BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Data yang digunakan merupakan data dari PT. XYZ, berupa peta topografi dan data pemboran 86 titik. Dari data tersebut dilakukan pengolahan sebagai berikut :
4.1 Analisis Statistik Univarian Ketebalan Batubara
Tujuan dilakukannya analisis statistik adalah untuk mengetahui parameter-parameter atau karakteristik populasi endapan dari sampel yang diambil, yaitu dari lubang bor. Analisis statistik yang dilakukan yaitu statistik univarian untuk ketebalan batubara.
Tabel IV-1. Analsis Statistik Univarian Ketebalan Batubara
Standard Deviation 0.58829
Variance 0.34609
Standard Error 0.06344
Histogram Ketebalan Batubara
Gambar 4.1. Histogram Ketebalan Batubara
Hasil analisis statistik univarian tersebut menunjukkan penyebaran data yang bagus, dimana data tidak terlalu menyebar.
4.2 Pemodelan Endapan Batubara
Pemodelan endapan batubara bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran lapisan batubara, baik geometri secara umum, letak/posisi lapisan, kedalaman, ketebalan, kemiringan, serta pola penyebaran dari tanah penutup.
Gambar 4.2. Peta Topografi
4.2.1 Peta Struktur Atap Batubara
Gambar 4.3. Peta Struktur Roof Batubara
4.2.2 Peta Struktur Lantai Batubara
Peta struktur lantai batubara ini dibuat dengan menggunakan data elevasi lantai
Gambar 4.4. Peta Struktur Floor Batubara
4.2.3 Peta Isopach
Gambar 4.5. Peta Isopach
4.2.4 Peta Cropline
Gambar 4.6. Peta Cropline Batubara
4.3 Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan untuk mengantisipasi error yang dihasilkan oleh model, sehingga dapat dihasilkan perhitungan cadangan yang akurat. Verifikasi data dilakukan dengan membandingkan data elevasi atap/roof batubara serta lantai/floor batubara dari lubang bor dan dari hasil pemodelan.
Korelasi Elevasi Roof Batubara
Gambar 4.7. Korelasi Elevasi Roof Pengukuran dengan Model
Korelasi Elevasi Floor Batubara
Pengukuran VS Model
Gambar 4.8. Korelasi Elevasi Floor Pengukuran dengan Model
4.4 Perhitungan Cadangan Batubara Menggunakan Metode Penampang
Vertikal
Perhitungan cadangan batubara dengan menggunakan metode penampang vertikal dapat menggambarkan kondisi endapan, tanah penutup (overburden) pada tiap penampangnya. Dengan menggunakan metode ini maka perhitungan luas masing-masing elemen dapat dilakukan pada masing-masing-masing-masing penampang. Volume
dihitung dengan menggunakan rumus Mean Area, yaitu :
(
)
V=L S1 + S2
2 S1,S2 = luas penampang endapan L = jarak antar penampang
V = volume cadangan
Dalam perhitungan cadangan dengan menggunakan metode penampang ini, jarak antar penampang sebesar 50 meter dan diasumsikan sudut lereng pit sebesar 45º, berat jenis batubara 1,3 ton/m3, serta tidak memasukkan losses dan zona pelapukan. Perhitungan Stripping Ratio dilakukan pada pit limit 1 dan pit limit 2. Pit limit 2 ditentukan dari ujung boundary perhitungan cadangan ke arah 15º NW. Sedangkan pit limit 1 ditentukan 200 m ke arah Timur dari pit limit 2. Penentuan letak pit limit ini hanya sebagai studi kasus penelitian, belum mengarah pada
optimasi cadangan yang sesungguhnya, hanya untuk melihat fleksibilitas metode elemen hingga berkaitan dengan perubahan pit limit. Hasil perhitungan ini akan dibandingkan dengan perhitungan cadangan menggunakan metode elemen hingga. Dari masing-masing penampang akan diperoleh luas batubara (BB) dan overburden (OB), dan selanjutnya dilakukan perhitungan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel IV-2. Hasil Perhitungan Cadangan Batubara Menggunakan Metode Penampang Vertikal
PIT LIMIT 1
Volume BB Volume OB Tonase BB SR
5.239.385 40.925.618 6.811.200 6.0
PIT LIMIT 2
Volume BB Volume OB Tonase BB SR
7.008.141 67.453.120 9.110.583 7.4
4.5 Studi Parametrik Penerapan Metode Elemen Hingga untuk
Perhitungan Cadangan Batubara
1. Penentuan batas/boundary perhitungan cadangan 2. Pengolahan data topografi dan titik pemboran 3. Konstruksi lereng penambangan
4. Perhitungan volume overburden serta tonase batubara untuk mendapatkan stripping ratio.
A. Penentuan Batas/Boundary Perhitungan Cadangan
Batas/boundary perhitungan cadangan dengan menggunakan metode elemen hingga meliputi batas daerah penelitian (300 m dari titik bor terluar) dan cropline (garis singkapan) batubara. Cropline ini dibuat dengan melakukan konstruksi peta topografi dan data elevasi lantai/floor batubara. Perpotongan antara kontur topografi dengan kontur struktur lantai batubara yang bernilai sama merupakan cropline batubara.
Gambar 4.11. Diskritisasi Dengan Elemen Segitiga
B. Pengolahan Data Topografi dan Titik Pemboran
Gambar 4.12. Model Kontur Topografi
Demikian pula dalam mengkonstruksi kontur atap/roof dan lantai/floor batubara, diperlukan data elevasi roof dan floor dari rekapitulasi lubang bor (koordinat X, Y, dan elevasi roof/floor pada tiap lubang bor). Data-data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak berbasis elemen hingga.
Gambar 4.13. Model Kontur Roof Batubara
C. Konstruksi Lereng Penambangan
Konstruksi pit limit dilakukan dengan menentukan titik-titik yang digunakan untuk memodelkan pit limit seperti yang telah dijelaskan pada Bab III.
Gambar 4.15. Model Pit Limit
D. Perhitungan Volume
Setelah melakukan konstruksi kontur topografi, roof dan floor batubara, serta lereng penambangan, maka dapat dikonstruksi solid antara dua surface, sesuai
batubara dapat dihitung, dengan menggunakan konsep irisan (intersection), gabungan (union), dan pengurangan (difference).
Gambar 4.16. Konsep Irisan, Gabungan, dan Pengurangan
Maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel IV-3. Hasil Perhitungan Cadangan Batubara Menggunakan Metode Elemen Hingga
PIT LIMIT 1
Volume BB Volume OB Tonase BB SR
5.137.222 40.319.648 6.678.388 6.0
PIT LIMIT 2
Volume BB Volume OB Tonase BB SR