• Tidak ada hasil yang ditemukan

KALIMAT TRANSFORMASI BAHASA MINANGKABAU pariaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KALIMAT TRANSFORMASI BAHASA MINANGKABAU pariaman"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

73

KALIMAT TRANSFORMASI BAHASA MINANGKABAU:

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR BATIN DAN STRUKTUR LAHIR

Rusdi Noor Rosa rusdinoorrosa@yahoo.com Universitas Negeri Padang

Abstrak

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kalimat, kaidah, unsur pembentuk, proses, dan hubungan antara struktur batin dan struktur lahir kalimat transformasi dalam bahasa Minangkabau (BM) dalam media cetak lokal di Sumatera Barat. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kulaitatif. Data yang dianalisis dalam makalah ini adalah kalimat-kalimat dalam BM yang mengalami proses transformasi yang terdapat di kolom Palanta yang diterbitkan oleh Surat Kabar Singgalang setiap harinya. Kolom Palanta dipilih sebagai sumber data karena kolom ini menggunakan BM dalam penyampaian pesannya. Hasil temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa analisis transformasi ini berguna sebagai dasar pembentukan suatu kalimat, menjadi kalimat yang sesuai dengan pola struktur BM.

Kata Kunci: Bahasa Minangkabau, transformasi, struktur batin, struktur lahir.

PENDAHULUAN

Media cetak lokal, atau media cetak yang terbit hanya pada daerah tertentu saja, merupakan salah satu sarana yang penting untuk melestarikan bahasa daerah setempat. Akan tetapi, pada kenyataannya, meskipun pertumbuhan media cetak lokal di daerah-daerah meningkat dengan pesat, hanya sedikit di antaranya yang peduli terhadap pelestarian bahasa daerah. Mayoritas media cetak lokal masih menggunakan bahasa Indonesia dalam penulisan seluruh pemberitaannya. Hal ini jelas memberikan efek yang buruk kepada pelestarian dan pemertahanan bahasa daerah, bahkan sebagian generasi muda yang ada di Indonesia saat ini tidak menguasai bahasa daerah yang ada di tempat mereka tinggal.

Salah satu media cetak lokal yang masih konsisten menggunakan bahasa daerah di dalam beberapa kolomnya adalah Surat Kabar Harian Singgalang yang tumbuh dan berkembang di daerah Sumatera Barat. Meskipun tidak secara keseluruhan menggunakan bahasa daerah, bahasa Minangkabau (BM), namun ada beberapa kolom dimana di dalamnya BM digunakan. Salah satu kolom yang menggunakan BM adalah Palanta. Sesuai dengan judulnya, palanta (yang dalam bahasa Indonesia bermakna kedai kopi), kolom ini menceritakan kebiasaan orang Minangkabau yang menggunakan palanta sebagai tempat berkumpul untuk membahas masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan mereka bahkan sampai ke masalah politik. Tak jarang pembicaraan-pembicaraan di palanta ini menghasilkan suatu ide yang dapat diterapkan untuk kemaslahatan masyarakat sekitar.

Dalam penyampaian cerita yang terdapat di dalam kolom Palanta ini, pastinya tidak terlepas dari penggunaan kalimat-kalimta yang telah mengalami transformasi, baik transformasi kalimat kompleks, kalimat pasif, dan lain-lain. Makalah ini bertujuan untuk membahas kalimat transformasi BM apa saja yang terdapat dalam kolom Palanta serta hubungan antara struktur lahir dan struktur batin kalimat transformasi dalam BM yang terdapat di dalam kolom Palanta.

(2)

74 KAJIAN TEORI

Teori yang digunakan dalam makalah ini adalah teori transformasi generatif. Yang memprakarsai lahirnya tata bahasa transformasi adalah Avram Noam Chomsky dari buku yang diterbitkannya yang berjudul syntatic structure pada tahun 1957, yang kemudian dikembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak. Sehingga dalam bukunya yang kedua yang berjudul Aspect of the theory of syntax tahun 1965, nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa ini yaitu tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif (Chaer, 2007: 363-364). Menurut Chomsky tujuan dari penelitian bahasa yaitu menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa merupakan bagian dari kalimat yang dihasilkan dari deretan bunyi yang memiliki makna. Oleh karena itu bahasa harus memiliki dua sarat, yaitu (1) kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat; dan (2) tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.

