• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL DITINJAU DARI PERSEPSI TENTANG POLA ASUH ORANGTUA PADA SISWA AKSELERASI DAN NON AKSELERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL DITINJAU DARI PERSEPSI TENTANG POLA ASUH ORANGTUA PADA SISWA AKSELERASI DAN NON AKSELERASI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL DITINJAU DARI PERSEPSI TENTANG POLA ASUH ORANGTUA PADA SISWA

AKSELERASI DAN NON AKSELERASI

SKRIPSI

Oleh :

WINDHA FITRIA PUTERI WIJAYANTI 06810021

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau Dari Persepsi Tentang Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Akselerasi Dan Non Akselerasi

Nama Peneliti : Windha Fitria Puteri Wijayanti No.Induk Mahasiswa : 06810021

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : 29 Oktober 2011

Waktu ujian : 11 November 2011

Malang, 5 November 2011 Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Tanggal :

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Ni’ matuzahroh S.Psi, M.Psi ____________________

Anggota Penguji : 1. Dra. Cahyaning Suryaningrum M.Si ____________________

2. Dra. Diantini M.Si ____________________

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Windha Fitria Puteri Wijayanti

Nim : 06810021

Fakultas/Jurusan : Psikologi/Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Menyatakan bahwa Skripsi / Karya Ilmiah : Judul:

“Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau Dari Persepsi Tentang Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Akselerasi Dan Non Akselerasi.”

1. Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan

Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi akademik sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui, Malang, 5 November 2011

Ketua Program Studi Yang Menyatakan,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Pemilik dan penguasa alam semesta beserta isinya, hidayah, kasih sayang, kemudahan serta nikmat – nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya. Hanya dengan seizin-Nya lah akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan, suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau Dari Persepsi Tentang Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Akselerasi Dan Non Akselerasi”. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu penulisan ini juga dimaksudkan supaya pembaca bisa memahami pentinganya kecerdasan emosional bagi siswa sekolah dan mengetahui bahwa kecerdasan emosional itu terbentuk kerena adanya pola asuh orangtua mereka.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis banyak melibatkan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Latipun M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan dan memberikan bimbingan serta masukan yang berarti demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Ni’ matuzahroh S.Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak. Yudi Suharsono S.Psi, M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

vi

6. Kepala Sekolah SMAN 1 Kediri yang telah memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis untuk melakukan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas akselerasi angkatan 1 dan siswa-siswi kelas X yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

8. Papa dan mama ku tersayang, terima kasih atas kasih sayang kalian selama ini, terima kasih untuk semua do’a serta kerja keras kalian untuk bisa memenuhi semua kebutuhan ananda selama ini, dan terima kasih atas kesabaran kalian untuk menantikan kelulusan ini dan Windha sepenuh hati meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah Windha perbuat.

9. Kakak-kakakku tersayang Mas Doni, Mbak Tiyan, Mbak Windhy dan Mas Rudi serta ponakan-ponakanku Angga, Zaki dan Dinar, terima kasih atas motivasinya dan selalu menghiburku disaat aku sedang bimbang dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih buat keluarga Ngadiluwih yang telah memberikan motivasi agar aku bisa cepat menyelesaikan skripsi ini.

11. Yang terspesial “Mas Tutus” ku, terima kasih atas semua semangat dan kasih sayangmu yang kau berikan kepada penulis serta terima kasih atas kesabaranmu menanti kelulusanku dan terima kasih selalu ada untukku dalam menyelesaikan skripsi ini. Ini akan menjadi awal yang baru.

12.Terima kasih untuk teman-temanku Angakatan 2006 Nurul, Ike, dan anak-anak kos Hanoman Rahmi, Rista, mbak Sely, Riska, Mery dan Nyah Fitri terima kasih atas kenangan terindah bersama kalian, tangis dan canda tawa, susah dan sedih bersama serta terima kasih atas bantuan kalian dalam membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Malang, 5 November 2011 Penulis

(7)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Kecerdasan Emosional 1. Definisi Kecerdasan Emosional ... 7

2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional ... 8

3. Faktor-faktor Kecerdasan Emosional ... 9

4. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku ... 11

B. Pola Asuh Orangtua 1. Pengertian Pola Asuh Orangtua ... 13

2. Jenis-jenis Pola Asuh ... 14

3. Faktor-faktor Pola Asuh ... 16

4. Tahapan Pendekatan Emosi Orangtua Terhadap Anak ... 16

5. Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Karakteristik Anak ... 17

C.Kelas Akselerasi 1. Definisi Akselerasi ... 18

2. Jenis-jenis Program Akselerasi ... 19

(8)

viii

4. Faktor Berhasilnya Program Akselerasi ... 21

5. Kelebihan dan Kelemahan Kelas Akselerasi ... 22

D.Persepsi 1. Definisi Persepsi ... 25

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 25

E. Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau Dari Persepsi Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Akselerasi Dan Non Kelas Akselerasi... 26

F. Kerangka Pemikiran ... 29

G.Hipotesa ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 30

B. Identifikasi Variabel ... 30

C.Definisi Operasional ... 31

D.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 32

E. Jenis data dan Instrumen Penelitian 1. Jenis Data ... 32

2. Instrument Penelitian ... 33

a. Skala Kecerdasan Emosional ... 33

b. Skala Pola Asuh ... 35

F. Rancangan Penelitian ... 36

G.Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ... 36

2. Reliabilitas ... 39

G. Analisa Data 1. Analisis Deskripsi Data ... 41

(9)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Subyek ... 43

B. Deskripsi Data ... 43

1. Kecerdasan Emosional ... 43

2. Persepsi Tentang Pola Asuh ... 44

C.Analisa Data ... 45

D.Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Pilihan Jawaban Skala Kecerdasan Emosional ... 34

Tabel 3.2 Blue Print Kecerdasan Emosional ... 40

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Emosional dan Pola Asuh ... 39

Tabel 3.4 Hasil Uji Relibilitas Item Kecerdasan Emosional dan Pola Asuh .... 41

Tabel 4.1 Karakteristik Siswa Akselerasi dan Non Akselerasi ... 43

Tabel 4.2 Sebaran T-Score Kecerdasan Emosional Kelas Akselerasi dan Non Akselerasi ... 44

Tabel 4.3 Sebaran T-Score Persepsi Tentang Pola Asuh Kelas Akselerasi dan Non Akselerasi ... 45

(11)

xi DAFTAR PUSTAKA

Ali. M. & Asrori. M. (2009). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Azwar. S. (2001). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2007). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: pustaka Pelajar. Azwar. S. (2008). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Elias, M. J., Tobias, S. E & Friedlander, B. S. (2002). Cara-cara efektif mengasuh anak dengan EQ. Bandung: Penerbit Kiafa.

Dayaksini, T. & Yuniardi, S. (2004). Psikologi lintas budaya. Malang: UMM Press.

Desmita. 2006. Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Goleman, D. (2001). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi.

Jakarta: Gramedia Pustaka.

Gottman, J & DeClaire. J. (2003). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hawadi, R. A. (2004). Akselerasi A-Z informasi program percepatan belajar dan anak berbakat intelektual. Jakarta: PT. Grasindo Anggota IKAPI.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kusuma, A. P (2009). Hubungan pola asuh orangtua yang otoriter dan

kematangan emosi dengan perilaku agresi pada siswa laki-laki kelas X SMA Islam Malang. Abstrak diakses 27 Juli 2011 dari

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-Psikologi/search/titles?searchPage=9.

Martin, A. D. (2003). Emotional quality management. Jakarta: Penerbit Aga. Mar’at, S. & Kartono, L. I. Perilaku manusia. Bandung: PT. Refika Aditama.

Munandar, S. C. Utami. 1982. Anak-anak berbakat pembinaan dan pendidikannya. Jakarta: CV. Rajawali.

Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan berkembang. Jakarta: Erlangga.

Rahmawati. S. (2001). Mencetak anak cerdas dan kreatif. Jakarta: Buku Kompas.

Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Respati, S. W. Arifin, P. Ernawati. (2008). Gambaran kecerdasan emosional

(12)

xii 2011 dari

http://oldweb.esaunggul.ac.id/psikologi/index.php?option=com_content&vie

w=article&id=45&Itemid=2.

Santrock. J. W. (2002). Life – span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Santrock. J. W. (2007). Psikologi pendidkan. Jakarta: Prenada Media Group. Shapiro, L. E. (2001). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Silalahi, K & Meinarno, E. A. (2010). Keluarga Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suseno, T. A. A. (2009). EQ orangtua vs EQ anak. Jogyakrta: Diglossia Printika.

Winarsunu, T. (2007). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kecerdasan yang sering dinyatakan dengan angka IQ (Intelligence Quotient), bukan satu-satunya jaminan bagi kesuksesan seorang anak di masa depan. Faktor lain yan perlu mendapat perhatian serius dari orangtua adalah kecerdasan emosional. Salah satu aspeknya adalah kecerdasan sosial, dimana anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain serta bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia. Kecerdasan emosional juga meliputi kemampuan seseorang untuk mengenali emosinya sendiri serta mengelola emosi tersebut dengan cara yang benar. Kemudian juga kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta tetap bersemangat untuk menghadapi berbagai kesulitan.

Konsep IQ (Intelligence Quotient) yang dikenal sebagai tolok ukur kecerdasan, tidak lagi bersifat mutlak. Sejumlah penelitian mengungkapkan kecerdasan emosional (EQ) lebih berperan dalam menetukan keberhasilan. Kecerdasan ini membuat seseorang memiliki ketangguhan menghadapi frustasi dan mengatur suasana hati. Dengan begitu ia dapat menjauhkan diri dari stress. Tetap berkonsentrasi dan berpikir secara jernih. Ini menjelaskan mengapa anak dengan IQ tinggi tidak dengan sendirinya berprestasi tinggi. Disamping itu, kecerdasan emosional menumbuhkan empati, mengerti perasaan orang lain, mengenal lingkungan dengan lebih baik.

Selama ini ada pandangan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam studi itu diperlukan taraf intelegensi atau IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi. Mereka yang memiliki IQ tinggi akan dikelompokkan sebagai anak-anak yang pandai dan ini diasumsikan menentukan keberhasilan yang bakal diraih si anak di masa depan. Tetapi menurut Daniel Goleman memberikan bukti yang mengubah seluruh pandangan tersebut. Melalui bukunya, Emotional Intelligence, Goleman membuktikan bahwa keberhasilan hidup seseorang, 20% ditentukan oleh

(14)

Penelitian yang telah dilakukan oleh Ekman (dalam Martin, 2003) menyebutkan bahwa faktor IQ (Intelligence Quotient) tidak memberi jaminan masa depan. Ia menemukan bahwa tingginya skor hasil tes di universitas tidak dapat dijadikan sebagai penentu besarnya gaji yang dia terima nantinya, tingkat produktivitas, status kehidupan, kepuasan kerja juga kebahagian dalam hubungan dengan teman dan keluarga. Justru faktor kepribadian dimana ini adalah kecerdasan emosional atau EQ (Emotional Quotient) seseoranglah yang menentukan.

Kecerdasan emosional (EQ) bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak, melainkan pada sesuatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi. Kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Jika menginginkan seseorang yang pandai, kreatif, sekaligus manusia yang manusiawi dan dapat berempati yang dapat mengontrol emosinya diperlukan keseimbangan diantara kecerdasan intelegensi dan kecerdasan emosional. Karena dengan kemampuan mengontrol emosinya, seseorang dapat memotivasi diri sendiri, sehingga mampu mandiri. Selain itu, dia juga mampu mawas diri, karena mengetahui perasaan yang ada dalam diri sendiri ataupun perasaan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Martin terhadap siswa-siswi ber-IQ (Intelligence Quotient) tinggi (diatas 120) namun gagal dalam mata pelajaran matematika di sekolah. Dari riset ekperimental dapat disimpulkan bahwa penyebab kegagalan itu bukan pada kecerdasan mereka, melainkan pada perasaan. Mereka cemas kalau mereka tidak akan paham dan membuat kesalahan. Ada juga yang disebabkan rasa tidak senang terhadap guru matematika atau berbagai alasan emosional lainnya. Siswa siswi tersebut gagal dalam matematika bukan karena tidak mampu secara intelektual tetapi karena faktor-faktor emosional (Martin, 2003).

(15)

tempatnya. Selain itu jumlah siswa yang sedikit menyebabkan mereka semakin kurang intensitasnya hubungannya dengan orang lain. Sehingga hal ini menjadikan mereka anak yang suka menyendiri dan cenderung pendiam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Respati, Arifin, Ernawati (dalam Pusat Jurnal Akselerasi, 2008) tentang Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat Dikelas Akselerasi SMA Di Jakarta. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosional siswa akselerasi SMA di Jakarta berada pada posisi rendah yaitu sebesar 16%, artinya mereka biasanya cenderung kurang memiliki keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain. Sedangkan sisanya 84% dimiliki oleh siswa non akslerasi, artinya mereka mereka lebih baik dalam memiliki keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta lebih baik dalam mengolah perasaan untuk memotivasi, dan meraih tujuan kehidupan.

Kecerdasan emosional ini tidak muncul begitu saja melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor internal dan faktor eksternal. Goleman (2001) menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi kecerdasan emosi yaitu faktor yang berasal dari dalam diri yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang. Sedangkan faktor eksternal yaitu yang datang dari luar individu, seperti keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan sekolah. Mengoptimalkan kecerdasan emosi individu sangatlah diperlukan melalui latihan dan bimbingan sejak dini baik lingkungan keluarga, sosial maupun dalam lingkungan sekolah. Didalam keluarga inilah, pola asuh orangtua sangat berperan dalam pembentukan emosi yang berguna hingga dewasa nanti.

Kehidupan keluarga merupakan sekolah kita yang pertama untuk mempelajari emosi. Perilaku orangtua dapat mempengaruhi kepribadian anak, bahkan pada awal-awal kehidupan. Adanya kedekatan fisik dan pola asuh orangtua dapat membantu anak untuk berkembang dengan baik. Pola asuh yang penuh dukungan dan kasih sayang memberikan aspirasi pendidikan yang sesuai dengan kemampuan anak, penekanan pada peraturan yang konsisten, komunikasi yang terbuka serta menghormati keberadaan anak, dapat membantu anak menjadi anak yang ceria, percaya diri, mandiri, dapat menghargai orang lain dan berhasil di sekolah.

(16)

demi hari, yang dapat menciptakan keseimbangan lebih sehat dalam rumah tangga dan hubungan dengan anak-anak. Tindakan kita harus menekankan pentingnya perasaan dan membantu kita dan anak-anak mengatasi serangkaian emosi dengan pengendalian diri, bukan dengan impulsif, serta tidak membiarkan diri kita terlalu terbawa perasaan yang disebut oleh Daniel Goleman sebagai emotional hijacking atau pembajakan perasaan (dalam Elias, M. J., Tobias, S. E & Friedlander, B. S. (2002).

Menurut Shapiro, ada dua hal mendasar yang perlu diperhatikan orangtua yang ingin mengajarkan kecerdasan emosional kepada anakanya. Pertama, orangtua memberikan kasih sayang yang afirmatif. Kasih sayang ini berarti menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan emosi anak dan mendukungnya melalui cara yang jelas dikenali anak. Dengan demikian, orangtua dapat menjalin hubungan yang terbuka dan saling menyayangai akan dapat meningkatkan citra diri, ketrampilan menguasai situasi, dan mungkin kesehatan anak. Hal yang kedua adalah disiplin afirmatif, yaitu orangtua memiliki cara-cara yang telah terpikir matang, terencana dan sesuai dengan usia untuk menghadapi perilaku anak yang menyimpang (dalam Hawadi, 2004).

Orangtua yang memiliki anak berintelegensi tinggi pastilah merasa senang. Mereka menganggap itu merupakan sebuah anugrah dari Tuhan dan orangtua tersebut bisa saja menerapkan berbagai pola asuh yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarganya. Tapi tanpa mereka sadari, dengan adanya pola asuh yang salah maka ini akan membuat perkembangan emosi anak gifted juga bermasalah. Mereka harus benar-benar mengerti dan memahami kondisi anak mereka seperti apa, agar tidak membentuk pribadi yang menyimpang. Penanganan terhadap perilaku anak yang menyimpang merupakan pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu jiwa dan pendidikan. Apabila pola-pola yang diterapkan orangtua keliru, maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan mempertambah buruk perilaku anak. Perilaku-perilaku anak ini nantinya akan dia tunjukkan ketika dia berinteraksi dengan orang lain terutama dilingkungan sekolah.

(17)

perkembangan anak. Orangtua dengan pola asuh autoritatif (demokratis) memberikan model yang bertanggung jawab secara sosial, tingkah laku menyayangi anak, yang mendorong anak untuk berbuat hal yang sama. Orangtua dengan pola asuh otoriter dan permisif lebih menunjukkan tingkah laku memaksa atau kurang menyayangi anak dan hal ini bukan contoh yang baik pada anak. Berdasarkan hasil penelitian Kusuma (2009) tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua yang Otoriter dan Kematangan Emosi dengan Perilaku Agresi pada Siswa Laki- laki Kelas X SMA Islam Malang. Penelitian ini menunjukkan hasil ada hubungan antara pola asuh orangtua yang otoriter dan kematangan emosi dengan perilaku agresi (rxy= 0,479, p = 0,000 < 0,05, R2 = 0,229). Remaja yang melakukan perilaku agresi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pola asuh orangtua dan kematangan emosi. Sebagai faktor eksternal, penerapan pola asuh orangtua yang terdiri dari otoriter, demokratis, dan permisif , akan berpengaruh dalam membentuk perilaku agresi. Selain itu sebagai faktor internal, remaja yang belum stabil dan kurang matang emosinya dapat lebih mudah muncul perilaku agresinya daripada yang telah matang emosinya.

Perbedaan pola asuh inilah yang memungkinkan anak memiliki kecerdasan emosi yang berbeda pula. Siswa akselerasi yang memiliki kecerdasan intelegensi tinggi diharapkan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi pula. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa berhasil dikemudian hari untuk meraih prestasi dan cita-citanya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan kecerdasan emosional antara siswa kelas akselerasi dan non akselerasi ditinjau dari persepsi siswa tentang pola asuh orangtua.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat disusun suatu permasalahan yaitu adakah terdapat perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari persepsi pola asuh orangtua pada siswa akselerasi dan non akselerasi?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional siswa akselerasi dan non akselerasi. 2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa tentang pola asuh orangtua siswa akselerasi

(18)

3. Untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari persepsi tentang pola asuh orangtua pada siswa akselerasi dan non akselerasi.

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan disiplin ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan, psikologi pendidikan dan psikologi sosial.

b. Secara praktis

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya saya tidak datang (karena dianggap tidak berguna oleh orangtua). 67 BIla saya mengikuti acara kerohanian, maka: a. Orangtua mendukung sepenuhnya. Biasanya mereka tidak

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik uji bedaOne-Way Between Group ANOVA dengan bantuan program SPSS versi 16.00 for Windows.Hasil analisis data menunjukkan