• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN METODE APLIKASI BERBAGAI FORMULA CAIR INOKULUM RHIZOBACTERI OSMOTOLERAN MERAPI PADA PADI DALAM CEKAMAN KEKERINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN METODE APLIKASI BERBAGAI FORMULA CAIR INOKULUM RHIZOBACTERI OSMOTOLERAN MERAPI PADA PADI DALAM CEKAMAN KEKERINGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia

Semarang, 8-9 Oktober 2015

Kajian Metode Aplikasi Berbagai Formula Cair

Inokulum Rhizobacteri Osmotoleran

Merapi Pada Padi Dalam

Cekaman Kekeringan

Study on the Application Method of Various Liquid Formula of

Osmotolerant Rhizobacteri Merapi on Rice Plant in Drought Stress

Agung Astuti, Sarjiyah, Hariyono dan Tika

Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Linkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I.Yogyakarta, Indonesia

[email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]

Agung Astuti

Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I.Yogyakarta, Indonesia

[email protected]

Abstrak: Rhizobacterial isolate from Merapi vulcanic ash is an osmotolerant (>2.75 M NaCl) bacteria. Phosphate solvent and Nitrification-Ammonification characteristics are strong, which make it potential to be developed into natural fertilizer inoculum. Its population dynamics study on rice rhizosphere under drought stress showed long lag phase (3 weeks) and only entered exponential phase after until 6th weeks, although there were apparent correlations between inoculum and drought stress to root and shoot growth. Research's goal is to determine the best application method from various osmotolerant Rhizobacteria Merapi's liquid inoculum formulas on rice plant in drought stress in order for it to be able to give faster response dan increase both growth and rice harvest. Research's results showed that Rhizobacterial population grew faster on soil extract formula which was applied to seeds rather than to seedlings and shortened lag phase (2 weeks). Various liquid formula and their application method correlate each other on rice plant height under drought stress, but the coconut water 50%+ soybean water 50% formula which was applied to seeds resulted better results on dry mass and seeds number, as compared to application on seedlings.

Kata kunci: Rhizobacteri, drought-tolerant rice

1

PENDAHULUAN

Fenomena perubahan iklim yang ekstrim,

berdampak signifikan terhadap penurunan

produksi padi. Pada tahun 2014 produksi padi

Nasional 70,61 juta ton gabah kering giling

(GKG),

mengalami

penurunan

0,94

%

dibandingkan tahun 2013 ( BPS, 2014). Di Bali

tanaman padi seluas 119 hektar gagal panen

karena kekeringan sampai bulan September

2014 dan di Banten 79 hektar gagal panen

selama musim kemarau Januari-September

2012 (Republika, 2014; Tempo, 2012). Sedang

menurut Kementan (2013) luas pertanaman

padi yang mengalami puso akibat kekeringan,

banjir, dan serangan OPT utama selama tahun

2012 adalah seluas 74.313 ha (0,55% dari

realisasi luas tanam padi). Oleh karena itu

pemanfaatan Rhizobacteri guna mendukung

pertumbuhan tanaman di lahan kering sangat

diperlukan untuk mempertahankan produksi

padi di musim kemarau.

Menurut

Husen

dkk

(2011),

fungsi

Rhizobacteri

dalam meningkatkan pertumbuhan

tanaman,

yaitu

:

pemacu/perangsang

pertumbuhan

(biostimulants)

dengan

mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai

(2)

tumbuh seperti asam indol asetat (IAA),

Giberellin,

Sitokinin,

dan

Etilen

dalam

lingkungan akar; penyedia hara

(biofertilizers)

dengan menambat N

2

dari udara secara

asimbiosis dan melarutkan hara P yang terikat

di dalam tanah; pengendali pathogen berasal

dari

tanah

(bioprotectants)

dengan

cara

menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit

anti patogen seperti

Siderophore

,

β

-1,3-

glukanase, Kitinase, Antibiotik, dan Sianida

.

Rhizobacteri osmotoleran adalah kelompok

mikrobia

yang

mempunyai

mekanisme

osmoregulasi di dalam sistem fisiologinya,

yaitu suatu mekanisme adaptasi selular,

menghasilkan

senyawa

organik

untuk

mencegah bahaya dehidrasi sel karena ada

cekaman osmotik. Strategi mekanismenya yaitu

dengan sintesis osmoprotektan secara

de novo

atau mengambil senyawa osmoprotektan yang

ada di lingkungannya, bahkan bisa mengubah

komposisi dinding sel agar tidak rusak karena

cekaman osmotik. Senyawa osmoprotektan

yang terbentuk dapat berupa karbohidrat

(Glukosa, Sukrosa, Fruktosa), poliol (Gliserol,

Glukosilgliserol), atau turunan asam amino

(Glisin betain, Prolin betain, Prolin, Glutamin

betain) (Hartmann,

et al

., 1991).

Telah

banyak

penelitian

tentang

pemanfatan

pupuk

hayati

Rhizhobacteri.

Inokulasi isolat

Bacillus

sp. pada bibit padi

meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi

hingga 43% (Ikhwan, 2008). Hasil penelitian

Kusumastuti,

dkk

(1999)

menunjukkan

inokulasi campuran dua inokulum Rhizobacteri

osmotoleran pada tanaman padi IR-36 di

Udipsament aras lengas 40% memberikan

pengaruh waktu berbunga, sehingga umur

panen menjadi lebih panjang. Hasil penelitian

Ikhwan dan Susilo (2003), menunjukkan bahwa

inokulasi Rhizobacteri mampu meningkatkan

ketahanan tanaman jagung terhadap cekaman

kekeringan. Sedangkan hasil penelitian Agung

Astuti (2013) diperoleh isolat dari rhizosfer

tanaman rumput di lahan pasir vulkanik pasca

erupsi Merapi yang bersifat osmotoleran ( >

2,75 M NaCl) dan mampu melarutkan Phosphat

serta

memiliki

kemampuan

Nitrifikasi,

Amonifikasi kuat. Isolat tersebut dengan

carrier

media LB-cair+NaCl diinokulasi pada

bibit tanaman padi IR 64 menunjukan kadar

lengas media tanam berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, jumlah anakan, pertumbuhan

tajuk dan akar, jumlah malai dan berat 1000

biji. Tanaman padi dalam kondisi cekaman

kekeringan (40 % KL) nyata berpengaruh lebih

baik terhadap semua parameter pertumbuhan

tanaman padi. Pemberian inokulum campuran

dari beberapa isolat Rhizobacteri osmotoleran

Merapi, menjadikan tanaman padi dapat

bertahan tanpa penyiraman hingga 6 hari,

meskipun studi dinamika populasi Rhizobacteri

osmotoleran Merapi menunjukkan terjadinya

fase lag

yang lama (3 minggu) dan baru

memasuki

fase exponential

hingga minggu ke 6

(Agung_Astuti

dkk.,

2014).

Untuk

memperpendek

fase lag

, maka perlu dikaji

metode aplikasi inokulum pada benih sehingga

Rhizobacteri sudah berkembang pada saat

pembibitan.

Menurut

beberapa

sumber,

inokulum pupuk hayati dapat diaplikasikan

pada benih kemudian dibibitkan atau disemprot

pada saat persemaian.

Untuk pengembangan Rhizobacteri sebagai

pupuk hayati maka perlu dikaji tentang formula

carrier

dan metode aplikasinya. Media ektrak

tanah dan limbah tahu+kentang+

taoge,

serta air

kelapa+air rendaman kedelai, dapat digunakan

sebagai media untuk pertumbuhan bakteri

(Suratin dkk., 1999; Putrina dan Fardedi, 2007).

Permasalahannya adalah kesesuaian formulasi

bahan-bahan alami tersebut untuk inokulum

cair Rhizobacteri osmotoleran Merapi dan

pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi yang

mengalami

cekaman

kekeringan.

Tujuan

penelitian adalah menentukan metode aplikasi

terbaik dari berbagai formula cair inokulum

Rhizobakteri osmotoleran Merapi pada tanaman

padi dalam cekaman kekeringan sehingga bisa

memberikan respon yang lebih cepat dan

meningkatkan pertumbuhan maupun hasil padi.

2

BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : benih padi IR64, pupuk kandang, Rhizobacteri osmotoleran Merapi isolat MA, isolat MB, isolat MD (koleksi Ir. Agung Astuti M.Si.), media platting (LBA) media perbanyakan isolat (LBC), media ekstrak tanah (MET), limbah tahu, air rendaman kedelai, ekstrak kentang, taoge, air kelapa, tanah Regosol, pupuk Urea, SP-36, dan KCl.

(3)

Alat-alat yang digunakan yaitu: botol formula, glasware steril untuk perbanyakan isolat Rhizobacteri, besek pembibitan, peralatan budidaya tanaman padi, alat pengamatan dinamika populasi Rhizobacteri (colony counter) dan perlengkapan pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

2.3 Metode Penelitian

Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan rancangan percobaan faktorial (4x2). Faktor 1 adalah formulasi cair yang terdiri dari 4 aras yaitu : Media Ekstrak Tanah (MET), air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50%, limbah tahu 42%+ kentang 6%+ ekstrak taoge 42% dan media Luriar Bertani Cair (LBC) sebagai Kontrol. Faktor 2 adalah metode aplikasi, yang terdiri dari 2 aras yaitu : aplikasi pada benih dan aplikasi pada bibit. Masing-masing perlakuan diulangi 3 kali, sehingga diperoleh 24 unit perlakuan, yang setiap unitnya terdapat 3 tanaman sampel dan 3 tanaman korban.

2.4 Tata Cara Penelitian

Inokulum dari berbagai formula cair Rhizobacteri osmotoleran Merapi di aplikasi pada benih kemudian dibibitkan dan diaplikasi pada bibit, kemudian ditanam di lahan tanah Regosol. Selama pertumbuhan tanaman padi dicekam kekeringan dengan penyiraman 6 hari sekali (40% KL). Parameter yang diamati meliputi : dinamika populasi total Rhizobacteri pada saat di pembibitan dan selama di Lahan padarhizosfer padi IR-64 dengan surface platting method dan dihitung dengan metode Total Plate Count (cfu/ml); pertumbuhan tanaman minggu ke-6 diamati : tinggi tanaman (cm), berat segar tajuk (g), berat kering tajuk (g) dan jumlah anakan. Data hasil pengamatan secara periodik dianalisis menggunakan grafik. Data pengamatan agronomis dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of variance) uji F pada α 5%. Untuk

perlakuan yang berbeda nyata maka akan diuji lebih lanjut dengan uji jarak berganda Ducan (DMRT).

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Dinamika populasi Rhizobacteri selama

pembibitan

Rhizobacteri osmotoleran Merapi isolat MA, MB dan MD telah berhasil diperbanyak menjadi inokulum dalam berbagai formula cair. Populasi Rhizobacteri pada formulasi MET dan media LBC mengalami fluktuasi selama penyimpanan 2 minggu

[image:3.595.310.522.305.409.2]

dan kembali mengalami penurunan pada minggu ke-3, sedangkan pada formulasi media air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50% populasi Rhizobacteri mengalami kenaikan terus menerus hingga jumlah total maksimal (615 x 107 cfu/ml). Setelah berbagai formulasi cair diaplikasikan pada benih padi IR64 kemudian dibibitkan, maka masing-masing formulasi cair Rhizobacteri osmotoleran Merapi memberikan dinamika populasi yang sangat fluktuatif. Jumlah Rhizobacteri pada formulasi air MET mengalami kenaikan, namun formulasi air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50% menunjukkan kenaikan jumlah Rhizobacteri yang signifikan selama pembibitan (gambar 1).

Gambar 1. Dinamika populasi Rhizobacteri di pembibitan

Keterangan:

ABH = Formulasi Media Ekstrak Tanah aplikasi ke benih BBH = Air kelapa 50%+ air rendaman kedelai50%

diaplikasikan ke benih

CBH = Limbah tahu 42% + kentang 6% + ekstrak taoge 42% diaplikasikan ke benih

DBH = Media Luria Bertani Cair diaplikasikan ke benih

(4)

kering ampas tahu mengandung kadar air 2,69%, Protein kasar 27,09%, serat kasar 22,85%, Lemak 7,37%, abu 35,02%, bahan ekstrak tanpa Nitrogen (BETN) 6,87%, Kalsium 0,5%, dan Fosfor 0,2% (Anonim, 2012). Hal tersebut didukung oleh penelitian Putrina dan Fardedi (2007) yang menggunakan media formulasi media air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50% juga menghasilkan sel bakteri Bacillus thuringiensis Barliner yang tinggi, yaiu sebesar 7,3 x 1011 cfu/ml.

3.2 Dinamika Populasi Rhizobacteri Selama di Lahan

[image:4.595.74.292.301.439.2]

Dinamika populasi Rhizobacteri osmotoleran Merapi selama 2 minggu di lahan mengalami penurunan, kemudian naik dan terlihat jelas perbedaan masing-masing formulasi dan cara aplikasinya (gambar 2).

Gambar 2. Dinamika populasi Rhizobacteri di lahan Keterangan:

ABH = Formulasi Media Ekstrak Tanah aplikasi ke benih BBH = Air kelapa 50%+ air rendaman kedelai50%

aplikasi ke benih

CBH = Limbah tahu 42% + kentang 6% + ekstrak taoge 42% aplikasi ke benih

DBH = Media Luria Bertani Cair aplikasi ke benih ABT = Formulasi Media Ekstrak Tanah aplikasi ke bibit BBT = Air kelapa 50%+ air rendaman kedelai50%

aplikasi ke bibit

CBT = Limbah tahu 42% + kentang 6% + ekstrak taoge 42% aplikasi ke bibit

DBT = Media Luria Bertani Cair aplikasi ke bibit

Rhizobacteri osmotoleran Merapi memerlukan proses adaptasi selama 2 minggu untuk tumbuh dan berkembang di lahan. Setelah fase lag selama 2 minggu, metode aplikasi pada benih ternyata lebih cepat memasuki fase eksponensial dibanding metode aplikasi pada bibit. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi Rhizobacteri osmotoleran Merapi pada benih telah mampu berkembang selama pembibitan, sehingga akan memperpendek masa adapatasi selama di lahan. Studi dinamika populasi pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

Rhizobacteri di rhizosfer padi IR64 dalam cekaman kekeringan mengalami fase lag yang lama (3 minggu) dan baru memasuki fase exponential hingga minggu ke 6. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah Rhizobacteri osmotoleran Merapi setelah pembibitan sudah cukup banyak sehingga dperlukan waktu lebih singkat untuk adaptasi di lahan. Menurut Imas dkk., (1998) jasad-jasad mikro tanah tumbuh dalam suatu lingkungan akan berbeda dan berfluktuasi, oleh karenanya mereka harus mampu beradaptasi terhadap kondisi baru.

Rhizobacteri pada formulasi MET diaplikasi pada benih meningkat signifikan setelah minggu ke 2, namun menurun kembali setelah minggu ke 4. Sedangkan pada formulasi air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50% diaplikasi pada benih, jumlah Rhizobacteri relatif terus meningkat hingga minggu ke 6, seiring dengan fase vegetatif pertumbuhan tanaman padi.

3.3 Pertumbuhan Tanaman

[image:4.595.307.525.464.620.2]

Tinggi tanaman diamati untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif. Hasil sidik ragam tinggi tanaman pada minggu ke-7 menunjukkan ada saling pengaruh antara macam formulasi cair dengan metode aplikasi . Berbagai formula cair yang diaplikasi pada benih secara nyata menunjukkan tinggi tanaman terbaik dibanding aplikasi pada bibit, kecuali pada formula ekstrak tanah dan air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50% (tabel 1).

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Padi IR64 pada berbagai macam formulasi yang di Aplikasikan pada Benih dan Bibit

Metode Aplikasi Perlakuan

Benih Bibit Rerata

Macam Formulasi :

Media Ektrak tanah 54,23 ab 56,05 a 55,14 Media Air kelapa

50% + Air rendaman kedelai 50%

57,44 a 1,75 abc 54,59

MediaLimbah Tahu 42% + Kentang 6% + ekstrak taoge 42%

56,48 a 47,28 c 52,44

Media Luria Bertani

Cair 56,31 a 48,58 bc 51,88

Rerata 56,11 50,91 (+)

Keterangan : Perlakuan rata-rata pada kolom yang diikuti denngan huruf yang sama menunjukkan tidak ada bedanya nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

(+) : Menujukkan ada interaksi

Berbagai formulasi cair Rhizobacteri osmotoleran Merapi dan metode aplikasi benih saling berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi 0 

10000  20000  30000  40000  50000  60000 

0 2 4 6 8

Jml

h

R

h

iz

ob

ac

te

r 10

7 c

fu

/ml

Minggu ke-

(5)

dalam cekaman kekeringan. Rhizobacteri osmotoleran Merapi tahan terhadap cekaman osmotik > 2,75 M NaCl, sehingga pada saat berasosiasi dengan akar tanaman maka mampu bertahan hingga penyiraman 6 hari sekali (40% KL). Disamping itu Rhizobacteri osmotoleran Merapi juga mampu melarutkan Phosphat dan kemampuan Nitrifikasi dan Amonifikasinya kuat, sehingga pada saat diaplikasi ke benih yang jumlah Rhizobacternya terus meningkat, maka unsur hara menjadi lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Laju pertambahan tinggi tanaman sebagai akibat dari meningkatnya jumlah sel atau karena meluasnya sel didalam jaringan meristem interskalar (Yoshida, 1981).

Fotosintat yang dibentuk dan disimpan selama proses fotosintesis tanaman, dapat diketahui dari berat kering tanaman, sedangkan perkembangan tanaman dapat diketahui dari jumlah anakan. Hasil sidik ragam berat kering tajuk dan jumlah anakan pada minggu ke-7 menunjukkan tidak ada saling pengaruh antara macam formulasi cair dengan metode aplikasi, namun ada beda nyata antara metode aplikasi. Aplikasi pada benih secara nyata lebih baik bila disbanding dengan aplikasi pada bibit (tabel 2).

Tabel 2. Rerata jumlah anakan, berat kering tajuk, berat segar tajuk tanaman padi IR 64 pada Berbagai macam formulasi yang di Aplikasikan pada Benih dan Bibit

Tajuk

Perlakuan Berat

Segar Tajuk

Berat Kering Tajuk

Jumlah Anakan

Faktor 1: Macam

Formulasi

Media Ektrak tanah 31,75a 7,68a 20,05a Media Air kelapa 50%

+Air rendaman kedelai 50%

32,03a 7,78a 19,55a

MediaLimbah Tahu 42% + Kentang 6% + ekstrak taoge 42%

34,50a 7,49a 19,11a

Media Luria Bertani

Cair 29,31a 6,86a 18,33a

Faktor 2:Metode

Aplikasi

Aplikasi pada benih 32,27p 9,24p 20,05p Aplikasi pada bibit 31,54p 7,67q 18,47q

Interaksi (-) (-) (-)

Keterangan : Perlakuan rata-rata pada kolom yang diikuti denngan huruf yang sama menunjukkan tidak ada bedanya nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

(+) : Menujukkan ada interaksi

Peningkatan berat kering tajuk pada aplikasi benih lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi

pada bibit. Hal ini diduga karena pertumbuhan yang lebih baik pada perlakuan aplikasi benih. Hasil asimilasi bersih CO2 selama pertumbuhan akan

ditimbun melalui aktifitas penyerapan energi matahari yang digunakan untuk memfikasasi O2.

Berat kering tajuk dan akar menunjukkan tingkat efisiensi metabolisme dari tanaman tersebut (Yoshida, 1981).

Jumlah anakan dipengaruhi oleh kondisi perakaran tanaman dalam menyediakan dan menyerap nutrisi (Yoshida, 1981). Jumlah anakan yang produktif dapat dijadikan sebagai patokan untuk memperkirakan hasil akhir pada budidaya padi. Metode aplikasi inokulum Rhizobacteri dapat meningkatkan jumlah anakan pada minggu pertama hingga minggu ke-6 dan mengalami penurunan pada minggu ke-7. Aplikasi terbaik untuk perkembangan jumlah anakan adalah pada benih, yaitu lebih tinggi jumlah anakannya di bandingkan aplikasi pada bibit. Hal ini didukung oleh penelitian Susilowati dkk (1997) bahwa pemberian inokulum Rhizobacteri pada tanah kadar lengas 80% dapat meningkatkan kadar IAA di rhizosfer akar padi Gogo. Sedang menurut hasil penelitian Kusumastuti, dkk (1999) yang menunjukkan inokulasi campuran dua inokulum Rhizobacteri osmotoleran pada tanaman padi IR-36 di Udipsament aras lengas 80% KL mampu menghasilkan jumlah anakan terbanyak.

4

KESIMPULAN

Populasi Rhizobacteri meningkat lebih cepat pada perlakuan formula ekstrak tanah yang diaplikasikan ke benih dari pada ke bibit dan memperpendek fase lag (2 minggu). Namun viabilitas Rhizobacteri yang terus meningkat jumlahnya di lahan yaitu terdapat pada formulasi air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50%. Berbagai formula cair dengan metode aplikasi benih, saling mempengaruhi terhadap tinggi tanaman padi dalam cekaman kekeringan, kecuali formulasi ekstrak tanah dan air kelapa 50%+ air rendaman kedelai 50% dengan metode aplikasi pada bibit. Sedang aplikasi pada benih nyata lebih baik terhadap berat kering tanaman dan jumlah anakan, dibanding aplikasi bibit.

Mengingat beberapa keunggulan formulasi pupuk hayati padat disbanding cair, maka perlu diteliti lebih lanjut aplikasi formula padat dan cair pada benih padi.

5

UCAPAN TERIMA KASIH

[image:5.595.68.286.414.627.2]
(6)

6 REFERENSI DAN SITASI

Agung_Astuti. 2013. Uji Potensi Rhizobacteri Indigenous Lahan Pasir Vulkanik Merapiuntuk Dikembangkan Sebagai Pupuk Hayati Di Lahan Marginal.Seminar Nasiaonal HITI

Agung-Astuti, Sarjiyah and Haryono. 2014. Study Of The Population Dynamic And Growth Of Rhizobacteria Indigenous Merapi To Be Developed As Biofertilizer On Drought Tolerant Rice Plant. Proceeding 2nd ICoSI. Springer-verlag, Netherland-TU/e Netherland-UMY. Yogyakarta.

Anonim. 2012. Konsumsi Beras Nasional Tertinggi Se-Asia Diversifikasi Pangan Harus Digenjot. http://www.neraca.co.id/harian/article/26605/Konsu msi.Beras.Nasional.Tertinggi.SeAsia. Akses tanggal 5 Juni 2013.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Pangan Angka Ramalan II (Aram II) 2014 dalam Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Katalog BPS:9199017. Edisi 54 November 2014.

Bustamante, J. O. 2004. New Biotechnological Applications of Coconuts.Electronic Journal of Biotechnology. 7, 1, 1-4.

Fanesa, A. 2003. Pengaruh Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Jeruk Kacang ( Citrus Nobilis L.). http://repository.unand.ac.id/16810/1/jurnal_anggia. pdf . Diakses pada taggal 18 Maret 2014.

Hartmann, A., SR. Prabhu and EA. Galinski. (1991). Osmotolerance of Diazotropic Rhizosphere Bacteria Plant and Soil. 137, 105 – 109.

Husen, E. Saraswati, R. dan Hastuti, R. D. 2011. Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman. http://www.ristek.go.id.. Diakses pada tanggal 13 Maret 2014.

Ikhwan, A. 2008. Pengaruh Inokulum Rhizobacteria (Tahan kekeringan dan kemasaman) dan Penambahan Pupuk kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan hasil Kacang tanah. Laporan Penelitian JIPTUMM.

Ikhwan dan Susilo. 2003. Penerapan Teknologi Inokulasi Rhizobacteri Tahan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Lahan Kering, Kec. Karangploso, Kab. Malang.

Imas, T., R. S. Hadioetomo, A. W. Gunawan dan Y. Setiadi. 1989. Bahan Pengajaran Mikrobiologi Tanah II. Depdikbud, Dirjen Dikti, PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kementan Online. 2013. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. http://tanamanpangan.pertanian.go.id/

ditlintp/downlot.php?file=LAPORAN%20TAHUN AN%20DITLIN%20TAHUN%202012.pdf. Diakses pada tanggal 31 Januari 2014.

Kusumastuti, A., T. Yuwono dan J. Soedarsono. 1999. Peranan Bahan Organik Dalam Interaksi Rhizhobakteri Osmotoleran Dan Padi IR-64 Pada Dua Aras Lengas Tanah Di Udipsament. Tesis Pertanian UGM

Putrina, M dan Fardedi. 2007. Pemanfaatan Air Kelapa Dan Air Rendaman Kedelai Sebagai Media Perbanyakan Bakteri Bacillus Thuringiensis Barliner. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9, 1, 64-70

Republika. 2014. 119 Hektar Tanaman Padi di Bali Gagal Panen.http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/ daerah/14/09/25/ncftb0-119-hektare-tanaman-padi-di-bali-gagal-panen. Akses 3 Maret 2014

Susilowati, L.E. J. Soedarsono. T. Yuwono. 1997. Asosiasi Antara Rhizobacteri Dengan Tanaman Padi Gogo Di Tanah Regosol Pada Berbagai Aras Lengas Tanah. Tesis Pertanian UGM.

Suratin, A. J. Soedarsono. T. Yuwono. 1999. Pertumbuhan Padi Gogo Pada Tanah Regosol (Entisol) Yang Diinokulasikan Dengan Rhizobacteri Osmotoleran Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. Tesis Pertanian UGM.

Tempo. 2012. Selama Kemarau, 10.000 Hektar Sawah Gagal Panen. http://www.tempo.co/read/news/

2012/11/26/179444244/Selama-Kemaraui-10i000-Hektar-Sawah-Gagal-Panen. Diakses pada tanggal 01 Februari 2015.

Gambar

Gambar 1. Dinamika populasi  Rhizobacteri di pembibitan
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Padi IR64  pada berbagai macam formulasi yang di Aplikasikan pada Benih dan Bibit
Tabel 2. Rerata jumlah anakan, berat kering tajuk, berat segar tajuk tanaman padi IR 64 pada Berbagai macam formulasi yang di Aplikasikan pada Benih dan Bibit

Referensi

Dokumen terkait

Menentukan metode aplikasi inokulum Rhizobakteri indigenous Merapi yang paling tepat bentuk formulasi yang efektif pada budidaya padi Segreng Handayani.2.Menguji formula padat

Penghambatan pertumbuhan tinggi tajuk secara nyata (p< 0,05) akibat cekaman kekeringan terjadi pada tumbuhan C4 (Echinochloa dan bayam), sedangkan tumbuhan C3 (padi gogo dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan pada pengaturan kadar lengas tanah berpengaruh pada tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat kering

Hal tersebut berarti rerata luas daun tanaman kedelai menurun sebesar 35.7% pada tanaman kedelai yang mengalami cekaman kekeringan dengan kadar air 60% kapasitas

Perlakuan pemberian Pupuk Organik Cair dengan konsentrasi 15 ml/l + pupuk NPK 50% dosis anjuran cenderung lebih baik mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman padi Ciherang

Mutan padi beras merah toleran terhadap cekaman kekeringan yaitu pada penurunan kadar lengas tanah 75% pada karakter tinggi tanaman, jumlah anakan, umur panen, berat biji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan cekaman kekeringan mengakibatkan penurunan terhadap tinggi tanaman, berat kering brangkasan, nisbah tajuk akar,jumlah gabah isi,

Penghambatan pertumbuhan tinggi tajuk secara nyata (p< 0,05) akibat cekaman kekeringan terjadi pada tumbuhan C4 (Echinochloa dan bayam), sedangkan tumbuhan C3 (padi gogo dan