• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH

ASTRI YOSEPHIN SINAGA 111021051

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

dasar banyak yang belum memenuhi standar terutama kebersihannya yang masih dibawah standar. Toilet dapat menjadi sumber penyakit. Air bak toilet yang jarang dibersihkan dapat menjadi sumber penyakit seperti jamur, virus, dan lain-lain. Jentik nyamuk yang dapat menjadi penyebab DBD sering ditemui pada bak air toilet yang jarang dibersihkan. Data tahun 2012 menyebutkan bahwa ditemui 7 orang penderita DBD, 2 diantaranya anak-anak berusia 5-9 tahun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sanitasi toilet pada toilet sekolah dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013. Selain itu dilakukan pemantauan jentik nyamuk dan penghitungan angka container index.

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran sanitasi toilet sekolah dasar dan pemantauan jentik nyamuk pada toilet sekolah dasar. Objek penelitian ini adalah sanitasi toilet pada sekolah dasar yang berjumlah 44 toilet. Penelitian ini juga melakukan pemantauan jentik nyamuk pada toilet sekolah dasar.

Hasil penelitian menunjukkan dari 44 toilet yang diperiksa, 18 toilet (40,9% sekolah dasar mempunyai nilai yang baik sedangkan 26 toilet lainnya (59,1%) mempunyai nilai yang kurang baik berdasarkan PERMENKES No. 1429 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Bak air/container yang terdapat jentik nyamuk sebanyak 5 bak air/container dari 44 toilet yang diperiksa sehingga dapat diketahui bahwa angka container index sebesar 11,36 %.

Puskesmas diharapkan dapat melakukan kegiatan UKS sekolah, terutama dalam bidang sanitasi toilet berupa kunjungan rutin. Sebaiknya pihak sekolah lebih memperhatikan sanitasi toilet dengan membuat peraturan piket sekolah dengan memberdayakan murid-murid untuk menjaga kebersihan toilet dan melengkapi perlengkapan toilet berupa tempat sampah, sikat, desinfektan, dan sapu toilet.

(4)

elementary school do not qualified standard especially sanitation which still below the standard. The toilet can be a source of desease. A tub of water is rarely cleaned can be a source of desease such a bacteria, virus, and others. The mosquito larva can be the cause of DBD is often found in water bath toilet that are rarely cleaned. In 2012 found that there is 7 cases of DBD, 2 of it child among 5-9 years old.

This study aimed to find the toilets sanitation on toilets elementary school at Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013. Besides mosquito larva monitoring and counting the number of container index.

This study was descriptive, to describe the sanitary toilets on elementary school and mosquito larva monitoring on toilet elementary school. Object of this study is sanitary toilets on elementary school totaling 44 toilets. This study did mosquito larva monitoring also.

The study found from 44 toilets, 18 toilet (40%) have a good value while 26 toilet others (59,1%) have values than less good according to PERMENKES No. 1429 tahun 2006 about Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Container whom found larva is 5 from 44 toilets. So that it can be noted that the number of container index is 11,36 %.

Puskesmas expected to perform the UKS schools, especially in the field of sanitary toilets in the form regular visits. The schools should pay more attention to sanitation toilets by creating regulations picket schoold with empowering disciples untick keep clean toilets and toilets fixtures complementin in the from of a trash can, desinfestan, brush, and broom.

(5)

Nama : ASTRI YOSEPHIN SINAGA Tempat/ tanggal lahir : Medan, 28 Oktober 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 3 orang

Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting Gang Mesjid No.3 Simp USU Medan.

Riwayat Pendidikan Formal :

1. Tahun 1996-2001 : SDN Negeri 060891 Medan 2. Tahun 2001-2004 : SMP Nasrani I Medan 3. Tahun 2004-2007 : SMA Cahaya Medan

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat serta kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul skripsi ini adalah ”Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013” yang merupakan hasil karya ilmiah penulis atas ilmu yang diperoleh selama ini. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Selama pelaksanaan penelitian penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan penuh perhatian membimbing penulis mulai dari awal sampai selesainya pembuatan skripsi ini.

(7)

baik.

5. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Penguji yang banyak memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik. 6. Drs. Eddy Syahrial,MSi selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

memberikan semangat dan motivasi selama menjalani perkuliahan di FKM USU.

7. Arti Saragih, AmKeb selaku kepala Puskesmas Pembantu Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

8. Seluruh dosen FKM USU dan staf pegawai khususnya departemen Kesling yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

9. Mama kesayangan yang selalu memberikan doa, dukungan, nasihat, dan semangat dalam menjalani pendidikan ini. Terima kasih atas kasih sayang dan kesabaran dalam membesarkan penulis.

10. Alm. Bapak, terimakasih sebanyak-banyaknya atas nasihat dan pesan yang masih selalu penulis ingat yang menguatkan penulis dalam menjalani setiap kegiatan.

(8)

membantu dan mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

13. Teman-teman satu peminatan KESLING, teman PBL, LKP dan teman-teman yang lain khususnya Ekstensi 2011 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada Penulis.

14. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis yang tidak dapat dituliskan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Medan, Januari 2014

(9)
(10)
(11)

4.3.2 Hasil Penilaian Toilet Sekolah Dasar ... 45

4.3.3 Hasil Pemantauan Jentik Nyamuk ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1 Sanitasi Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdag Tahun 2013 ... 50

5.1.1 Sanitasi Toilet ... 50

5.1.2 Penilaian Sanitasi Toilet Sekolah Dasar ... 56

5.2 Pemantauan Jentik Nyamuk ... 57

5.3 Penghitungan Container Index ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 59

6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(12)

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Toilet pada Sekolah Dasar (SD) di Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 36 Tabel 4.2 Tabel Ratio Jumlah Kamar Mandi dengan Jumlah Siswa di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 37 Tabel 4.3 Tabel Ventilasi dan Pencahayaan di Toilet Sekolah Dasar (SD)

Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 38 Tabel 4.4 Tabel Bak Air pada WC/KM di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 39 Tabel 4.5 Tabel Alat Mengambil Air/Gayung di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 40 Tabel 4.6 Tabel Alat dan Bahan Pembersih di Toilet Sekolah Dasar (SD)

Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 41 Tabel 4.7 Tabel Tempat Sampah di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei

Rotan Tahun 2013 ... 42 Tabel 4.8 Tabel Air Bersih di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan

Tahun 2013 ... 43 Tabel 4.9 Tabel Dinding Kamar Mandi di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 44 Tabel 4.10 Tabel Lantai Kamar Mandi di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013 ... 45 Tabel 4.11 Tabel Penilaian Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 .... 46 Tabel 4.12 Tabel Penilaian Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 .... 47 Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Jentik Nyamukpada Air Bak Toilet Sekolah

(13)

Lampiran 1. Lembar Observasi ... 62

Lampiran 2. Permenkes No. 1429 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah ... 65

Lampiran 3 Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat ... 78

Lampiran 4 Master Tabel ... 90

(14)
(15)

dasar banyak yang belum memenuhi standar terutama kebersihannya yang masih dibawah standar. Toilet dapat menjadi sumber penyakit. Air bak toilet yang jarang dibersihkan dapat menjadi sumber penyakit seperti jamur, virus, dan lain-lain. Jentik nyamuk yang dapat menjadi penyebab DBD sering ditemui pada bak air toilet yang jarang dibersihkan. Data tahun 2012 menyebutkan bahwa ditemui 7 orang penderita DBD, 2 diantaranya anak-anak berusia 5-9 tahun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sanitasi toilet pada toilet sekolah dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013. Selain itu dilakukan pemantauan jentik nyamuk dan penghitungan angka container index.