Linguistik transformasional memiliki ciri-ciri umum, di antaranya: (1) Bertujuan untuk mengungkapkan sifat umum suatu bahasa terutama untuk mengetahui kemampuan pemakai bahasa dalam memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal; (2) Mengusung aspek kreativitas dan produktivitas; (3) Bahasa merupakan sistem kognitif yang disesuaikan dengan rumus-rumus yang unik, bisa dimanipulasi oleh pemakainya, menghasilkan bemacam-macam kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, berdasarkan unsur-unsur yang terbatas jumlahnya, untuk dipakai dalam berbagai kegiatan; (4) Kegiatan berbahasa merupakan suatu kegiatan yang didasari aturan-aturan, bebas dari stimulus. Aturan tersebut sangat berpengaruh, sehingga pemakai bahasa mampu membuat dan mengerti dengan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya; (5) Memiliki dikotomi kompetensi dan performansi; (6) Memiliki dikotomi bahasa yang mencakup struktur batin dan struktur lahir. Struktur batin merupakan bentuk representasi suatu kalimat sebelum mengalami perubahan apapun. Struktur lahir merupakan tampilan kalimat sebagaimana ditemukan dalam tuturan penuturnya baik tulis maupun lisan; dan (7) Berhubungan dengan semantik atau makna (lihat Aoun dan Sportiche, 1980; Blevins dan Sag, 2012; Peters, Jr. dan Ritchie 1973; Scholz dan Pullum, 2007).

Dalam teori transformasi dikenal suatu diagram yang disebut diagram pohon atau dikenal dengan pemarkah frasa (Riemsdijk dan Williams. 1986; Veit, 1986). Diagram pohon dijadikan alat ukur untuk menghubungkan struktur batin dengan struktur lahir suatu kalimat. Diagram ini pun berguna untuk menganalisis relasi gramatis dan generalisasi suatu kalimat. Kaidah struktur frasa dimulai dengan simbol K (kalimat). Simbol N (nomina), A (adjektiva), Asp. (aspek), dan V (verba) disebut dengan simbol terminal dimana keberadaannya tidak bisa dikembangkan lagi oleh struktur frasa. Sedangkan simbol FN (frasa nomina) dan FV (frasa verba), disebut dengan simbol non-terminal, karena masih bisa dikembangkan. Contoh sederhana struktur suatu kalimat dapat dilihata pada (1).

(1) a. K

b. K = FN + FV c. FN = N d. FV = V + FN e. FN = N + A

Berdasarkan struktur kalimat sederhana yang dirumuskan melalui kaidah struktur frasa (KSF) seperti yang terdapat pada (1), beberapa kalimat dapat dibentuk seperti yang terdapat pada (2).

(3)

75

Dengan menggunakan diagram pohon, maka struktur frasa kalimat-kalimat yang terdapat pada (2) dapat digambarkan dengan menggunakan diagram pohon seperti yang terdapat pada (3)

(3) a.

b.

METODE PENELITIAN

Penelitian Ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini menggunakan data sebagaimana adanya dengan tidak diubah baik dalam bentuk simbol maupun bilangan. Data penelitian ini adalah kalimat dalam bahasa Minangkabau (BM) yang mengalami proses transformasi. Data diperoleh dari kolom Palanta yang terdapat pada Surat Kabar Singgalang yang terbit setiap hari. Data dikumpulkan selama satu bulan penerbitan Surat Kabar Singgalang, dengan demikian diperolehlah data yang cukup untuk menemukan pola kalimat transformasi dalam BM. Kolom Palanta dipilih sebagai sumber data karena kolom ini menggunakan BM dalam penyampaian pesannya. Data dianalisis dengan menggunakan teori tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif yang diusung oleh Chomsky. Analisis data dipresentasikan dalam bentuk diagram pohon (Riemsdijk dan Williams, 1986; Veit, 1986).

