Fungsi Pengadilan Negeri Dalam Penerapan Hak Derivatif Sesuai Dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas
Fauziah Lubis
Program Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Lahirnya undang-undang Nomor 1 tahun 1995 yang banyak melakukan terobosan-terobosan yang diantaranya yaitu diambil alihnya secara bulat-bulat konsepsi-konsepsi hukum perseroan yang berasal dari Negara yang menganut sistem hukum yang berbeda dengan sistem yang dianut oleh Indonesia atau dari sistem Hukum anglo saxon ke sistem Eropah continental. Perubahan yang terjadi pada hukum materiil ini sangat berpengaruh besar pada hukum formil karena tugas Hakim adalah menempatkan suatu kondisi yang terjadi sesuai dengan hukum yang berlaku dengan dasar kebenaran dan keadilan bagi semua pihak. Perlindungan hukum bagi pihak yang lemah terutama para pemegang saham minoritas diberikan seluas-luasnya oleh Negara melalui Pengadilan. Hak-hak yang diberikan dalam bentuk pengajuan gugatan dan atau permohonan kepada pengadilan yang pada akhirnya dimintakan putusan dan atau Penetapan Pengadilan agar hak yang dilanggar atas kesewenang-wenangan pemegang saham mayoritas dapat dikendalikan pada kondisi sedia kata atau sesuai dengan UUPT dan Anggaran Dasar Perseroan. Namun Penerapan ketentuan-ketentuan yang ada dalam undang-undang Nomor 1 tahun 1995 dalam praktek, menimbulkan masalah karena adanya ketentuan-ketentuan yang bertentangan atau tidak dikenal dalam hukum acara perdata pada umumnya. Untuk mencegah timbulnya penafsiran yang bermacam-macam dari penegak hukum (Pengadilan = Hakim) dalam menerapkan ketentuan tersebut maka diperlukan ketentuan yang tegas dari Pengadilan itu sendiri untuk merumuskan tata cara dan tata tertib persidangan bagi perkara-perkara yang berkaitan dengan pengelolaan Perseroan. Sehingga pada akhirya, Pengadilan dapat memberikan kepastian hukum dan efektifitas undang-undang Nomor 1 tahun 1995 dapat terwujud. Perubahan yang mendasar terutama adalah adanya subjek hukum lainnya (Pemegang Saham Minoritas) yang dapat mewakili Perseroan sebagai Badan Hukum untuk mengajukan gugatan derivatif ke Pengadilan, karena selama ini hanya dikenal bahwa Direksilah yang bertindak sebagai subjek hukum beracara dimuka Pengadilan. namun dalam undang-undang Nomor 1 tahun 1995 ada subjek hukum lainnya yaitu pemegang saham minoritas. Perubahan lainnya yaitu bahwa bentuk permohonan yang dikenal selama ini adalah bersifat Volunter (tidak ada lawan) dan penetapan yang dikeluarkan amarnya disebut sebagai Constitutif Vonnis, namun dalam undang-undang nomor 1 tahun 1995 ini hasil dari permohonan derivatif dari pemegang saham minoritas. Pengadilan menjatuhkan atau mengeluarkan Condemnator Vonis. Perubahan-perubahan ini harus benar-benar dicermati oleh Hakim dalam memeriksa dan menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan pengelolaan perseroan agar sesuai dengan undang-undang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar Perseroan dan fungsi Pengadilan sesuai dengan ketentuan undang-undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kehakiman, maka untuk itu penulis menganalisis putusan dan penetapan gugatan dan permohonan derivatif dari pemegang saham minoritas di Pengadilan Negeri Jakarta Utara Kata Kunci : 1. Fungsi Pengadilan Negeri