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran sanitasi toilet sekolah dasar dan pemantauan jentik nyamuk pada toilet sekolah dasar. Objek penelitian ini adalah sanitasi toilet pada sekolah dasar yang berjumlah 44 toilet. Penelitian ini juga melakukan pemantauan jentik nyamuk pada toilet sekolah dasar.

Hasil penelitian menunjukkan dari 44 toilet yang diperiksa, 18 toilet (40,9% sekolah dasar mempunyai nilai yang baik sedangkan 26 toilet lainnya (59,1%) mempunyai nilai yang kurang baik berdasarkan PERMENKES No. 1429 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Bak air/container yang terdapat jentik nyamuk sebanyak 5 bak air/container dari 44 toilet yang diperiksa sehingga dapat diketahui bahwa angka container index sebesar 11,36 %.

Puskesmas diharapkan dapat melakukan kegiatan UKS sekolah, terutama dalam bidang sanitasi toilet berupa kunjungan rutin. Sebaiknya pihak sekolah lebih memperhatikan sanitasi toilet dengan membuat peraturan piket sekolah dengan memberdayakan murid-murid untuk menjaga kebersihan toilet dan melengkapi perlengkapan toilet berupa tempat sampah, sikat, desinfektan, dan sapu toilet.

(16)

elementary school do not qualified standard especially sanitation which still below the standard. The toilet can be a source of desease. A tub of water is rarely cleaned can be a source of desease such a bacteria, virus, and others. The mosquito larva can be the cause of DBD is often found in water bath toilet that are rarely cleaned. In 2012 found that there is 7 cases of DBD, 2 of it child among 5-9 years old.

This study aimed to find the toilets sanitation on toilets elementary school at Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013. Besides mosquito larva monitoring and counting the number of container index.

This study was descriptive, to describe the sanitary toilets on elementary school and mosquito larva monitoring on toilet elementary school. Object of this study is sanitary toilets on elementary school totaling 44 toilets. This study did mosquito larva monitoring also.

The study found from 44 toilets, 18 toilet (40%) have a good value while 26 toilet others (59,1%) have values than less good according to PERMENKES No. 1429 tahun 2006 about Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Container whom found larva is 5 from 44 toilets. So that it can be noted that the number of container index is 11,36 %.

Puskesmas expected to perform the UKS schools, especially in the field of sanitary toilets in the form regular visits. The schools should pay more attention to sanitation toilets by creating regulations picket schoold with empowering disciples untick keep clean toilets and toilets fixtures complementin in the from of a trash can, desinfestan, brush, and broom.

(17)

1.1 Latar belakang

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2007).

Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, maka tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit. Dengan demikian maka sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2006).

(18)

lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah waktu dan kunjungannya tinggi (Chandra 2007).

Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi, lembaga permasyarakatan, sekolah dan sejenis merupakan tempat-tempat umum. Lembaga pendidikan dan latihan terkumpul dua populasi yaitu yang mengikuti dan yang melaksanakan pendidikan dan latihan. Populasi yang mengikuti pendidikan dan latihan suatu lembaga pendidikan sangat bervariasi, ada yang usia 6-12 tahun (sekolah dasar), akil balig di sekolah menengah, dan usia dewasa di perguruan tinggi, dan pusat-pusat pelatihan pegawai. Bahaya terhadap kesehatan dapat terjadi karena disana dikumpulkan banyak orang, sehingga penularan penyakit di sekolah mudah terjadi (Slamet, 2009).

(19)

Seperti halnya pemukiman, kesehatan lembaga pendidikan tergantung pula dari kualitas bahan dan konstruksi bangunan serta pemeliharaan dan penggunaannya. Hal ini diperlukan untuk mencegah kecelakaan, kebakaran, dan penularan penyakit. Kualitas bangunan serta isinya harus pula dibuat sesuai dengan fungsi gedung, sehingga tujuan kelembagaan tersebut dapat mudah tercapai (Slamet, 2009).

Toilet merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling vital dan kebersihan toilet dapat dijadikan ukuran terhadap kualitas manajemen sanitasi di suatu tempat. Sarana toilet umum diperuntukan untuk masyarakat umum yang berkunjung ke suatu tempat, sehingga pengguna toilet umum akan sangat beragam dan senantiasa berganti. Oleh sebab itu toilet dapat menjadi tempat/sarana penyebaran penyakit (Dwipayanti, 2008).

Menurut Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2004), Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka. Toilet Umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana masyarakat di tempat-tempat domestik, komersial maupun publik dapat membuang hajat serta memenuh kebutuhan fisik, sosial dan psikologis lainnya.

(20)

(PAH) hanya berukuran 3 m x 3 m, dengan kondisi tidak terawat bahkan banyak yang rusak. Banyak murid yang setiap berangkat sekolah diharuskan membawa air dari mata air untuk mengisi bak WC yang disekolah (Bintoro, 2013).

Timbulnya penyakit pada masyarakat tertentu pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara penduduk setempat dengan berbagai komponen di lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dengan pangan, udara, air serta serangga. Apabila berbagai komponen lingkungan tersebut mengandung bahan berbahaya seperti bahan beracun, ataupun bahan mikroba yang memiliki potensi timbulnya penyakit, maka manusia akan jatuh sakit dan menurunkan kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan manusia sakit yaitu DBD.

Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka kejadian penyakit DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di wilayah Republik Indonesia. Angka kematian kasus DBD masih tinggi, terutama penderita DBD yang datang terlambat dengan derajat IV (Soegijanto, 2006).

(21)

Penyakit DBD disebabkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Dalam siklus hidupnya, Ae. aegypti mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang terdapat di dalam suatu wadah atau container, bukan genangan air di tanah. Tempat-tempat perindukan yang paling potensial adalah Tempat-tempat penampungan air (TPA) yang digunakan untuk keperluan sehari-hari : drum, bak mandi, bak WC, gentong/tempayan, ember-ember dan lain-lain (Soegijanto, 2006).

Selama awal tahun epidemi pada setiap negara penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-anak dan 95 % kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun.Kelompok risiko tinggi meliputi anak berumur 5-14 tahun (kelompok umur sekolah). Anak usia 5-14 tahun banyak menghabiskan waktunya di sekolah,6-8 jam perhari. Lingkungan sekolah sebaiknya dibuat aman dan nyaman (Soegijanto, 2004).

Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan warga sekolah. Kondisi dari komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.faktor resiko komponen lingkungan sekolah tersebut salah satunya adalah air bersih pada toilet sekolah dasar dimana air bersih tersebut harus memenuhi syarat yaitu Ada, bersih tidak ada kotoran,tidak berlumut, tidak ada jentik nyamuk dan air secukupnya. Keberadaan jentik pada air bak toilet sekolah dasar dapat menjadi salah satu penyebab penyakit DBD pada anak (Kesehatan Lingkungan, 2012).

(22)

Keadaan yang didapati seperti lantai yang kotor, air yang kotor atau kurang bersih, dinding yang dicoret-coret, bau yang tidak sedap, pintu toilet yang kurang baik keadaannya, dan tidak mempunyai tempat sampah.

Untuk itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang sanitasi dan pemantauan jentik nyamuk pada toilet sekolah dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah adalah bagaimana Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui kualitas sanitasi toilet pada Sekolah Dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.3.2.2 Mengetahui keberadaan jentik pada toilet Sekolah Dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai gambaran informasi data tentang sanitasi toilet bagi Sekolah Dasar di Puskesmas Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.4.2 Mengetahui ada tidaknya jentik pada toilet sekolah dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

(24)

2.1 Sanitasi

Sanitasi menurut WHO, ialah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.

Pengertian Sanitasi yang dikemukakan oleh Elher dan Stell adalah usaha – usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor – faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit (Elher, 2003).

Sedangkan pendapat lain Sanitasi merupakan usaha – usaha pengawasan yang ada dalam lingkungan fisik yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial (Kusnoputranto, 1996).

Menurut Azwar (2006), sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan tempat-tempat umum diartikan sebagai suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus, baik secara membayar, maupun tidak.

2.1.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum

(25)

merugikan kesehatan. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum perlu dilakukan dengan tujuan untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala dan untuk membina serta meningkatkan peran aktif serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat (Chandra, 2007).

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007).

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah waktu dan kunjungannya tinggi. Tempat atau sarana layanan umum antara lain hotel, kolam renang, pasar, salon, panti pijat, tempat wisata, terminal, tempat ibadah, bangunan pendidikan, dan lain-lain (Chandra, 2007).

Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, untuk itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis (Abdullah, 2012).

(26)

a. Lingkungan Pemukiman antara lain perumahan, asrama, pondok pesantren, condominium / apartemen, rumah susun dan sejenisnya.

b. Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat rekreasi, kolam renang, terminal, Bandar udara, pelabuhan laut, pusat perbelanjaan dan usaha-usaha yang sejenis.

c. Lingkungan kerja antara lain kawasan perkantoran, kawasan industri, atau yang sejenisnya.

d. Angkutan umum antara lain bus umum, pesawat udara komersial, kapal penumpang, kapal ferry penumpang, kereta api dan sejenis.

e. Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi, lembaga permasyarakatan, sekolah dan sejenis.

f. Sarana Pelayanan Umum antara lain samsat, bank, kantor pos dan tempat ibadah yang sejenis.

g. Sarana Kesehatan antara lain rumah sakit, puskesmas, laboratorium, pabrik obat, apotik dan yang sejenis.

2.2 Sekolah Dasar

2.2.1 Pengertian Sekolah Dasar

(27)

di lingkungan sekolah. Oleh karenanya lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan sehat sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar.

2.2.2 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Menurut Permendiknas no. 24 tahun 2007 sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1. Ruang kelas,

2. Ruang perpustakaan, 3. Laboratorium IPA, 4. Ruang pimpinan, 5. Ruang guru, 6. Tempat beribadah, 7. Ruang UKS, 8. Jamban, 9. Gudang,

10. Ruang sirkulasi,

11. Tempat bermain/berolahraga. 2.3 Toilet

2.3.1 Pengertian Toilet

Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka (Kemenbudpar, 2004).

2.3.1.1 Peruntukan dan Kegunaan Toilet.

(28)

1. Peruntukan

Tempat untuk membuang hajat dan membersihkan badan. 2. Kegunaan

a. Utama : Ruang untuk buang ait besar dan air kecil.

b. Pendukung : Ruang penjaga toilet dan penyimpanan alat-alat untuk membersihkan toilet.

c. Lain-lain : Ruang untuk cuci tangan dan muka, mengganti pembalut wanita, mengganti popok bayi dan merapikan diri (rias, pakaian).

2.3.1.2 Kelengkapan Ruang

1. Ruang untuk buang air besar (WC) : a. Kloset duduk atau jongkok.

b. Air dan perlengkapannya. c. Tempat sampah.

d. Tempat sampah kuhus pembalut. 2. Ruang untuk buang air kecil : a. Urinal.

b. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll). 3. Ruang cuci tangan dan cuci muka (wasatafel).

a. Wasatafel. b. Cermin

(29)

f. Lemari/ rak simpan. g. Bak Pencuci

h. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll). 2.3.2 Standar Minimal Hygienis Sanitasi

Apa saja yang harus ada di toilet umum dan bagaimana memeliharanya, berikut ini standar minimal yang ditetapkan oleh Asosiasi Toilet Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yaitu:

2.3.2.1 Ventilasi dan Sirkulasi

Toilet umum harus memiliki sistem ventilasi yang baik agar tempat tersebut tidak menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembanganya bakteri dan jamur. Apabila posisi ruangan tidak memungkinkan untuk dibuat bukaan ventilasi maka harus ada alternatif membuang udara dari dalam dengan exhaust fan. Sebagai tambahan, sebaiknya disediakan alat pengering lantai di bawah wastafel untuk memaksimalkan usaha menjaga lantai tetap kering setiap saat.

2.3.2.2 Tempat Sampah

Tempat sampah diletakkan di dekat tempat cuci tangan. Bahannya terbuat dari bahan kedap air dan mudah dibersihkan. Tempat sampah itu bertutup yang mudah dibuka dan tidak mengotori tangan. Tempat sampah sering dibersihkan agar tidak menjadi sarang/tempat berkembangbiaknya serangga atau binatang penular penyakit (vector). Sebaiknya ada tempat sampah khusus untuk pembalut.

2.3.2.3 Penyediaan Air

(30)

2.3.2.4 Pencahayaan

Sistem pencahayaan bisa menggunakan pencahayaan alami atau buatan. Pencahayaan yang baik akan menghemat energi dan meningkatkan penampilan positif toilet. Pencahayaan alami harus dimaksimalkan karena dapat membantu menciptakan suasana yng lebih lembut dan ramah.

2.3.2.5 Pembuangan Limbah Cair dan Tinja

Limbah cair dan tinja toilet harus dibuang di septic tank secara komunal yang dilengkapi dengan bk resapan. Limbah dan tinja tidak boleh dibuang atau dialirkan ke sungai, danau, atau tempat terbuka lainnya.

