• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Dan Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usahatani Kedelai (Studi Kasus : Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usahatani Dan Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usahatani Kedelai (Studi Kasus : Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 2. Produksi Petani Kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat No.

Responden

Luas Lahan

(Ha) Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan (Rp)

1 1 2000 15.000 30.000.000

2 4 12000 15.000 180.000.000

3 2 5000 8.000 40.000.000

4 3 9000 15.000 135.000.000

5 0.2 500 15.000 7.500.000

6 4 10000 15.000 150.000.000

7 1 2500 15.000 37.500.000

8 1.5 3000 8.000 24000.000

9 1 2500 12.000 30.000.000

10 2.3 5750 15.000 86.250.000

11 0.4 1000 8.000 8.000.000

12 1 1500 15.000 22.500.000

13 0.8 1200 12.000 14.400.000

14 0.2 200 12.000 2.400.000

15 1.5 2250 15.000 33.750.000

16 0.2 500 15.000 7.500.000

17 0.2 400 12.000 4.800.000

18 0.4 600 8.000 4.800.000

19 1 3000 8.000 24.000.000

20 0.4 1000 8.000 8.000.000

21 4 8500 12.000 102.000.000

(4)

Lampiran 2. Produksi Petani Kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat No.

Responden

Luas Lahan

(Ha) Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan (Rp)

23 1.5 3000 12.000 36.000.000

24 0.88 1760 8.000 14.080.000

25 1 3000 12.000 36.000.000

26 3 7500 12.000 90.000.000

27 1.5 3750 8.000 30.000.000

28 1 1000 15.000 15.000.000

29 1.5 3000 8.000 24.000.000

30 1 1500 15.000 22.500.000

Jumlah 100660 1.249.980.000

Rata-Rata/Petani 3355,33 11.866 41.666.000

Rata-Rata/Ha 2342,02 29.082.829

*Keterangan : Tingkat Produksi Kumulatif = 100660 Kg 42.98 Ha

(5)
(6)

Lampiran 3. Jumlah Dan Biaya Bibit Petani Kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan) No.

Responden

Luas Lahan

(Ha) Varietas

Jumlah Bibit (Kg)

Harga Bibit

(Rp/Kg) Total Biaya (Rp)

23 1.5 Willis 75 12.000 900.000

24 0.88 Grobokan 44 8.000 352.000

25 1 Grobokan 50 12.000 600.000

26 3 Grobokan 75 12.000 900.000

27 1.5 Grobokan 113 8.000 904.000

28 1 Willis 25 15.000 375.000

29 1.5 Willis 37.5 8.000 300.000

30 1 Willis 40 15.000 600.000

Jumlah 1905,5 22.658.000

Rata-Rata/Petani 63,52 11.867 755.267

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

Lampiran 4. Jumlah Dan Biaya Pemupukan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)

No. Respoden

Luas Lahan

(Ha)

Jumlah (Kg)

Total Harga (Rp)

23 1.5 209 982.500

24 0.88 1135.8 1.058.000

25 1 2153.2 780.000

26 3 3539 3.566.000

27 1.5 1229.8 1.640.000

28 1 142.5 570.000

29 1.5 264 1.105.000

30 1 142.6 645.000

Jumlah 41338,34 35.732.700

Rata-Rata/Petani 1377,94 1.191.090

(13)

Lampiran 5. Jumlah Dan Biaya Pestisida Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Smart Round Up Dursban Virtacho

(14)

Lampiran 5. Jumlah Dan Biaya Pestisida Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Smart Round Up Dursban Virtacho

(15)
(16)
(17)

Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan

(18)

Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)

No. Responden

Luas Lahan (Ha)

Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan

TKDK TKLK Jumlah

(HKP) Upah (Rp) TKDK TKLK

Jumlah

(HKP) Upah (Rp) TKDK TKLK

Jumlah

(HKP) Upah (Rp)

23 1.5 0 7 7 490.000 0 15 13 1.050.000 1 0 1 50.000

24 0.88 1.8 0 1.8 140.000 1.8 0 1.8 140.000 1.8 0 1.8 100.000

25 1 0 6 6 420.000 0 5 5 350.000 4 0 4 200.000

26 3 0 10 10 700.000 0 15 14 1.050.000 0 10.4 10.4 600.000

27 1.5 1 2 3 210.000 0 10 9.2 700.000 2 0 2 100.000

28 1 1 3 4 280.000 3.8 0 3.8 280.000 1.8 0 1.8 100.000

29 1.5 0 6 6 420.000 0 7 6 490.000 2 0 2 100.000

30 1 0 4 4 280.000 0 5 4.4 350.000 1.8 0 1.8 100.000

(19)

Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten

Pengendalian hama dan Penyakit Panen dan Pasca Panen

(20)

Lampiran 6. Jumlah Dan Biaya Tenaga Kerja Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, .Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Pengendalian hama dan Penyakit Panen Dan Pascapanen

(21)

Lampiran 7. Rekapitulasi Total Biaya Variabel Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

(22)

Lampiran 7. Rekapitulasi Total Biaya Variabel Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Total Biaya Variabel (Rp) Biaya Bibit

(23)

Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat No.

Luas Lahan

(Ha)

Cangkul Garu Sabit/Arit

(24)

Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Cangkul Garu Sabit/Arit

Jumlah

*Keterangan : - Penyusutan alat dihitung dengan metode : (Jumlah Alat x Harga Alat Umur Pakai (Tahun)

(25)

Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Parang Sprayer Thresher

(26)

Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan) No.

Luas Lahan

(Ha)

Parang Sprayer Thresher

Jumlah

*Keterangan : - Penyusutan alat dihitung dengan metode : (Jumlah Alat x Harga Alat Umur Pakai (Tahun)

(27)

Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Mesin Babat Handtraktor

(28)

Lampiran 8. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Mesin Babat Handtraktor

Total Biaya Penyusutan (Rp) Jumlah

*Keterangan : - Penyusutan alat dihitung dengan metode : (Jumlah Alat x Harga Alat Umur Pakai (Tahun)

(29)

Lampiran 9. Rekapitulasi Total Biaya Tetap Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten

Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Sewa Lahan (Rp) Penyusutan (Rp)

(30)

Lampiran 9. Rekapitulasi Total Biaya Tetap Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)

No. Responden

Luas Lahan

(Ha)

Biaya Tetap

Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Sewa Lahan (Rp) Biaya Penyusutan (Rp)

23 1.5 2.250.000 125.167 2.375.167

24 0.88 1.320.000 173.150 1.493.150

25 1 1.500.000 265.667 1.765.667

26 3 4.500.000 216.500 4.716.500

27 1.5 2.250.000 136.950 2.386.950

28 1 1.500.000 86.500 1.586.500

29 1.5 2.250.000 100.300 2.350.300

30 1 1.500.000 112.633 1.612.633

Jumlah 64.470.000 7.571.200 72.041.200

Rata-Rata/Petani 2.149.000 252.373 2.401.373

(31)

Lampiran 10. Total Biaya Petani Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)

(32)

Lampiran 10. Total Biaya Petani Kedelai di Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan) No.

Responden

Luas Lahan

(Ha) Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)

23 1.5 7.741.000 2.375.167 104.101.667

24 0.88 3.848.000 1.493.150 5.394.150

25 1 5.478.000 1.765.667 73.836.667

26 3 14.251.000 4.716.500 19.327.500

27 1.5 6.733.500 2.386.950 9.218.450

28 1 3.981.000 1.586.500 5.661.500

29 1.5 6.287.500 2.350.300 8.847.800

30 1 4.516.000 1.612.633 6.250.633

Jumlah 223.633.400 72.041.200 303.397.600

Rata-Rata/Petani 7.454.447 2.401.373 10.113.253

(33)

Lampiran 11. Total Biaya, Produksi, Penerimaan dan Pendapatan, Pendapatan Keluarga Petani Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

No. Responden

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Kg) Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Pendapatan Keluarga (Rp)

1 1 2000 30.000.000 6.194.500 23.805.500 23.955.500

2 4 12000 180.000.000 30.222.333 149.777.667 149.777.667

3 2 5000 40.000.000 16.048.300 23.951.700 23.951.700

4 3 9000 135.000.000 22.045.167 112.954.833 112.954.833

5 0.2 500 7.500.000 1.842.817 5.657.183 6.322.183

6 4 10000 150.000.000 30.021.667 119.978.333 119.978.333

(34)

Lampiran 11. Total Biaya, Produksi, Penerimaan dan Pendapatan, Pendapatan Keluarga Petani Petani Kedelai Di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat (Sambungan)

No. Responden

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Kg) Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Pendapatan Keluarga (Rp)

23 1.5 3000 36.000.000 10.410.167 25.589.833 25.639.833

24 0.88 1760 14.080.000 5.394.150 8.685.850 9.285.850

25 1 3000 36.000.000 73.836.667 28.616.333 28.816.333

26 3 7500 90.000.000 19.327.500 70.672.500 70.672.500

27 1.5 3750 30.000.000 9.218.450 20.781.550 20.951.550

28 1 1000 15.000.000 5.661.500 9.338.500 9.788.500

29 1.5 3000 24.000.000 8.847.800 15.152.200 15.252.200

30 1 1500 22.500.000 6.250.633 16.249.367 16.349.367

Jumlah 100660 1.249.980.000 303.397.600 946.582.400 954.692.400

Rata-Rata/Petani 3355,33 41.666.000 10.113.253 31.552.747 31.823.080

(35)

Lampiran 12. Hasil SPSS Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas (Sig > 0,05)

Autokorelasi (DW

Multikolineritas (Tolerance > 0,100, VIF < 10

(36)

Lampiran 13. Hasil Output Efisiensi Teknik Menggunakan Software Frontier 4.1c Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)

instruction file = terminal

data file = efisiensi teknis.txt

Error Components Frontier (see B&C 1992) The model is a production function

The dependent variable is logged the ols estimates are :

coefficient standard-error t-ratio sigma-squared 0.40291002E-01

log likelihood function = 0.89534045E+01 the estimates after the grid search were : beta 0 0.58286565E+01 sigma-squared 0.81558425E-01 gamma 0.95000000E+00 mu is restricted to be zero eta is restricted to be zero

iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.12019317E+02

0.58286565E+01 0.60707393E+00 0.36580946E-01 0.15528133E+00 0.10918096E+00 0.20867464E+00 0.81558425E-01 0.95000000E+00

gradient step

iteration = 5 func evals = 41 llf = 0.14165415E+02

0.58544299E+01 0.57512464E+00 0.41129988E-01 0.15363438E+00 0.90196231E-01 0.20108769E+00 0.70133874E-01 0.98651022E+00

iteration = 10 func evals = 60 llf = 0.15699250E+02

0.61548833E+01 0.65055118E+00 0.38533862E-01 0.14292752E+00 0.64344143E-01 0.15222925E+00 0.68943092E-01 0.99999999E+00

pt better than entering pt cannot be found

iteration = 14 func evals = 101 llf = 0.17091136E+02

0.62361937E+01 0.68725067E+00 0.15082351E-01 0.15403587E+00 0.67538518E-01 0.12728019E+00 0.68844300E-01 0.99999999E+00

the final mle estimates are :

(37)

beta 0 0.62361937E+01 0.35577672E+00 0.17528391E+02 sigma-squared 0.68844300E-01 0.13389386E-01 0.51417071E+01 gamma 0.99999999E+00 0.15517054E-03 0.64445220E+04 mu is restricted to be zero

eta is restricted to be zero

log likelihood function = 0.17091136E+02 LR test of the one-sided error = 0.16275462E+02 with number of restrictions = 1

[note that this statistic has a mixed chi-square distribution] number of iterations = 14

(maximum number of iterations set at : 100) number of cross-sections = 30

number of time periods = 1 total number of observations = 30 thus there are: 0 obsns not in the panel covariance matrix :

0.12657708E+00 0.41621915E-01 -0.23775556E-01 0.85053282E-02 -0.60446277E-03 -0.29562317E-01 -0.37311939E-02 -0.30369565E-05

0.41621915E-01 0.17951961E-01 -0.82003441E-02 0.40155469E-02 -0.26640138E-02 -0.10783508E-01 -0.12686729E-02 -0.15514634E-05

-0.23775556E-01 -0.82003441E-02 0.68370164E-02 -0.25205998E-02 -0.15028918E-02 0.55915356E-02 0.67303205E-03 0.97909665E-06

0.85053282E-02 0.40155469E-02 -0.25205998E-02 0.12693470E-02 0.21483750E-04 -0.24463455E-02 -0.26891178E-03 -0.40309120E-06

-0.60446277E-03 -0.26640138E-02 -0.15028918E-02 0.21483750E-04 0.36520629E-02 0.12433257E-03 0.10180059E-03 -0.23496085E-06

-0.29562317E-01 -0.10783508E-01 0.55915356E-02 -0.24463455E-02 0.12433257E-03 0.78831002E-02 0.87255171E-03 0.93349376E-06

-0.37311939E-02 -0.12686729E-02 0.67303205E-03 -0.26891178E-03 0.10180059E-03 0.87255171E-03 0.17927565E-03 0.79661835E-07

-0.30369565E-05 -0.15514634E-05 0.97909665E-06 -0.40309120E-06 -0.23496085E-06 0.93349376E-06 0.79661835E-07 0.24077898E-07

(38)

7 0.84578898E+00 8 0.92542823E+00 9 0.86909617E+00 10 0.86375744E+00 11 0.97185924E+00 12 0.77999786E+00 13 0.75819490E+00 14 0.39416674E+00 15 0.80079258E+00 16 0.96262314E+00 17 0.76418842E+00 18 0.63069822E+00 19 0.84215818E+00 20 0.93335199E+00 21 0.76505490E+00 22 0.80654861E+00 23 0.95665158E+00 24 0.77452226E+00 25 0.98628087E+00 26 0.89844834E+00 27 0.98160532E+00 28 0.53251006E+00 29 0.99982914E+00 30 0.85193191E+00

(39)

Lampiran 14. Hasil Output Efisiensi Harga Menggunakan Software Frontier 4.1c instruction file = terminal

data file = efisiensi harga.txt

Error Components Frontier (see B&C 1992) The model is a cost function

The dependent variable is logged

the ols estimates are :

coefficient standard-error t-ratio sigma-squared 0.13262682E+00

log likelihood function = -0.89177625E+01

the estimates after the grid search were :

beta 0 0.12626434E+01 sigma-squared 0.22497923E+00 gamma 0.83000000E+00

0.12626434E+01 0.94887515E+00 0.33239170E+00 0.19398987E+00-0.14499379E-01 -0.32026797E+00 0.22497923E+00 0.83000000E+00

gradient step

iteration = 5 func evals = 56 llf = -0.82409001E+01

0.53974251E+00 0.83960540E+00 0.34175059E+00 0.71302809E-01 0.21242479E-01 -0.10288933E+00 0.23385726E+00 0.87595063E+00

(40)

0.53835047E+00 0.83884416E+00 0.34199854E+00 0.70991755E-01 0.20657572E-01 -0.10174789E+00 0.23431797E+00 0.87725377E+00

iteration = 15 func evals = 100 llf = -0.82370192E+01

0.53831760E+00 0.83882243E+00 0.34200561E+00 0.70982739E-01 0.20640963E-01 -0.10168443E+00 0.23433121E+00 0.87729124E+00

iteration = 20 func evals = 124 llf = -0.82368733E+01

0.53823819E+00 0.83876979E+00 0.34202274E+00 0.70960883E-01 0.20600733E-01 -0.10162097E+00 0.23436329E+00 0.87738204E+00

iteration = 25 func evals = 145 llf = -0.82367289E+01

0.53820642E+00 0.83874858E+00 0.34202964E+00 0.70952071E-01 0.20584536E-01 -0.10155872E+00 0.23437621E+00 0.87741862E+00

iteration = 30 func evals = 169 llf = -0.82365862E+01

0.53812910E+00 0.83869681E+00 0.34204648E+00 0.70930545E-01 0.20544997E-01 -0.10149650E+00 0.23440777E+00 0.87750797E+00

iteration = 35 func evals = 190 llf = -0.82364449E+01

0.53809838E+00 0.83867610E+00 0.34205322E+00 0.70921927E-01 0.20529190E-01 -0.10143540E+00 0.23442041E+00 0.87754373E+00

iteration = 40 func evals = 214 llf = -0.82363052E+01

0.53802303E+00 0.83862516E+00 0.34206979E+00 0.70900714E-01 0.20490307E-01 -0.10137437E+00 0.23445148E+00 0.87763170E+00

iteration = 45 func evals = 235 llf = -0.82361668E+01

0.53799330E+00 0.83860493E+00 0.34207637E+00 0.70892279E-01 0.20474868E-01 -0.10131435E+00 0.23446383E+00 0.87766667E+00

iteration = 50 func evals = 259 llf = -0.82360299E+01

0.53791984E+00 0.83855478E+00 0.34209268E+00 0.70871362E-01 0.20436610E-01 -0.10125444E+00 0.23449445E+00 0.87775334E+00

iteration = 55 func evals = 280 llf = -0.82358943E+01

0.53789105E+00 0.83853499E+00 0.34209911E+00 0.70863101E-01 0.20421520E-01 -0.10119546E+00 0.23450654E+00 0.87778756E+00

iteration = 60 func evals = 304 llf = -0.82357601E+01

0.53781939E+00 0.83848559E+00 0.34211518E+00 0.70842467E-01 0.20383857E-01 -0.10113660E+00 0.23453671E+00 0.87787299E+00

iteration = 65 func evals = 325 llf = -0.82356271E+01

0.53779149E+00 0.83846623E+00 0.34212147E+00 0.70834371E-01 0.20369100E-01 -0.10107861E+00 0.23454855E+00 0.87790650E+00

iteration = 70 func evals = 349 llf = -0.82354955E+01

0.53772155E+00 0.83841754E+00 0.34213730E+00 0.70814006E-01 0.20332005E-01 -0.10102077E+00 0.23457830E+00 0.87799075E+00

iteration = 75 func evals = 370 llf = -0.82353650E+01

0.53769450E+00 0.83839859E+00 0.34214346E+00 0.70806067E-01 0.20317565E-01 -0.10096372E+00 0.23458990E+00 0.87802357E+00

iteration = 80 func evals = 394 llf = -0.82352358E+01

0.53762622E+00 0.83835059E+00 0.34215907E+00 0.70785959E-01 0.20281014E-01 -0.10090685E+00 0.23461925E+00 0.87810670E+00

(41)

0.53759997E+00 0.83833202E+00 0.34216510E+00 0.70778170E-01 0.20266876E-01 -0.10085071E+00 0.23463062E+00 0.87813887E+00

iteration = 90 func evals = 439 llf = -0.82349810E+01

0.53753327E+00 0.83828468E+00 0.34218049E+00 0.70758308E-01 0.20230845E-01 -0.10079475E+00 0.23465959E+00 0.87822091E+00

iteration = 95 func evals = 460 llf = -0.82348553E+01

0.53750780E+00 0.83826648E+00 0.34218641E+00 0.70750664E-01 0.20216997E-01 -0.10073948E+00 0.23467074E+00 0.87825247E+00

maximum number of iterations reached

iteration = 100 func evals = 484 llf = -0.82347307E+01

0.53744262E+00 0.83821977E+00 0.34220159E+00 0.70731037E-01 0.20181466E-01 -0.10068441E+00 0.23469934E+00 0.87833347E+00

the final mle estimates are :

coefficient standard-error t-ratio sigma-squared 0.23469934E+00 0.14807273E+00 0.15850274E+01 gamma 0.87833347E+00 0.19485585E+00 0.45076063E+01 mu is restricted to be zero

eta is restricted to be zero

log likelihood function = -0.82347555E+01 LR test of the one-sided error = 0.13660141E+01 with number of restrictions = 1

[note that this statistic has a mixed chi-square distribution] number of iterations = 100

(maximum number of iterations set at : 100) number of cross-sections = 30

number of time periods = 1 total number of observations = 30 thus there are: 0 obsns not in the panel covariance matrix :

0.71798882E+01 0.11614384E+01 0.41877648E+00 0.39901322E+00 -0.79065327E+00

0.12022259E+01 0.73717858E+00 0.21461082E+01

0.11614384E+01 0.62913637E+00 0.83732398E01 0.33822338E+00 -0.28879772E+00

0.10289305E+00 0.64466978E-01 0.20140934E+00

0.41877648E+00 -0.83732398E-01 0.42931520E-01 0.67045240E-01 0.44658718E-01 -0.79681711E-01 -0.39137057E-01 -0.11685881E+00

(42)

0.12401910E+00 -0.88796786E-01 -0.19179561E+00

-0.79065327E+00 -0.28879772E+00 0.44658718E-01 -0.20412354E+00 0.18158836E+00

0.28901567E+00 0.19496248E+00 0.52474118E+00

0.12022259E+01 0.10289305E+00 -0.79681711E-01 0.12401910E+00 0.28901567E+00

0.44366842E+00 -0.16198750E+00 -0.50309932E+00

0.73717858E+00 0.64466978E-01 -0.39137057E-01 -0.88796786E-01 0.19496248E+00 -0.16198750E+00 0.21925534E-01 0.18359138E-01

0.21461082E+01 0.20140934E+00 -0.11685881E+00 -0.19179561E+00 0.52474118E+00

-0.50309932E+00 0.18359138E-01 0.37968804E-01 cost efficiency estimates :

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 1998. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Adisarwanto T. 2010. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Sebagai Upaya Untuk Mememnuhi Kebutuhan Di Dalam Negeri Dan Mengurangi Impor. [Catatan Penelitian]. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(4): 319-331.

Adiwilaga, A. 1992. Ilmu Usaha Tani. Cetakan Ke-Iii. Alumni. Bandung

Atman, Hosen N. 2008. Dukungan Teknologi Dan Kebijakan Dalam Pengembangan Tanaman Kedelai Di Sumatera Barat [Catatan Penelitian]. J Ilimiah Tambua. 7(3): 347-359.

Atman. 2009. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambua. Jakarta. Vol. Viii, No.1, Januari-April 2009. P. 39-45. Issn 1412-5838.

Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Utara Dalam Angka. Sumatera Utara

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/kilas-litbang/1816-upayapeningkatan- produksi-kedelai.html 2015

Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Budidaya Kedelai. Jakarta: Direktorat Kredit, Bpr Dan Umkm. Bank Indonesia. Senin, 23 Juni

2014.http://www.bi.go.id/nr/rdonlyres/50136021-7442-455a-8ed7-e91cc6c3c1 7/ 16 004/budidayakedelai2.pdf

Battese, G. E. 1992. Frontier Production Function And Technical Effeciency: A Survey Of Empirical Applications In Agricultural Economics. Journal Of Agricultural Economics, 7 (1) : 185-208.

Bilas, Richard A 1994. Teori Mikorekonomi. Jakarta :Erlangga

Badan Penelitian dan Pengembangan 2015. http://www.litbang.pertanian.go.id/ berita/ one/2116/

(44)

Farrel, M.J. 1957. The Measurement Of Productive Efficiency. Journal Of The Royal Statistical Society, Series A, Cxx, Part 3, 253-290.

Hiariey, Dkk. 2009. Efisiensi Perikanan Tangkap: Pendekatan Stochastic Production Frontier (Jurnal). Ichthyos, Vol. 8 No. 2, Juli 2009: 55-62

Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Kementerian Pertanian. 2002. http://www.pertanian.go.id/search, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014, Jakarta.

Kumenaung, Anderson Guntur. 1994. Analisis Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Industri Komoditi Kedelai Di Indonesia [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 2002.

Kurniawan. Jurnal Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis Pada Usahatani Padi Lahan Pasang Surut Di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 2012. Kalimantan Selatan

Liputan 6. http://bisnis.liputan6.com/read/2017635/produksi-padi-makin-banyak-kedelai-jagung-justru-berkurang. 2013. Jakarta

Miller, Rogeer Lr, Meiners, 2000, Teori Ekonomi Intermediate, -Ed. 3.-, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate Dan Aplikasinya, Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nicholson, Walter. 1991. Teori Ekonomi Mikro I, Terjemahan Deliarnov. Jakarta: Penerbit Rajawali.

Soekartawi, A, S.1990. Ilmu Usaha Tani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Dirjen pendidikan Tinggi. Departemen pendidikan Dan Kebudayaan. Cetakan Ke 3. Jakarta.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas Edisi 1. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Ui Press

(45)

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon Jl, Hardaker Jb. 1986. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Ui Press.

Soekartawi, 2002, Analisis Usaha Tani, Ui – Press, Jakarta.

Soekartawi, 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Subandi. 2007. Kesiapan Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Menuju Swasemada Kedelai. Makalah Pada Symposium Tanaman Pangan V. Bogor, 28-29 Agustus 2007. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman. Bogor.

Sudaryanto T, Swastika Dks. 2007. Ekonomi Kedelai Di Indonesia. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, Editor. Kedelai: Teknik Produksi Dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian Danpengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 1-27.

Suyamto Dan Widiarta, I Nyoman. 2010. Kebijakan Pengebangan Kedelai Nasional. Prosiding Simposium Dan Pameran Teknologi Aplikasi Isotop Dan Radiasi. Halaman 37 – 50. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Tasman, A. 2014. Pengukuran Efisiensi :Pendekatan Stochastic Frontiers. Pasca Sarjana – Mep Fe Universitas Jambi

Walpole Re. 1992. Pengantar Statistik. Ed Ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kecamatan Binjai,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dengan pertimbangan tertentu, yaitu karena

kecamatan ini merupakan kecamatan penghasil kedelai dengan rata-rata produksi

tertinggi diantara kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat seperti yang

ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Tanaman Kedelai Menurut Kecamatan, Tahun 2013

No Kecamatan Luas Panen

Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka, BPS Kabupaten Langkat, Tahun 2014

Untuk lokasi desa penelitian ditentukan dengan metode yang sama yakni ditetapkan

di Desa Tanjung Jati, dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki jumlah produksi

tertinggi dari dua desa produsen kedelai yang ada di Kecamatan Binjai sebagaimana

(47)

Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kedelai Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Binjai (Ha), Tahun 2013

No Desa/Kelurahan Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

1 Tanjung Jati 94 154

2 Sidomulyo 0 0

3 Sendang Rejo 0 0

4 Sambirejo 0 0

5 Kwala Begumit 0 0

6 Perdamaian 0 0

7 Suka Makmur 3 5

Jumlah 97 159

Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka, BPS Kabupaten Langkat, Tahun 2014

3.2 Metode Penentuan Ukuran Sampel

Di Desa Tanjung Jati terdapat 4 kelompok tani, namun hanya 1 kelompok tani saja

yang menanam kedelai yaitu Kelompok Sinar Tani. Anggota kelompok tani ini

sebanyak 42 petani, namun hanya 30 diantaranya yang menanam kedelai. Oleh

karena populasi relatif sedikit, maka metode penentuan sampel digunakan dalam hal

ini adalah metode sensus, artinya semua populasi diambil menjadi sampel. Sampel

sebanyak 30 dipandang cukup dikarenakan untuk penelitian yang menggunakan

analisis statistik, ukuran sampel paling minimum 30. Disamping itu, objek penelitian

ini bersifat homogen. (Walpole, 1992)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden dengan

(48)

primer yang dikumpul menyangkut teknis berusahatani, biaya-biaya usahatani dari

pengolahan tanah sehingga pasca panen, pendapatan dan penerimaan usahatani

kedelai, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku

yang relevan dengan topik analisis pendapatan usahatani, studi literatur-literatur

berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan komoditas kedelai serta yang

terkait dengan analisis pendapatan usahatani. Selain itu, data sekunder juga diperoleh

dari artikel yang berasal dari media cetak dan elektronik (internet). Data sekunder

juga diperoleh dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik

Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, Dinas Pertanian Sumatera

Utara, dari Dinas Ketahanan Pangan Sumatera Utara dan dinas lain yang terkait

dengan keperluan data dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 yaitu dengan menggunakan metode deskriptif dengan

membandingkan tingkat produksi kedelai di lokasi penelitian dengan rata-rata

produksi kedelai tingkat nasional dan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman

Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Pertanian.

Untuk menguji hipotesis 2 yaitu dilakukan dengan beberapa tahap :

1. Analisis Usahatani Kedelai

Analisis penerimaan usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah penerimaan

(49)

penerimaan usahatani sebagai perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual, atau dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Y x Py

Keterangan:

TR = Penerimaan total usahatani (Rp/tahun)

Y = Total hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (kg/tahun)

Py = Harga jual produk y per unit (Rp/kg).

Analisis biaya usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani kedelai. Biaya usahatni juga dibedakan juga menjadi

dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya tetap tidak

dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh, misalnya biaya pajak tanah dan

penyusutan alat-alat pertanian, sedangkan jumlah biaya variabel sangat ditentukan

oleh jumlah produksi, misalnya biaya bibit kedelai, pupuk, pestisida, sewa alat

pertanian, sewa lahan, dan upah tenaga kerja baik luar keluarga maupun dalam

keluarga. Penentuan biaya tetap dan biaya variabel suatu pengeluaran tergantung

pada petani itu sendiri. Pengeluaran total (biaya total) merupakan jumlah dari

biaya tetap dan biaya variabel sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut

(Soekartawi 2002):

TC = TFC + TVC

Keterangan:

(50)

TFC = Biaya tetap usahatani (Rp/tahun)

TVC = Biaya variabel usahatani (Rp/tahun).

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan

usahatani kedelai. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara semua

penerimaan (revenue) dan biaya total, baik biaya total yang bersifat tunai maupun

tidak tunai, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut (Soekartawi 2002) :

∏ = TR – TC

Keterangan:

∏ = Pendapatan usahatani (Rp/tahun)

TR = Penerimaan total usahatani (Rp/tahun)

TC = Pengeluaran total usahatani (Rp/tahun).

Untuk pendapatan usahatani keluarga dihitung dengan rumus yang sama yaitu

total penerimaan dikurangi total biaya dimana total biaya yang tidak termasuk

biaya TKDK didalamnya.

2. Analisis Kelayakan Usahatani

Untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani kedelai digunakan analisis R/C

ratio, dengan rumus sebagai berikut:

R/C Ratio =

Total Biaya Total Penerimaan

(51)

Jika nilai R/C > 1, usahatani layak untuk diusahakan (menguntungkan)

Jika nilai R/C < 1, usahatani tidak layak untuk diusahakan (merugikan)

Jika nilai R/C = 1, usahatani impas (tidak untung tidak rugi)

Untuk menguji hipotesis 3 yaitu menguji tingkat efisiensi input produksi dilakukan

dengan dua tahap, yaitu tahap pertama, data yang diperoleh dari lapangan haruslah

terlebih dahulu diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda Cobb-Douglas

dibantu dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Setelah tahap pertama selesai,

barulah dilanjutkan ke tahap yang kedua, yaitu mengukur tingkat efisiensi usahatani

kedelai yang diuji dengan menggunakan pendekatan metode stochastic production

frontier.

1. Analisis Regresi Berganda Cobb-Douglas

Untuk menganalisis pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, pestisida,

dan tenaga kerja) terhadap produksi kedelai dalam proses pengolahan data

persamaan non-linier Cobb-Douglas diubah menjadi linier dan pengoperasian

analisis fungsi Cobb-douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X yang sudah

ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut:

LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ b4lnx4 + e

Keterangan :

Y = output (produksi kedelai) dalam satuan kg

(52)

X1 = luas lahan dalam satuan Ha

X2 = bibit dalam satuan Kg

X3 = pupuk dalam satuan Kg

X4 = pestisida dalam satuan L

X5 = tenaga kerja dalam satuan HKP

e = kesalahan pendugaan

Sebelum data digunakan dalam analisis regresi, maka terhadap data sebelumnya

dilakukan uji asumsi klasik, mencakup uji normalitas, uji autokorelasi, uji

heteroskedisitas, dan uji multikolineritas. Hasil uji asumsi ini diperlihatkan dalam

lampiran. Hasil uji ini menyatakan data-data memenuhi kriteria dan syarat untuk

digunakan dalam analisis regresi. Untuk selanjutnya dilakukan uji kesesuaian

model (Goodness of Fit Test). Persamaan regresi digunakan untuk menjelaskan

hubungan sebab akibat dari input produksi terhadap produksi kedelai yang

dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya koefisien

determinasi (R2), nilai t-hitung danf-hitung.

1. Uji Determinan (R2)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana besar

keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Uji Signifikansi t-hitung

Nilai signifikansi digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien

(53)

berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter produksi kedelai (Y). Hasil

pengujian signifikansi adalah sebagai berikut:

Kriteria uji :

Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi <

Jika signifikansi < 0,05 maka parameter yang diuji atau input produksi (Xn)

berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai (Y), sebaliknya jika signifikansi >

0,05 maka faktor produksi kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

kedelai.

α maka H0 ditolak

3. Uji Signifikansi f-hitung

Nilai signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah input produksi (Xn) yang

digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai

(Y).

Kriteria uji :

Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi <

Apabila Signifikansi <0,05 maka H0 ditolak maka secara bersama-sama input

produksi (Xn) berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai (Y) dan sebaliknya

(54)

bila H0 diterima maka secara bersama-sama input produksi (Xn) tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai (Y).

2. Analisis Efisiensi Produksi

Uji efisiensi penggunaan faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan

pestisida) digunakan untuk melihat apakah faktor produksi yang digunakan pada

usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

sudah efisien atau belum. Uji efisiensi meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga

dan efisiensi ekonomi,

1. Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis memperlihatkan kemampuan usahatani untuk memperoleh hasil

yang maksimal dari penggunaan sejumlah input produksi tertentu. Nilai efisiensi

teknis dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan Frontier (Versi 4.1c).

Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu, maka penggunaan input dalam

usahatani kedelai sudah efisien. Jika nilai efisiensi teknis tidak sama dengan satu,

maka penggunaan input dalam usahatani kedelai belum efisien. Untuk

mengetahui efisiensi teknik maka diperlukan data penggunaan input produksi

seperti luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja yang sudah

dilogaritmanaturalkan terlebih dahulu. Kemudian akan didapat nilai harapan

(mean) efisiensi tekniknya dengan menggunakan frontier 4.1. Jika nilai TE

(55)

teknik dan jika nilai T semakin mendekati 0 maka usahatani dapat dapat

dikatakan semakin inefisien secara teknik.

2. Efisiensi Harga

Sementara efisiensi harga atau alokatif memperlihatkan kemampuan usahatani

dalam menggunakan input produksi secara proporsional pada tingkat harga dan

teknologi tertentu. Nilai efisiensi harga juga dapat diketahui dari hasil pengolahan

data dengan Frontier (Versi 4.1c). Efisiensi harga (EH) merupakan rasio antara

total biaya produksi suatu output menggunakan faktor aktual dengan total biaya

produksi suatu output menggunakan faktor optimal dengan kondisi efisien secara

teknis. Apabila EH = 1 maka usahatani dikatakan efisien secara harga. Demikian

pula apabila EH < 1 atau EH > 1 maka usahatani dikatakan inefisien secara harga.

3. Efisiensi Ekonomi

Penggabungan efisiensi teknis dan efisiensi alokatif akan menghasilkan efisiensi

ekonomi. Efisiensi Ekonomi merupakan harsil kajian seluruh efisiensi teknis

dengan efisiensi harga dari seluruh faktor input, sebuah alokasi sumber daya yang

efesien secara teknis dimana kombinasi output yang diproduksi juga

mencerminkan preferensi masyarakat (Nicholson, 2002). Dengan kata lain

efisiensi ekonomi akan tercapai jika tercapai efisiensi teknik dan efisiensi harga.

Dimana:

(56)

ET = Efisiensi Teknik

EH = Efisiensi Harga

Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka usahatani yang dilakukan

sudah mencapai tingkat efisiensi (Farrel (1957), diacu dalam Coelli et al. (2005)).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini,

maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Usahatani kedelai ialah kegiatan yang dilakukan petani di dalam pembudidayaan

tanaman kedelai dalam 1 musim tanam (Mei –Agustus 2015) dalam satuan hektar.

2. Input produksi adalah masukan yang digunakan pada usahatani kedelai yang

terdiri dari lahan (m2), bibit(kg), pupuk(kg), dan pestisida(ml), tenaga kerja

(HKP).

3. Penerimaan usahatani kedelai adalah nilai produksi total usahatani kedelai yang

dijual pada harga tertentu dengan harga jual dalam satuan rupiah.

4. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani kedelai dengan

biaya usahatani kedelai selama satu musim tanam (Rp /MT).

5. Biaya usahatani kedelai adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani mulai

(57)

6. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti

halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.

7. Efisiensi terbagi kepada tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknik mencakup tentang hubungan antara input dan output.

Efisiensi harga atau alokatif menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi

ekonomi merupakan hasil kajian seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi harga

dari seluruh faktor input.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan kedelai selama kurun

musim tanam yaitu dari bulan 5 hingga bulan 8 tahun 2015.

3. Unit analisis adalah usahatani kedelai yang memproduksi kedelai pada musim

tanam yaitu dari bulan 5 hingga bulan 8 tahun 2015.

(58)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Tanjung Jati merupakan salah satu desa di Kecamatan Binjai, Kabupaten

Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Luas Desa Tanjung Jati 1869 Ha. Jarak dari Desa

Tanjung Jati ke Ibukota Kecamatan sepanjang 6,5 km, jarak ke Ibukota Kabupaten

sepanjang 16 km, sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi sepanjang 28 km. Secara

administratif Desa Tanjung Jati mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sambirejo

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Paya Roba

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Limbat

4.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Tanjung Jati sebanyak 6.291 jiwa atau 1.682 KK, yang

terdiri dari 3.301 jiwa laki-laki dan 2.984 perempuan. Distribusi penduduk dirinci

(59)

Tabel 5 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Tanjung Jati Tahun 2014

Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

Sumber: Profil Desa Tanjung Jati, 2015

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk berada pada

kelompok umur 15 – 59 tahun adalah sebanayak 3351 jiwa (53,31%) dan merupakan

usia produktif. Pada kelompok umur 0 – 4 tahun ada sebesar 244 jiwa (3,88%)

merupakan balita. Serta pada kelompok umur 75 + terlihat 27 jiwa (0,68 %).

Tabel 6. Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Tanjung Jati Tahun 2014

No Mata Pencaharian Kepala Keluarga Persentase (%) 1

4 Karyawan perusahaan

swasta/pemerintah 440 26,15

5

(60)

Berdasarkan tabel 6 dapat dikemukakan bahwa 29,72% kepala keluarga mempunyai

mata pencaharian sebagai petani baik sebagai petani jagung, kacang kedelai, kacang

tanah, padi sawah, padi ladang, dan lain – lain. Sebahagian lagi bekerja sebagai

buruh, sebagai pegawai negeri sipil dan wiraswasta, karyawan perusahaan swasta dan

pemerintahan, pedagang serta sebagai peternak.

Tabel 7. Kepala Keluarga Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Jati Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Presentase

1 Sekolah Dasar 1191 40

2 SMP/SLTP 991 33,27

3 SMA/SLTA 791 26,56

4 Dan Lain – lain 5 0,16

Jumlah 2978 100

Sumber: Profil Desa Tanjung Jati, 2015

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah kepala keluarga menurut

tingkat pendidikan, antara lain 40 % kepala keluarga Desa Tanjung Jati berada pada

tingkat pendidikan sekolah dasar disusul SMP/SLTP sebesar 33,27%, dan

SMA/SLTA sebesar 26,56%, serta wawasan berpikirnya sudah luas.

Tabel 8. Tata Guna Lahan di Desa Tanjung Jati Tahun 2014

No Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Presentase (%)

1 Pemukiman 54 2,99

2 Perkuburan 7 0,38

3 Perkantoran 0,2 0,01

4 Sawah 52 2,88

5 Ladang 65,16 3,61

6 Perkebunan Negara 1620,71 89,92

7 Lapangan Olahraga 3 0,16

8 Perkantoran Pemerintah 0,2 0,01

Jumlah 1802,27 99,96

(61)

Perkembangan dan kemajuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh sarana dan

prasarana. Apabila semakin baik sarana dan prasarana maka laju pembangunan akan

semakin cepat, begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari sarana yang tersedia

seperti sarana kesehatan, pendidikan dan tempat peribadatan. Berikut ini tabel yang

berisi keterangan mengenai sarana dan prasarana di Desa Tanjung Jati.

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Jati Tahun 2014

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Pendidikan

- Dukun Pengobatan Alternatif

1 Sumber : Profil Desa Tanjung Jati, 2015

Karakteristik sampel dalam penelitian ini petani kedelai. Dapat dilihat keadaan sosial

ekonomi yang terdiri dari umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan,

(62)

Tabel 10. Rata – Rata dan Range Responden di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

No Karakteristik Rata – Rata Range

1 Umur (tahun) 48,67 39-60

2 Pengalaman Bertani (tahun) 6,68 1 – 19

3 Jumlah Tanggungan (tahun) 3,3 2 – 5

4 Luas Lahan (ha) 1,43 0,2 – 4

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 10, rata – rata umur responenden 48,67 tahun dimana kelompok

umur terbanyak adalah usia 45 – 49 tahun sebanyak 12 orang (40 %) dari total 30

responden. Pengalaman bertani terlama adalah 30 tahun dengan rata – rata

pengalaman bertani 15,2 tahun. Jumlah tanggungan terbanyak adalah 4 orang yakni

11 responden (36,66 %). Luas lahan terbesar yang diusahakan responden adalah 10

ha. Tingkat pendidikan rata – rata 10,55 tahun atau dalam jenjang SMA sebanyak 17

responden (56,66 %). Dari 30 responden, Jumlah responden berjenis kelamin

laki-laki 29 orang atau 96,66 % dan responden yang berjenis kelamin perempuan 1 orang

(63)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Produksi Usahatani Kedelai

Berdasarkan analisis data yang dilakukan di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat tingkat produksi rata-rata kedelai sebesar 2,34 ton/ha/mt, dengan

kisaran 1,00 – 3,00 ton/ha (Lampiran 2). Tingkat produksi rata-rata kedelai nasional

mencapai 1,4 ton/ha/mt dengan kisaran 0,6 – 2,2 ton/ha/mt (Kementerian Pertanian,

2015). Bila tingkat produksi rata-rata kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat dibandingkan dengan tingkat produksi rata-rata kedelai nasional

maka diketahui tingkat produksi rata-rata kedelai di lokasi penelitian 67% lebih tinggi

dari tingkat produksi rata-rata kedelai nasional.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi,

Kementerian Pertanian Tahun 2015, tingkat produksi rata-rata kedelai dapat

mencapai kisaran 2,45 ton/ha/mt dengan kisaran 1,7 – 3,2 ton/ha/mt. Jika tingkat

produksi di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat (2,34 ton/ha/mt)

dibandingkan dengan produksi hasil balai penelitian tersebut, maka tingkat produksi

di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat 4,5% lebih rendah dari

hasil Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Pertanian.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi usahatani kedelai di Desa

Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat masih tergolong rendah maka,

(64)

Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tergolong rendah dapat diterima

kebenarannya.

5.2 Analisis Usahatani Kedelai

Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi total usahatani kedelai dalam jangka

waktu tertentu yang dijual. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih

antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi (biaya variabel dan biaya

tetap) yang digunakan dalam usahatani kedelai. Analisis kelayakan R/C atau dikenal

sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya untuk menentukan layak

atau tidak usahatani kedelai. Berikut adalah tabel usahatani kedelai di Desa Tanjung

(65)

Tabel 11. Total Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Pendapatan Keluarga dan

Penyusutan 7.571.200 252.373 176.156

Biaya Tetap (Rp) 72.041.200 2.401.373 1.676.156

5 Bibit 22.658.000 755.267 527.175

Pupuk 35.732.700 1.191.090 831.380

Pestisida 20.574.200 685.807 478.692

Tenaga Kerja 101.890.000 3.396.333 2.370.637

TKLK 93.780.000 3.126.000 2.181.945

TKDK 8.110.000 270.333 188.692

Bahan Bakar 37.607.500 1.253.583 875.000

Sewa Traktor 12.894.000 429.800 300.000

Biaya Variabel (Rp) 223.633.400 7.454.447 5.203.197 6 Total Biaya (Rp) 303.397.600 10.113.253 7.059.041 7 Penerimaan (Rp) 1.249.980.000 41.666.000 29.082.829 8 Pendapatan (Rp) 946.582.400 31.552.747 22.023.788 9 Pendapatan

Keluarga (Rp) 954.692.400 31.823.080 22.212.480

10 Revenue/Cost 4.12

Sumber : Lampiran 1 – Lampiran 11 ,Tahun 2015

5.2.1 Penerimaan Usahatani Kedelai

Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil yang dijual sedangkan penerimaan

tidak tunai adalah hasil yang dikonsumsi sendiri oleh petani. Penerimaan usahatani

merupakan hasil perkalian antara harga jual yang diterima petani per kilogram dengan

jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu musim. Dari tabel 11, diperoleh total

produksi kedelai di lokasi penelitian adalah berjumlah 100660 kg, dengan total luas

(66)

dengan rata-rata sebesar Rp.11.866/petani/mt. Penerimaan usahatani kedelai yang

diperoleh dari hasil penjualan adalah sebesar Rp.41.666.000/petani/mt dan

Rp.29.082.829/ha/mt.

5.2.2 Biaya Usahatani Kedelai

Biaya usahatani kedelai terdiri dari dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Dari

tabel 11, biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani kedelai meliputi biaya sewa

lahan dan biaya penyusutan, manakala biaya variabel yang dikeluarkan dalam

usahatani kedelai meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga

kerja, biaya sewa traktor dan biaya bahan bakar. Biaya tetap usahatani kedelai adalah

sebesar Rp.2.401.373/petani/mt dan Rp.1.676.156/Ha/mt. sedangkan biaya variabel

usahatani kedelai sebesar Rp.11.028.213/petani/mt dan Rp.7.697.683/ha/mt. Biaya

terbesar yang dikeluarkan oleh petani responden adalah biaya tenaga kerja yaitu

sebesar Rp.3.396.333/petani/mt dan 2.370.637/ha/mt dan yang secara keseluruhan

merupakan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Jenis pekerjaan yang dilakukan

oleh TKDK maupun TKLK dapat mencakup seluruh kegiatan budidaya mulai dari

persiapan lahan, pembibitan, pemupukan, penyemprotan pestisida, sehingga ke

pascapanen. Biaya terbesar kedua adalah biaya sewa lahan yaitu sebesar

Rp.2.149.000/petani/mt dan Rp.1.500.000/ha/mt, yang dihitung dalam jangka waktu

satu periode tanam, yaitu selama 3 – 4 bulan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk

sewa lahan adalah sebesar Rp.1.500.000. Biaya terbesar yang dikeluarkan selanjutnya

adalah biaya bahan bakar yaitu sebesar Rp.1.253.583/petani/mt dan

(67)

bahan bakar untuk mesin yang digunakan dalam pembudidayaan kedelai sehingga

panen. Komponen biaya terbesar selanjutnya adalah biaya pupuk yaitu sebesar

Rp.1.191.090/petani/mt dan Rp.831.380/ha/mt, pupuk yang digunakan dalam

usahatani kedelai adalah pupuk Urea, kandang, Agrobos, TSP, SP36, Ponska, KCl

dan ZPT Atonik (Lampiran 4). Komponen biaya lainnya yang memiliki proporsi yang

kecil atas biaya total adalah biaya bibit sebesar Rp.755.267/petani/mt dan

Rp.527.175/ha/mt, bibit yang digunakan adalah bibit unggul dan bibit lokal dimana

setiap harga bibit unggul yang bersertifikat sebesar Rp.15.000/kg dan ada juga yang

sebesar Rp.12.000/kg dan paling rendah bibit tidak bersertifikat yang digunakan

petani sebesar Rp8.000/kg (Lampiran 3). Manakala biaya pestisida sebesar

Rp.685.807/petani/mt dan Rp.478.692/ha/mt, yang mana pestisida yang digunakan

adalah Smart, Round Up, Dursban, Virtacho, Prevaton, Zekat/Decis dan ZPT Score

(Lampiran 5). Selanjutnya biaya sewa traktor sebesar Rp.429.800/petani/mt dan

Rp.300.000/ha/mt dan biaya penyusutan alat pertanian sebesar Rp.252.373/petani/mt

dan Rp.176.156/ha/mt. Sehingga total biaya usahatani kedelai adalah sebesar

Rp.10.113.253/petani/mt dan Rp.7.059.041/ha/mt. Maka dapat diketahui biaya

produksi adalah sebesar 68% dari produksi yang akan diterima dalam usahatani.

5.2.3 Pendapatan Usahatani Kedelai

Pendapatan usahatani kedelai terdiri dari dua, yaitu pendapatan usahatani dan

pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan

usahatani dengan total biaya usahatani sedangkan pendapatan keluarga merupakan

(68)

keluarga (TKDK). Dari tabel 11, dapat dilihat pendapatan yang diperoleh petani

kedelai adalah sebesar Rp.31.552.747/petani/mt dan Rp.22.023.788/ha/mt. sementara

itu pendapatan keluarga petani kedelai adalah sebesar Rp.31.823.080/petani/mt dan

sebesar Rp.22.212.480/ha/mt.

5.2.4 Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai

Analisis kelayakan usahatani bertujuan untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani

kedelai didaerah penelitian, apakah usahatani layak untuk diusahakan atau

sebaliknya. R/C Rasio merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat kelayakan

tersebut, dimana jika R/C rasio > 1 maka usahatani layak di usahakan, R/C rasio < 1

maka usahatani tidak layak diusahakan dan dikatakan impas jika R/C rasio = 0.

Penerimaan usahatani kedelai di lokasi penelitian sebesar Rp.41.666.000/petani/mt

dan Rp.29.082.829/ha/mt dengan biaya usahatani kedelai sebesar

Rp.10.113.253/petani/mt dan Rp.7.059.041ha/mt. Maka diperoleh nilai R/C Ratio

adalah 4.12. Usahatani kedelai di lokasi penelitian adalah usahatani kedelai yang

layak untuk di usahakan karena R/C > 1. Maka dapat disimpulkan usahatani kedelai

di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat adalah usahatani yang

menguntungkan maka hipotesis kedua yang menyatakan usahatani kedelai tidak

(69)

5.3 Tingkat Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Kedelai

5.3.1 Analisis Cobb-Douglas Regresi Berganda

Sebelum menguji tingkat efisiensi, uji statistik dilakukan terlebih dahulu dengan

metode Regresi Berganda untuk melihat pengaruh luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk

(X3), pestisida (X4) dan tenaga kerja (X5) terhadap produksi kedelai (Y). Pengolahan

data digunakan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Sebelum data

digunakan dalam analisis regresi, maka terhadap data sebelumnya dilakukan uji

asumsi klasik yang mencakup uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedisitas,

dan uji multikolineritas. Hasil uji asumsi ini diperlihatkan dalam lampiran 14. Hasil

uji asumsi ini menyatakan data-data memenuhi kriteria dan syarat untuk digunakan

dalam analisis regresi. Untuk selanjutnya dilakukan uji kesesuaian model (Goodness

of Fit Test). Maka dilakukan interpretasi hasil sebagai berikut.

Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Berganda No Input Produksi (Xi) Unstandardized

Coefficients (B)

Analisis input produksi yang mempengaruhi produksi dimasukkan ke dalam

(70)

LnY = - 177,411 + 1252,877LnX1 – 5,556LnX2 + 0,608LnX3 + 140,299LnX4 + 4,940LnX5 + u

Y = - 177,411X11252,877.X2-5,556.X30,608.X4140,299.X54,940

Berdasarkan persamaan berikut maka dapat diinterpretasikan:

Nilai konstanta sebesar -177,411, secara teoritis nilai ini menunjukkan bahwa luas

produksi kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat adalah

sebesar 177,411 apabila tidak dipengaruhi oleh input produksi kedelai. Nilai

konstanta merupakan titik potong garis regresi dengan sumbu tegak Y. Konstanta

negatif umumnya terjadi jika ada rentang yang cukup jauh antara Xi (variabel

independen) dan Y (Variabel dependen). Nilai tersebut bertanda negatif bisa

diabaikan jika model regresi yang diuji sudah memenuhi asumsi klasik (Lampiran

12). Adapun interpretasi secara parsial adalah sebagai berikut :

1. Koefisien regresi sebesar 1252,877 menunjukkan bahwa setiap adanya

penambahan luas lahan (X1) seluas 1%, akan menambah produksi sebesar

1252,877 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan lahan seluas 1% akan

mengurangi produksi sebesar 1252,877 kg.

2. Koefisien regresi sebesar -5,556 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan

bibit (X2) sebanyak 1%, akan mengurangi produksi sebesar 5,556 kg. Sebaliknya,

setiap adanya pengurangan bibit sebanyak 1% akan menambah produksi sebesar

5,556 kg. Yang menyebabkan produksi menurun bukanlah penambahan bibit

(71)

dan jumlah bibit perlobangnya yang digunakan dilapangan. Rekomendasi dari

Kementerian Pertanian bahwa setiap bibit yang seharusnya digunakan dilapangan

adalah bibit yang bersertifikat (BS, FS, SS, dan ES) yang seharga Rp15.000/kg,

dengan jarak tanam 40x15 cm, dan perlobangnya diisi dua biji bibit. Namun yang

terjadi dilapangan berbeda dari anjuran yang diberikan Kementerian Pertanian

yaitu bibit yang digunakan banyak yang seharga Rp.8.000 – Rp.12.000, dengan

jarak tanam yang terlalu rapat dan terlalu jarak, dan terkadang diisi perlobangnya

hanya satu biji bibit dan ada yang berlebihan sehingga tiga empat biji bibit

perlobangnya. Penggunaan bibit yang masih kurang optimal diduga karena

keterbatasan modal oleh petani kedelai dilapangan dan pengaplikasikannya

asal-asalan tanpa mengikut aturan yang ditetapkan.

3. Koefisien regresi sebesar 0,608 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan

pupuk (X3) sebesar 1%, akan menambah produksi sebesar 0,608 kg. Sebaliknya,

setiap adanya pengurangan pupuk sebesar 1% akan mengurangi produksi sebesar

0,608 kg.

4. Koefisien regresi sebesar 140,299 menunjukkan bahwa setiap adanya

penambahan pestisida (X4) sebesar 1%, akan menambah produksi sebesar

140,299 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan pestisida sebesar 1% akan

mengurangi produksi sebesar 140,299 kg. Penambahan pestisida ini disebabkan

oleh hama yang terdapat pada lahan adalah hama yang datang dari kelapa sawit.

(72)

kelapa sawit. Oleh disebabkan itu, penambahan pestisida sangatlah diperlukan

untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai.

5. Koefisien regresi sebesar 4,940 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan

tenaga kerja (X5) sebesar 1%, akan menambah produksi 4,940 kg. Sebaliknya,

setiap adanya pengurangan tenaga kerja sebesar 1% akan mengurangi produksi

sebesar 4,940 kg.

Dari persamaan tersebut dapat diketahui masing-masing koefisien tiap faktor

produksi, apabila tiap koefisien dijumlahkan akan menunjukkan nilai Return to Scale

(Skala Pengembalian), apabila nilai RTS > 1 maka terjadi Increasing Return to Scale,

jika RTS = 1 maka terjadi Constant Return to Scale dan RTS < 1 maka terjadi

Decreasing Return to Scale. Sehingga dapat diperoleh :

RTS = 1252,877 – 5,556 + 0,608 + 140,299 + 4,940 = 1393,168 kg = 1,394 ton

Dari hasil perhitungan diatas maka didapat 1,394 > 1 menunjukkan terjadi Increasing

Return to Scale, yang artinya ketika semua input produksi (luas lahan, bibit, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja) dinaikkan/digandakan sebesar 2 kali maka penambahan

produksi sebesar 21,394. Ini artinya bahwa proporsi penambahan input produksi akan

(73)

1. Uji Determinan (R2)

Berdasarkan hasil regresi tersebut (Tabel 12) diperoleh nilai R2 = 0,986 Artinya,

bahwa produksi kedelai pada model dijelaskan oleh luas lahan, bibit, pupuk,

pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama sebesar 98,6% dan sisanya sebesar

1,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model estimasi.

2. Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial

Kriteria uji :

Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima H1 ditolak

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak. H1 diterima

Berdasarkan hasil regresi tersebut (Tabel 12) diperoleh uji parsial dari model tersebut

adalah bahwa nilai signifikansi luas lahan (0,000 < 0,05), pupuk (0,000 < 0,05) dan

pestisida (0,000 < 0,05) secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai

maka, H0 ditolak H1 diterima, sedangkan signifikansi bibit (0,243 > 0.05) dan tenaga

kerja (0,382 > 0.05), secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai

maka, H0 diterima H1 ditolak.

3. Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak

Kriteria uji :

Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

(74)

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak H1 diterima

Berdasarkan hasil regresi tersebut (Tabel 12), diperoleh uji serempak dari model

tersebut adalah bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel bebas luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara

serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai, maka H0 ditolak H1 diterima

5.3.2 Analisis Efisiensi Produksi

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk

mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Penggunaan input secara optimal

dituntut dalam hal ini yakni dengan pengalokasian sumber daya yang terbatas mampu

memberikan hasil yang optimal. Uji efisiensi penggunaan input produksi (luas lahan,

bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) digunakan untuk melihat apakah input

produksi yang digunakan pada usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan

Binjai, Kabupaten Langkat sudah efisien atau belum. Berikut ini hasil penelitian

analisis efisiensi pada usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat yang telah diolah dengan menggunakan perangkat lunak Frontier

4.1.c

1. Efisiensi Teknik

Berdasarkan hasil olah data menggunakan perangkat lunak Frontier 4.1.c (Lampiran

13), diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknik usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat mencapai 0,8370. Nilai efisiensi teknik

(75)

produksi yang diperoleh dengan kombinasi input produksi yang dikorbankan. Hal ini

menunjukkan bahwa pengunaan input produksi dalam usahatani kedelai hampir

mencapai efisiensi secara teknik. Hal ini dikarenakan 0,837 < 1 (mendekati 1) dan

terdapat peluang sebesar 0,163% untuk mencapai efisiensi secara teknis. Dilihat dari

hasil penelitian sebanyak 30 sampel pada usahatani kedelai yang diteliti semua

sampel hampir mencapai efisiensi secara teknik sebanyak 20 responden yang nilai

efisiensi teknisnya > 0,8, namun selebihnya sebanyak 10 responden sudah hampir

mencapai efisiensi secara teknik (Lampiran 13).

2. Efisiensi Harga

Berdasarkan hasil olah data menggunakan perangkat lunak Frontier 4.1 (Lampiran

14), diperoleh nilai rata-rata efisiensi harga usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebesar 0,1509. Nilai efisiensi harga tersebut

menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel hanya mencapai 15.09% dari produksi

yang diperoleh dengan kombinasi harga input produksi yang dikorbankan. Hal ini

menunjukkan bahwa pengunaan input produksi dalam usahatani kedelai belum efisien

secara harga 0 < 0,1509 < 1 (mendekati 0). Nilai efisiensi harga yang belum

mencapai 1 berarti tingkat efisiensi secara harga rendah. Dilihat dari hasil penelitian

sebanyak 30 sampel pada usahatani kedelai yang diteliti semua sampel tidak

(76)

3. Efisiensi Ekonomi

Diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknik usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebesar 0,837, dan nilai rata-rata efisiensi

harga usahatani kedelai dilokasi penelitian sebesar 0,1509. Hasil perhitungan efisiensi

ekonomi di lokasi penelitian adalah sebagai berikut.

EE = ET x EH

= 0,837 x 0,1509

= 0,126

Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai efisensi ekonomi sebesar 0,126.

Maka, usahatani kedelai di lokasi penelitian tidak efisien secara ekonomi karena

0,126 < 1 (mendekati 0).

Maka dapat disimpulkan pengunaan input produksi usahatani di Desa Tanjung Jati

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak efisiens secara teknis, harga dan ekonomi

maka hipotesis pertama yang menyatakan penggunaan input produksi usahatani di

Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak efisien dapat diterima

Gambar

Tabel 3. Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Tanaman Kedelai        Menurut Kecamatan, Tahun 2013  No Kecamatan Luas Panen Produksi Rata-Rata Produksi
Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kedelai Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Binjai (Ha), Tahun 2013 No Desa/Kelurahan Luas Panen Produksi
Tabel 6. Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian di Desa Tanjung Jati Tahun 2014 No Mata Pencaharian Kepala Keluarga Persentase (%)
Tabel 7. Kepala Keluarga Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Jati Tahun 2014 No Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Presentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah dan Persentase dan Persentase Jawaban Responden Terhadap Variabel Tangible Kategori Pelayanan yang Diharapkan ... Jumlah dan Persentase dan

Pemberian insentif sangat penting bagi karyawan, karena besar kecilnya insentif merupakan ukuran terhadap prestasi kerja karyawan, maka apabila sistem insentif yang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang... selaras dengan prinsip HAM yang berlaku universal, juga

bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2 huruf b, dan Pasal 5 Peraturan Bupati Kerinci Nomor 59 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

[r]

bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2 huruf b, dan Pasal 5 Peraturan Bupati Kerinci Nomor 59 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

[r]

bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2 huruf b, dan Pasal 5 Peraturan Bupati Kerinci Nomor 59 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun