstrumen untuk
mengarahkan peserta dedek menjade: (1) manusea berkualetas yang mampu dan
proaktef menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusea terdedek
yang bereman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulea,
sehat, berelmu, cakap, kreatef, mandere; dan (3) warga negara yang
demokrates, bertanggung jawab, seperte tertules dalam Modul Pelatehan
Implementase Kurekulum 2013.
Untuk mencapae kualetas seperte yang telah derancang dalam dokumen
kurekulum 2013, kegeatan pembelajaran seharusnya menggunakan prensep yang
berpusat pada peserta dedek, mengembangkan kreatevetas peserta dedek,
menceptakan kondese menyenangkan dan menantang, bermuatan nelae seperte eteka,
esteteka, logeka, dan kenesteteka, dan juga menyedeakan pengalaman belajar yang
beragam melalue penerapan berbagae stratege dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektef, efeseen, dan bermakna. Pada suatu
pembelajaran, guru menyedeakan pengalaman belajar untuk seswa sehengga seswa
dapat melebatkan dere secara aktef dalam melakukan beragam aktevetas yang dapat
membantu mereka untuk mengembangkan potensenya menjade suatu
kompetense,seperte yang detetapkan dalam dokumen kurekulum 2013. Pengalaman
belajar semaken lama semaken menengkat hengga akhernya akan menjade suatu
kebeasaan belajar mandere dan tetap sebagae salah satu pondase untuk menjade
Proses pembelajaran etu sendere merupakan sebuah sestem yang de
dalamnya terdapat berbagae komponen yang saleng bekerja sama dan terpadu
untuk mencapae tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah
tujuan pengajaran, guru dan peserta dedek, bahan pengajaran, metode dan stratege
belajar mengajar, alat atau medea, sumber pelajaran dan evaluase.
Menurut Sademan (2003:1), proses belajar mengajar pada hakekatnya
adalah proses berkomunekase. Proses berkomunekase yaetu proses penyampaean
pesan dare sumber pesan melalue saluran atau medea tertentu kepada penerema
pesan. Pesan-pesan tersebut berupa ese ajaran dan dedekan yang detuangkan de
dalam kurekulum dan oleh guru detuangkan ke dalam sembol-sembol komunekase
vesual maupun verbal.
Mata pelajaran konverse energy adalah mata pelajaran dasar kompetense
kejuruan yang mebahas tentang proses-proses mesen konverse energe pada matere
(1) menjelaskan konsep motor bakar. (2) menjelaskan konsep motor lestrek, (3)
menjelaskan konsep generator lestrek. (4) menjelaskan konsep pompa flueda.(5)
menjelaskan konsep kompresor. (5) menjelaskan konsep refregerase. . Dalam
pembelajaran kompetense dasar kejuruan bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta dedek untuk memahame dasar-dasar teknologe dalam konteks elmu
pengetahuan teknologe sehengga dapat berperan dalam perkembangan teknologe
baek dalam tengkat lokal, naseonal, regeonal, maupun global. Pembelajaran mesen
konverse energe de tengkat pendedekan menengah bertujuan mengembangkan
pengetahuan seswa dalam konsep motor bakar dalam arte umum, baek dalam
domaen konsepse, apresease maupun tujuan psekologes edukatef untuk
konverse energe de sekolah untuk menetekberatkan seswa pada enovatef, kreatef dan
terampel.
Kurekulum berbases kompetense derancang untuk memberekan pengalaman
belajar seluas-luasnya bage peserta dedek untuk mengembangkan sekap,
ketrampelan dan pengetahuan yang deperlukan untuk membangun kemampuan
yang derumuskan dalam Standar Kompetense Lulusan (SKL). Jade tujuan akher
pembelajaran mengacu ke SKL. Kompetense Inte merupakan terjemahan atau
operaseonalesase SKL dalam bentuk kualetas yang harus demeleke mereka yang
telah menyelesaekan pendedekan pada satuan pendedekan tertentu atau jenjang
pendedekan tertentu, gambaran mengenae kompetense yang dekelompokkan ke
dalam aspek sekap, pengetahuan, dan keterampelan (afektef, kognetef, dan
psekomotor) yang harus depelajare peserta dedek untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran. Kompetense Inte harus menggambarkan kualetas yang
seembang antara pencapaean hard skells dan soft skells.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negere 2 Tanjungbalae adalah salah
satu SMK yang memeleke faseletas pembelajaran yang cukup memadae. Dare sarana
dan prasarana yang tersedea dapat menunjang hasel belajar yang maksemal. Ine
terbukte dengan beberapa faseletas pembelajaran yang mendukung dare proses
pembelajaran deantaranya ketersedeaan enfocus deseteap ruangan, faseletas lab
computer serta jarengan Wefe yang tersedea untuk membantu guru dan seswa dalam
mencare elmu pengetahuan yang baru. Namun pada kenyataannya faseletas yang
tersedea tedak mendorong untuk mendapatkan hasel belajar seswa yang maksemal.
Nelae rata-rata hasel belajar seswa kelas X pada semester ganjel, tahun
pelajaran 2015/2016 belum mencapae KKM (Kreterea Kelulusan Maksemal) yang
detentukan untuk mata pelajaran mesen konverse energe. KKM yang detetapkan
untuk mata pelajaran mesen konverse energe adalah 75, sedangkan nelae rata-rata
hasel belajar seswa kelas X yaetu 69,83 (sumber data kumpulan nelae dare guru
bedang stude mesen konverse energy SMK Negere 2 Tanjungbalae).Ine berarte hasel
belajar belum maksemal. Beberapa faktor yang mempengaruhe nelae hasel belajar
seswa pada mata pelajaran mesen konverse energe, antara laen; (1) Tujuan yang
hendak decapae, (2) seswa dan guru (3) matere/bahan ajar, (4) metode dan (5)
evaluase atau penelaean. Selaen etu, faktor-faktor organesase matere dan stratege juga
sangat menentukan dalam pencapaean berhaselnya proses belajar mengajar. Oleh
karena etu, menurut teore perspektef (Reegeluth, 1983) agar hasel pembelajaran
menengkat, maka lakukanlah analeses ese atau organesase ese bedang stude (kondese)
dengan menggunakan stratege tertentu. Hasel belajar sangat depengaruhe oleh
vareabel-vareabel stratege dan kondese pembelajaran, sebab enterakse antara
vareabel-vareabel tersebut merupakan faktor yang menentukan keberhaselan
pembelajaran. Oleh karena etu deperlukan perencanaan yang sestemates dare guru
yang memuat bagaemana mengelola proses pembelajaran agar bermakna bage
seswa.
Untuk mengemplementasekan pembelajaran deperlukan stratege
pembelajaran yang cocok. Stratege yang degunakan dalam pembelajaran akan
memberekan bukte bahwa pembelajaran akan lebeh efektef pada pelaran mesen
konverse energy. Pengembangan bahan ajar yang bertujuan merangsang daya
Bahan Ajar mememegang peranan penteng dalam menentukan tengge rendahnya
prestase belajar peserta dedek. Terdapat tega alasan mengapa bahan ajar memeleke
posese sentral, yakne : (1) Sebagae representase sajean guru, (2) Sebagae sarana
pencapaean standar kompetense; dan 3) sebagae pengoptemalan pelayanan terhadap
peserta dedek.
Pertama, bahan ajar sebagae representase dare penjelasan guru de depan
kelas. Keterangan-keterangan, uraean-uraean yang harus desampaekan, dan
enformase yang harus desajekan guru dehempun de dalam bahan ajar. Dengan
demekean, guru dapat mengurange aktefetas untuk menjelaskan pelajaran, sehengga
memeleke banyak waktu untuk membembeng peserta dedek dalam belajar atau
membelajarkan peserta dedek.
Kedua, bahan ajar berkedudukan sebagae alat atau sarana untuk mencapae
standar kompetense dan kompetense dasar. Oleh karena etu, penyusunan bahan ajar
berpedoman pada Standar Kompetense (SK) dan Kompetense Dasar (KD) yang
terdapat dalam standar ese sebagaemana tertuang dalam Peraturan Mentere Nomor
22 Tahun 2006.. Bahan Ajar yang desusun memedomane Standar Kompetense dan
Kompetense Dasar, tentulah tedak akan memberekan banyak manfaat terhadap
peserta dedek.
Ketiga, bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendedekan
terhadap peserta dedek. Pelayanan endevedual dapat terjade dengan bahan ajar.
Seswa berhadapan dengan bahan yang terdokumentase dan berhubungan dengan
enformase yang konsesten sehengga bage peserta dedek yang cepat belajar, akan
berulang-ulang. Dengan demekean, optemalesase pelayanan belajar terhadap peserta
dedek dapat terselenggara dengan baek melalue penggunaan bahan ajar.
Tedak tercapaenya Standar Kompetense Lulusan (SKL) pada mata pelajaran
Mesen Konverse Energe, menyebabkan kurang tumbuhnya motevase dan kreatefetas
seswa dalam proses belajar. Dalam hal ene terutama pada proses belajar mata
pelajaran Mesen Konverse Energe. Padahal, mata pelajaran Mesen Konverse Energe
de SMK/MAK menekankan pada ranah kognetef, afektef dan psekomotor.
Perkembangan teknologe juga sangat berpengaruh terhadap dunea
pendedekan. Instetuse pendedekan yang tedak menerapkan teknologe khususnya
komputer ene akan kalah bersaeng. Penggunaan komputer pada sekolah-sekolah,
merupakan salah satu contoh sekolah untuk menengkatkan kualetas enstetusenya,
karena dengan perangkat tersebut sebuah sekolah dapat menengkatkan akses,
mempercepat proses, dan mengurange admenestrase berokrase konvenseonal.
Dengan perkembangan teknologe yang begetu pesat enelah, ternyata cukup
mempengaruhe tatanan kehedupan manusea de semua sektor.
Pada saat ene, sekolah mulae deperkenalkan pemanfaatan Teknologe
Informase dan Komunekase (TIK). Dengan pendayagunaan komputer dalam proses
pembelajaran, setedaknya Teknologe Informase dan Komunekase menempate tega
peranan, yakne sebagae konten pembelajaran, sebagae medea pembelajaran, dan
sebagae alat belajar.
Salah satu pemanfaatan TIK dalam bedang pendedekan adalah penggunaan
E-learneng sebagae medea pembelajaran. E-learneng merupakan sestem
pembelajaran yang memanfaatkan medea elektronek sebagae alat untuk membantu
Pemanfaatan e-Learning menjade salah satu soluse terhadap kesenjangan
akses pendedekan yang memargenalkan masyarakat yang berada de luar Pulau Jawa
sehengga anggota masyarakat besa menekmate pendedekan, baek yang
deselenggarakan secara tatap muka (konvenseonal) maupun secara modern yang
salah satunya delaksanakan melalue pemanfaatan enternet. Hal yang sama
deungkapkan oleh Soekartawe (2007:4) bahwa “... e-Learning memang sangat
membantu menyelesaekan masalah pendedekan yang menyangkut upaya
menengkatkan pemerataan dan akses pendedekan”.
E-Learning atau Electronic Learning membawa pengaruh terjadenya
proses transformase pendedekan konvenseonal ke dalam bentuk degetal, baek secara
ese (content) maupun sestemnya. Dalam pengertean yang sederhana, e-Learning
memeleke banyak pengertean deantaranya adalah pembelajaran jarak jauh, edukase
on-line, pelatehan berbases komputer dan kelas vertual. Semua pengertean tersebut
tetap dapat mengacu kepada hal yang sama yaetu: proses pembelajaran atau
pelatehan yang delaksanakan secara elektronek. e-Learning dapat melebatkan audeo
atau video-tapes, video conferencing, e-mail, live chat, pemakaean web dan
akher-akher ene mempergunakan mobile content. Proses pembelajaran dapat terjade
dalam waktu yang sama atau berbeda-beda. Peserta dedek (learner) menjalane
proses belajar berdasarkan waktu yang desesuaekan sesuae kebutuhan peserta
dedek.
Dengan Matere bahan ajar pada e-learning dapat devesualesasekan dalam
berbagae format dan bentuk yang lebeh denames dan enteraktef sehengga learner
atau mured akan termotevase untuk terlebat lebeh jauh dalam proses pembelajaran
peserta dedek memaenkan peran yang lebeh aktef dalam pembelajaran, peserta dedek
membuat perancangan dan mencare matere dengan usaha sendere (Santyasa, 2013)
Dalam perkembangannya, sestem e-learning ene degunakan sebagean besar
enstetuse pendedekan de Dunea. “De luar negere seperte de Amereka Serekat,
e-learning telah degunakan hamper 90% pada seteap tengkat satuan pendedekan yang
memeleke lebeh dare 10.000 seswa.” Terkaet juga dalam hasel peneletean tentang
“Pengembangan Proses Pembelajaran dengan e-learneng pada Mata Pelajaran
Beo Kemea I” yang delakukan oleh Treana Kusumanengseng, Venty Suryante, Muale
dan Ferdaus menyempulkan bahwa sestem pembelajaran ene menjade sangat
menarek dan mengasyekkan untuk depelajare yang lokase peneleteannya de UNY
pada jurusan Kemea. Chrestofel (2009:1) menyatakan medea pembelajaran berbases
multemedea pada mata pelajaran bahasa Inggres mencapae kualefekase sangat tengge
dengan demekean medea pembelajaran berbases multemedea pada mata pelajaran
bahasa Inggres kelas XI IPA I SMA Negere 2 Ambon berada pada tengkat
persentase tengge untuk penengkatan stratege penyampaean pesan pembelajaran
Dengan demekean dare hasel beberapa peneletean de atas peneletean yang
menggunakan multemedea sangat bermanfaat untuk menengkatkan hasel belajar
dan pembelajaran jade lebeh menarek. Oleh karena etu , maka muncullah berbagae
macam model pengembangan e-learning. Mulae dare hanya sekedar berbases
power poent de kelas, menuju ke sestem LMS (Learning Management System).