2.3.3 Pengelolaan Toilet

Pengelolaan toilet berdasarkan standar toilet umum Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut:

Pengelolaan toilet berdasarkan standar toilet umum indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut: 2.3.3.1 Kebersihan Toilet

1. Standar Minimal

a. Toilet harus selalu dalam keadaan kering dan bersih.

b. Tersedia bahan pembersih seperti : air dan atau kertas toilet. c. Tersedia tempat sampah tertutup.

d. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. e. Lantai mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air.

(31)

h. Permukaan dinding yang terkena air terbuat dari bahan kedap air yang terbuat dari keramik dengan ketinggian minimal 160 cm.

i. Langit-langit bersih dan terang dengan tinggi minimal 220 cm.

j. Dapat dilengkapi dengan tanaman hias/ gerbera yang dapat menghisap racun atau bau dalam ruangan, seperti daun sri rezeki dan jenis bunga potong, misal : daun jagung, pedang-pedangan, daun mertua dan lain-lain.

k. Tersedia petugas khusus untuk menjaga kebersihan toilet. l. Tersedia peralatan dan bahan pembersih yang memadai. m. Penampungan sampah dilakukan minimal setipa hari.

2. Tersedia petunjuk/ himbauan operasional peralatan/ fasilitas toilet umum, seperti : a. Buang sampah pada tempatnya.

b. Matikan Kran setelah digunakan.

c. Bersihkan toilet kembali,karena akan dipakai orang lain. d. Gunakan kloset sesuai dengan fungsinya.

e. Dilarang merokok. 3. Rekomendasi :

a. Tersedia sabun cair pembersih b. Tersedia pengering tangan c. Suhu ruangan normal (20-27)oC.

d. Kelembaban (40-50)%. 2.3.3.2 Sistem Pemakaian Air

(32)

b. air pengelontor diguanakan agar jumlah air pengelontor yang keluar setengah atau penuh sesuai kebutuhan.

c. kloset jongkok menggunakan air sebagai pembersih dan air sebagai pengelontor, kloset duduk menggunakan kertas tissue sebagai pembersih dan air sebagai pengelontor.

d. perturasan menggunakan air sebagai pembersih, di setiap perturasan sisediakan kran air.

2.3.3.3 Sistem Limbah Standar minimal :

1. Limbah cair dan tinja dari toilet tidak mencemari air tanah, tanah dan air permukaan.

2. Limbah cair dan tinja yang telah diolah melalui tangki septic dan saluran/ sumur resapan dapat dibuang langsung ke saluran umum atau dimanfaatkan kembali untuk air penggelontoran kloset.

3. Lumpur tinja dari tangki septic harus diolah pada sarana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Lumpur tinja yang belum diolah pada sarana IPLT tidak dibuang langsung ke tanah atau pad air permukaan, tapi lokalisasikan dalam kolam lagoon.

2.3.3.4 Pemeliharaan Toilet

(33)

kloset dan flush klose tersebut. Dengan cara ini maka titik-titik air kotor tidak terlontar ke atas sampai dengan 20 cm yang akan terjadi jika mem-flush sebelum menutup kloset (Kemenbudpar, 2004).

2.3.4 Syarat Toilet Sekolah Dasar

Syarat toilet sekolah dasar menurut Permendiknas no. 24 tahun 2007, yaitu : a. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

b. Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.

c. Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.

d. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan. e. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

f. Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Sarana Toilet Sekolah Dasar

No. Jenis Rasio Deskripsi

1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa 2 Tempat air 1 buah/ruang Volume air minimum 200 liter.

Berisi air bersih.

3 Gayung 1 buah/ruang

4 Gantungan pakaian 1 buah/ruang 5 Tempat sampah 1 buah/ruang 6 Perlengkapan lain

2.4 Pengertian Nyamuk (Mosquito)

(34)

Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat

Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau pada mamalia lain. Nyamuk yang penting ada tiga genus yang menjadi vector penyakit penting di Indonesia, yaitu genus Culex, Anopheles, dan Aedes (Soemirat, 2009). 2.4.1 Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Ae. aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki cirri yang khas yaitu adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi cirri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking).

(35)

adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terlindungi dari sinar matahari langsung.

Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Ae. aegypti

perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi, bionomic, siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Ae. aegypti dan virus Dengue, transivarial transmission, dan pengendalian vektor (Soegijanto, 2006).

2.4.1.1 Taksonomi dan Morfologi

Nyamuk Ae. aegypti L (Diptea : Culicidae) disebut black-white mosquito karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam. Di Indonesia nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari nyamuk-nyamuk rumah.

Menurut Richard dan Davis, kedudukan nyamuk Ae. aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta

Bangsa : Diptera

Suku : Culicidae

Marga : Aedes

Jenis : Aedes aegypti

(36)

a. Telur

Telur nyamuk Ae. aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8 mm, permukaan polygonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu per satu pada benda-benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85 % melekat di dinding TPA, sedangkan 15 % lainnya jatuh ke permukaan air.

b. Jentik/Larva

(37)

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernapas yang disebut corong pernapasan. Corong pernapasan tanpa duri-duri, berwarna hitam, dan ada seberkas bulu-bulu (tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat (brush) di bagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative, dan waktu istirahat membentuk sudut hamper tegak lurus dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

Selama jentik-jentik yang ada di tempat-tempat perindukan tidak diberantas setiap hari, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas dan penularan akan terulang kembali. Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi atau wilayah dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara Single Larva

Survey ini dilakukan dengan mengambil ratio jentik disetiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut jenis jentiknya.

2. Cara Visual

Survey ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya

(38)

House Index (HI) =

House index (HI) adalah persentase rumah yang positif jentik dari seluruh rumah yang diperiksa.

Container index (CI) adalah persentase container yang positif jentik dari seluruh container yang diperiksa.

Breteau index (BI) adalah jumlah container dengan jentik dari 100 rumah (Depkes RI, 1992).

c. Pupa

Pupa nyamuk Ae. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala-dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya,

sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila diingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

d. Dewasa

(39)

berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, Karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.

Dada nyamuk ini tersusun dari 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan

metathorax. Setiap ruas dada ada sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung (mesontum) ada gambaran garis-garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Ae. aegypti berupa sepasang garis lengkung putih (bentuk :lyre) pada tepinya dan sepasang garis submedian tengahnya.

Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Ae. aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapinya (Anies, 2006).

2.4.1.2 Ekologi dan Bionomi

Telur, larva, dan pupa nyamuk Ae. aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air. Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut container atau tempat penampungan air bukan genangan air di tanah.

(40)

drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, barang bekas, vas bunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya. Nyamuk Ae. aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindung sinar matahari langsung.

Nyamuk Ae. aegypti hidup domestik, lebih menyukai tinggal di dalam rumah daripada di luar rumah. Mereka tidak akan terbang jauh, hanya sekitar 100 meter, kecuali kalau dibawa angin kencang. Apabila sudah menghisap darah, nyamuk akan beristirahat di tempat-tempat yang gelap dan sejuk sampai proses penyerapan darah untuk perkembangan telur selesai.

Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah lebih banyak di siang hari terutama pagi atau sore hari antara pukul 08.00 sampai dengan 12.00 dan 15.00 sampai dengan 17.00 WIB. Kesukaan menghisap darah lebih menyukai darah manusia daripada hewan, menggigit dan menghisap darah beberapa kali pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum menghisap darah beberapa kali pada siang hari orang sedang aktif, nyamuk belum kenyang, orang sudah bergerak, nyamuk terbang dan menggigit lagi sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya.

(41)

inang, temperature, kelembapan, karbon dioksida, dan warna. Khan dkk. Untuk jarak lebih jauh, faktor bau memegangi peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-tempat lain yang terlindung.

Nyamuk akan menjadi penular apabila darah yang diisapnya berasal dari oang yang sudah terinfeksi virus dengue. Ketika nyamuk menghisap darah, virus terbawa masuk ke dalam tubuhnya dan mengalami perbanyakan dengan masa inkubasi (pengeraman) 8 – 10 hari. Selama itu, virus berkembang di dalam bagian perut nyamuk lalu menuju kelenjar ludah nyamuk. Nyamuk infektif itu menggigit orang lain pada sikls gonotrofik berikutnya sambil menularkan virus (Anies, 2006).

2.4.1.3 Siklus Hidup

Telur nyamuk Ae. aegypti berwarna hitam, oval, dan diletakkan di dinding wadah air, biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah ini mongering, telur bisa tahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika wadah air itu berisi air lagi dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu akan menetas menjadi jentik. Wadah air seperti bak mandi jangan hanya dikeringkan airnya saja, tetapi di dindingnya pun haus digosok sampai bersih.

(42)

Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk mengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk perkembangan telur demi keturunannya (Anies, 2006).

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan sanitasi toilet sekolah dasar serta gambaran ada tidaknya jentik nyamuk pada air bak toilet sekolah dasar tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

(43)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran sanitasi toilet pada sekolah dasar dan jentik nyamuk pada toilet sekolah dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di sepuluh sekolah dasar yaitu : 1. Sekolah Dasar Negeri 107398

2. Sekolah Dasar Negeri 107405 3. Sekolah Dasar Negeri 104607 4. Sekolah Dasar Negeri 104206 5. Sekolah Dasar Negeri 105288 6. Sekolah Dasar Negeri 107399 7. Sekolah Dasar MI Nurhafizah 8. Sekolah Dasar Santa Lucia 9. Sekolah Dasar Ade Irma Suryani 10.Sekolah Dasar Madinatussalam 3.2.2 Waktu Penelitian

(44)

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sanitasi toilet pada Sekolah Dasar. Dalam penulisan ini juga dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk pada air bak yang terdapat di semua sekolah dasar yang terdapat di Desai Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.4 Metode pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi sanitasi toilet dan pemeriksaan jentik nyamuk pada toilet sekolah dasar.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari arsip Puskesmas Pembantu Sei Rotan. 3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Jumlah toilet adalah banyaknya toilet yang ada di sekolah dasar dimana toilet harus mempunyai minimum 1 unit toilet untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit toilet untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.

Banyak minimum toilet setiap sekolah minimal 3 unit.

3.5.2 Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Salah satu syarat air bersih secara fisik yaitu tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.

(45)

3.5.4 Pencahayaan adalah intensitas penyinaran alami dan atau buatan di dalam bangunan dan halaman sekolah yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan sekolah.

3.5.5 Tempat cuci tangan adalah suatu tempat yang digunakan untuk mencuci tangan dimana airnya dialirkan ke saluran pembuangan.

3.5.6 Bak air adalah suatu wadah untuk tempat meletakkan air bersih dari sumber air.

3.5.7 Gayung adalah suatu wadah yang digunakan untuk mengambil atau menampung air.

3.5.8 Alat dan bahan pembersih adalah sesuatu yang digunakan untuk keperluan kamar mandi, meliputi sapu, sikat, desinfektan, dan sabuk pembersih.

3.5.9 Lantai adalah tempat berpijak pada suatu bangunan.

3.5.10 Dinding merupakan elemen pemisah antara ruangan satu dengan yang lainnya pada suatu bangunan.

3.5.11 Tempat sampah (waste container) adalah tempat untuk menampung sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logamatau plastik. 3.5.12 Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di

air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk bernapas.

(46)

3.6 Prosedur Kerja Pemeriksaan Jentik Nyamuk

Untuk melihat jentik, cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya dengan pengamatan selama 1-2 menit untuk memastikan bahwa ada atau tidak ada jentik (Depkes RI, 1992).

3.7. Aspek Pengukuran

3.7.1 Sanitasi Toilet Sekolah Dasar

Hasil observasi toilet sekolah dasar dikategorikan memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat sesuai ketentuan sebagai berikut :

1. Memenuhi syarat, jika semua opsi pertanyaan sesuai dengan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat.

2. Tidak memenuhi syarat, jika salah satu atau lebih opsi pertanyaan tidak sesuai dengan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat.

Penilaian toilet sekolah dasar disesuaikan dengan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat yaitu :

Baik : objek yang diobservasi mempunyai nilai diatas 70 % (>70 %). Kurang baik : objek yang diobservasi mempunyai nilai dibawah 70 %

(≤70%). 3.7.2 Jentik Nyamuk

Pengukuran jentik nyamuk dengan melihat ada tidaknya jentik nyamuk di bak toilet sekolah dasar.

(47)

3.8. Analisa Data

(48)

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Sei Rotan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Percut Sei Tuan. Desa Sei Rotan terdiri dari 13 dusun dan 18.500 jiwa. Desa Sei Rotan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bandar Klippa 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bandar Klippa 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sambi Rijo Timur 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kolam

Desa Sei Rotan mempunyai 10 sekolah dasar dan 2 sekolah menengah pertama. 10 sekolah dasar tersebut terdiri dari 6 sekolah dasar negeri dan 4 sekolah dasar swasta. Berikut akan digambarkan keadaan umum sekolah dasar yang merupakan tempat pengambilan sampel penelitian.

4.1.1 Sekolah Dasar (SD) Negeri 107398

(49)

4.1.2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 107405

Sekolah Dasar Negeri 107405 merupakan salah satu sekolah yang terletak di desa Sei Rotan yang beralamat di Jalan Pendidikan III Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Pasar 8 Kabupaten Deli Serdang. Jumlah muridnya 563 dan jumlah gurunya 32 orang. SDN 107405 mempunyai toilet sebanyak 4 toilet, dimana terdapat 2 toilet untuk guru, 1 toilet untuk siswa laki-laki, dan 1 toilet untuk siswa perempuan.

4.1.3 Sekolah Dasar (SD) Negeri 104607

Sekolah Dasar Negeri 104607 merupakan salah satu sekolah yang terletak di desa Sei Rotan yang beralamat di Jalan Pendidikan I Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah muridnya 527 orang dan jumlah gurunya 33 orang. SDN 104607 mempunyai toilet sebanyak 4, dimana toilet untuk guru, murid perempuan, dan muris laki-laki digabung.

4.1.4 Sekolah Dasar (SD) Negeri 104206

Sekolah Dasar Negeri 104206 merupakan salah satu sekolah yang terletak di desa Sei Rotan yang beralamat di Jalan Pendidikan I No. 033 Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah muridnya 368 orang dan jumlah gurunya 20 orang. SDN 104206 mempunyai toilet sebanyak 3 toilet, dimana terdapat 1 toilet guru, 1 toilet siswa laki-laki, dan 1 toilet siswa perempuan.

4.1.5 Sekolah Dasar (SD) Negeri 105288

(50)

28 orang. SDN 105288 mempunyai toilet sebanyak 3 toilet, dimana terdapat 1 toilet guru, 1 toilet siswa laki-laki, dan 1 toilet perempuan.

4.1.6 Sekolah Dasar (SD) Negeri 107399

Sekolah Dasar Negeri 107399 merupakan salah satu sekolah yang terletak di desa Sei Rotan yang beralamat di Jalan Pendidikan II Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah muridnya 553 orang dan jumlah gurunya 30 orang. SDN 107399 mempunyai toilet sebanyak 3 toilet, dimana terdapat 1 toilet guru, 1 toilet siswa laki-laki, dan 1 toilet perempuan.

4.1.7 Sekolah Dasar (SD) MI Nur Hafizah

Sekolah MI Nur Hafizah merupakan salah satu sekolah yang terletak di desa Sei Rotan yang beralamat di Jalan Medan Batang Kuis Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah muridnya 298 oraang dan jumlah gurunya 18 orang. SD MI Nur Hafizah mempunyai toilet sebanyak 4 buah, dimana terdapat 1 toilet guru dan 3 toilet siswa yang digabung laki-laki dan perempuan.

4.1.8 Sekolah Dasar (SD) Santa Lucia

(51)

4.1.9 Sekolah Dasar (SD) Ade Irma Suryani

Sekolah Ade Irma Suryani merupakan salah satu sekolah yang terletak di desa Sei Rotan yang beralamat di Jalan Sugeng Dusun IX Pasar XI Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah muridnya 130 orang dan jumlah gurunya 9 orang. SD Ade Irma Suryani mempunyai toilet sebanyak 1 buah yang dipakai bersama guru dan siswa.

4.1.10 Sekolah Dasar Madinatussalam

Sekolah Dasar Madinatussalam merupakan salah satu sekolah yang terletak di desa Sei Rotan yang beralamat di Jalan Sidomulyo Pasar IX Dusun XIII. Jumlah muridnya 520 dan jumlah gurunya 25 orang. SD Madinatussalam mempunyai toilet sebanyak 7 buah, dimana terbagi atas 1 toilet guru, 3 toilet siswa laki-laki, dan 3 toilet siswa perempuan.

4.2 Data Penyakit DBD di Puskesmas Pembantu Sei Rotan Kecamatan Percut Se Tuan Kabupaten Deli Serdang

Kejadian penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sei Rotan menyebutkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 3 keadian DBD, tahun 2012 terdapat 7 keadian DBD, dan pada tahun 2013 sampai pertengahan terdapat 1 kejadian DBD (Sc : Puskesmas Pembantu Sei Rotan).

4.3Hasil Penelitian

(52)

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Toilet pada Sekolah Dasar (SD) di Desa Sei Rotan

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah toilet pada 10 sekolah dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 yaitu sebanyak 44 toilet, yang terdiri dari 10 toilet guru dan 34 toilet murid.

4.3.1 Hasil Observasi Toilet Sekolah Dasar (SD) di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi toilet sekolah dasar berdasarkan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat, yang mengukur beberapa aspek, sebagai berikut :

4.3.1.1Ratio Jumlah Kamar Mandi dengan Jumlah Siswa di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013

(53)

Tabel 4.2 Tabel Ratio Jumlah Kamar Mandi dengan Jumlah Siswa di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013

No.

Nama Sekolah Ratio Jumlah Kamar Mandi dengan Jumlah Siswa

LK (1 : 40) MS TMS PR (1 : 25) MS TMS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 44 toilet yang diperiksa, jumlah toilet laki-laki sebanyak 19 toilet (43,2%) dan jumlah toilet perempuan sebanyak 25 toilet (56,8%) yang dinilai menggunakan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat. Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat disesuaikan dengan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat, didapat hasil yaitu 7 toilet (15,9%) yang memenuhi syarat dan 37 toilet (84,1) tidak memenuhi syarat.

4.3.1.2Ventilasi dan Pencahayaan di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(54)

Tabel 4.3 Tabel Ventilasi dan Pencahayaan di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa penilaian untuk ventilasi dan pencahayaan berupa tidak pengap dan berbau, ruangan terang, dan sirkulasi udara baik menggunakan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat. Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat disesuaikan menurut Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat, jadi ada 20 sekolah dasar (45,5%) yang memenuhi syarat dan 24 sekolah dasar (54,5%) yang tidak memenuhi syarat.

4.3.1.3Bak Air pada WC/KM di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(55)

Tabel 4.4 Tabel Bak Air pada WC/KM di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 44 toilet yang diperiksa, 5 toilet mempunyai bak air yang berfungsi, tetapi kotor/berlumut/ada jentik; 19 toilet mempunyai bak air yang sebagian agak kotor/berlumut, dan tidak ada jentik nyamuk; dan 20 toilet mempunyai bak air yang bersih, tidak ada kotoran, tidak berlumut, tidak ada jentik nyamuk dan air secukupnya yang dinilai berdasarkan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat. Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat disesuaikan dengan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat, jadi ada 39 toilet (88,6%) yang memenuhi syarat dan 5 toilet (11,4%) yang tidak memenuhi syarat.

(56)

Tabel 4.5 Tabel Alat Mengambil Air/Gayung di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 44 toilet yang diperiksa berdasarkan Instrumen Penilaian Sekolah Sehat yaitu 1 toilet mempunyai gayung yang bersih tetapi tidak aman digunakan sedangkan 43 toilet mempunyai gayung yang bersih dan aman untuk digunakan. Sesuai dengan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat bahwa 43 toilet (97,7%) mempunyai gayung yang memenuhi syarat sedangkan 1 lainnya (2,3%) tidak memenuhi syarat.

