• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II “Peradaban manusia Suku Kerinci” I.Pengertian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II “Peradaban manusia Suku Kerinci” I.Pengertian"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

11

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

BAB II

“Peradaban manusia Suku Kerinci”

I.Pengertian

D

ikalangan para ilmuawan sampai saat ini masih sering terjadi perbedaan pendapat mengenai kedua istilah (Kebudayaan dan Peradaban) yang sering dicampur adukan itu bahkan pendapat diantara para ilmuawan dan para ahli antara satu dengan yang lain saling bertentangan antara satu dengan yang lain, beberapa pendapat para ahli dan ilmuawan itu antara lain:

1. Prof.DR. Koentjaraningrat, Peradaban ialah bagian kebudayaan yang halus dan indah.

Seperti kesenian masyarakat telah mencapai tahap kebudayaan tertentu dan maju berarti masyarakat tersebut telah mencapai peradaban tinggi yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan tekhnologi, seni, dll.

2. Oswald Spengl ( 1880-1936) kebudayaan ialah wujud dari seluruh kehidupan adat, industrial,

filsafat, dan sebagainya, peradaban ialah kebudayaan yang sudah tidak tumbuh lagi atau sudah mati

3. Bierens De Hann, mempertentangkan pengertian kebudayaan dan peradaban sebagai berikut

Peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi dan tekhnik. Jadi peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis, sedangkan kebudayaan ialah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih murni yang berada diatas tujuan yang praktis hubungan kemasyarakatan

(2)

12

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

merupakan kelanjutan yang bertahap ke arah yang semakin kompleks dimana unsur-unsur kebudayaan terintegrasi menjadi satu sistem budaya dan memiliki keterkaitan antara ketujuh unsur kebudayaan universal yaitu sitim tekhologi, peralatan,sistim mata pencarian, organisasi sosial, religi dan bahasa.

Masyarakat suku Kerinci (H.Husaini Kadir,SH) memiliki berbagai peninggalan seni dan kebudayaan, berbagai benda budaya tersimpan hampir diseluruh penjuru dusun/Kalbu/ masyarakat adat terkecil. Peninggalan benda budaya sebahagian besar masih berdiri kokoh, sebahagian disimpan di rumah adat dan menjadi barang Pusaka yang “dikeramatkan”, ratusan benda budaya lainnya masih tesimpan di perut bumi alam Kerinci dan belum tergali dan belum terdokumentasi dengan baik.Penelitian tentang Kerinci telah dimulai pada tahun 1811 dilakukan oleh W.MARSDEN-LE WESTERNENK (1922) TH.VANDER HOOP (1938) DR.P.VOORHOEVE (1941) PROF.DR.POERBA TJARAKA (1941). Dan DR ULIL KURCZOK

Iskandar Zakaria, Budayawan dan Kolektor dan pecinta Benda Budaya suku Kerinci menyebutkan latar belakang kebudayaan negeri Suku Kerinci dipengaruhi oleh tradisi megalitik, akulturasi dengan ke-budayaan luar. Kendati alat alat dari zaman Paleolitikum (Batu Tua) belum banyak ditemukan di alam Kerinci, namun mengingat letak geografis dan topografi alam Kerinci, tidak mustahil benda benda budaya zaman Paleolithikum masih terkubur di perut bumi alam Kerinci dalam jumlah yang cukup banyak untuk dijadikan bukti kuat mengenai fosil manusia zaman prasejarah yang saat ini belum ditemukan untuk dijadikan data adanya manusia zaman Paleolithikum diKerinci.

(3)

13

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci disebut “PITHECANTHROPUS”, diduga Pithecantropus juga hidup di Sumatera, Kalimantan, dan kemungkinan besar juga ada di Sulawesi dan Pilipina. Mereka hidup pada zaman es dengan tingkat kebudayaan yang sangat sederhana, dan pada masa itu Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia.

Sebagaimana diketahui proses pembentukan Bangsa Indonesia adalah akibat perjalanan sejarah Hindia Belakang (Asia Tenggara ) yang berlansung beberapa kali periode pertebaran Bangsa Austronesia (Melalyu tua) yang berlansung dalam Zaman PRAHISTORIA (Pra Sejarah) dan hal ini dapat dibuktikan dengan penggalian kapak batu yang serupa di berbagai daerah dalam kawasan Asia dan Austronesia. Berdasarkan kemajuan alat perkakas yang digali dari dalam permukan tanah, maka pra sejarah Neolithikum Indonesia dapat ditetapkan be-rawal 3.500 sampai - 4.000 tahun sebelum Masehi. Alat-alat Zaman Neolithikum yang banyak ditemukan di daerah Alam Kerinci terbuat dari bahan batu seperti Beliung, Penusuk, Serut, batu inti, Belincung, Cakram beratur, Serpihan serpihan obisidian, alat alat budaya lainnya seperti Lesung batu, Lumpang batu persegi empat,Gerabah bermotif Paddle Mark terbuat dari tanah liat yang dibakar, perhiasan manik manik berwarna dari bahan batu akik darah.

Khusus mengenai serpihan obsidian yang ditemui di Kerinci disebut menjadi inti dari kebudayaan alat serpih ( Flakes Culture ) yang ter-masuk dalam zaman Mesolithikum atau zaman peralihan antara zaman Paleolithikum (Batu Tua ) dan Neolithikum ( Batu Baru ). Peninggalan masa prasejarah yang ditemukan di alam Kerinci sejenis Menhir, yang keadaan dan bentuk Menhir cukup unik dan belum pernah ditemukan di daerah lain di Indonesia, batu ini berbentuk Silinder (Silindrik) de-ngan posisi tidur atau tergeletak diatas permukaan tanah dede-ngan posisi menghadap kearah gunung berapi..

(4)

14

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

relief. .Hingga saat ini ada 7 batu silindrik yang ditemukan di alam Kerinci yang bernilai arkeologis, dengan relief manusia kang kang, matahari, lingkaran gong sulur - garis garis simetris, garis tanda berbentuk oval, dan manusia berwujud raksasa, secara kronologis berasal dari 10.000 Tahun SM. temuan serupa juga terdapat di Negara India.

Ukuran batu silindrik bervariasi, seperti contoh batu patah di Desa Muak memiliki panjang 4,20 M lebar 1 M dan Tinggi 1,`17 M. Sebuah monolit berukuran Tinggi 35 cm dengan diameter 66 cm motif relief pada monolit adalah gambar Gajah, Kerbau, Kuda, Anjing dan manusia bermahkota

2. Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan di Alam

Kerinci

Masa Prasejarah menurut Prof H .Idris Jakfar, SH di Alam Kerinci (Seri Sejarah Kerinci I, hal 69) dimulai sejak permulaan adanya manusia sampai ditemukan adanya keterangan tertulis tentang kehidupan “Kecik Wok Gedang Wok”. Manusia tertua ini diperkirakan telah ada di alam Kerinci sejak 35.000.SM, akan tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Anthony J. Whitten (1973) di Goa Tiangko yang berada di wilayah Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin ( wilayah ini dahulunya termasuk dalam wilayah Kerinci rendah,pen) dari hasil temuan ini di-pastikan manusia Kecik Wok Gedang Wok telah ada di Alam Kerinci sejak 10.000 SM.

Penulis pada tahun 1986-1987 bersama peneliti sejarah dari Aucland DR.Barbara Waltson Andaya telah mengunjungi situs purbakala yang ada di alam Kerinci, melakukan penelitian Suku Batin di wilayah Kecamatan Limun dan Sarolangun. Terakhir pada Agustus 2011 penulis kembali melakukan perjalanan ke pemukiman manusia purba di Goa Tiangko dan lokasi Taman Bumi ( Geo Park) di sepanjang Sungai Batang Merangin. Perjalanan menggunakan motor perahu tempek ukuran kecil dimulai dari Desa Buku Tanjung hingga ke Teluk Wang Kecamatan Bangko Barat Kabupaten Merangin

(5)

15

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci Sungai Manau, Kecamatan Bangko Barat, Muara Siau, Kecamatan Lem-bah Masurai,Kecamatan Jangkat hingga kawasan Lubuk Gaung , Nalo Tantan dan Ngaol banyak ditemukan tinggalan kebudayaan prasejarah yang nyaris hampir sama dengan tinggalan kebudayaan zaman pra-sejarah yang berada di kawasan Kerinci Tinggi (Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh). Hasil penelitian peneliti luar negeri dan penelitian yang dilakukan oleh Prof.H. Idris Jakfar,SH mengungkapkan bahwa di kawasan Kerinci Rendah dan Kerinci tinggi terdapat kawasan pemuki-man pemuki-manusia purba “Kecik Wok Gedang Wok”.Umumnya lokasi gua gua tempat pemukiman manusia purba itu berada di daerah yang sulit dijangkau, lokasi banyak cerukan dan kondisi gua gua batu itu merupakan batu Stalagnit. Stalagtit.di gua tiangko misalnya terdapat puluhan pintu pintu berupa gua gua bertingkat dan di pintu masuk terdapat ruangan yang cukup besar, dibelakang gua terdapat celah tempat sinar matahari memasukkan cahayanya. Kondisi gua dari luar terlihat tertutup, setelah gua dimasuki di atas sebuah bukit kecil tampak suasana gua yang menak-jubkan, pengunjung dapat memasuki lorong lorong gua yang berliku, di kedalaman gua kondisi agak gelap karena cahaya sinar matahari tidak dapat,menembus gua batu tiangko
(6)

16

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

alam Kerinci merupakan masyarakat nomaden yang menggantungkan hidupnya pada hasil alam dan hewan buruan, mereka hidup dalam kelompok kelompok kecil, sebelum memilih tinggal di dalam gua gua batu, manusia purba ini tinggal sementara di di dalam ceruk pangkal kayu yang besar/bane kayu (Lubang kayu).

Sepintas pola kehidupan manusia purba penunggu lembah alam Kerinci memiliki banyak kesamaan dengan pola kehidupan manusia suku pedalaman Jambi/suku anak dalam (Kubu) yang hidup nomaden, meramu dan melakukan kegiatan berburu. Penulis berpendapat, besar kemung-kinan suku anak dalam (Kubu) yang ada dalam kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Bukit 30 dan sebagian besar suku anak dalam di wilayah Hitam Ulu, hingga Senamat, Pelepat dan Tebo diduga merupakan sisa sisa manusia purba di lembah alam Kerinci yang masih tersisa.karena terdesak oleh perkembangan zaman mereka mengasingkan diri ke hutan belantara di pedalaman Jambi yang saat itu sangat sulit untuk dijangkau, kesamaan yang terlihat jelas antara manusia purba dengan suku kubu (suku anak dalam) adalah hidup nomaden, dulu orang kubu juga tinggal di” Bane kayu”, kehidupan mereka sama sama tergantung dari alam dan hasil kegiatan berburu, suku kubu tradisional tidak berpakaian lengkap mereka menggunakan kulit kayu terap hanya sekedar untuk menutup organ vital tubuh,dan pola hidup dan pola pengolahan untuk dikonsumsi masih sangat sederhana.

Sistim kemasyarakatan dan pola kehidupan mereka yang masih sungguh sangat sederhana, maka para ilmuawan sepakat bahwa ma-nusia “Kecik Wok Gedang Wok” adalah manusia pertama yang ting-gal di Kerinci. Mereka telah mengenal api, karena hasil penelitian ahli sejarah pada sejumlah gua gua menunjukkan terdapat bekas tempat unggun api, mereka membuat unggun api untuk memanaskan ruangan gua pada malam hari

(7)

17

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci kekuatan benda dan kekuataan roh. Benda benda itu mereka yakini memiliki “Steih ” semangat, mereka sangat meyakini bahwa roh nenek moyang yang telah meninggal dunia tetap hidup dan abadi, roh roh ini mereka yakini masih hidup menetap pada batu batu besar, pohon pohon besar, gunung, mereka sangat memuja arwah-roh para leluhur,ketergantungan terhadap roh roh nenek moyang sangat mereka andalkan, mereka memuja dan meminta perlindungan,keselamatan dan meminta rezeki kepada para roh roh nenek moyang mereka,dan sisa sisa peninggalan purba sampai saat ini masih dapat dilihat di alam Kerinci, meskipun sisa sisa tersebut telah berubah dalam bentuk kebudayaan yang dikemas untuk sebuah pertunjukkan seni.

Walau masa kuno telah berlalu, akan tetapi peninggalan kebudayaan nenek moyang sampai saat ini dan sisa sisa peninggalan masih dapat kita temui pada sejumlah situs situs peninggalan batu tua, batu tengah, maupun zaman batu baru, untuk mengenal lebih dekat peninggalan peninggalan masa lampau,penulis akan menampilkan sejumlah pening-galan nenek moyang suku kerinci yang mendiami Alam Kerinci:

a.Situs Batu Silindrik Kumun Mudik:

(8)

18

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

Salah satu batu silindrik peninggalan budaya di alam Kerinci

b.

Situs Kompleks Menhir Pendung Mudik

Situs Pendung mudik terletak di Dusun Baru, Desa Pendung Mudik, Kecamatan Air Hangat, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara as-tronomis berada pada koordinat 01º57’17.84” LS dan 101º23’38.92” BT, berada di Bukit Koto Payung Sumurup dan pada sisi barat sekitar 20 m mengalir Sungai Gedang Pendung.

Tinggalan tradisi megalitik yang ada di situs ini berupa kompleks menhir atau batu tegak. Dalam kebudayaan prasejarah, menhir di-percaya bagian dari kegiatan ritual penghormatan terhadap arwah nenek moyang. Di Situs Pendung mudik terdapat sepuluh kelompok menhir yang berdiri di atas punden batu dengan ukuran dan jumlah yang berbeda-beda. Tiap-tiap kelompok bertebaran dengan radius 1000 m persegi.

(9)

19

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci megalitik, yaitu lumpang batu dan batu monolit.

Lumpang batu berbentuk persegi tidak beraturan dengan ukuran 72 x 60 x 25 cm. Di atasnya terdapat lubang yang menyempit ke bawah dengan diameter 30 cm. Selain lubang lumpang, juga terdapat lubang dakon sebanyak 8 buah dengan diameter 4-8 cm. Di sebelah lumpang batu terdapat batu monolit yang berbentuk lonjong tidak beraturan dengan ukuran tinggi 35 cm dan diameter 66 cm. Pada seluruh permu-tinggi 35 cm dan diameter 66 cm. Pada seluruh permu- Pada seluruh permu-kaannya terdapat pahatan berbentuk manusia, kuda, gajah, kerbau, anjing, dan tumbuhan sulur-suluran.

Benda cagar budaya Monilit ini menurut Iskandar Zakaria sebelum tahun 1960 dikawasan lain dalam wilayah Jerangkang Tinggi (Desa Muak) diletakkan masyarakat di pintu masuk dusun, dan pada tahun 1993 benda budaya ini dipindahkan ketempat yang lebih aman sekitar 100 meter dari simpang tiga jalan masuk ke dusun, pemerintah pada saat itu membangun cungkup untuk pengamanan.

Benda peninggalan zaman Prasejarah ini dibuat oleh masyarakat masa lampu erat kaitannya dengan kepercayaan nenek moyang suku Kerinci yang mempercayai kekuatan roh roh, batu berelief ini merupakan media pemujaan bagi masyarakat suku Kerinci di masa prasejarah.

(Peninggalan Kebudayaan /Batu bergambar di Jerangkang Tinggi Desa Muak)

d.

Situs Batu Silindrik Pondok

(10)

20

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

terletak di tengah pematang yang berada pada ketinggian 960 m di atas permukaan laut. Tinggalan megalitik yang terdapat di situs ini berupa batu silindrik (penduduk menyebut dengan batu bedil, batu larung, batu gong, batu meriam). Batu tersebut berbentuk bulat, memanjang dengan ukuran 4,2 x 0,65 x 0,7 m. Pada bagian ujung dan kedua sisi permukaanagian ujung dan kedua sisi permukaan terdapat hiasan motif spiral, semacam lingkaran-lingkaran yang makin mengecil pada bagian tengah. Kini kondisi batu silindrik tersebut sudah patah pada bagiab tengah, oleh karena itu masyarakat setempat jugatengah, oleh karena itu masyarakat setempat juga menyebut Batupatah.Tinggalan batu silindrik ini tidak berdiri sendiri, karena tidak jauh dari tempat berdirinya juga ditemukan deretan batu bulat yang menyerupai umpak.

(Peninggalan Kebudayaan /Batu Gong di Kumun )

e.

Situs Batu Silindrik Pulau Sangkar

Situs

Pulau-sangkar terletak di Desa Pulau Sangkar, Keca-matan Batang Merangin, Ka-bupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara astron-o m i s b e r a d a

pada koordinat 02º09’43.78” LS dan 101º35’24.32” BT. Situs ini be-rada pada ketinggian 895 m di atas permukaan laut, sekitar 100 m dari

(11)

21

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci tepi Sungai Paun. Tinggalan megalitik yang ada di situs ini berupa batu silindrik yang berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 3,9 x 1 x 0,8 m dan menghadap ke arah tenggara, yakni puncak Bukit Muak.

f.

“Situs Batu Silindrik Bukit Talang Pulai”

Situs Bukit Talang pulai, terletak di Dusun Koto Baru, Desa Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci,Propinsi Jambi.Secara astronomis berada pada koordinat 02º10’40.54” LS dan 101º28’14.59” BT. Situs ini terletak di atas Bukit Talang Pulai dengan ketinggian 995 m di atas permukaan laut. Tinggalan megalitik yang ada di situs ini berupa batu silindrik yang berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 1,5 x 0,98 x 1,2 m. Sisi depan dihias pahatan berbentuk manusia memakai penutup dada (kemben), sedangkan sisi belakang dihias pahatan ber-bentuk manusia memegang semacam gada dan memakai kain sarung. Batu silindrik tersebut tersebut dikelilingi oleh sejumlah batu datar yang membentuk susunan tertentu. Tinggalan arkeologi yang terkait dengan keberadaan batu silindrik tersebut adalah ditemukannya sejumlah frag-men gerabah baik polos maupun berhias tatap tali, dan diperkirakan bagian dari sisa aktivitas pemukiman kehidupan prasejarah yang ber-langsung pada waktu itu

g.

“Situs Dolmen Pulau Tengah”

Situs Dolmen Pulau Tengah terletak di Desa Pulau Tengah, Ke-camatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada pada koordinat 02º09’51.89” LS dan 101º27’42.16” BT. Situs Dolmen di Pulau Tengah berada pada ketinggian 850 m di atas permukaan laut, sekitar 50 m di dekat aliran Sungai Labo, tepatnya di tepi jalan raya Desa Pulau Tengah. Tiga domen tersebut, yakni:

(12)

22

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

2 buah lubang dakon dengan diameter 3,5 dan 6,5 cm, dan dalam 1 dan 3,5 cm. Dolmen 3 terletak di sebelah barat daya, sekitar 2 m dari dolmen 1. Dolmen ini berbentuk melengkung dan licin pada bagian permukaan atasnya dengan ukuran 1 x 0,65 x 0,15 m, serta ditopang oleh 2 buah kaki.

( Situs Batu Rajo di Pulau Tengah)

h.

“Situs Batu Silindrik Lolo kecil”

Situs Loloke-cil terletak di Desa Lolo Kecil, Kecamatan Gu-nung Raya, Ka-bupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara astrono-mis berada pada koordinat 02º13’30.81” LS dan 101º30’40.54” BT, kedudukannya berda pematang sawah dengan ketinggian 1030 m di atas permukaan laut.

Tinggalan megalitik yang ada di situs ini berupa batu silindrik yang berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 4,4 x 1,5 x 0,78 m dan berorientasi ke arah tenggara. Batu silindrik ini dikenal dengan batu bedil, karena bentuknya seperti laras bedil yang makin mengecil pada bagian ujungnya.

(13)

23

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

i “Situs Silindrik Lempur Mudik”:

Situs Lempur mudik terletak di Dusun Cempaka tunggal, Desa Lempur mudik, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada pada koordinat 02º15’16.22” LS dan 101º32’34.05” BT. Situs ini berada di pematang sawah dengan keting-gian 980 m di atas permukaan laut, sekitar 300 m dari aliran Sungai Lempur. Tinggalan megalitik yang ada di situs ini berupa batu silindrik yang berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 3,45 x 0,9 x 0,62 m dan menghadap ke arah timur laut. Pada permukaan bagian atas terdapat tonjolan serta lubang berdiameter 10 cm dengan kedalaman 17 cm, sedangkan pada bagian belakangnya diberi pahatan berbentuk lingkaran spiral

j.

”Situs Batu Silindrik Lolo gedang”

Situs Lologedang terletak di Desa Lolo Gedang, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Tinggalan megalitik yang adaTinggalan megalitik yang ada di situs ini berupa batu silindrik yang salah satu ujungnya berbentuk bulat runcing. Pada ujung yang lebar terdapat hiasan berbentuk lingkaranPada ujung yang lebar terdapat hiasan berbentuk lingkaran spiral. Sementara, pada kedua sisinya terdapat hiasan yang berupa 6 buah lingkaran spiral dan relief manusia kangkang.

( Batu selindrik di Lolo Gedang)

k.

“Situs Siulak panjang (Gedang)”

(14)

24

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

101º17’42.16” BT.Kepurbakalaan yang ada di situs ini berupa menhir dan bedug /tabuh. Menhir yang ada di situs ini berupa sebuah batu pipih yang berbentuk kerucut (semakin ke atas semakin kecil) setinggi 1,55 m dan berdiameter 0,5 m. Menhir ini berorientasi ke puncak Gunung Kerinci. Saat ini salah satu sisinya ditempel nisan dari semen yang berbentuk persegi panjang yang arsitekturnya menyerupai punden berundak berukuran 1,8 x 1,4 m

l.

“Situs Batu Kursi Lempur Mudik”

Batu Kursi atau Palinggiuh terbuat dari batuan andesit merupakan sarana pemujaan penduduk Kerinci pada zaman Prasejarah terhadap roh roh leluhur/nenek moyang, pengamatan di lokasi terlihat batu ini sudah berpindah tempat dari lokasi awal, pemindahan kedudukan batu “Palinggih” karena adanya pembukaan jalan di daerah itu, batu memiliki kesamaan seperti kursi, pada batu ini tidak terlihat adanya motif, diduga batu ini dibuat belum mengalami campur tangan manu-sia, karena fungsinya sebagai tempat pemujaan maka batu Palinggih ini menjadi objek pemujaan yang sangat penting pada masa itu. Palinggih dalam bentuk sederhana dapat kita temukan pada situs situs prasejarah berupa susunan batu mirip kursi sehingga disebut juga Stone Seat ( Tahta Batu), batu sejenis ini banyak ditemui pada pura pura agama Hindu dan Budha, yang menurut kalangan budayawan batu ini dulunya merupakan tempat pertapa para Pendera Hindu/Budha untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta.

m.

“Batu Sorban dan Batu Jung ”

(15)

25

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci moyang orang Kerinci

Batu Jung berada di wilayah Desa Kemantan Kebalai Kecamatan Air Hangat Timur, batu andesit ini memiliki ukuran panjang 3,40 meter Lebar 1,37 Meter Tinggi 1,10 meter,karena bentuknya seperti perahu,oleh masyarakat batu ini disebut batu Jung( N.Nasir), disamping Batu ini terdapat dua buah batu datar dan batu batu lain yang disebut batu tapak, pada zaman dahulu batu ini berfungsi sebagai tangga untuk naik ke sebuah balai adat, penggalian di sekitar daerah ini tepatnya di bawah lantai sebuah mesjid ditemui susunan pondasi dari batu batu datar, kuat dugaan di lokasi ini pada zaman dahulu berdiri sebuah bangunan Kuno yang megah dan lantai terdiri dari susunan batu andesit dengan bangunan terbuat dari material kayu.

(salah satu benda pusaka beruparambut nenek moyang suku Kerinci)

(16)

26

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

n.

