• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Pengaturan Time Delay Lampu Lalu Lintas Menggunakan Adaptif Kontrol Berbasis Mikrokontroler Atmega8535

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Pengaturan Time Delay Lampu Lalu Lintas Menggunakan Adaptif Kontrol Berbasis Mikrokontroler Atmega8535"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

(2)

ABSTRACT

High levels of public and private vehicle users who make the roads become jammed. While the traffic light system that is applied generally still use control program ba sed on fixed time. Traffic light settings by the time fixed rated less effective because of the density of vehicles for each lane is not always the same. Therefore, it needs a device and a system able to manage the duration of a traffic light based on the density of vehicles. In this study designed a system with traffic lights regulating device based queuing vehicles. Where inductive proximity sensor is used to detect the density of the vehicle, and then the data obtained from the sensors will be sent to the microcontroller ATMega 8535 to be processed so that the micro will execute the long duration of the green light for each track based on the density of vehicles.

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era modern sekarang ini perkembangan teknologi transportasi semakin hari semakin pesat dan maju baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, sehingga membuat para pengguna transportasi kendaraan bebas memilih alat transportasi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Salah satunya adalah sarana transportasi darat, seperti mobil, sepeda motor, serta angkutan darat lainnya. Salah satu sarana perkembangan teknologi transportasi kendaraan bermotor yaitu jalan raya. Namun meningkatnya jumlah kendaraan tidak diikuti dengan jumlah jalan raya yang memadai.

Beberapa tahun belakangan ini sering terjadi kemacetan yang parah terutama di kota-kota besar. Hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan yang semakin tinggi dan jumlah jalan yang tidak memadai. Oleh karena itu fungsi lampu lalu lintas menjadi sangat penting. Sistem lampu lalu lintas sangat dibutuhkan untuk mengatasi kemacetan di persimpangan jalan, kebanyakan lampu lalu lintas yang dioperasikan tidak mengikuti kondisi kepadatan lalu lintas baik saat kondisi normal, padat, maupun lengang.

Kebanyakan lampu lalu lintas yang kita jumpai memiliki durasi yang sama untuk setiap ruas jalan di persimpangan, sementara kepadatan kendaraan di setiap ruas jalan berbeda – beda. Hal ini tentu tidaklah efektif bagi pengguna jalan raya, selain rugi waktu, kerugian material dalam bentuk bahan bakar juga tidak dapat dihindari. Peristiwa yang terjadi di sekitar kita ini, menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian agar dapat mengurangi permasalahan yang ada.

(4)

mikrokontroler ATMega8535 untuk diproses, sehingga timer pada lampu lalu lintas lebih efektif sesuaikan dengan kepadatan kendaraan. Maka dari semua uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul :

“PERANCANGAN PENGATURAN TIME DELAY LAMPU LALU LINTAS MENGGUNAKAN ADAPTIF KONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMega8535” sebagai judul skripsi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana merancang rangkaian agar photodioda dapat mengirim data ke Mikrokontroler ATMega8535.

2. Bagaimana menentukan mekanisme pengaturan timer yang akan dibuat sesuai dengan prosedur yang mengacu pada kepadatan kendaraan.

3. Bagaimana menentukan sensor yang sesuai untuk mendeteksi kepadatan arus lalu lintas serta desain pemasangannya.

1.3. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah-masalah yang ada, maka penulis membatasi

ruang lingkup masalah sebagai berikut:

1. Sistem menggunakan sensor infra merah untuk mendeteksi kendaraan yang berhenti disepanjang jalur lampu lalu lintas.

2. Sistem dikontrol oleh sebuah mikrokontroler AVR yang di program dengan bahasa C (CV - AVR).

3. Rancangan miniatur adalah simpang empat dua arah.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu membuat suatu perangkat pengatur timer lampu lalu lintas berdasarkan antrian kendaraan dengan sensor photodioda yang mampu mengatur durasi lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan arus lalu lintas. Perangkat bekerja dengan memanfaatkan sumber cahaya infra merah.

(5)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengatur arus lalu lintas sesuai kondisi kepadatan kendaraan. 2. Dapat mengadaptasi kondisi arus lalu lintas untuk menentukan waktu

(6)

9. RAM Internal 128 X 8 bit,

10.Memiliki 32 jalur I/O yang dapat diprogram, 11.Satu pencacah 8 bit dengan sepa rate prescaler, 12.Satu pencacah16 bit dengan separate prescaler,

13.Sumber interupsi (interrupt source) eksternal dan internal,

14.Kanal pengirim-penerima tak serempak universal (UART-Universal Asynchronous Receiver-Transmitter) yang dapat diprogram,

Konfigurasi Pin ATMega8535

Mikrokontroler AVR ATmega memiliki 40 pin dengan 32 pin diantaranya digunakan sebagai port paralel. Satu port paralel terdiri dari 8 pin, sehingga jumlah port pada mikrokontroler adalah 4 port, yaitu port A, port B, port C dan port D. Sebagai contoh adalah port A memiliki pin antara port A.0 sampai dengan port A.7, demikian selanjutnya untuk port B, port C, port D. Diagram pin mikrokontroler dapat dilihat pada gambar berikut: [1]

Gambar 2.7. Susunan pin mikrokontroler ATMega8535

(7)

Tabel 2.1 Penjelasan mengenai pin mikrokontroler ATMega8535

Vcc Tegangan suplai (5 volt) GND Ground

RESET

Input reset level rendah, pada pin ini selama lebih dari panjang pulsa minimum akan menghasilkan reset walaupun clock sedang berjalan. RST pada pin 9 merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi masukan low selama minimal 2 machine cycle maka sistem akan di-reset

XTAL 1 Input penguat osilator inverting dan input pada rangkaian operasi clock internal

XTAL 2 Output dari penguat osilator inverting

Avcc

Pin tegangan suplai untuk port A dan ADC. Pin ini harus dihubungkan ke Vcc walaupun ADC tidak digunakan, maka pin ini harus dihubungkan ke Vcc melalui low pa ss filter

Aref pin referensi tegangan analog untuk ADC

AGND pin untuk analog ground. Hubungkan kaki ini ke GND, kecuali jika board memiliki analog ground yang terpisah

Berikut ini adalah penjelasan dari pin mikrokontroler ATMega8535 menurut port-nya masing-masing:

(8)

Tabel 2.2 Penjelasan pin pada port A 8 bit directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan interna l pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port B dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B (DDRB) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port B digunakan. Bit-bit DDRB diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port B yang disesuaikan sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port B juga memiliki fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel:

Tabel 2.3 Penjelasan pin pada port B Pin Keterangan

PB.7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB.6 MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output) PB.5 MOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input) PB.4 SS (SPI Slave Select Input)

PB.3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)OCC (Timer/Counter0 Output Compare Match Output)

PB.2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)INT2 (External Interrupt2 Input)

PB.1 T1 (Timer/Counter1 External Counter Input)

(9)

3. Port C

Pin 22 sampai dengan pin 29 merupakan pin dari port C. Port C sendiri merupakan port input atau output. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port C dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port C (DDRC) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port C digunakan. Bit-bit DDRC diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port C yang disesuaikan sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.4 Penjelasan pin pada port C

(10)

Tabel 2.5 Penjelasan pin pada port D

Pin Keterangan

PD.0 RDX (UART input line) PD.1 TDX (UART output line)

PD.2 INT0 (external interrupt 0 input) PD.3 INT1 (external interrupt 1 input)

PD.4 OC1B (Timer/Counter1 output compareB match output)

PD.5 OC1A (Timer/Counter1 output compa reA match output)

PD.6 ICP (Timer/Counter1 input capture pin)

PD.7 OC2 (Timer/Counter2 output compa re match output)

2.5. Code Vision AVR

Code vision AVR merupakan salah satu program bahasa C yang berbasis Windows, keuntungan menggunakan code vision AVR lebih besar dibandingkan menggunakan program yang lain yang under DOS. Code vision AVR dalam pemrogramannya menggunakan bahasa C maupun bahasa C++. Namun dalam pembuatan skripsi ini, penulis menggunakan bahasa C dikarenakan bahasa C sangat compatibel dengan mikrokontroller AVR terutama mikrokontroller ATMega 8535.

(11)

tergantung mesinnya. Bahasa tingkat tinggi biasanya digunakan pada komputer. [3], [5], [8]

2.6. LCD LMMB162A

Gambar 2.8. Bentuk Fisik LCD LMB162A

LCD (Liquid Crystal Display) M1632 merupakan perangkat display yang paling umum dipasangkan ke mikrokontroler, dengan tampilan (2 baris x 16 kolom) dengan konsumsi daya rendah. LCD merupakan komponen yang dapat menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. Code Vision AVR telah menyediakan fungsi pustaka yang khusus menangani akses modul LCD yaitu lcd.h. (Widodo Budiharto. 2007)

Gambar 2.9. Konfigurasi Pin LCD 16 Karakter x 2 Baris

Untuk keperluan antar muka suatu komponen elektronika dengan mikrokontroler perlu diketahui fungsi dari setiap pin yang ada pada komponen tersebut. Adapun konfigurasi pin LCD sebagai berikut:

(12)

sumber daya.

b. Pin 2 (GND) : Pin ini dihubungkan dengan tegangan 0 volt (Ground).

c. Pin 3 (VEE/VLCD) : Tegangan pengatur kontras LCD. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi pin ini pada tegangan 0 volt.

d. Pin 4 (RS) : Register Select, pin pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke Register Data, logika dari pin ini adalah 1 dan untuk akses ke Register Perintah, logika dari pin ini adalah 0.

e. Pin 5 (R/W) : Logika 1 pada pin ini menunjukan bahwa LCD sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukan bahwa LCD sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang ke ground.

f. Pin 6 (E) : Enable Clock LCD, pin mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada pin ini diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data. g. Pin 7 – 14 (D0 – D7) : Data bus, kedelapan pin LCD ini adalah

bagian dimana aliran data sebanyak 4 bit ataupun 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan data. h. Pin 15 (Anoda) : Berfungsi untuk tegangan positif dari

backlight LCD sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk LCD yang memiliki backlight).

(13)

2.7. LED (Light Emitting Diode)

LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.

Gambar 2.10. Bentuk fisik dan simbol LED Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)

(14)

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

Cara Mengetahui Polaritas LED

Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead Frame yang lebih kecil. Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan Lead Frame yang besar serta terletak di sisi yang Flat.

(15)

Warna-warna LED (Light Emitting Diode)

Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah, kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED :

Tabel 2.6. Senyawa Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED

Bahan Semikonduktor Wavelength Warna

Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm Infra Merah

Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 630-660nm Merah

Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 605-620nm Jingga

Gallium Arsenide Phosphide Nitride (GaAsP:N) 585-595nm Kuning

Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP) 550-570nm Hijau

Silicon Carbide (SiC) 430-505nm Biru

Gallium Indium Nitride (GaInN) 450nm Putih

Tegangan Maju (Forward Bias) LED

(16)

Tabel 2.7. Tegangan maju untuk masig – masing warna LED Warna Tegangan Maju

Infra Merah 1,2 V

Merah 1,8 V

Jingga 2,0 V

Kuning 2,2 V

Hijau 3,5 V

Biru 3,6 V

Putih 4,0 V

Kegunaan LED dalam Kehidupan sehari-hari

Teknologi LED memiliki berbagai kelebihan seperti tidak menimbulkan panas, tahan lama, tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, dan hemat listrik serta bentuknya yang kecil ini semakin popular dalam bidang teknologi pencahayaan. Berbagai produk yang memerlukan cahaya pun mengadopsi teknologi Light Emitting Diode (LED) ini. Berikut ini beberapa pengaplikasiannya LED dalam kehidupan sehari-hari.

1. Lampu Penerangan Rumah 2. Lampu Penerangan Jalan 3. Papan Iklan (Advertising)

4. Backlight LCD (TV, Display Handphone, Monitor) 5. Lampu Dekorasi Interior maupun Exterior

6. Lampu Indikator

(17)

BAB 4

DATA DAN ANALISA DATA

4.1. Pengambilan Data

Berikut ini merupakan beberapa data penting yang perlu diambil untuk memastikan alat telah berjalan dengan baik :

4.1.1 Pengambilan Data Keluaran Sensor Proximity

Tabel 4.1. Data Keluaran Sensor Proximity

Output sensor tanpa benda logam

Output sensor saat terdeteksi benda logam

4,99 0

5,01 0

5 0

4,99 0

4,98 0

5 0

5 0

5,01 0

(18)

fungsinya. Perubahan tegangan ini juga yang akan menjadi patokan apakah perlu penambahan durasi lampu hijau pada simpang tersebut.

4.1.2. Pengujian Sensor terhadap Bahan yang Mengandung Logam dan Non Logam

Tabel 4.2. Data Keluaran Sensor dari bahan logam dan non logam Bahan Tegangan (V) Perubahan Tegangan

(V)

Besi 5,01 0

Stainless steel 5 0

Aluminium 5 0,01

Tembaga 5,01 0

Timah 5 0,01

Kaca 5,01 5,01

Plastik 4,99 4,99

Kayu 5 5

Batu 4,99 4,99

(19)

4.1.3. Penentuan jarak antar sensor

Berdasarkan observasi di lapangan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.3. Data jumlah mobil dan waktu yang digunakan saat melintasi

lampu lalu lintas

NO Jumlah Mobil (unit) Waktu (detik)

1 3 5

2 4 9

3 6 14

4 5 11

5 4 8

6 3 6

7 6 13

8 5 9

Panjang rata – rata mobil adalah 5m. Dari data yang diperoleh, dapat diketahui sehingga dapat di hitung kecepatan :

1.

2.

3.

(20)

5.

6.

7.

8.

Dari hasil di atas dapat diperoleh v

rata-rata

= 2,45m/s. Maka untuk

t = 30 dan t = 45 jaraknya dapat dihitung dengan cara berikut :

(21)

Dan saat antrian kendaraan 105m, maka durasi lampu hijau =

60s.

4.1.4. Pengamatan Perubahan Durasi Lampu Hijau

Tabel 4.4. Pengamatan Perubahan Durasi Lampu Hijau

Keadaan Durasi lampu hijau (detik)

Lengang 30

Normal 45

Padat 60

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rangkaian telah berfungsi dengan baik,dimana pada keadaan lengang durasi lampu hijau yang diberikan selama 30 detik. Saat antrian kendaraan dan berada pada keadaan normal durasi lampu hijau menjadi 45 detik. Pada saat antrian kendaraan maka durasi lampu hijau menjadi 60 detik.

4.2. Pengujian Program

Pengujian program dilakukan dengan mengukur dan mengamati output yang dihasilkan program dibuat dengan bahasa pemrograman C kemudian di compile menjadi bahasa kode mesin dan diunduh ke dalam IC mikrokontroler, setelah itu dijalankan pada papan rangkaian. Berikut adalah hasil pengujian program mulai dari awal hingga selesai.

4.2.1. Pengujian PORT I/O Program

Berikut adalah perintah inisialisasi nilai awal dari program :

PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

PORTB=0x00;

(22)

PORTC=0x00;

DDRC=0x00;

PORTD=0x00;

DDRD=0xFF;

Setelah program dicompile dan diunduh, kemudian dijalankan. Output program tersebut adalah nilai yang ada pada PORT keluaran. Dengan demikian untuk menguji kebenaran input/output tersebut dapat dilakukan pengukuran tiap pin dari PORT yang ada, yaitu dengan menggunakan volt meter. Pin tersebut diukur dan dibandingkan dengan program yang dibuat setelah dilakukan pengukuran pada PORT A tegangan keluaran tiap pin adalah 5V dimana PORT A digunakan sebagai input dari sensor dan sensor mengeluarkan logika 1 jika tidak terdeteksi logam. Sedangkan PORT B akan berlogikakan 0 demikian pula dengan PORT D. Khusus untuk PORT C tegangan keluaran tergantung pada display LCD karena PORT C merupakan PORT yang terhubung pada LCD. Melalui pengujian itu, program dinyatakan berhasil dan berjalan dengan baik.

4.2.2. Pengujian Display LCD

Pengujian dilakukan dengan memprogram kontroler dengan fungsi kendali LCD. Berikut adalah listing program penampil LCD :

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf(" SMART TRAFFIC");

lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf("LIGHT CONTROLER");

delay_ms(2000);

lcd_clear();

setelah dijalankan pada papan rangkaian akan tampil pesan pada LCD

(23)

kemudian terhapus dari tampilan tersebut. Dari pengujian tersebut dapat dinyatakan berjalan dengan baik

4.2.3. Pengujian Program Lampu Lalu Lintas

PORTB = 0x36;PORTD = 0x66;Counter1();

PORTB = 0x55;PORTD = 0x66;delay_ms(1000);

Perintah di atas untuk menghidupkan lampu lalu lintas, setalah dijalankan maka output dapat dilihat dari lampu yang ada pada miniatur lalu lintas dimana akan terdapat lampu merah yang menyala pada 3 simpang dan 1 simpang menyala lampu hijau. Proses tersebut terjadi beberapa saat kemudian berganti fase ke simpang berikutnya. Dengan demikian pengujian lampu dinyatakan berhasil karena sesuai dengan fase yang ada.

4.2.4. Pengujian Fungsi Sensor Pada Sistem Lampu Lalu Lintas if ((PINA.0 == 1)&&(PINA.1 == 1)){A = 5;}

if (PINA.1 == 0) {A = 5;}

if (PINA.0 == 0) {A = 10;}

if ((PINA.0 == 0)&&(PINA.1 == 0)){A = 15;}

Perintah di atas merupakan pengujian fungsi sensor. Setelah dijalankan program akan menjalankan waktu sesuai dengan kondisi sensor yaitu waktu lamanya penggantian fase pada saat tidak ada sensor yang mengenai benda logam maka waktu tunda adalah 5 detik. Kemudian jika pada sensor 1 didekatkan dengan benda logam maka waktu tunda menjadi 10 detik. Dan jika pada kedua sensor 1 & 2 diberikan benda logam maka waktu tunda menjadi 15 detik. Setelah pengujian tersebut dinyatakan sensor berfungsi dengan baik dalam rangkaian tersebut.

4.2.5. Pengujian Counter Tundaan Waktu void Counter1(void){

while (A>0) {

A--;lcd_clear();

(24)

lcd_putsf(" SIMPANG A ");

Display();

delay_ms(1000);}

if (PINA == 0){A = 5;}

if (PINA.0 == 1) {A = 10;}

if ((PINA.0 == 1)&&(PINA.1 == 1)){A = 15;}

PORTB = 0x36;PORTD = 0x66;Counter1();

PORTB = 0x55;PORTD = 0x66;delay_ms(1000);

if (PINA.2 == 1) {A = 10;}

if ((PINA.2 == 1)&&(PINA.3 == 1)){A = 15;}

PORTB = 0x63;PORTD = 0x66;Counter2();

PORTB = 0x65;PORTD = 0x65;delay_ms(1000);

if (PINA.4 == 1) {A = 10;}

if ((PINA.4 == 1)&&(PINA.5 == 1)){A = 15;}

PORTB = 0x66;PORTD = 0x63;Counter3();

PORTB = 0x66;PORTD = 0x55;delay_ms(1000);

if (PINA.6 == 1) {A = 10;}

if ((PINA.6 == 1)&&(PINA.7 == 1)){A = 15;}

PORTB = 0x66;PORTD = 0x36;Counter4();

PORTB = 0x56;PORTD = 0x56;delay_ms(1000);

(25)

perhitungan mundur. Pengujian program dinyatakan berhasil karena tampilan pada LCD sesuai dengan output dari sensor.

4.2.6. Pengujian Program Keseluruhan

Pengujian dilakukan setelah seluruh program dan rangkaian telah selesai dibuat dan dijalankan. Setelah pemberian catu daya sistem akan bekerja yaitu mulai dari pengaktifan fase 1 untuk simpang A dengan lampu hijau sedangkan simpang B, C, dan D dalam keadaan merah. Setelah beberapa saat akan terjadi pergantian fase dari fase A ke fase B dengan waktu tertentu. Pada tampilan display terjadi counter waktu tunda dari simpang yang sedang berjalan. Proses pengaturan akan terus berlanjut hingga fase D kemudian kembali ke fase A. Pengujian selanjutnya adalah memberi masukan pada sensor pada salah satu simpang dengan memberikan benda logam pada salah satu sensor. Jika logam mengenai salah satu sensor akan terjadi perbedaan waktu tunda yang lebih lama 5 detik dari sebelumnya, demikian juga untuk simpang lainnya. Pemberian logam pada kedua sensor sekaligus membuat waktu tunda menjadi lebih lama dalam hal ini 15 detik. Pengujian dinyatakan berhasil setelah semua kondisi diberikan dan berjalan sesuai fungsinya. Berikut ini merupakan program keseluruhan yang di unduh ke mikrokontroler.

#include <mega8535.h>

// Alphanumeric LCD Module functions

#asm

.equ __lcd_port=0x15 ;PORTC

(26)

void Counter3(void);

void Counter4(void);

void Display(void);

// Declare your global variables here

unsigned char A;

char buf[32];

void main(void)

{

PORTA=0xff;

DDRA=0x00;

PORTB=0x00;

DDRB=0xFF;

PORTC=0x00;

DDRC=0x00;

PORTD=0x00;

DDRD=0xFF;

// LCD module initialization

lcd_init(16);

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf(" SMART TRAFFIC");

lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf("LIGHT CONTROLER");

delay_ms(2000);

(27)
(28)

PORTB = 0x66;PORTD = 0x36;Counter4();

lcd_putsf(" SIMPANG A ");

Display();A--;

lcd_putsf(" SIMPANG B ");

Display();A--;

lcd_putsf(" SIMPANG C ");

Display();A--;

delay_ms(1000);}

(29)

void Counter4(void){

while (A>0) {

lcd_clear();

lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf(" SIMPANG D ");

Display();A--;

delay_ms(1000);}

}

void Display(void){

sprintf(buf," TIMER : %i ",A);

lcd_gotoxy(0,1);

lcd_puts(buf);

(30)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kepadatan lalu lintas dapat diatasi dengan penambahan durasi lampu hijau saat antrian kendaraan dalam keadaan padat. Pada keadaan lengang, durasi lamu hijau diberikan selama 30 detik. Pada saat antrian kendaraan tetapi kurang dari 105m,maka durasi lampu hijau menjadi 45 detik. Dan saat antrian kendaraan durasi lampu hijaunya menjadi 60 detik

2. Pada rancangan miniatur, kepadatan kendaraan dideteksi menggunakan sensor proximity

3. Pada miniatur sistem lampu lalu lintas digunakan 8 buah sensor proximity yang dipasang 2 buah untuk masing – masing simpang. Sehingga masing – masing simpang memiliki 3 keadaan yaitu lengang, normal, dan padat

5.2 Saran

1. Dengan penyediaan power suply cadangan seperti UPS di lapangan, dapat memastikan sistem pengendali lampu lalu lintas tetap berjalan baik.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bejo, Agus. 2008. C dan AVR Rahasia kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroller ATmega8535.Yogyakarta: Graha Ilmu. [2] Budiharto, Widodo. 2007. Panduan Praktikum Mikrokontroler AVR

ATMega16 dan ATMega8535. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. [3] Budioko, Totok. 2005. Belajar dengan Mudah dan Cepat Pemrograman bahasa

C dengan SDCC. Jakarta : Gava Media

[4] Electrical Equipment. 2010. Inductive Proximity Sensors.

http://electricalequipment.pacontrol.com/inductiveproximitysensors.html. [5] Haryanto. 2005. Pemrograman Bahasa C untuk mikrokontroler ATMega8535. Jakarta : Elex Media Komputindo

[6] Indonesia, presiden republik.(2009).Undang-undang no.22 tahun 2009 tentang: lalu lintas dan angkutan jalan.Jakarta

[7] Maas, James. 1995. Industrial Electronics.

[8] Sasongko, Bagus Hari. 2012. Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa C. Yogyakarta: Andi Publisher

Gambar

Gambar 2.7.  Susunan pin mikrokontroler ATMega8535
Tabel 2.1 Penjelasan mengenai pin mikrokontroler ATMega8535
Tabel 2.2 Penjelasan pin pada port A
Tabel 2.4 Penjelasan pin pada port C
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun parameter yang diamati adalah tinggi tanaman per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, jumlah siung per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot

Salah satu event yang sudah sering dilakukan ialah Lawatan Sejarah yang setiap tahun dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) yang tersebar di seluruh

Peran aktif orang tua dalam pencegahan ISPA sangat diperlukan karena yang biasa terkena dampak ISPA yaitu usia balita dan anak-anak yang kekebalan tubuhnya masih

Jenis tindakan operasi terdiri dari: appendiktomi, cholesistektomi, hernia repair, dan berbagai jenis laparotomi (peritonitis, colostomi, reseksi colon karena:

1) Terdaftarnya perkara gugatan/permohonan yang diajukan oleh penggugat/pemohon secara tertib dan cepat, dengan indikator persentase pencatatan register perkara,

Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BNN juga bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

Mikronukleus adalah suatu kelainan pembelahan sel terutama pada fase anafase atau dari hasil pembelahan kromosom yang tidak memiliki sentromer sehingga terdapat

WAKIL DEKAN BIDANG KEMAHASISWAAN DEKAN SENAT FAKULTAS LABORATORIUM JURUSAN KEDOKTERAN UJM PRODI SARJANA KEDOKTERAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL DOSEN PRODI PROFESI DOKTER PRODI