Namaku Fadila Isra Azzahra,biasa dipanggil Dila usia ku 14 thn dan aku memiliki kisah asmara yang pahit.
Pahit ???? ……..
Ya, memang begitulah yang sebenarnya
Saat ini aku sedang mengagumi seorang pria tampan dan penuh karisma. Aku mengenalnya di tempat pengajianku yaitu TBA Riyadlus Shalihin. Aku sering
memandangnya, aku sering menatapnya sehingga membuatku jatuh cinta padanya, dan membuatku ingin sekali mengetahui namanya, mengetahui dimana sekolahnya, mengetahui dimana rumahnya, mengetahui dia kelas berapa dan masih banyak lagi yang ingin aku ketahui tentangnya.
Sampai pada akhirnya aku berbicara dengan Zahra dan dia memberi tahu ku mengenai sosok pria tampan yang sudah sejak lama ku kagumi, dia adalah Feri. Mungkin namanya terdengar aneh dan jarang terdengar. Tetapi nama tidaklah penting, siapa pun namanya, bagus atau tidak bagus namanya dan aneh atau tidak aneh namanya bagiku sosok Feri adalah segalanya.
Hmmmm ……
Aku juga mempunayai teman yang bernama Meli danHalwa. Ya….. Memang mereka cukup jail dan usil tapi mereka asik diajak bermain, diajak bertukar pikiran, dan pastinya curhat. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa mencurahkan isi hati adalah salah satu hobi seorang wanita.
Tetapi…. Ada satu hal yang aku tidak senang dari mereka, yaitu….. mereka sering membeberkan semua ceritaku mengenai seseorang yang kebetulan mereka
mengenalnya. Tanpa mengenal hari esok dan tanpa ba bi bu lagi, mereka langsung memanggil orang tersebut.
Dan……. Semua isi hatiku semua yang telah ku curahkan pada mereka seakan – akan telah ludes habis diketahui banyak orang. Mereka tuh seakan – akan membuat pengumuman mengenai isi hatiku.
“WOOOOIIIIIIIII MBA DILA LAGI SUKA SAMA ORANG NAMANYA…….. “ Begitulah salah satu perkataan mereka dan seketika aku mencubitnya.
Untungnya aku bisa memberhentikan mereka. Karena jangan sampai orang – orang tahu aku lagi suka sama seorang pria di tempat pengajian yang sama. Karena pastinya satu diantara mereka ada yang mengatakan pada lelaki itu bahwa aku sedang menyukainya.
ini sedang menyukainya. Sehingga menjadikanku setiap kali bertemu dengannya aku selalu menunduk malu karena hal itu. Aku selalu mencoba untuk bersikap tenang di hadapannya namun hal itu tidak bisa ku lakukan. Dan karena hal ini aku tidak pernah berbicara dengannya. Sebenarnya sih mudah saat membayangkannya, tapi saat ingin ku lakukan hal itu membuat seluruh tubuhku kaku. Ya… itu semua karena Meli dan Halwa karena mereka telah membeberkan hal itu tidak tepat pada waktunya. Seharusnya apabila Meli dan Halwa ingin mengatakan hal itu ketika aku sudah melakukan pendekatan kepada pria itu, ketika aku dan Feri sudah seperti adik kakak barulah Meli dan Halwa mengatakannya. Jangan seperti sekarang ini. Karena selama ini aku belum pernah berbicara empat mata dengannya yang ku lakukan hanyalah bertatapan dengannya. Dan sekarang Feri sudah tau bahwa aku menyukainya, menatapnya pun aku malu apalagi berbicara empat mata dengannya hal itu sangat lah tidak mungkin. Aku sangat malu ketika bertemu dengan Feri, seorang pria tampan yang telah cukup lama aku menyukainya yang jelas – jelas dia sudah tahu bahwa aku suka kepada dirinya.
Semakin lama aku semakin menganal Feri aku mulai jatuh cinta padanya. Aku tidak pernah berbicara empat mata dengannya tetapi setiap aku menatapnya hati ku berdebar kencang dan seakan akan aku menjadi salah tingkah dihadapannya. Ya… Memang begitulah aku, setiap aku menyukai seseorang aku selalu salah tingkah dihadapannya dan bahkan ketika bertatapan saja dapat membuat jantungku berdebar kencang. Dan seperti itulah ketika aku berhadapan dengan Feri.
Aku pun menceritakannya kepada Meli dan Halwa bahwa aku menyukai Feri. Tetapi, tak kusangka mereka mengatakannya langsung kepada Feri. Tetapi Feri tidak
merespon apapun dia hanya tersenyum. Aku tidak tau apa makna dari senyuman itu dan semakin membuat hati ku yakin bahwa dia mulai menyukai ku.
Malam Jumat adalah malam yang paling ku tunggu.
Kenapa ???.... Ya bagi kebanyakan orang malam yang paling ditunggu - tunggu adalah malam minggu tapi bagi ku hanya di malam jumat lah aku bisa bertemu dengannya, bertatapan dengannya, dan melihat senyumnya sampai aku puas. Dan pada malam jum’at lah