4.3.1.5Alat dan Bahan Pembersih di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(57)

Tabel 4.6 Tabel Alat dan Bahan Pembersih di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013

No. Nama Sekolah

Alat dan Bahan Pembersih MS/TM*S Sapu

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 44 toilet yang diperiksa, penilaian alat dan bahan pembersih disesuaikan dengan Instrumen Penilaian Sekolah Sehat. Menurut Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat bahwa ada 2 toilet (4,6%) yang masuk kategori memenuhi syarat dan 42 toilet lainnya (95,4) tidak memenuhi syarat. 4.3.1.6Tempat Sampah di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(58)

Tabel 4.7 Tabel Tempat Sampah di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan tempat sampah yang tertutup; 1 toilet mempunyai tempat sampah diruangan tersebut; serta 27 toilet tidak mempunyai tempat sampah. Menurut Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat tidak ada satu toilet pun yang tempat sampahnya masuk kategori memenuhi syarat.

4.3.1.7Air Bersih di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(59)

Tabel 4.8 Tabel Air Bersih di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun

Kesehatan Air Banyak/Jumlah Air Bersih

MS / menggunakan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat yaitu 14 toilet letak sumber air bersih dengan septic tank <10 m dan 30 toilet letak sumber air bersih dengan

septic tank ≥10 m. Jadi, ada 14 toilet yang tidak memenuhi syarat dan 30 toilet

(60)

4.3.1.8Dinding Kamar Mandi di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

Hasil observasi yang dilakukan untuk dinding kamar mandi meliputi 3 aspek yaitu kedap air, bersih, dan berwarna terang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Tabel Dinding Kamar Mandi di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei

Rotan Tahun 2013 No

. Nama Sekolah

Dinding Kamar Mandi MS/TMS*

Kedap air Bersih Berwarna terang MS TMS

1 SD Negeri 107398 0 0 3 0 3 penilaian sekolah sehat berdasarkan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat. Ada 39 toilet (88,6%) yang memenuhi kategori memenuhi syarat dan 5 toilet lainnya (11,4%) tidak memenuhi syarat.

4.3.1.9Lantai Kamar Mandi di Toilet Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

(61)

Tabel 4.10 Tabel Lantai Kamar Mandi di Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Tahun 2013

N

o. Nama Sekolah

Lantai Kamar Mandi MS/TMS*

Kedap air Tidak licin Berwarna

terang MS TMS penskoran kedap air, tidak licin, dan berwarna terang menggunakan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah. Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat berdasarkan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat sehingga didapat 32 toilet (72,7%) yang memenuhi syarat dan 12 toilet (27,3%) yang tidak memenuhi syarat.

4.3.2 Hasil Penilaian Toilet Sekolah Dasar

(62)

Tabel 4.11 Tabel Penilaian Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

No. Nama Sekolah Nilai Kategori

1 Sekolah Dasar Negeri 107398

Toilet ke-1 56.8 Kurang baik

Toilet ke-2 50 Kurang baik

Toilet ke-3 50 Kurang baik

2 Sekolah Dasar Negeri 107405

Toilet ke-1 75.9 Baik

Toilet ke-2 75.9 Baik

Toilet ke-3 65.9 Kurang baik

Toilet ke-4 65.9 Kurang baik

3 Sekolah Dasar Negeri 104607

Toilet ke-1 52.2 Kurang baik

Toilet ke-2 54.5 Kurang baik

Toilet ke-3 54.5 Kurang baik

Toilet ke-4 54.5 Kurang baik

4 Sekolah Dasar Negeri 104206

Toilet ke-1 88.6 Baik

Toilet ke-2 51.8 Kurang baik

Toilet ke-3 51.8 Kurang baik

5 Sekolah Dasar Negeri 105288

Toilet ke-1 68.1 Kurang baik

Toilet ke-2 70.4 Baik

Toilet ke-3 70.4 Baik

6 Sekolah Dasar Negeri 107399

Toilet ke-1 54.5 Kurang baik

Toilet ke-2 54.5 Kurang baik

Toilet ke-3 54.5 Kurang baik

7 Sekolah Dasar MI Nur Hafizah

Toilet ke-1 90.9 Baik

Toilet ke-2 65.9 Kurang baik

Toilet ke-3 65.9 Kurang baik

Toilet ke-4 65.9 Kurang baik

8 Sekolah Dasar Santa Lucia

(63)

Toilet ke-9 73.6 Baik

Toilet ke-10 73.6 Baik

Toilet ke-11 73.6 Baik

Toilet ke-12 73.6 Baik

9 Sekolah Dasar Ade Irma Suryani

Toilet ke-1 56.8 Kurang baik

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 44 toilet yang diperiksa 18 toilet bernilai baik dan 26 toilet bernilai kurang baik.

Penilaian toilet sekolah dasar untuk tiap sekolah dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 Tabel Penilaian Toilet Sekolah Dasar (SD) Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

No. Nama Sekolah Nilai rata-rata Kategori

1 Sekolah Dasar Negeri 107398 52,3 Kurang aik

2 Sekolah Dasar Negeri 107405 70,9 Baik

3 Sekolah Dasar Negeri 104607 53,9 Kurang baik

4 Sekolah Dasar Negeri 104206 64,1 Kurang baik

5 Sekolah Dasar Negeri 105288 69,6 Kurang baik

6 Sekolah Dasar Negeri 107399 54,5 Kurang baik

7 Sekolah Dasar MI Nur Hafizah 72,1 Baik

8 Sekolah Dasar Santa Lucia 74,3 Baik

9 Sekolah Dasar Ade Irma Suryani 56,8 Kurang baik

10 Sekolah Dasar Madinatussalam 66,9 Kurang baik

(64)

4.3.3 Hasil Pemantauan Jentik Nyamuk

Hasil pemantauan jentik nyamuk pada air bak toilet sekolah dasar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Jentik Nyamuk pada Air Bak Toilet Sekolah Dasar di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

No Air Bak Toilet Keberadaan Jentik Nyamuk 1 Sekolah Dasar Negeri 107398

- Toilet ke-1 2 Sekolah Dasar Negeri 107405

- Toilet ke-1 3 Sekolah Dasar Negeri 104607

(65)

9

Tabel 4.13. Menunjukkan bahwa ada 5 toilet yang ditemukan jentik nyamuk pada air bak toilet.

Untuk nilai Container Index dari hasil pemantauan jentik nyamuk dapat dilihat sebagai berikut :

(66)

5.1. Sanitasi Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

5.1.1. Sanitasi Toilet

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi sanitasi toilet sekolah dasar di Desa Sei Rotan, maka dapat dijelaskan ke dalam beberapa aspek berikut:

5.1.1.1 Ratio Jumlah Kamar Mandi

Jumlah kamar mandi pada 10 Sekolah Dasar di Desa Sei Rotan yaitu sebanyak 44 toilet dimana dari 44 toilet yang diperiksa, jumlah toilet laki-laki sebanyak 19 toilet (43,2%) dan jumlah toilet perempuan sebanyak 25 toilet (56,8%). Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat disesuaikan dengan Instrumen Penilaian Lomba Sekolah Sehat, didapat hasil yaitu 7 toilet (15,9%) yang memenuhi syarat dan 37 toilet (84,1) tidak memenuhi syarat. Banyak toilet yang belum memenuhi syarat. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah siswa/siswi pada tiap sekolah yang tidak sebanding dengan jumlah toilet yang tersedia.

Menurut Permenkes 1429 tahun 2006 proporsi umlah WC/urinoir adalah 1 WC/urinoir untuk 40 siswa dan 1 WC untuk 25 orang siswi. Hal ini belum dipenuhi oleh toilet siswa sekolah dasar di Desa Sei Rotan.

5.1.1.2 Ventilasi dan Pencahayaan

(67)

Ventilasi di toilet juga sekaligus dijadikan sebagai penerangan alami bagi toilet di sekolah.

Tiga aspek yang dinilai yaitu tidak pengap dan berbau; ruangan terang; dan sirkulasi udara baik, kebanyakan aspek tidak memenuhi syarat pada ruangan yang pengap dan berbau. Beberapa toilet yang tidak memiliki ventilasi yang cukup menjadi salah satu penyebab toilet bau dan pengap. Selain itu, beberapa toilet tidak memenuhi syarat dikarenakan ratio toilet dengan jumlah murid yang tidak sesuai dengan kebutuhan kamar mandi sehingga menyebabkan toilet bau dan pengap.

Menurut Kepmenkes No. 1429 tahun 2006, luas lubang ventilasi terhadap luas lantai yaitu 30 %. Ventilasi bermanfaat untuk sirkulasi udara dalam ruangan serta mengurangi kelembaban untuk menjamin kesehatan penghuninya. Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dan tidak menyilaukan (Kepmenkes, 2006). Ventilasi berfungsi sebagai sirkulasi udara dari dalam toilet dengan udara luar. Selain itu, ventilasi juga membantu menyeimbangkan kelembaban dan pencahayaan dalam toilet.

5.1.1.3 Bak Air

(68)

Bak air maupun air bersih itu sendiri turut mempengaruhi kondisi sanitasi toilet. Bak air yang ditemukan pada toilet sekolah dasar ada yang kotor/berlumut. Hal ini disebabkan oleh jarangnya bak air dibersihkan. Sebagian bak terbuat dari ember plastik sehingga air selalu habis pakai sehingga kotoran/lumut/jentik tidak ada.

Bak yang kotor, terlihat berjamur dan jarang dibersihkan akan menjadi tempat perindukan bakteri maupun nyamuk. Demikian juga dengan air yang kualitasnya buruk dapat menjadi water borne disesase bagi pengguna toilet (ATI, 2004). Menurut Kepmenkes 1429 tahun 2006, pengurasan bak penampung air dilakukan paling lama 1 kali seminggu. Bila bak air tidak digunakan dalam jangka waktu lama (misalnya pada saat usim liburan panjang), maka bak air harus dikosongkan.

5.1.1.4 Alat Mengambil Air/Gayung

Alat mengambil air/gayung yang di observasi di toilet sekolah dasar yaitu alat mengambil air/gayung yang ada pada 44 toilet pada 10 sekolah dasar. Berdasarkan hasil observasi, 43 toilet (97,7%) mempunyai alat mengambil air/gayung yang memenuhi syarat dan 1 toilet (2,3%) mempunyai alat mengambil air/gayung tidak memenuhi syarat.

(69)

5.1.1.5 Alat dan Bahan Pembersih

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa dari 44 toilet yang diperiksa,2 toilet (4,5%) masuk kategori memenuhi syarat dan 42 toilet lainnya (95,5%) tidak memenuhi syarat. Alat dan bahan pembersih toilet dapat berupa sapu, sikat, desinfektan, dan sabuk pembersih.

Alat dan bahan pembersih yang ditemukan pada toilet sekolah dasar tidak mencukupi untuk kebersihan kamar mandi kebanyakan toilet hanya mempunyai 1 atau 2 buah alat dan bahan pembersih berupa sapu dan sikat kamar mandi. Desinfektan jarang ditemui pada tiaptoileti. Keadaan ini dapat disebabkan karena tidak adanya petugas khusus pembersih toilet sehingga tidak disediakannya alat dan bahan pembersih yang cukup untuk toilet.

Menurut Permenkes No. 1429 Tahun 2006, sebaiknya kamar mandi dilengkapi dengan desinfektan untuk membersihkan lantai dan closet serta urinoir. Selain itu, menyediakan sabun untuk cuci tangan.

5.1.1.6 Tempat Sampah

(70)

Menurut Chandra (2006), sampah merupakan media yang baik untuk tempat berkembang biaknya vektor yaitu lalat, kecoa dan lain-lain, sehingga perlu diperhatikan. Keberadaan tempat pembuangan sampah sangat erat dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan, karena sumber penyakit dan penyebab gangguan kesehatan umumnya berasal dari sampah, apabila tempat sampah tidak ada kemungkinan dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi penghuni sekolah.

Syarat tempat sampah yang baik ialah tersedianya tempat sampah yang tertutup di dalam toilet/kamar mandi, dimana hal tersebut disamping menjaga kenyamanan pengguna toilet karena bau tidak sedap, juga berfungsi sebagai pencegahan serangga berkembang biak. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429 tahun 2006 dan disesuaikan dengan kriteria penilaian sanitasi toilet, maka kondisi sanitasi toilet pada masing-masing sekolah tidak satupun yang memenuhi syarat.

5.1.1.7 Air Bersih

Berdasarkan hasil observasi, 18 toilet (41%) memenuhi syarat dan 26 toilet (59%) tidak memenuhi syarat untuk penilaian air bersih. Air bersih yang dinilai meliputi jarak air bersih dengan sumber pencemaran, kekeruhan air, dan kecukupan ketersediaan air bersih pada toilet.

Gambar

Tabel 1.1. Sarana Toilet Sekolah Dasar
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Tabel Jumlah Toilet pada Sekolah Dasar (SD) di Desa Sei Rotan
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 44 toilet yang diperiksa, jumlah toilet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kondisi debit air irigasi di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, (2) Kondisi jaringan

Ini dapat memperlihatkan bahwa pada waktu pengambilan sampel kondisi perairan sangat dipengaruhi oleh aliran air dari hulu sungai yang dibuktikan dengan rendahnya

sekolah sebagai lingkungan kedua tempat pendidikan anak. Mengajarkan ilmu pengetahuan merupakan tugas utama bagi setiap guru, termasuk guru bidang studi agama Islam di

Penelitian deskriptif dilakukan terutama untuk mendeskripsikan atau menggambarkan pengaruh lingkungan tempat tinggal terhadap tingginya angka anak putus sekolah di

− Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi − Kinerja pelayanan air − Kinerja kelembagaan pemerintah − kinerja kelembagaan petani Selesai?. − Letak

Resiko Kesehatan yaitu Kurang darah (anemia), Kurang gizi pada masa kehamilan, Preeklamsi dan eklamsi, pengguguran kandungan (aborsi), kangker servik, dan dapat

Tesis Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Terhadap Lingkungan Rumah Tempat Tinggal Nelayan di Desa Lalang dan di Desa Medan Kecamatan Medang

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan pembinaan kesehatan lingkungan di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut