LAMPIRAN 1
Tabel 1
Data Permintaan Kredit Kota Medan 2010 – 2014 (juta rupiah)
NAMA BANK 2010 2011 2012 2013 2014
BRI 5.196.422 7.349.549 9.460.188 11.027.099 11.250.518
BANK MANDIRI 15.351.080 16.801.428 21.424.453 24.121.110 25.426.870
BNI 3.852.091 3.760.297 4.645.173 4.985.945 4.725.620
BANK DANAMON 6.835.313 8.676.234 8.105.177 7.833.893 8.222.578
BANK PERMATA 3.392.392 3.687.674 5.141.320 5.921.924 6.823.092
BCA 2.125.928 4.296.900 5.311.932 6.176.816 4.679.807
BII 1.742.914 2.381.743 2.559.524 3.376.784 3.733.224
BANK PANIN 2.008.252 2.272.909 3.303.009 3.332.207 3.409.030
CIMB NIAGA 3.820.511 4.559.292 5.272.186 5.860.379 6.787.326
BANK UOB BUANA 2.121.139 2.426.615 2.504.565 2.949.500 4.381.142
BANK OCBC NISP 517.284 2.217.551 3.034.242 3.962.710 4.167.159
CITIBANK 232.745 276.449 494.191 929.360 872.895
BANK ARTHA GRAHA 269.207 260.471 556.109 546.936 667.546
HSBC 1.620.969 2.753.852 4.096.483 5.485.150 5.657.619
BANK DBS 3.541.831 4.276.244 6.042.733 10.799.672 10.986.136
BANK SC 198.037 205.351 437.007 499.711 451.449
BANK UOB 0 0 0 0 0
ANZ PANIN BANK 11.636 573.910 343.456 373.956 312.867
BANK BUMI ARTA 35.553 58.942 93.669 112.536 125.977
BPR 0 0 0 0 0
BANK EKONOMI 1.904.758 1.204.993 1.343.288 1.664.743 1.863.377
RABOBANK 116.863 196.719 313.669 407.004 401.002
BANK MUTIARA 43.656 162.554 261.434 359.995 328.943
BANK MAYAPADA 21.961 25.121 51.974 318.701 86.646
BANK JABAR BANTEN 6.994 15.696 60.260 104.913 154.922
BPD ACEH 103.819 59.994 46.680 64.289 100.264
BPD SUMUT 2.252.633 2.607.719 3.705.658 4.054.345 4.194.173
BANK SWADESI 5.069 15.833 26.917 62.300 128.952
BMI 239.684 349.691 443.517 634.467 815.361
BANK MESTIKA 2.712.246 2.956.379 3.325.705 3.789.557 4.246.712
BANK SINARMAS 73.755 80.321 74.524 65.944 59.130
BANK MASPION 83.565 121.956 194.241 188.153 200.003
BANK ICBC IND 0 0 119.639 70.018 61.553
BANK KESAWAN 310.710 359.364 234.917 670.345 1.111.223
Lanjutan Tabel 1
Data Permintaan Kredit Kota Medan 2010 – 2014 (juta rupiah)
NAMA BANK 2010 2011 2012 2013 2014
BRI SYARIAH 129.216 200.804 262.947 353.805 363.188
BANK MEGA 74.055 196.205 180.131 178.811 135.292
BNI SYARIAH 114.045 110.379 122.043 165.646 199.716
BANK BUKOPIN 507.708 497.682 507.554 517.566 615.283
BANK SYARIAH
MANDIRI 733.697 1.020.628 1.140.966 1.141.158 918.539
BANK BUMIPUTERA 415.224 341.391 325.224 235.222 221.469
BANK YUDHA BHAKTI 35.321 38.003 52.774 52.744 107.121
BANK AGRONIAGA 292.088 202.067 363.084. 344.933 314.033
BANK SBI 4.474 11.560 14.282 88.172 38.104
BANK SYARIAH MEGA 189.610 275.290 330.698 338.732 201.489
BANK SYARIAH
BUKOPIN 166.467 110.749 100.079 113.935 103.394
BANK DIPO 53.277 35.617 40.644 43.856 101.131
BANK EKSEKUTIF 62.178 149.134 137.671 143.142 138.114
BANK AGRIS 2.175 2.417 1.242 400.512 729.802
BANK OCBC 1.126.451 0 0 0 0
BANK
LAMPIRAN 2
Tabel 2
Data Inflasi Kota Medan 2010 – 2014
Tahun Tingkat Inflasi (%)
2010 7,63
2011 3,54
2012 3,79
2013 10,10
2014 8,24
Tabel 3
Data Nilai Tukar 2010 – 2014
Tahun Nilai Tukar (Rp)
2010 9.085
2011 8.779
2012 9.380
2013 10.451
LAMPIRAN 3
1. Uji Asumsi Klasik 1.1 Uji Normalitas
a. Grafik Histogram (sebelum penambahan kriteria)
c. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov (sebelum penambahan kriteria)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 215
Normal Parametersa,b
Mean -.0007858
Std. Deviation 3772711076348.6 5620000
Most Extreme Differences
Absolute .219
Positive .219
Negative -.211
Kolmogorov-Smirnov Z 3.208
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
e. Grafik Normal Plot (setelah penambahan kriteria)
f. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov (setelah penambahan kriteria)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .63562262
Most Extreme Differences
Absolute .093
Positive .093
Negative -.050
Kolmogorov-Smirnov Z .833
Asymp. Sig. (2-tailed) .492
a. Test distribution is Normal.
1.2 Uji Heterokedastisitas
Correlations
LnIf LnNt ABS_RES
Spearman's rho LnIf
Correlation Coefficient 1.000 .800** .047
Sig. (2-tailed) . .000 .681
N 80 80 80
LnNt
Correlation Coefficient .800** 1.000 .024
Sig. (2-tailed) .000 . .832
N 80 80 80
ABS_RES
Correlation Coefficient .047 .024 1.000
Sig. (2-tailed) .681 .832 .
N 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1.3 Uji Multikolinearitas
1.4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .311a .096 .073 .64382 1.648
a. Predictors: (Constant), LnNt, LnIf
b. Dependent Variable: LnPk
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 8.641 7.658 1.128 .263
LnIf -.184 .221 -.119 -.832 .408 .576 1.736
LnNt 2.258 .860 .374 2.624 .010 .576 1.736
2. Pengujian Hipotesis
2.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8.641 7.658 1.128 .263
LnIf -.184 .221 -.119 -.832 .408
LnNt 2.258 .860 .374 2.624 .010
a. Dependent Variable: LnPk
2.2 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3.407 2 1.704 4.110 .020b
Residual 31.917 77 .415
Total 35.325 79
a. Dependent Variable: LnPk
b. Predictors: (Constant), LnNt, LnIf
2.3 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8.641 7.658 1.128 .263
LnIf -.184 .221 -.119 -.832 .408
LnNt 2.258 .860 .374 2.624 .010
2.4 Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .311a .096 .073 .64382
a. Predictors: (Constant), LnNt, LnIf
Daftar Pustaka BUKU:
Abdullah, Faisal, 2005. Manajemen Perbankan, Cetakan Ketiga, UUM Press, Malang.
Bakti, Sumanjaya dan Nasution, 2012. Pengantar Ekonomi Makro, USU Press, Medan.
Bank Indonesia, 2015. Statisik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Bank Indonesia Medan.
Blundell-Wignall, A dan M, Gizycki, 1992. Credit Supply and Demand and the Australian Economy, Research Discussion Paper. Economic Research Department.
Darmawi, Herman, 2006. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Ekawarna dan Facruddinsyah, 2010. Pengantar Teori Ekonomi Makro, Gaung Persada (GP Press), Jakarta.
Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hady, Hamdy, 2012. Manajemen Keuangan Internasional, Edisi Ketiga, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Harmanta dan Ekananda, 2005. Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit, Sebuah Pendekatan Model Disequilibrium. Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan. Bank Indonesia, Jakarta.
Judisseno, Rimsky K, 2002. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kasmir, 2008.Manajemen Perbankan, edisi revisi 8, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kiryanto, Ryan, 2007. Langkah Terobosan Ekspansi Kredit, Jurnal Hukum Bisnis.
Mankiw, N. Gregory, 2003. Teori Makroekonomi, Edisi Kelima, Terjemahan, Erlangga, Jakarta.
Miraza, Bachtiar Hasan. dkk, 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Produktif di Perbankan Sumatera Utara, Jurnal Mepa Ekonomi.
Pohan, Aulia, 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rivai, H Veithzal dan Andria Permata Rivai, 2006. Credit Manajemen Handbook, Edisi Pertama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Situmorang,Safrizal Helmi dan Muslich, Lutfi, 2012. Analisis Data: untuk Riset Manajemendan Bisnis, USU Press, Medan.
Sukirno, Sadono, 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suparmono, 2004. Pengantar Ekonometrika Makro: Teori, Soal dan Penyelesaiannya. AMP YKP, Yogyakarta.
Susanti Hera, Moh Ikhsan dan Widyawati, 2007. Indikator Makro Ekonomi,Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.
Triyono, 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.9 No.2, Desember 2008 : 1156 – 167. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992
JURNAL:
Tandris, Tommy, dan Murni, 2014.“Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar Pengaruhnya terhadap Permintaan Kredit Perbankan di Kota Manado”, Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Volume 2 Nomor 1.
Kaunang, 2013. “Tingkat Suku Bunga Pinjaman dan Kredit Macet Pengaruhnya terhadap Permintaan Kredit UMKM di Indonesia”, Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Volume 1 Nomor 3.
Pangenmanan, 2013. “Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga terhadap Risiko Sistematis Pada Perusahaan Sub-Sektor Food and Beverage di BEI”, Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Volume 1 Nomor 3.
Kholisudin, 2012. “Determinan Permintaan Kredit pada Bank Umum di Jawa Tengah”, Economics Development Analysis Journal, Volume 1 Nomor 1.
Aryaningsih, 2008. “Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Kediri”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, Volume 2 Nomor 1.
WEBSITE:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini dikategorikan sebagai
jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif ialah metode untuk mengetahui
korelasi atau hubungan kausal (hubungan yang bersifat sebab akibat) antara
variabel yang satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh dari Inflasi dan Nilai Tukar terhadap Kredit yang Disalurkan oleh Bank
Konvensional di Kota Medan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan riset ke Bank Indonesia kantor
cabang Medan Jl. Balai Kota No.4, Medan. Waktu penelitian dilakukan dari
bulan Januari 2016 sampai bulan Februari 2016.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional berguna agar peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan
pengamatan. Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Independen (Variabel Bebas):
X1 : Inflasi
X2 : Nilai Tukar
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat):
3.4 Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Independen
a. Inflasi (X1)
Data inflasi merupakan data yang bersumber dari Bank Indonesia kantor
cabang Medan yang merupakan data inflasi tahunan dari tahun 2010 – 2014.
b. Nilai Tukar (X2)
Nilai tukar adalah nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang
Dollar Amerika. Pada penelitian ini digunakan nilai tukar tengah rupiah terhadap
Dollar Amerika yang bersumber dari Bank Indonesia kantor cabang Medan (kurs
BI) berupa data tahunan dari tahun 2010 – 2014 dan dinyatakan dalam satuan ribu
rupiah.
3.4.2 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Permintaan Kredit. Permintaan
kredit merupakan pemberian uang dalam bentuk kredit yang disalurkan kepada
masyarakat yang dihitung dalam satuan rupiah. Jenis kredit ini dapat diklasifikasi
dalam tiga bentuk, yaitu kredit konsumtif, kredit produktif, dan kredit investasi.
Data total jumlah permintaan kredit ini diperoleh dari Bank Indonesia kantor
cabang Medan yang dinyatakan dalam rupiah berdasarkan perhitungan tahunan
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi dan Indikator Skala
1 Permintaan Kredit (Y) Jumlah kredit yang disalurkan pada bank konvensional pada
akhir periode tahunan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah
Rasio
2 Inflasi (X1) Angka inflasi per tahun di Kota
Medan
Rasio
3 Nilai Tukar (X2) Angka nilai tukar rupiah terhadap dollar per tahun
Rasio
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan yang
berada di kota Medan mulai dari tahun 2010 – 2014 yang terdaftar Bank
Indonesia kantor cabang Medan. Perbankan di kota Medan berjumlah sebanyak
52 bank.
Metode pengambilan sampel menggunakan meotede purposive sampling.
Metode penentuan sampel ini menggunakan kriteria-kriteria tertentu.
Adapunkriterianya adalah sebagai berikut:
1. Bank merupakan lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional.
2. Data permintaan kredit per tahun 2010 – 2014 tersedia.
Berdasarkan kriteria penarikan sampel, maka diperoleh sampel penelitian
sebanyak 43 bank. Berikut ini daftar 43 bank yang menjadi sampel yang dapat
Tabel 3.2
Nama-nama Bank SampelPenelitian
No. Nama Bank Bank
Konvensional
Data permintaan
kredit per tahun 2010 – 2014 tersedia
Sampel
1 BRI Sampel 1
2 BANK MANDIRI Sampel 2
3 BNI Sampel 3
4 BANK DANAMON Sampel 4
5 BANK PERMATA Sampel 5
6 BCA Sampel 6
7 BII Sampel 7
8 BANK PANIN Sampel 8
9 CIMB NIAGA Sampel 9
10 BANK UOB BUANA Sampel 10
11 BANK OCBC NISP Sampel 11
12 CITIBANK Sampel 12
13 BANK ARTHA GRAHA Sampel 13
14 HSBC Sampel 14
15 BANK DBS Sampel 15
16 BANK SC Sampel 16
17 ANZ PANIN BANK Sampel 17
18 BANK BUMI ARTA Sampel 18
19 BANK EKONOMI Sampel 19
20 RABOBANK Sampel 20
21 BANK MUTIARA Sampel 21
22 BANK MAYAPADA Sampel 22
23 BANK JABAR BANTEN Sampel 23
24 BPD ACEH Sampel 24
25 BPD SUMUT Sampel 25
26 BANK SWADESI Sampel 26
27 BMI Sampel 27
28 BANK MESTIKA Sampel 28
29 BANK SINARMAS Sampel 29
30 BANK MASPION Sampel 30
31 BANK ICBC INDONESIA
-
32 BANK KESAWAN Sampel 31
33 BTN Sampel 32
34 BTPN Sampel 33
Lanjutan Tabel 3.2
Nama-nama Bank SampelPenelitian
No. Nama Bank Bank
Konvensional
Data permintaan
kredit per tahun 2010 – 2014 tersedia
Sampel
36 BANK MEGA Sampel 34
37 BNI SYARIAH -
38 BANK BUKOPIN Sampel 35
39 BANK SYARIAH MANDIRI
-
40 BANK BUMIPUTERA Sampel 36
41 BANK YUDHA BHAKTI Sampel 37
42 BANK AGRONIAGA Sampel 38
43 BPR -
44 BANK SBI Sampel 39
45 BANK SYARIAH MEGA -
46 BANK SYARIAH BUKOPIN
-
47 BANK SAHABAT SAMPOERNA
Sampel 40
48 BANK UOB -
49 BANK EKSEKUTIF Sampel 41
50 BANK AGRIS Sampel 42
51 BANK OCBC -
52 BANK
COMMONWEALTH
Sampel 43
3.6 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif
dan merupakan data time series. Data kuantitatif merupakan data yang disajikan
dalam bentuk angka-angka berupa inflasi, nilai tukar, dan permintaankreditdi kota
Medan. Data time series adalah sekumpulan data dari waktu ke waktu pada obyek
yang sama untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan atau kejadian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang bersumber dari pihak lain. Pada penelitian ini, sumber data diperoleh
dari Bank Indonesia kantor cabang Medan, internet, buku, dan jurnal yang
menunjang penelitian ini. Data sekunder ini merupakan sumber data yang
digunakan untuk melengkapi penulisan.
3.7Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi.
Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data dari
buku-buku, jurnal penelitian, dan internet yang memiliki relevansi dengan penelitian ini
serta melakukan riset kepustakaan.
3.8 Metode Analisis Data
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistic deskriptif
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau member gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
3.8.2Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka peneliti terlebih dahulu
menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas. Pengujian ini
Uji Klasik ini dapat dikatakan sebagai kriteria ekometrika untuk melihat
apakah hasil estimasi memenuhi dasar linier klasik atau tidak. Setelah data
dipastikan bebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan uji
hipotesis yakni uji individual (uji t), pengujian secara serentak (uji F), dan
koefisien determinasi (R2). Uji asumsi klasik terdiri dari :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
masing-masing variabel berdistribusi secara normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusannya jika data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2012).
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap,
maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Heterokedastisitas menunjukan bahwa varians dari setiap error bersifat
varians dari error harus bersifat homogennya. Hipotesis dalam uji
Heterokedastisitas ini adalah :
H0: tidak ada heterokedastisitas
H1: ada heterokedastisitas
Dalam pengujian dilakukan dengan menggunakan uji individu (t-test) untuk
masing-masing variabel. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan dengan
kriteria:
Jika signifikan (probabilitas) dari thitung< 0,05 maka H0 ditolak
Jika signifikan (probabilitas) dari thitung> 0,05 maka H0diterima
3. Uji Multikolinearitas
Tujuan dilakukannya uji multikolonieritas adalah untuk melihat apakah
model regresi memiliki korelasi antara variabel independen satu dengan
yang lainnya. Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya
multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksir semakin besar dan
probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar sehingga
mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari (1)
Nilai tolerance (TOL) dan lawannya (2) varianceinflation factor (VIF).
Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF=1/Tolerance). Nilai Cut off yang umum dipakai untuk menunjukan
adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan
Cara mengatasi multikolinearitas adalah (a) transformasi variabel. Jika
terlihat pada model awal dengan adanya gejala multikolonieritas maka dapat
dilakukan transformasi variabel yang bersangkutan kedalam bentuk
logaritma natural atau bentuk-bentuk tranformasi lainnya, sehingga nilai t
hitung yang dihasilkan secara individu variabel independen dapat secara
signifikan mempengaruhi variabel terikat, (b) meningkatkan jumlah data
sampel. Dengan adanya peningkatan jumlah data sampel diharapkan mampu
menurunkan standar error disetiap variabel independen dan akan diperoleh
yang benar-benar bisa menaksirkan koefisien regresi secara tepat.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu padaperiode t dengan
kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan antara satu dengan lainnya. Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2012).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dilakukan dengan uji
Durbin Watson. Pengambilan keputusan mengenai ada atau tidaknya
autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai D-W terletak antara angka -2 sampai +2, maka koefisien pada
regresi tidak terdapat autokorelasi.
2. Bila D-W lebih rendah atau di bawah angka -2, maka koefisien pada
3. Bila nilai D-W lebih besar atau di atas angka +2, maka koefisien pada
regresi mengalami autokorelasi negatif.
3.8.3Analisis Regresi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar
terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan Konvensional di Kota Medan.
Maka dari itu, digunakan teknik analisis regresi linier berganda guna menjawab
hipotesis dengan model sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
dimana:
a = Konstanta
Y = Jumlah Kredit yang Disalurkan
X1 = Inflasi
X2= Nilai Tukar
b1 = Koefisien Regresi Inflasi
b2 = Koefisien Regresi Struktur Modal
e = Standard error
3.8.4 Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis, yaitu melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka
dilakukan uji-F. Pada dasarnya uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
bebas (independent variable) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
variabel dependen diuji dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05). Bentuk
pengujiannya adalah:
Hipotesa Nol:
H0 : b1, b2 = 0 : Secara simultan antara inflasi dan nilai tukar tidak
berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan
perbankan konvensionaldi kota Medan.
Hipotesa Alternatif:
Ha : b1, b2≠ 0 : Secara simultan antara inflasi dan nilai tukar berpengaruh
terhadap jumlahkredityang disalurkan perbankan
konvensional di kota Medan.
Kriteria Pengujian:
1. Jika nilai Fhitung> Ftabel dan nilai Sig. F < 0,05, H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Jika nilai Fhitung< Ftabel dan nilai Sig. F > 0,05, H0 diterima dan Ha ditolak
2. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial. Bentuk pengujiannya adalah:
Hipotesa Nol:
H0 : b1 = 0, Inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan
perbankan konvensionaldi kota Medan.
H0 : b2= 0, Nilai tukar tidak berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan
Hipotesa Alternatif:
Ha : b1≠ 0, Inflasi berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalrukan perbankan
konvensional di kota Medan.
Ha : b2≠ 0, Nilai tukar berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan
perbankan konvensional di kota Medan.
Kriteria Pengujian:
1. Jika nilai thitung> ttabel dan nilai Sig. t< 0,05, H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Jika nilai thitung< ttabel dan nilai Sig. t> 0,05, H0 diterima dan Ha ditolak
3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Untuk mengukur besarnya koefisien dari uji regresi dapat dilihat melalui nilai
koefisien determinasi multiple R2(koefisien determinasi mengukur proporsi dari
variabel yang dapat dijelaskan oleh variabel independen).
Tabel 3.3
Hubungan Antarvariabel
Nilai Interpretasi
0,0 – 0,19 Sangat Tidak Kuat 0,2 – 0,39 Tidak Erat 0,4 – 0,59 Cukup Erat
0,6 – 0,79 Erat
0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber: (Situmorang dan Lufti, 2012)
Tabel diatas menjelaskan bahwa apabila R2 suatu regresi semakin mendekati 1
(satu), menunjukkan semakin eratnya hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.
Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh
faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel independen terhadap variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 BRI
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang
terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di
Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank
Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”, suatu lembaga yang
melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut
berdiri pada tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari
lahir BRI.
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak
tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat
kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha
kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit
Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp 6.419,8 miliar yang meningkat menjadi
Rp 8.231,1 miliar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan
September sebesar Rp 20.466 miliar.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat, maka
yang terdiri atas 1 Kantor Pusar BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi/SPI,
170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor
Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor
Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193
P.POINT, 3.705 BRI UNIT, dan 357 Pos Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013,
BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah
secara online melalui layanan cashmanagement.
4.1.2 Bank Mandiri
PT Bank Mandiri (PERSERO) Tbk. adalah bank yang berkantor pusat di
Jakarta, dan merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan
deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari
program rekstrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah, yaitu Bank Bumi
Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank
Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) digabungkan ke dalam Bank
Mandiri.
Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari berbagai segmen merupakan
penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha, nasabah
Bank Mandiri bergerak dibidang usaha yang sangat beragam. Sebagai bagian dari
upaya penerapan “prudential banking” dan “best-practices risk management”,
Bank Mandiri telah melakukan berbagai perubahan. Salah satunya, persetujuan
kredit dan pengawasan dilaksanakan dengan “four-eye principle”, dimana
bagian diversifikasi risiko dan pendapatan, Bank Mandiri juga berhasil mencetak
kemajuan yang signifikan dalam melayani Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dan nasabah ritel. Pada akhir 1999, porsi kredit kepada nasabah ”corporate”
masih sebesar 87% dari total kredit, sementara pada 31 Desember 2009, porsi
kredit kepada nasabah UKM dan mikro telah mencapai 42,22% dan porsi kredit
kepada nasabah consumer sebesar 13,92%, sedangkan porsi kredit kepada
nasabah ”corporate” mencakup 43,86% dari total kredit.
Pada Juni 2013, Bank Mandiri sudah mempunyai 1.811 cabang dan sekitar
11.812 ATM yang tersebar merata di 34 provinsi di Indonesia tanpa terkecuali,
semakin menegaskan Bank Mandiri sebagai salah satu dari jajaran bank terbesar
di Indonesia.
4.1.3 BNI
Bank Negara Indonesia atau BNI adalah sebuah institusi bank milik
pemerintah, dalam hal ini adalah perusahaan BUMN di Indonesia. Dalam struktur
manajemen organisasinya, Bank Negara Indonesia (BNI) dipimpin oleh seorang
Direktur Utama yang saat ini dijabat oleh Achmad Baiquni.
Bank Negara Indonesia (BNI) adalah bank komersial tertua dalam sejarah
Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli tahun 1964. Saat ini
BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga
mempunyai unit perbankan syariah, namun sejak 2010 telah spin off (memisahkan
diri) yang dinamakan dengan BNI Syariah.
PT Bank Negara Indonesia Tbk didirikan oleh Margono Djojohadikusumo,
sirkulasi/sentral yang bertanggung jawab dan mengelola mata uang RI. Margono
bersaja besar atas perkembangan bisnis atau usaha perbankan di Indonesia.
Karena Margono adalah seorang pionir, maka dia berhasil menggantikan peranan
De Javasche Bank pada era penjajahan.
Pada 2013, BNI memposisikan layanannya dalam tingkat yang lebih tinggi.
Bank BNI meluncurkan kartu kredit dan kartu ATM/debit bergambar Tim
Sepakbola peserta BPL, Chelsea, dengan logo MasterCard. Bank BNI juga
meluncurkan layanan trust bagi industri ekspor, termasuk untuk industri minyak
dan gas.
4.1.4 Bank Danamon
Bank Danamon didirikan pada tanggal 16 Juli 1956 dengan nama PT Bank
Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 nama bank ini berubah menjadi PT Bank
Danamon Indonesia. Bank ini menjadi bank pertama yang mempelopori
pertukaran mata uang asing pad atahun 1976 dan tercatat sahamnya di bursa sejak
tahun 1989.Pada tahun 1997, sebagai akibat dari krisis finansial di Asia, Bank
Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan akhirnya oleh pemerintah ditaruh di
bawah pengawasan BPPN atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional sebagai
bank yang diambil alih Pemerintah (BTO – Bank Take Over). Pada tahun 1999,
pemerintah melalui BPPN melakukan rekapitalisasi Bank Danamon sebesar Rp 32
miliar dalam bentuk Surat Hutang Pemerintah (Government Bonds). Pada tahun
yang sama, beberapa bank BTO akhirnya digabung menjadi satu dengan Bank
Pada tahun 2000, Bank Danamon kembali melebarkan sayapnya dengan
menjadi bank utama dalam penggabungan 8 Bank BTO lainnya. Pada saat inilah
Bank Danamon mulai muncul sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia. Pada
3 tahun berikutnya, Bank Danamon mengalami restrukturisasi besar-besaran
mulai dari bidang manajemen, sumber daya manusia, organisasi, sistem informasi,
anggaran dasar, dan logo perusahaan. Usaha keras yang dilakukan ini akhirnya
berbuah hasil dalam membentuk pondasi dan infrastruktrur bagi Bank Danamon
dalam tujuannya untuk meraih pertumbuhan yang maksimal berdasarkan
transparasi kerja, tanggung jawab kepada masyarakat, integritas sebagai salah satu
pilar ekonomi di Indonesia dan sikap profesional dalam menjalankan tugasnya
sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia.
Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih mayoritas kepemilikan
sahamnya oleh konsorsium Asia Finance Indonesia di bawah kendali Temasek
Holdings. Dengan hadirnya manajemen baru, maka dicanangkanlah penata
ulangan model bisnis dan strategi usaha Bank Danamon dalam usahanya untuk
terus melakukan perubahan total dalam disain yang sudah dirancang untuk
menjadikan Bank Danamon sebagai salah satu bank nasional terkemuka di
Indonesia dan bank pemain utama di kawasan Asia.
4.1.5 Bank Permata
Bank Permata merupakan salah satu bank swasta nasional di Indonesia.
