• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan Tahun 2015"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

63

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Stefina Veronika

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Januari 1994 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Berdikari Nomor 61, Padang Bulan, Medan

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri 08 Petang Rawamangun, Jakarta (1999-2005) 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 74 Jakarta (2005-2008)

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 21 Jakarta (2008-2011)

Riwayat Pelatihan

1. Peserta PMB Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012 2. Peserta MMB Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012 3. Peserta Balut & Bidai TBM Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara 2012

Riwayat Organisasi

(2)

64

Lampiran 2

Kuesioner Pengetahuan Tuberkulosis Paru 1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit tuberkulosis paru?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

2. Menurut saudara/saudari, apakah yang dimaksud penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru)?

a. Penyakit batuk berdahak bercampur darah b. Penyakit batuk-batuk akibat merokok c. Batuk dengan gatal di tenggorokan

3. Menurut saudara/saudari, apakah penyebab penyakit TB paru? a. Kuman/bakteri

b. Debu, asap, dan udara kotor c. Guna-guna

4. Menurut saudar/saudari, bagaimana tanda-tanda / gejala penyakit TB paru? a. Batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu ,bercampur darah, sesak

napas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan turun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan.

b. Batuk yang disertai demam. c. Batuk dengan gatal di tenggorokan

5. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan melalui :

a. Pengobatan teratur disertai dengan perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku.

(3)

65

Kuesioner Pengetahuan Pencegahan Tuberkulosis Paru

1. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada anggota keluarga lain karena :

a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita Tuberkulosis. b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita Tuberkulosis. c. Sudah ada dari masih dikandungan

2. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular apabila:

a. Tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru. b. Tidak tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru. c. Tidur beramai-ramai.

3. Menurut saudara/saudari cara terbaik untuk menghidari penularan terhadap orang lain adalah :

a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah di sembarang tempat.

b. Tidak meludah disembarang tempat

c. Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah disembarang tempat.

4. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis dapat dicegah dengan imunisasi?

a. Ya dengan imunisasi BCG. b. Ya dengan imunisasi apa saja.

c. Tidak bisa dicegah dengan imunisasi.

5. Menurut saudara/saudari bagaimana hubungan pencegahan Tuberkulosis Paru dengan gizi?

(4)

66

Kuesioner

Sikap Terhadap Penyakit Tuberkulosis Paru

1. Tanda-tanda/gejala penyakit tuberkulosis paru adalah batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu, bercampur darah, sesak napas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan turun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

2. Melalui penggunaan peralatan makan bersama dengan penderita dapat menularkan penyakit tuberkulosis paru.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

3. Penyakit tuberkulosis paru dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

4. Dengan menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dapat menghindari penularan penyakit tuberkulosis paru terhadap orang lain.

(5)

67

d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

5. Tidak meludah di sembarang tempat dapat menghindari penularan penyakit Tuberkulosis Paru terhadap orang lain.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

6. Seseorang yang mengalami gejala batuk berdahak disertai darah lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, dan keringat pada malam hari harus segera dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. a. Sangat setuju

(6)

68

Kuesioner

Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru

No. Perilaku Sangat

setuju

Setuju Ragu-ragu

Tidak setuju

Sangat tidak setuju 1. Saya segera membawa ke klinik/rumah

sakit untuk memeriksa kondisi kesehatan apabila ada anggota keluarga yang memiliki gejala batuk berdahak disertai darah lebih dari 2 minggu.

2. Saya tidak melakukan pemberian vaksinasi BCG kepada anak.

3. Saya memberikan makanan sehat seperti buah-buahan, sayur-sayuran, cukup protein, serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh setiap anggota keluarga.

4. Saya menjaga diri saya dan segera melakukan kondisi kesehatan diri sendiri ke klinik/rumah sakit apabila ada apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit tuberkulosis.

5. Saya membatasi komunikasi apabila ada anggota keluarga atau kerabat yang menderita tuberkulosis.

(7)

69

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN

Salam Sejahtera Dengan hormat,

Saya yang bernama Stefina Veronika, sedang menjalani pendidikan Kedokteran Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun Tahun 2015”.

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan pembunuh nomor satu

diantara penyakit menular lainnya dan berada pada posisi ketiga sebagai pembunuh tertinggi di Indonesia (PDPI, 2006). Banyaknya kasus TB di Indonesia, salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan dan perubahan demografik pada masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi kasus TB, baik dalam bentuk penyuluhan, peraturan pemerintah, maupun oragnisasi penanggulangan tuberkulosis paru. Hal ini tidak akan sempurna, tanpa adanya partisipasi mayarakat dalam melakukan tindakan pencegahan Tuberkulosis Paru.

(8)

70

Dalam penelitian ini, saya akan memberikan kuisioner kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang bermukim di Kelurahan Terjun. Pengisian kuisioner membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Peneliti adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Utara.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk berpartisipai dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu. Data yang terkumpul hanya digunakan dalam penelitan ini. Bila data dipublikasikan, kerahasiaannya akan dijaga. Untuk penelitian ini, Bapak tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Saudara/Saudari membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Stefina Veronika

Alamat : Jl. Berdikari No. 61, Pasar 1 Padang Bulan No. HP : 087868173250

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Apabila Saudara/Saudari bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini, Lembar Pernyataan Persetujuan harap diisi.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu/Saudara/Saudari saya ucapkan terima kasih.

Medan , ... 2015 Peneliti

(9)

71

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Jenis Kelamin : Agama : Pekerjaan : Alamat :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun Tahun 2015”, maka saya bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini untuk mengisi kuisioner dalam kepentingan pengambilan data.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Medan, 2015 Responden,

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

76

Lampiran 8

SPSS

1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 38 38,8 38,8 38,8

P 60 61,2 61,2 100,0

Total 98 100,0 100,0

2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

18-25 22 22,4 22,4 22,4

26-35 22 22,4 22,4 44,9

35-45 31 31,6 31,6 76,5

45-65 23 23,5 23,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Islam 93 94,8 94,8 94,9

Kristen 5 5,1 5,1 100,0

Total 98 100,0 100,0

4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku bangsa Sukubangsa

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Aceh 1 1,0 1,0 1,0

Banjar 1 1,0 1,0 2,0

Banten 2 2,0 2,0 4,1

Batak 11 11,2 11,2 15,3

Jawa 70 71,4 71,4 86,7

(15)

77

Nias 3 3,1 3,1 99,0

Padang 1 1,0 1,0 100,0

Total 98 100,0 100,0

5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak Bekerja 5 5,1 5,1 5,1

Becak 2 2,0 2,0 7,1

Buruh 9 9,2 9,2 16,3

IRT 37 37,8 37,8 54,1

Pedagang 5 5,1 5,1 59,2

Pgawai swasta 5 5,1 5,1 64,3

Pns 5 5,1 5,1 69,4

Siswa 5 5,1 5,1 74,5

Wiraswasta 25 25,5 25,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

D1 1 1,0 1,0 1,0

D3 3 3,1 3,1 4,1

S1 8 8,2 8,2 12,2

S2 1 1,0 1,0 13,3

SD 22 22,4 22,4 35,7

SMA 26 26,5 26,5 62,2

SMK 2 2,0 2,0 64,3

SMP 30 30,6 30,6 94,9

STM 3 3,1 3,1 98,0

Tidaksekolah 2 2,0 2,0 100,0

Total 98 100,0 100,0

(16)

78

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulativ e Percent

Baik 23,5 23,5 23,5 23,5

Cukup 26 26,5 26,5 50,0

Baik 49 50,0 50,0 100,0

Total 98 100,0 100,0

8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

negatif 43 43,9 43,9 43,9

positif 55 56,1 56,1 100,0

Total

98 100 100

9. Distribusi karakteristik responden berdasarkan perilaku masyarakat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

negatif 43 43,9 43,9 43,9

positif 55 56,1 56,1 100,0

Total

98 100,0 100,0

10.Analisa Jawaban Pengetahuan Responden Per Butir Soal p1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 23 23,5 23,5 23,5

1 75 76,5 76,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

p2

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 25 25,5 25,5 25,5

1 73 74,5 74,5 100,0

(17)

79

p3

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 35 35,7 35,7 35,7

1 63 64,3 64,3 100,0

Total 98 100,0 100,0

p4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 20 20,4 20,4 20,4

1 78 79,6 79,6 100,0

Total 98 100,0 100,0

p5

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 48 49,0 49,0 49,0

1 50 51,0 51,0 100,0

Total 98 100,0 100,0

p6

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 32 32,7 32,7 32,7

1 65 66,3 66,3 99,0

2 1 1,0 1,0 100,0

Total 98 100,0 100,0

p7

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 11 11,2 11,2 11,2

(18)

80

Total 98 100,0 100,0

p8

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 44 44,9 44,9 44,9

1 54 55,1 55,1 100,0

Total 98 100,0 100,0

p9

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 19 19,4 19,4 19,4

1 79 80,6 80,6 100,0

Total 98 100,0 100,0

p10

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 2,0 2,0 2,0

1 96 98,0 98,0 100,0

Total 98 100,0 100,0

11.Analisa Jawaban Sikap Responden per Butir Soal

s1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 3 3,1 3,1 3,1

2 4 4,1 4,1 7,1

3 4 4,1 4,1 11,2

4 60 61,2 61,2 72,4

5 27 27,6 27,6 100,0

Total 98 100,0 100,0

(19)

81

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 12 12,2 12,2 12,2

3 5 5,1 5,1 17,3

4 59 60,2 60,2 77,6

5 22 22,4 22,4 100,0

Total 98 100,0 100,0

s3

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 2,0 2,0 2,0

1 1 1,0 1,0 3,1

2 15 15,3 15,3 18,4

3 8 8,2 8,2 26,5

4 51 52,0 52,0 78,6

5 21 21,4 21,4 100,0

Total 98 100,0 100,0

s4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 6 6,1 6,1 6,1

3 4 4,1 4,1 10,2

4 67 68,4 68,4 78,6

5 21 21,4 21,4 100,0

Total 98 100,0 100,0

s5

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 15 15,3 15,3 15,3

3 5 5,1 5,1 20,4

4 55 56,1 56,1 76,5

5 23 23,5 23,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

(20)

82

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 1,0 1,0 1,0

3 2 2,0 2,0 3,1

4 70 71,4 71,4 74,5

5 25 25,5 25,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

12.Distribusi Frekuensi Sikap Responden berdasarkan Jenis Kelamin sikap masyarakat * jeniskel Crosstabulation

Count

Jeniskel

Total

L P

sikap negatif 19 24 43

positif 19 36 55

Total 38 60 98

13.Distribusi Frekuensi Sikap Responden berdasarkan Rentang Usia sikap masyarakat * rentangusia Crosstabulation

Count

rentangusia

Total 18-25 26-35 35-45 45-65

sikap m negatif 6 11 15 11 43

positif 16 11 16 12 55

Total 22 22 31 23 98

14.Distribusi Frekuensi Sikap Responden berdasarkan Pekerjaan

sikap masyarakat * pekerjaan Crosstabulation Count

(21)

83

-

BECA K

BURU

H IRT

PDAGA

NG PGSW PNS

SISW

A W

sikap m

Negat

if 2 2 7 20 2 2 0 1 7 43

Positi

f 3 0 2 17 3 3 5 4 18 55

Total 5 2 9 37 5 5 5 5 25 98

15.Distribusi Frekuensi Sikap Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir

sikap masyarakat * pendidikanterakhir Crosstabulation Count

pendidikanterakhir

Total D1 D3 S1 S2 SD SMA SMK SMP STM

TIDA KSEK

sikap negatif 0 1 2 0 12 8 0 16 2 2 43

positif 1 2 6 1 10 18 2 14 1 0 55

Total 1 3 8 1 22 26 2 30 3 2 98

16.Analisa jawaban perilaku responden per butir Soal p1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 2 2,0 2,0 2,0

3 4 4,1 4,1 6,1

4 54 55,1 55,1 61,2

5 38 38,8 38,8 100,0

(22)

84

p2

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 2,0 2,0 2,0

1 5 5,1 5,1 7,1

2 15 15,3 15,3 22,4

3 4 4,1 4,1 26,5

4 57 58,2 58,2 84,7

5 15 15,3 15,3 100,0

Total 98 100,0 100,0

p3

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 12 12,2 12,2 12,2

3 15 15,3 15,3 27,6

4 48 49,0 49,0 76,5

5 23 23,5 23,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

p4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2,0 6 6,1 6,1 6,1

3,0 4 4,1 4,1 10,2

4,0 63 64,3 64,3 74,5

5,0 25 25,5 25,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

p5

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 1,0 1,0 1,0

2 30 30,6 30,6 31,6

3 11 11,2 11,2 42,9

4 37 37,8 37,8 80,6

(23)

85

Total 98 100,0 100,0

p6

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 8 8,2 8,2 8,2

3 2 2,0 2,0 10,2

4 61 62,2 62,2 72,4

5 27 27,6 27,6 100,0

Total 98 100,0 100,0

17.Distribusi Frekuensi Perilaku Responden berdasarkan Rentang Usia perilaku masyarakat * rentangusia Crosstabulation

Count

rentangusia

Total 18-25 26-35 35-45 45-65

perilaku masyarakat

negatif 8 11 13 11 43

positif 14 11 18 12 55

Total 22 22 31 23 98

18. Distribusi Frekuensi Perilaku Responden berdasarkan Pekerjaan perilaku masyarakat * pekerjaan Crosstabulation Count

pekerjaan

Total -

BEC AK

BUR

UH IRT

PDAG ANG

PGS

W PNS

SISW

A W

perilaku masyarakat

negati

f 3 0 5 16 3 2 1 0 13 43

positif 2 2 4 21 2 3 4 5 12 55

Total 5 2 9 37 5 5 5 5 25 98

(24)

86

pengetahuan

perilaku masyarakat pengetahuan Pearson

Correlation 1 ,263

**

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 20.Korelasi Sikap dan Perilaku Masyarakat

Correlations

Correlation 1 ,254

*

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

21. Korelasi Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Correlations

Correlations

pengetahuan sikap m pengetahuan Pearson

Correlation 1 ,288

**

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

60

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Available from: http://www.depkes.go.id/resource/download/general/Hasil%20Riskesdas%2 02013.pdf [Accessed 1 Mei 2015]

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011. Available from:

http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-

tujuan-pembangunan-milenium-di-Indonesia-2011__20130517105523__3709__0.pdf [Accessed 28 Mei 2015] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2014.

Jumlah Penduduk Daerah Perkotaan dan Perdesaan Menurut

Kabupaten/Kota (jiwa), 2013. Available from:

http://www.sumut.bps.go.id/frontend/Subjek/view/id/12#subjekViewTab3 [Accessed 5 April 2015]

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2015. Profil Kemiskinan Sumatera

Utara September 2014. Available from:

http://sumut.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20150306120609.pdf [Accessed 20 Juni 2015]

Darmanto. (Ed.). 2012. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga

FKUI. Patofisiologi, Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkulosis. Available from: staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf

Ditjen Cipta Karya. Profil Kabupaten/Kota. Available from: http://www.ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/sumut/medan.pdf

[Accessed 19 April 2015]

Endang. 2012. Penderita Tuberkulosis Berpotensi Meningkat. Available from:

http://nasional.tempo.co/read/news/2012/04/02/173394147/Penderita-Tuberkulosis-Berpotensi-Meningkat

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penanggulangan TB lebih

baik. Available from:

(31)

61

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Available from: http://www.searo.who.int/indonesia/topics/tb/starnas_tb-2010-2014.pdf. [Accessed 13 April 2015]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/pustadin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia[Accessed 12 April 2015]

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 2010. TB Andil 61.000

Kematianper Tahun. Available from:

http://www.2010.kemenkopmk.go.id/content/tb-andil-61000-kematian-tahun [Accessed 18 April 2015]

Lubis, M. 2014. Rapat Panitia Khusus (Pansus) Laporan Keterangan Pertanggugjawaban Walikota Medan. Avaialable from:

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/04/09/156961/12-kelurahan-di-medan-rawan-pangan/#.VYjt1vmqqko

Media, Y. 2011. “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat tentang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru di Kecamatan Sungai Tarab Provinsi Sumatera Barat”. Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011. Available from:

http://www.ejournal.litbang.depkes.go.id/indeks.php/MPK/article/view/108 [Accessed 10 Mei 2015]

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Available from:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20364 %20ttg%Pedoman%20Penanggulangan%20Tuberculosis%20%28TB%29.p df [Accessed 18 April 2015]

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2012. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia. Available from:

http://www.klikpdpi.com/konsesus/tb/tb.html [Accessed 6 Mei 2015]

(32)

62

Queensland Government. 2013. Penyakit Tuberkulosis. Avialable from: http://www.health.qld.gov.au/chrisp/tuberculosis/factsheets.asp

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40310/4/Chapter%20II.pdf

Sahat, H, Bambang, S. 2011. “Aspek pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Kaitannya dengan Penyakit TB Paru”. Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor I Tahun 2011. Available from: http://www.ejournal.litbang.depkes.go.id/indeks.php/MPK/article/download /114/95 [Accessed 21 Mei 2015]

Sudigdo. 2013. Dasar-dasar Metodologi Klinis. Jakarta: Sagung Seto

Sunaryo. 2002. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Available from: https://books.google.co.id/books?isbn=9794486620 [Accessed 16 April 2015]

Tim Penggerak PKK Kelurahan Terjun. 2015. Laporan Ketua Tim Penggerak Pkk Kelurahan Terjun Dalam Rangka Evaluasi Pelaksaan Terbaik Phbs Pada Kegiatan Pkk Kb-Kes Tingkat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014/201. Medan.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Sumatera Utara. 2011. Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Available from:

http://www.p2kp.org/warta/files/strategi_percepatan_penanggulangan_kemi skinan.pdf. [Accessed 15 April 2015]

World Health Organization. 2013. Tuberculosis. Available from: http://www.who.int/topics/tuberculosis/en [Accessed 23 April 2015]

(33)

28

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, kerangka konsep penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2Definisi Operasional

Variabel independent penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga sedangkan variabel dependent penelitian ini adalah perilaku pencegahan tuberkulosis.

3.2.1 Pengetahuan

Perilaku pencegahan tuberkulosis

Sikap keluarga mengenai tuberkulosis

Pengetahuan keluarga mengenai

(34)

29

1. Definisi Operasional

Menurut Notoatmodjo pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi enam yaitu tahu, memahami, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan melalui pengisisan kuisioner. 3. Alat Pengukuran

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner, terdiri dari lima pertanyaan mengenai pengetahuan tuberkulosisdan lima pertayaan mengenai pengetahuan pencegahan TB Paru yang telah diuji validitas dan reabilitasnya.

4. Kategori

Menurut Arikunto (2006), tingkat pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik: Apabila subyek dapat menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pertanyaan.

b. Sedang: Apabila subyek dapat menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan.

c. Kurang: Apabila subyek dapat menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan.

5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal. Penentuan skoring kuisioner menggunakan pendekatan skala Guttman, dengan kriteria : apabila menjawab pertanyaan dengan benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0.

3.2.2. Sikap

(35)

30

Eagle dan Chaiken (1993) dalam buku A. Wawan dan Dewi M. (2010) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.

2. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan metode pengisian kuisioner.

3. Alat Pengukuran

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang terdiri dari enam pertanyaan mengenai sikap terhadap tuberkulosis yang terdiri dari enam pertanyaan yang telah diuji validitas dan reabilitasnya.

4. Kategori

Menurut Azwar, S (2011), sikap dapat diukur dengan Skala Likert. Sikap dapat dikatagorikan sebagai berikut:

a. Sikap favourable atau positif apabila skor T ≥ nilai mean (bila data berdistribusinormal. Bila tidak berdistribusi normal menggunakan median.

b. Sikap tidak favourable atau negatif apabila skor T < nilai mean. 5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel sikap adalah skala ordinal dengan menggunakan pendekatan skala Likert. Kriteria pengukuran skoring untuk pertanyaan positif yaitu :

a. Sangat Setuju = 5 b. Setuju = 4

c. Ragu-ragu = 3 d. Tidak Setuju = 2

e. Sangat Tidak Setuju= 1

Pengukuran skoring untuk pertanyaan negatif diberi skor sebagai berikut : a. Sangat Setuju = 1

(36)

31

d. Tidak Setuju = 4

e. Sangat Tidak Setuju = 5

3.2.3. Perilaku Pencegahan 1. Definisi Operasional

Perilaku pencegahan penyakit termasuk kedalam bagian perilaku kesehatan. Menurut Notoatmodjo perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Sedangkan pengertian perilaku pencegahan penyakit adalah respon untuk melakukan pencegahan penyakit.

2. Cara Pengukuran

Menurut Azwar (2011), pengukuran perilaku positif atau praktek dapat dilakukan melalui dua metode, yakni secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini, pengukuran perilaku dilakukan secara tidak langsung menggunakan media kuisioner dengan skala Likert (Notoatmodjo 2010).

3. Alat Pengukuran

Alat ukur yang digunakan yaitu kuisioner yang terdiri dari enam pertanyaan. 4. Kategori

Menurut Azwar (2011), kategori penilaian perilaku dibagi menjadi: a. Perilaku positif:jika skor T hasil penghitungan > mean T (50). b. Perilaku negatif:jika skor T hasil perhitungan < mean T (50). 5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel perilaku pencegahan adalah skala ordinal. Teknik skala yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku adalah dengan menggunakan skala Likert. Kriteria pengukuran skoring untuk pertanyaan positif yaitu :

a. Sangat Setuju = 5 b. Setuju = 4

(37)

32

d. Tidak Setuju = 2 e. Sangat Tidak Setuju= 1

Pengukuran skoring untuk pertanyaan negatif diberi skor sebagai berikut : a. Sangat Setuju = 1

b. Setuju = 2 c. Ragu-ragu = 3 d. Tidak Setuju = 4

e. Sangat Tidak Setuju = 5

3.3Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Ha : terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku pencegahan tuberkulosis.

(38)

33

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga terhadap perilaku pencegahan TB Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross sectional, yaitu penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Lingkungan IX dan Lingkungan XII Kelurahan Terjun, Medan Marelan. Alasan pemilihan tempat ini sebagai lokasi penelitian adalah masih banyaknya kasus TB Paru dan penelitian sejenis belum pernah dilakukan sebelumnya.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan September - Oktober 2015 terhadap penduduk yang bermukim di Kelurahan Terjun, Medan Marelan.

(39)

34

Menurut Sugiyono (2012), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdirinatas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Terjun, Medan Marelan. Populasi pada penelitian ini sebanyak 6847 Kepala Keluarga (KK) atau 25.470 jiwa.

4.3.2. Sampel

Menurut Ferguson (1973), sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak yaitu penduduk yang bertempat tinggal di Lingkungan IX dan Lingkungan XII Kelurahan Terjun, Medan Marelan. Penentuan besar sampel menggunakan tenik purposive sampling,yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Pemilihan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang representative berdasarkan kriteria Yang ditentukan. Penentuan kriteria diperlukan untuk mengindari timbulnya kesalahan dalam penentuan sampel penelitian.

4.3.3 Kriteria Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan beberapa kriteria untuk sampel penelitian, yaitu kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

1. Kriteria Inklusi

a. Masyarakat yang bertempat tinggal di Lingkungan IX dan Lingkungan XII Kelurahan Terjun pada tahun 2015 yang berusia 17-65 tahun dan dianggap dapat mengisi kuisioner.

b. Bersedia menjadi responden penelitian. 2. Kriteria Ekslusi

a. Responden pernah didiagnosis penyakit TB paru pada awal Januari hingga Mei 2015.

(40)

35

Pengumpulan dan pengambilan data menggunakan data primer yaitu dengan cara pengisian kuesioner soleh responden secara langsung di lapangan. Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan realibilitas sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuisioner yang telah dibuat telah diuji validitas dan reabilitasnya.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain (Wahyuni, 2007) :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancara ulang responden.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entri

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam program komputer.

4. Cleaning Data

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Proses penyimpanan data untuk siap dianalisis.

(41)

36

Data diolah dengan sistem komputerisasi menggunakan SPSS. Pengolahan dan analisa data statistik dengan menggunakan analisis bivariat yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pengetahuan dan sikap serta perilaku pencegahan. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku pencegahan tuberkulosis. Analisa bivariat digunakan untuk pengujian hipotesis. Semua analisa bivariat menggunakan uji Chi Square (X2) dengan nilai kemaknaan atau confidence interval 0,05. Interpretasi hasil pada uji Chi-Square:

(42)

37

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data berlangsung selama empat minggu yaitu pada tanggal 3 Oktober 2015 – 31 Oktober 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Terjun, Medan Marelan dan dibutuhkan 98 orang sebagai sampel penelitian yang sebelumnya telah diberikan penjelasan mengenai penelitian. Setelah mengerti dan bersedia menjadi subjek penelitian, sampel menandatangani inform consent.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Terjun. Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Marelan yang memiliki luas sebesar 1.605 hektar. Kelurahan ini terdiri dari 22 lingkungan dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau si Canang dan Paya Pasir 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanah Enam Ratus

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau dan Paya Pasir 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Hamparan Perak

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(43)

38

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden

Jenis

Kelamin

Rentang

Usia

Agama Tingkat

Pedidika

Tidak bekerja

(44)

39

Data dari Tabel 5.1, dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 62 orang (63,3 %) diikuti laki-laki sebanyak 36 orang (36,7%).

Dilihat dari karakteristik usia responden yang mengikuti penelitian, jumlah responden terbesar adalah responden dengan kelompok usia 35-45 tahun, yaitu sebanyak 31 orang (31,5%), diikutiresponden kelompok usia 45-65 sebanyak 23 orang (23,9%). Kelompok usia 18-25 dan 26-35 memiliki jumlah responden yang sama besar, yaitu sebanyak 22 orang (22,3%). Responden dalam penelitian ini mayoritas beragama Islam sebanyak 93 orang (94,9 %) diikuti responden beragama Kristen sebanyak 5 orang (5,1%).

Dari tabeldiatas, dapat disimpulkan juga bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari berbagai suku bangsa. Suku Jawa menempati posisi pertama dengan jumlah responden terbanyak sebesar 70 orang (71,2%), diikuti oleh Suku Batak sebesar 11 orang (11,2%), Suku Melayu 9 orang (9,2%), Suku Nias sebesar 3 orang (3,1%) dan Banten sebesar 2 orang (2%). Suku Banjar dan Padang memiliki responden paling sedikit yaitu 1 orang (1%)

Tingkat pendidikan responden paling banyak dari pendidikan SMA/sederajat, yaitu sebanyak 31 orang (31,6%), diikuti oleh pendidikan SMP sebanyak 30 orang (30,6%), kemudian pendidikanSD sebanyak 22 orang (22.4%), pendidikan S1-S2 sebanyak 9 orang (9,2%) dan dari pendidikan D1-D3 yaitu sebanyak 4 orang ( 4,1%) serta responden paling sedikit adalah responden yang tidak bersekolah, yaitu sebanyak 2 orang.

(45)

40

Tabel 5.2 Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit TB Paru

Pengetahuan Frequency Percent

Kurang 13 13,3

Cukup 19 19,4

Baik 66 67,3

Total 98 100,0

Dilihat dari tingkat pengetahuan, mayoritas responden telah memilki pengetahuan baik terhadap penyakit TB Paru, yaitu sebanyak 66 orang (67,3%), sedangkan sebanyak 19 orang (19,4%) responden memiliki pengetahuan cukup. Pengetahuan kurang mengenai penyakit TB Paru terdapat pada 13 orang (13,3%) responden.

Tabel 5.3 Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Penyakit TB Paru Pengetahuan

Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 23 23,5

Cukup 25 25,5

Baik 50 51,0

Total 98 100,0

Dilihat dari tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit TB Paru, mayoritas responden telah memilki pengetahuan baik terhadap pencegahan penyakit TB Paru, yaitu sebanyak 50 orang (51%), sedangkan sebanyak 25 orang (25,5%) responden memiliki pengetahuan cukup. Pengetahuan kurang mengenai penyakit TB Paru terdapat pada 23 orang responden (23,5%).

Tabel 5.4 Sikap Keluarga terhadap Penyakit TB Paru

Frekuensi Persentase

Negatif 43 43,9

Positif 55 56,1

Total 98 100,0

(46)

41

Tabel 5.5 Perilaku Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit TB Paru

Perilaku Frekuensi Persentase

Negatif 43 43,9

Positif 55 56,1

Total 98 100,0

Tabel 5.5 juga dapat menilai perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit TB Paru. Mayoritas responden telah memilki perilaku positif terhadappencegahan penyakit TB Paru, yaitu sebanyak 43 orang (43,9%), sedangkan sebanyak 55 orang (56,1%) responden memiliki perilaku negatif.

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Analisa Data Variabel Pengetahuan

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan Penyakit TB Paru

No Pertanyaan Tahu Tidak tahu

Jumlah % Jumlah %

1. Penyakit tuberkulosis 75 76,5 23 23,5

2. Pengertian tuberkulosis 73 74,5 25 25,5

3. Penyebab tuberkulosis 63 64,3 35 35,7

4. Gejala TB paru 78 79,6 20 20,4

5. TB dapat disembuhkan dengan pengobatan teratur

96 98 2 2

(47)

42

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan Pencegahan Penyakit TB Paru

No Pertanyaan Tahu Tidak tahu

Jumlah % Jumlah %

1. Penularan TB Paru 50 51 48 49

2. Penularan TB Paru ke orang lain 66 67,3 32 32,7 3. Cara Pencegahan Penularan 87 88,8 11 11,2 4. Imunisasi dapat mencegah TB Paru 54 55,1 44 44,9 5. Gizi baik dapat mencegah penyakit

TB Paru

79 80,6 19 19,4

Apabila dilihat dari jawaban responden, pengetahuan masyarakat mengenai penularan TB Paru kepada orang lain cukup baik. Sebanyak 50 orang (51%) mengetahui TB Paru dapat ditularkan apabila kontak dengan percikan ludah penderita dan sebanyak 66 orang (67,3%) menjawab tidur sekamar dengan penderita TB Parudapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Pengetahuan mengenai cara pencegahan penularan TB Paru baik, yaitu sebanyak 87 orang (88,8%) responden menjawab menutup mulut saat batuk/bersin dan tidak meludah di sembarang tempat sebagai cara pencegahan penularan TB Paru. Persentase masyarakat yang menjawab bahwa imunisasi BCG dapat mencegah penyakit TB Paru dengan masyarakat yang menjawab imunisasi tidak dapat mencegah TB Paru, yaitu 54 orang (55,1%) dan 44 orang (44,9%) dan sebagian besar masyarakat, yaitu 79 orang (80,6%) menjawab bahwa gizi baik dapat mencegah penyakit TB Paru.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Pengetahuan Jenis kelamin Total

L P

n % n % n %

Kurang 11 11,2 12 12,2 23 23,5

Cukup 8 8,2 18 18,4 26 26,5

Baik 19 19,4 30 30,6 49 50

(48)

43

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa pengetahuan baik paling banyak terdapat pada perempuan, yaitu sebanyak 30 orang (30,6%) dan pengetahuan cukup paling banyak terdapat pada perempuan, yaitu sebanyak 18 orang (18,4%). Pengetahuan kurang juga paling banyak terdapat pada perempuan, yaitu sebanyak 12 orang (12,2%).

Tabel 5.9Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden berdasarkan Rentang Usia

Tahu Rentang Usia Total P

value 17-25 26-35 36-45 46-65

Jlh % Jlh % Jlh % jlh % Jlh %

Krg 5 5,1 6 6,1 7 7,2 5 5,1 23 23,5 0,004 Ckp 8 8,2 4 4,1 10 10,2 4 4,1 26 26,5

Baik 9 9,2 12 12,3 14 14,3 14 14,3 49 50

Total 43 43,9 55 56,1 98 100

*Hasil uji Chi-square

(49)

44

5.1.3.2. Analisa Data Variabel Sikap

Tabel 5.10Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No. Pertanyaan Sangat

setuju

Setuju Ragu-ragu Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Tidak tahu

N % N % N % N % N % N %

1. Tanda-tanda/gejala penyakit tuberkulosis paru adalah batuk berdahak lebih dari 2 (tiga) minggu, bercampur darah, dan disertai nyeri.

27 27,6 60 61,2 4 4,1 4 4,1 0 0 3 3,1

2. Penggunaan peralatan makan bersama dengan penderita dapat menularkan penyakit tuberkulosis paru.

22 22,4 59 60,2 5 5,1 12 12,2 0 0 0 0

3. Imunisasi BCG mnecegah tuberkulosis paru.

21 21,4 51 51 8 8,2 15 15,3 2 2 1 1

4. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin menghindari penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

21 21,4 67 68,4 4 4,1 6 6 0 0 0 0

5. Tidak meludah di sembarang tempat menghindari penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

23 23,5 56 56,1 5 5,1 15 15,3 0 0 0 0

6. Apabila terdapat gejala-gejala tuberkulosis, seseorang harus segera dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

(50)

45

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat disimpulkan bahwa presepsi masyarakat mengenai penyakit TB Paru dikategorikan positif. Sebagian besar masyarakat, sebanyak 87 orang (88,8%) setuju gejala penyakit TB Paru adalah batuk berdahak disertai darah lebih dari 2 minggu, disertai nyeri dan penurunan berat badan.Presepsi masyarakat mengenai penggunaan peralatan yang sama dengan penderita dapat menularkan penyakit TB Paru bervariasi, sebanyak 81 orang (82,6%) berpendapat setuju dan sebanyak 12 orang (12,2%) lainnya tidak setuju. Sikap masyarakat mengenai imunisasi dapat mencegah TB Paru cukup banyak, sebanyak 72 orang (72,4%) bersikap positif sedangkan sebanyak 17 orang (17,2%) berpendapat bahwa imunisasi tidak dapat mencegah penyakit TB Paru.

Jumlah responden yang memiliki sikap positif terhadap cara pencegahan penularan penyakit TB Paru cukup banyak, sekitar 88 orang (89,8%) responden setuju bahwa menutup mulut pada saat batuk/bersin dapat mencegah penularan TB Paru kepada orang lain dan sekitar 79 (79,6%) orang responden setuju bahwa tidak meludah di sembarang tempat juga mengindari penularan TB Paru kepada orang lain. Hampir seluruh responden, yaitu sebanyak 96 orang (98%) berpendapat bahwa mereka harus memeriksakan diri ke Rumah Sakit/Puskesmas apabila ada anggota keluarga yang memiliki gejala TB Paru.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Sikap Jenis kelamin Total P value

L P

Negatif 19 24 43 0,331

Positif 19 36 55

Total 38 60 98

*Hasil uji Chi-square

(51)

46

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Sikap Responden berdasarkan Rentang Usia

Sikap Masyarakat Rentang Usia Total

18-25 26-35 35-45 45-65

Negatif 6 11 15 11 43

Positif 16 11 16 12 55

Total 22 22 31 23 98

Berdasarkan Tabel 5.12 sikap positif masyarakat paling besar didapatkan dari kelompok usia 18-25 tahun. Sikap negatif paling banyak terdapat pada kelompok usia 35-45 tahun.

Tabel 5.13 Distribusi Sikap Responden berdasarkan Pekerjaan

*Hasil uji Chi-square

Berdasarkan Tabel 5.13 sikap positif masyarakat paling besar didapatkan dari kelompok pekerjaan PNS,diikuti oleh pelajar dan wiraswasta. Presentase sikap negatif paling besar didapatkan dari pekerjaan tukang becak.

Tabel 5.14 Distribusi Sikap Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat

pendidikan

Sikap

Negatif Positif Total

Tidak sekolah 2 0 2

SD 12 10 22

SMP 16 14 30

SMA/sederajat 10 21 31

D1 0 1 1

D3 1 2 3

S1 2 6 8

S2 0 1 1

Total 43 55 98

Berdasarkan Tabel 5.14 sikap positif masyarakat paling besar didapatkan dari kelompok SMA/sederajat,diikuti oleh SMP. Presentase sikap negatif paling besar didapatkan dari SMP/sederajat.

Pekerjaan

Total - Becak Buruh IRT Pedagang Pegawai PNS Siswa Wiraswasta

Negatif 2 2 7 20 2 2 0 1 7 43

Positif 3 0 2 17 3 3 5 4 18 55

(52)

47

5.1.3.3. Analisa Data Variabel Perilaku

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Perilaku

No Perilaku

Sgt

setuju Setuju

Ragu-apabila ada anggota keluarga yang memiliki gejala TB

38 38,3 54 55,1 4 4,1 2 2 0 0 tahan tubuh setiap anggota keluarga.

23 23,5 49 49 15 15,3 12 12,2 0 0 0 0

4. Menjaga diri dan segera melakukan kondisi kesehatan diri sendiri ke klinik/rumah sakit apabila ada apabila ada anggota

(53)

48

mengalami gejala TB paru. Sebagian besar masyarakat, sebanyak 89 orang (90,2%) melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru dengan memisahkan peralatan makan dengan penderita.

Pencegahan TB paru juga dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi BCG pada anak dan meningkatkan imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi. Sebagian besar masyarakat telah melakukan vaksinasi BCG dan hanya 20 orang (20,4%) tidak melakukan vaksinasi BCG. Sebagian besar masyarakat memiliki perilaku positif, yaitu sebanyak 72 orang (72,5%) dalam hal memberikan makanan bergizi guna meningkatkan imunitas setiap anggota keluarga.

Tabel 5.16 Distribusi Perilaku Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin

Total

L P

Negatif 18 25 43

Positif 20 35 55

Total 38 60 98

Berdasarkan Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki perilaku positif paling banyak terdapat pada kelompok perempuan sebanyak 35 orang. Perilaku negatif juga paling banyak terdapat pada kelompok perempuan sebanyak 25 orang.

Tabel 5.17Distribusi Perilaku Masyarakat Bersarkan Usia

Sikap Rentangusia Total

18-25 26-35 35-45 45-65

Negatif 8 11 13 11 43

Positif 14 11 18 12 55

Total 22 22 31 23 98

(54)

49

Tabel 5.18Distribusi Perilaku Masyarakat berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa responden berdasarkan pekerjaan yang memiliki perilaku positif paling banyak berada pada wiraswasta yaitu sebanyak 18 orang dan perilaku negatif paling banyak berada pada ibu rumah tangga sebanyak 20 orang.

5.1.3.4 Analisis Korelasi Antar Variabel

5.19Hubungan antara Pengetahuan terhadap Sikap Masyarakat mengenai Penyakit Tuberkulosis Paru

Pengetahuan

Sikap

Total

P value Negatif Positif

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Kurang 14 14,3 9 9,2 23 23,5 0,004

Cukup 15 15,3 11 11,2 26 26,5

Baik 15 15,3 34 34,7 49 50

Total 43 43,9 55 56,1 98 100

Setelah dilakukan uji statistikmenggunakan uji statistik Pearsondiperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau p value 0,004 (karena p value < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap penyakit TB Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan.

Nilai koefisien korelasi Pearson sebesar 0,01 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.

5.20Hubungan antara Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru

Pengetahuan

Perilaku

Total

P value Negatif Positif

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Kurang 14 14,3 9 9,2 23 23,5 0,009*

Cukup 14 14,3 12 12,2 26 26,5

Baik 15 15,3 34 34,7 49 50

Total 43 43,9 55 56,1 98 100

Sikap

Pekerjaan

Total Tidak

bekerja Becak Buruh IRT Pdagang

Pegawai

Swasta PNS Siswa Wiraswasta

Positif 2 2 7 20 2 2 0 1 7 43

Negative 3 0 2 17 3 3 5 4 18 55

(55)

50

Berdasarkan uji korelasi menggunakan uji statistik Pearson, diperoleh hasil nilai Sig. (2-tailed) atau p value 0,009 (karena p value < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya “ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keluarga terhadap penyakit TB Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan. Nilai koefisien korelasi Pearson sebesar 0,01 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.

Tabel 5.21Hubungan antara Sikap terhadap PerilakuPencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru

Sikap

Perilaku

Total

P value Negatif Positif

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Negatif 25 25,5 18 18,4 43 43,9 0,012*

Positif 18 18,4 37 37,8 55 56,1

Total 43 43,9 55 56,1 98 100

(56)

51

5.2 Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Keluarga terhadap Penyakit Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat di Kelurahan Terjun telah mengetahui penyakit TB Paru, yakni sebanyak 78 responden. Berdasarkan jawaban responden didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai penyakit TB Paru terdapat pada 13 orang (13,3%) responden, pengetahuan cukup sebanyak 19 orang (19,4%) responden, dan pengetahuan baik terhadap penyakit TB Paru, yaitu sebanyak 66 orang (67,3%) responden.

Dalam penelitian ini, masyarakat yang mengetahui penyakit TB Paru mempunyai pendidikan beragam, mulai dari SMA/sederajat hingga S2. Masyarakat yang memiliki pendidikan terakhir D3 dan S2 memiliki presentase pengetahuan terhadap penyakit TB Paru lebih besar dibanding kelompok pendidikan lainnya. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap suatu penyakit. Hal tersebut sejalan dengan Notoadmojo(2003) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yessi (2012) mengenai tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit TB Paru di Puskesmas Teladan Medan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pendidikan tertinggi responden adalah SMU, yaitu sebesar 40,6% dimana pengetahuan dan pemahaman responden tentang penyakit TB Parukemungkinan lebih baik dari pada yang berpendidikan SD dan SLTP.

(57)

52

mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain pengalaman, fasilitas-fasiltas penyedia informasi, seperti televisi, radio dan banyaknya informasi yang didapatkan dari media informasi, seperti koran, majalah, dan lainnya.

Berdasarkan rentang usia, responden dengan kelompok usia 26-35 memiliki presentase pengetahuan lebih besar dibanding kelompok usia lainnya. Hal ini sesuai dengan teori Notoadmojo(2003) mengatakan bahwa umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah kelompok usia 18-40 tahun.

Berdasarkan Tabel 5.6 mayoritas masyarakat telah mengetahui pengertian penyakit TB Paru yaitu batuk berdahak disertai darah, sedangkan sebagian masyarakat mengetahui bahwa penyakit TB Paru adalah batuk disertai demam atau batuk dengan gatal di tenggorokan. Sebagian besar masyarakat yang mengetahui bahwa kuman sebagai penyebab penyakit TB Paru, sebagian lagi mengetahui debu atau asap rokok sebagai penyebab TB Paru. Sebagian besar masyarakat telah mengetahui gejala penyakit TB Paru dengan benar, sebagian lagi mengetahui gejala TB Paru yaitu batuk disertai demam dan batuk dengan gatal-gatal di tenggorokkan. Semua responden penelitian telah mengetahui bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit menular, tetapi tidak semua responden mengetahui bagaimana cara penularan penyakit TB Paru kepada orang lain.

5.2.2 Pengetahuan Keluarga terhadap Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan

(58)

53

imunisasi BCG tidak dapat mencegah penyakit TB Paru. Sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa pemberian gizi baik dapat mencegah penyakit TB Paru,hanya 19 (19,4%) responden yang menjawab bahwa tidak ada hubungan antara pemberian gizi baik dengan pencegahan TB Paru. Hampir seluruh responden mengetahui bahwa penyakit TB Paru dapat disembuhkan apabila penderita menjalankan pengobatan teratur.

5.2.3 Sikap Keluarga terhadap Penyakit Tuberkulosis Paru

Hasil penelitian terhadap 98 responden didapatkan mayoritas responden memiliki sikap positif terhadap penyakit TB Paru, yaitu sebanyak 55 responden (56,1 %) sedangkan sikap negatif sebanyak 43 responden (43,9 %). Hal ini sejalan dengan penelitian (Erwin, 2010) mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga menunjukkan mayoritas responden memiliki sikap yang baik dalam pencegahan penularan Tuberkulosis Paru.

Secara teori, sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap situasi sosial yang telah terkendali (Azwar, 2000; 50).Pembentukkan pandangan atau sikap tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, pengalaman orang yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, emosional, lembaga pendidikan dan agama.

(59)

54

5.2.4. PerilakuKeluarga terhadap Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan

Perilaku masyarakat terhadap penyakit TB Parudikategorikan menjadi perilaku positif dan perilku negatif. Sebagian besar masyarakat, sebanyak 92 orang (93,4%) segera memeriksakan kondisi kesehatan ke puskesmas/rumah sakit/pelayanan kesehatan lainnya apabila ada salah satu anggota keluarga yang memiliki gejala-gejala TB paru, sedangkan sebagian responden hanya memeriksa anggota keluarga tersangka TB paru ke pusekesmas/rumah sakit. Sebagian masyarakat kelurahan Terjun sudah melakukan tindakan pencegahan penyakit TB Paru, yaitu memberikan imunisasi kepada anaknya, yakni sebanyak 73 orang (73,5%).

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa mayoritas perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit TB Parupositif.Apabila ditinjau dari tingkat pengetahuan masyarakat pada tabel 5.23, sebagian besar masyarakat, sebanyak 34 (34,7%) orang berpengetahuan baik memiliki perilaku positif terhadap pencegahan Tuberkulosis Paru dan hanya sekitar 14 (14,1%) orang dari total 98 responden yang berpengetahuan kurang memiliki perilaku negatif. Sebagian lagi, yaitu sebanyak sembilan responden berpengetahuan kurang memiliki sikap positif. Hal ini dapat disebabkan masyarakat mendapatkan informasi dari tokoh masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa perilaku salah satunya dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors) berupa pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadaphal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai yang dianutmasyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

(60)

55

5.2.5. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tuberkulosis Paru Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan keluarga denganperilaku pencegahan penyakit TB Paru di Kelurahan Terjun diperoleh bahwa dari 49 responden yang memiliki pengetahuan baik, 34 (34,7%) orang diantaranya memiki perilaku positif dan 15 (15,3%) orang memiliki perilaku negatif. Dari kelompok pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 26 (26,5%) orang, terdapat 12 (12,2%) orang memiliki perilaku positif dan 14 (14,3%) orang memiliki pengetahuan negatif, sedangkan dari kelompok pengetahuan kurang, yaitu sebanyak 23 (23,5%) orang, terdapat 9 (9,2%) orang yang memiliki perilaku positf dan 14 (14,3%) orang memiliki perilaku negatif.

Berdasarkan hasil uji statistik untuk mencari hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan didapatkan nilai p<0,05 (p=0,004) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit TB Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnawaty, Y (2011) pada penderita Tuberkulosis Paru dewasa muda di Balai Besar Kesehatan Paru masyarakat Surakarta menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku (ρ- value 0.030).Hasil penelitian ini sesuai pula dengan teori pengetahuan oleh Notoatmodjo (2008) yang mengatakan bahwa secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan dan sikap. Pengetahuan yang baik diharapkan akan mempunyai sikap yang baik pula, akhirnya dapat mencegah atau menanggulangi masalah penyakit tersebut.

(61)

56

hubungan yang bermakna dengan perilaku pencegahan penyakit TB Paru (p = 0,004) .

5.2.6. Hubungan Sikap KeluargaDengan PerilakuPencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru

Hasil analisis hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penyakit TB Parudi Kelurahan Terjun, Medan Marelan diperoleh bahwa dari 55 responden yang memiliki sikap positif, 37 (37,8%) orang diantaranya memiki perilaku positif dan 18 (18,4%) orang memiliki perilaku negatif sedangkan dari kelompok sikap negatif, yaitu sebanyak 43 (43,9%) orang, terdapat 18 (18,4%) orang memiliki perilaku positif dan 25 (25,5%) orang memiliki perilaku negatif.

(62)

57

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pengetahuan masyarakat Kelurahan Terjun, Medan Marelan mengenai penyakit TB Paru antara lain : pengetahuan kurang sebesar 13,3 %, peengetahuan cukup sebesar 19,4%, dan pengetahuan baik sebesar67,3%.Pengetahuan masyarakatmeliputi pengetahuan mengenai gejala/tanda penyakit TB Paru, penyebab, penularan penyakit, pengobatan kepada penderita TB Paru hingga pencegahan penyakit TB Paru. Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui tanda dan gejala penyakit TB Paru serta penyebabpenyakitTB Paru adalah kuman/bakteri. Namun, sebagianmasyarakat lainnya masih beranggapan bahwapenyebab penyakit TB Paru adalah penyakit akibat debu atau asap rokok dan berkaitan dengan keturunan.

Pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan TB Paru baik sebesar 51%, cukup sebesar 25,5% dan kurang sebesar 23,5%. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui bahwa imunisasi BCG pada anak dapat mencegah penyakit TB Paru. Pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan penularan penyakit TB Paru juga masih kurang. Walaupun mereka mengetahui bahwa TB Paru adalah penyakit menular, tetapi mereka tidak mengetahui penularan TB Paru dapat terjadi apabila terhirup percikan ludah dan tidur bersama-sama (kontak) dengan penderita TB Paru.

(63)

58

munculnya sikapkurang peduli dari masyarakat terhadap akibatyang dapat ditimbulkan oleh penyakit TB Paru.

Demikian juga, perilaku masyarakat Kelurahan Terjun terhadap pencegahan penyakit TB Paru dikategorikan menjadi dua, yaitu positif dan negatif. Sebagian masyarakat, yakni sekitar 20,4% tidak melakukan pemberian imunisasi kepada anak.Selain itu, sebanyak 30,6% tidak membatasi komunikasi apabila salah satu anggota keluarga tekena TB Paru. Alasan mereka adalah takut anggota keluarga tersebut merasa diasingkan. Perilaku dan kesadaran sebagian masyarakat untukmemeriksakan dahak dan menggunakan fasilitaspelayanan kesehatan juga masih kurang karena merekamalu dan takut divonis menderita TB Paru.

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pengetahuan keluarga denganperilaku pencegahan penyakit TB Paru di Kelurahan Terjun diperoleh bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru.

Demikian pula, hasil analisis hubungan antara sikap keluarga denganperilaku pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun diperoleh bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran dari peneliti, di antaranya:

1. Masukan kepada Puskesmas Terjun yaitu:

a. Melakukan program edukasi penyakit TB Paru dengan menyuluhkan tentang penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala dan pencegahan penyakit TB Paru.

(64)

59

2. Masukan kepada Pemerintah:

Mengambil langkah yang lebih proaktif dengan meningkatkan lagi program kesadaran tentang penyakit TB Paru pada peringkat daerah. 3. Masukan kepada Masyarakat:

a. Meningkatkan pengetahuan penyakit TB Paru dengan membaca artikel, buku, internet dan sebagainya.

(65)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit radang parenkim paru yangdisebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru terjadi sekitar 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonal(Darmanto, 2012).

2.1.2 Epidemiologi

Tuberkulosis(TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency (PDPI, 2006).

Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi pada negara-negara berkembang. Menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 35% dari seluruh kasus TB di dunia.Jumlah kasus terbanyak lainnya adalah Afrika (30%) dan regio Pasifik Barat (20%). Namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk (PDPI, 2006).

Berdasarkan data dari WHO Global Tuberculosis Report pada tahun 2014, sekitar 9 juta penduduk terinfeksi TB pada tahun 2011, termasuk kasus TB-HIV dan 1,5 juta penduduk meninggal, termasuk yang terinfeksi HIV. Data dari Strategi Nasional Pengendalian TB pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah kasus TB di Indonesia sebanyak 235 kasus per 100.000 penduduk.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.4 Sikap Keluarga terhadap Penyakit TB Paru
Tabel 5.5 Perilaku Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit TB Paru
Tabel 5.7  Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel                    Pengetahuan Pencegahan Penyakit TB Paru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan: (1) apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan diajar menggunakan model pembelajaran Process Oriented Guided

Tiba-tiba seorang anak berkomentar.”Syukurlah Bu, jalan menuju rumah saya sudah banyak bioporinya, tapi kata bapak itu bukan untuk.. menanggulangi banjir, melainkan biopori

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Konglomerasi Keuangan ini, berdasarkan Surat Kepala Eksekutif Pengawasan IKNB No.S-66/D.05/2016 tanggal 10

Hasil analisis Chi-Square menunjukkan hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan primigravida pada trimester ketiga dalam

Seiring perkembangan teknologi, penetrasi melalui media game merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam memperkenalkan safety riding yang diharapkan akan menjadikan

Hasil analisis CHAID memberikan masukan bahwa merek facial wash yang sudah ada dapat meningkatkan kepuasan user-nya dengan cara memperbaiki kemampuan facial wash untuk

Berdasarkan hasil uji analisis yang dialkukan, algoritma pelatihan yang paling optimal di antara enam algoritma pelatihan pada jaringan syaraf tiruan yang termasuk

Sebagaimana disebutkan dalam jurnal dimaksud, beberapa penulis berpendapat bahwa risiko yang ditimbulkan ke sistem keuangan oleh bank-bank syariah berbeda dalam