ANALISIS ISI TENTANG KANDUNGAN NILAI MORAL
PANCASILA DALAM FILM 5 CM KARYA RIZAL
MANTOVANI
Skripsi ini dikemukakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana (S-1) bidang kajian komunikasi
Oleh:
Defiana Restu Utami 2011 100 40 311 040
Dosen Pembimbing: 1. Budi Suprapto, P.hD 2. Dr. Wahyudi, M.Si
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Defiana Restu Utami NIM : 201110040311040
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi : Ilmu Komunikasi
Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Mengetahui,
Dosen Pembimbing II
Dr. Wahyudi, M.Si Dosen Pembimbing I
Budi Suprapto, P.hD
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Defiana Restu Utami
NIM : 201110040311040
Konsentrasi : AudioVisual
Judul Skripsi : Analisis Isi Tentang Kandungan Nilai Moral Pancasila Pada Film 5CM Karya Rizal Mantovani
Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Dan dinyatakan LULUS
Pada hari : Kamis
Tanggal : 5 November 2015
Tempat : GKB 1, Lantai 6, Ruang 605
Mengesahkan
Dekan FISIP UMM
Dr. Asep Nurjaman, M.Si
Dewan Penguji
1. Drs. Farid Rusman, M.Si Penguji I ( )
2. Rahadi, M.Si Penguji II ( )
3. Budi Suprapto, P.hD Penguji III ( )
PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Defiana Restu Utami
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 11 Desember 1992
Nomor Induk Mahasiswa : 201110040311040
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:
Analisis Isi Tentang Kandungan Nilai Moral Pancasila Pada Film 5CM Karya Rizal Mantovani adalah bukan karya tulis (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 13 Oktober 2015
Yang Menyatakan,
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI 1. Nama : Defiana Restu Utami
2. NIM : 201110040311040
3. Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4. Program Studi : Ilmu Komunikasi
5. Judul Skripsi : Analisis Isi Tentang Kandungan Nilai Moral Pancasila Pada Film 5CM Karya Rizal Mantovani
6. Pembimbing : 1. Budi Suprapto, P.hD
2. Dr. Wahyudi, M.Si
7. Kronologi Bimbingan :
Mengetahui,
Dosen Pembimbing II
Drs. Wahyudi, M.Si Dosen Pembimbing I
Budi Suprapto, P.hD
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, serta salam dan solawat kepada Nabi dan Rasul Akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Isi Tentang Kandungan Nilai – Nilai Pancasila Pada Film 5 CM Karya Rizal Mantovani”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas muhammadiyah malang.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bekal ilmu pengetahuan, dorongan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, peneliti tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menempuh pendidikan, semoga ilmu yang didapat barakah dan dapat bermanfaat bagi orang lain, bangsa dan agama.
2. Kedua orang tua peneliti, Papa Febby Bambang S dan Mama Deccy Ruby G Winarti serta adikku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang luar biasa kepada peneliti selama perjalanan kuliah hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP, selaku Rektor Univeristas Muhammadiyah Malang
4. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyuah Malang
5. Bapak Sugeng Winarno, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas muhammadiyah
6. Bapak Budi Suprapto, P.hD selaku dosen pembimbing pertama yang dengan sabar telah membimbing, memberikan ilmu, dorongan, dan masukan bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang dengan sabar telah membimbing, memberikan ilmu, dorongan, dan masukan bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
8. Gusti Renny, Danang Cahyadi, Debby Yolanda, Dicky Yudha, Tian Santoso, Hervinto sahabat sekaligus saudara dalam perantauan yang berjuang bersama dari awal perkuliahan hingga saat ini dan saling memotivasi untuk menyelesaikan penelitan skripsi. Semoga persahabatan ini tetap terjalin selamanya.
semuanya yang telah membantu dan memberikan cerita selama perjalanan perkuliahan dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyelsaian skripsi ini.
Demi kesempatan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 13 Oktober 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
PERNYATAAN ORISINALITAS...iii
BERITA ACARA BIMBINGAN...iv
KATA PENGANTAR...v
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL...x
ABSTRAK...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1
1.2Rumusan Masalah... ... 10
1.3Tujuan Penelitian ... 10
1.4Manfaat Penelitian ………... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Film sebagai Medium Komunikasi Massa ... 12
2.2 Film sebagai Media Institusi ... 19
2.3Film sebagai Industri ... 21
2.4Unsur – unsur film ... 23
2.5Genre Film ... 27
2.6Sifat Pesan dalam Media Komunikasi Massa ... 29
2.7Pesan dalam Film sebagai Medium Komunikasi Massa ... 32
2.8Pesan Moral dalam Film ... 34
2.9Pancasila Moral Pancasila dalam Film ... 35
2.9.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab………. 37
2.9.3 Persatuan Indonesia………. 38
2.9.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan……….. 39
2.9.5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia…… 40
2.10 Penelitian Terdahulu ... 44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan Penelitian dan Tipe Penelitian ... 45
3.2Struktur Kategori ... 47
5.3Analisis Isi Kandungan Nilai Moral Pancasila dalam Film 73
5.2.1 Shoot Mengandung Kategori Nilai Moral Pancasila Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa ... 73
5.2.2 Shoot Mengandung Kategori Nilai Moral Pancasila Sila 2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ... 84
5.2.4 Shoot Mengandung Kategori Nilai Moral Pancasila Sila 4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan . 108 5.2.4 Shoot Mengandung Kategori Nilai Moral Pancasila Sila
5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ... 113 5.4 Uji Relabilitas ... 128
BAB VI PENUTUP
6.1Kesimpulan ... 143 6.2Saran ... 145
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Koding ... 59
Tabel 4.1 Kru Film 5CM ... 68
Tabel 4.2 Penghargaan Film 5CM ... 70
Tabel 5.1 Frekuensi Kemunculan Nilai Moral dalam Pancasila ... 72
Tabel 5.2 Rincian Shoot Mengandung Nilai Moral Pancasila ... 72
Tabel 5.3 Tabel Expected Agreement Nilai Moral dalam Pancasila Peneliti... 129
Tabel 5.4 Tabel Expected Agreement Nilai Moral dalam Pancasila Koder 1 .... 132
Tabel 5.5 Tabel Expected Agreement Nilai Moral dalam Pancasila Koder 2 .... 136
Tabel 5.6 Total Observed Agreement Antara Peneliti dan Koder 1 ... 139
Tabel 5.7 Expected Agreement Peneliti dan Koder 1... 140
Tabel 5.8 Total Observed Agreement Antara Peneliti dan Koder 2 ... 141
Daftar Pustaka
Buku :
Abudin, Nata. (1966). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Baksin, A. (2003). Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis.
Baran, J. Stanley.(2011). Pengantar Komunikasi Massa Literasi Media dan Budaya. Jakarta: Salemba Humanika
Biagi, S. (2010). Media/Impact: Pengantar Media Massa (Edisi 9). Jakarta: Salemba Humanika.
Budiyono, K. (2009). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Press.
Effendy, Heru. (2002). Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta: Yayasan Konfiden.
Effendy, Heru. (2008). Industri Perfilman Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Film, I. (2013, February 3). Imagin3 Film.com. Retrieved from
http://imagin3film.com/2013/02/03/perkembangan-film-4-negara-asean-2012-indonesia-malaysia-singapura-thailand/
Hamidi.2007.Metode Penelitian dan Teori Komunikasi.Malang: UMM Press
Irawanto, B. (2003). Film ideologi dan militer: hegemoni militer dalam sinema indonesia. Yogyakarta: Media Pressindo.
Krippendorff, Klauss. (1991). Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: CV. Rajawali.
Kusnawan, Aep. (2004). Komunikasi dan Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah.
Mambor, V. (2000). Satu abad gambar idoep indonesia. Jakarta: Kunci Cultural Studies Center.
Mardalis.2007.Metode Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Bumi Aksara McQuail, D. (2000). Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta:
Erlangga.
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Mulkhan, A. M., Fadjar, A. M., Achijat, D., & Tinus, A. (1992). Pancasila Dasar Filsafat Negara Prinsip - Prinsip Kehidupan Beragama. Malang: UMM Press.
Mulyana, Deddy.2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana, D., & Subandy, I. (1997). Bercinta dengan Televisi Ilusi, Impresi dan Imaji Sebuah Kotak Ajaib. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, B. (2007). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
Rivers, W. L., Jensen, J. W., & Peterson, T. (2004). Media massa dan masyarakat modern (edisi 2). Jakarta: Pranada Media.
Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Srijanti, A. R., & S.K., P. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Mahasiswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suharsaputra, Dr. Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Tamburaka, Apriadi.(2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajawali Press Vera, N. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Vivian, John.2008.Teori Komunikasi Massa, Edisi kedelapan.Jakarta: Kencana
Wimmer, R. D., & Dominick, J. R. (2000). Mass Media Research: An Introduction. New York: Wadsworth.
Winarni.2003.Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Malang: UMM Press
Jurnal :
Hakim, L. (2011). Implementasi Nilai - Nilai Pancasila Pada Film (Analisis Isi pada Film Preman In Love Karya Rako Prijanto). Malang: UMM.
Internet :
Film Indonesia. (2012, Desember 12). Retrieved from 5 CM:
Indonesia Film Center. (2012, Desember 12). Retrieved from 5 CM: http://www.indonesianfilmcenter.com/film/5-cm.html
Marifah, K. (2014, Februari 24). Lunturnya nilai - nilai luhur pancasila. Retrieved from BKKBN:
http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=105
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Saat ini keberadaan media massa sudah menjadi suatu kebutuhan yang
sangat penting dalam masyarakat. Media massa telah menjadi sumber dominan
masyarakat untuk menyuguhkan segala informasi dan hiburan untuk memenuhi
kebutuhan informasi masyarakat. Media massa sangat berhubungan erat dengan
segala aktivitas yang dilakukan setiap individu dalam masyarakat. Setiap hari, rata
– rata setiap individu menghabiskan lebih banyak waktunya dengan media massa
daripada tanpa media, terkadang media massa juga mempengaruhi apa yang
dikonsumsi, dibicarakan, dikerjakan, dan dipelajari (Biagi, 2010).
Jay Black dan Frederick C. Whitney mengatakan fungsi komunikasi massa
adalah to inform (menginformasikan), to entertain (memberi hiburan), to persuade
(membujuk), transmission of the culture (transmisi budaya) (Nurudin, 2007).
Dilihat dari fungsinya film merupakan salah satu media komunikasi massa yang
sangat ampuh. Karena saat ini film merupakan salah satu hiburan yang digemari
oleh masyarakat, yang mencakup semua fungsi media massa.
Film sebagai salah satu bentuk media massa dipandang mampu memenuhi
permintaan selera masyarakat akan hiburan dikala penat menghadapi aktifitas
kehidupan sehari – hari. Dalam pandangan Denis McQuail film berperan sebagai
2
drama, humor dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail,
2011).
Selain sebagai hiburan film juga mempunyai fungsi sebagai penyampai
pesan. Film merupakan salah satu media yang berperan penting dalam
menanamkan pesan yang baik bagi generasi penerus bangsa agar tidak menjadi
bangsa yang hilang ingatan terhadap sejarah bangsanya. Menurut Theodore
Peterson pesan komunikasi terwujud dalam cerita dan misi yang dibawa film
tersebut terangkum dalam bentuk jenis – jenis film yang ada. Sehingga sutradara
mampu mengemasnya sesuai dengan cerita dari masing – masing film tersebut,
seperti fungsi hiburan, fungsi informasi, fungsi edukasi, maupun fungsi persuasi
pada penontonnya (Rivers, Jensen, & Peterson, 2004).
Berdasarkan maksud ingin memberikan informasi, secara umum film
dikelompokkan menjadi dua pembagian besar yaitu film cerita (fiksi) dan non
cerita. Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita yang
mengandung unsur – unsur yang menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat
auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat
dilihat dengan suara yang didengar. Seperti yang dikatakan Heru Effendy (Effendy,
2002).
“Film itu sendiri mempunyai banyak unsur – unsur yang terkonstruksi menjadi kesatuan yang menarik. Unsur – unsur seks, kejahatan atau kriminalitas, roman, kekerasan, rasisme dan sejarah adalah unsur – unsur cerita yang dapat menyentuh rasa manusia, yang dapat membuat publik terpesona, tertawa terbahak – bahak, menangis terisak – isak, dongkol, marah, terharu, iba, bangga, tegang dan lain – lain. Maka diambillah dari kisah – kisah sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari
3
Film dapat menyajikan pesan atau objek yang sebenarnya termasuk
dramatisir secara audio visual dan unsur gerak (live) dalam waktu bersamaan. Sifat
yang audio visual tersebut menjadikan film mampu menyampaikan pesan verbal
dan non verbal yang dapat dinikmati dalam suasana akrab, nyaman dan santai. Film
merupakan perwujudan dari seluruh realitas kehidupan dunia yang luas dalam
masyarakat, oleh karena itu film mampu menumbuhkan imajinasi, ketegangan, dan
benturan emosional khalayak penonton atau audien, seolah mereka ikut merasakan
dan menjadi bagian dari cerita film tersebut.
Jelas bahwa film adalah media yang tepat untuk mengedukasi masyarakat,
antara lain tentang nilai - nilai nasionalisme, karena jiwa nasionalisme di kalangan
generasi muda sekarang telah memudar. Bahkan film laris dari Hollywood yang
paling menghibur sekalipun, mempunyai pesan kuat yang pengaruhnya melebihi
dari film propaganda Rusia. Usmar Ismail, tokoh perfilman Indonesia pernah
menulis bahwa menonton film Hollywood, akan membuat audiens terbius dengan
layar peraknya, dan tak terasa pikiran audiens dimasuki propaganda film
Hollywood tersebut (Sasono, 2005). Artinya, film tanpa disadari oleh audiennya
selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan
(message) dibaliknya. Selain itu, kekuatan dan kemampuan film menjangkau
banyak segmen sosial, sehingga membuat para ahli film memiliki potensi untuk
mempengaruhi khlayaknya.
Menurut Jowet dalam Film Ideologi dan Militer: Hegemoni Militer dalam
4
membentuk semacam konsensus publik secara visual (visual public consensus).
Hal ini disebabkan karena isi film selalu bertautan dengan nilai – nilai yang hidup
dalam masyarakat dan selera publik. Singkatnya, film merangkum pluralitas nilai
yang ada dalam masyarakat. Film mampu menangkap gejala dan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat yang kemudian disajikan kembali kepada masyarakat
untuk mendapat apresiasi.
Realitas yang disajikan dalam film dapat bersumber pada realitas
sebenarnya, atau dapat juga berupa realitas imajinasi (fiksi). Film menunjukkan
pada kita jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini
dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang. Fenomena perkembangan
film yang begitu pesat membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang
progresif. Bukan saja oleh negara yang memiliki industri besar seperti Amerika,
tetapi juga oleh negara yang memiliki industri film besar misalnya India dan
Hongkong, yang baru saja menata industri filmnya. Apa yang telah dihasilkan oleh
Hollywood, Bollywood dan Hongkong dengan menggambarkan sesuatu yang
semula hanyalah sebuah sub-kultur di negara asalnya, menjadi latar belakang
kesadaran tersebut. Film juga bisa dianggap merepresentasi citra atau identitas
komunitas tertentu. Bahkan juga bisa membentuk komunitas sendiri karena
sifatnya yang universal (Mambor, 2000).
Perkembangan industri film Indonesia saat ini cukup baik. Tahun 2012
menjadi tahun yang istimewa untuk perfilman Indonesia. Ada sekitar 90 judul film
5
Amerika dan beredar luas di berbagai negara. Film tersebut adalah film The Raid,
film yang masih menjadi juara box office Indonesia sampai bulan Desember tahun
2012 dengan mengumpulkan jumlah 1,8 juta penonton. Tema perfilman Indonesia
tidak lagi dikuasai oleh horor berbau seks dan komedi dari jumlah 90 film yang
beredar di tahun 2012 lalu hampir separuh dari jumlah film yang beredar bergenre
drama dengan total 40 judul. Kemudian disusul genre horor dengan jumlah total 15
judul, horor komedi 9 judul, drama anak 7 judul, komedi 6 judul, omnibus 5 judul,
petualangan 3 judul. Sementara dari tema documenter, animasi dan action masing
– masing menyumbang 1 judul (Film, 2013).
Film dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan kehidupan realitas di
Indonesia, untuk memperkenalkan bagaimana Indonesia itu sebenarnya. Ada pula
film yang mempunyai tujuan salah satunya adalah untuk menyampaikan pesan
moral yang terkandung dalam sila - sila Pancasila lewat kehidupan sehari – hari di
Indonesia yang di filmkan. Contoh film Laskar Pelangi karya sutradara Riri Riza,
yang di dalamnya banyak memuat pesan sosial yang patut di contoh paling tidak
dari para penikmat film itu sendiri. Lalu film Gie yang merupakan penyampaian
pesan kegelisahan Sutradara Riri Riza tentang pemerintahan Soekarno pada masa
itu. Kemudian film G 30/S PKI karya Arifin C. Noer, yang di dalamnya bermuatan
politik. Film ini menceritakan tentang pemberontakan Gerakan 30 September oleh
PKI (Partai Komunis Indonesia) yang ingin mengganti ideologi negara berdasarkan
Pancasila dengan ideologi yang lain. Ketiga film tersebut merupakan film yang
6
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa
setiap perilaku masyarakat bangsa Indonesia berpedoman pada nilai – nilai moral
(etik) yang terdapat dalam Pancasila. Saat ini bangsa Indonesia telah berhasil
merumuskan norma etik (moral) yang berpedoman dari nilai Pancasila sebagai nilai
budaya bangsa Indonesia. Rumusan norma etik tersebut tercantum dalam ketetapan
MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, Bernegara dan
Bermasyarakat.
Nilai moral yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya merupakan
kesatuan moral bangsa. Pancasila sebagai dasar falsafah negara berarti bahwa
moral bangsa telah menjadi moral negara yaitu mengikat negara sekaligus
mengandung arti telah menjadi sumber tertib negara dan sumber tertib hukum serta
jiwa seluruh kegiatan negara dalam aspek kehidupan negara. Nilai moral dalam
Pancasila, sekaligus mengandung arti sebagai norma. Pancasila sebagai norma
terdiri dari lima norma sebagai tercantum pada lima sila Pancasila sebagai satu
kesatuan. Pancasila sebagai ajaran moral mengikat seluruh bangsa Indonesia,
bahkan sebenarnya seluruh umat manusia karena nilai – nilai moral yang
terkandung di dalam Pancasila bersifat universal.
Pancasila memiliki nilai – nilai yang menjadi tujuan bangsa Indonesia. Nilai
Pancasila merupakan ukuran bagi baik buruknya sikap warga negara Indonesia
secara nasional. Nilai pancasila merupakan tolak ukur, penyaring, atau alat
penimbang bagi semua nilai yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri bangsa
7
Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian
Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara
Indonesia.
Namun tidak tahu berawal dari apa, dari mana dan sejak kapan, masyarakat
bangsa Indonesia semakin bergerak melangkah jauh meninggalkan apa yang
menjadi pandangan hidupnya. Pancasila yang menjadi pandangan hidup, dasar
negara dan bangsa Indonesia semakin lama menjadi semakin kabur keberadaannya.
Nilai – nilai pancasila yang digagas oleh para pejuang, kurang diimplementasikan
dengan baik, padahal Pancasila sudah menjadi pandangan hidup bangsa dan negara
sejak tahun 1945. Saat ini masyarakat bangsa Indonesia cenderung menganggap
Pancasila hanya sebagai suatu simbol negara dan mulai melupakan nilai – nilai
yang terkandung di dalamnya. Hal ini diperkuat oleh Khaeri Marifah (2014) yang
mengatakan (Marifah, 2014):
8
semakin lunturnya toleransi atas perbedaan dan kemajemukan di antara komponen bangsa. Permasalahan ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut karena akan melemahkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”.
Lunturnya nilai – nilai Pancasila berarti masyarakat bangsa Indonesia tidak lagi
melihat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Masyarakat bangsa
Indonesia tidak mengimplementasikan nilai – nilai Pancasila. Hal ini memunculkan
suatu pertanyaan masih berlakukah Pancasila atau bahkan adakah Pancasila itu di
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada saat ini. Lunturnya nilai – nilai Pancasila
pada masyarakat dapat berarti awal sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara
Indonesia. Kondisi nyata yang saat ini dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
munculnya ego kedaerahan. Ini terbukti dengan timbulnya Organisasi Papua
Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun 1965 yang
bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan
Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan
Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya. OPM merasa bahwa mereka
tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia yang lain maupun
negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun
1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak
Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas
jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap
sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.
Karena peran Pancasila yang sangat penting sebagai pedoman hidup bangsa
9
mengandung nilai – nilai moral dalam Pancasila agar dapat diketahui bahwa untuk
mempelajari Pancasila tidak harus melalui pembelajaran di dalam kelas yang
membosankan hanya dengan mendengar penjelasan dari pengajar , tetapi dapat juga
dipelajari melalui film.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nilai – nilai Pancasila yang
terkandung dalam film Indonesia. Film yang menjadi penelitian adalah film yang
berjudul 5CM karya sutradara Rizal Mantovani. Film yang rilis pada tanggal 12
Desember 2012 ini merupakan adaptasi dari novel best seller karya Donny
Dirgantoro yang berjudul sama. Film 5CM merupakan film yang sukses terbukti
dari prestasinya yang telah mendapatkan 4 penghargaan dalam Festival Film
Bandung pada tanggal 15 Juni 2013 lalu. Kategori penghargaan yang diraih yaitu
Film Terpuji, Sutradara Terpuji, Penata Editing Terpuji dan Penata Kamera
Terpuji.
Film ini menceritakan tentang Genta, Arial, Zafran, Riani, dan Ian yang
sudah lama bersahabat dan merasa jenuh dengan kehidupan persahabatan mereka
yang monoton. Mereka memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi
satu sama lain selama tiga bulan. Setelah 3 bulan mereka bertemu kembali dan
merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan
tantangan. Mereka melakukan pendakian gunung Semeru demi mengibarkan sang
saka merah putih pada tanggal 17 Agustus. Film 5CM merupakan film yang
mengandung nilai – nilai dasar Pancasila akan tetapi pesan tersebut dikemas secara
10
nyaman akan tetapi terkadang melewatkan bahwa adegan yang mereka lihat
tersebut merupakan sebuah pengimplementasian atau pengamalan nilai – nilai
moral dalam Pancasila. Karena itu peneliti tertarik ingin menganalisis adegan –
adegan mana saja yang merupakan kandungan nilai moral Pancasila yang
diimplementasikan dalam film 5CM ini.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah :
1. Nilai – nilai Pancasila manakah yang paling dominan dalam film 5 CM?
2. Bagaimana frekuensi kemunculan nilai Pancasila tersebut dari Sila ke 1
sampai dengan Sila ke 5?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetehui nilai Pancasila ke berapa yang paling dominan dalam
film 5 CM.
2. Untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing – masing nilai dari sila
11 1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber
informasi khususnya di dunia perfilman serta lebih lanjut bermanfaat pula
sebagai referensi dan bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi para
sineas muda agar dapat melahirkan film bergenre drama petualangan yang
jauh lebih baik lagi dan memiliki muatan cerita yang kuat dan tidak sekedar
demi keuntungan semata. Dan peneletian ini juga dapat menumbuhkan
kesadaran bagi masyarakat agar lebih dapat memahami kandungan moral
Pancasila agar mereka dapat memilih perilaku yang baik dan tidak baik