• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROGRAM PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT PRODUKTIF AKUNTANSI TERHADAP KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA PADA SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROGRAM PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT PRODUKTIF AKUNTANSI TERHADAP KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA PADA SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN AKUNTANSI"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM PRAKTIK KERJA

INDUSTRI (PRAKERIN) DAN PRESTASI BELAJAR

MATA DIKLAT PRODUKTIF AKUNTANSI

TERHADAP KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA

PADA SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN

AKUNTANSI SMK NEGERI 2 SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Meylinda Sulistyo Putri NIM 7101408002

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sri Kustini Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si.

NIP. 195003041979032001 NIP. 197912082006042002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

(3)

iii Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada : Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Subkhan

NIP. 195003271978031002

Anggota I Anggota II

Dra. Sri Kustini Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si. NIP. 195003041979032001 NIP. 197912082006042002

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, September 2012

(5)

v

 Jangan terlalu bersikap takut dan pemilih dalam bertindak, karena hidup adalah sebuah eksperimen (R.W. Emerson)

 Orang yang paling beruntung di dunia adalah orang yang telah mengembangkan rasa syukur yang hampir konstan dalam situasi apapun (E. Nighttingale)

PERSEMBAHAN :

Tanpa mengurangi rasa syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku, Alm. Bapak Soepangat dan Ibu Sukarni, terima kasih Ibu untuk doa dan kasih sayang serta dukungannya selama ini.

2. Keluarga besar Sulistyo, kakakku Indah Sulistyorini, Andika Sulistyaning Diah, dan Ahmad Sahid, berkat kalian saya termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Almamaterku.

4. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi Akuntansi 2008 yang selalu memberi motivasi dan semangat.

(6)

vi

“Pengaruh Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan Prestasi Belajar

Mata Diklat Produktif Akuntansi Terhadap Kesiapan Memasuki Dunia

Kerja Pada Siswa Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang

Tahun Pelajaran 2011/2012.” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Semarang

Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu, penyusun sampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di UNNES.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Dra. Sri Kustini, Dosen pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan dan mengarahkan sehingga dapat tersusun skripsi ini.

(7)

vii memberikan ijin penelitian.

8. Bapak/Ibu guru SMK Negeri 2 Semarang yang telah membantu penelitian ini.

9. Siswa-siswi SMK Negeri 2 Semarang yang menjadi responden penelitian ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini. Semoga semua bimbingan, dorongan, dan bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT.

Semarang, September 2012

(8)

viii

Negeri 2 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Sri Kustini. Pembimbing II: Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si.

Kata Kunci: Kesiapan Memasuki Dunia Kerja Siswa, Program Praktik Kerja Industri (Prakerin), Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif Akuntansi.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Namun pada kenyataannya sebagian besar lulusan SMK masih menganggur. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh program Praktik Kerja Industri dan prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja pada siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Praktik Kerja Industri dan prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang berjumlah 156 siswa dan teknik sampel yang digunakan adalah proportional random sampling berjumlah 75 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan analisis regresi diperoleh persamaan regresi Y = 3,110 +

0,688X1 +0,715X2. Kontribusi program Praktik Kerja Industri dan prestasi belajar

mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja sebesar 49,4%. Secara parsial pengaruh program praktik kerja industri terhadap kesiapan memasuki dunia kerja sebesar 32,2%, pengaruh prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi sebesar 30,4%.

(9)

ix

2011/2012. Final Project. Department of Economics Education. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor I: Dra. Sri Kustini. Advisor II: Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si.

Keywords: Students Working Capability, Industrial Training Program, Productive Accounting Subject’s Assignment.

The purpose of vocational school (SMK) is to prepare students to become productive human beings, to be able to work independently, working in the corporate world and industrialized world as middle-level manpower in accordance with their competence in the chosen program. But in fact most of the vocational school graduates are still unemployed. The purpose of this study is to determine: the influence of industrial training program to the students’ working capability of eleven graders accountancy program of SMK Negeri 2 Semarang, the influence of productive accounting subject’s assignment to the students working capability of eleven graders accountancy program of SMK Negeri 2 Semarang, the influence of productive accounting subject’s assignment and industrial training program to the students’ working capability of eleven graders accountancy program of SMK Negeri 2 Semarang.

This study with a population of 156 students with the sample employed 75 students as respondents with proportional random sampling. The data collection employed questionnaire and documentation. The data analysis was using descriptive percentage analysis and multiple regression analysis.

Based on the regression analysis, the equation of regression analysis was obtained namely Y = 3,110 + 0,688X1 +0,715X2. The contribution of productive

accounting subject’s assignment program and productive accounting subject’s assignment to the students’ working capability is 49,4%. Partially, the influence of industrial training program to the students working capability is 32,2% meanwhile the influence of productive accounting subject’s proficiency is 30,4%.

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian... .. 9

1.4 Manfaat Penelitian... ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 11

2.2 Program Praktik Kerja Industri ... 23

2.3 Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif Akuntansi ... 31

2.4 Kerangka Berfikir... 34

2.5 Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Populasi Penelitian ... 40

3.2 Sampel Penelitian ... 40

3.3 Variabel Penelitian ... 42

3.3.1 Variabel Bebas (X) ... 42

(11)

xi

3.6 Metode Analisis Data ... 49

3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase... 49

3.6.2 Analisis Regresi ... 52

3.6.2.1 Uji Prasyarat Regresi ... 52

3.6.2.1.1 Uji Normalitas ... 52

3.6.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 53

3.6.2.2.1 Uji Multikolinearitas ... 53

3.6.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 53

3.6.2.3 Analisis Regresi Berganda ... 54

3.6.2.4 Uji Hipotesis ... 55

3.6.2.4.1 Uji Simultan ... 55

3.6.2.4.2 Uji Parsial ... 55

3.6.2.4.3 Koefisien Determinasi ... 56

3.6.2.4.4 Koefisien Determinasi Parsial ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Gambaran Umum SMK Negeri 2 Semarang ... 57

4.2 Hasil Penelitian ... 58

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 58

4.2.1.1 Deskriptif Program Praktik Kerja Industri ... 58

4.2.1.2 Deskriptif Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif ... 59

4.2.1.3 Deskriptif Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 60

4.2.2 Analisis Statistik ... 63

4.2.2.1 Normalitas ... 63

4.2.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 65

4.2.2.2.1 Uji multikolinieritas ... 65

4.2.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 66

(12)

xii

4.2.2.4.4 Analisis Koefisien Determinasi Parsial ... 70

4.3 Pembahasan... 72

BAB V PENUTUP ... 80

5.1 Simpulan ... 80

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(13)

xiii

Tabel 2.2Kriteria Nilai Mata Diklat Produktif Akuntansi ... 34

Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 39

Tabel 3.2 Jumlah Sampel ... 41

Tabel 3.3 Gradasi Jawaban Angket Model Skala Likert... 45

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 46

Tabel 3.5 Reliabilitas Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 48

Tabel 3.6 Kriteria Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 50

Tabel 3.7 Kriteria Nilai Praktik Kerja Industri ... 50

Tabel 3.8 Kriteria Nilai Mata Diklat Produktif Akuntansi ... 51

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Praktik Kerja Industri ... 58

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif Akuntansi... 59

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 60

Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Mental dan Sikap ... 60

Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Keterampilan... 61

Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Ilmu dan Pengetahuan... 62

Tabel 4.7 Uji Normalitas ... 63

Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas (Coefficient) ... 64

Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 65

Tabel 4.10 Analisis Regresi Linier Berganda ... 66

Tabel 4.11 Uji Hipotesis (Simultan) ... 67

Tabel 4.12 Uji Hipotesis (Parsial) ... 68

Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Simultan ... 69

(14)

xiv

Lampiran 1 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen... 85

Lampiran 2 Angket Uji Coba Instrumen ... 87

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 91

Lampiran 4 Angket Penelitian ... 93

Lampiran 5 Daftar Responden Uji Coba... 97

Lampiran 6 Data Hasil Uji Coba... ... 98

Lampiran 7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 100

Lampiran 8 Daftar Nama Responden Penelitian ... 107

Lampiran 9 Daftar Nilai Prakerin ... 110

Lampiran 10 Daftar Nilai Mata Diklat Produktif Akuntansi ... 112

Lampiran 11 Tabulasi Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 116

Lampiran 12 Deskripsi Data Kesiapan Memasuki Dunia Kerja ... 119

Lampiran 13 Deskripsi Nilai Prakerin dan Mata Diklat Produktif Akuntansi .... 123

Lampiran 14 Hasil Perhitungan SPSS... 126

Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian ... 131

(15)

1

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilakukan di negara kita pada hakekatnya adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembangunan nasional tersebut tidak hanya mengejar kemajuan fisik saja, tetapi juga kemajuan mental spiritual yang dilakukan selaras, serasi, dan seimbang. Untuk mencapai tujuan pembangunan yang bersifat ganda tapi merupakan satu kesatuan ini, maka pembangunan bidang pendidikan mempunyai peran yang amat penting dan strategis.

(16)

sikap, mental dan spiritual, kreatifitas, penalaran dan kecerdasan siswa sebagai bekal ketika akan memasuki dunia kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu dari jenis pendidikan nasional formal yang ada di negara kita. Dalam rangka mewujudkan jenis pendidikan di atas tentu harus diimbangi dengan kualitas tamatan agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan memasuki lapangan kerja. Berdasarkan pasal 15 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk pendidikan kejuruan. Menurut Depdiknas 2004 pendidikan di SMK bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Selain itu, pendidikan kejuruan juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan, pemahaman, sikap, kebiasaan kerja, dan pengetahuan bagi siswa guna memenuhi dan mengembangkan keterampilan kerja agar mampu menjadi pekerja yang betul-betul berguna dan produktif.

(17)

adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematis dan sesuai dengan program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu (Wena, 1996:16). Penerapan Pendidikan Sistem Ganda dimaksudkan agar Sekolah Menengah Kejuruan bekerja sama dengan dunia usaha atau dunia industri dan instansi terkait dalam merencanakan, melaksanakan pendidikan, serta memanfaatkan tamatan seoptimal mungkin. Dengan adanya kerja sama tersebut diharapkan siswa diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang dipilihnya serta memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sebagai bekal kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.

Perihal kesiapan, menurut Slameto (2003:113) mengungkapkan, kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi ini mencakup setidak-tidaknya 3 aspek yaitu: (1). Kondisi fisik, mental dan emosional; (2). Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan; (3) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.

(18)

dunia industri. Para peserta didik diterjunkan untuk praktik langsung ke dunia usaha dan dunia industri. Sekolah menengah kejuruan yang berbasis manajemen, pelatihan industri ini disebut dengan Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang merupakan bentuk dari kebijakan pendidikan sistem ganda. Dalam hal ini SMK Negeri 2 Semarang pelaksanaan praktik kerja industri dilaksanakan selama satu tahun, enam bulan pertama dilaksanakan pada semester genap dan enam bulan berikutnya ketika semester gasal, dibagi menjadi Group A dan Group B.

SMK Negeri 2 Semarang merupakan SMK favorit yang berstatus negeri di Kota Semarang. Beberapa kompetensi keahlian yang terdapat di SMK Negeri 2 Semarang yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Penjualan, Usaha Jasa Pariwisata dan Rekayasa Perangkat Lunak. Masing-masing kompetensi keahlian tersebut memiliki karakteristik dan kompetensi kejuruan yang berbeda.

Kompetensi keahlian Akuntansi menjadi salah satu kompetensi unggulan di SMK Negeri 2 Semarang. Proses belajar mengajar pada kompetensi keahlian Akuntansi di dukung adanya teori dan praktik. Praktik yang dilakukan meliputi praktik akuntansi manual, dasar-dasar komputer, MYOB Accounting, dan Praktik Kerja Industri (Prakerin) atau disebut juga On The Job Training (OJT).

(19)

maka perusahaan atau dunia usaha yang merekrut tidak akan kesulitan melatih mereka. Selain itu, dengan keterampilan yang dimiliki para siswa juga bisa membuka usaha sendiri atau berwiraswasta.

Hasil observasi yang dilakukan, ada beberapa instansi yang bekerja sama dengan pihak sekolah sebagai tempat prakerin, diantaranya Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Phapros, PDAM, BTN cabang Semarang, PT Nasmoco, Asuransi BUMIDA, Nusantara Tour & Travel, PT Angkasa Pura, Asuransi Bumi Asih Jaya, Pegadaian Syariah, dan Dinas Kesehatan.

(20)

kejuruan yang pada dasarnya memuat pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang spesialisasinya dan juga isi pembelajaran komponen ini berupa pengetahuan-pengetahuan terapan, yang dapat dijadikan dasar dalam mempelajari keterampilan-keterampilan.

Berdasarkan hasil data penelusuran yang terdapat dalam dokumen sekolah SMK Negeri 2 Semarang dan wawancara pada tanggal 21 Februari 2012 dengan bapak Pribadi selaku guru BP dan ibu Sri Sulasmi selaku ketua jurusan Akuntansi, yaitu tahun 2011, menunjukkan bahwa jumlah siswa lulusan kompetensi Akuntansi di SMK Negeri 2 Semarang ada: 156 orang siswa. Dari jumlah ini tercatat bahwa siswa yang melanjutkan kuliah sebanyak 38 orang siswa, bekerja sebagai pelayan toko: 38 orang siswa, karyawan industri: 50 orang siswa, usaha mandiri: 5 orang siswa, dan sisanya sebanyak 25 orang siswa belum mendapat pekerjaan. Serapan ideal lulusan SMK yang memasuki dunia kerja seharusnya mencapai 80% - 85%, sedangkan selama ini yang terserap baru 56,41%. Melihat fenomena tersebut perlu adanya kebijakan dalam hal peningkatan mutu tamatan yang siap memasuki dunia kerja sesuai dengan tujuan pendidikan menengah kejuruan.

Tabel 1.1 Penelusuran Lulusan Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang Tahun lulus 2011

Tahun

Sumber: BKK SMK Negeri 2 Semarang

(21)

pekerjaan, padahal sekolah sudah mengadakan program Praktik Kerja Industri dan juga membekali siswa dengan mata diklat produktif Akuntansi, tetapi kenyataanya serapan lulusan memasuki dunia kerja masih kurang. Menurut penuturan kepala Humasa SMK Negeri 2 Semarang, di instansi tempat Praktik Kerja Industri kebanyakan para siswa tidak menangani bagian pembukuan. Sebagian besar instansi menganggap siswa SMK belum mampu menangani pembukuan serta menganggap pembukuan instansinya merupakan suatu rahasia yang tidak diserahkan kepada praktikan. Rata-rata para siswa cenderung ditempatkan pada bagian surat menyurat dan pekerjaan lain yang kurang sesuai dengan pengalaman belajarnya di bidang Akuntansi. Dengan demikian siswa tidak dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang diperolehnya melalui pembelajaran di sekolah terutama pada mata pelajaran produktif yang sesuai dengan kurikulum SMK. Fenomena seperti ini merupakan salah satu penyebab kurang siapnya siswa SMK memasuki dunia kerja sehingga beberapa siswa memilih untuk memasuki perguruan tinggi agar mendapat pengalaman yang lebih banyak untuk bekerja.

(22)

Pemalang tahun ajaran 2009/2010. Besarnya pengaruh Prakerin terhadap minat berwirausaha siswa adalah 43,32% dan selebihnya 56,68% dari minat berwirausaha siswa ditentukan oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian.

(http://journal.unnes.ac.id.texmaco) diakses pada tanggal 6 Februari 2012.

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Rokhman (2008). Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rokhman dengan penelitian ini yaitu pada indikator tiap-tiap variabel. Dalam penelitian Rokhman, indikator mata diklat produktif Akuntansi (X1) yaitu ; (1) Pelayanan prima; (2) Membuka usaha kecil; (3) Siklus akuntansi; (4) Mengetik; (5) Surat niaga dan kearsipan; (6) Akuntansi keuangan. Indikator Praktik Kerja Industri (X2) yaitu ; (1) Aspek kemampuan kerja (adaptasi, sosialisasi, disiplin, responsif, inisiatif, kepribadian, loyalitas); (2) Pengetahuan (organisasi, tata kerja, ruang lingkup usaha, sarana prasarana, aplikasi produktif). Indikator kesiapan memasuki dunia kerja (Y) yaitu; (1). Keterampilan; (2) Mental dan sikap; (3) Pengalaman-pengalaman yang diperlukan. Sedangkan indikator praktik kerja industri (X1) dalam penelitian ini yaitu meliputi aspek, (1) Disiplin; (2) Kemauan dan Motivasi; (3) Mutu Kerja; (4) Inisiatif dan Kreativitas; (5) Perilaku. Indikator mata diklat produktif Akuntansi yaitu nilai rapor mata diklat produktif akuntansi dari kelas X semester I sampai kelas XI semester II. Indikator kesiapan memasuki dunia kerja yaitu; (1) Kondisi mental dan sikap; (2) Keterampilan; (3) Ilmu dan pengetahuan.

(23)

dalam penelitian ini indikator mata diklat produktif Akuntansi yaitu nilai rapor mata diklat produktif Akuntansi sejak kelas X semester I sampai kelas XI semester II.

Dari kenyataan ini, penulis tertarik ingin mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif Akuntansi Terhadap Kesiapan Memasuki Dunia Kerja Pada Siswa Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh program Praktik Kerja Industri dan prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja pada siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang?

2. Adakah pengaruh program Praktik Kerja Industri terhadap kesiapan memasuki dunia kerja pada siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang?

3. Adakah pengaruh prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja pada siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

(24)

1. Ingin mengetahui pengaruh program Praktik Kerja Industri dan prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang.

2. Ingin mengetahui pengaruh program Praktik Kerja Industri terhadap kesiapan memasuki dunia kerja siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang.

3. Ingin mengetahui pengaruh prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharap dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh program Praktik Kerja Industri dan prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja dan dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis. Bagi peneliti yang bersangkutan, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah peneliti pelajari dengan kenyataan.

2. Manfaat Praktis

(25)

11

2.1 Kesiapan Memasuki Dunia Kerja

Simanjuntak dalam Wena (1996:121) proses penyiapan tenaga kerja pada dasarnya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, jalur latihan kerja, dan jalur pemantapan dalam pengalaman lapangan kerja, sehingga jelas terlihat bahwa perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan dan sekaligus mencakup perencanaan pendidikan. Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia industri menurut Wena (1996: 48) adalah tenaga kerja dengan karateristik sebagai berikut:

1. Terampil, berarti tenaga kerja yang betul-betul menguasai keterampilan, baik segi kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.

2. Profesional, berarti tenaga kerja yang betul-betul menguasai bidang keahliannya.

3. Produktif, berarti tenaga kerja yang betul-betul mampu menghasilkan karya atau menunjukkan unjuk kerja yang maksimal.

4. Beretos kerja tinggi, berarti tenaga kerja yang betul-betul memiliki etika kerja yang tinggi dalam melakukan tugasnya.

5. Sikap kerja wirausaha, berarti tenaga kerja yang mampu mengembangkan usahanya secara mandiri, tanpa selalu bergantung pada pihak lain.

(26)

1. Bila sudah ada “kecenderungan bertindak” lalu bertindak akan membawa kepuasan dan tidak akan ada tindakan-tindakan lain untuk mengubah kondisi itu.

2. Bila sudah ada “kecenderungan bertindak” tetapi tidak bertindak akan menimbulkan ketidakpuasan. Hal ini akan menimbulkan respon-respon lain untuk mengurangi/meniadakan ketidakpuasan.

3. Apabila belum ada “kecenderungan bertindak” dipaksa bertindak maka akan menimbulkan ketidakpuasan untuk menghilangkan/ mengurangi ketidakpuasan tersebut akan muncul tindakan lain.

Kesiapan menurut Soemanto sebagaimana dikutip oleh Fatchurrochman (2011), kesiapan merupakan ketersediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Senada dengan pendapat tersebut, Slameto (2003:113) mengungkapkan, kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi ini mencakup setidak-tidaknya 3 aspek yaitu:

1. Kondisi fisik, mental dan emosional

(27)

2. Kebutuhan- kebutuhan, motif dan tujuan

Dalam memenuhi kebutuhan seseorang akan terdorong dan termotivasi untuk segera memenuhi kebutuhan tersebut serta mencapai tujuannya tersebut. Hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan kesiapan adalah sebagai berikut:

a Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari.

b Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk berusaha.

c Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain akan timbul motif. d Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan.

3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari

Dalam pekerjaan sehari-hari keterampilan itu tidak cukup pada hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan saja yang didapat di bangku sekolah, tetapi harus ditunjang dengan keterampilan lainnya seperti keterampilan menganalisis, keterampilan perencanaan, keterampilan berkomunikasi serta keterampilan bersosialiasi.

Seorang profesional harus memiliki pengetahuan, baik yang spesifik maupun yang umum. Pengetahuan tidak cukup diperoleh dari hasil pembelajaran di sekolah, tetapi hasrus ditambah secara terus menerus. Semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya, maka semakin luas wawasan yang dimilikinya.

(28)

praktik akuntansi melalui pembelajaran mata diklat produktif sehingga mampu dan siap untuk memasuki dunia kerja terutama di bidang Akuntansi.

2.1.1 Prinsip-prinsip Kesiapan Kerja

Thorndike dalam Slameto (2003:114) kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya, ini menurut belajar asosiatif.

Prinsip-prinsip Readiness (kesiapan):

1. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari

pengalaman.

3. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.

4. kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan (Slameto, 2003:115).

2.1.2 Aspek-aspek Kesiapan

Menurut Slameto (2003:115) aspek-aspek kesiapan terdiri dari: 1. Kematangan (maturation)

Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mendasari perkembangan, sedangkan perkembangan ini berhubungan dengan fungsi-fungsi (tubuh + jiwa) sehingga terjadi diferensiasi. Latihan-latihan yang diberikan pada waktu sebelum anak matang tidak akan memberi hasil.

(29)

Menurut J. Piaget dalam Slameto (2003:115) perkembangan kecerdasan adalah sebagai berikut:

a. Sensori motor period (0 – 2 tahun)

Anak banyak bereaksi reflek, reflek tersebut belum terkoordinasikan. Terjadi perkembangan perbuatan sensori motor dari yang sederhana ke yang relatif lebih kompleks.

b. Preoperational period (2 – 7 tahun)

Anak mulai mempelajari nama-nama dari objek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa.

c. Concrete operation (7 – 11 tahun)

Pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah (internal action), dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis (logical operational system).

d. Formal operation (lebih dari 11 tahun)

Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada objek-objek yang konkret serta ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya (dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan), dapat mengorganisasikan situasi/masalah, dapat berpikir dengan betul (dapat berpikir yang logis, mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalah/berpikir secara ilmiah.

Menurut Syamsul (1994:54), kesiapan terhadap sesuatu akan terbentuk jika tercapai perpaduan antara tiga faktor yaitu:

(30)

Tingkat kematangan adalah suatu saat dalam perkembangan yang berfungsi fisik atau mental telah mencapai perkembangan sempurna dalam arti siap digunakan. Kematangan tidak dapat dipengaruhi bila saatnya belum tiba, tetapi dengan latihan, tingkat kematangan dapat tercapai. Pada saat inilah kematangan dapat memberikan hasil yang maksimal karena pada saat inilah seseorang individu dapat memiliki kesiapan sehingga mempunyai kemungkinan yang terbaik untuk melaksanakan kemampuan tertentu.

2. Pengalaman-Pengalaman yang diperlukan

Pengalaman merupakan salah satu penentuan kesiapan kerja. Untuk menciptakan kesiapan seseorang terhadap suatu pekerjaan dapat direncanakan melalui pengalaman yang diberikan pada orang tersebut. Piaget membedakan ada dua macam pengalaman:

1) Pengalaman fisis, terdiri tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksikan sifat-sifat.

2) Pengalaman matematis-logis, terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.

Pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang sudah dikuasai seseorang sebagai akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu. Jadi seseorang baru dapat dikatakan berpengalaman apabila telah memiliki tingkat penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang banyak sesuai dengan bidang pekerjaannya.

(31)

dapat diukur dari lama kegiatan belajar serta tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Pada dasarnya pendidikan dimaksudkan guna mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki lapangan pekerjaan, agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat yang dikehendaki oleh suatu jenis pekerjaan. 3. Keadaan Mental dan Emosi yang Serasi

Sikap kerja perlu dimiliki seseorang dalam bekerja. Dengan sikap kerja yang baik seseorang akan bekerja penuh tanggung jawab, jujur, percaya diri dan mampu menghadapi kesulitan yang dihadapi serta menentukan keberhasilan bekerja.

Bila sikap kerja dikaitkan dengan kesiapan mental dari seseorang atau individu untuk memasuki dunia kerja maka diperlukan adanya kematangan emosional seseorang yang akan bekerja dan minat untuk bekerja.

Selain itu, seseorang dalam bekerja harus memiliki keahlian atau kemampuan tertentu berupa tenaga, waktu dan pikiran yang dijual kepada pihak lain atau orang lain untuk mendapat imbalan yang terukur, biasanya dalam bentuk uang, untuk memenuhi nafkah hidupnya dengan segala resiko yang diperhitungkan. Dalam bekerja seseorang, seseorang perlu membekali dirinya dan terus menerus selalu berusaha memperbaiki diri agar kompetensidapat diakui serta mampu berkompetisi dengan pihak-pihak lain, terutama dalam bidang profesi sejenis.

(32)

integritas diri. Selain itu diperlukan juga pengetahuan lain, sikap diri yang positif, kesehatan dan kebugaran fisik yang prima, agar dapat menjalankan tugas-tugas profesinya dengan baik.

Menurut Gunawan (1999:29) faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah:

1) Ilmu dan Pengetahuan

Seorang profesional harus mempunyai ilmu dan pengetahuan, baik yang spesifik maupun yang umum. Pengetahuan dan ilmu ini tidak cukup diperoleh dari hasil pelajaran semalam disekolah, tetapi harus ditambah secara terus menerus. Semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya, maka semakin luas wawasan yang dimilikinya.

2) Keterampilan

Pengetahuan saja tidak cukup karena hal tersebut berupa pengetahuan yang teoritis untuk itu perlu dipraktikkan dalam segala kesempatan terutama pada waktu menjalankan tugas kerja, yang akan menjadi pengalaman. Ilmu dan pengetahuan ditambah dengan pengalaman akan menjadi keterampilan untuk mempraktikan pengetahuan.

3) Mental dan sikap

(33)

Sedangkan sikap adalah bagaimana cara kita menghadapi kenyataan. Bentuk dari sikap diantaranya berupa:

a) Berpikir positif b) Selalu optimis

c) Mampu menghadapi resiko apapun d) Selalu ingin mengembangkan diri

e) Mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pencapaian prestasi f) Percaya diri

g) Kreatif

h) Ulet, gigih, tekun, sabar, cerdik dan tahan banting i) Mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tuntutan baru j) Kepemimpinan

k) Mampu menemukan dan mengembangkan sesuatu yang bermanfaat atau berinovasi

l) Mampu menghadapi dan mengelola resiko

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja (prestasi kerja) menurut Mangkunegara (2008: 67) yaitu:

1. Faktor Kemampuan

(34)

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seseorang dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri seseorang untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.

Anoraga (2006:35) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif. Atau dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Prof. PF. Drucker dalam Anoraga (2006:38) motivasi berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang. Dan inilah motivasi dasar yang mereka usahakan sendiri untuk menggabungkan dirinya dengan organisasi untuk turut berperan dengan baik. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu (Dimyati dan Mudjiono, 2002:80).

Herzberg dalam Anoraga (2006:39-40) menyatakan sistem kebutuhan-kebutuhan orang yang mendasari motivasinya, dapat dibagi menjadi dua golongan:

1. Hygience Factors a. Status

b. Hubungan antar manusia c. Supervisi

(35)

e. Jaminan dalam pekerjaan f. Kondisi kerja

g. Gaji

h. Kehidupan pribadi

2. Motivational Factors (Motivators) a. Pekerjaannya sendiri b. Achievment

c. Kemungkinan untuk berkembang d. Tanggung jawab

e. Kemajuan dalam jabatan f. Pengakuan

Orang-orang yang motivasi berkarirnya baik ditandai dengan:

1. Menyukai situasi kerja yang menuntut tanggung jawab pribadi, sebagai tantangan untuk maju.

2. Memilih tujuan yang realistis sebagai upaya untuk mengembangkan karir. 3. Cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan mengharapkan cepat

memperoleh umpan balik.

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk menunjukkan kemajuan prestasinya.

5. Mampu menangguhkan pemuasan sesaat, demi kemajuan karir yang lebih baik.

(36)

karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya. Kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat didalam diri pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan, orang yang motivasi kerjanya tinggi dimulai dengan:

1. Menyukai tugas kantor yang menuntut tanggung jawab pribadi.

2. Mencari situasi dimana bekerja memperoleh umpan balik dengan segera baik dari pimpinan maupun teman sejawat.

3. Senang bekerja sendiri, sehingga kemampuan diri dapat dikedepankan. 4. Senang bersaing mengungguli prestasi bekerja orang lain.

5. Memiliki kemapuan menagguhkan pemuasan keinginan demi pekerjaan. 6. Tidak hanya sekedar mendapatkan uang, status atau keuntungan lainnya.

Anoraga (2006:17-19) menyatakan faktor-faktor yang akan meningkatkan produktivitas kerja seorang karyawan adalah:

1. Faktor kepribadian dan kehidupan emosionil karyawan sendiri.

2. Faktor kemungkinan atau kesempatan untuk mendapatkan kemajuan (opportunities for advancement).

3. Kondisi kerja yang menyenangkan.

4. Good working companion (rekan sekerja yang baik). 5. Kompensasi, gaji atau imbalan.

(37)

Maslow kedalam tujuh kategori, yaitu fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik.

Anoraga (2006:19-21) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis Dasar

Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan, minum, tempat tinggal dan kebutuhan lain yang sejenis.

2. Kebutuhan-kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial diperoleh dari hubungan antara atasan dan bawahan. 3. Kebutuhan-kebutuhan Egoistik

a. Prestasi b. Otonomi c. Pengetahuan

Anoraga (2006:26) mengemukakan keberhasilan dalam pekerjaan sangat bergantung pada motivasi, kesungguhan, disiplin dan keterampilan kerja. Motivasi, disiplin dan keterampilan kerja merupakan hasil usaha dan pengembangan diri yang terus-menerus, naik dilingkungan pendidikan maupun dilingkungan pekerjaan.

2.2 Program Praktik Kerja Industri

(38)

Menurut Wena (1996:21-22) Praktik industri adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik berupa praktik langsung pada dunia kerja yang nyata. Praktik industri merupakan bentuk belajar yang paling bermanfaat bagi pembentukan keterampilan peserta didik. Karena itulah maka kegiatan ini paling banyak dilaksanakan, khususnya pada negara-negara yang pendidikan kejuruannya telah maju. Tanpa melakukan kegiatan praktik industri secara sistematis jelas suatu lembaga pendidikan kejuruan tidak akan bisa membekali lulusannya dengan kemampuan kerja yang optimal.

Menurut Depdikbud dalam Wena (1996:15) Praktik Kerja Industri dikenal dengan sistem magang, yakni bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

(39)

industri, guna mencapai tingkat keahlian tertentu dan menumbuhkan sikap profesional.

Suyanto dalam Wena (1996:77) mengemukakan ada empat prinsip dari sistem ganda (magang), yaitu:

a. Membuat setting dunia kerja dan masyarakat sebagai lingkungan belajar bagi para siswa.

b. Menghubungkan pengalaman kerja dengan pengajaran akademik.

c. Memberi peran para siswa secara konstruktif sebagai pekerja disertai tanggung jawab rielnya. Dan peserta didik dalam waktu yang bersamaan.

d. Menanamkan hubungan yang erat antara peserta didik dan pekerja dewasa yang bertindak sebagai mentor.

Sedangkan model penyelenggaraan pendidikan sistem ganda dapat mempertimbangkan model berikut:

a. Model day relese, dimana dari 6 hari waktu belajar dalam satu minggu, berapa hari di industri perusahaan dan berapa hari di sekolah.

b. Model block relese, waktu belajar disepakati bersama perbulan/catur wulan/semester mana di sekolah.

c. Model hours release, dimana disepakati jam-jam belajar yang harus dilepas dari sekolah dan dilaksanakan di industri/perusahaan.

(40)

1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 yang menyatakan masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 9 yang menyatakan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya manusia dalam penyelanggaraan pendidikan.

Dalam program pendidikan sistem ganda pada sekolah kejuruan pada dasarnya pembelajaran praktik kejuruan meliputi tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama pembelajaran praktik dasar kejuruan yang umumnya dilaksanakan disekolah.

b. Tahap kedua praktik keterampilan kejuruan dengan metode proyek, yang umumnya dilaksanakan disekolah.

c. Tahap ketiga pembelajaran praktik keterampilan kejuruan dengan metode praktik industri yang harus dilakukan di industri (Wena, 1996:154).

Metode pembelajaran praktik industri menurut Wena (1996:155) terdiri dari lima tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

Secara garis besar kegiatan guru dalam tahap ini adalah mempersiapkan lembaran kerja (job sheet). Secara pokok kegiatan guru dalam tahap ini adalah merencanakan, menata dan memformulasikan kondisi-kondisi pembelajaran dan pelatihan, sehingga ada kaitan secara sistematis dengan metode yang akan diterapkan.

(41)

Guru memperagakan secara nyata pekerjaan yang harus dipelajari, menjelaskan cara kerja yang baik dalam hubungan dengan keseluruhan proses. 3. Tahap peniruan

Siswa melakukan kegiatan kerja menirukan aktivitas kerja yang telah diperagakan oleh guru.

4. Tahap praktik

Dalam tahap ini siswa mengulangi aktivitas kerja yang baru dipelajari sampai keterampilan kerja yang dipelajari betul-betul dikuasai sepenuhnya.

5. Tahap evaluasi

Dengan dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan pelatihan praktik, maka siswa akan mengetahui kemampuannya secara jelas, sehingga siswa dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan pelatihannya.

Menurut Butler dalam Wena (1996:225) mengemukakan langkah-langkah perencanaan pembelajaran praktik industri meliputi hal-hal seperti:

a. Perumusan tujuan pembelajaran praktik industri b. Penentuan isi pembelajaran praktik industri c. Perumusan penentuan prosedur kerjasama

d. Merancang masalah yang berkaitan dengan administratif e. Merancang penempatan kerja

f. Menentukan alokasi waktu

(42)

Dalam pelaksanaan pembelajaran praktik di industri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Pengajaran praktik harus tetap berpijak pada pembelajaran teori di sekolah dan perkembangan jenis pekerjaan di industri.

2. Pengajaran praktik harus diatur sedemikian rupa, sehingga peserta didik mendapat pengalaman kerja secara lengkap.

3. Pengajaran praktik harus diatur mulai dari materi praktik yang bersifat sederhana menuju materi praktik yang bersifat sederhana menuju materi praktik yang bersifat lebih kompleks.

4. dalam pembelajaran praktik di industri siswa tidak semata-mata belajar keterampilan kerja yang bersifat motorik saja, tetapi siswa juga harus belajar keterampilan-keterampilan yang bersifat kognitif, maupun afektif.

5. agar proses pembelajaran praktik dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka petunjuk kerja praktik yang bersifat sederhana dan mudah dipahami mutlak harus ada.

(Wena, 1996:229-230).

Keberhasilan pelaksanaan Prakerin apabila tahap-tahap pembelajaran praktik dilaksanakan secara berurutan sehingga proses pelaksanaan dapat berjalan secara sistematis. Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran Prakerin tersebut (Wena, 1996:162) yaitu:

1. Tahap Perencanaan

(43)

situasi, dimana kondisi ini mencakup setidak-tidaknya ada 3 aspek menurut Slameto (2003:13) yaitu:

a. Kondisi fisik, mental dan emosional b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari 2. Tahap Pelaksanaan

Praktik Kerja Industri dilaksanakan minimal tiga bulan pada awal atau akhir semester, tergantung persediaan tempat kerja di industri. Untuk pelaksanaan praktik dimulai dari penempatan siswa di industri sampai penarikan dari industri. Selama pelaksanaan Praktik Kerja Industri, tanggung jawab seluruhnya ada pada pihak industri pasangannya, siswa praktikan harus bersedia mengikuti semua aturan yang ada dalam industri tersebut, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh pihak sekolah.

3. Tahap Evaluasi

Proses evaluasi dalam program pendidikan sistem ganda harus dilakukan pada proses pendidikan di sekolah dan juga proses pendidikan di industri. Evaluasi tersebut dilakukan baik pada tahap perencanaan, maupun tahap pelaksanaan. Dengan proses pelaksanaan evaluasi yang demikian, diharapkan program pendidikan maupun pembelajaran sistem ganda dapat selalu dikembnagkan sesuai dengan hasil evaluasi program yang dilakukan (Wena, 1996:64).

(44)

1. Aspek non teknis: a. Disiplin

b. Kemauan dan motivasi c. Perilaku

d. Kerjasama

e. Inisiatif dan kreativitas 2. Aspek prestasi kerja dibidang:

a. Komputer b. Pembukuan

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Praktik Kerja Industri dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan antara pendidikan sekolah dan penguasaan keterampilan yang sesuai dengan program keahlian melalui kegiatan bekerja secara langsung baik di dunia usaha atau di dunia industri yang diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya. Tanpa melakukan kegiatan Praktik Kerja Industri suatu lembaga pendidikan kejuruan tidak akan bisa membekali lulusannya dengan kemampuan kerja yang optimal.

Berikut ini kriteria nilai Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 2 Semarang.

Tabel 2.1 Kriteria Nilai Praktik Kerja Industri

No. Rentang Nilai Predikat

1 85 – 100 A

2 76 – 84 B

3 66 – 75 C

4 50 – 65 D

(45)

2.3 Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif Akuntansi

Kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil jika tujuan belajar dapat dicapai secara optimal. Untuk itu maka perlu adanya suatu penilaian atau evaluasi belajar. Evaluasi umumnya berpusat pada siswa, ini berarti evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar atau prestasi belajar siswa.

Menurut Lyle E. Bourne dalam Mustaqim (2008:33) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan. Sedangkan menurut Clifford T. Morgan dalam Mustaqim (2008:33) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.

2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar

(46)

2.3.2 Mata Diklat Produktif Akuntansi

Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) (Kurikulum SMK, 2004). Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Akuntansi sebagai bagian dari ilmu ekonomi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan suatu informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggung jawab dibidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (perusahaan) pemerintah maupun organisasi lain (akuntan publik).

Karakteristik mata pelajaran Akuntansi adalah:

1. Seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat. 2. Materinya berupa pokok-pokok bahasan. Pokok-pokok bahasan tersebut

diurutkan sesuai dengan sekuensial proses Akuntansi.

Prestasi belajar mata diklat produktif merupakan suatu penguasaan terhadap mata pelajaran kejuruan dengan keahlian tertentu sesuai dengan program keahlian masing-masing. Seberapa jauh siswa menguasai mata diklat yang diwujudkan dalam bentuk prestasi. Prestasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai rapor siswa. Mata diklat produktif Akuntansi sejak kelas X semester I sampai dengan kelas XI semester II:

(47)

b. Memproses entri jurnal c. Memproses buku besar d. Menyusun laporan keuangan

2. Mata diklat produktif Akuntansi semester II yaitu: a. Memproses entri jurnal

b. Memproses buku besar c. Menyusun laporan keuangan

3. Mata diklat produktif Akuntansi semester III yaitu: a. Memproses dokumen dana kas kecil

b. Memproses dokumen dana kas di Bank c. Mengelola kartu piutang

d. Mengoperasikan paket program

4. Mata diklat produktif Akuntansi semester IV yaitu: a. Mengelola penerimaan barang supplies

b. Mengelola kartu persediaan supplies

c. Mengelola kartu persediaan barang dagang d. Mengelola administrasi gudang

e. Mengelola aktiva tetap

(48)

Berikut ini kriteria nilai mata diklat produktif Akuntansi di SMK Negeri 2 Semarang.

Tabel 2.2 Kriteria Nilai Mata Diklat Produktif Akuntansi

No. Rentang Nilai Kriteria

1 90 – 100 Sangat Baik

2 80 – 89 Baik

3 70 – 79 Cukup

4 0 – 69 Kurang

Sumber: Data Nilai SMK Negeri 2 Semarang

2.4 Kerangka Berfikir

Pendidikan sebagai sarana utama dalam membentuk dan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, pendidikan harus berorientasi pada peningkatan mutu Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing di dunia kerja. Dalam hal ini SMK menganut Pendidikan Sistem Ganda. Mata diklat produktif akuntansi diberikan dengan tujuan memberikan bekal kepada siswa yang sesuai dengan tujuan SMK yaitu menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja. SMK membekali siswa dengan ilmu pengetahuan sesuai program keahlian dan melaksanakan Praktik Kerja Industri sebagai sarana memberikan pengalaman kepada siswa untuk bekerja secara langsung di dunia kerja.

Pendidikan Sistem Ganda adalah program bersama SMK dan industri dilaksanakan di sekolah dan industri. Dalam hal ini SMK Negeri 2 Semarang mengadakan Prakerin ketika siswa duduk dikelas XI semester II selama enam bulan dan kelas XII semester I selama enam bulan, dibagi menjadi Grup A dan B.

(49)

siswa akan dapat menguasai keterampilan kerja secara optimal. Mata pelajaran praktik adalah mata pelajaran yang lebih ditekankan pada kegiatan mengaplikasikan suatu teori dalam kondisi dan situasi yang terbatas (Wena 2009: 100). Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja. Mata diklat produktif dijadikan sebagai komponen penunjang kejuruan yang pada dasarnya memuat pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang spesialisasinya dan juga isi pembelajaran komponen ini berupa pengetahuan-pengetahuan terapan, yang dapat dijadikan dasar dalam mempelajari keterampilan-keterampilan (Wena, 1996: 114). Berbagai bekal diberikan kepada siswa, diantaranya adalah mata diklat yang sesuai dengan program keahlian dan Praktik Kerja Industri dengan harapan lulusan SMK akan siap memasuki dunia kerja. Ketika siswa melaksanakan Praktik Kerja Industri, siswa dituntut untuk melaksanakan pekerjaan, baik buruknya pekerjaan salah satunya dipengaruhi prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi.

Simanjuntak dalam Wena (1996:121) proses penyiapan tenaga kerja pada dasarnya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, jalur latihan kerja, dan jalur pemantapan dalam pengalaman lapangan kerja, sehingga jelas terlihat bahwa perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan dan sekaligus mencakup perencanaan pendidikan.

Indikator:

(50)

3. Ilmu dan pengetahuan

Praktik industri adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik berupa praktik langsung pada dunia kerja yang nyata (Wena, 1996:21). Keberhasilan Praktik Kerja Industri ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya ditunjang dengan prestasi belajar siswa terhadap mata diklat produktif akuntansi yang nantinya akan diterapkan didalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rokhman (2008) yang menyatakan bahwa Praktik Kerja Industri memberikan dukungan yang berarti terhadap kesiapan kerja siswa. Hal ini disebabkan di dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri ini, siswa dapat mempraktikkan secara langsung penguasaan materi yang telah didapat di sekolah ke dalam praktik-praktik kerja yang bersifat taraf pembelajaran. Berdasarkan penelitian ini tampak jelas bahwa kemampuan siswa dalam melaksanakan Praktik Kerja Industri menjadi faktor penting untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja.

Indikator Praktik Kerja Industri adalah komponen dalam penilaian Praktik Kerja Industri. Adapun komponen tersebut sesuai dengan pedoman penilaian dalam monitoring Prakerin SMK Negeri 2 Semarang.

Adalah:

1. Aspek non teknis: a) Disiplin

b) Kemauan dan Motivasi c) Perilaku

(51)

e) Inisiatif dan kreatifitas 2. Aspek prestasi kerja dibidang:

a) Komputer b) Pembukuan

Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) (Kurikulum SMK,2004). Indikator mata diklat produktif Akuntansi adalah nilai rapor mata pelajaran produktif Akuntansi sejak kelas X semester I sampai dengan kelas XI semester II.

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawati (2008), secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara mata diklat produktif Akuntansi terhadap kesiapan menghadapi dunia kerja. Besarnya pengaruh mata diklat produktif terhadap kesiapan menghadapi dunia kerja siswa sebesar 68,12%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan mata diklat produktif tersebut dapat memberikan ilmu pengetahuan serta keterampilan sehingga peserta didik lebih siap untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang dan keterampilan yang dimiliki.

(52)

Hubungan Praktik Kerja Industri dan Mata Diklat Produktif Akuntansi Terhadap Kesiapan Siswa Memasuki Dunia Kerja

Ha2

Praktik Kerja Industri (XI)

Indikator:

Nilai Prakerin yang terdiri dari: 1. Aspek non teknis

2. Aspek prestasi kerja atau mutu kerja

(Kriteria Penilaian SMK Negeri 2 Semarang )

Ha1

Ha3

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat diambil hipotesis penelitian sebagai berikut:

Kesiapan memasuki dunia

kerja (Y)

Indikator:

1. Mental dan sikap 2. Ketrampilan

3. Ilmu dan pengetahuan (Slameto, 2003:13)

Prestasi belajar mata diklat

produktif akuntansi (X2)

(53)

Ha1: Ada pengaruh Praktik Kerja Industri dan prestasi belajar mata diklat

produktif Akuntansi terhadap kesiapan memasuki dunia kerja pada siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang.

Ha2: Ada pengaruh Praktik Kerja Industri terhadap kesiapan memasuki dunia

kerja pada siswa kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang.

Ha3: Ada pengaruh prestasi belajar mata diklat produktif Akuntansi terhadap

(54)

40

3.1 Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang akan diambil adalah seluruh siswa kelas XI kompetensi keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang berjumlah 156 siswa yang telah melaksanakan Praktik Kerja Industri tahun pelajaran 2011/2012.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1 XI Akuntansi 1 40

2 XI Akuntansi 2 38

3 XI Akuntansi 3 39

4 XI Akuntansi 4 39

Jumlah 156

Sumber: Daftar Presensi Kelas XI Akuntansi Tahun Pelajaran 2011/2012

3.2 Sampel

(55)

2010:65) menyarankan, apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Merujuk pada pendapat di atas maka penentuan jumlah sampel dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

S = jumlah sampel yang diambil n = jumlah anggota populasi

Dari rumus diatas maka dapat dihitung jumlah sampel yang diambil, yaitu: Diketahui : n = 156 siswa

Maka dapat dicari jumlah sampel yaitu:

S = 47,55 % = 0,4755

(56)

jumlah sampel penelitian ini adalah 156 x 0,4755 = 74,178 dibulatkan menjadi 75 siswa. Penyebaran anggota sampel penelitian yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Sampel

No. Kelas Jumlah Jumlah

Populasi Sampel

1 XI Akuntansi 1 40 19

2 XI Akuntansi 2 38 18

3 XI Akuntansi 3 39 19

4 XI Akuntansi 4 39 19

Jumlah 156 75

Sampel merupakan hasil pembulatan.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006:10), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari : variabel bebas dan variabel terikat.

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Umar, 2002: 62). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a. Praktik Kerja Industri (X1)

(57)

Indikator :

1. Aspek non teknis: a. Disiplin

b. Kemauan dan motivasi c. Perilaku

d. Kerjasama

e. Inisiatif dan kreativitas 2. Aspek prestasi kerja dibidang:

a. Komputer b. Pembukuan

b. Prestasi belajar mata diklat produktif akuntansi (X2)

Prestasi belajar adalah penilaian hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan guru. Mata diklat produktif adalah segala mata pelajaran yang dapat membekali pengetahuan teknik dasar keahlian kejuruan.

Indikator:

Nilai rapor mata diklat produktif akuntansi siswa kompetensi keahlian akuntansi sejak kelas X semester I sampai dengan kelas XI semester II.

3.3.2 Variabel Terikat

(58)

formal, jalur latihan kerja, dan jalur pemantapan dalam pengalaman lapangan kerja, sehingga jelas terlihat bahwa perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan dan sekaligus mencakup perencanaan pendidikan.

Indikator:

1. Mental dan sikap 2. Keterampilan

3. Ilmu dan pengetahuan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, arsip, agenda dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini tidak terlalu sulit dalam artian apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap atau belum berubah.

Metode ini adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan digunakan untuk memperoleh data hasil perolehan nilai rata-rata mata diklat produktif siswa program keahlian akuntansi SMK Negeri 2 Semarang dan prestasi Praktik Kerja Industri siswa.

(59)

3.4.2 Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2006:151). Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden tarhadap pertanyaan yang diajukan. Dengan angket ini responden mudah memberikan jawaban karena alternatif jawaban sudah disediakan dan membutuhkan waktu singkat dalam menjawabnya.

Kuesioner atau schedule harus mempunyai center perhatian, yaitu masalah yang ingin dipecahkan. Tiap pertanyaan harus merupakan bagian dari hipotesis yang ingin diuji. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket jenis tertutup, artinya angket diberikan langsung kepada responden untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

Angket dalam penelitian ini terdiri dari butir-butir pertanyaan yang dipergunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan variabel kesiapan memasuki dunia kerja. Bentuk kuesioner tersebut adalah bentuk chek list (√)

dengan lima alternatif jawaban.

(60)

Tabel 3.3 Gradasi Jawaban Angket Model Skala Likert

Alternatif Jawaban Jenis Pernyataan (+) Jenis Pernyataan (-)

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Sugiyono (2010:135)

3.5 Uji Coba Instrumen

3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Pengukuran validitas instrumen penelitian ini dilakukan menggunakan validitas isi atau content validity. Validitas ini menunjuk sejauh mana isi kuesioner mewakili semua aspek dari suatu konsep. Ghozali (2009:49) mengemukakan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu kusioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam uji validitas digunakan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan menyangkut variabel yang akan dikaji dan dapat dilihat tingkat kevalidannya.

(61)

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Kesiapan Memasuki Dunia Kerja

No. Probabilitas Taraf Kriteria Keterangan

Item Signifikansi

(62)

Berdasarkan perhitungan hasil uji statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows Release 16.0 didapatkan bahwa dari 36 butir instrument diperoleh 32 butir instrument mempunyai nilai probabilitas (p value) < 0,05 yang berarti valid, sedangkan 4 butir instrument yang lain mempunyai nilai probabilitas > 0,05 yang berarti tidak valid yaitu item 19, 24, 26 dan 33 sehingga item tersebut dibuang karena sudah ada indikator yang mewakili. Sedangkan 32 item pertanyaan lainnya digunakan.

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009:45).

(63)

Hasil perhitungan uji coba kuesioner pada 30 responden kemudian dianalisis menggunakan rumus alpha dengan bantuan program SPSS for Windows Release 16.0 diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0.917. Hasil Cronbach Alpha nilainya lebih besar dari 0.60, sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

Tabel 3.5 Reliabilitas Kesiapan Memasuki Dunia Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.917 .916 36

Sumber: Data penelitian diolah, 2012

3.6 Metode Analisis Data

Data yang di peroleh perlu dianalisis terlebih dahulu menggunakan suatu cara atau metode analisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan mudah dipahami. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah:

3.6.1 Analisis deskriptif

(64)

Analisis yang digunakan untuk mengkaji variabel kesiapan memasuki dunia kerja. Variabel tersebut terdiri dari beberapa indikator yang sangat mendukung dan kemudian indikator tersebut dikembangkan menjadi instrumen (angket).

Analisis ini dilakukan dengan memberi skor pada jawaban angket yang telah diisi oleh responden, dengan penskoran sebagai berikut:

1. Alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor = 5 2. Alternatif jawaban Setuju (S) diberi skor = 4 3. Alternatif jawaban Ragu-ragu (RR) diberi skor = 3 4. Alternatif jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor = 2 5. Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor = 1

Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sudjana, 2005:47):

1. Menentukan rentang atau jangkauan, ialah data terbesar dikurangi data terkecil.

2. Menentukan banyak kelas interval yang diperlukan yaitu 5. 3. Menentukan panjang kelas interval

p =

Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif untuk masing-masing variabel.

(65)

Skor maksimal 136

Tabel 3.6 Kriteria Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan Memasuki Dunia Kerja

Sumber: Data penelitian yang diolah, 2012

2) Untuk membuat tabel kategori nilai Praktik Kerja Industri disusun berdasarkan kriteria prestasi Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 2 Semarang.

Tabel 3.7 Kriteria Nilai Praktik Kerja Industri

No. Rentang Nilai Predikat

1 85 – 100 A

2 76 – 84 B

3 66 – 75 C

4 50 – 65 D

Sumber: Data Nilai SMK Negeri 2 Semarang

Gambar

Tabel 1.1 Penelusuran Lulusan Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Semarang Tahun lulus 2011
Tabel 2.1 Kriteria Nilai Praktik Kerja Industri
Tabel 2.2 Kriteria Nilai Mata Diklat Produktif Akuntansi
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif antara motivasi memasuki dunia kerja (X 1 ), pengalaman Praktik kerja industri (X 2 )

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) siswa SMK kompetensi keahlian Teknik Pemesinan di kota Yogyakarta secara keseluruhan meliputi:

Pelaksanaan program prakerin merupakan sebuah inovasi satuan pendidikan kejuruan dimana siswa melakukan praktik kerja langsung di industri/ dunia usaha yang

Praktik Kerja Industri merupakan program kegiatan sekolah yang dilakukan di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). Pelaksanaan Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran model prakerin dapat membangun kesiapan memasuki dunia kerja apabila dilakukan secara

Ketercapaian peserta diklat dalam mencapai kompetensi keahlian tersebut pasti sangat dipengaruhi oleh prestasi pembelajaran produktif dan prestasi prakerin, mengapa

Agar penelitian lebih fokus pada permasalahan yang akan diteliti, maka perlu adanya pembatasan masalah antara lain Evaluasi pelaksanaan prakerin dilakukan di

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) pengalaman prakerin, wawasan dunia kerja, kompetensi kejuruan, employability skill dan kesiapan kerja