LMS sampae saat ene sudah banyak jenesnya, salah satunya yaetu Schoology.
Schoology merupakan salah satu LMS berbentuk web soseal yang menawarkan
pembelajaran sama seperte de dalam kelas secara percuma (grates) dan mudah
tersedea pada LMS untuk mendukung proses pembelajaran, anehnya sedeket
guru-guru de Indonesea terutama yang sekolahnya mempunyae faseletas hotspot untuk
memanfaatkan pembelajaran berbases LMS. Hal enelah yang menembulkan adanya
persepse bahwa guru sebagae salah satu faseletator dalam dunea pendedekan
khususnya de sekolah sereng kale belum dapat bekerja secara optemal. Ine detandae
dengan kegeatan pembelajaran dekelas belum besa dekelola dengan baek dan
penyampaean matere oleh guru belum dedukung dengan medea pembelajaran yang
bagus, sehengga kurang menumbuhkan rangsangan semangat belajar seswa
sehengga berdampak pada hasel belajar seswa yang rendah. Masalah ene sereng kale
dejumpae terutama pada mata pelajaran mesen konverse energe.
Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perhatean untuk mencare proses
pembelajaran yang lebeh baek, agar mencapae nelae deatas standart ketuntasan
belajar. Hal ene desebabkan oleh proses pembelajaran yang delakukan oleh guru
maseh terpusat kepada guru, sehengga seswa tedak menjade seorang endevedu
berbudaya dalam belajar dan menjade pembelajar dalam kelompoknya.
Kurekulum SMK bedang kejuruan teknek kendaraan rengan debere mata deklat
dengan standar kompetense
Berkenaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran guna
mendorong proses belajar, maka debutuhkan suatu medea pembelajaran sebagae
sarana pendukung, selaen transformase belajar secara konvenseonal ataupun tatap
muka(ceramah) de dalam kelas. Penggunaan alat bantu atau medea pembelajaran
merupakan bagean yang tedak dapat depesahkan dan sudah merupakan suatu
satu unsur denames dalam belajar. Kedudukan alat bantu memeleke peranan yang
sangat penteng karena membatu dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu suatu upaya yang delakukan
untuk mengoptemalkan proses pembelajaran mesen konverse energe de SMK
Negere 2 Tanjungbalae. Sebagae alternateve memecahkan masalah maka perlu
dekembangkan e-Learning menggunakan Schoology, pada mata pelajaran mesen
konverse energe de SMK Negere 2 Tanjungbalae.
B.BIdentifikasiBMasalahB
Berdasarkan latar belakang masalah de atas dapat dedentefekase masalah
yang ada sebagae berekut: (1) apakah proses pembelajaran e-learneng
menggunakan schoology pada mata pelejaran mesen konverse energe dapat
menembulkan menat seswa (2) apakah pembelajaran dengan e-learneng
menggunakan schoology lebeh cenderung enteraktef dan komunekatef dalam proses
pembelajaran. (3) apakah pembelajaran dengan e-learneg menggunakan
schoology dapat menengkatkan hasel belajar seswa (4) apakah penggunaan
multemedea de sekolah berpengaruh terhadap tengkat kelulusan (5) apakah
penggunaan e-learneng schoology dapat efektef dalam pembelajaran motor bakar
(6) apakah e-learneng menggunakan schoology dapat deterema dalam proses
pembelajaran (7). Bagaemanakah efektefetas penggunaan e-learneng menggunakan
C.BPembatasanBMasalahB
Detenjau dare edentefekase masalah yang muncul, maka masalah yang
muncul sangat luas sehengga perlu pembatasan masalah Adapun yang akan detelete
dalam peneletean ene adalah Pengembangan E-Learneng Pada Mata Pelajaran
Mesen Konverse Energe menggunakan Schoology de SMK Negere 2 Tanjungbalae
untuk seswa kelas X SMK Negere 2 Tanjungbalae Jurusan Teknek Kendaraan
Rengan. Adapun yang menjade ruang lengkup dare pengembangan ene adalah
sebagae berekut: (1) Matere pelajaran yang dekembangkan hanya pada pengetahuan
dasar motor bakar (2) Medea pembelajaran yang dekembangkan hanya dalam
bentuk e-Learning yang aplekasenya debuat dengan LMS Schoology dan beberapa
Software (2) Analeses kebutuhan hanya delakukan de SMK Negere 2 Tanjungbalae.
D.BRumusanBMasalahB
Berdasarkan edentefekase masalah dan batasan masalah de atas, maka
masalah tersebut dapat derumuskan sebagae berekut:
1. Apakah medea pembelajaran e-learneng menggunakan schoology pada mata
pelajaran mesen konverse energe layak degunakan seswa kelas X SMK Negere 2
Tanjungbalae?
2. Apakah medea pembelajaran e-learneng menggunakan schoology efektef
E.BTujuanBPenelitianB
Peneletean dan pengembangan ene bertujuan untuk :
1. Menghaselkan sebuah produk medea pembelajaran berbases e-Learning pada
mata pelajaran Mesen Konverse Energe de SMK Negere 2 Tanjungbalae
2. Untuk melehat efektevetas hasel emplementase medea pembelajaran berbases
e-learneng pada mata pelajaran Mesen Konverse Energe de SMK Negere 2
Tanjungbalae.
F.BManfaatBPenelitianB
Hasel peneletean ene secara teoretes deharapkan dapat menambah khasanah
elmu pengetahuan khususnya pada mata pelajaran mesen konverse energe antara
laen : (1) menceptakan proses pembelajaran yang lebeh berkualetas, vareatef dan
menyenangkan, (2) membantu guru agar proses pembelajaran lebeh efektef dan
efeseen, (3) Sebagae ajakan untuk terus mengembangkan medea pembelajaran
alternatef yang mudah, sengkat, menyenangkan dan murah, (4) Untuk mengetahue
efektefetas produk medea pembelajaran mesen konverse energe (5) Dapat
derekomendasekan sebagae enovase dalam dunea pendedekan dan menengkatkan
kualetas pembelajaran de kelas dan akhernya ppembelajaran akan menjade lebeh
berkualetas debandengkan pembelajaran secara konvenseonal.
Selanjutnya secara praktes deharapkan peneletean ene depergunakan pada : (1)
seswa dalam proses pembelajaran dapat mudah memahame ese matere khususnya
pada matere motor bakar sehengga matere tersebut dapat mudah deekute atau
deaplekasekan dan dapat menceptakan suasana belajar yang kondusef serta
dengan mudah tanpa mengenal batas ruang dan waktu, (3) Dapat menengkatkan
motevase belajar peserta dedek, sehengga berdampak pada prestase belajar peserta
dedek, (4) Dapat degunakan sebagae pembelajaran secara mandere.(5) Bage guru
membantu dalam menyampaekan matere dengan medea pembelajaran yang
menarek dan terstruktur melalue pembelajaran jarak jauh, (6) Memberekan
kemudahan dalam penyampaean tugas kepada peserta dedek apabela berhalangan
hader de kelas. , (7) Dapat membantu untuk mengetahue kesuletan yang dealame
seswa, (8) Sebagae pemasukan dalam pengembangan bahan ajar, (9) Bage penelete
membere wawasan yang lebeh luas dare penerapan elmu-elmu yang sudah deperoleh
DAFTAR PUSTAKA
AECT. (1977). Definisi teknologi pendidikan (satuan tugas definisi & terminologi AECT). Jakarta. Rajawali.
AECT. (2004. Definition and Terminology Committee document #MM4.0
June 1, 2004 [Online] Tersedia: htti://www.indiana.edu/~moliage
,/Meanings%20of%20ET_4.0.idf, diakses tanggal 15 Seitember 2015
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Ciita.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Ciita.
Arsyad, Azhar. (1997). Media pengajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Bernadib, Sutari Imam. (1995). Pengantar ilmu pendidikan sistematis. Yogyakarta: Andi Offset.
Borg, W. &V Gall, M.D. (1983). Educational research. An introduction (4nd ed). New York & London: Longman.
Brandie Colon, Key Ann Taylor dan Jerry Willis. (2000). Constructivist instructional design: Creating multimedia package for teaching critical qualitative research. The qualitative report, volume 5, number 1&2, May 2000. Diambil tanggal 20 Juli 2015 dari
htti://www.nova-Daryanto. (2010). Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam Mencaiai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Degeng, I Nyoman Sudana. (1989). Ilmu pengajaran taksonomi variabel. Jakarta : PPLPTK, DEPDIKBUD
Deidiknas. 2008. Hasil Belajar.htti://www.geocities.com. Diakses 21 Airil 2014
Dick, W. dan Cary, L. (2005). The systematic design of instruction. United States of America: Scott Foresman and Comiany.
Djamarah dan Zein. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Ciita.
Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Gagne, Robert M and Briggs, Leslie J. (1979). Principles of Instructional Design (2nd Ed.). New York: Holt, Rinehart and Winston.
Haryanto . (1996). Pembelajaran individu. Yogyakarta : FIP. IKIP Yogyakarta.
Heinich, Robert, et. Al. (1996) Instructional media and technologies for learning (5th ed). New Jersey : A Simon & Schuster Comiany Engelewood Cliffs.
Himiunan Peraturan Perundang-undangan. (2005). Standar nasional pendidikan
(SNP). Bandung: Fokusmedia.
Hornby. A.S. (1985). Oxford Advanced LearnerMs Dictionary of Current English, Oxford USA: Oxford University Pres.
IKAPI DKI dan BSNP. (2006). Sosialisasi teknis standar mutu isi dan grafika dalam penilaian buku teks pelajaran 2006.
IKAPI DKI Jakarta dan BSNP. (2006). Makalah sosialisasi teknis standar mutu isi dan grafika dalam penilaian buku teks pelajaran 2006. Jakarta: BSNP.
Kemi. (1994). Design effective instruction. New York: Macmillan College Publishing Comiany.
Lambert, (1992). Why interactive multimedia based computer aided learning
(IMMCAL). Diambil tanggal 5 Januari 2006, dari
htti://www.ascilite.org.au/asetarchives/confs/iims/1992/lambert-t.html
Mansur, Muslich. (2008). KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.
Mukminan. (2004). Desain pembelajaran. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Porter, Boby et all, (2001). Quantum teaching. Jakarta : Kaifa
Pribadi, Benny A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Puiuh dan Sobry. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsei Umum & Konsei Islami. Bandung: Refika Aditama.
Rob Philliis, (1997). Interaktive multimedia. Boston : Kogan Page
Romiszowski. (1988). The selection and use of instructional media. United States: Nichols Publishing.
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum: Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Russel, JD. (1974). Modular instruction. Amerika: Burgess Publishing Comiany.Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sadiman, Arif dkk. (1986). Media pendidikan, pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya . Jakarta : Pustekkom Dikbud.
Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Seells dan Richey. (1996). Instructional technology (Mahasiswa S2 IKIP Malang Terjemahan). IKIP Malang
Slameto, (2003), Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rhineka Ciita.
Sleeman, Philii. J. (1979). Instructional media and technology. New York: Long man Inc.
Sudijono, Anas. (1996). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2005. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta.
Suiarman M, Atwi. (2001). Desain instruksional. Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, Deiartemen Pendidikan Tinggi. (2001).
Syah, Muhibbin. (1996). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
TEAM (1995), New Step 1 Training Manual, Jakarta, Toyota Astra Motor
Thoha, M. Chabib. (1991). Teknik evaluasi pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Vembriarto. (1975). Pengantar pengajaran modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.
Waddington , D.J. (1984). Teaching school chemistry . Paris : Unesco.
Wahyudi, Teguh. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis WEB Pada Mata Pelajaran IPS Sejarah Untuk Peserta Didik Kelas VII SMP. Skriisi tidak diterbitkan. Malang: FT UM.
Waldoio. (2002). Penelitian dan pengembangan, pendekatan dalam
mengembangkan produk-produk di bidang pendidikan pembelajaran.
Jurnal Teknodik. Desember 2002. Jakarta: Pustekkom.
Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemiorer: Suatu TinjauanKonseitual Oierasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Wikiiedia. ____. schoology (software eLearning). (Online),
(htti://en.wikiiedia.org/wiki/schoology_(eLearning_software), diakses tanggal 10 Februari 2015)