1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Penyelenggaran otonomi daerah sebagai bentuk nyata pada era reformasi
dalam rangka pelaksanaan sistem pemerintahan yang desentrilistik, dan
merupakan suatu pekerjaan yang komplek dan berkesinambungan. Semua
kegiatan dalam rangka menunjang pelaksanaan otonomi daerah tersebut
mengakibatkan pemerintah pusat mengalihkan manajemen terhadap daerah secara
mandiri dan bertanggung jawab.
Untuk mengelola pemerintahan, pemerintah daerah dituntut memiliki
sumber daya aparatur yang berkemampuan teknis dan manajerial, profesionalisme
dan komitmen yang tinggi agar dapat menjamin tercapainya tujuan pelaksanaan
otonomi daerah secara efektif, yaitu mampu meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat, meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pemerintahan, serta memperkokoh integritas bangsa.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat
yang memiliki potensi pembangunan yang sangat besar. Berdasarkan Peraturan
Kabupaten Sumedang Nomor 49 Tahun 2000 tentang Pola Organisasi dan
Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang, dan Keputusan Bupati Sumedang
Nomor : 31 Tahun 2000 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan
adalah menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan
masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagaian kewenangan Bupati. Sesuai
dengan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 42 Tahun 2004 Tentag Pelimpahan
Sebagian Kewenangan Pemerintahan Dari Bupati Kepada Camat Di Lingkungan
Pemerintahana Kabupaten Sumedang.
Penerimaan Pajak Bumi dan Banugunan (PBB) adalah mekanisme Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) yang berkaitan dengan pembayaran, pemungutan,
penyetoran, penagihan, pelimpahan dan pembagian hasil Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB). Pembayaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak untuk melunasi PBB terutangya ke Tempat Pembayaran (TP). Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) adalah suatu upaya untuk memungut Pajak Bumi dan
Bangunan.
Berdasarkan hasil wawancara dan data yang didapat dari hasil penelitian
awal yang dilakukan, penulis menduga bahwa belum tercapainya efektifitas
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, adapun indikasi masalah pelaksanaan
pengawasan pemungutan PBB dimana berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Seksie PBB dalam melaksanakan pengawasan pemungutan PBB belum
sepenuhnya terlaksana. Hal ini merupakan dampak dari pelaksanaan pemungutan
PBB oleh Petugas Pemungut (Kolektor) PBB Desa/Kelurahan di Kabupaten
Sumedang yang kurang maksimal. Petugas PBB Kabupaten Sumedang cenderung
jarang mengawasi secara langsung melalui kunjungan, serta masih memberikan
kelonggaran kepada Petugas Pemungut (Kolektor) di wilayah Kabupaten
sebagai bukti penerimaan PBB dari Wajib Pajak, sehingga pelaporan
perkembangan SPPT PBB terhambat.
Menurut petugas pemungut PBB, ditemukan bahwa belum adanya suatu
evaluasi kerja yang dilakukan secara hemat dan berkesinambungan. Mengingat
pemungutan PBB merupakan suatu bentuk pekerjaan yang dilakukan di lapangan,
jauh di luar kantor, dan tidak cukup untuk suatu hari saja. Dalam hal ini adalah di
permukaan pedesaan yang terpencil dan cukup jauh dari jalan raya. Tentunya
pengawasan yang intensif perlu dilakukan sebaiknya untuk menghindari sesuatu
yang tidak diinginkan. Yaitu berupa pemenuhan dan pelaksanaan pengawasan
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dan pembuatan laporan mengenai
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) secara berkala dalam tiap minggu
selalu terhambat. Dalam Pengawasan Pemungutan PBB masih banyak ditemukan
ketidaklengkapan formulir Daftar Penerimaan harian (DPH) oleh petugas
Pemungut PBB dan / atau Wajib Pajak. Hal ini mengakibatkan perlunya
pendataan ulang dalam upaya pelaporan perkembangan SPPT PBB di Kabupaten
Sumedang.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kabupaten Sumedang belum dapat
dijadikan sebagai Pajak Daerah secara positif. Artinya PBB Kabupaten Sumedang
belum dapat memberikan kontribusi yang cukup bagi peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumedang bila dibandingkan dengan Kabupaten
Lainnya. Melalui data yang diperoleh, target pemungutan PBB pada tahun 2009
yang ditetapkan sebesar Rp. 1.058.596.646,00 hanya dapat terelisasi sebesar Rp.
tahun 2010 dimana sedang berlangsung dan dimana pencapaian targetnya di tahun
2010 ini berjumlah Rp. 1. 076.419.767,00. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1.1
Target Dan Realisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kabupaten Sumedang
No Tahun Target 3 2009 1.058.596.646,00 635.134.780,00 423.461.866,00
4 2010 1.076.419.767,00 - -
(Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Sumedang 2010)
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Seksie PBB Dinas Pendapatan
Daerah Sumedang, bahwa seringnya terjadi keterlambatan penyetoran hasil
pemungutan PBB yang disetorkan oleh Petugas Pemungut (Kolektor)
Desa/Kelurahan kepada Petugas Perantara (Kolektor), dikarenakan pemilik lahan
dan bangunan yang menjadi Wajib Pajak Bumi dan Bangunan tidak selalu berada
di tempat. Karena pemilik lahan dan bangunannya yang berkepentingan di
Kabupaten Sumedang kebanyakan merupakan bukan penduduk yang berdomisili
di Kabupaten Sumedang. Selain itu, akibat kepemilikan lahan oleh orang luar,
Kabupaten Sumedang juga cenderung menyebabkan sulitnya penagihan PBB.
Oleh karena itu, masih banyak yang ditemukan tangguhan PBB yang mereka
Karena itu, penulis melakukan penelitian untuk diangkat sebagai Kuliah
Kerja Praktek (KKP) yang berjudul “ Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengawasan
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Darah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang”.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTEK
Maksud dari Penulis melaksanakan Kerja Praktek ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB pada kantor Dinas
Pendapatan Pengelolaa Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
Sumedang.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB di
Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Sumedang.
2. Untuk mengetahui surat-surat yang diperlukan dalam pemungutan
PBB.
1.3 KEGUNAAN KERJA PRAKTEK
Adapun kegunaan hasil dari Laporan Kuliah Kerja Praktek ini adalah :
Bagi Penulis :
Dapat memberikan wawasan mengenai pelaksanaan pengawasan
pemungutan PBB pada kantor Dinas Pendapatan Pengelolaa
Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang.
Bagi Pemerintah Daerah (PEMDA)
Hasil Kerja Praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran sebagai bahan masukan dan pertimbangan dari Pemerintah
Daerah (PEMDA) dalam menentukan kebijakan khususnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB pada
kantor Dinas Pendapatan Pengelolaa Keuangan dan Asset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Sumedang.
Bagi Pihak Lain :
Hasil Kerja Praktek ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
bacaan dan referensi untuk mengembangkan wawasan dan
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengawasan pemungutan PBB pada kantor Dinas Pendapatan
Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
1.4 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Sumedang Jalan Prabu Gajah Agung No. 19
Sumedang. Dan adapun waktu penelitian mulai dari pengumpulan data sampai
dengan penyusunan, pada tanggal 29 Juli 2010 sampai tanggal 31 Agustus 2010,
Senin sampai Jum’at pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB.
Adapun rincian waktu pelaksanaan Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh
penulis adalah sebagai berikut :
Senin – Kamis masuk pukul 08.00 s/d 17.00, waktu istirahat pukul 12.00 s/d 13.00
Jumat masuk pukul 08.00 s/d 17.00, waktu istirahat pukul 12.00 s/d 13.30.
Jika Bulan Ramadhan pelaksanaan Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh
penulis adalah sebagai berikut :
Senin – Kamis masuk pukul 08.00 s/d 16.30, waktu istirahat pukul 12.00 s/d 12.30
Tabel 1.2
2. Meminta surat pengantar ke perusahaan
2. Bimbingan kerja praktek 3. Penyempurnaan laporan
kerja praktek
9 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH Berdasarkan UU nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan UU no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah dituntut agar mampu
mengurus pembiayaan rumah tangga sendiri, untuk mewujudkan hal tersebut
pemerintah daerah harus dapat lebih meningkatkan inisiatif dan kreatifitasnya
dengan melakukan usaha-usaha yang konkrit dan konstitusional dalam mencari
dan menggali terutama pajak dan retribusi daerah karena pajak dan retribusi
daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sesuai Perda
Kabupaten Sumedang nomor 03 tahun 2005 tentang Organisasi Dinas-dinas
Daerah Kabupaten Sumedang maka ditetapkan bahwa Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah merupakan dinas yang mempunyai
tugas dan wewenang di bidang pendapatan daerah. Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Sumedang merupakan unsur
pelaksana Pemerintah Kabupaten dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris
Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan
Selaras dengan perkembangan pembangunan yang cukup pesat dengan
berlandaskan pada penyelenggaraan pemerintahan yang bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah sebagai salah satu pelaksana pemerintah daerah dalam memberikan
pelayanan publik dituntut untuk dapat menyajikan sebuah pelayanan yang
optimal. Untuk dapat memberikan pelayanan sebagaimana harapan masyarakat,
dibutuhkan pegawai yang tidak hanya cakap dalam bidangnya akan tetapi juga
memliki integritas moral yang baik.
Dalam rangka memotivasi seluruh pagawai DPPKAD dalam menjalankan
tugas, maka ditetapkan Visi DPPKAD yaitu :
“ Profesional Dalam Pengelolaan Pendapatan, Keuangan Dan Aset
Daerah Serta Optimal Dalam Pelayanan “.
Makna yang terkandung dalam Visi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Profesional mengadung arti bahwa dalam melaksanakan kegiatan/bekerja
berdasarkan disiplin ilmu, mempunyai kemampuan serta ahli dibidangnya.
b. Pengelolaan Pendapatan mengandung arti suatu proses terencana,
terukur dan optiomistis serta sistematis dari kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai peningkatan pendapatan sebagai salah satu
komponen terpenting dalam menjalankan roda pemerintahan diKabupaten
c. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah.
d. Pengelolaan Aset Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggugjawaban,
dan pengawasan asset daerah.
e. Optimal Dalam Pelayanan mengadung arti bahwa dalam memberikan
pelayanan, melaksanakan kegiatan untuk kemajuan dan kelancaran
pemerinntahan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawaban dan sepenuh
tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal.
Misi Perusahaan
Berdasarkan Visi dan penjelasan Visi diatas maka yang menjadi Misi
adalah :
1. Meningkatkan profesionalisme aparatur dinas pendapatan daerah
2. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah serta bagi hasil pajak dan
bagi hasil bukan pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
3. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan daerah
yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam membayar pajak dan
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun
2010 bahwa Susunan Oragnisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD) adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah
b. Sekretaris
c. Bidang Pendapatan Asli Daerah
d. Bidang Perimbangan
e. Bidang Anggaran
f. Bidang Perbendaharaan
g. Bidang Akuntansi
h. Bidang Aset
2.3 Uraian Tugas/Deskripsi Jabatan Bidang Perimbangan
1. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah
a. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah
(DPPKAD) mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan dan asset
daerah.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala DPPKAD
mempunyai fungsi :
b) Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang pendapatan
daerah.
c. Rincian Tugas Kepala DPPKAD:
a) Memimpin, mengatur, mengendalikan seluruh pelaksanaan
kegiatan DPPKAD.
b) Menetapkan rencana kerja operasional tahunan sesuai dengan
kebijakan teknis operasional dinas.
c) Memberikan saran pertimbangan dan atau informasi kepada
Kepala Dinas sebagai bahan kebijakan.
d) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
e) Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan kegiatan DPPKAD.
2. Sekretaris
Uraian tugas Sekretaris adalah sebagai berikut:
a.merumuskan rancangan usulan kebutuhan, penempatan, pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian pegawai pada dinas;
b.merumuskan dan mengendalikan administrasi kepegawaian dinas;
c.merumuskan dan mengendalikan kegiatan ketatausahaan dan kearsipan
dinas;
3. Bidang Pendapatan Asli Daerah
Uraian tugas Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut:
b.merumuskan kebijakan dan petunjuk teknis pembinaan pengembangan di
bidang pendapatan asli daerah;
c.merumuskan bahan penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan
pajak daerah dan retribusi daerah bersama instansi terkait;
d.menyiapkan bahan dan data dalam penyusunan petunjuk teknis
pembinaan pengembangan di Bidang Pendapatan Asli Daerah;
4. Bidang Perimbangan
Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang
Perimbangan adalah sebagai berikut:
a.merumuskan petunjuk teknis pembinaan pengembangan di bidang
perimbangan;
b.mengendalikan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah;
c.mengendalikan pelaksanaan koordinasi pengelolaan bagi hasil pajak, bagi
hasil bukan pajak dan lain-lain pendapatan; dan
d.melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan bidang tugasnya.
5. Bidang Anggaran
Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang
Anggaran adalah sebagai berikut:
a.merumuskan dan mengendalikan kegiatan penyusunan rencana dan
b.merumuskan pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya
yang berhubungan dengan belanja daerah, permodalan dan pembiayaan
daerah;
6. Bidang Perbendaharaan
Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang
Perbendaharaan adalah sebagai berikut:
a. merumuskan anggaran kas pemerintah daerah;
b. merumuskan rancangan/draft SPD;
c. merumuskan penerbitan/penandatanganan SP2D;
d. mengendalikan pemeriksaan kelengkapan dokumen SPM SKPD;
7. Bidang Akuntansi
Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang
Akuntansi adalah sebagai berikut:
a. merumuskan dan mengendalikan kegiatan penyusunan rencana dan
program kerja bidang akuntansi;
b. merumuskan pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya
yang berhubungan dengan pelaksanaan akuntansi pemerintah daerah;
c. merumuskan dan mengendalikan kebijakan akuntansi pemerintah daerah;
8. Bidang Aset
Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang
a. mengendalikan kegiatan analisis kebutuhan dan inventarisasi aset daerah;
b. mengendalikan kegiatan pengadaan dan distribusi aset daerah;
c. merumuskan petunjuk teknis Sensus Barang Daerah;
d. merumuskan dan mengendalikan pendayagunaan aset daerah;
2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan
Tujuan dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
(DPPKAD) memberikan pelayanan dan pengawasan dengan baik kepada Wajib
Pajak dengan memenuhi semua kebutuhan Wajib Pajak dalam melakukan
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
tata kerja organisasi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah (DPPKAD), yang terdiri dari aspek-aspek kegiatan antara lain :
1. Pengawasan pajak dan retribusi daerah ini dilaksanakan pada 11
Kecamatan se Kabupaten Sumedang.
2. Materi pengawasan meliputi, pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame.
Bahan yang dipergunakan meliputi brosur/poster/spanduk dilakukan
melalui metode audio visual (pemutaran VCD)EvaluasiDari hasil
pelaksanaan diharapkan:
- Wajib Pajak mengetahui keberadaan peraturan daerah yang ada.
- Wajib Pajak memahami kewajibannya dalam membayar pajak nya.
- Diperlukannya kembali sosialisasi/penyuluhan Perda tentang pajak dan
3. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak dalam pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB).
Dan kegiatan yang sedang dilaksanakan pengawasan dimana pengawasan
nya dalam pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Sumedang dengan berbagai
kegiatan yaitu :
1. Melaksanakan pendataan seluruh potensi pajak dan retribusi daerah se
Kabupaten.
2. Bahan acuan dalam penetapan realisasi target penerimaan tunggakan PBB
sektor pedesaan dan perkotaan.
3. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak dalam pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB).
4. peningkatan sarana dan prasarana kantor untuk menunjang kelancaran
tugas.
5. Peningkatan kualitas pelayanan prima (cepat, tepat, efisien dan efektif bagi
wajib pajak.
18 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis di tempatkan dibagian
perimbangan sub bagian seksi bagi hasil pajak dan seksi bagi hasil bukan pajak
dan pendapatan lain di DPPKAD Kabupaten Sumedang. Pelaksanaan kerja
praktek dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan pencatatan PBB di
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Sumedang. Bagian Perimbangan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang di bagi dalam
beberapa pembagian kerja, bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak dan
pendapatan lain. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah
(DPPKAD) memberikan kesempatan kepada penulis untuk di tempatkan di semua
bagian, supaya penulis dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman.
1.1.1 Pengertian Pengawasan
Dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat dibutuhkan, dengan
pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin
bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan. Menurut Siagian (1982 : 135) pengawasan adalah : “Proses
pengawasan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang
Sedangkan menurut Sarwoto (1981 : 93) pengawasan adalah : “Kegiatan
pimpinan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang dikehendaki”. Dari beberapa
definisi yang dikemukakan tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa
pengawasan adalah proses pengamatan yang dilakukan pimpinan untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan
pekerjaan dari pegawai-pegawai yang menjadi bawahannya agar pelaksanaan
pekerjaan tersebut bisa sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3.1.2 Pajak
Untuk dapat menciptakan suatu pembangunan nasioanal yang lebih baik
dibutuhkan dana dalam pembangunan dan salah satunya berasal dari pajak. Yang
dimaksud pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang
berlaku yang digunkaan untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah. Pajak
merupakan salah satu alat pemerintah dalam melakukan pembangunan. Iuran yang
dibayar rakyat kepada pemerintah akan dikembalikan lagi kepada rakyat melalui
pembuatan fasilitas-fasilitas umum.
3.1.3 Definisi Pajak
Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh
Mardiasmo dalam bukunya “Perpajakan”.
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan untuk pembiayaan
pengeluaran umum”.
(2003:5)
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjadja dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Ilmu Hukum Pajak”.
“Pajak adalah iuran wajib berupa uang/barang yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya
produksi barang- barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum”.
(2001:5)
Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Pelaksanaan pemungutan pajak berdasarkan dengan kekuatan Undang-
Undang dan peraturan- peraturan daerah lainnya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan daya kontraprestasi
individu oleh dan atau pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara, baik pusat maupun daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran- pengeluaran pemerintah yang
lain bila dari pemasukkan masih terdapat surplus digunakan untuk
membiayai public investment.
3.1.4 Macam - Macam Pajak
Dalam masa pemerintahan otonomi daerahm maka penerimaan kas
pemerintah dari sector pajak dibedakan atas dua hal yaitu :
1. Pajak Pusat
2. Pajak Daerah
Yang termasuk dalam Penerimaan Pajak Pusat ialah Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah.
Sedangkan yang termasuk dalam Penerimaan Pajak Daerah ialah Pajak
Bumi dan Bangunan. Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Pemanfaatan Lahan
pada wilayah Pemerintahan Kabupaten, atau Daerah seperti Retribusi Parkir dan
lainnya.
3.1.5 Pajak Bumi dan Bangunan
Salah satu sumber penerimaan kas daerah yang berkaitan dengan
penerimaan kas pemerintah pusat ialah Pajak Bumi dan Bangunan, hal
tersebutdikarenakan dalam hasil nominal pungutan pajak bumi dan bangunan
adanya pembagian antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu sebesar
10% : 90%.
Sehingga untuk mencegah terjadinya kekeliruan mengenai Pajak Bumi dan
Bangunan maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 12 tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang kemudian diubah dengan
dengan Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang
No. 12 tahun 1994, yaitu :
3.1.5.1Pengertian dan Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Erly Suandy, 2002 : 64 yang dimaksud pajak bumi dan bangunan
adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang
membayar) tidak ikut menentukan besar pajak.
Menurut Suharno, 2003 : 32 yang dimaksud Pajak Bumi dan Bangunan
adalah penerimaan pajak pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada
daerah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan tersebut dimasukkan dalam kelompok penerimaan bagi
hasil pajak. Dari pengertian tentang Pajak Bumi dan Bangunan diatas maka
peneliti menyimpulkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan
negara yang berasal dari rakyat atas kebendaan objek atau bumi, tanah dan atau
bangunan yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah masing-masing
untuk meningkatkan pendapatan daerah tersebut.
PBB dikenakan terhadap objek pajak berupa tanah dan atau bangunan
yang didasarkan pada azas kenikmatan dan manfaat, dan dibayar setiap tahun.
PBB pengenaannya didasarkan pada Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.
12 tahun 1994. Namun demikian dalam perkembangannya PBB sektor pedesaan
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Pasal 77 sampai
dengan Pasal 84 mulai tahun 2010.
1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumiyang ada di bawahnya.
Pengertiaan ini berarti bukan hanya tanah permukaan bumi saja tetapi
betul-betul tubuh bumi dari permukaan sampai dengan magma, hasil
tambang, gas material yang lainnya.
2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan ecara
tetap pada tanah dan /atau perairan.
Dalam pasal 77 ayat (2) Undang-undang PDRD, disebutkan bahwa
termasuk dalam pengertiaan bangunan adalah :
Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang satu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut,
Jalan TOL
Kolam renang,
Pagar mewah
3.1.5.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan, dimana pengertian bumi
dan/atau bangunan adalah sebagai berikut :
“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
Bangunan, adalah kontruksi teknik yang di tanam atau di letakkan secara tetap
pada tanah dan/ atau perairan.”
Tidak semua objek pajak bumi dan bangunan akan dikenakan PBB, ada
juga objek yang di kecualikan dari pengenaan PBB adalah sebagai berikut :
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan. Pendidikan dan kebudayaan
nasinonal l yang tidal dimaksudakan unntuk memperoleh
keuntungan,
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis dengan itu,
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanha penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
Negara yang belum di bebani suatu hak,
Digunakan untuk perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik,
Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasioanal
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan, pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut Peraturan
3.1.5.3 Subjek dan Wajib Pajak Dalam PBB
Yang termasuk dengan subjek Pajak Bumi dan Bangunan, serta yang
termasuk dengan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan adalah :
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :
Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau ;
Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau ;
Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau ;
Memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang memiliki kewajiban untuk
membayar pajak.
3.1.5.4 Cara Mendaftarkan Objek PBB
Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek
Pajaknya ke Knator Pelayanan PBB atau Kantor Penyeluhan Pajak yang wilayah
kerjanya mencakup letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayanan PBB
/ Kantor Penyeluhan Pajak setempat.
3.1.5.5 Dasar Pengenaan PBB
Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”. Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) ditentukan berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah
Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar.
Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan telah diketahui harga jualnya.
Nilai perolehan baru.
Penentuan nilai jual objek pengganti.
3.1.5.6 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah batas NJOP
atas bumi dan / atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOP untuk
setiap Daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp. 12.000.000.- dengan
ketentuan sebagai berikut;
a. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu Tahun Pajak.
b. Apabila Wajib Pajak memperoleh beberapa Objek Pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya atu Objek Pajak yang
nilainya terbesar dan tidak bias digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.
3.1.5.7 Tempat Pembayaran PBB
Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(STP), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari kantor
pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya
tepat pada waktu tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank
3.1.5.8 Sanksi/Ketentuan Pidana
Berdasarkan Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1994 menyatakan bahwa :
a. Barang siapa karena kealpaannya :
1) Tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek
Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak ;
2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan
yang tidak benar.
b. Barangsiapa dengan sengaja :
1) Tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek
Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak.
2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan
yang tidak benar
3) Memperlihatkan sura tpalsu atau dipalsukan atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan seolah olah benar.
4) Tidak benar memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau
dokumen lainnya.
5) Tidak menunjukan data atau tidak menyampaikan keterangan yang
Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara,pidana denganpidana
penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau dendan setinggi-tingginya sebesar 5
(lima) kali lipat pajak terhutang.
6) Pihak lain yang bukan wajib pajak melakukan sebagaimana
dimaksud pada butir b angka 4 dan 5, dipidana dengan pidana
kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda
setinggi-tingginya Rp.2.000.000 (dua juta rupiah)
7) Ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam pada butir b
dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana
dibidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang
dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Teknis yang digunakan penulis dalam melaksanakan kerja praktek, yaitu
dengan menggunakan metode Block Release, yaitu suatu metode dimana
pelaksanaan kerja praktek dilakukan dalam suatu periode. Selama melaksanakan
kerja praktek ini yang berlangsung dari tanggal 29 Juli 2010 sampai dengan 31
Agustus 2010, penulis melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan pengawasan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang
selama kerja praktek penulis ditempatkan di bagian Bidang Perimbangan pada
3.2.1 Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu rencana atau program yang telah dilaksanakan, dengan
haraapan bahw rencana/program tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan bersama sebelumnya. Dalam pelaksanaan rencana/program tersebut,
sangat memungkinkan terdapat banyak masalah. Masalah yang tibul dapat
bersumber dari kelemahan sumber daya manusianya yang mengakibatkan
penyimpangan-penyimpangan, atau mungkin pula faktor eksternal yang tidak
terduga. Untuk itu, secara dini semua pihak harus mampu memeridiksi semua
kemungkinan yang bisa terjadi, kemudian menyiapkan alternatif-alternatif
pemecahan masalahnya. Namun, ketika pada tahap awal ini terlewatkan, langkah
pemantuan bersamaan dengan waktu pelaksanaan kegiatan harus dihadapi segera.
Kegiatan pemantauan, pencatatan masalah dan penangannya ini disebut tindakan
pengawasan.
Untuk mengetahui bagaimana pelakanaan pengawasan di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
Sumedang dalam upaya pemugutan PBB di Kabupaten Sumedang telah terlaksana
dengan baik atau belum, maka penulis mengacu pada langkah-langkah
pengawasan dari Manullang yang terdiri atas :
1. Menetapkan Alat Pengukur
Dalam hal pedoman pengawasan pemungutan PBB, acuan pelaksanaan
pengawasan pemungutan PBB oleh Kepala Seksie PBB didasarkan
a. Melakasanakan monotoring Penyampaian perkembangan SPPT
PBB.
b. Menyampaikan laporan mingguan Realisasi PBB, serta
upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan pencapaian target PBB
kepada camat setiap hari Senin.
2. Penilaian
Tahapan selanjutnya dalam tindakan pengawsan adlah melakukan
penilaian dengan pengukuran apakah rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya telah terlaksana secara baik atau belum. Dalam
pengawasan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakan hasil dari
suatu kegiatan sesuai dengan harapan. Penilaian juga merupakan suatu
proses pengukuran dan perbandingan antara hasil dan pekerjaan yang
telah dicapai dengan hasil yang diharapkan dapat tercapai yang
didalamnya mengandung beberapa unsur yang harus diperhatikan ,
yaitu :
a. Bahwa penilaian merupakan fungsi organik karena pelaksanaan
fungsi tersebut turut menentukan keberhasilan suatu organisasi.
b. Bahwa penilaian itu merupakan suatu proses, dalam arti bahwa
penilaian merupakan kegiatan yang terus menerus harus dilakukan
oleh administrasi dan manajemen
3. Mengadakan Tindakan Perbaikan
Kegiatan pengawasan tidak akan mempunyai arti tanpa adanya
ditemukan atau kegiatan yang tidak sesuai dengan hasil yang
direncanakan. Meskipun denikian, kegiatan pengawasan tidak selalu
diakhiri atau disetujui dengan tindakan koreksi. Sebab apabila tidak
ditemukan adanya masalah/penyimpangan maka tindakan koreksi tidak
diperlukan lagi.
3.2.2 Surat-surat Yang Di Perlukan Dalam Pemungutan PBB
Dalam Pajak Bumi dan Bangunan, ada beberapa macam surat yang
dikeluarkan guna membantu di dalam administrasi dan realisasi pemungutan
pajak yaitu :
1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
2. Surat Ketetapan Pajak Bumi Dan Bangunan (SKPBB)
3. Surat pemberitahuan Pajak Terutang Dan Tata Cara Pembayaran Pajak
Bumi Dan Bangunan.
Ketiga jenis surat ini dipergunakan sebgaai alat guna mempermudah di
dalam pemungutan PBB, baik dari Masa Pra Penentuan besarnya Pajak sampau
pada Masa Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berikut tentang penjelasan, hal-hal yang berkaitan dengan 3 jenis surat
tersebut, yaitu :
1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi Wajib Pajak
(WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar
Di dalam mendapatkan SPOP, ada beberapa hak yang dimilki wajib pajak,
antara lain yaitu :
Memperoleh formulir SPOP secra gratis setiap Kantor Pelayanan
PBB, Kantor Penyeluhan Pajak, atau tempat yang ditunjuk.
Memperoleh penjelasa, keterangan tentang tata cara pengisian
maupun penyampaian kembali SPOP pada Kantor Pelayanan PBB
/ Kantor Penyeluhan Pajak.
2. Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan
Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Surat Keputusan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang memberitahukan
besarnya pajak yang terutang, termasuk denda administrasi kepada Wajib Pajak
(WP).
Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan memuat berita mengenai
besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak yang dapat disebabkan oleh
SPOP tidak diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta tidak ditandatangani
Wajib Pajak. Atau pengembalian SPOP lewat 30 hari setelah diterima Wajib
Pajak sebesar pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25%
dihitung dari pokok pajak.
Dalam penerbitannya SKPBB dapat disampaikan melalui Kantor
Pelayanan PBB/Kantor Penyeluhan Pajak, Kantor Pos dan Giro, Pemerintah
Daerah. Yang harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah SKPBB
3. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
Surat Pemberitahuan Pajka terutang (SPPT) adalah Surat Keputusan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) mengenai
pajak terutang yang harus dibayar dalam 1 (satu) tahun periode tertentu.
3.2.3 Pencatatan Perhitungan PBB
Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).
Besarnya NJKP adalah sebagai berikut :
1. 40% untuk objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan
dengan NJOP sama atau lebih dari Rp 1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah)
2. 20% untuk objek pajak lainnya.
Besarnya tarip PBB adalah 0,5%
Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP
a.
= 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
b.
= 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)
Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Prakatek
3.3.1 Analisis Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB
Untuk pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB yang ada pada Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah masih banyak wajib pajak
yang kurang mengerti mengenai pembayaran pajaknya yang di tetapkan. Hal ini
di karenakan kurangnya sosialisasi dari pihak perimbangan kepada wajib pajak
yang akan membayar pajaknya . Dengan adanya masalah yang timbul maka pihak
perimbangan akan lebih meningkatkan lagi kualitas dan kinerja pegawai terutama
dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak tentang penjelasan atau
sosialisasi mengenai pengawasan yang telah di tetapkan dalam pembayaran
pajaknya.
3.3.2 Analisis Surat-surat Yang Di Perlukan Dalam Pemungutan PBB
Mengenai surat-surat yang di perlukan dalam pemungutan PBB sudah
cukup jelas. Sehingga dalam hal ini tidak ada masalah maupun hambatan yang
cukup berat antara wajib pajak dengan pihak Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang karena surat-surat
tersebut telah di tetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada.
3.3.3 Analisis Pencatatan Perhitungan PBB
Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Sumedang di dalam pencatatan perhitungan PBB sudah
mengikuti prosedur yang ada, namun letak permasalahannya sendiri ada pada
pihak wajib pajak. Misalnya, wajib pajak kurang bayar dan telat bayar, maka
pidana. Solusinya adalah dari pihak perimbangan ,terutama pihak yang menangani
perhitungan PBB harus lebih memberikan penjelasan kepada wajib pajak
mengenai pembayaran pajaknya kepada wajib pajak agar tidak terjadi
36 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek
ini, penulis mencoba menarik kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
Sumedang melakukan perencanaan realisasi target PBB dengan harapan
bahwa rencana/program tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan bersama sebelumnya.
2. Untuk surat-surat dalam pemungutan pajak ini dipergunakan sebagai arsip
alat guna untuk mempermudah di dalam pemungutan PBB.
3. Dalam pencatatan perhitungan PBB ini dilakukan saat pemungutan PBB
yang diisi oleh wajib pajak dan di periksa oleh pihak pegawai di bidang
4.2 Saran
Sebagai akhir dari penulisan laporan kerja praktek ini, penulis mencoba
memberikan saran-saran yang bersifat membangun. Adapun saran tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Untuk kelancaran kinerja para pegawai dalam bidang yang berhubungan
dengan pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB penempatan pegawai
disesuaikan dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing agar tidak
terjadi kesalahpahaman, karena tiap-tiap bidang mempunyai fungsi dan
tanggung jawab masing-masing yang saling berhubungan dengan
kelancaran bidang lainnya.
2. Untuk menangani surat-surat yang diperlukan dalam pemungutan PBB
penempatan pegawai disesuaikan dengan bidangnya masing-masing.
3. Dalam pencatatan perhitungan PBB sebaiknya menggunakan Excel, agar
38 Salemba empat.
Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo. 1997. Akuntansi Di Indonesia, Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo, Drs., MBA., Akt, 2002. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset
Waluyo dan Ilyas, WB. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Rochmat Soemitro yang dikutip “Perpajakan”. (2003:5)
Sumber-sumber Lain
39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Nurhayati Simamora
Tempat tanggal lahir : Medan, 28 Juni 1988
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Haur Mekar No. A 28 Bandung
40125
DATA PENDIDIKAN
SDN Manangga II Sumedang 1994-2000
SLTPN 7 Sumedang 2000-2003
SMAN 1 Sumedang 2003-2006
Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswa di UNIVERSITAS
i
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dakarunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul
“Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB Di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Sumedang”.
Dalam hal ini penulis telah berupaya dengan sebaik mungkin guna
menghasilkan sebuah karya tulis. Namun penulis menyadari bahwa laporan kerja
praktek ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, segala masukan dan kritik yang berhubungan pembahasan dalam laporan
kuliah kerja praktek ini akan diterima dengan senang hati. Penulis berharap agar
laporan kuliah kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak lain
yang membutuhkan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk
ayahanda dan bunda tersayang yang selalu memberikan dukungan baik moril,
maupun materil serta doa dan kasih sayang yang tulus dan bimbingannya yang
begitu besar untuk dapat menyelesaikan laporan ini. Atas segala bantuan dan
bimbingan yang telah penulis terima, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih
ii
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia, Bandung.
4. Surtikanti., SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan laporan kerja
praktek ini.
5. Seluruh Staf Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan.
6. Bapak Dedi Suhenda selaku Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukankerja
praktek.
7. Bapak Dedi Zaenudin, selaku pembimbing penulis selama
menjalankan kerja praktek pada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang.
8. Seluruh Staff di bagian hasil pajak dan bukan pajak Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
Sumedang yang telah membimbing penulis dalam melakukan Praktek
iii penulis.
10.Buat kakakku tercinta Lora Mamora dan adikku tercinta Binsar
Mamora dan Paimin Mamora terima kasih atas dorongan semangat dan
doanya selama ini.
11.Sahat Fernando Siregar terkasih yang selalu menjadi penghibur hati
dan selalu memberikan semangat dan doanya selama ini.
12.Sahabat-sahabatku Raja, John, Dianne, Legi, terima kasih atas
dukungan, bantuan dan doanya pada penulis.
13.Teman senasib seperjuangan 4AK2, terima kasih atas ilmu dan
bantuannya.
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis selama ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca serta pihak-pihak
yang membutuhkan pada umumnya.
Bandung, Desember 2010