POLA KOMUNIKASI INTER PERSONAL PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM MEMPEROLEH DUKUNGAN ORANG TUA
(STUDI TERHADAP PASANGAN SUAMI ISTRI BERBEDA KEYAKINAN DI KOTA MALANG)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Oleh :
Yudha Kusuma Satria 09220132 Dosen Pembimbing : 1. Frida Kusumastuti ,M.Si 2. Himawan Sutanto , M.Si
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang , kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , serta salam dan sholawat kepada junjungan kita Nabi dan Rasul kita Nabi Muhammad SAW , Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Antarpersonal Pasangan Suami Istri Dalam Memperoleh Dukungan Orang Tua ( Studi Terhadap Pasangan Suami Istri Berbeda Keyakinan Di Kota Malang ).
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang .
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bekal ilmu dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, peneliti tidak mungkin dapat menyelasikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih sebesar besarnya kepada :
1. ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan pikiran dan jiwa raga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sempat tertunda ini. Dan juga kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis dalam bertindak dan bertingkah laku.
2. Kedua orang tua penulis yang sudah mencurahkan tenaga, harta dan pikiran demi kesuksesan penulis dalam menimba ilmu serta dukungan agar segera menyelesikan skripsi yang sudah dimulai sejak tahun 2013 ini.
4. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UMM Bapak Sugeng Winarno, MA yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk segara menyelasaikan skripsi yang tertunda cukup lama ini.
5. Mira, ika dan orang tua masing masing yang sudah bersedia untuk menjadi narasumber bagi penulis .
6. Teman teman radio Elfara Fm.
7. Sahabat sahabat saya mira , evan , deny eka , mbak sas , eflina , raisa ,tasya, billy , mbak keke , dino ,nanda dan semua yang mendukung saya.
8. Reza bachmid yang sudah meembakar semangat penulis untuk menyelasikan skripsi. 9. Teman teman GEMPAR (gerombolan MC, penyiar ,presenter malang raya ).
10. yudhaliciouss dimanapun berada. 11. Teman teman event organizer.
12. Seluruh dosen jurusan komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang. 13. Keluarga besar Universitas Muhammadiyah Malang.
14. Kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu , terima kasih untuk segala dukungan yang telah diberikan selama ini.
Malang , 18 januari 2016 Penulis
Yudha Kusuma Satria
DAFTAR ISI
COVER ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v
ABSTRAKSI ... vi
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Komunikasi Interpersonal ... 6
2.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 6
2.2.2. Prinsip Komunikasi Interpersonal ... 8
2.2.3. Efektifitas Komunikasi Interpersonal ... 12
2.2.4. Konflik Interpersonal ... 16
2.2. Pola Hubungan Interaksi ... 21
2.3. Diskusi Teori ... 24
2.4. Definisi Konsep ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Jenis Penelitian ... 26
3.2. Subyek Penelitian ... 27
3.3. Tekhnik Pengumpulan Data ... 28
3.4. Fokus Penelitian ... 29
3.5. Teknik Analisa Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1. Identitas Subyek Penelitian ... 33
4.2. Tahap Hubungan Interaksi Pasangan Suami Istri Berbeda Keyakinan dengan Orang Tua ... 37
4.2.1. Tahap Perkenalan ... 37
4.2.2. Tahap Persahabatan ... 39
4.2.3. Tahap Keakraban dan Keintiman ... 40
4.3. Interaksi Lanjutan ... 41
4.3.2. Hubungan Orang Tua dengan Anak ... 42
4.4. Hubungan Interpersonal yang dihadapi Pasangan berbeda Keyakinan ... 43
4.5. Pola Komunikasi pasangan berbeda keyakinan dengan orang tua ... 50
BAB V PENUTUP ... 55
5.1. Kesimpulan ... 55
5.2. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Baron, RA & Byrne D. 2005. Social Psychology. Needham Heights, M : Allyn & Bacon Daryanto, 1994, Pengantar Sosiologi, Bandung : IKIP
Devito, Joseph. 2004. Komunikasi Antar Manusia ( Edisi kelima ).Tangerang selatan : Karisma Publishing Group
Dedy Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi, Pengantar, Bandung : Remaja. Rosadakarya Hardjana, A. M. 1994, Konflik di tempat Kerja, Kanisius, Yogyakarta.
John. Stephen Little dan Foss. Karen A. 2012. Teori Komunikasi. Theories of Human Communacation. Edisi 9. Dalemba Humanika. Jakarta
Liliweri, Alo, 1997. Komunikasi Antarpribadi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
Moelang, Lexy J, 2003. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosda Karya, 1993 Miles, Mathew B, and Huberman, A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif,
Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, UI-Press, Jakarta
Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Supraktiknya,A. 1995. Komuniakasi Antarpribadi. Tinjauan Psikologis. Kanisius. Yogyakarta.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pernikahan menjadi hal yang paling penting dalam fase kehidupan manusia. Tahapan
ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang
menjelaskan adanya kebutuhan perlindungan, perhatian hingga aktualisasi diri. Kebutuhan
pernikahan juga menjadi hal yang krusial saat dilihat dari perspektif biologis, saat seseorang
menikah dengan tujuan melanjutkan keturunan, serta aspek ekonomi dan lain sebagainya.
Besar hubungan antara pernikahan dengan komponen penting kehidupan yang disebut
komunikasi.
Komunikasi adalah salah satu aspek yang mendukung dalam kehidupan kita, sehingga
kita menjadi tahu sangat pentingnya komunikasi. Banyak masalah yang timbul sebagai akibat
kurang mampunya seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perselisihan, konflik,
perbedaan pendapat semua dapat timbul karena kurangnya komunikasi. Terkadang banyak
orang yang berbicara tentang komunikasi tetapi tidak mengerti tentang komunikasi itu sendiri
Kegiatan komunikasi yang dilakukan dapat terjadi dalam berbagai macam situasi yaitu intrapribadi, antar pribadi, kelompok, dan massa. Sebagaian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia terjadi dalam situasi komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi mempunyai banyak manfaat seperti komunikasi antar pribadi seseorang dapat
menjalin hubungan yang lebih baik dan bermakna dengan seseorang lainnya atau menjalin persahabatan bahkan mendapatkan jodohnya
Banyak masalah yang timbul berakar pada masalah komunikasi pada calon suami
istri, apalagi pasangan calon suami istri yang pernikahannya dengan latar belakang agama yang berbeda. Percakapan merupakan jalan yang dapat mempererat hubungan calon suami
2
untuk saling memberi dukungan, cinta dan kasih, dan komunikasi antar calon suami istri juga
merupakan salah satu jalan untuk belajar mengenal satu sama lain, belajar mengenai kebiasaan masing-masing, belajar untuk memahami perbedaan budaya suami maupun budaya istri.
Kasus yang ada di masyarakat sekarang, banyak terjadi perkawinan dengan latar belakang beda agama. Walau pemerintah sudah mengeluarkan peraturan yang ada di dalam
Undang-Undang Perkawinan. Tetapi banyak kasus keluarga inti beda agama yang muncul sebagai akibat dari pernikahan beda agama tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai reaksi munculnya gejala sosial di dalam masyarakat.
Ada banyak perkawinan, antara lain kawin campur agama. Dalam pandangan psikolog anak dan perkawinan (Ariani 2007: ) ada sejumlah risiko yang harus dihadapi pasangan beda agama. Risiko itu bahkan sudah muncul jauh hari sebelum memasuki jenjang perkawinan. Saat masih pacaran, perbedaan agama itu sering menimbulkan masalah,
misalnya ketika memilih makanan di sebuah restoran. Pilihan makanan mereka mungkin sekali berbeda, karena di dalam agama Islam ada makanan halal dan haram, sedangkan di agama lain, belum tentu ada aturan seperti itu. Memasuki jenjang perkawinan, tantangan akan
kembali muncul, terutama dari pihak orang tua dan keluarga. Hal ini dikarenakan banyak orang tua yang tidak ikhlas jika anaknya mendapatkan suami atau istri yang berbeda agama.
Risiko lain yang penting diperhatikan oleh pasangan beda agama adalah nasib anak-anak mereka. Orang tua mereka yang berbeda agama, akan membuat anak-anak mereka bingung, agama mana yang harus diikuti oleh anak, agama yang diikuti ayah atau agama yang diikuti
oleh ibu.
Menurut Monscavoir (2007) UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tidak secara expresis
verbis mengatur perkawinan campur berdasarkan perbedaan agama. Beberapa perkecualian
yang dapat diterima adalah jika calon istri dari agama lain menikah dengan calon suami dari
3
semua KUA mau melaksanakannya karena adanya perbedaan pemahaman Al-Qur’an antar
ulama.
Selain permasalahan administrasi yang harus dihadapi oleh pasangan-pasangan yang akan kawin campur agama, perkawinan campur agama juga mempunyai masalah-masalah
lain yang krusial yang berpengaruh besar terhadap masa depan perkawinan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1996: 289) bahwa masalah yang paling sulit dihadapi dalam
membina keluarga yang bahagia adalah masalah penyesuaian diri dari masing-masing pasangan dan salah satunya berkaitan dengan agama. Dalam perkawinan campur agama, masalah penyesuaian diri seringkali dipicu oleh perbedaan agama. Akibatnya perkawinan
mengalami masalah terus menerus yang tak terselesaikan dan akhirnya memicu munculnya perceraian.
Permasalahan lain yang akan muncul bagi pasangan suami istri beda agama adalah meyakinkan keluarga sendiri untuk mau menerima pasangan. Masalah lain yang ada adalah
apakah kita diterima di keluarga pasangan kita atau tidak dan apakah keluarga kita dengan keluarga pasangan kita cocok. Artinya, banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dibicarakan sebelum acara pernikahan dilakukan. Posisi pasangan suami istri di keluarga tergantung dari
seberapa dekat dengan keluarga dan persepsi keluarga mengenai keyakinan satu sama lain. Menjalin relasi yang baik dengan keluarga pasangan adalah satu langkah yang mutlak
dilakukan. Hal yang ditemui pada awalnya keluarga mempunyai persepsi negatif (prasangka) terhadap salah satu keyakinan. Sehingga jelas bahwa komunikasi dengan keluarga pasangan (kelompok keyakinan yang berbeda) sangat dibutuhkan untuk membentuk relasi, karena
dapat mengubah opini, dan sikap keluarga terhadap perbedaan masing masing , sehingga aksi yang kita harapkan dari mereka dapat terwujud.
Salah satu contoh perkawinan beda keyakinan yang dijalani oleh pasangan dengan inisial namanya AAM dengan DO. Pasangan ini telah melangsungkan pernikahan pada
4
dari keluarga pihak laki-laki. Keluarga laki laki awalnya sangat menentang rencana
pernikahan tersebut. Mereka beranggapan akan status anak nantinya. Melalui berbagai usaha terutama dengan memberikan pendekatan lebih dan melakukan komunikasi yang lebih intens kepada orang tua pihak lelaki, akhirnya keluarga laki laki memberikan restu dan menyetujui
perkawinan mereka
Contoh kasus di atas menunjukkan semua hal berkaitan dengan perbedaan antara
personal dalam hal ini keluarga masing masing sebelum menikah perlu dibahas tuntas, sehingga terjalin komunikasi yang searah sebelum menikah. Melalui komunikasi yang baik kedua keluarga akan saling mengenali lingkungan keluarga masing masing, karena
pernikahan bukan hanya menyatukan dua kepribadian, tetapi juga menyatukan dua keluarga.
Selain itu juga harus mempelajari culture keluarganya, dan kedua pasangannya pun harus
saling terbuka sehingga dapat mengurangi terjadinya salah paham
Interaksi antar keluarga maupun antara pasangan sendiri bisa terjadi proses
komunikasi antar kelompok (antar agama). Topik komunikasi dalam persiapan pernikahan biasanya mengenai cara yang akan dilakukan dalam resepsi pernikahan, apakah sesuai keyakinan dari masing masing pihak atau bahkan keduanya, jika komunikasi ini baik, maka
di antara kedua keluarga akan terjalin relasi yang lebih baik, sehingga bisa diprediksikan bahwa tidak ada masalah (masalah terkait beda keyakinan) dalam persiapan pernikahan.
Dalam kenyataannya ada pasangan beda agama yang mengambil keputusan untuk tetap melangsungkan perkawinan. Namun, ada pula sebagian yang membatalkan atau tidak jadi meneruskan ke jenjang perkawinan. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti latar belakang
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasikan rumusan masalah adalah Bagaimana Pola komunikasi Pasangan Suami Istri Berbeda Keyakinan Dalam Memperoleh Persetujuan Orang Tua.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Menggali Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Berbeda Keyakinan Dalam Memperoleh Persetujuan Orang Tua.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan pemahaman dalam bidang
ilmu pengetahuan khususnya dalam komunikasi interpersonal, yang berkaitan
dengan cara pasangan suami istri yang mengahadapi sebuah perbedaan terutama
didalam mendapatkan persetujuan orang tua.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pasangan yang akan
akan menjalani perkawinan beda agama khususnya dalam melakukan komunikasi