PEMBAHASAN

Berdasarkan teori transformasi, dalam menganalisis kalimat-kalimat transformasi harus berdasarkan pertimbangan metodologis, di antaranya deskripsi struktural, yang berkaitan dengan relasi leksikon secara fungsional, dan interpretasi semantis yang merupakan akibat dari relasi-relasi struktur. Dan pertimbangan tersebut berkaitan dengan sistem konsituen yang berlaku dalam kalimat yang diteliti.

Kalimat transformasi yang terdapat di dalam kolom Palanta Harian Singgalang dibagi menjadi dua model, yaitu transformasi tunggal dan transformasi umum. Transformasi tunggal terdiri dari (1) transformasi pasif, (2) transformasi imperatif, (3) transformasi interogatif, dan (4) transformasi adverbia. Sedangkan transformasi kompleks dibedakan lagi menjadi: (1) transformasi klausa adjektiva dan (2) transformasi adverbia.

Amir membeli sepeda baru K

FN FV

N V FN

N A

Tina memakai baju biru K

FN FV

N V FN

(4)

76

Transformasi dengan kalimat masukan tunggal dan menghasilkan kalimat keluaran struktur tunggal pula disebut dengan transformasi tunggal. Sedangkan transformasi dengan kalimat masukan lebih dari satu, dan menghasilkan kalimat tunggal yang panjang ataupun pendek sesuai dengan proyeksi makna yang dikehendaki disebut dengan transformasi kompleks.

Kalimat transformasi memiliki struktur dalam yang selanjutnya akan disingkat menjadi (SD) dan struktur luar yang selanjutnya akan disingkat (SL). Secara struktural satu kalimat dalam BM terdiri dari unsur subjek, predikat, objek, katerangan, dan pelengkap.

1. Transformasi Tunggal a. Transformasi Pasif

Transformasi pasif merupakan transformasi tidak wajib, bisa diterapkan seperlunya, dan merupakan variasi stilistis dari beberapa macam kalimat. Perhatikan kalimat pasif yang terdapat pada (4).

(4) Anak sikulah diabaian dek angkutan kota. anak sekolah di-abai-kan oleh angkutan kota Anak sekolah diabaikan oleh angkutan kota.

Bentuk pasif merupakan bentuk struktur luar (SL), sehingga, menurut teori transformasi, harus dibentuk struktur dalamnya (SD) terlebih dahulu seperti yang terdapat pada (5)

(5) Angkutan kota mangabaian anak sikulah. angkutan kota men-abai-kan anak sekolah Angkutan kota mengabaikan anak sekolah.

Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat (5) dan (4) seperti yang terdapat pada (6).

(6) a. K = FN + FV (SD) FN = N

FV = V + FN FN = N + N

b. K = FN + FV (SL) FN = N +N

FV = V + FP FP = P + FN FN = N

Setelah dirumuskan KSF seperti yang terdapat pada (6a) dan (6b), maka dibuatlah analisis diagram pohon seperti yang terdapat pada (7).

(7)

Angkutan kota

mangabaian anak sikulah K

FN FV

N V FN

N N

Anaksikulah diabaian dek K

FN FV

N V FP

FN

angkutan kota N

P

(5)

77

Berdasarkan diagram transformasi pasif (T-Pas) yang terdapat pada (7), pasif dalam BM dibentuk dengan memindahkan FN (anak sikulah) dari konstituen langsung (KL) FV menjadi KL dari K. Selanjutnya, FN (angkutan kota) yang merupakan KL dari K dipindahkan menjadi KL

dari FP. ‛erikutnya, afiks ma- diubah menjadi di-.

b. Transformasi Imperatif

Kalimat imperatif dalam BM juga merupakan bentuk transformasi karena SD dan SL kalimat imperatif dalam BM mengindikasikan adanya perbedaan seperti pada (8).

(8) a. Waang bakirok dari rumah ko! (SD) kamu pergi dari rumah ini Kamu angkat kaki dari rumah ini! b. Bakirok dari rumah ko! (SL)

pergi dari rumah ini Angkat kaki dari rumah ini!

Perbedaan SD dan SL dari kalimat yang terdapat pada (8) dapat dilihat dalam KSF imperatif

Berdasarkan KSF yang terdapat pada (9), maka bentuk transformasi imperatif (T-Imp) kalimat pada (8) dapat dilihat pada (10).

(10)

Berdasarkan diagram transformasi imperatif (T-Imp) yang terdapat pada (10), kalimat imperatif dalam BM dibentuk dengan menghilangkan FN (waang) yang terdapat pada SD. Dengan demikian, KSF dari K hanya berisikan FV saja. Sementara itu, tidak terjadi perubahan pada bentuk verba.

c. Transformasi Interogatif

Kalimat interogatif dalam BM juga merupakan bentuk transformasi karena unsur-unsur pembentuk kalimat yang terdapat pada SD mengalami perpindahan tempat di dalam Sl. Pada umumnya, pembentukan kalimat interogatif dalam BM sama dengan yang terjadi pada bahasa

(6)

78

Indonesia, yaitu diawali kata tanya. ‚kan tetapi, dalam ‛M, kopula lai juga dapat berperan

sebagai penanda kalimat interogatif seperti yang terdapat pada (11). (11) Lai santiang paja tu?

Kop hebat orang itu Apakah orang itu hebat?

Bentuk interogatif ini memiliki kesamaan dengan struktur kalimat interogatif bahasa

Inggris yaitu dengan memindahkan to be ke awal kalimat. ‚kan tetapi, dalam ‛M

perpindahan tidak hanya melibatkan perpindahan kopulanya saja, namun predikatnya (santiang) juga mengalami perpindahan. Bentuk SL dari kalimat interogatif ini dapat dilihat pada (12)

(12) Paja tu lai santiang. orang itu Kop hebat Orang itu hebat.

Perbedaan SD dan SL dari kalimat yang terdapat pada (11) dan (12) dapat dilihat dalam KSF imperatif pada (9).

(13) a. K = FN + FV

Berdasarkan KSF yang terdapat pada (13), dibuatlah diagram pohon yang menunjukkan transformasi interogatif (T-Intr) seperti yang terdapat pada (14)

(14)

Diagram pohon yang terdapat pada (14) menunjukkan bahwa transformasi interogatif dalam (BM) melibatkan perpindahan FV. Perpindahan FV ini hanya berlaku untuk kalimat interogatif BM yang tidak menggunakan kata tanya. Jika menggunakan kata tanya, maka bentuk transformasi interogatif hanya menambahkan kata tanya saja di awal kalimat. Perhatikan kalimat-kalimat interogatif BM yang menggunakan kata tanya pada (15).

(15) a. Manga nyo pai ka sinan? mengapa dia pergi ke sana Kenapa dia pergi ke sana?

b. Dima ang paelokan oto ang? dimana kamu per-baik-an mobil kamu Dimana kamu perbaiki mobilmu?

d. Transformasi Adverbia

(7)

79 (16) Harago minyak ka naiak bisuak ko.

harga minyak Kop naik besok ini Harga minyak akan naik besok.

Kalimat pada (16) merupakan kalimat lazim yang terbentuk pada otak kita membentuk suatu kalimat deklaratif atau berita, sehingga ini merupakan SD kalimat deklaratif. Akan tetapi pada (17) kalimat ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh perpindahan frasa adverbia kalimat itu

(17) Bisuak ko harago minyak ka naiak. besok ini harga minyak Kop naik Besok harga minyak akan naik.

Bentuk perpindahan dari SD menjadi SL dapat dilihat pada KSF transformasi adverbia (T-Adv) yang terdapat pada (18).

(18) a. K = FN + FV (SD)

Selanjutnya, analisis KSF transformasi adverbia digambarkan melalui diagram pohon seperti yang terdapat pada (19).

(19)

Berdasarkan diagram pada (19), FAdv yang merupakan KL dari FV berubah menjadi KL

dari K pada SL. Hal ini berarti bahwa fokus kalimat yang berada pada FN harago minyak

berpindah ke F‚dv bisuak ko.

2. Transformasi Kompleks

Yang dimaksud transformasi kompleks di sini adalah transformasi yang melibatkan lebih dari satu klausa.

a. Transformasi Klausa Adjektiva Perhatikan kalimat pada (20).

(20) Lai mambao lutuik urang awak nan sato di TDS ko?. Kop mem-bawa lutut orang kita PROR ikut di TDS ini Apakah orang Minang yang ikut di TDS ini membawa lutut?

Kalimat pada (20) mengalami dua kali transformasi: (i) transformasi tunggal, yaitu transformasi interogatif dan (ii) transformasi kompleks, yaitu transformasi klausa adjektiva

(8)

80

FAdj). Meskipun diisi oleh konstituen klausa, istilah yang digunakan untuk klausa di sini adalah frasa (F) karena fungsi klausa adjektiva di sini adalah sebagai frasa adjektiva yang berfungsi menerangkan nomina (lihat Veit, 1986). Langkah pertama yang dilakukan adalah memecahkan kalimat (20) menjadi dua buah klausa seperti yang terdapat pada (21).

(21) a. Urang awak lai mambao lutuik. orang kita Kop mem-bawa lutut Orang Miang membawa lutut. b. Urang awak sato di TDS ko.

orang kita ikut di TDS ini Orang Minang ikut di TDS ini.

Langkah berikutnya adalah mengubah klausa pada (21a) menjadi klausa interogatif seperti yang terdapat pada (22).

(22) Lai mambao lutuik urang awak? Kop mem-bawa lutut orang kita Apakah orang Minang membawa lutut?

Bentuk transformasi interogatif yang melibatkan klausa (21a) dan 22 dapat dilihat pada KSF T-Intr (23). pohon seperti pada (24).

(24)

Langkah selanjutnya adalah menggabungkan dua buah klausa yang terdapat pada (21) dengan menggunakan pronomina relatif (ProR). Transformasi yang terjadi melibatkan substitusi kata yang masing-masing dijumpai di dalam kedua klausa tersebut (urang awak). KSF transformasi klausa adjektiva (T-FAdj) ini dapat dilihat pada (25).

(9)

81

Setelah menentukan KSF T-FAdj kalimat ini, langkah terakhir adalah menggambarkan diagram pohon seperti yang terdapat pada (26).

(26)

urangawak sato di TDS ko

(10)

82 b. Transformasi Klausa Adverbia

Perhatikan kalimat pada (27).

(27) Dek udaro taraso labiah angek, urang bakipeh di dalam lapau. KJ-SO udara ter-rasa lebih panas orang ber-kipas di dalam warung Karena udara terasa lebih panas, orang berkipas di dalam warung.

Kalimat pada (27) merupakan kalimat kompleks yang digabungkan dengan menggunakan konjungsi subordinatif (KJ-SO) ‛M dek yang menyatakan hubungan sebab . Kalimat ini mengalami transformasi karena perpindahan posisi adverbia, dimana klausa adverbia yang selazimnya (SD) terletak sesudah klausa utama dipindahkan ke awal kalimat (SL). SD kalimat ini dapat dilihat pada (28).

(28) Urang bakipeh di dalam lapau dek udaro taraso labiah angek. orang ber-kipas di dalam warung KJ-SO udara ter-rasa lebih panas Orang berkipas di dalam warung karena udara terasa lebih panas.

Transformasi klausa adverbia (T-FAdv) yang terdapat dalam BM sebenarnya juga terjadi di dalam bahasa-bahasa lainnya, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam T-FAdv, seluruh konstituen FAdv dipindahkan dan menjadi klausa yang mengawali kalimat. Analisis KSF dari kalimat pada (28) dan (27) dapat dilihat pada (29).

(29) a. K1 = FN1 + FV1 FN1 = N

FV1 = V + FP + FAdv FP = Prep + FN2 FN2 = N + N FAdv = KJ-SO + K2 K2 = FN3 + FV2 FN3 = N FV2 = V + FA

FA = Ting (Tingkatan) + A b. K1 = FAdv + FN1 + FV1

FAdv = KJ-SO + K2 K2 = FN2 + FV2 FN2 = N FV2 = V + FA

FA = Ting (Tingkatan) + A FN1 = N

FV1 = V + FP FP = Prep + FN3 FN3 = N + N

(11)

83 (30)

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi merupakan bentuk perubahan dari bentuk struktur dalam (SD) menjadi bentuk struktur luar (SL) seperti yang digambarkan pada Bagan 1.

Bagan 1 Kaidah Transformasi

Kaidah transformasi yang terdapat di dalam BM secara umum terbagi kepada dua: transformasi tunggal dan transformasi kompleks. Transformasi tunggal meliputi (1) transformasi pasif, (2) transformasi imperatif, (3) transformasi interogatif, dan (4) transformasi adverbia. Sementara itu, transformasi kompleks meliputi (1) transformasi klausa adjektiva dan

Struktur Dalam (SD)

dek udaro taraso labiah angek FN

Dek udaro taraso labiah angek KJ-SO

(12)

84

(2) transformasi klausa adverbia. Hal yang unik dalam BM secara khusus terjadi pada transformasi interogatif. Dalam BM, transformasi interogatif dapat dilakukan dengan memindahkan seluruh konstituen FV ke awal kalimat, sedangkan pada bahasa-bahasa lainnya, perpindahan hanya melibatkan perpindahan kopula atau kata kerja bantu, seperti yang terdapat di dalam bahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKA

Aoun, Youssef dan Dominique Sportiche. (1980). Transformational generative grammar and the study of language . A Research Program. Cambridge: MIT.

Blevins, James P. dan Ivan A. Sag. (2012). Cambridge Handbook of Generative Syntax. Cambridge: Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chomsky, Noam. (1965). Aspects of The Theory of Syntax. Cambridge: The M.I.T Press.

Chomsky, Noam. (2002). Syntactic Structures. New York: Mouton de Gruyter.

Peters, Jr., P. Stanley dan R. W. Ritchie. (1973). On the Generative Power of Transformational Grammars . Information Sciences. Vol. 6. Hal. 49 – 83.

Riemsdijk, H.V. dan E. Williams. (1986). Introduction to the Theory of Grammar. London: Massachusetts Institute of Technology Press.

Scholz, Barbara C. dan Geoffrey K. Pullum. (2007). Tracking the origins of transformational generative grammar . Journal of Linguistics. Vol. 43. Hal. 1 – 19.

Referensi

Dokumen terkait

Objektif CMP adalah untuk memanfaatkan sepenuhnya kecekapan dan keberkesanan sumber yang digunakan bagi memaksimumkan pulangan atas ekuiti dan menyediakan tahap modal yang

Pengaruh yang dihasilkan oleh Attitude Toward The Destination terhadap Brand Preference dengan Brand Equity sebagai variabel mediasi dapat dijelaskan dan

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa al-Qard}a>wi> adalah ulama yang hidup pada abad ke-20 dan pada waktu itu juga para perempuan di Mesir sering terlibat dalam

Candi Borobudur, tingginya mencapai 42 meter, juga merupakan candi Mahayana, terletak di Magelang, utara Yogyakarta. “Boro- budur” berasal dari kata“bara” dan “budur”. Bara

per unit dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan tertentu dengan jumlah satuan pesanan yang dihasilkan pada pesanan yang bersangkutan. Untuk mengetahui

Arus urbanisasi dikota-kota besar terus mengalami peningkatan, hal ini tentunya bukan hanya mempengaruhi sosial ekonomi akan tetapi juga mempengaruhi perubahan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi umur simpan produk zobo drink dalam kemasan botol kaca, HDPE, dan PET melaluli evaluasi perubahan fisikokimia

Menjalankan , Mengawasi dan Bertanggung jawab penuh atas seluruh jalannya proyek inovasi otomasi industri dari riset hingga implementasi 23. Menganalisa gap dan membuat