BALIHO DAN PERILAKU POLITIK MASYARAKAT
(Studi Korelasi Penggunaan Baliho Calon Anggota Legislatif Nomor Urut Satu dari Partai Amanat Nasional dan Perilaku Politik Masyarakat Jalan
Stasiun Kota Pangkalan Brandan )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi
O
L
E
H
ANGELIA SURI UTAMI
090904001
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Angelia Suri Utami
NIM : 090904001
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : BALIHO DAN PERILAKU POLITIK MASYARAKAT
(Studi Korelasi Kuantitatif Penggunaan Baliho Calon Anggota
Legislatif Nomor urut Satu Dari Partai Amanat Nasional dan
Perilaku Politik Masyarakat Jalan Stasiun Kota Pangkalan
Brandan dalam Pemiluhan Umum Calon anggota Legislatif)
Medan, Agustus 2015
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen
Ilmu Komunikasi,
Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
NIP. 196007281987032002 NIP. 196208281986012001
Dekan FISIP USU,
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Baliho
dan Perilaku Politik Masyarakat”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak ,
sangatlah sulit bagi sayauntuk menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih dengan
setulus hati kepada semua pihak yang sudah memberi dukungan kepada saya
dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni :
1. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintaiAyahandaH. Syah Afandin dan
Ibunda Hj. Endang Kurniasih yang telah banyak memberikan bantuan dengan
penuh keikhlasan dan kasih sayang yang tak terhingga demi kesuksesan
saya.Abang dankakak saya Hamdi Hidayat dan Inda Rossi yang selalu
memberikan dorongan dan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan tugas
akhir saya ini.
2. Kepada Bapak Dekan FISIP USU Prof. Badaruddin,M.Si beserta seluruh
jajarannya.
3. Kepada Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Ibu Dra.
Fatmawardy Lubis, M.A dan kepada Serketaris Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU, Ibu Dra. Dayana, M.Si yang telah memberikan izin
dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.si selaku dosen pembimbing saya yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi yang berharga serta meluangkan
waktu, tenaga dan kesabaran dalam membantu pengerjaan skripsi ini.
5. Kepada sahabat yang saya sayangi yaitu Hambali dan Evalyn yang sudah
memberikan motivasi, dorongan, semangat dan membantu saya dalam
6. Kepada para sahabat saya yang sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi, yaitu Mhd Yasir dan Vany Abadi serta Andri
Tampubolon yang telah menyelesaikan tugas akhirnya. Terima kasih saya
ucapkan untuk kebahagiaan dan kesedihan yang kita lalui bersama saat
mengikuti proses belajar mengajar di FISIP USU. Semoga apa yang kita
cita-citakan selama ini dikabulkan oleh Allah SWT.
7. Tidak Lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Informan dan Responden
dalam memenuhi data penelitian skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa yang telah membantu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2015
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Angelia Suri Utami
N I M : 090904001
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-eksklusive
Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: BALIHO DAN
PERILAKU POLITIK (Studi Korelasi Kuantitatif Penggunaan Baliho Calon Anggota Legislatif Nomor Urut Satu dari Partai Amanat Nasional dan Perilaku Politik Masyarakat Jalan Stasiun Kecamatan Babalan Kota Pangkalan Brandan), beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/ format lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal :Juli 2015
Yang Menyatakan,
ABSTRAK
Penelitian iniberjudul Pengaruh Penggunaan Baliho Terhadap Tingkat
Keingintahuan dan Perilaku Politik Masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana efektivitas Baliho terhadap tingkat keingintahuan
dan perilaku politik masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dalam
pemilihan umum calon anggota Legislatif . Teori yang dianggap relevan dalam
penelitian ini adalah teori Komunikasi, teori Komuniasi Massa, teori AIDDA dan
teori Komunikasi Politik. Adapun Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif.
Populasidalampenelitianiniadalahmasyarakat di Jalan Stasiun Kecamatan Babalan
Kota Pangkalan Brandan yang pernah melihat baliho calon anggota legislatif
dengan nomor urut 1 (satu) dari partai PAN, yangberjumlah sebanyak 70 orang.
Dengan menggunakan rumus total sampling,keseluruhan populasi dijadikan
sebagai sampel.Adapun teknikpengumpulan datadengan menggunakan penelitian
lapangan melalui kuesioner dan penelitian kepustakaan melalui literatur, sumber
bacaan dan teori-teori yang relevan dalam penelitian ini. Adapunteknikanalisis
data yang digunakan adalah analisistabeltunggal dan analisis tabel silang.Dari
hasil yang diperoleh dalampenelitian initernyatabahwa keberadaan Baliho
mempengaruhi tingkat keingintahuan dan perilaku politik masyarakat, hal ini
dapat dilihat dari hasil persentase dari data tabel tunggal sebesar 62 orang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Pembatasan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 8
2.1.1 Komunikasi ... 8
2.1.1.1 Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 14
2.1.1.2 Gangguandalam Komunikasi ... 17
2.1.2 Komunikasi Massa ... 18
2.1.3 Komunikasi Politik ... 19
2.2 KerangkaKonsep ... 25
2.3 Model Teoritis ... 25
2.4 Operasional Variabel ... 26
2.5 Definisi Operasional...27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29
3.1.1 SejarahSingkat FISIP USU ... 29
3.1.2 Visi dan Misi FISIP USU ... 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5 Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Tabel Tunggal ... 42
4.1.1 Karakteristik Responden ... 43
4.1.2 Opini Publik... 46
4.1.3 Baliho dan Perilaku Politik... 52
4.2 Pembahasan ... 67
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 71
5.2 Saran Penelitian ... 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman Gambar1.1Proses TerjadinyaKomunikasi... 12
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Baliho
dan Perilaku Politik Masyarakat”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak ,
sangatlah sulit bagi sayauntuk menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih dengan
setulus hati kepada semua pihak yang sudah memberi dukungan kepada saya
dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni :
1. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintaiAyahandaH. Syah Afandin dan
Ibunda Hj. Endang Kurniasih yang telah banyak memberikan bantuan dengan
penuh keikhlasan dan kasih sayang yang tak terhingga demi kesuksesan
saya.Abang dankakak saya Hamdi Hidayat dan Inda Rossi yang selalu
memberikan dorongan dan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan tugas
akhir saya ini.
2. Kepada Bapak Dekan FISIP USU Prof. Badaruddin,M.Si beserta seluruh
jajarannya.
3. Kepada Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Ibu Dra.
Fatmawardy Lubis, M.A dan kepada Serketaris Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU, Ibu Dra. Dayana, M.Si yang telah memberikan izin
dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.si selaku dosen pembimbing saya yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi yang berharga serta meluangkan
waktu, tenaga dan kesabaran dalam membantu pengerjaan skripsi ini.
5. Kepada sahabat yang saya sayangi yaitu Hambali dan Evalyn yang sudah
memberikan motivasi, dorongan, semangat dan membantu saya dalam
6. Kepada para sahabat saya yang sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi, yaitu Mhd Yasir dan Vany Abadi serta Andri
Tampubolon yang telah menyelesaikan tugas akhirnya. Terima kasih saya
ucapkan untuk kebahagiaan dan kesedihan yang kita lalui bersama saat
mengikuti proses belajar mengajar di FISIP USU. Semoga apa yang kita
cita-citakan selama ini dikabulkan oleh Allah SWT.
7. Tidak Lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Informan dan Responden
dalam memenuhi data penelitian skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa yang telah membantu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2015
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Angelia Suri Utami
N I M : 090904001
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-eksklusive
Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: BALIHO DAN
PERILAKU POLITIK (Studi Korelasi Kuantitatif Penggunaan Baliho Calon Anggota Legislatif Nomor Urut Satu dari Partai Amanat Nasional dan Perilaku Politik Masyarakat Jalan Stasiun Kecamatan Babalan Kota Pangkalan Brandan), beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/ format lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal :Juli 2015
Yang Menyatakan,
ABSTRAK
Penelitian iniberjudul Pengaruh Penggunaan Baliho Terhadap Tingkat
Keingintahuan dan Perilaku Politik Masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana efektivitas Baliho terhadap tingkat keingintahuan
dan perilaku politik masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dalam
pemilihan umum calon anggota Legislatif . Teori yang dianggap relevan dalam
penelitian ini adalah teori Komunikasi, teori Komuniasi Massa, teori AIDDA dan
teori Komunikasi Politik. Adapun Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif.
Populasidalampenelitianiniadalahmasyarakat di Jalan Stasiun Kecamatan Babalan
Kota Pangkalan Brandan yang pernah melihat baliho calon anggota legislatif
dengan nomor urut 1 (satu) dari partai PAN, yangberjumlah sebanyak 70 orang.
Dengan menggunakan rumus total sampling,keseluruhan populasi dijadikan
sebagai sampel.Adapun teknikpengumpulan datadengan menggunakan penelitian
lapangan melalui kuesioner dan penelitian kepustakaan melalui literatur, sumber
bacaan dan teori-teori yang relevan dalam penelitian ini. Adapunteknikanalisis
data yang digunakan adalah analisistabeltunggal dan analisis tabel silang.Dari
hasil yang diperoleh dalampenelitian initernyatabahwa keberadaan Baliho
mempengaruhi tingkat keingintahuan dan perilaku politik masyarakat, hal ini
dapat dilihat dari hasil persentase dari data tabel tunggal sebesar 62 orang
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang berbentuk demokrasi dimana
sistem kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat. Salah satu perwujudan
demokrasi di Indonesia adalah dengan adanya pemilihan umum (Pemilu).Pemilu
merupakan bentuk keikutsertaan rakyat dalam pembentukan ketatanegaraan.
Tujuan dari penyelenggaraan pemilu menurut Jimmly Asshiddiqie ( DAMANG,
2011 ) dapat dirumuskan dalam 4 bagian yakni :
1. Untuk memungkinkan terjadinya pemilihan kepemimpinan pemerintahan
secara tertib dan damai.
2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili
kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.
3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.
4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara
Di Indonesia terdapat dua jenis pemilu yaitu pemilu eksekutif dimana
masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya dengan bebas untuk menentukan
dan memilih presiden dan wakil presiden (Pilpres) maupun kepala daerah serta
pemilu legislatif dimana masyarakat menentukan wakil – wakilnya (DPR,
DPD,dan DPRD) yang akan ikut menyelenggarakan pemerintahan. Pemilu
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) dan Badan Pengawasan
Pemilihan Umum ( Bawaslu ).
Pemilu legislatif diadakan setiap 5 tahun sekali. Pada tanggal 9 April 2014
akan dilaksanakan pemilu legislatif yang merupakan pemilu anggota DPR, DPD,
dan DPRD langsung ketiga di Indonesia. Pada tanggal 8 Januari 2013 KPU
mengumumkan 10 nama partai politik yang lolos dalam verifikasi awal,
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia2014).
Berikut adalah daftar partai tersebut beserta nomer urutnya :
1. Partai NasDem
2. Partai Kebangkitan Bangsa
3. Partai Keadilan Sejahtera
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
5. Partai Golongan Karya
6. Partai Gerakan Indonesia Raya
7. Partai Demokrat
8. Partai Amanat Nasional
9. Partai Persatuan Pembangunan
10.Partai Hati Nurani Rakyat
Partai Amanat Nasional merupakan salah satu dari 10 besar partai politik
yang lolos dari verifikasi KPU dan menduduki nomer urut delapan. Partai
berlambang matahari ini dideklarasikan pada tanggal 23 Agustus 1998 di Jakarta
(pan.or.id). Pada kongres PAN III di Batam, tanggal 8-10 Januari 2010, Ir.M.
Hatta Rajasa terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum DPP PAN untuk
periode 2010-2015 dan Prof. DR. M. Amien Rais, MA sebagai ketua MPP DPP
PAN. PAN juga membentuk Bappilu ( Badan Pembinaan dan Pemenangan
Pemilu ) berdasarkan kewilayahan, agar lebih terfokus untuk menangani langsung
kewilayahan partai dalam rangka pembinaan partai dan pemenangan partai.
Untuk wilayah Sumatera Utara daerah pemilihan dibagi mulai dari daerah
pemilihan 1 sampai 12. Daerah pemilihan Sumut-1 adalah Medan 1, daerah
pemilihan Sumut-2 adalah Medan 2, daerah pemilihan Sumut-3 adalah Deli
Serdang, daerah pemilihan Sumut-4 adalah Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi,
daerah pemilihan Sumut-5 adalah Batubara, Asahan dan Tanjung Balai, daerah
pemilihan Sumut-6 adalah Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu dan Labuhan Batu
Selatan, daerah pemilihan Sumut-7 adalah Padang Lawas Utara, Padang Lawas,
Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan dan Mandailing Natal, daerah pemilihan
Sumut-8 adalah Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat dan Gunung Sitoli,
Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, daerah pemilihan Sumut-10
adalah Pematang Siantar dan Simalungun, daerah pemilihan Sumut-11 adalah
Dairi, Pak-Pak Barat dan Tanah Karo, daerah pemilihan Sumut-12 adalah Binjai
dan Langkat.