“Gong Bisu dan Tabuh Larangan”

Kepala Bidang Kebudayaan Disporabudpar Kota Sungai Penuh Afitra,SH menyebutkan di desa Koto Baru Kecamatan Pesisir Bukit terhadap sebuah gong yang uniek dan aneh, gong yang berada di desa Koto Baru tidak mengeluarkan bunyi (suara ) walau dipukul berkali kali,karena tidak mengeluarkan bunyi oleh masyarakat setempat disebut “Gong Bisu” menurut kepercayaan masa lampau gong bisu ini hanya dapat berbunyi pada waktu-waktu tertentu. Dan di Kota Sungai Penuh terdapat beberapa Beduk/Tabuh Larangan, di antara Tabuh Larangan tersebut yakni:

1. 4 (Empat) buah Tabuh Larangan terdapat di wilayah adat Pon-dok Tinggi, dua diantara Tabuh Larangan berada di dalam Mesjid Agung Pondok Tinggi, 1 Tabuh berada di dalam komplek hala-man Mesjid Agung dan 1 buah di Mushalla Nurul Falah Pondok Tinggi

2. 2( dua ) Tabuh Larangan terdapat dalam wilayah adat Limo Luhah Dusun Sungai Penuh Masing masing berada di Luhah Datuk Singarapi Putih dan Luhah Rio Temenggung.

Benda peninggalan Sejarah dan Kebudayaan lainnya yang berada di Kota Sungai Penuh (Manaf Ripin dan Afitra Jaya, SH) diantaranya adanya temuan gigi manusia purba di daerah Koto Beringin Kumun. Se-mentara itu di daerah dusun Sungai Liuk terdapat “Sumur Beremas”

sumur purba ini dengan diameter 3 meter, menurut legenda masyarakat setempat di dalam sumur purba ini terdapat emas seukuran kuda, menurut kepercayaan masyarakat setempat sumur purba ini dihuni “Sawo Pandak( Ular Sawo pendek)” unieknya pada musim kemarau sumur ini tidak pernah kering dan sebagian masyarakat mempercayai sumur ini memiliki khasiat untuk pengobatan.

(17)

27

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci di”Keramatkan” oleh anak anak cucunya. Masuknya pengaruh agama Islam dikalangan masyarakat kepercayaan tersebut secara perlahan menghilang, namun masyarakat masih tetap menghormati makam-makam nenek moyang, diantara makam-makam- makam-makam tersebut adalah: 1. Di wilayah Pondok Tinggi terdapat makam Sutan Kamat Gelar

Depati Payung Panjang Rambut Terawang Lidah 2. Makam Nenek Baju Besi

3. Makam Nunyan Bungkuk gelar Depati Payung Negeri Kecik Tanah Jambi

4. Makam Siak Dukun dan satu makam lainnya masih dalam penyelu-suran masyarakat setempat

Di wilayah adat dusun Sungai Penuh (Afitra Jaya,SH –Drs. H.Juharman,M.PdI ) terdapat makam makam nenek moyang, antara lain makam Datuk Singarapi Putih Sirah Dado, Makam Datuk Singarapi Putih Mandaro Kayo, Jirat Nenek Siak Lengih, Makam Rio Temenggung,, Makam Rio Jayo Patah,Makam Saleh Bujang,, Makam Lelo Mencak, Makam Puti Kecik Beranting emeh, Makam Geraham Besi, Makam Saleh Hitam, Makam Bungsu, Makam Ngabi Nengah, Makam Ngabi Tuo, Makam Ngabi Ha, Makam Nenek Singarapi Putih Tiang agamo dan Makam Datuk Singarapi.

Didaerah Kumun Debai terdapat makam moyang depati Nyampai Kecik dan makam nenek moyang Puti Rio Makso.di daerah Kecamatan Tanah Kampung terdapat makam seorang tokoh dan ulama besar Syech.H.Muhammad Sekin, pada zamannya tokoh ulama ini sangat dihormati oleh masyarakat alam Kerinci khususnya masyarakat bekas Kemendapoan Tanah Kampung,Syech H.Muhamad Sekin merupakan ulama kharismatik yang ikut menyiarkan agama islam pada akhir abad ke XIX, hingga saat ini umat muslim di wilayah Tanah Kampung dan sekitarnya masih rutin melakukan ziarah kubur pada hari hari besar keagaaman, makam makam nenek moyang juga tersebar di daerah Hamparan Besar Tanah Rawang, Pesisir Bukit.

(18)

28

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

Batu Kepala Naga di Desa Pondok Kecamatan Batang Merangin, Batu “Tlou” /(Batu Telur) di Desa Talang Kemuning Kecamatan Gunung Raya.di desa Sungai Liuk Koto Bingin dan juga ditemukan Belincung jenis yang sama juga ditemukan di desa Pulau Sangkar, Batu Kecubung dan pecahan gerabah, alat Serpih (Flakes Culture) tergolong dalam alat alat rumah tangga pada masa prasejarah ( 10.000 - 2000 SM ) yang ditemukan di daerah Kerinci berasal dari zaman mesolithikum dan neolithikum. Serpih batu ini terbuat dari bahan obsidian atau batu Kecubung, khusus untuk temuan yang ada disekitar Danau Kerinci oleh

Van der Hoop di golongkan sebagai alat alat ” Mikrolit ” walaupun bentuk bentuk yang geometris tidak ditemui.

Penduduk asli suku Kerinci juga menyimpan “Pusaka Pedandan“ yang merupakan pusaka benda bersejarah peningalan nenek moyang orang Kerinci umumnya disimpan di rumah-rumah masyarakat yang merupakan rumah adat dalam dusun/ larik, benda pusaka yang disimpan itu jenisnya beragam antara lain Keris,Tombak,Tanduk dan Ruas Bambu beraksara Incung, Pedang, Al Qur’an tulisan tangan, Bendera Perang, Piagam Cap Raja ,manik manik dan sebagainya.

Setiap benda benda pusaka itu mengandung maksud tertentu, seperti hubungan geneologis antara masyarakat adat di daerah Kerinci, bahkan hubungan masyarakat Kerinci dengan masyarakat diluar daerah Kerinci. di luhah Datuk Singarapi putih Sungai Penuh terdapat sebuah peti yang dinamai “Peti Bergiwang” dan benda benda budaya pening-galan abad ke XIII

Benda budaya lain yang masih disimpan adalah cap Raja raja atau Stempel yang terdapat pada piagam depati - depati di Kerinci,pada naskah piagam aksara Arab- Melayu, umumnya piagam piagam ke depatian itu dikeluarkan oleh Raja Jambi,akan tetapi ada juga Cap Piagam yang dikeluarkan oleh Sultan Indrapura Minangkabau. Piagam Sultan Jambi ini berisikan pengakuan Sultan Jambi terhadap kedaulatan Depati-Depati di alam Kerinci, piagam di tulis pada masa pemerintahan kerajaan Jambi dibawah Sultan Sri Ingalogo ( 1665 – 1690 ).

(19)

29

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci masyarakat yang mendiami daerah alam Kerinci pada masa Kesultanan Jambi,dengan adanya piagam ini membuktikan bahwa orang Kerinci pada masa lalu telah menjalin hubungan diplomatik dan persahabatan yang baik dengan Kerajaan Jambi dan Kerajaan Inderapura di Minangkabau, pada periode itu alam Kerinci berada dibawah Pemerintahan Depati Empat Pemangku Lima Manti Rang Empat Delapan Helai kain

Di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci terdapat bedug (tabuh ) antara lain Tabuh Sigeger Bumi dan Tabuh Larangan. Tabuh Sigeger Bumi mempunyai panjang 6 m dan diameter 0,8 m. Bedug yang terbuat dari batang kayu utuh ini pada sisi belakangnya dihias dengan motif geometris, sulur-suluran, dan tumpal. Bedug ini diletakkan di atas bale-bale yang tiangnya mempunyai hiasan yang sama. Bedug tersebut berangka tahun 1901. Tabuh Larangan mempunyai panjang 3,15 m dan diameter 0,7 m. Bedug ini juga diletakkan di atas bale-bale. Bagian belakang bedug dihias dengan motif tumpal., Beduk/Tabuh Larangan juga terdapat di daerah Rawang, Siulak,Pondok Tinggi, Kemantan, Kubang.

A.

Masjid Agung Pondok Tinggi

Masjid Agung Pondok Tinggi terletak di Kelurahan Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada pada koordinat 01º04’15” LS dan 101º01’32” BT. Masjid Agung Pondok Tinggi merupakan salah satu masjid kuno dengan arsitektur khas nusantara, beratap tumpang dan berkontruksi kayu. Demikian halnya pada interior masjid berupa dinding-dinding dan tiang kayu yang didominasi dengan ukiran khas Kerinci, motif sulur-suluran, hiasan geometris, dan pada bagian lain dinding juga terdapat ukiran terawangan yang juga berfungsi sebagai fentilasi udara. Di dalam masjid juga tersimpan sebuah bedug larangan yang cukup panjang lebih dari 5 meter. menurut adat masyara-kat Kerinci fungsinya adalah dibunyikan sebagai sarana komunikasi untuk berkumpul atau menandai peristiwa tertentu.

(20)

30

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

dan bintang. Dinding masjid terbuat dari kayu dan dihias dengan ukiran motif flora dan mempunyai kisi-kisi yang berfungsi sebagai ventilasi. Pada setiap sudut dinding terdapat hiasan motif sulur-suluran. Sedangk lantai masjid terbuat dari ubin.

Seniman dan Pemangku adat wilayah adat Pondok Tinggi Kota Sungai Penuh Depati Satmar Lendan, mengungkapkan Masjid ini mem-punyai 2 buah pintu masuk berdaun ganda yang berhiaskan ukiran motif tumpal dan sulur-suluran. Di dalam masjid terdapat 36 buah tiang kayu berbentuk segi delapan dan berhiaskan ukiran motif tumpal dan sulur-suluran.Tiang-tiang tersebut dikelompokkan menjadi 3, yakni kelompok 1 terdiri atas 4 buah tiang berdiameter 0,90 m yang terletak di tengah-tengah ruang utama masjid. Kelompok 2 terdiri atas 8 buah tiang berdiameter 0,65 m yang mengelilingi tiang kelompok 1. Kelompok 3 terdiri atas 24 buah tiang berdiameter 0,65 m yang mengelilingi tiang kelompok 2. Mihrab masjid terletak di sebelah barat, berdenah persegi panjang dengan ukuran 3,10 x 2,40 m. Pada bagian depan mihrab ter-dapat bentuk lengkung yang dihias dengan ukiran motif geometris dan sulur-suluran, serta tempelan tegel keramik.Keunikan lain dari masjid ini adalah tempat muadzin mengumandangkan adzan terletak di atas tiang utama masjid. Untuk mencapainya dihubungkan dengan tangga berukir motif sulur-suluran dan diakhiri sebuah panggung kecil berbentuk bujur sangkar yang berukuran 2,60 x 2,60 m dikelilingi pagar berhias ukiran motif flora. Panggung kecil inilah yang merupakan tempat muadzin berdiri dan mengumandangkan adzan. Sedangkan bagian mimbar masjid berukuran 2,40 x 2,80 m, dihias dengan ukiran motif sulur-suluran dan atap berbentuk kubah.

(21)

31

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci mesjid Agung di wilayah adar Pondok Tinggi, saat itu Wakil Presiden RI menyarankan agar mesjid ini dibiarkan dalam bentuk konstruksi asli dan jangan diberi loteng dengan tujuan dimasa mendatang mesjid ini akan dijadikan objek penelitian bagi generasi generasi dimasa yang akan datang.,berdasarkan fakta sejarah nama Mesjid Agung Pondok Tinggi ini pemakaian namanya diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Drs.H.Muhamad Hatta.

Berdasarkan catatan (Satmar Lendan,Depati) Mesjid Agung Pondok Tinggi didirikan pada hari Minggu tanggal 1 Juni 1874, jauh sebelum kedatangan penjajah Belanda ke Kerinci tahun 1903.Sejak didirikan tahun 1874 sampai dengan tahun 1890, Mesjid ini telah dimanfatkan ma-syarakat sebagai tempat beribadah dan kegiatan keagamaan walaupun pada saat itu kondisi mesjid masih sangat sederhana berdinding bambu, Mesjid ini dibangun secara swadaya/gotong royong warga Pondok Tinggi yang saat itun jumlah warga hanya 90 KK, namun semangat gotong royong dan rasa kekeluargaan masih sangat kental, hal ini dibuktikan seluruh ramuan/bahan bangunan kayu diusahakan secara bersama,dan pada saat itu ramuan kayu gelondongan untuk bahan bangunan mesjid ditarik secara bersama sama dengan menggunakan tali yang berasal dari Rotan Manau, kegiatan menarik ramuan kayu kayu tersebut oleh masyarakat disebut “ Naheik Pamau”

(22)

32

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

kapanjang, samban puaing, samban umbu penyelang, dengan sayur ‘Cekehaa anyang daun Sapilo mudea” dan gulai Kalado“. Semua jenis masakan tersebut hanya terdapat di alam Kerinci.

Pada tiang tiang,alang dan dinding terdapat ukiran ukiran yang pengerjaannya dilakukan oleh ahli ukir dari masyarakat setempat.Tokoh tokoh yang ikut mengagagas pembangunan Mesjid tersebut antara lain H.Ridho dari Rio Mendaro, H.Sudin dari Rio Senggaro, H.Thalib dari Rio Pati dan H.Rajo Saleh dari Rio Temenggung, khusus untuk Desaian digunakan Desain yang dibuat oleh H.Ridho dari Rio Mendaro.

MasjidKuno (Masjid Agung) pondok Tinggi Sungai Penuh

Hingga saat ini Bangunan Mesjid Agung Pondok Tinggi masih berdiri kokoh dan ang-gun dan masih dimanfaatkan untuk kegiatan kegiatan Ibadah dan kegiatan peringatan hari hari besar ke agamaan

B.

Masjid Keramat Pulau Tengah

Masjid Keramat Kot Tuo Pulau Ten-gah terletak di wilayah Kecamatan Kelil-ing Danau Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi,melihat arsitektur dan corak spesifik yang ada di dalam bangunan inti Masjid merupakan masjid Kuno tertua yang ada di bumi Alam Kerinci

(Potret tiang utama Masjid Kuno (Masjid Keramat)

(23)

33

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci Secara astronomis berada pada koordinat 02º59’51.89” LS dan 102º27’42.16” BT. Bedasarkan sumber dari orang Belanda (1895) me-Bedasarkan sumber dari orang Belanda (1895) me-nyebutkan, bahwa masjid ini merupakan salah satu masjid tertua dan berasitektur termegah dan unik di Kerinci. Berkontruksi kayu dengan atap berbentuk tumpang serta interiornya didominasi bahan kayu yang diukir dengan hiasan sulur-suluran dan geometris. Seiring dengan per-jalanan waktu pada tahun 1926, lantai masjid diganti dengan semen, sedang atap ijuk diganti dengan seng. Atap masjid berbentuk tumpangtap masjid berbentuk tumpang tiga masih bertahan hingga saat ini, dengan puncak berupa mustika berbentuk bawang. Secara keseluruhan denah masjid, bujur sangkar berukuran 27 x 27 m dengan masing-masing sisi dibatasi oleh dinding, baik yang masih berupa kayu maupun yang sudah diganti dengan tembok. Dinding bagian timur terbuat dari tembok, selebihnya masih terbuat dari kayu. Dinding tembok berhias tempelan ubin keramik, dan baluster kayu yang berfungsi sebagai ventilasi. Sedangkan dinding yang masih terbuat dari kayu, setiap sudut terdapat hiasan sulur-suluran.

Sebelum memasuki ruang masjid terdapat tangga dihias dengan tempelan tegel keramik. Pintunya sendiri berjumlah 2 buah, berdaun ganda berukir motif geometris dan tempelan tegel keramik. Mema-suki ke ruang dalam, secara umum kontruksi masjid ditopang oleh 25 buahtiang kayu yang berbentuk segi delapan dan berhias ukiran motif tumpal. Satu buah tiang saka guru yang dikelilingi oleh 2 kelompok tiang yang masing-masing berjumlah 4 dan 20 buah tiang. Tiang saka guruguru tersebut pada tahun 1927-1928 mulai mengalami perubahan, diberiahun 1927-1928 mulai mengalami perubahan, diberi lapisan semen setinggi 4,5 m dan dihias dengan keramik bermotif flora dan geometris. Namun tempat adzan yang berada di atas tiang utamaempat adzan yang berada di atas tiang utama tetap dipertahankan, tempat muadzinnya sendiri mirip sebuah pang-gung kecil, bagian tepi terdapat pagar keliling yang berhiaskan ukiran motif sulur-suluran.

(24)

34

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

dengan ukiran motif sulur-suluran, tempelan tegel keramik, dan pada sisi luar atapnya berbentuk kubah berpuncak mustaka.

(Arsitektur Masjid Keramat Pulau Tengah tanpa menggunakan Paku)

C.

Masjid Kuno Lempur Tengah

Drs.H. Dasra, MTP,Depati, Tokoh Masyarakat Kecamatan Gunung Raya (Mantan Sekda Kerinci,27:4:2012 ) menyebutkan Masjid Kuno Lempur Tengah terletak di Desa Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada pada koordinat 02º14’51.89” LS dan 101º32’42.16” BT. Masjid ini dibangun pada abad ke-19 M, kemudian sejak tahun 1940 sudah tidak difungsikanejak tahun 1940 sudah tidak difungsikan lagi karena masyarakat telah membangun masjid yang lebih besar. Mas-jid Kuno Lempur Tengah sangat unik, dan termasuk masMas-jid kayu yang dianggap masih utuh. Sebagaimana layaknya bangunan kayu di Kerinci, arsitektur bangunan termasuk kategori rumah panggung. Hal ini tampak pada bagian lantai terbuat dari susunan papan kayu, meskipun bagian kolong telah ditutup dengan dinding bata.

(25)

35

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci 12 tiang kayu berbentuk segi delapan. Empat buah tiang saka guru berpahat motif tumpal, sulur-suluran, dan tali, sedang delapan buah tiang saka rawa.

( salah satu bagian masjid Kuno di Lempur Kecamatan Gunung Raya Kerinci)

D.

Masjid Kuno Lempur Mudik

Masjid Kuno Lempur Mudik terletak di Desa Lempur Mudik, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada pada koordinat 01º15’22” LS dan 101º32’34.45” BT. Masjid ini dibangun pada abad ke-19 M, seperti halnya masjid kuno Masjid ini dibangun pada abad ke-19 M, seperti halnya masjid kuno Lempur Tengah, demikian pula Masjid Kuno Lempur Mudik sejak tahun 1931 sudah tidak difungsikan dan tergantikan dengan masjid baru yang lebih besar dan luas. Semula masjid ini terbuat dari kayu dan beratap ijuk, namun sekarang telah diubah menjadi bangunan semi permanen dengan lantai semen dan beratap seng. Masjid Kuno Lempur MudikMasjid Kuno Lempur Mudik memiliki atap berbentuk tumpang 2, pada bagian kemuncak berbentuk bulan sabit dan bintang.

(26)

36

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

yaitu ukiran terawangan sulur gelung yang ditempatkan pada keempat sudut dinding bangunan. Kekhasan Masjid Lempur Mudik yang mem-punyai kesamaan dengan masjid-masjid kuno di Kerinci, yaitu adanya tempat muadzin mengumandangkan adzan yang berupa panggung kecil dan terletak menempel tiang saka guru.

E.

Mesjid Raya Rawang

Di kecamatan Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh (Drs. H.Juharman,M.PdI) terdapat sebuah mesjid dengan arsitektur modern perpaduan arsitektur Eropa dan Persia, sebelumnya mesjid ini meru-pakan sarana ibadah mesjid arsitektur khas kerinci, dan pada tahun 1938 mesjid yang sederhana itu dibangun permanent dengan arsitek :Angku Lunak”,mesjid ini merupakan salah satu mesjid permanent yang diban-gun pada masa kolonial Belanda masih bercokol di bumi alam Kerinci, bangunan mesjid memiliki 8 tiang utama sebagai lambang Depati IV delapan Helai Kain,sejak masa lalu mesjid ini juga dimanfaatkan untuk tempat permusyawaratan dan pengajian ilmu ilmu Tauhid,.

Arisetektur bangunan “Mesjid Raya Rawang”merupakan mesjid paling megah pada zamannya dan menjadi kebanggaan masyarakat alam Kerinci, mesjid ini dibangun secara swadaya oleh masyarakat se “Hamparan Rawang” dan hingga saat ini kondisi bangunan mesjid meski pernah digoyang gempa dahsyat tahun 1995 namun hingga saat ini masih berdiri kokoh dan masih dimanfaatkan untuk kegiatan ibadah dan kegiatan sosial keagamaan bagi masyarakat Rawang.

Hasil pemantauan penulis di lapangan terlihat puluhan peningga-lan kebudayaan masa lampau yang tersebar di seantero alam Kerinci kurang mendapatkan perawatan dan perhatian dari Pemerintah daerah, diantara peninggalan kebudayaan yang mulai mengalami kepunahan adalah masjid tua di desa Tarutung Kecamatan Batang Merangin, rumah rumah tua dan bilik bilik padi di dalam “laheik Jajou” dalam Kota Sungai Penuh, desa Seleman, desa Tanjung Tanah dan hampir di seluruh dusun dalam Kabupaten Kerinci termasuk berbagai situs kebudayaan belum mendapat perhatian yang serius dan instansi tekhnis terkait.

(27)

37

Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci telah menjadi kenangan masa lalu, sementara masjid tua di desa Tarutung nyaris rubuh. Bangunan ibadah yang bersejarah yang merupakan sisa sisa peradaban masa lalu luluh lantak dihancurkan, dilain pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh seakan akan melakukan proses pembiaran, kurangnya pemahaman dan minimnya penyuluhan dan rendahnya kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintah daerah yang mengelola sektor kebudayaan dan Pariwisata di alam Kerinci (Kerinci dan Sungai Penuh) merupakan faktor utama yang mempercepat proses pemusnahan benda benda budaya.

Hardizal, S.Sos, Anggota DPRD Kota Sungai Penuh menyebutkan, Alam Kerinci merupakan “Musium Alam “ terbesar di dunia, ham-pir disetiap penjuru alam Kerinci baik di Kerinci Tinggi maupun di Kerinci Rendah menyimpan berbagai jenis artefak zaman Prasejarah maupun zaman sejarah, hampir di seluruh dusun ” Negeri / Neghoi ” terdapat peninggalan budaya seperti Aksara Incung yang di tulis pada media tanduk Kerbau, tanduk Kambing, Kertas daluang, Keris, Pedang,tombak,piagam piagam.dll.

Puluhan peninggalan artefak seperti situs situs batu silindrik, masjid masjid kuno, umah rumah tua, menhir, pundan berundak dan ratusan peninggalan peninggalan kebudayaan masa lampau tersebar di alam ter-buka dan sebagian masih tersimpan di perut bumi .”Ranou Alam Kincai”. Dari sekian banyak peningalan kebudayaan itu beberapa diantaranya ”Raib” dibawa para makelar dan pemburu barang barang antik, ironiya sejumlah barang barang hasil peninggalan Kebudayaan alam Kerinci itu ada yang dikoleksi sejumlah Kolektor di sejumlah daerah di Nusantara dan di Negara tetangga seperti Malaysia.

Kedepan untuk menyelamatkan asset kesejarahan dan benda benda kebudayaan Alam Kerinci, sudah sepatutnya Pemerintah Propinsi Jambi, Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Kota Sungai Penuh membangun “Gedung Musium Sejarah,Kebudayaan dan Perjuangan “rakyat alam Kerinci.

(28)

38

Peradabatan Manusia Suku Kerinci

alam dan peradaban suku Kerinci telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat alam Kerinci, bahkan hingga saat ini hasil bumi alam Kerinci seperti Casiavera, Kopi dan Teh yang dihasilkan oleh kebun Kayu Aro merupakan Primadona eksport yang dihasilkan dari alam Kerinci

Referensi

Dokumen terkait