Tahun 2004 Standard Chartered Bank dan PT Astra Internasional Tbk mengambil
alih Permata Bank dan memulai transformasi besar-besaran di dalam organisasi.
yang inovatif. Melayani sekitar 2 juta nasabah di 59 kota di Indonesia, per
Oktober 2013 tercatat Permata Bank memiliki 308 cabang (15 Cabang Syariah
dan 293 Cabang Konvensional), 20 Cabang Bergerak (Mobile Branch), 3 Payment
Point, 888 ATM dengan akses di lebih dari 50.000 ATM (VisaPlus, Visa
Electron, MasterCard, Alto, ATM Bersama, dan ATM Prima) dan jutaan ATM di
seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan Visa, MasterCard, Cirrus.
Pengakuan terkini atas pencapaian Permata Bank adalah 12 Penghargaan
dari Asiamoney 2013 untuk Cash Management dan Foreign Exchange Products
and Services; 4 penghargaan International Business Awards (Stevie Award) atas
kampanye kehumasan dan pemasaran tahunan; Bank dengan SMS Banking dan
ATM terbaik dalam Banking Service Excellence 2012 – 2013 dan peringkat ketiga
Best Overall Performance serta peringkat teratas Permata Bank Syariah dalam
layanan prima terbaik tiga kali berturut-turut, Gold Award untuk Priority Banking
dalam Service Quality Award 2013, Bank Syariah terbaik dengan asset> 500
miliar dari Karim Award 2013.
4.1.6 BCA
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) adalah bank swasta terbesar di Indonesia.
Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan
pernah merupakan bagian penting dari Salim Group. Krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1997 membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem
perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus kondisi ini memengaruhi aliran
dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak
bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan
Perbankan (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998. Berkat
kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih
kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ketiga
telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67,93 triliun,
padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53,36 triliun. Kepercayaan masyarakat
pada BCA telah sepenuhnya pulih dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank
Indonesia pada tahun 2000.
BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik.
Penawaran Saham Perdasa berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham
sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham
Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran
mendivestasikan saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan
BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA. Dalam tahun 2002
BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat
yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius,
memenangkan tender tersebut. Saat ini BCA terus memperkokoh tradisi tata
kelola perusahaan yang baik, kepatuhaan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko
secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional
maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.
4.1.7 BII
PT Bank Maybank Indonesia Tbk adalah salah satu bank swasta terkemuka
(Maybank), salah satu grup penyedia layanan keuangan terbesar di ASEAN.
Sebelumnya, PT Bank Maybank Indonesia Tbk bernama PT Bank Internasional
Indonesia (BII) yang didirikan pada 15 Mei 1959, mendapatkan ijin sebagai bank
devisa pada 1988 dan mencatatkan sahamnya sebagai perusahaan terbuka di Bursa
Efek Jakarta dan Surabaya (sekarang telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia)
pada 1989.
Pada 2008 BII diakusisi oleh Maybank melalui anak perusahaan yang
dimiliki sepenuhnya yaitu Maybank Offshore Corporate Services (Labuan) Sdn.
Bhd. (MOCS) dan Sorak Financial Holdings Pte. Ltd. (Sorak). Melalui
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 23 September 2015, BII berubah
nama menjadi Maybank Indonesia, mengukuhkan identitasnya sebagai entitas
utuh yang tidak terpisahkan dari Grup Maybank serta senanstiasa berusaha untuk
menghadirkan Humanising Financial Services kepada semua pemangku
kepentingan.Maybank Indonesia merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia
yang terkoneksi dengan jaringan regional maupun internasional Grup Maybank.
Per 31 Desember 2014 Maybank Indonesia memiliki 455 cabang termasuk cabang
Syariah dan kantor fungsional mikro yang tersebar di Indonesia serta dua cabang
luar neger (Mauritius dan Mumbai, India), 13 Mobil Kas Keliling dan 1.530 ATM
termasuk CDM (Cash Deposit Machine) yang terkoneksi dengan lebih dari
20.000 ATM tergabung dalam jaringan ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO,
CIRRUS dan terhubung dengan 3.500 ATM Maybank di Singapura dan Malaysia
Maybank Indonesia menyediakan serangkaian produk dan jasa
komprehensif bagi nasabah individu maupun korporasi melalui layanan
Perbankan Ritel, Perbankan Bisnis, dan Perbankan Global, serta pembiayaan
otomotif melalui entitas anak yaitu WOM Finance untuk kendaraan roda dua dan
BII Finance untuk kendaraan roda empat. Maybank Indonesia juga terus
mengembangkan layanan dan kapasitas e-banking melalui Mobile Banking,
Internet Banking, dan berbagai saluran lainnya. Per 31 Desember 2014, Maybank
Indonesia mengelola simpanan nasabah sebesar Rp 101,9 triliun dan memiliki aset
senilai Rp 143,3 triliun.
4.1.8 Bank Panin
Panin Bank merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia.
Didirikan pada tahun 1971 hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri
Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Panin Bank mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta tahun 1982 yang menjadikannya sebagai bank pertama yang
diperdagangkan secara terbuka di bursa. Per Juni 2009, Panin Bank tercatat
sebagai bank ke-7 terbesar di Indonesia dari segi total aset Rp 71,2 triliun, dengan
permodalan mencapai Rp 9,8 triliun dan CAR 23,9%.
Panin Bank memiliki jaringan usaha lebih dari 450 di berbagai kota besar di
Indonesia dan lebih dari 18.500 ATM ALTO dan jaringan ATM Bersama,
Internet Banking, Mobile Banking, Phone Banking, dan Call Centre serta kartu
debit bekerja sama dengan MasterCard, Cirrus, Maestro yang diakses secara
Strategi usaha Panin Bank berfokus pada bisnis perbankan retail. Panin
Bank berhasil memposisikan sebagai salah satu bank utama yang unggul dalam
produk jasa konsumen dan komersial.
4.1.9 CIMB Niaga
PT Bank CIMB Niaga Tbk atau yang lebih dikenal dengan CIMB Niaga
adalah sebuah bank yang berdiri pada tanggal 26 September 1955 sebagai bank
swasta nasional dengan nama Bank Niaga. Pada tahun 1969, ketika sektor swasta
di Indonesia dilanda krisis, Bank Niaga mampu bertahan dan berhak memperoleh
jaminan dari bank Indonesia. Bank Niaga kemudian merevisi rencana usahanya
pada tahun 1974 dan berganti menjadi bank umum agar dapat memenuhi
kebutuhan nasabah.
Pada tahun 1976 Bank Niaga meluncurkan Program Kredit Profesional,
yaitu pinjaman bagi para profesional seperti ahli teknik, dokter, dan sebagainya.
Di tahun 1981 – 1982, Bank Niaga menjadi bank pertama di Indonesia yang
menerapkan sistem perbankan jaringan (online) dan sistem jaringan kantor
cabang. Setelah itu Bank Niaga membentuk jaringan unit usaha penukaran valuta
asing resmi di sejumlah kantor cabang pada tahun 1985 beserta beragam produk
baru. Pada tahun 1987 Bank Niaga membedakan dirinya dari pesaingnya di pasar
domestik dengan menjadi bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan
perbankan melalui mesin ATM di Indonesia.
Pada Juni 1989 Bank Niaga melakukan penawaran saham perdana sehingga
menjadi perusahaan terbuka. Pada tahun 1998 Bank Niaga mulai menyediakan
Pada tahun 1999, Bank Niaga berada di bawah pengawasan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) karena dana pemegang saham untuk rekapitalisasi
kurang dari 20%. Commerce Asset Holdings Berhad (CAHB) yang sekarang
dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad, mengakusisi saham Bank
Niaga pada tahun 2002. Tahun 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah ke
CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi
kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group.
Pada bulan Mei 2008, Bank Niaga resmi berubah nama menjadi Bank
CIMB Niaga. Dalam rangka memenuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP)
yang ditetapkan Bank Indonesia, Khazanah Nasional Berhad sebagai pemilik
saham mayoritas Lippo Bank dan juga saham pengendali Bank Niaga (melalui
CIMB Group) melakukan merger kedua bank tersebut secara resmi pada tanggal 1
November 2008 yang diikuti dengan pengenalan logo kepada masyarakat luas.
Saat ini CIMB Niaga merupakan bank terbesar keempat di Indonesia dilihat
dari sisi aset, dan diakui perstasi dan keunggulannya di bidang pelayanan nasabah
dan pengembangan manajemen. Saat ini mayoritas saham Bank CIMB Niaga
dimiliki oleh CIMB Group. Bank CIMB Niaga merupakan bank pembayar
(payment bank) KSEI terbesar dari nilai transaksi, dan dengan pangsa pasar 11%,
saat ini CIMB Niaga adalah bank penyedia kredit pemilikan rumah terbesar ketiga
di Indonesia.
4.1.10 Bank UOB Buana
Bank UOB Indonesia adalah perusahaan Indonesia yang berbentuk
awalnya bernama “Bank Buana Indonesia” dan didirikan pada tahun 1956.
Perusahaan ini mengalami perubahan menjadi “Bank UOB Buana” pada tahun
2008 karena saham mayoritasnya dibeli oleh UOB, sebuah perusahaan perbankan
dari Singapura. Dengan kepemilikan saham mayoritas yang beralih kepada UOB
maka perusahaan yang semula terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini mengajukan
voluntary delisting dan go private pada tahun 2008. Pada tahun 2011, “Bank UOB
Buana” berganti nama menjadi “Bank UOB Indonesia”.
4.1.11 HSBC
HSBC Holdings PLC adalah salah satu grup perbankan terbesar di dunia.
HSBC bermarkas di London dengan kantor pusat di Menara HSBC, London,
sebuah bagian dari pengembangan Canary Wharf di London Docklands. Anggota
pendirinya adalah The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited,
sebuah bank yang dibentuk oleh orang Skotlandia – Thomas Sutherland – untuk
membiayai perdagangan di Timur Jauh di 1865.
Pada 2005, bank ini merupakan perusahan terbesar keempat dalam segi
aset. Ia melaporkan jumlah pemasukan dalam dolar AS sekitar 70% berasal dari
luar Britania. Nyaris 40% berasal dari operasinya di Hong Kong. Sebelum pindah
markasnya ke London, pada awal 1990-an, ia bermarkas di Hong Kong. HSBC
merupakan bank terbesar di Hong Kong, dan kedua terbesar di dunia setelah
Citigroup.
Di Indonesia, HSBC mulai hadir di Jakarta pada tahun 1884, sehingga
4.1.12 Bank DBS
Bank DBS Indonesia adalah lembaga keuangan berjenis perbankan di
Indonesia. Bank ini berbasis di Jakarta. Bank ini berdiri sejak 1989 dengan nama
PT Bank Mitsubishi Buana, yaitu joint-ventur antara The Mitsubishi Bank Ltd dan
PT Bank Buana Indonesia. Saham The Mitsubishi Bank Ltd di bank ini diambil
oleh DBS Bank Ltd pada 1997 dan menjadi PT Bank DBS Buana. Baru pada
2000 menjadi PT Bank DBS Indonesia setelah PT Bank Buana Indonesia melepas
sahamnya.
4.1.13 Bank Ekonomi
Bank Ekonomi adalah perusahaan Indonesia yang berbentuk perseroan
terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Bank ini berbasis di
Jakarta. PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk. didirikan pada tanggal 15 Mei 1989
dengan nama awal PT Bank Mitra Raharja. Pada tahun yang sama di bulan
September, namanya diubah menjadi PT Bank Ekonomi Raharja yang kemudian
lebih dikenal sebagai Bank Ekonomi.Setelah memperoleh ijin dari Menteri
Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 12 Februari 1990, Bank Ekonomi
mulai beroperasi secara komersial sebagai bank umum pada 8 Maret 1990. Pada
16 September 1992 status Bank Ekonomi berubah menjadi bank devisa.
Bank Ekonomi adalah perusahaan publik yang telah mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sejak 22 Mei 2009, Bank Ekonomi menjadi
bagian dari grup institusi keuangan internasional, HSBC Holdings Plc., melalui
anak perusahaannya HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited. Grup HSBC
tender, kepemilikannya meningkat menjadi 98,96%. Grup HSBC sendiri memiliki
lebih dari 7.200 kantor di 85 negara dan teritori dengan total aset US$2.556 miliar
(tertanggal 31 Desember 2011), menjadikannya sebagai salah satu institusi
perbankan dan layanan keuangan internasional terbesar di dunia. Sampai 31 Maret
2012, Bank Ekonomi memiliki lebih dari 2.500 karyawan yang tersebar di 97
kantor di 28 kota di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu: Jakarta, Bekasi,
Tangerang, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Kudus, Yogyakarta,
Surabaya, Sidoarjo, Malang, Denpasar, Medan, Rantau Prapat, Batam, Jambi,
Pekanbaru, Palembang, Pangkal Pinang, Bandar Lampung, Makassar, Manado,
Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, dan Pontianak.
Bank Ekonomi yang memfokuskan usaha perbankannya pada segmen
usaha kecil dan menengah, menyediakan 107 ATM yang bergabung dalam
jaringan Prima dan ATM Bersama yang terhubung ke lebih dari 22.000 ATM dari
bank lainnya di seluruh Indonesia.
4.1.14 BPD Sumut
Bank Sumut adalah salah satu Bank di Indonesia dengan nama perusahaan
PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, yang berkantor pusat di Jl. Imam
Bonjol No. 18, Medan, Sumatera Utara. PT BPD Sumut atau yang lebih dikenal
dengan Bank Sumut adalah sebuah bank pembangunan daerah bersifat devisa
didirikan pada tanggal 4 November 1961. Bank Sumut dibentuk dengan status
Perseroan Terbatas. Bank Sumut kemudian dialihkan menjadi Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) pada tahun 1965 sebelum dikembalikan statusnya sebagai
Pembangunan Daerah yang memiliki aset terbesar. Saat ini asetnya telah
mencapai 27 triliun dengan dukungan 200 unit kantor yang terdiri dari Kantor
Cabang Utama, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Cabang Unit Mikro,
serta payment point, dengan cakupan wilayah kerja hingga DKI Jakarta. Untuk
mendukung layanan syariah, sejak tahun 2004 Bank Sumut juga telah membuka
Unit Usaha Syariah yang saat ini telah memiliki 18 kantor cabang dan Capem
dengan aset telah mencapai 1,5 triliun. Dalam rangka mendukung layanan jasa
perbankan kepada masyarakat, ATM Bank Sumut juga telah tergabung dengan
jaringan ATM Bersama, BANKCARD Malaysia, pembelian pulsa, pembayaran
listrik, air dan berbagai macam jasa perbankan lainnya.
4.1.15 Bank Mestika
Bank Mestika Dharma atau yang biasa dikenal sebagai Bank Mestika
adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang berdiri sejak 1955.
Bank ini berkantor pusat di Medan dan berstatus bank devisa. Dalam
pertumbuhannya, Bank Mestika memfokuskan usaha pada retail banking dan
prinsip prudential banking menjadi filosofi bisnisnya.
4.1.16 BTN
Bank Tabungan Negara atau BTN adalah Badan Usaha Milik Negara
Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa
keuangan perbankan. Sejak tahun 2012, bank ini dipimpin oleh Maryono sebagai
direktur utama.
Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia
bank ini dibekukan dan digantukan dengan Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil alih oleh pemerinta
Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk
perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 963
diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini.
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
1. Deskripsi inflasi di kota Medan tahun 2010 – 2014.
Tabel 4.1
Perkembangan Tingkat Inflasi di Kota Medan
Tahun Tingkat Inflasi (%) Persentase (%)
2010 7,65 -
2011 3,54 53,72
2012 3,79 -7,06
2013 10,10 -166,49
2014 8,24 18,41
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perkembangan inflasi di kota Medan
berfluktuasi tiap tahunnya. Bahkan terjadi deflasi pada tahun 2011 dan 2014.
Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 10,10 persen. Angka inflasi
yang digunakan merupakan angka inflasi tahunan yang terjadi di kota Medan dari
2. Deskripsi nilai tukar di kota Medan tahun 2010 – 2014.
Tabel 4.2
Perkembangan NilaiTukar di Kota Medan
Tahun Nilai Tukar (Rp) Persentase (%)
2010 9.085 -
2011 8.779 3,36
2012 9.380 -6,84
2013 10.451 -11,41
2014 11.878 -13,65
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa perkembangan nilai tukar di kota
Medan yang merupakan angka nilai tukar nasional mengalami fluktuasi tiap
tahunnya dari tahun 2010 – 2014. Nilai tukar menguat pada tahun 2011 dengan
persentase sebesar 3,36% di angka 8.779 rupiah. Angka nilai tukar tertinggi
terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar 11.878 rupiah.
3. Deskripsi Permintaan Kredit perbankan konvensional di kota Medan yang
terealisasi tahun 2010 – 2014.
Tabel 4.3
Perkembangan Permintaan Kredit di Kota Medan (dalam juta Rupiah)
Nama Bank Tahun Rata-rata
2010 2011 2012 2013 2014
BRI 5.196.422 7.349.549 9.460.188 11.027.099 11.250.518 8.856.755
BANK MANDIRI 15.351.080 16.801.428 21.424.453 24.121.110 25.426.870 20.624.988
BNI 3.852.091 3.760.297 4.645.173 4.985.945 4.725.620 4.393.825
BANK DANAMON 6.835.313 8.676.234 8.105.177 7.833.893 8.222.578 7.934.639
BANK PERMATA 3.392.392 3.687.674 5.141.320 5.921.924 6.823.092 4.993.281
BCA 2.125.928 4.296.900 5.311.932 6.176.816 4.679.807 4.518.277
BII 1.742.914 2.381.743 2.559.524 3.376.784 3.733.224 2.758.838
BANK PANIN 2.008.252 2.272.909 3.303.009 3.332.207 3.409.030 2.865.082
CIMB NIAGA 3.820.511 4.559.292 5.272.186 5.860.379 6.787.326 5.259.939
BANK UOB BUANA 2.121.139 2.426.615 2.504.565 2.949.500 4.381.142 2.876.592
HSBC 1.620.969 2.753.852 4.096.483 5.485.150 5.657.619 3.922.815
BANK DBS 3.541.831 4.276.244 6.042.733 10.799.672. 10.986.136. 7.129.323
BANK EKONOMI 1.904.758 1.204.993 1.343.288 1.664.743 1.863.377 1.596.232
BPD SUMUT 2.252.633 2.607.719 3.705.658 4.054.345 4.194.173 3.362.906
BANK MESTIKA 2.712.246 2.956.379 3.325.705 3.789.557 4.246.712 3.406.120
[image:42.595.96.549.516.735.2]Dari Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa angka permintaan kredit tertinggi
pada tahun 2010 disalurkan oleh Bank Mandiri yang terus berlanjut hingga tahun
2014 dengan jumlah 15.351.080 (juta rupiah), 16.801.428 (juta rupiah),
21.424.453 (juta rupiah), 24.121.110 (juta rupiah), dan 25.426.870 (juta rupiah).
Sementara, permintaan kredit terendah pada tahun 2010 disalurkan oleh Bank
BTN dengan jumlah 1.294.989 (juta rupiah). Pada tahun 2011 angka permintaan
kredit terendah disalurkan oleh Bank Ekonomi yang berlanjut hingga tahun 2014
dengan jumlah 1.204.993 (juta rupiah), 1.343.288 (juta rupiah), 1.664.743 (juta
rupiah) dan 1.863.377 (juta rupiah).
Dari Tabel 4.3 tersebut dapat dilihat juga rata-rata permintaan kredit
tertinggi dari periode 2010 – 2014 disalurkan oleh Bank Mandiri dengan
jumlah20.624.988 (juta rupiah). Sementara rata-rata permintaan kredit terendah
disalurkan oleh Bank Ekonomi dengan angka 1.596.232 (juta rupiah).
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mendeteksi apakah residul berdistribusi
normal atau tidak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui uji statistik dan
analisis grafik. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan melalui analisis grafik, yaitu dengan melihat
Gambar 4.1
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa pada grafik histogram, distribusi data
tidak mengikuti kurva berbentuk lonceng yang melenceng (skewness) ke arah kiri
atau kanan, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak terdistribusi
Gambar 4.2
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Gambar 4.2 memperlihatkan grafik normal probability plot, menunjukkan
bahwa data (titik-titik) menyebar di luar garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal. Hal tersebut berarti data tidak terdistribusi secara normal. Untuk
meningkatkan akurat pengujian normalitas data pada penelitian normalitas data
pada penelitian ini, maka digunakan uji statistik nonparametrik, yakni pendekatan
Kolmogorov-Smirnov. Jika diperoleh nilai Asymp. Sig (2-tailed) > tingkat
signifikan (α), dalam penelitian ini α sebesar 0,05, maka dapat dikatakan variabel
Tabel 4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 215
Normal Parametersa,b
Mean -.0007858
Std. Deviation 377271107634 8.65620000
Most Extreme Differences
Absolute .219
Positive .219
Negative -.211
Kolmogorov-Smirnov Z 3.208
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Dari Tabel 4.4 besarnya Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah 3,208 dan nilai
Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,000 dimana angka ini lebih kecil dibandingkan nilai
signifikannya 0,05. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa residual
Gambar 4.3
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa pada grafik histogram, distribusi data
mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak melenceng (skewness) ke arah kiri
atau kanan, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara
normal.
Hasil ini diperoleh setelah dilakukan penambahan kriteria pada sampel,
yaitu bank yang merealisasikan permintaan kredit ≥ 1 triliun rupiah. Maka dari itu
di dapat sampel sejumlah 16 bank. Penambahan kriteria dilakukan karena adanya
[image:47.595.140.453.130.423.2]Gambar 4.4
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Gambar 4.4 memperlihatkan grafik normal probability plot, menunjukkan
bahwa data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Hal tersebut berarti data terdistribusi secara normal.
Uji normalitas dengan menggunakan pendekatan histogram dan grafik
sering kali menimbulkan perbedaan presepsi dari para pengamat karena sifatnya
yang subjektif. Untuk meningkatkan akurat pengujian normalitas data pada
penelitian normalitas data pada penelitian ini, maka digunakan uji statistik
Asymp. Sig (2-tailed) > tingkat signifikan (α), dalam penelitian ini α sebesar 0,05,
[image:49.595.173.447.175.382.2]maka dapat dikatakan variabel residual berdistribusi normal.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .63562262
Most Extreme Differences
Absolute .093
Positive .093
Negative -.050
Kolmogorov-Smirnov Z .833
Asymp. Sig. (2-tailed) .492
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Dari Tabel 4.4 besarnya Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah 0,833 dan nilai
Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,492 dimana angka ini lebih besar dibandingkan nilai
signifikannya 0,05. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa residual
berdistribusi normal.
2. Uji Heterokedastisitas
Data persamaan regresi pasti muncul residu, yakni variabel lain yang
terlibat, tetapi tidak dimuat dalam model, sehingga variabel tersebut diasumsikan
bersifat acak. Jika data residu tidak bersifat acak maka dapat dikatakan data
terkena heteroskedastisitas. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika variansnya
sama, maka dapat dikatakan terdapat homokedastisitas, namun sebaliknya, maka
mengalami heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Spearman’s Rank Correlation Test (Spearman Rho) yang
mana uji ini mengkorelasikan nilai absolut residual dengan masing-masing
[image:50.595.115.511.222.448.2]variabel independen.
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas Correlations
LnIf LnNt ABS_RES
Spearman's rho LnIf
Correlation Coefficient 1.000 .800** .047
Sig. (2-tailed) . .000 .681
N 80 80 80
LnNt
Correlation Coefficient .800** 1.000 .024
Sig. (2-tailed) .000 . .832
N 80 80 80
ABS_RES
Correlation Coefficient .047 .024 1.000
Sig. (2-tailed) .681 .832 .
N 80 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.6hasil uji heterokedastisitas Spearman’s Rho di atas
nilai korelasi variabel independen dengan nilai absolut residual yaitu 0,681 dan
0,832. Nilai korelasi kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu,
tidak terdapat heterokedastisitas di dalam model regresi ini.
3. Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
multikolinearitas adalah dengan melihat besaran korelasi antara variabel
independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu:
multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi diantara variabel
independen. Berikut disajikan tabel hasil perhitungan Tolerance dan VIF serta
[image:51.595.93.532.234.353.2]matriks korelasi antara variabel independen.
Tabel 4.7
Pengujian Multikolinieritas
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari
masing-masing variabel independen lebih besar dari 0,10, yaitu variabel Inflasi sebesar
0,576 dan variabel Nilai Tukar sebesar 0,576.
Nilail VIF dari masing-masing variabel independen diketahui kurang dari
5,00 yaitu untuk variabel Inflasi sebesar 1,736 dan variabel Nilai Tukar sebesar
1,736.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinieritas antar variabel independen dalam model ini.
4. Uji Autokorelasi
Uji bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 8.641 7.658 1.128 .263
LnIf -.184 .221 -.119 -.832 .408 .576 1.736
LnNt 2.258 .860 .374 2.624 .010 .576 1.736
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada time series. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
[image:52.595.117.514.343.445.2]3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .311a .096 .073 .64382 1.648
a. Predictors: (Constant), LnNt, LnIf
b. Dependent Variable: LnPk
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Tabel 4.8 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,648. Angka
tersebut berada di antara -2 sampai +2, maka pada model regresi ini tidak terdapat
autokorelasi.
4.2.3 Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang
Best Linear Unibiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis berganda. Berdasarkan
a. Persamaan Regresi
Dalam pengelohan data dengan menggunakan regresi linier, dilakukan
beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel indenpenden dan
dependen, pengaruh Inflasi (X1) danNilai Tukar (X2) terhadap Permintaan Kredit
[image:53.595.119.513.257.405.2](Y). Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8.641 7.658 1.128 .263
LnIf -.184 .221 -.119 -.832 .408
LnNt 2.258 .860 .374 2.624 .010
a. Dependent Variable: LnPk
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Hasil pengolahan data seperti ditunjukkan pada tabel 4.9 menghasilkan
persamaan linier berganda sebagai berikut:
Y = 8,641 - 0,184X1 + 2, 258X2
Dimana :
Y = Jumlah Kredit yang Disalurkan
X1 = Inflasi
X2 = Nilai Tukar
Keterangan :
1. Konstanta sebesar 8,641 menunjukkkan bahwa semua variabel independen
2. Nilai koefisien regresi variabel Inflasi sebesar -0,184 menunjukkan bahwa
setiap kenaikan 1% pada Inflasi akan diikuti oleh penurunanJumlah Kredit
yang Disalurkan sebesar 0,184 dengan asumsi variabel dependen terikat lain
tetap.
3. Nilai koefisien regresi variabel Nilai Tukarsebesar 2,258 menunjukkan bahwa
setiap kenaikan 1% pada Nilai Tukar akan diikuti oleh kenaikan Jumlah
Kredit yang Disalurkan sebesar 2,258 dengan asumsi variabel dependen
terikat lain tetap.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi
berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan uji signifikan simultan (F test) dan uji parsial (t test) dan koefisien
determinasi (Uji Goodness of Fit).
1. Uji Signifikansi Simultan (F – test)
Untuk melihat pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan secara simultan
dapat dihitung dengang menggunakan Uji Signifikansi Simultan (F – menuntest).
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabe