Lampiran 2. Produksi Petani Kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat No.
Responden
Luas Lahan
(Ha) Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan (Rp)
1 1 2000 15.000 30.000.000
2 4 12000 15.000 180.000.000
3 2 5000 8.000 40.000.000
4 3 9000 15.000 135.000.000
5 0.2 500 15.000 7.500.000
6 4 10000 15.000 150.000.000
7 1 2500 15.000 37.500.000
8 1.5 3000 8.000 24000.000
9 1 2500 12.000 30.000.000
10 2.3 5750 15.000 86.250.000
11 0.4 1000 8.000 8.000.000
12 1 1500 15.000 22.500.000
13 0.8 1200 12.000 14.400.000
14 0.2 200 12.000 2.400.000
15 1.5 2250 15.000 33.750.000
16 0.2 500 15.000 7.500.000
17 0.2 400 12.000 4.800.000
18 0.4 600 8.000 4.800.000
19 1 3000 8.000 24.000.000
20 0.4 1000 8.000 8.000.000
21 4 8500 12.000 102.000.000
Lampiran 2. Produksi Petani Kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat No.
Responden
Luas Lahan
(Ha) Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan (Rp)
23 1.5 3000 12.000 36.000.000
24 0.88 1760 8.000 14.080.000
25 1 3000 12.000 36.000.000
26 3 7500 12.000 90.000.000
27 1.5 3750 8.000 30.000.000
28 1 1000 15.000 15.000.000
29 1.5 3000 8.000 24.000.000
30 1 1500 15.000 22.500.000
Jumlah 100660 1.249.980.000
Rata-Rata/Petani 3355,33 11.866 41.666.000
Rata-Rata/Ha 2342,02 29.082.829
*Keterangan : Tingkat Produksi Kumulatif = 100660 Kg 42.98 Ha
Lampiran 3. Jumlah Dan Biaya Bibit Petani Kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan) No.
Responden
Luas Lahan
(Ha) Varietas
Jumlah Bibit (Kg)
Harga Bibit
(Rp/Kg) Total Biaya (Rp)
23 1.5 Willis 75 12.000 900.000
24 0.88 Grobokan 44 8.000 352.000
25 1 Grobokan 50 12.000 600.000
26 3 Grobokan 75 12.000 900.000
27 1.5 Grobokan 113 8.000 904.000
28 1 Willis 25 15.000 375.000
29 1.5 Willis 37.5 8.000 300.000
30 1 Willis 40 15.000 600.000
Jumlah 1905,5 22.658.000
Rata-Rata/Petani 63,52 11.867 755.267
Lampiran 4. Jumlah Dan Biaya Pemupukan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)
No. Respoden
Luas Lahan
(Ha)
Jumlah (Kg)
Total Harga (Rp)
23 1.5 209 982.500
24 0.88 1135.8 1.058.000
25 1 2153.2 780.000
26 3 3539 3.566.000
27 1.5 1229.8 1.640.000
28 1 142.5 570.000
29 1.5 264 1.105.000
30 1 142.6 645.000
Jumlah 41338,34 35.732.700
Rata-Rata/Petani 1377,94 1.191.090
Lampiran 5. Jumlah Dan Biaya Pestisida Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Smart Round Up Dursban Virtacho
Lampiran 5. Jumlah Dan Biaya Pestisida Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Smart Round Up Dursban Virtacho
Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan
Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)
No. Responden
Luas Lahan (Ha)
Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan
TKDK TKLK Jumlah
(HKP) Upah (Rp) TKDK TKLK
Jumlah
(HKP) Upah (Rp) TKDK TKLK
Jumlah
(HKP) Upah (Rp)
23 1.5 0 7 7 490.000 0 15 13 1.050.000 1 0 1 50.000
24 0.88 1.8 0 1.8 140.000 1.8 0 1.8 140.000 1.8 0 1.8 100.000
25 1 0 6 6 420.000 0 5 5 350.000 4 0 4 200.000
26 3 0 10 10 700.000 0 15 14 1.050.000 0 10.4 10.4 600.000
27 1.5 1 2 3 210.000 0 10 9.2 700.000 2 0 2 100.000
28 1 1 3 4 280.000 3.8 0 3.8 280.000 1.8 0 1.8 100.000
29 1.5 0 6 6 420.000 0 7 6 490.000 2 0 2 100.000
30 1 0 4 4 280.000 0 5 4.4 350.000 1.8 0 1.8 100.000
Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten
Pengendalian hama dan Penyakit Panen dan Pasca Panen
Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, .Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Pengendalian hama dan Penyakit Panen Dan Pascapanen
Lampiran 7. Rekapitulasi Total Biaya Variabel Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Lampiran 7. Rekapitulasi Total Biaya Variabel Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Total Biaya Variabel (Rp) Biaya Bibit
Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat No.
Luas Lahan
(Ha)
Cangkul Garu Sabit/Arit
Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Cangkul Garu Sabit/Arit
Jumlah
*Keterangan : - Penyusutan alat dihitung dengan metode : (Jumlah Alat x Harga Alat Umur Pakai (Tahun)
Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Parang Sprayer Thresher
Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan) No.
Luas Lahan
(Ha)
Parang Sprayer Thresher
Jumlah
*Keterangan : - Penyusutan alat dihitung dengan metode : (Jumlah Alat x Harga Alat Umur Pakai (Tahun)
Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Mesin Babat Handtraktor
Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Mesin Babat Handtraktor
Total Biaya Penyusutan (Rp) Jumlah
*Keterangan : - Penyusutan alat dihitung dengan metode : (Jumlah Alat x Harga Alat Umur Pakai (Tahun)
Lampiran 9. Rekapitulasi Total Biaya Tetap Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten
Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Sewa Lahan (Rp) Penyusutan (Rp)
Lampiran 9. Rekapitulasi Total Biaya Tetap Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)
No. Responden
Luas Lahan
(Ha)
Biaya Tetap
Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Sewa Lahan (Rp) Biaya Penyusutan (Rp)
23 1.5 2.250.000 125.167 2.375.167
24 0.88 1.320.000 173.150 1.493.150
25 1 1.500.000 265.667 1.765.667
26 3 4.500.000 216.500 4.716.500
27 1.5 2.250.000 136.950 2.386.950
28 1 1.500.000 86.500 1.586.500
29 1.5 2.250.000 100.300 2.350.300
30 1 1.500.000 112.633 1.612.633
Jumlah 64.470.000 7.571.200 72.041.200
Rata-Rata/Petani 2.149.000 252.373 2.401.373
Lampiran 10. Total Biaya Petani Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)
Lampiran 10. Total Biaya Petani Kedelai di Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan) No.
Responden
Luas Lahan
(Ha) Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)
23 1.5 7.741.000 2.375.167 104.101.667
24 0.88 3.848.000 1.493.150 5.394.150
25 1 5.478.000 1.765.667 73.836.667
26 3 14.251.000 4.716.500 19.327.500
27 1.5 6.733.500 2.386.950 9.218.450
28 1 3.981.000 1.586.500 5.661.500
29 1.5 6.287.500 2.350.300 8.847.800
30 1 4.516.000 1.612.633 6.250.633
Jumlah 223.633.400 72.041.200 303.397.600
Rata-Rata/Petani 7.454.447 2.401.373 10.113.253
Lampiran 11. Total Biaya, Produksi, Penerimaan dan Pendapatan, Pendapatan Keluarga Petani Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
No. Responden
Luas Lahan
(Ha)
Produksi (Kg) Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Pendapatan Keluarga (Rp)
1 1 2000 30.000.000 6.194.500 23.805.500 23.955.500
2 4 12000 180.000.000 30.222.333 149.777.667 149.777.667
3 2 5000 40.000.000 16.048.300 23.951.700 23.951.700
4 3 9000 135.000.000 22.045.167 112.954.833 112.954.833
5 0.2 500 7.500.000 1.842.817 5.657.183 6.322.183
6 4 10000 150.000.000 30.021.667 119.978.333 119.978.333
Lampiran 11. Total Biaya, Produksi, Penerimaan dan Pendapatan, Pendapatan Keluarga Petani Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)
No. Responden
Luas Lahan
(Ha)
Produksi (Kg) Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Pendapatan Keluarga (Rp)
23 1.5 3000 36.000.000 10.410.167 25.589.833 25.639.833
24 0.88 1760 14.080.000 5.394.150 8.685.850 9.285.850
25 1 3000 36.000.000 73.836.667 28.616.333 28.816.333
26 3 7500 90.000.000 19.327.500 70.672.500 70.672.500
27 1.5 3750 30.000.000 9.218.450 20.781.550 20.951.550
28 1 1000 15.000.000 5.661.500 9.338.500 9.788.500
29 1.5 3000 24.000.000 8.847.800 15.152.200 15.252.200
30 1 1500 22.500.000 6.250.633 16.249.367 16.349.367
Jumlah 100660 1.249.980.000 303.397.600 946.582.400 954.692.400
Rata-Rata/Petani 3355,33 41.666.000 10.113.253 31.552.747 31.823.080
Lampiran 12. Hasil SPSS Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas (Sig > 0,05)
Autokorelasi (DW
Multikolineritas (Tolerance > 0,100, VIF < 10
Lampiran 13. Hasil Output Efisiensi Teknik Menggunakan Software Frontier 4.1c Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)
instruction file = terminal
data file = efisiensi teknis.txt
Error Components Frontier (see B&C 1992) The model is a production function
The dependent variable is logged the ols estimates are :
coefficient standard-error t-ratio sigma-squared 0.40291002E-01
log likelihood function = 0.89534045E+01 the estimates after the grid search were : beta 0 0.58286565E+01 sigma-squared 0.81558425E-01 gamma 0.95000000E+00 mu is restricted to be zero eta is restricted to be zero
iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.12019317E+02
0.58286565E+01 0.60707393E+00 0.36580946E-01 0.15528133E+00 0.10918096E+00 0.20867464E+00 0.81558425E-01 0.95000000E+00
gradient step
iteration = 5 func evals = 41 llf = 0.14165415E+02
0.58544299E+01 0.57512464E+00 0.41129988E-01 0.15363438E+00 0.90196231E-01 0.20108769E+00 0.70133874E-01 0.98651022E+00
iteration = 10 func evals = 60 llf = 0.15699250E+02
0.61548833E+01 0.65055118E+00 0.38533862E-01 0.14292752E+00 0.64344143E-01 0.15222925E+00 0.68943092E-01 0.99999999E+00
pt better than entering pt cannot be found
iteration = 14 func evals = 101 llf = 0.17091136E+02
0.62361937E+01 0.68725067E+00 0.15082351E-01 0.15403587E+00 0.67538518E-01 0.12728019E+00 0.68844300E-01 0.99999999E+00
the final mle estimates are :
beta 0 0.62361937E+01 0.35577672E+00 0.17528391E+02 sigma-squared 0.68844300E-01 0.13389386E-01 0.51417071E+01 gamma 0.99999999E+00 0.15517054E-03 0.64445220E+04 mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
log likelihood function = 0.17091136E+02 LR test of the one-sided error = 0.16275462E+02 with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution] number of iterations = 14
(maximum number of iterations set at : 100) number of cross-sections = 30
number of time periods = 1 total number of observations = 30 thus there are: 0 obsns not in the panel covariance matrix :
0.12657708E+00 0.41621915E-01 -0.23775556E-01 0.85053282E-02 -0.60446277E-03 -0.29562317E-01 -0.37311939E-02 -0.30369565E-05
0.41621915E-01 0.17951961E-01 -0.82003441E-02 0.40155469E-02 -0.26640138E-02 -0.10783508E-01 -0.12686729E-02 -0.15514634E-05
-0.23775556E-01 -0.82003441E-02 0.68370164E-02 -0.25205998E-02 -0.15028918E-02 0.55915356E-02 0.67303205E-03 0.97909665E-06
0.85053282E-02 0.40155469E-02 -0.25205998E-02 0.12693470E-02 0.21483750E-04 -0.24463455E-02 -0.26891178E-03 -0.40309120E-06
-0.60446277E-03 -0.26640138E-02 -0.15028918E-02 0.21483750E-04 0.36520629E-02 0.12433257E-03 0.10180059E-03 -0.23496085E-06
-0.29562317E-01 -0.10783508E-01 0.55915356E-02 -0.24463455E-02 0.12433257E-03 0.78831002E-02 0.87255171E-03 0.93349376E-06
-0.37311939E-02 -0.12686729E-02 0.67303205E-03 -0.26891178E-03 0.10180059E-03 0.87255171E-03 0.17927565E-03 0.79661835E-07
-0.30369565E-05 -0.15514634E-05 0.97909665E-06 -0.40309120E-06 -0.23496085E-06 0.93349376E-06 0.79661835E-07 0.24077898E-07
7 0.84578898E+00 8 0.92542823E+00 9 0.86909617E+00 10 0.86375744E+00 11 0.97185924E+00 12 0.77999786E+00 13 0.75819490E+00 14 0.39416674E+00 15 0.80079258E+00 16 0.96262314E+00 17 0.76418842E+00 18 0.63069822E+00 19 0.84215818E+00 20 0.93335199E+00 21 0.76505490E+00 22 0.80654861E+00 23 0.95665158E+00 24 0.77452226E+00 25 0.98628087E+00 26 0.89844834E+00 27 0.98160532E+00 28 0.53251006E+00 29 0.99982914E+00 30 0.85193191E+00
Lampiran 14. Hasil Output Efisiensi Harga Menggunakan Software Frontier 4.1c instruction file = terminal
data file = efisiensi harga.txt
Error Components Frontier (see B&C 1992) The model is a cost function
The dependent variable is logged
the ols estimates are :
coefficient standard-error t-ratio sigma-squared 0.13262682E+00
log likelihood function = -0.89177625E+01
the estimates after the grid search were :
beta 0 0.12626434E+01 sigma-squared 0.22497923E+00 gamma 0.83000000E+00
0.12626434E+01 0.94887515E+00 0.33239170E+00 0.19398987E+00-0.14499379E-01 -0.32026797E+00 0.22497923E+00 0.83000000E+00
gradient step
iteration = 5 func evals = 56 llf = -0.82409001E+01
0.53974251E+00 0.83960540E+00 0.34175059E+00 0.71302809E-01 0.21242479E-01 -0.10288933E+00 0.23385726E+00 0.87595063E+00
0.53835047E+00 0.83884416E+00 0.34199854E+00 0.70991755E-01 0.20657572E-01 -0.10174789E+00 0.23431797E+00 0.87725377E+00
iteration = 15 func evals = 100 llf = -0.82370192E+01
0.53831760E+00 0.83882243E+00 0.34200561E+00 0.70982739E-01 0.20640963E-01 -0.10168443E+00 0.23433121E+00 0.87729124E+00
iteration = 20 func evals = 124 llf = -0.82368733E+01
0.53823819E+00 0.83876979E+00 0.34202274E+00 0.70960883E-01 0.20600733E-01 -0.10162097E+00 0.23436329E+00 0.87738204E+00
iteration = 25 func evals = 145 llf = -0.82367289E+01
0.53820642E+00 0.83874858E+00 0.34202964E+00 0.70952071E-01 0.20584536E-01 -0.10155872E+00 0.23437621E+00 0.87741862E+00
iteration = 30 func evals = 169 llf = -0.82365862E+01
0.53812910E+00 0.83869681E+00 0.34204648E+00 0.70930545E-01 0.20544997E-01 -0.10149650E+00 0.23440777E+00 0.87750797E+00
iteration = 35 func evals = 190 llf = -0.82364449E+01
0.53809838E+00 0.83867610E+00 0.34205322E+00 0.70921927E-01 0.20529190E-01 -0.10143540E+00 0.23442041E+00 0.87754373E+00
iteration = 40 func evals = 214 llf = -0.82363052E+01
0.53802303E+00 0.83862516E+00 0.34206979E+00 0.70900714E-01 0.20490307E-01 -0.10137437E+00 0.23445148E+00 0.87763170E+00
iteration = 45 func evals = 235 llf = -0.82361668E+01
0.53799330E+00 0.83860493E+00 0.34207637E+00 0.70892279E-01 0.20474868E-01 -0.10131435E+00 0.23446383E+00 0.87766667E+00
iteration = 50 func evals = 259 llf = -0.82360299E+01
0.53791984E+00 0.83855478E+00 0.34209268E+00 0.70871362E-01 0.20436610E-01 -0.10125444E+00 0.23449445E+00 0.87775334E+00
iteration = 55 func evals = 280 llf = -0.82358943E+01
0.53789105E+00 0.83853499E+00 0.34209911E+00 0.70863101E-01 0.20421520E-01 -0.10119546E+00 0.23450654E+00 0.87778756E+00
iteration = 60 func evals = 304 llf = -0.82357601E+01
0.53781939E+00 0.83848559E+00 0.34211518E+00 0.70842467E-01 0.20383857E-01 -0.10113660E+00 0.23453671E+00 0.87787299E+00
iteration = 65 func evals = 325 llf = -0.82356271E+01
0.53779149E+00 0.83846623E+00 0.34212147E+00 0.70834371E-01 0.20369100E-01 -0.10107861E+00 0.23454855E+00 0.87790650E+00
iteration = 70 func evals = 349 llf = -0.82354955E+01
0.53772155E+00 0.83841754E+00 0.34213730E+00 0.70814006E-01 0.20332005E-01 -0.10102077E+00 0.23457830E+00 0.87799075E+00
iteration = 75 func evals = 370 llf = -0.82353650E+01
0.53769450E+00 0.83839859E+00 0.34214346E+00 0.70806067E-01 0.20317565E-01 -0.10096372E+00 0.23458990E+00 0.87802357E+00
iteration = 80 func evals = 394 llf = -0.82352358E+01
0.53762622E+00 0.83835059E+00 0.34215907E+00 0.70785959E-01 0.20281014E-01 -0.10090685E+00 0.23461925E+00 0.87810670E+00
0.53759997E+00 0.83833202E+00 0.34216510E+00 0.70778170E-01 0.20266876E-01 -0.10085071E+00 0.23463062E+00 0.87813887E+00
iteration = 90 func evals = 439 llf = -0.82349810E+01
0.53753327E+00 0.83828468E+00 0.34218049E+00 0.70758308E-01 0.20230845E-01 -0.10079475E+00 0.23465959E+00 0.87822091E+00
iteration = 95 func evals = 460 llf = -0.82348553E+01
0.53750780E+00 0.83826648E+00 0.34218641E+00 0.70750664E-01 0.20216997E-01 -0.10073948E+00 0.23467074E+00 0.87825247E+00
maximum number of iterations reached
iteration = 100 func evals = 484 llf = -0.82347307E+01
0.53744262E+00 0.83821977E+00 0.34220159E+00 0.70731037E-01 0.20181466E-01 -0.10068441E+00 0.23469934E+00 0.87833347E+00
the final mle estimates are :
coefficient standard-error t-ratio sigma-squared 0.23469934E+00 0.14807273E+00 0.15850274E+01 gamma 0.87833347E+00 0.19485585E+00 0.45076063E+01 mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
log likelihood function = -0.82347555E+01 LR test of the one-sided error = 0.13660141E+01 with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution] number of iterations = 100
(maximum number of iterations set at : 100) number of cross-sections = 30
number of time periods = 1 total number of observations = 30 thus there are: 0 obsns not in the panel covariance matrix :
0.71798882E+01 0.11614384E+01 0.41877648E+00 0.39901322E+00 -0.79065327E+00
0.12022259E+01 0.73717858E+00 0.21461082E+01
0.11614384E+01 0.62913637E+00 0.83732398E01 0.33822338E+00 -0.28879772E+00
0.10289305E+00 0.64466978E-01 0.20140934E+00
0.41877648E+00 -0.83732398E-01 0.42931520E-01 0.67045240E-01 0.44658718E-01 -0.79681711E-01 -0.39137057E-01 -0.11685881E+00
0.12401910E+00 -0.88796786E-01 -0.19179561E+00
-0.79065327E+00 -0.28879772E+00 0.44658718E-01 -0.20412354E+00 0.18158836E+00
0.28901567E+00 0.19496248E+00 0.52474118E+00
0.12022259E+01 0.10289305E+00 -0.79681711E-01 0.12401910E+00 0.28901567E+00
0.44366842E+00 -0.16198750E+00 -0.50309932E+00
0.73717858E+00 0.64466978E-01 -0.39137057E-01 -0.88796786E-01 0.19496248E+00 -0.16198750E+00 0.21925534E-01 0.18359138E-01
0.21461082E+01 0.20140934E+00 -0.11685881E+00 -0.19179561E+00 0.52474118E+00
-0.50309932E+00 0.18359138E-01 0.37968804E-01 cost efficiency estimates :
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 1998. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Adisarwanto T. 2010. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Sebagai Upaya Untuk Mememnuhi Kebutuhan Di Dalam Negeri Dan Mengurangi Impor. [Catatan Penelitian]. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(4): 319-331.
Adiwilaga, A. 1992. Ilmu Usaha Tani. Cetakan Ke-Iii. Alumni. Bandung
Atman, Hosen N. 2008. Dukungan Teknologi Dan Kebijakan Dalam Pengembangan Tanaman Kedelai Di Sumatera Barat [Catatan Penelitian]. J Ilimiah Tambua. 7(3): 347-359.
Atman. 2009. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambua. Jakarta. Vol. Viii, No.1, Januari-April 2009. P. 39-45. Issn 1412-5838.
Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Utara Dalam Angka. Sumatera Utara
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/kilas-litbang/1816-upayapeningkatan- produksi-kedelai.html 2015
Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Budidaya Kedelai. Jakarta: Direktorat Kredit, Bpr Dan Umkm. Bank Indonesia. Senin, 23 Juni
2014.http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/50136021-7442-455a-8ed7-e91cc6c3c1 7/ 16 004/budidayakedelai2.pdf
Battese, G. E. 1992. Frontier Production Function And Technical Effeciency: A Survey Of Empirical Applications In Agricultural Economics. Journal Of Agricultural Economics, 7 (1) : 185-208.
Bilas, Richard A 1994. Teori Mikorekonomi. Jakarta :Erlangga
Badan Penelitian dan Pengembangan 2015. http://www.litbang.pertanian.go.id/ berita/ one/2116/
Farrel, M.J. 1957. The Measurement Of Productive Efficiency. Journal Of The Royal Statistical Society, Series A, Cxx, Part 3, 253-290.
Hiariey, Dkk. 2009. Efisiensi Perikanan Tangkap: Pendekatan Stochastic Production Frontier (Jurnal). Ichthyos, Vol. 8 No. 2, Juli 2009: 55-62
Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.
Kementerian Pertanian. 2002. http://www.pertanian.go.id/search, Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014, Jakarta.
Kumenaung, Anderson Guntur. 1994. Analisis Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Industri Komoditi Kedelai Di Indonesia [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 2002.
Kurniawan. Jurnal Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis Pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut Di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 2012. Kalimantan Selatan
Liputan 6. http://bisnis.liputan6.com/read/2017635/produksi-padi-makin-banyak-kedelai-jagung-justru-berkurang. 2013. Jakarta
Miller, Rogeer Lr, Meiners, 2000, Teori Ekonomi Intermediate, -Ed. 3.-, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate Dan Aplikasinya, Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Nicholson, Walter. 1991. Teori Ekonomi Mikro I, Terjemahan Deliarnov. Jakarta: Penerbit Rajawali.
Soekartawi, A, S.1990. Ilmu Usaha Tani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Dirjen pendidikan Tinggi. Departemen pendidikan Dan Kebudayaan. Cetakan Ke 3. Jakarta.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas Edisi 1. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Ui Press
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon Jl, Hardaker Jb. 1986. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Ui Press.
Soekartawi, 2002, Analisis Usaha Tani, Ui – Press, Jakarta.
Soekartawi, 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Subandi. 2007. Kesiapan Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Menuju Swasemada Kedelai. Makalah Pada Symposium Tanaman Pangan V. Bogor, 28-29 Agustus 2007. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman. Bogor.
Sudaryanto T, Swastika Dks. 2007. Ekonomi Kedelai Di Indonesia. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, Editor. Kedelai: Teknik Produksi Dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian Danpengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 1-27.
Suyamto Dan Widiarta, I Nyoman. 2010. Kebijakan Pengebangan Kedelai Nasional. Prosiding Simposium Dan Pameran Teknologi Aplikasi Isotop Dan Radiasi. Halaman 37 – 50. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Tasman, A. 2014. Pengukuran Efisiensi :Pendekatan Stochastic Frontiers. Pasca Sarjana – Mep Fe Universitas Jambi
Walpole Re. 1992. Pengantar Statistik. Ed Ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kecamatan Binjai,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dengan pertimbangan tertentu, yaitu karena
kecamatan ini merupakan kecamatan penghasil kedelai dengan rata-rata produksi
tertinggi diantara kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat seperti yang
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Tanaman Kedelai Menurut Kecamatan, Tahun 2013
No Kecamatan Luas Panen
Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka, BPS Kabupaten Langkat, Tahun 2014
Untuk lokasi desa penelitian ditentukan dengan metode yang sama yakni ditetapkan
di Desa Tanjung Jati, dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki jumlah produksi
tertinggi dari dua desa produsen kedelai yang ada di Kecamatan Binjai sebagaimana
Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kedelai Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Binjai (Ha), Tahun 2013
No Desa/Kelurahan Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
1 Tanjung Jati 94 154
2 Sidomulyo 0 0
3 Sendang Rejo 0 0
4 Sambirejo 0 0
5 Kwala Begumit 0 0
6 Perdamaian 0 0
7 Suka Makmur 3 5
Jumlah 97 159
Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka, BPS Kabupaten Langkat, Tahun 2014
3.2 Metode Penentuan Ukuran Sampel
Di Desa Tanjung Jati terdapat 4 kelompok tani, namun hanya 1 kelompok tani saja
yang menanam kedelai yaitu Kelompok Sinar Tani. Anggota kelompok tani ini
sebanyak 42 petani, namun hanya 30 diantaranya yang menanam kedelai. Oleh
karena populasi relatif sedikit, maka metode penentuan sampel digunakan dalam hal
ini adalah metode sensus, artinya semua populasi diambil menjadi sampel. Sampel
sebanyak 30 dipandang cukup dikarenakan untuk penelitian yang menggunakan
analisis statistik, ukuran sampel paling minimum 30. Disamping itu, objek penelitian
ini bersifat homogen. (Walpole, 1992)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden dengan
primer yang dikumpul menyangkut teknis berusahatani, biaya-biaya usahatani dari
pengolahan tanah sehingga pasca panen, pendapatan dan penerimaan usahatani
kedelai, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku
yang relevan dengan topik analisis pendapatan usahatani, studi literatur-literatur
berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan komoditas kedelai serta yang
terkait dengan analisis pendapatan usahatani. Selain itu, data sekunder juga diperoleh
dari artikel yang berasal dari media cetak dan elektronik (internet). Data sekunder
juga diperoleh dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, Dinas Pertanian Sumatera
Utara, dari Dinas Ketahanan Pangan Sumatera Utara dan dinas lain yang terkait
dengan keperluan data dalam penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis 1 yaitu dengan menggunakan metode deskriptif dengan
membandingkan tingkat produksi kedelai di lokasi penelitian dengan rata-rata
produksi kedelai tingkat nasional dan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Pertanian.
Untuk menguji hipotesis 2 yaitu dilakukan dengan beberapa tahap :
1. Analisis Usahatani Kedelai
Analisis penerimaan usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah penerimaan
penerimaan usahatani sebagai perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual, atau dapat dituliskan sebagai berikut:
TR = Y x Py
Keterangan:
TR = Penerimaan total usahatani (Rp/tahun)
Y = Total hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (kg/tahun)
Py = Harga jual produk y per unit (Rp/kg).
Analisis biaya usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam usahatani kedelai. Biaya usahatni juga dibedakan juga menjadi
dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya tetap tidak
dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh, misalnya biaya pajak tanah dan
penyusutan alat-alat pertanian, sedangkan jumlah biaya variabel sangat ditentukan
oleh jumlah produksi, misalnya biaya bibit kedelai, pupuk, pestisida, sewa alat
pertanian, sewa lahan, dan upah tenaga kerja baik luar keluarga maupun dalam
keluarga. Penentuan biaya tetap dan biaya variabel suatu pengeluaran tergantung
pada petani itu sendiri. Pengeluaran total (biaya total) merupakan jumlah dari
biaya tetap dan biaya variabel sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut
(Soekartawi 2002):
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TFC = Biaya tetap usahatani (Rp/tahun)
TVC = Biaya variabel usahatani (Rp/tahun).
Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan
usahatani kedelai. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara semua
penerimaan (revenue) dan biaya total, baik biaya total yang bersifat tunai maupun
tidak tunai, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut (Soekartawi 2002) :
∏ = TR – TC
Keterangan:
∏ = Pendapatan usahatani (Rp/tahun)
TR = Penerimaan total usahatani (Rp/tahun)
TC = Pengeluaran total usahatani (Rp/tahun).
Untuk pendapatan usahatani keluarga dihitung dengan rumus yang sama yaitu
total penerimaan dikurangi total biaya dimana total biaya yang tidak termasuk
biaya TKDK didalamnya.
2. Analisis Kelayakan Usahatani
Untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani kedelai digunakan analisis R/C
ratio, dengan rumus sebagai berikut:
R/C Ratio =
Total Biaya Total Penerimaan
Jika nilai R/C > 1, usahatani layak untuk diusahakan (menguntungkan)
Jika nilai R/C < 1, usahatani tidak layak untuk diusahakan (merugikan)
Jika nilai R/C = 1, usahatani impas (tidak untung tidak rugi)
Untuk menguji hipotesis 3 yaitu menguji tingkat efisiensi input produksi dilakukan
dengan dua tahap, yaitu tahap pertama, data yang diperoleh dari lapangan haruslah
terlebih dahulu diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda Cobb-Douglas
dibantu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Setelah tahap pertama selesai,
barulah dilanjutkan ke tahap yang kedua, yaitu mengukur tingkat efisiensi usahatani
kedelai yang diuji dengan menggunakan pendekatan metode stochastic production
frontier.
1. Analisis Regresi Berganda Cobb-Douglas
Untuk menganalisis pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, pestisida,
dan tenaga kerja) terhadap produksi kedelai dalam proses pengolahan data
persamaan non-linier Cobb-Douglas diubah menjadi linier dan pengoperasian
analisis fungsi Cobb-douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X yang sudah
ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut:
LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ b4lnx4 + e
Keterangan :
Y = output (produksi kedelai) dalam satuan kg
X1 = luas lahan dalam satuan Ha
X2 = bibit dalam satuan Kg
X3 = pupuk dalam satuan Kg
X4 = pestisida dalam satuan L
X5 = tenaga kerja dalam satuan HKP
e = kesalahan pendugaan
Sebelum data digunakan dalam analisis regresi, maka terhadap data sebelumnya
dilakukan uji asumsi klasik, mencakup uji normalitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedisitas, dan uji multikolineritas. Hasil uji asumsi ini diperlihatkan dalam
lampiran. Hasil uji ini menyatakan data-data memenuhi kriteria dan syarat untuk
digunakan dalam analisis regresi. Untuk selanjutnya dilakukan uji kesesuaian
model (Goodness of Fit Test). Persamaan regresi digunakan untuk menjelaskan
hubungan sebab akibat dari input produksi terhadap produksi kedelai yang
dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya koefisien
determinasi (R2), nilai t-hitung danf-hitung.
1. Uji Determinan (R2)
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana besar
keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Uji Signifikansi t-hitung
Nilai signifikansi digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien
berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter produksi kedelai (Y). Hasil
pengujian signifikansi adalah sebagai berikut:
Kriteria uji :
Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <
Jika signifikansi < 0,05 maka parameter yang diuji atau input produksi (Xn)
berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai (Y), sebaliknya jika signifikansi >
0,05 maka faktor produksi kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
kedelai.
α maka H0 ditolak
3. Uji Signifikansi f-hitung
Nilai signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah input produksi (Xn) yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai
(Y).
Kriteria uji :
Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <
Apabila Signifikansi <0,05 maka H0 ditolak maka secara bersama-sama input
produksi (Xn) berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai (Y) dan sebaliknya
bila H0 diterima maka secara bersama-sama input produksi (Xn) tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai (Y).
2. Analisis Efisiensi Produksi
Uji efisiensi penggunaan faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan
pestisida) digunakan untuk melihat apakah faktor produksi yang digunakan pada
usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
sudah efisien atau belum. Uji efisiensi meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga
dan efisiensi ekonomi,
1. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis memperlihatkan kemampuan usahatani untuk memperoleh hasil
yang maksimal dari penggunaan sejumlah input produksi tertentu. Nilai efisiensi
teknis dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan Frontier (Versi 4.1c).
Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu, maka penggunaan input dalam
usahatani kedelai sudah efisien. Jika nilai efisiensi teknis tidak sama dengan satu,
maka penggunaan input dalam usahatani kedelai belum efisien. Untuk
mengetahui efisiensi teknik maka diperlukan data penggunaan input produksi
seperti luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja yang sudah
dilogaritmanaturalkan terlebih dahulu. Kemudian akan didapat nilai harapan
(mean) efisiensi tekniknya dengan menggunakan frontier 4.1. Jika nilai TE
teknik dan jika nilai T semakin mendekati 0 maka usahatani dapat dapat
dikatakan semakin inefisien secara teknik.
2. Efisiensi Harga
Sementara efisiensi harga atau alokatif memperlihatkan kemampuan usahatani
dalam menggunakan input produksi secara proporsional pada tingkat harga dan
teknologi tertentu. Nilai efisiensi harga juga dapat diketahui dari hasil pengolahan
data dengan Frontier (Versi 4.1c). Efisiensi harga (EH) merupakan rasio antara
total biaya produksi suatu output menggunakan faktor aktual dengan total biaya
produksi suatu output menggunakan faktor optimal dengan kondisi efisien secara
teknis. Apabila EH = 1 maka usahatani dikatakan efisien secara harga. Demikian
pula apabila EH < 1 atau EH > 1 maka usahatani dikatakan inefisien secara harga.
3. Efisiensi Ekonomi
Penggabungan efisiensi teknis dan efisiensi alokatif akan menghasilkan efisiensi
ekonomi. Efisiensi Ekonomi merupakan harsil kajian seluruh efisiensi teknis
dengan efisiensi harga dari seluruh faktor input, sebuah alokasi sumber daya yang
efesien secara teknis dimana kombinasi output yang diproduksi juga
mencerminkan preferensi masyarakat (Nicholson, 2002). Dengan kata lain
efisiensi ekonomi akan tercapai jika tercapai efisiensi teknik dan efisiensi harga.
Dimana:
ET = Efisiensi Teknik
EH = Efisiensi Harga
Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka usahatani yang dilakukan
sudah mencapai tingkat efisiensi (Farrel (1957), diacu dalam Coelli et al. (2005)).
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini,
maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Defenisi
1. Usahatani kedelai ialah kegiatan yang dilakukan petani di dalam pembudidayaan
tanaman kedelai dalam 1 musim tanam (Mei –Agustus 2015) dalam satuan hektar.
2. Input produksi adalah masukan yang digunakan pada usahatani kedelai yang
terdiri dari lahan (m2), bibit(kg), pupuk(kg), dan pestisida(ml), tenaga kerja
(HKP).
3. Penerimaan usahatani kedelai adalah nilai produksi total usahatani kedelai yang
dijual pada harga tertentu dengan harga jual dalam satuan rupiah.
4. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani kedelai dengan
biaya usahatani kedelai selama satu musim tanam (Rp /MT).
5. Biaya usahatani kedelai adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani mulai
6. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti
halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.
7. Efisiensi terbagi kepada tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknik mencakup tentang hubungan antara input dan output.
Efisiensi harga atau alokatif menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi
ekonomi merupakan hasil kajian seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi harga
dari seluruh faktor input.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara.
2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan kedelai selama kurun
musim tanam yaitu dari bulan 5 hingga bulan 8 tahun 2015.
3. Unit analisis adalah usahatani kedelai yang memproduksi kedelai pada musim
tanam yaitu dari bulan 5 hingga bulan 8 tahun 2015.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Desa Tanjung Jati merupakan salah satu desa di Kecamatan Binjai, Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Luas Desa Tanjung Jati 1869 Ha. Jarak dari Desa
Tanjung Jati ke Ibukota Kecamatan sepanjang 6,5 km, jarak ke Ibukota Kabupaten
sepanjang 16 km, sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi sepanjang 28 km. Secara
administratif Desa Tanjung Jati mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sambirejo
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Paya Roba
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Limbat
4.2 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Tanjung Jati sebanyak 6.291 jiwa atau 1.682 KK, yang
terdiri dari 3.301 jiwa laki-laki dan 2.984 perempuan. Distribusi penduduk dirinci
Tabel 5 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Tanjung Jati Tahun 2014
Kelompok Umur (Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
Sumber: Profil Desa Tanjung Jati, 2015
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk berada pada
kelompok umur 15 – 59 tahun adalah sebanayak 3351 jiwa (53,31%) dan merupakan
usia produktif. Pada kelompok umur 0 – 4 tahun ada sebesar 244 jiwa (3,88%)
merupakan balita. Serta pada kelompok umur 75 + terlihat 27 jiwa (0,68 %).
Tabel 6. Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Tanjung Jati Tahun 2014
No Mata Pencaharian Kepala Keluarga Persentase (%) 1
4 Karyawan perusahaan
swasta/pemerintah 440 26,15
5
Berdasarkan tabel 6 dapat dikemukakan bahwa 29,72% kepala keluarga mempunyai
mata pencaharian sebagai petani baik sebagai petani jagung, kacang kedelai, kacang
tanah, padi sawah, padi ladang, dan lain – lain. Sebahagian lagi bekerja sebagai
buruh, sebagai pegawai negeri sipil dan wiraswasta, karyawan perusahaan swasta dan
pemerintahan, pedagang serta sebagai peternak.
Tabel 7. Kepala Keluarga Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Jati Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Presentase
1 Sekolah Dasar 1191 40
2 SMP/SLTP 991 33,27
3 SMA/SLTA 791 26,56
4 Dan Lain – lain 5 0,16
Jumlah 2978 100
Sumber: Profil Desa Tanjung Jati, 2015
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah kepala keluarga menurut
tingkat pendidikan, antara lain 40 % kepala keluarga Desa Tanjung Jati berada pada
tingkat pendidikan sekolah dasar disusul SMP/SLTP sebesar 33,27%, dan
SMA/SLTA sebesar 26,56%, serta wawasan berpikirnya sudah luas.
Tabel 8. Tata Guna Lahan di Desa Tanjung Jati Tahun 2014
No Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Presentase (%)
1 Pemukiman 54 2,99
2 Perkuburan 7 0,38
3 Perkantoran 0,2 0,01
4 Sawah 52 2,88
5 Ladang 65,16 3,61
6 Perkebunan Negara 1620,71 89,92
7 Lapangan Olahraga 3 0,16
8 Perkantoran Pemerintah 0,2 0,01
Jumlah 1802,27 99,96
Perkembangan dan kemajuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh sarana dan
prasarana. Apabila semakin baik sarana dan prasarana maka laju pembangunan akan
semakin cepat, begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari sarana yang tersedia
seperti sarana kesehatan, pendidikan dan tempat peribadatan. Berikut ini tabel yang
berisi keterangan mengenai sarana dan prasarana di Desa Tanjung Jati.
Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Jati Tahun 2014
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Pendidikan
- Dukun Pengobatan Alternatif
1 Sumber : Profil Desa Tanjung Jati, 2015
Karakteristik sampel dalam penelitian ini petani kedelai. Dapat dilihat keadaan sosial
ekonomi yang terdiri dari umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan,
Tabel 10. Rata – Rata dan Range Responden di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat
No Karakteristik Rata – Rata Range
1 Umur (tahun) 48,67 39-60
2 Pengalaman Bertani (tahun) 6,68 1 – 19
3 Jumlah Tanggungan (tahun) 3,3 2 – 5
4 Luas Lahan (ha) 1,43 0,2 – 4
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 10, rata – rata umur responenden 48,67 tahun dimana kelompok
umur terbanyak adalah usia 45 – 49 tahun sebanyak 12 orang (40 %) dari total 30
responden. Pengalaman bertani terlama adalah 30 tahun dengan rata – rata
pengalaman bertani 15,2 tahun. Jumlah tanggungan terbanyak adalah 4 orang yakni
11 responden (36,66 %). Luas lahan terbesar yang diusahakan responden adalah 10
ha. Tingkat pendidikan rata – rata 10,55 tahun atau dalam jenjang SMA sebanyak 17
responden (56,66 %). Dari 30 responden, Jumlah responden berjenis kelamin
laki-laki 29 orang atau 96,66 % dan responden yang berjenis kelamin perempuan 1 orang
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Produksi Usahatani Kedelai
Berdasarkan analisis data yang dilakukan di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat tingkat produksi rata-rata kedelai sebesar 2,34 ton/ha/mt, dengan
kisaran 1,00 – 3,00 ton/ha (Lampiran 2). Tingkat produksi rata-rata kedelai nasional
mencapai 1,4 ton/ha/mt dengan kisaran 0,6 – 2,2 ton/ha/mt (Kementerian Pertanian,
2015). Bila tingkat produksi rata-rata kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat dibandingkan dengan tingkat produksi rata-rata kedelai nasional
maka diketahui tingkat produksi rata-rata kedelai di lokasi penelitian 67% lebih tinggi
dari tingkat produksi rata-rata kedelai nasional.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi,
Kementerian Pertanian Tahun 2015, tingkat produksi rata-rata kedelai dapat
mencapai kisaran 2,45 ton/ha/mt dengan kisaran 1,7 – 3,2 ton/ha/mt. Jika tingkat
produksi di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat (2,34 ton/ha/mt)
dibandingkan dengan produksi hasil balai penelitian tersebut, maka tingkat produksi
di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat 4,5% lebih rendah dari
hasil Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Pertanian.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi usahatani kedelai di Desa
Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat masih tergolong rendah maka,
Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tergolong rendah dapat diterima
kebenarannya.
5.2 Analisis Usahatani Kedelai
Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi total usahatani kedelai dalam jangka
waktu tertentu yang dijual. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih
antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi (biaya variabel dan biaya
tetap) yang digunakan dalam usahatani kedelai. Analisis kelayakan R/C atau dikenal
sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya untuk menentukan layak
atau tidak usahatani kedelai. Berikut adalah tabel usahatani kedelai di Desa Tanjung
Tabel 11. Total Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Pendapatan Keluarga dan
Penyusutan 7.571.200 252.373 176.156
Biaya Tetap (Rp) 72.041.200 2.401.373 1.676.156
5 Bibit 22.658.000 755.267 527.175
Pupuk 35.732.700 1.191.090 831.380
Pestisida 20.574.200 685.807 478.692
Tenaga Kerja 101.890.000 3.396.333 2.370.637
TKLK 93.780.000 3.126.000 2.181.945
TKDK 8.110.000 270.333 188.692
Bahan Bakar 37.607.500 1.253.583 875.000
Sewa Traktor 12.894.000 429.800 300.000
Biaya Variabel (Rp) 223.633.400 7.454.447 5.203.197 6 Total Biaya (Rp) 303.397.600 10.113.253 7.059.041 7 Penerimaan (Rp) 1.249.980.000 41.666.000 29.082.829 8 Pendapatan (Rp) 946.582.400 31.552.747 22.023.788 9 Pendapatan
Keluarga (Rp) 954.692.400 31.823.080 22.212.480
10 Revenue/Cost 4.12
Sumber : Lampiran 1 – Lampiran 11 ,Tahun 2015
5.2.1 Penerimaan Usahatani Kedelai
Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil yang dijual sedangkan penerimaan
tidak tunai adalah hasil yang dikonsumsi sendiri oleh petani. Penerimaan usahatani
merupakan hasil perkalian antara harga jual yang diterima petani per kilogram dengan
jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu musim. Dari tabel 11, diperoleh total
produksi kedelai di lokasi penelitian adalah berjumlah 100660 kg, dengan total luas
dengan rata-rata sebesar Rp.11.866/petani/mt. Penerimaan usahatani kedelai yang
diperoleh dari hasil penjualan adalah sebesar Rp.41.666.000/petani/mt dan
Rp.29.082.829/ha/mt.
5.2.2 Biaya Usahatani Kedelai
Biaya usahatani kedelai terdiri dari dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Dari
tabel 11, biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani kedelai meliputi biaya sewa
lahan dan biaya penyusutan, manakala biaya variabel yang dikeluarkan dalam
usahatani kedelai meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga
kerja, biaya sewa traktor dan biaya bahan bakar. Biaya tetap usahatani kedelai adalah
sebesar Rp.2.401.373/petani/mt dan Rp.1.676.156/Ha/mt. sedangkan biaya variabel
usahatani kedelai sebesar Rp.11.028.213/petani/mt dan Rp.7.697.683/ha/mt. Biaya
terbesar yang dikeluarkan oleh petani responden adalah biaya tenaga kerja yaitu
sebesar Rp.3.396.333/petani/mt dan 2.370.637/ha/mt dan yang secara keseluruhan
merupakan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Jenis pekerjaan yang dilakukan
oleh TKDK maupun TKLK dapat mencakup seluruh kegiatan budidaya mulai dari
persiapan lahan, pembibitan, pemupukan, penyemprotan pestisida, sehingga ke
pascapanen. Biaya terbesar kedua adalah biaya sewa lahan yaitu sebesar
Rp.2.149.000/petani/mt dan Rp.1.500.000/ha/mt, yang dihitung dalam jangka waktu
satu periode tanam, yaitu selama 3 – 4 bulan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk
sewa lahan adalah sebesar Rp.1.500.000. Biaya terbesar yang dikeluarkan selanjutnya
adalah biaya bahan bakar yaitu sebesar Rp.1.253.583/petani/mt dan
bahan bakar untuk mesin yang digunakan dalam pembudidayaan kedelai sehingga
panen. Komponen biaya terbesar selanjutnya adalah biaya pupuk yaitu sebesar
Rp.1.191.090/petani/mt dan Rp.831.380/ha/mt, pupuk yang digunakan dalam
usahatani kedelai adalah pupuk Urea, kandang, Agrobos, TSP, SP36, Ponska, KCl
dan ZPT Atonik (Lampiran 4). Komponen biaya lainnya yang memiliki proporsi yang
kecil atas biaya total adalah biaya bibit sebesar Rp.755.267/petani/mt dan
Rp.527.175/ha/mt, bibit yang digunakan adalah bibit unggul dan bibit lokal dimana
setiap harga bibit unggul yang bersertifikat sebesar Rp.15.000/kg dan ada juga yang
sebesar Rp.12.000/kg dan paling rendah bibit tidak bersertifikat yang digunakan
petani sebesar Rp8.000/kg (Lampiran 3). Manakala biaya pestisida sebesar
Rp.685.807/petani/mt dan Rp.478.692/ha/mt, yang mana pestisida yang digunakan
adalah Smart, Round Up, Dursban, Virtacho, Prevaton, Zekat/Decis dan ZPT Score
(Lampiran 5). Selanjutnya biaya sewa traktor sebesar Rp.429.800/petani/mt dan
Rp.300.000/ha/mt dan biaya penyusutan alat pertanian sebesar Rp.252.373/petani/mt
dan Rp.176.156/ha/mt. Sehingga total biaya usahatani kedelai adalah sebesar
Rp.10.113.253/petani/mt dan Rp.7.059.041/ha/mt. Maka dapat diketahui biaya
produksi adalah sebesar 68% dari produksi yang akan diterima dalam usahatani.
5.2.3 Pendapatan Usahatani Kedelai
Pendapatan usahatani kedelai terdiri dari dua, yaitu pendapatan usahatani dan
pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan
usahatani dengan total biaya usahatani sedangkan pendapatan keluarga merupakan
keluarga (TKDK). Dari tabel 11, dapat dilihat pendapatan yang diperoleh petani
kedelai adalah sebesar Rp.31.552.747/petani/mt dan Rp.22.023.788/ha/mt. sementara
itu pendapatan keluarga petani kedelai adalah sebesar Rp.31.823.080/petani/mt dan
sebesar Rp.22.212.480/ha/mt.
5.2.4 Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai
Analisis kelayakan usahatani bertujuan untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani
kedelai didaerah penelitian, apakah usahatani layak untuk diusahakan atau
sebaliknya. R/C Rasio merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat kelayakan
tersebut, dimana jika R/C rasio > 1 maka usahatani layak di usahakan, R/C rasio < 1
maka usahatani tidak layak diusahakan dan dikatakan impas jika R/C rasio = 0.
Penerimaan usahatani kedelai di lokasi penelitian sebesar Rp.41.666.000/petani/mt
dan Rp.29.082.829/ha/mt dengan biaya usahatani kedelai sebesar
Rp.10.113.253/petani/mt dan Rp.7.059.041ha/mt. Maka diperoleh nilai R/C Ratio
adalah 4.12. Usahatani kedelai di lokasi penelitian adalah usahatani kedelai yang
layak untuk di usahakan karena R/C > 1. Maka dapat disimpulkan usahatani kedelai
di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat adalah usahatani yang
menguntungkan maka hipotesis kedua yang menyatakan usahatani kedelai tidak
5.3 Tingkat Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Kedelai
5.3.1 Analisis Cobb-Douglas Regresi Berganda
Sebelum menguji tingkat efisiensi, uji statistik dilakukan terlebih dahulu dengan
metode Regresi Berganda untuk melihat pengaruh luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk
(X3), pestisida (X4) dan tenaga kerja (X5) terhadap produksi kedelai (Y). Pengolahan
data digunakan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Sebelum data
digunakan dalam analisis regresi, maka terhadap data sebelumnya dilakukan uji
asumsi klasik yang mencakup uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedisitas,
dan uji multikolineritas. Hasil uji asumsi ini diperlihatkan dalam lampiran 14. Hasil
uji asumsi ini menyatakan data-data memenuhi kriteria dan syarat untuk digunakan
dalam analisis regresi. Untuk selanjutnya dilakukan uji kesesuaian model (Goodness
of Fit Test). Maka dilakukan interpretasi hasil sebagai berikut.
Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Berganda No Input Produksi (Xi) Unstandardized
Coefficients (B)
Analisis input produksi yang mempengaruhi produksi dimasukkan ke dalam
LnY = - 177,411 + 1252,877LnX1 – 5,556LnX2 + 0,608LnX3 + 140,299LnX4 + 4,940LnX5 + u
Y = - 177,411X11252,877.X2-5,556.X30,608.X4140,299.X54,940
Berdasarkan persamaan berikut maka dapat diinterpretasikan:
Nilai konstanta sebesar -177,411, secara teoritis nilai ini menunjukkan bahwa luas
produksi kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat adalah
sebesar 177,411 apabila tidak dipengaruhi oleh input produksi kedelai. Nilai
konstanta merupakan titik potong garis regresi dengan sumbu tegak Y. Konstanta
negatif umumnya terjadi jika ada rentang yang cukup jauh antara Xi (variabel
independen) dan Y (Variabel dependen). Nilai tersebut bertanda negatif bisa
diabaikan jika model regresi yang diuji sudah memenuhi asumsi klasik (Lampiran
12). Adapun interpretasi secara parsial adalah sebagai berikut :
1. Koefisien regresi sebesar 1252,877 menunjukkan bahwa setiap adanya
penambahan luas lahan (X1) seluas 1%, akan menambah produksi sebesar
1252,877 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan lahan seluas 1% akan
mengurangi produksi sebesar 1252,877 kg.
2. Koefisien regresi sebesar -5,556 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan
bibit (X2) sebanyak 1%, akan mengurangi produksi sebesar 5,556 kg. Sebaliknya,
setiap adanya pengurangan bibit sebanyak 1% akan menambah produksi sebesar
5,556 kg. Yang menyebabkan produksi menurun bukanlah penambahan bibit
dan jumlah bibit perlobangnya yang digunakan dilapangan. Rekomendasi dari
Kementerian Pertanian bahwa setiap bibit yang seharusnya digunakan dilapangan
adalah bibit yang bersertifikat (BS, FS, SS, dan ES) yang seharga Rp15.000/kg,
dengan jarak tanam 40x15 cm, dan perlobangnya diisi dua biji bibit. Namun yang
terjadi dilapangan berbeda dari anjuran yang diberikan Kementerian Pertanian
yaitu bibit yang digunakan banyak yang seharga Rp.8.000 – Rp.12.000, dengan
jarak tanam yang terlalu rapat dan terlalu jarak, dan terkadang diisi perlobangnya
hanya satu biji bibit dan ada yang berlebihan sehingga tiga empat biji bibit
perlobangnya. Penggunaan bibit yang masih kurang optimal diduga karena
keterbatasan modal oleh petani kedelai dilapangan dan pengaplikasikannya
asal-asalan tanpa mengikut aturan yang ditetapkan.
3. Koefisien regresi sebesar 0,608 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan
pupuk (X3) sebesar 1%, akan menambah produksi sebesar 0,608 kg. Sebaliknya,
setiap adanya pengurangan pupuk sebesar 1% akan mengurangi produksi sebesar
0,608 kg.
4. Koefisien regresi sebesar 140,299 menunjukkan bahwa setiap adanya
penambahan pestisida (X4) sebesar 1%, akan menambah produksi sebesar
140,299 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan pestisida sebesar 1% akan
mengurangi produksi sebesar 140,299 kg. Penambahan pestisida ini disebabkan
oleh hama yang terdapat pada lahan adalah hama yang datang dari kelapa sawit.
kelapa sawit. Oleh disebabkan itu, penambahan pestisida sangatlah diperlukan
untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai.
5. Koefisien regresi sebesar 4,940 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan
tenaga kerja (X5) sebesar 1%, akan menambah produksi 4,940 kg. Sebaliknya,
setiap adanya pengurangan tenaga kerja sebesar 1% akan mengurangi produksi
sebesar 4,940 kg.
Dari persamaan tersebut dapat diketahui masing-masing koefisien tiap faktor
produksi, apabila tiap koefisien dijumlahkan akan menunjukkan nilai Return to Scale
(Skala Pengembalian), apabila nilai RTS > 1 maka terjadi Increasing Return to Scale,
jika RTS = 1 maka terjadi Constant Return to Scale dan RTS < 1 maka terjadi
Decreasing Return to Scale. Sehingga dapat diperoleh :
RTS = 1252,877 – 5,556 + 0,608 + 140,299 + 4,940 = 1393,168 kg = 1,394 ton
Dari hasil perhitungan diatas maka didapat 1,394 > 1 menunjukkan terjadi Increasing
Return to Scale, yang artinya ketika semua input produksi (luas lahan, bibit, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja) dinaikkan/digandakan sebesar 2 kali maka penambahan
produksi sebesar 21,394. Ini artinya bahwa proporsi penambahan input produksi akan
1. Uji Determinan (R2)
Berdasarkan hasil regresi tersebut (Tabel 12) diperoleh nilai R2 = 0,986 Artinya,
bahwa produksi kedelai pada model dijelaskan oleh luas lahan, bibit, pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama sebesar 98,6% dan sisanya sebesar
1,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model estimasi.
2. Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial
Kriteria uji :
Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima H1 ditolak
- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak. H1 diterima
Berdasarkan hasil regresi tersebut (Tabel 12) diperoleh uji parsial dari model tersebut
adalah bahwa nilai signifikansi luas lahan (0,000 < 0,05), pupuk (0,000 < 0,05) dan
pestisida (0,000 < 0,05) secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai
maka, H0 ditolak H1 diterima, sedangkan signifikansi bibit (0,243 > 0.05) dan tenaga
kerja (0,382 > 0.05), secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai
maka, H0 diterima H1 ditolak.
3. Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak
Kriteria uji :
Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak H1 diterima
Berdasarkan hasil regresi tersebut (Tabel 12), diperoleh uji serempak dari model
tersebut adalah bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel bebas luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara
serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai, maka H0 ditolak H1 diterima
5.3.2 Analisis Efisiensi Produksi
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Penggunaan input secara optimal
dituntut dalam hal ini yakni dengan pengalokasian sumber daya yang terbatas mampu
memberikan hasil yang optimal. Uji efisiensi penggunaan input produksi (luas lahan,
bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) digunakan untuk melihat apakah input
produksi yang digunakan pada usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan
Binjai, Kabupaten Langkat sudah efisien atau belum. Berikut ini hasil penelitian
analisis efisiensi pada usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat yang telah diolah dengan menggunakan perangkat lunak Frontier
4.1.c
1. Efisiensi Teknik
Berdasarkan hasil olah data menggunakan perangkat lunak Frontier 4.1.c (Lampiran
13), diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknik usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat mencapai 0,8370. Nilai efisiensi teknik
produksi yang diperoleh dengan kombinasi input produksi yang dikorbankan. Hal ini
menunjukkan bahwa pengunaan input produksi dalam usahatani kedelai hampir
mencapai efisiensi secara teknik. Hal ini dikarenakan 0,837 < 1 (mendekati 1) dan
terdapat peluang sebesar 0,163% untuk mencapai efisiensi secara teknis. Dilihat dari
hasil penelitian sebanyak 30 sampel pada usahatani kedelai yang diteliti semua
sampel hampir mencapai efisiensi secara teknik sebanyak 20 responden yang nilai
efisiensi teknisnya > 0,8, namun selebihnya sebanyak 10 responden sudah hampir
mencapai efisiensi secara teknik (Lampiran 13).
2. Efisiensi Harga
Berdasarkan hasil olah data menggunakan perangkat lunak Frontier 4.1 (Lampiran
14), diperoleh nilai rata-rata efisiensi harga usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebesar 0,1509. Nilai efisiensi harga tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel hanya mencapai 15.09% dari produksi
yang diperoleh dengan kombinasi harga input produksi yang dikorbankan. Hal ini
menunjukkan bahwa pengunaan input produksi dalam usahatani kedelai belum efisien
secara harga 0 < 0,1509 < 1 (mendekati 0). Nilai efisiensi harga yang belum
mencapai 1 berarti tingkat efisiensi secara harga rendah. Dilihat dari hasil penelitian
sebanyak 30 sampel pada usahatani kedelai yang diteliti semua sampel tidak
3. Efisiensi Ekonomi
Diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknik usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebesar 0,837, dan nilai rata-rata efisiensi
harga usahatani kedelai dilokasi penelitian sebesar 0,1509. Hasil perhitungan efisiensi
ekonomi di lokasi penelitian adalah sebagai berikut.
EE = ET x EH
= 0,837 x 0,1509
= 0,126
Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai efisensi ekonomi sebesar 0,126.
Maka, usahatani kedelai di lokasi penelitian tidak efisien secara ekonomi karena
0,126 < 1 (mendekati 0).
Maka dapat disimpulkan pengunaan input produksi usahatani di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak efisiens secara teknis, harga dan ekonomi
maka hipotesis pertama yang menyatakan penggunaan input produksi usahatani di
Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak efisien dapat diterima