Para calon Legislatif telah melakukan berbagai bentuk kampanye sebagai
aksi pendekatan kepada masyarakat. Kampanye sendiri memilik pengertian yaitu
serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek
tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada
kurun waktu tertentu ( Rogers dan Storey, 1987 ). Salah satu bentuk kampanye
yang dilakukan oleh para calon legislatif adalah dengan penggunaan spanduk atau
baliho yang dipasang di jalan raya untuk memudahkan masyarakat melihat dan
mengenal para calon tersebut. Spanduk atau baliho dapat digunakan sebagai
bentuk salah satu jenis iklan politik ( political advertising ) untukpencitraan dan
penggambaran diri para calon legislatif, dari partai mana Ia didukung, serta di
nomor berapakah masyarakat harus memilih nantinya untuk mendukung calon
tersebut. Penggunaan spanduk atau baliho juga mencakup penggunaan
simbol-simbol tertentu seperti pemilihan warna, pemilihan kata-kata yang digunakan
sebagai slogan serta penggunaan gambar wajah calon tersebut agar dapat dikenali
oleh masyarakat.
Baliho sendiri memiliki pengertian suatu sarana atau media berpromosi
yang mempunyai unsur memberitahukan informasi event atau kegiatan yang
berhubungan dengan masyarakat luas, selin itu baliho juga digunakan untuk
mengiklankan suatu produk baru
(www.pengertianku.net/2014/11/inilah-pengertian-spanduk-dan-baliho-lengkap.html).
Beberapa fungsi lain dari Baliho antara lain sebagai media promosi yang
mudah dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dapat dilakukan secara instant
dan untuk promosi yang bersifat kontemporer, dan untuk menaikkan pamor atau
popularitas si pengiklan
Bedanya baliho dengan media periklanan lain seperti spanduk, poster dan
billboard adalah dari segi ukuran, penempatan, dan bahan yang digunakan. Baliho
bahan konstruksinya bersifat semi permanen seperti kayu, logam atau fiberglas
karena baliho digunakan untuk informasi jangka pendek. Spanduk merupakan
kain rentang yang biasanya berada di pinggir jalan dan text, berwarna dan
bergambar.Spanduk digunakan dalam ukuran besar dan biasanya untuk
event-event seperti seminar dan dicetak dengan print digitalatau dengan cat atau sablon.
Poster merupakan karya seni desain grafis dengan bahan kertas dan
pengaplikasiannya dengan cara ditempel dinding atau permukaan datar lainnya.
Sedangkan billboard adalah media periklanan bersifat permanen,besar, dan
diletakkan di tempat yang tinggi dan banyak di lalui orang. Konstruksi billboard
merupakan konstruksi tetap, berdiri sendiri, ataupun menempel pada bangunan
(www.pengertianku.net/2014/11/inilah-pengertian-spanduk-dan-baliho-lengkap.html).
Sederhananya, bagaimana penggunaan baliho yang ditujukan untuk
menggapai khalayak mampu mempengaruhi masyarakat untuk lebih mengenal
calon legislatif tersebut dan mempengaruhi selektivitas masyarakat sehingga
mencapai target khalayak yang diharapkan.
Salah satu calon anggota legislatif dari Partai PAN di daerah pemilihan
Binjai-Langkat ialah H. Syah Afandin, SH. Beliau juga menggunakan media
baliho sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat.
Pria kelahiran Kota Pangkalan Brandan 23 Juni 1967 ini merupakan calon
anggota legislatif dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan Binjai-Langkat.
Selain menjabat sebagai Ketua PAN wilayah Sumatera Utara, Beliau juga
menjabat sebagai Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) untuk
wilayah Sumatera Utara. Pria yang akrab disapa Ondim ini telah lama
berkecimpung di dunia politik. Beliau memulai karirnya di Partai Amanat
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sebagai langkah pendefinisian atau pemberian arti masalah
dan peluang ( opportunity ) baik keluasan maupun kedalamannya (Umar, 2004:
61).
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dibuat rumusan masalah penilitian sebagai
berikut “Bagaimana pemasangan spanduk atau baliho calon anggota legislatif di
Pangkalan Brandan mempengaruhi sikap dan perilaku politik masyarakat sebagai
calon pemilih terhadap calon legislatif tersebut?”.
1.3. Pembatasan Masalah
Adanya batasan masalah ini guna memperjelas dan membatasi ruang lingkup
penelitian dan untuk menghasilkan uraian yang sistematis. Adapun
batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan di Jalan Stasiun Kecamatan Babalan Kota
Pangkalan Brandan Sumatera Utara
2. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2014 sampai selesai..
3. Objek penelitian adalah masyarakat di Jalan Stasiun Kecamatan Babalan
Kota Pangkalan Brandan yang mempunyai hak pilih pada pelaksanaan
Pemilihan Calon Anggota Legislatif.
4. Penelitian ini terbatas pada calon anggota legislatif dari partai PAN Dapil
12 dengan nomor urut 1.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Melihat dan menganalisis hubungan penggunaan baliho sebagai media
kampanye calon anggota legislatif di jalan Stasiun Kecamatan Babalan
Kota Pangkalan Brandan terhadap tingkat keingintahuan masyarakat
terhadap calon tersebut.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan baliho terhadap sikap dan
3. Untuk mengetahui pendapat masyarakat di jalan setasiun Kecamatan Babalan Kota Pangkalan Berandan terhadap penggunaan baliho didalam
kampanye legislatif.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil akhir yang hendak dicapai dalam penelitian, yakni manfaat yang meliputi
manfaat akademis, manfaat praktis dan manfaat teoritis :
1. Secara akademis penulis berharap penelitian ini dapat berguna untuk
menambah bahan perbandingan dan ragam penelitian terhadap berbagai media
kampanye.
2. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
dan memberikan masukan-masukan untuk kemajuan pelaksanaan kampanye
dengan menggunakan media baliho agar dapat mengenai sasaran pesan dengan
tepat yakni masyarakat.
3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
BAB II
URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis
Dalam memecahkan suatu masalah penelitian , perlu adanya teori-teori
yang akan dijadikan fokus untuk menyoroti permasalahan. Teori-teori yang
digunakan menjadi pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian akan disoroti ( Nawawi, 2001:41).
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel
atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 2005: 72).
Teori yang dianggap relevan untuk membantu peneliti adalah :
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi adalah hal yang dilakukan sehari-hari. Istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin ‘communicatio’ yang secara etimologi bersumber dari kata
‘communis’ yang berarti sama, bersama, atau sama makna (Drs. K Prent CM, dkk,
seperti yang dikutip peneliti dalam Budiharsono, 2003: 6).
Komunikasi sebagai upaya mencari kesamaan makna, memelihara dan
menggerakkan kehidupan manusia, sebagai penggerak dan alat yang
menggambarkan aktifitas masyarakat dan peradaban (Budiharsono, 2003: 6).
Komunikasi dapat merubah naluri menjadi inspirasi melalui pelbagai proses untuk
menjelaskan, bertanya, memerintah, dan mengawasi. Disamping itu, komunikasi
merupakan gambaran antara ilmu pengetahuan, perasaan dan pemikiran yang lahir
berupa ingatan manusia.
Untuk memahami komunikasi, beberapa ahli memberikan definisi tersendiri
• Belch dan Belch (2000:139) mendefinisikan komunikasi sebagai arus informasi untuk pertukaran ide atau sebagai proses pembentukan kesatuan
pemikiran antara pengirim pesan dan penerima pesan. Berdasarkan
definisi ini, bahwa untuk terjadi suatu komunikasi, pertama-tama
diperlukan kesamaan pikiran antara pengirim pesan dan penerima pesan. • Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan) (Effendy, 2003:2).
Definisi komunikasi yang sejalan dengan pendapat Hovland yaitu batasan
pengertian yang dikemukakan oleh Harold D. Laswell, yang kemudian
dikenal dengan formula Lasswell yaitu siapa (who), berkata apa (says what),
melalui saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom), bagaimana
efeknya (with what effect). Secara umum, komunikasi memiliki 4 fungsi
utama, yaitu menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur
(to entertain), dan mempengaruhi (to persuade).
2.1.1.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan
pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan
makna antara komunikator dengan komunikannya.
Effendy, seperti yang peneliti kutip dari Ruslan (2005: 20), menyatakan
bahwa teknik dan proses dalam komunikasi adalah suatu cara atau seni untuk
menyampaikan pesan (message) dua arah atau timbal balik (reciprocal two
way traffic communication) yang dilakukan komunikator sehingga
menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikan. Pesan yang disampaikan
komunikator adalah suatu pernyataan sebagai paduan antara buah pikiran dan
perasaan (cognitive and affective)yang dapat berupa ide, informasi, keluhan,
keyakinan, anjuran, persuasi, publikasi, berita dan sebagainya.
Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif
terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk
mewujudkan motif komunikasi (id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi).
Lambang-lambang yang dipergunakan dalam komunikasi dapat berbentuk
verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan lambang-lambang bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan
lambang-lambang yang bukan bahasa seperti gesture, isyarat dengan
menggunakan alat, gambar dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini
komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi verbal, yakni komunikasi yang
menggunakan bahasa lisan maupun tertulis guna mencapai tujuan komunikasi.
2.1.1.2 Elemen Komunikasi
Unsur atau elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi (Cangara,
2006 : 23-26) ialah :
• Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melihat sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Sumber sering disebut pingirim, komunikator (
source, sender ). • Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. • Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi
massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan
penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat,
• Penerima
penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen yang paling penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut
perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran. • Pengaruh/efek
Pengaruh atau efek
perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi
pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan
pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan. • Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa sebenarnya adalah salah satu bentuk
daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi sebenarnya umpan
balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan
belum sampai pada penerima. • Lingkungan atau situasi
faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.
2.1.1.3 Hambatan Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secaraefektif. Bahkan beberapa
ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan
komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak hambatan yang dapat
merusak komunikasi, diantaranya yaitu (Effendy, 2003:45)
Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang
gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan
saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sedangkan
gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan
pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.
Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalammenanggapi
atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang
yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya
mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap.
Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktip terhadap
segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu
kepentingan ( Effendy, 2003:47 ). Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorangberbuat sesuatu yang benar
sesuai keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan
dan kekurangan seseorang berbeda beda dengan orang lain, dari waktu ke
waktu, dari tempat ke tempat sehingga karena motivasinya itu berbeda
intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang
semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak yang bersangkutan. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan terberat
bagi suatu kegiatan komunikasioleh karena orang yang mempunyai
prasangka belum apa-apa sudah mempunya sifat curiga dan menentang
komunikator yang hendak melakukan komunikasi.
2.1.1.4 Fungsi Komunikasi
Menginformasikan (to inform) Mendidik (to educate)
Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many
Voices, One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila komunikasi
dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran
berita dan pesan, tetapi sebagai kegaiatan individu dan kelompokmengenai tukar
menukar data, fakta dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap sistem, yaitu sebagai
berikut ( Effendy, 1995: 27-28 ):
• Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang
dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional,
lingkungan,dan orang lain, dan agardapat mengambil keputusan yang
tepat. • Sosialisasi
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang
menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif
didalam masyarakat. • Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama
yang akan dikerjakan. • Perdebatan dan Diskusi
Menyediakan dan saling bertukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat
mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang
diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih
melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di
• Pendidikan
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta
kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. • Memajukan kebudayaan
Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan
warisan masa lalu, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta
kebutuhan estetika. • Hiburan
Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari kesenian,
kesusastraan, musik, komedi, olah raga permainan dan sebagainya unuk
rekreasi dan kesenangan kelompok atau individu. • Integrasi
Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan
memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling
kenal, mengerti dan menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang
lain (Widjaya, 1993:9).
2.1.2 Teori Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi dimana
komunikasi tersebut dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik
dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak luas ( Bungin, 2008 : 71 ). Pengertian lain dari komunikasi massa ialah
sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepadasejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media cetak serta elektronik sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat ( Ardianto, 2004 : 7).
Berdasarkan definisi komunikasi massa tersebut terdapat karakteristik
komunikasi massa yang membedakannya dengan komunikasi lainnya. Perbedaan
yang dimaksud meliputi komponen-komponen yang terlibat di dalamnya dan
Adapun yang menjadi karakteristik komunikasi massa yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Komunikator terlembagakan ( Ardianto, 2004 :8 )
Komunikator dalam komunikasi massa adalah media massa itu sendiri. Artinya
adalah semua pihak yang yang bekerja dalam sebuah media massa. Sehingga
dapat dikatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa merupakan
kumpulan individu-individuyang memiliki perannya masing-masing dalam sebuah
sistem media massa.
2. Informasi atau pesan yang disampaikan bersifat umum ( Nurudin, 2004 : 21).
Informasi atau pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa ditujukan
kepada semua orang tidak hanya untuk sekelompok orang tertentu saja. Dengan
kata lain, pesan yang disampaikan tidak boleh bersifat khusus karena pesan
tersebut akan disampaikan kepada masyarakat luas.
3. Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen ( Ardianto,
2004 : 9).
Komunikasi massa bersifat anonim artinya pada komunikassi massa komunikator
tidak mengenal komunikan karena komunikasinya menggunakan media dan tidak
tatap muka. Selain bersifat anonim komunikan juga bersifat heterogen yang
artinya terdiri dari beberapa lapisan masyarakat yang berbeda karakteristik.
4. Media Massa menimbulkan keserempakan ( Ardianto, 2004: 10 ).
Keserempakan media massa yang dimaksud adalah keserempakan kontak dengan
khalayak dalam jarak yang jauh dengan komunikator dimana khalayak tersebut
berada dalam keadaan yang terpisah satu sama lainnya.
5. Komunikasi berlangsung satu arah ( Nurudin, 2004 :23 ).
Komunikator tidak dapat melihat secara langsung respon dari komunikannya atas
informasi yang diberikan karena bersifat tertunda. Dalam komunikasi massa tidak
6. komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper ( Nurudin,2004:28).
Gatekeeper adalah orang atau pihak yang sangat berperan dalam penyebaran
informasi melalui media massa. Informasi yang berasal dari media massa telah
terlebih dahulu di seleksi oleh gatekeeper apakah informasi tersebut layak atau
tidak untuk disebarkan.
2.1.3 Teori Komunikasi Politik
Komunikasi politik sebagai disiplin ilmu telah lama tercantum dalam
kurikulum ilmu sosial, baik dalam kajian ilmu komunikasi maupun dalam kajian
ilmu politik. Masyarakat dari berbagai tingkatan baik mahasiswa, anggota DPR,
siapapun telah terlibat dalam fenomena komunikasi politik. Di Indonesia pada
saat ini momen-momen politik begitu banyak terjadi dan melibatkan masyarakat
secara luas seperti melalui pemilihan umum secara langsung anggota parlemen,
pemilihan langsung Presiden, dan pemilihan langsung kepala daerah.
Momen-momen politik tersebut memungkinkan lahirnya berbagai bentuk komunikasi
politik. Oleh sebab itu, kajian mengenai komunikasi politik ini akan terus
berkembang seiring dengan berjalannya proses politik di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa pengertian komunikasi politik menurut para
ahli:
• Komunikasi politik adalah ( kegiatan ) komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya ( aktual
maupun potensial ) yang mengatur perbuatan manusia dalam kondisi
konflik ( Dan Nimmo, 1989:9 )
• Komunikasi politik adalah proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari suatu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan
diantara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik (Rush,1990:24) • Maswadi Rauf (1993:28) mengartikan komunikasi politik sebagai
penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan
yang berlangsung di setiap lapisan masyarakat melalui saluran apa saja
2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Politik
Menurut Sumarno, fungsi komunikasi dapat dibedakan kepada dua bagian
yakni:
• Fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik) atau disebut pula dengan istilah the governmental
political sphere, yaitu berisikan informasi yang menyangkut kepada
seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi
ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas
nasional untuk mencapai tujuan negara yang lebih luas.
• Fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai
agresasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi
tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung diantara kelompok
asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap
pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut (Sumarno, 1993 :
28).
Apabila dilihat secara umum, maka fungsi komunikasi politik pada hakekatnya
sebagai jembatan penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat
interdependensi dalam ruang lingkup negara. Komunikasi ini bersifat timbal balik
atau saling merspon sehingga mencapai saling pengertian dan diorientasikan
sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.
2.1.4 Teori AIDDA
Konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, singkatan dari attention
(perhatian), interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan), dan action
(kegiatan). AIDDA itu sering juga disebut A-A Procedure, yang maksudnya agar
terjadi action pada komunikan, terlebih dahulu harus dibangkitkan attention
(Effendi, 2007:51-52).
1. Attention (Perhatian)
Perhatian yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari tahu
tentang sesuatu yang dilihatnya
2. Interest (Minat)
Pada fase ini, komunikator berusaha untuk membangkitkan minat masyarakat
utuk mengenal tentang calon legislatif yang dilihatnya yaitu dengan melakukan
pendekatan dengan membuat gambar baliho yang menarik.
3. Desire (Hasrat)
Hasrat atau desire adalah fase dimana keinginan dan minat sudah timbul maka
akan ada kemungkinan yang timbul dari masyarakat untuk bertanya atau mencari
tahu tentang calon legislatif.
4. Decision (Keputusan)
Keputusan atau decision adalah fase dimana masyarakat sudah merasa yakin akan
keputusannya, apakah Ia akan memilih si calon legislatif atau tidak.
5. Action (Tindakan)
Tindakan atau action adalah fase dimana calon pemilih secara nyata menerima
dalam artian jadi memilih si calon legislatif, atau menolak dalam artian tidak jadi
memilih si calon legislatif.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan baliho sebagai
media periklanan dan pendekatan calon anggota legislatif terhadap masyarakat
haruslah menarik perhatian, baik dari penggunaan kata-kata dan pemilihan
gambar agar dapat membantu masyarakat untuk memutuskan secara selektif.
Dalam model AIDDA hal utama yang harus dilakukan adalah membangkitkan
dan menumbuhkan perhatian komunikan. Dalam hal ini berhasil atau
tidaknyaperhatian dipengaruhi oleh daya tarik komunikator (source
Komunikasi yang diawali dengan membangkitkan perhatian (attention) akan
merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah
terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest)
yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan
dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk
melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Hanya ada hasrat
saja dalam diri komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan
dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan
kegiatan (action).
Berikut akan ditampilakan tabel AIDDA
Attention (Perhatian) Khalayak memperhatikan iklan public
figure yang berupa baliho. Perhatian ini
muncul karena public figure yang
menjadi caleg dari partai politik PAN
sehingga kelihatan menarik.
Interest (Minat) Setelah perhatian khalayak terfokus kepada iklan tersebut, maka perhatian
tersebut dapat menjadi minat jika
digunakan kata-kata atau kalimat yang
merangsang yang menimbulkan rasa
ingin tahu lebih jauh. Dengan
memperhatikan objek calon anggota
legislatif karena adanya kepentingan
atau ketertarikan melihat iklan yang
menimbulkan public figure yang kelihatan bagus dan terkenal, khalayak
tergoda untuk mengetahuinya lebih
jauh.
Desire (Hasrat) Kebutuhan atau keinginan khalayak untuk memiliki, memakai, atau
melakukan sesuatu harus dibangkitkan,
atau ketertarikan terhadap public figure
yang menjadi calon legislatif.
Decision (Keputusan) Pada tahap ini kebutuhan khalayak telah berhasil diciptakan. Khalayak
harus diyakinkan agar mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan
memilih. Khalayak harus benar-benar
yakin dengan keputusan yang dilakukan
untuk memiliki (memilih atau tidak
memilih) public figure sebagai calon
anggota legislatif.
Action (Tindakan) Tahap ini adalah tahap terakhir yang akan dilakukan oleh khalayak setelah
melalui tahap penelitian, kepentingan,
keinginan, keputusan. Public figure
dalam iklannya selalu membuat slogan
dan diharapkan dapat melakukan
tindakan memilih terhadap dirinya.
2.1.4.1 Iklan Politik Luar Ruang Pengetian Iklan Luar Ruang
Iklan luar ruang merupakan salah satu media yang diletakkan di ruangan terbuka
yang pada saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, terutama untuk
menyampaikan pesan promosi suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut pakar ahli
F. Tjiptono mengemukakan bahwa iklan luar ruang atau media periklanan luar ruang
adalah media yang berukuran besar yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti
dipinggir jalan, dipusat keramaian atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti
Baliho
Baliho merupakan bagian dari iklan luar ruang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia baliho merupakan publikasi yang berlebih lebihan ukurannya
agar menarik perhatian masyarakat biasanya dengan gambar yang besar di tempat
yang ramai (kbbi.web.id/baliho).
Ciri utama media luar ruang adalah bersifat situasional, artinya dapat
ditujukan kepada orang spesifik pada waktu yang paling nyaman dan menarik
bagi mereka. Bentuk-bentuk iklan politik luar ruang antara lain : papan reklame,
poster, spanduk, umbul-unbul, iklan mobil/bus (iklan transit), dan iklan pohon
(Moriarty, 2011 : 298). Iklan yang merupakan salah satu media untuk
berkomunikasi dikatakan efektif bila mengandung unsur-unsur tertentu. Hal ini
sesuai dengan teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan the 7 C’s of
communication yaitu :
1. Credibility, memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan.
2. Context, suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan
lingkungan hidup atau keadaan sosial yang bertentangan dan seiring
dengan keadaan tertentu dsn memperhatikan sikap partisipatif.
3. Content, pesan itu mempuyai arti bagi audiensnya dan memiliki
kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak
dan bermanfaat.
4. Clarity, menyusun pesan dengan bahasa sehingga khalayak mudah
mengerti atau mempunyai kesamaan arti antara komunikator dan
komunikan.
5. Continuity and consistency, komunikasi tersebut mrupakan suatu
proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan
pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan.
6. Channel, penggunaan media atau pemiihan media yang tepat untuk
menyampaikan pesan.
7. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan yaitu melibatkan
berbagai faktor adanya suatu kebiasaan-kebiasaan membaca atau
dari pihak komunikator dalam menghasilkan suatu pesan (Ruslan,
2005 : 72-74).
Dalam proses pemasangan baliho, komunikasi yang terjadi mempunyai tujuan
yang utama yaitu menimbulkan efek terhadap khalayak. Adapun efek-efek
tersebut berupa :
1. Efek Kognitif
terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau
dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan atau informasi.
2. Efek Afektif
timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci
khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai.
3. Efek Behavioral
merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi tindakan,
kegiatan atau kebiasaan berprilaku yang dilakukan setelah terjadinya efek kognitif
dan afektif terhadap khalayak.
2.1.5 Perilaku Politik
2.1.5.1 Pengertian Perilaku Politik
Sebelum kita bicara mengenai perilaku politik, ada baiknya kita tahu dulu
apa itu arti perilaku. Menurut Sastroadmodjo, perilaku sebagai sesuatu yang
dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata.
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja dan lain-lain. Perilaku politik merupakan
salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik
keagamaan, dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang
menyangkut masalah politik. Perilaku poitik dapat dirumuskan sebagai kegiatan
yang berkenaan dengan proses dan pelaksanaan keputusan politik
(Sastroatmodjo,1995 : 12).
2.1.5.2 Hubungan Baliho dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Khalayak
Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengetahuan berasal dari
kata “tahu” yang berarti mengerti sesudah melihat (menghasilkan, mengalami,
dan sebagainya). Pengetahuan itu sendiri berarti segala sesuatu yang diketahui.
Pengetahuan merupakan salah satu hasil dari tahu dan ini terjadi melalui proses
penginderaan terhadap suatu objek maupun stimulus tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, indera
pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan peraba. Pengetahuan yang
dimiliki seseorang secara umum sebagian besar diperoleh lewat indera
penglihatan dan pendengaran. Terbentuknya suatu tindakan seseorang (Overt
Behaviour) sangat dipengaruhi oleh pengetahuan atau domain kognitif.
Menurut Notoatmodjo, penetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan yaitu: • Tahu (know)
Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. • Memahami (comprehension)
Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi terssebut
• Aplikasi (aplication)
Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi pada situasi atau kondisi sebenarnya, yaitu
penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, prinsip dan sebagainya. • Analisis (analysis)
Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen-komponen,tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. • Sintesis (synthesis)
Artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke
dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada. • Evaluasi (evaluation)
Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian tersebut berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang ada (Notoatmodjo, 2007 : 47).
Sikap
Sikap dapat dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat
mengalami perubahan. Sesuai yang dinyatakan oleh Sherif & Sherif bahwa sikap
dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari
belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap
akan berlangsung dengan manusia dan berhubungan dengan objek tertentu
(Hudaniah,2003:98).
Tidak semua sikap adalah sama dalam kemampuannya memprediksi
perilaku. Cara bagaimana sikap itu pada awalnya terbentuk mempengaruhi
hubungan sikap dengan perilaku. Sikap yang pada dasarnya terbentuk dari
pengalaman interaksi secara langsung dengan objek sikap akan cenderung lebih
konsisten dengan perilaku daripada sikap yang terbentuk melalui cara yang lain.
langsung kemungkinan berkaitan erat dengan self-image, sikap ini lebih mudah
diakses secara kognitif. Penjelasan yang kedua ini berhubungan dengan
kecenderungan orang untuk menggunakan availability heuristic dalam
pemrosesan informasi sosial. Sebab sikap yang terbentuk berdasar pada
pengalaman secara langsung ini akan tersedia dan dapat diakses secara kognitif
dan lebih mungkin menjadi pedoman perilaku seseorang.
Selain itu, sikap biasanya cenderung secara kuat dilandasi ketika orang
tersebut memiliki kepentingan pribadi terhadap isu (objek sikap) itu. Sikap ini
juga secara kognitif dapat diakses dan lebih jelas berkaitan dengan perilaku.
(Hudaniah,2003:126)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat
tetapi hanya dapat ditafsirkan atau diasumsi terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup (Notoatmodjo, 2007 : 49).
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya relevansi atau kesesuaian
antara reaksi dengan stimulus tertentu, yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan, melainkan predisposisi terhadap terjadinya suatu
tindakan. Sikap itu masih merupakan suatu respon tertutup, bukan merupakan
reaksi yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk melakukan
aktivitas terhadap objek yang ada di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek tertentu. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: • Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan
stimulus yang diberikan objek. • Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. • Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mediskusikan suatu
• Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko (Notoadmodjo, 2007 : 50).
Tindakan
Menurut Notoadmodjo, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : • Persepsi (perseption)
Mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. • Respon terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. • Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga. • Adopsi (Adoption)
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik
(Notoadmodjo, 2007 : 52).
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan kerangka berfikir yang bersifat teoritis serta
tersusun secara sistematis menegenai masalah yang diteliti (Adi, 2004:29).
Sementara, Suwardi Lubis mengemukakan bahwa kerangka konsep merupakan
kemampuan peneliti menyusun konsep operasional peneliti yang bertitik tolak
pada kerangka teori dan tujuan penelitian. Dalam kerangka konsep harus dapat
menunjukkan sistematis variabel-variabel penelitian yang menujukkan kerangka
Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai hubungan
antara pelaksanaan pelaksanaan pemilihan Pemilu Legislatif di Kota Pangkalan
Berandan dan penggunaan baliho sebagai media kampanye untuk mempengaruhi
tingkat pengetahuan masyarakat terhadap calon anggota legislatif.
Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Konsep
2.3 Variabel Penelitian
a. Variabel X (Independence Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel
bebas dikarenakan bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya.
Variabelbebas dalam penelitian ini adalah baliho calon anggota legislatif
dari partai PAN dengan nomor urut satu.
b. Variabel Y (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipangaruhi atau yang menjadi akibat
dari adanya variabel bebas. Disebut dengan variabel terikat karena variabel
ini dipengaruhi oleh variabel terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku masyarakat
terhadap calon anggota legislatif tersebut.
c. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah: umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan dan frekuensi melihat baliho. Variabel (X)
Baliho calon anggota legislatif dari partai PAN nomor urut
satu
Variabel (Y) Tingkat keingintahuan
Tabel 2
Operasional Variabel
Variabel teoritis Variabel Operasional
1. Baliho ( Variabel X )
2. Tingkat Keingintahuan Masyarakat
dan sikap beserta perilaku masyarakat
dalam memilih (Variabel Y)
1. Suasana saling percaya
(credibility)
2. Dibutuhkan masyarakat ( contex)
3. Menyangkut kepentingan orang
banyak (content)
4. Kata-kata isi pesan jelas (clarity)
5. Isi pesan yang terus-menerus
(continuity and consistency)
6. Saluran media tepat (channels)
7. Kebermanfaatan bagi individu
(capability of the audiences)
1. Pengetahuan
Bertanggung Jawab (responsible) 3. Tindakan
Persepsi (perseption)
Respon terpimpin (guided
3. Karakteristik Responden
Mekanisme (mechanism) Adopsi (adoption)
3.1 Usia
3.2 Jenis Kelamin
3.3 Frekuensi Melihat
3.4 Pekerjaan
3.5 Pendidikan
2.4 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
A. Variabel Bebas terdiri dari:
1. Suasana saling percaya (credibility), sikap percaya yang ditunjukan khalayak
sebagai individu atau kelompok di dalam masyarakat tehadap kemasan iklan
politik yang ditampilkan dan isi pesan politik yang disampaikan secara terbuka.
2. Dibutuhkan masyarakat (contex), informasi didalam iklan mengemas
pemberitahuan untuk mendukung keputusan pemilih menentukan pilihan dalam
pemilu legislatif dan gambaran kepercayaan pemilih dengan isi pesan iklan.
3. Menyangkut kepentingan orang banyak (content), kemasan dan isi pesan iklan
mampu mendukung pembentukan pemahaman mengenai pentingnya isi informasi
di dalam iklan.
4. Kata-kata isi pesan iklan jelas (clarity), informasi yang sampai kepada
masyarakat dapat dipahami tujuannya.
5. Isi pesan yang terus-menerus (continuity and consistency), bahwa isi pesan
iklan sebagai informasi disampaikan secara teratur dan dalam jangka waktu lama
6. Saluran media tepat (channels), penggunaan media luar ruang untuk iklan
baliho sebagai media informasi sudah sesuai dengan keinginan masyarakat.
7. kebermanfaatan bagi individu (capability of the audience), menunjukkan
manfaat positif yang secara langsung dapat diperoleh khalayak dengan kebenaran
informasi yang dapat diperoleh khalayak dari media lain, hingga membentuk
kebermanfaatan bagi masyarakat secara luas mendukung pemilihan legislatif.
B. variabel Terikat (Perilaku Politik) terdiri dari :
1. Pengetahuan
• Tahu (know) yaitu masyarakat di jalan Stasiun Pangkalan Brandan tahu atau mengingat tentang isi pesan iklan politik ( baliho ) yang digunakan
para calon anggota legislatif di daerah tersebut.
• Memahami (comprehension) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk menjelaskan secara benar tentang isi iklan politik
baliho para calon anggota legislatif di daerah tersebut dan dapat
menginterpretasikannya secara benar.
• Aplikasi (aplication) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk menggunakan iklan politik baliho para calon anggota
legislatif di daerah tersebut dalam situasi atau kondisi yang sebenarnya. • Analisis (analysis) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan
mampu untuk menganalisis isi iklan politik luar ruang (baliho) para calon
anggota legislatif didaerah tersebut.
• Sintesis (synthesis) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untukmembuat suatu gagasan baru tentang iklan politik luar ruang
(baliho) para calon anggota legislatif tersebut.
• Evaluasi (evaluation) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mampu untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap iklan politik
2. Sikap
• Menerima (receiving) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan memerhatikan dan mau menerima keberadaan baliho para calon anggota
legislatif di daerah tersebut.
• Merespon (responding) yaitu masyarakat jalan Stasiun Pangkalan Brandan memberikan respon terhadap baliho para calon anggota legislatif di daerah
tersebut.
• Menghargai (valuing) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mengajak orang lain untuk mendiskusikan tentang baliho para calon
anggota legislatif di daerah tersebut.
• Bertanggung Jawab (responsible) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan bertanggung jawab dan mau turut andil dalam
penyebaran informasi Pemilu legislatif mengenai baliho para calon
anggota legislatif di daerah tersebut.
3. Tindakan
• Persepsi (perseption) yaitu masyarakat Jalan Stasiun Pangkalan Brandan mengenal dan akan memilih salah satu dari calon anggota legislatif di
daerah tersebut.
• Respon terpimpin (guided response) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dapat mengingat dan menyebutkan nomor urut calon
anggota legislatif didaerah tersebut.
• Mekanisme (mecanism) yaitu masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan dapat menyesuaikan dirinya dengan iklan baliho para calon
anggota legislatif di daerah tersebut.
• Adopsi (adoption) yaitu masyarkat di Jalan Stasiun Pangkalan Brandan sudah bisa menerima keberadaan baliho para calon anggota legislatif di
daerah tersebut dan akhirnya dapat menjatuhkan pilihannya pada salah
C. Karakteristik Responden
• Usia yaitu umur masyarakat atau responden ketika mengisi kuesioner. • Jenis kelamin yaitu jenis kelamin rsponden yang mengisi kuesioner • Frekuensi melihat yaitu perkiraan berapa kali kira-kira responden melihat
baliho tersebut dalam sehari selama masa pemilu
• Pekerjaan yaitu mata pencaharian responden sebagai sumber ekonomi. • Pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir responden.
2.5 Hipotesis
Goode dan Hatt menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah hipotesis
harus jelas secara konseptual, harus mempunyai rujukan empiris, harus bersifat
spesifik, harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan harus
berkaitan dengan suatu teori (Rakhmat, 2004 : 14-15).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha:
1. Terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari
Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera
Utara terhadap keingintahuan masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan
Brandan.
2. Terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif dari
partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12 Sumatera
Utara terhadap perilaku politik masyarakat di Jalan Stasiun Pangkalan
Brandan.
Ho:
1. Tidak terdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif
dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12
Sumatera Utara terhadap keingintahuan masyarkat di Jalan Stasiun
2. Tidak teerdapat pengaruh penggunaan baliho calon anggota legislatif
dari Partai PAN dengan nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan 12
Sumatera Utara terhadap perilaku politik masyarakat di Jalan Stasiun
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
3.1.1 Gambaran Umum Jalan Stasiun
Luas wilayah Jalan Stasiun Pangkalan Brandan adalah 6ha/m2.
Jalan Stasiun termasuk dalam Kelurahan Brandan Timur Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Profinsi Sumatera utara. Luas wilayah
Kelurahan Brandan Timur ialah 27 ha/m2. Lokasi penelitian yang peneliti
lakukan terletak di Jalan Stasiun yang merupakan salah satu lingkungan
dari lima lingkungan yang ada di kelurahan Brandan Timur.
Secara geografis, kelurahan Brandan Timur berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan sei Bilah Barat
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Brandan Timur Baru
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Brandan Barat
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Sei Bilah Timur
Jalan Stasiun adalah jalan yang menghubungkan Jalan Mesjid dan Jalan
Imam Bonjol. Panjang Jalan Stasiun 500m. Disepanjang Jalan Stasiun terdapat
rumah-rumah penduduk dan beberapa kedai makanan. Menjelang pemilihan calon
anggota legislatif, di pinggir jalan tersebut dipasangi iklan-iklan kampanye para
calon anggota legislatif yang bentuknya beraneka ragam.
3.1.2 Keadaan Penduduk
Sumatera Utara (Sumut) merupakan provinsi yang jumlah penduduknya
cukup besar, sehingga menempati urutan keempat se-Indonesia dalam sektor
jumlah penduduk. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara,
Suharno mengatakan, jumlah penduduk di Indonesia tercatat setiap tahunnya
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Jumlah penduduk Sumatera Utara
provinsi Sumatera Utara meraih posisi keempat setelah Jawa Barat mencapai
40,92 juta orang, Jawa Timur 37,09 juta orang, dan Jawa Tengah sebanyak 32,63
juta orang (sumut.bps.go.id).
3.2 Metodologi Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian
Penelitian Kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah
sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel yang
diukur dengan angka dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan
apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar (Silalahi, 2009:77). Metode
penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode korelasi dengan
tujuan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat antara dua variabel.
Keuntungan metode ini adalah kemampuannya memberikan bukti nyata mengenai
hubungan sebab akibat yang langsung bisa dilihat (Krisyantono, 2008 :62).
Pengertian lain dari metode korelasional (correlational study), sebagai
riset yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang
berbeda dalam suatu populasi. Perbedaan utama dengan metode lain adalah
adanya usaha untuk menaksir hubungan, dan bukan sekedar deskripsi (Umar,
2003: 44).
Jadi, metode korelasional sebagai upaya untuk menaksir hubungan bukan
hanya menggambarkan variabel penelitian yang ada. Untuk mengetahui tingkat
hubungan variabel-variabel dalam penelitian, tentang pengaruh baliho terhadap
tingkat keingintahuan dan perilaku politik masyarakat di Jalan Stasiun,
Kecamatan Babalan, Kota Pangkalan Brandan, dengan pertimbangan bahwa
masyarakat adalah individu yang aktif, yang mampu menentukan pilihan mereka
masing-masing, media hanya sebagai sumber informasi, dengan efek terbatas
(limited effect).
Metode korelasional digunakan untuk mengukur hubungan dianatara
berbagai variabel, meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang