• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN TES PETA KONSEP DAN TES URAIAN UNTUK MENILAI PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN TES PETA KONSEP DAN TES URAIAN UNTUK MENILAI PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN TES PETA KONSEP DAN TES URAIAN

UNTUK MENILAI PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Program

Srata 1 (S-1) Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Ilmi Rizkia

0802500

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Penggunaan Tes Peta Konsep dan Tes

Uraian Untuk Menilai Prestasi Belajar

Fisika Siswa SMA

Oleh Ilmi Rizkia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ilmi Rizkia 2013

Universitas Pendidikan Indonesia September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN TES PETA KONSEP DAN TES URAIAN UNTUK MENILAI PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Oleh :

Ilmi Rizkia

Nim : 0802500

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Asep Sutiadi, M.Si

NIP : 197009081997021001

Pembimbing II

Agus Fany Chandra Wijaya, M.Pd

NIP : 198108122005011003

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

PENGGUNAAN TES PETA KONSEP DAN TES URAIAN UNTUK MENILAI PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Ilmi Rizkia NIM. 0802500

Pembimbing I : Asep Sutiadi, M.Si

Pembimbing II : Agus Fany Chanda Wijaya, M.Pd. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung Tahun 2013

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dalam pengembangan asesmen (penilaian) formatif prestasi belajar. Penelitian ini berlatar belakang mengembangkan alat asesmen alternatif selain penilaian yang sering digunakan saat ini. Asesmen formatif pada penelitian ini menggunakan tes peta konsep dan tes uraian. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi prestasi belajar peserta didik menggunakan tes peta konsep dan tes uraian. Kriteria peta konsep yang digunakan merujuk pada aturan yang dibuat oleh Novak dan Gowin. Peta konsep yang diteliti terdiri dari dua jenis, yaitu construct dan Fill In. Sebelum dinilai menggunakan peta konsep, peserta didik diberikan pelatihan membuat dan mengetahui bagaimana rubrik penilaian pada tes peta konsep. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMU Negeri di kota Bandung pada tahun ajaran 2012/2013. Selain siswa diberikan tes peta konsep dan tes uraian, pada penelitian ini dilaksanakan pula angket dan wawancara untuk lebih memperkuat hasil dari tes peta konsep dan tes uraian. Hasil dari tes peta konsep fill in memperlihatkan nilai rata-rata kelas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tes lainnya yaitu sebesar 80,83%. Sedangkan nilai rata-rata kelas terburuk adalah pada siswa membuat tes peta konsep

construct yaitu sebesar 69%. Sedangkan nilai rata-rata untuk tes uraian sebesar

80,13%. Hasil setiap siswa akan dibandingkan perindikator soal agar lebih terlihat bagaimana kemampuan siswa dalam pencapaian prestasi belajar dengan menggunakan tes yang berbeda

(5)

USING CONCEPT MAP AND ESSAY TEST FOR ASSESSING STUDENT ACHIEVEMENT LEARNING PHYSICS FOR SENIOR HIGH

SCHOOL

Ilmi Rizkia NIM. 0802500

Supervisor I: Asep Sutiadi, M.Si

Supervisor II: Fany Chanda Agus Wijaya, M.Pd.

Department of Physical Education FPMIPA UPI Bandung in 2013

ABSTRACT

This research uses descriptive exploratory method in the development of assessment (assessment) formative learning achievement. The research background to develop alternative assessment tool frequently used assessment today. Formative assessment in this study using concept mapping test and test descriptions. This study aimed to obtain information learning achievement of students using concept mapping test and test descriptions. Criteria used concept maps refer to the rules made by Novak and Gowin. Concept maps are studied consisted of two types, namely construct and Fill In. Before assessed using concept maps, learners are given the training and know how to make the assessment rubric test concept maps. The research was conducted in one high school in the city of Bandung in the academic year 2012/2013. In addition students are given tests and test concept map description, in this study also conducted a questionnaire and interviews to further strengthen the results of tests and test concept map description. Results of the test fill in the concept map shows the average value of a higher class than the other test that is equal to 80.83%. While the average value is the worst class on making students construct the concept map test by 69%. While the average value for the test description for 80.13%. Compared the results of each student will be more visible each indicator about how the ability of students in learning achievement using different test

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Variabel Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 8

B. Peta Konsep ... 9

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 18

B. Prosedur Penelitian ... 19

C. Populasi dan Sampel ... 21

D. Instrumen Penelitian ... 21

1.Peta Konsep Fill In ... 21

2.Peta Konsep Construct ... 22

3.Tes Uraian ... 23

4.Angket ... 24

5.Wawancara ... 26

E. Analisis Instrumen Penelitian ... 27

1.Analisis Instrumen Penelitian Tes Uraian ... 27

1.1.Uji Validitas ... 27

1.2.Uji Reabilitas ... 28

1.3.Daya Pembeda Soal ... 29

1.4.Tingkat Kesukaran Soal ... 30

2.Analisis Instrumen Penelitian Peta Konsep ... 31

3.Teknik Pengolahan Data ... 32

3.1.Uji Normalitas ... 32

3.2.Analisis Regresi ... 33

3.3.Analisis Korelasi ... 34

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Tes Peta Konsep Fill In ... 38

2. Tes Peta Konsep Construct ... 41

3. Tes Uraian ... 43

4. Perbandingan Hasil Penilaian ... 47

4.1. Perbandingan Nilai Rata-rata Ketiga Alat Tes ... 47

4.2. Perbandingan Hasil Penilaian Materi Mata ... 50

4.3. Perbandingan Hasil Penilaian Materi Cacat Mata ... 51

4.4. Perbandingan Hasil Penilaian Setiap Indikator ... 53

4.4.1. Perbandingan Indikator 1.1 ... 53

4.4.2. Perbandingan Indikator 1.2 ... 53

4.4.3. Perbandingan Indikator 1.3 ... 56

4.4.4. Perbandingan Indikator 1.4 ... 58

4.4.5. Perbandingan Indikator 1.5 ... 60

4.4.6. Perbandingan Indikator 1.6 ... 62

4.4.7. Perbandingan Indikator 1.7 ... 62

4.4.8. Perbandingan Indikator 1.8 ... 64

4.4.9. Perbandingan Indikator 1.9 ... 67

4.4.10.Perbandingan Indikator 1.10 ... 69

5. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Nilai Rata-rata Fisika ... 72

(9)

7. Respon Tes Uraian ... 75

8. Respon Tes Peta Konsep Fill In ... 75

9. Respon Tes Peta Konsep Construct ... 76

B. Temuan Penelitian ... 78

C. Pembahasan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Tes Peta Konsep Fill In ... 40

Grafik 4.2 Hasil Tes Peta Konsep Construct ... 42

Grafik 4.3 Hasil Tes Uraian Materi Mata ... 44

Grafik 4.4 Hasil Tes Uraian Materi Cacat Mata ... 46

Grafik 4.5 Hasil Total Tes Uraian ... 46

Grafik 4.6 Perbandingan Persentase Ketiga Tes ... 48

Grafik 4.7 Perbandingan Persentase Materi Mata ... 49

Grafik 4.8 Perbandingan Persentase Materi Cacat Mata ... 52

Grafik 4.9 Perbandingan Persentase Indikator 1.1 ... 54

Grafik 4.10 Perbandingan Persentase Iindikator 1.2... 55

Grafik 4.11 Perbandingan Persentase Iindikator 1.3... 57

Grafik 4.12 Perbandingan Persentase Iindikator 1.4... 59

Grafik 4.13 Perbandingan Persentase Indikator 1.5 ... 61

Grafik 4.14 Perbandingan Persentase Iindikator 1.6... 63

Grafik 4.15 Perbandingan Persentase Iindikator 1.7... 65

Grafik 4.16 Perbandingan Persentase Iindikator 1.8... 66

Grafik 4.17 Perbandingan Persentase Iindikator 1.9... 68

Grafik 4.18 Perbandingan Persentase Indikator 1.10 ... 70

Grafik 4.19 Perbandingan Setiap Indikator Materi Mata ... 71

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Peta Konsep Fill In ... 21

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Peta Konsep Construct ... 22

Tabel 3.3 Aspek Penilaian Peta Konsep Construct ... 22

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Uraian Fill In ... 23

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Uraian Construct ... 24

Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket ... 25

Tabel 3.7 Interpretasi Validitas ... 28

Tabel 3.8 Interpretasi Reabilitas ... 29

Tabel 3.9 Interpretasi Daya Pembeda ... 30

Tabel 3.10 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 31

Tabel 3.11 Interpretasi Nilai Peta Konsep dan Uraian ... 31

Tabel 3.12 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi ... 35

Tabel 3.13 Hasil Uji Instrumen Tes Uraian Mata ... 36

Tabel 3.14 Hasil Uji Instrumen Tes Uraian Cacat Mata ... 37

Tabel 4.1 Persentase Rata-rata Skor Peta Konsep Fill In ... 39

Tabel 4.2 Persentase Rata-rata Skor Peta Konsep Construct ... 41

Tabel 4.3 Persentase Rata-rata Skor Tes Uraian Materi Mata ... 43

Tabel 4.4 Persentase Rata-rata Skor Tes Uraian Cacat Mata ... 45

Tabel 4.5 Kesetaraan Soal Tes Peta Konsep Fill In dan Tes Uraian ... 49

(13)

Tabel 4.7 Nilai Tes Peta Konsep (Fill In & Construct) dengan Nilai Rata-rata

Fisika ... 72

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 73

Tabel 4.9 Hasil Analisis Korelasi ... 74

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi ... 74

Tabel 4.11 Hasil Angket Respon Tes Uraian Hasil Angket Tentang Peta Konsep Fill In ... 74

Tabel 4.12 Hasil Angket Respon Tes Peta Konsep Fill In Hasil Angket Tentang Peta Konsep Construct ... 75

Tabel 4.13 Hasil Angket Respon Tes Peta Konsep Construct ... 76

Tabel 4.14 Kelompok Kemampuan Siswa Berdasarkan Rata-rata Nilai Fisika ... 78

Tabel 4.15 Hasil Interpretasi Kemampuan Siswa Tes Peta Konsep Fill In ... 79

Tabel 4.16 Hasil Interpretasi Kemampuan Siswa Tes Peta Konsep Construct ... 80

Tabel 4.17 Ketercapaian Prestasi Belajar Menonjol Ketiga Alat Tes ... 82

Tabel 4.18 Hasil Wawancara Responden Menonjol Ketiga Alat Tes ... 82

Tabel 4.19 Ketercapaian Prestasi Belajar Dibawah Ketiga KKM Ketiga Alat Tes ... 84

(14)

Alat Tes ... 84

Tabel 4.21 Ketercapaian Diatas KKM (Fill In & Construct) ... 85

Tabel 4.22 Ketercapaian Diatas KKM (Uraian & Construct) ... 85

Tabel 4.23 Ketercapaian Diatas KKM (Fill In & Uraian) Ketercapaian Siswa Menonjol Pada Tes Construct ... 86

Tabel 4.24 Hasil Wawancara Responden Diatas KKM Dua Alat Tes ... 86

Tabel 4.25 Ketercapaian Siswa Menonjol Pada Fill In ... 87

Tabel 4.26 Hasil Wawancara Responden Kategori Fill In ... 87

Tabel 4.27 Ketercapaian Siswa Menonjol pada Tes Construct ... 88

Tabel 4.28 Hasil Wawancara Responden Kategori Construct ... 89

Tabel 4.29 Ketercapaian Siswa Menonjol Pada Tes Uraian ... 90

Tabel 4.30 Hasil Wawancara Responden Kategori Tes Uraian ... 90

Tabel 4.31 Perbandingan Persentase Nilai Rata-rata Materi ... 92

Tabel 4.32 Mata Perbandingan Persentase Nilai Rata-rata Materi Cacat Mata ... 92

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kurikulum Indonesia tahun 2006 yang dinyatakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:377-378) poin ke-5 mengatakan bahwa “pembelajaran fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, indikator keberhasilan pembelajaran fisika di sekolah adalah ketika peserta didik dapat memahami konsep fisika setelah mengikuti proses pembelajaran. Ketercapaian dan keberhasilan indikator tersebut dapat diketahui setelah pendidik melakukan evaluasi yang tepat. Oleh karena itu evaluasi perlu dilakukan oleh pendidik.

Seperti studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya bahwa evaluasi yang saat ini dilakukan adalah lebih kepada tes objektif. Hal tersebut berdampak terhadap kemampuan siswa yang diukur. Pada tes objektif siswa hanya diminta untuk memilih jawaban yang telah disediakan. Padahal evaluasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.

(16)

2

dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Seperti dituliskan dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 58 Ayat 1 evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Setelah evaluasi dilakukan, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan maka dilanjutkan dengan penilaian. Pendidik melakukan penilaian sesuai tujuannya, yaitu untuk membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal (Arifin, 2009).

Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik optimal atau tidaknya dalam mencapai tujuan pembelajaran, perlu adanya penilaian (Gronlund dalam Arifin, 2009). Oleh karena itu, didalam pembelajaran diperlukan pendidik yang tidak hanya mampu mengajar tetapi dapat pula melakukan penilaian dengan baik.

Penilaian yang baik menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 41 tahun 2007, mengenai standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yaitu : “Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran berfungsi untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai lahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran”. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan faktor yang penting untuk mengetahui hasil pembelajaran. Untuk mendapatkan penilaian yang akurat diperlukan pemilihan instrument penilaian yang sesuai.

(17)

3

Dalam mengembangkan alat tes pendidik menyusun alat ukur suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu penguasaan anak terhadap materi yang berupa seperangkat kompetensi yang dipersyaratkan. Pada saat pendidik mengembangkan instrumen penilaian, instrumen penilaian tersebut harus mempunyai tujuan yang sama dengan instrumen penilaian sebelumnya. Ada banyak tes yang dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalkan tujuan pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan tes uraian.

Tes uraian biasa digunakan dalam penilaian pelajaran fisika. Menurut Arikunto (1995:163) soal-soal uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki siswa, sehingga untuk menjawab soal uraian, siswa dituntut untuk mengingat-ingat kembali dan harus mempunyai daya kreativitas. Sedangkan, menurut Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah dituntut melakukan assesmen secara bervariasi. Assesmen alternatif yang akan dikaji adalah penilaian menggunakan peta konsep.

Peta konsep selain digunakan untuk proses belajar mengajar, juga diterapkan untuk berbagai tujuan. Menurut Dahar (1989:129) kegunaan peta konsep meliputi : (1) Menyelidiki apa yang diketahui siswa, (2) Mempelajari cara belajar siswa, (3) mengungkapkan konsepsi salah (4) evaluasi .

(18)

4

berhubungan yang diperlihatkan dengan adanya kaitan silang (cross link) antara kumpulan-kumpulan konsep-konsep.

Dengan demikian peta konsep lebih mempercayakan pada berpikir analisis dan logika dari pembuat peta konsep tersebut (Sumarno, 1996). Dalam penelitian Renova (1994) ditemukan bahwa kemampuan tes uraian dan tes dengan peta konsep memberikan hasil yang berbeda, dimana tes dengan peta konsep dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang penguasaan siswa terhadap konsep.

Berdasarkan uraian diatas, sebagai langkah awal dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang optimal. Maka, peneliti merasa perlu ada kajian yang mendalam tentang penggunaan tes uraian dan tes peta konsep untuk mengetahui sejauh mana kedua jenis tes tersebut dapat memberikan informasi yang menyeluruh tentang tingkat penguasaan siswa, dalam memahami materi, yang diperoleh dari pengajaran dan diharapkan dapat memberikan alternatif bagi guru untuk merencanakan alat evaluasi yang tepat.

Hal tersebut didasarkan pada kinerja siswa saat mengerjakan tes peta konsep dan tes uraian. Pada tes peta konsep kinerja yang dilakukan siswa adalah saat ia mengingat konsep yang relevan dan bagaimana menggambarakan pemetaan dari konsep-konsep tersebut. Sedangkan untuk tes uraian siswa pun diminta untuk memahami konsep yang ditanyakan dan menghubungkan dengan konsep-konsep yang relevan dalam mengerjakan tes tersebut.

(19)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana penggunaan tes peta konsep dan tes uraian untuk menilai prestasi belajar fisika siswa SMA?”

Untuk memperjelas permasalahan diatas, dibuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil prestasi belajar yang diukur dengan tes peta konsep jenis

fill in , peta konsep jenis construct dan tes uraian ?

2. Bagaimana perbandingan ketiga alat tes berdasarkan nilai rata-rata , hasil penilaian pada materi mata , hasil penilaian pada materi cacat mata, dan penilaian setiap indikator ?

3. Bagaimana konsistensi interpretasi penilaian nilai rata-rata fisika dengan prestasi belajar menggunakan ketiga jenis tes ?

4. Adakah hubungan fungsional antara tes peta konsep dan tes uraian ? 5. Bagaimana respon siswa terhadap evaluasi bentuk uraian , peta konsep fill

in , dan peta konsep construct ?

C. Batasan Masalah

Masalah yang dikembangkan pada penulisan ini perlu dibatasi agar lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah-masalah yang akan dikaji. Sesuai dengan rumusan masalah terserbut, batasan masalah pada penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung.

2. Bahan materi dibatasi pada materi mata dan cacat mata.

(20)

6

D. Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tes peta konsep dan tes uraian. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa.

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tes peta konsep dan tes uraian untuk mengukur prestasi belajar fisika siswa SMA.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat, antara lain ;

1. Memberikan informasi tentang profil prestasi belajar yang diukur dengan alat tes yang berbeda yaitu peta konsep dan uraian.

2. Memberikan perbandingan hasil prestasi siswa yang diukur dengan tes peta konsep dan tes uraian.

3. Memberikan informasi hasil uji coba alat evaluasi alternatif yang berbentuk peta konsep untuk mengukur prestasi belajar siswa.

G. Definisi Operasional

a. Prestasi belajar

(21)

7

b. Tes Peta Konsep

Salah satu tes alternatif yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang suatu konsep adalah tes peta konsep. Siswa diharuskan untuk menghubungkan konsep-konsep yang diketahui menjadi suatu peta yang bermakna.

c. Tes Uraian

(22)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya (Arikunto, 2006 :160). Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Menurut Usman (2009 : 129) bahwa setiap penelitian pasti deskriptif (menjelaskan), maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif-eksploratif. Penelitian deskriptif ini pada umumnya mempuyai ciri-ciri sebagai berikut (i) memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang atau masalah-masalah yang actual (ii) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.

Sedangkan penelitian eksploratif adalah salah satu jenis penelitian sosial yang tujuannya untuk memberikan sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian (Hermawan, 2008:17). Dalam penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi atau konsep penelitian (Mantra, 2004:37).

Hal yang akan di deskriptifkan pada penelitian ini adalah hasil penilaian prestasi belajar siswa yang diukur dengan peta konsep dan tes uraian. Mulai dari hasil setiap alat tes, perbandingan nilai rata-rata dari tes tersebut, dan perbandingan nilai dari setiap indikator yang di uji kan.

(23)

19

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu, tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan pelaporan data.

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Tahap Persiapan

Studi Pendahuluan

Menyusun Instrumen Peta Konsep

Menyusun Instrumen Uraian

Melakukan Judgement Instrumen dan Uji Instrumen

Merevisi Instrumen

Tahap Pelaksanaan

Pengenalan Peta Konsep Sebagai Alat Evaluasi

(peta konsep tipe fill in dan tipe construct)

Tes Peta Konsep Fill In

Tes Peta Konsep Construct

Tes uraian

Tahap Pelaporan Data

Mengolah dan Menganalisis Data

Membahas Hasil Penelitian

(24)

20

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui masalah yang ada saat ini. Selanjutnya, menyusun instrumen penelitian tes peta konsep dan tes uraian. Sebelum instrumen penelitian diujikan kepada peserta didik dilakukkan judgement oleh para ahli. Hasil judgement dari para ahli pasti mendapat beberapa revisi. Bagian terakhir pada tahap persiapan adalah uji instrumen.

Pada tahap pelaksanaan, peserta didik diperkenalkan bagaimana peta konsep digunakan sebagai alat evaluasi. Peta konsep yang digunakan sebagai alat evaluasi menggunakan dua tipe yaitu tipe fill in dan tipe construct. Pelatihan peta konsep ini peserta didik di perkenalkan bagaimana cara mengisi kedua tipe peta konsep tersebut, bagaimana penilainnya, dan pelatihan siswa untuk mengerjakan peta konsep dengan kedua tipe tersebut.

Pelatihan peta konsep yang pertama adalah pada materi gerak lurus. Sebelumnya siswa telah melihat bagaimana cara pengisian peta konsep fill in. selanjutnya siswa diberikan pelatihan mengisi soal peta konsep fill in. pada pertemuan selanjutnya siswa diberi pelatihan tentang bagaimana peta konsep

construct. Siswa diperlihatkan bagaimana cara membuat peta konsep construct

dan bagaimana rubric penilain dari peta konsep tersebut.

Pada materi gerak lurus beraturan siswa dilatih dalam pembuatan peta konsep

fill in. Sedangkan untuk materi gerak lurus beraubah beraturan siswa dilatih untuk

mengerjakan peta konsep construct. materi selanjutnya yang dipakai dalam pelatihan peta konsep adalah gerak melingkar. Pada pelatihan kali ini siswa diminta mengerjakan tes peta konsep construct saja. Hal tersebut dikarenakan untuk peta konsep fill in siswa sudah menguasai dalam mengerjakannya. Setelah siswa sudah terbiasa mengerjakan peta konsep dengan kedua tipe, dilakukanlah tes penelitian tersebut.

(25)

21

akhir dari penelitian. Penelitian yang telah dilakukan tidak luput dari kekurangan maka dari itu, peneliti memberikan saran bagi calon peneliti sesudahnya.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2009 : 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X salah satu SMA Negeri di Kota Bandung.

Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2009 : 118) bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini adalah kelas X-11 dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu jadwal pelajaran yang diberikan.

D. Instrumen Penelitian

1. Peta Konsep Fill In

Pertanyaan pada tes ini berupa peta konsep yang beberapa bagiannya dihilangkan. Bagian yang dihilangkan dapat berupa konsep, kata hubung maupun keduanya. Tes peta konsep fill in adalah tes pertama yang dilakukan sebelum ketiga tes lainnya. Tes peta konsep ini terdiri dari beberapa indikator diantaranya adalah

Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Peta Konsep Fill In

Indikator Soal Ranah

1.1.Menjelaskan bagian-bagian mata C2 1 3

1.2.Menjelaskan fungsi bagian-bagian mata C2 2 1

3 2

1.3.Menerapkan cara kerja suatu bagian-bagian mata dalam

kehidupan sehari-hari C3 4 3

1.4.Menghubungkan cara kerja suatu bagian mata dengan

bagian mata yang lain C3

5 6

(26)

22

Peta konsep fill in tidak melalui proses uji instrumen. Sebelum diujikan pada saat penelitian peta konsep ini hanya melalui proses judgement dari para ahli. Soal peta konsep fill in dapat dilihat pada lampiran.

2. Peta Konsep Construct

Pada tes peta konsep ini siswa hanya diberikan pertanyaan yang mengarah untuk membantu siswa membuat peta konsep. Materi yang dipakai pada tes ini adalah materi cacat mata. Rubrik penilaiannya mengacu pada rubrik penilaian Novak. Tes ini dilakukan setelah tes uraian materi mata. Dalam tes peta konsep construct setiap pertanyaannya terdiri dari satu indikator.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Soal Peta Konsep Construct

Indikator Soal Ranah

1.5. Menjelaskan jenis-jenis cacat mata C2 1 10

1.7. Menentukan kekuatan lensa pada kacamata C3 3 14 1.8. Mengaplikasikan macam-macam kacamata untuk

mengatasi cacat mata C3 4 60

1.9. Mengaplikasikan cacat mata dalam kehidupan sehari-hari C3 5 8 1.10. Menganalisis cacat mata serta kacamata dalam

kehidupan sehari-hari C4 6 63

Tes peta konsep construct sama seperti tes peta konsep fill in yaitu tidak melalui proses uji instrumen. Kedua tes tersebut hanya melalui proses

judgement oleh para ahli. Tes peta konsep construct, setiap soal akan

menghasilkan satu peta konsep.

Rubrik penilaian Novak yang menjadi acuan terdiri dari beberapa aspek yaitu; hierarki, proposisi, ikatan silang, dan contoh. Rubrik penilaian ini mempunyai skor yang berbeda-beda, karena setiap aspeknya dapat menunjukan aspek-aspek ranah kognitif yang akan dicapai. Oleh sebab itu setiap soal pada peta konsep ini terdapat beberapa soal yang tidak mengukur setiap aspek dari rubrik penilaian (soal terlampir)

Tabel 3.3. Aspek Penilaian Peta Konsep Construct

Indikator Ranah

Kognitif No

Soal Aspek Penilaian

1.5. Menjelaskan jenis-jenis cacat mata C2 1  Proposisi

(27)

23

Indikator Ranah

Kognitif No

Soal Aspek Penilaian

1.6. Menjelaskan jenis-jenis kacamata C2 2  Proposisi

 Hierarki

1.7. Menentukan kekuatan lensa pada kacamata C3 3

 Proposisi

1.9. Mengaplikasikan cacat mata dalam

kehidupan sehari-hari C3 5

 Proposisi

 Hierarki

 Contoh

1.10. Menganalisis cacat mata serta kacamata

dalam kehidupan sehari-hari C4 6

 Proposisi

Materi yang digunakan pada tes ini yaitu materi mata dan cacat mata. Tes uraian materi mata akan dijadikan tes baku sebagai standar pengembangan tes peta konsep fill in. Agar dapat dijadikan sebagai tes baku maka tes uraian yang diapaki akan mempunyai indikator yang sama. Berikut kisi-kisi dari tes uraian materi mata.

Tabel 3.4. Kisi-kisi Soal Uraian Fill In

Indikator Soal Ranah

3.1.Menjelaskan bagian-bagian mata C2

1 1

2 1

3 1

3.2.Menjelaskan fungsi bagian-bagian mata C2 4 1

5 2

3.3.Menerapkan cara kerja suatu bagian-bagian mata dalam

kehidupan sehari-hari C3 6 3

3.4.Menghubungkan cara kerja suatu bagian mata dengan

bagian mata yang lain C3

7 5

8 5

(28)

24

mempunyai indikator soal masing-masing, oleh karena itu uraian materi cacat mata ini akan mempunyai indikator soal yang sama. Berikut kisi-kisi soal dari uraian pada materi cacat mata.

Tabel 3.5. Kisi-kisi Soal Uraian Construct

Indikator Soal Ranah

1.5. Menjelaskan jenis-jenis cacat mata C2 1 4

1.6. Menjelaskan jenis-jenis kacamata C2 2 4

1.7. Menentukan kekuatan lensa pada kacamata C3 3 6 1.8. Mengaplikasikan macam-macam kacamata untuk

mengatasi cacat mata C3 4 60

1.9. Mengaplikasikan cacat mata dalam kehidupan sehari-hari C3 5 6 1.10. Menganalisis cacat mata serta kacamata dalam

kehidupan sehari-hari C4 6 10

4. Angket

Selain instrumen penelitian yang berhubungan dengan materi fisika untuk mengukur nilai prestasi siswa, penelitipun ingin mengetahui respon siswa terhadap alat evaluasi yang baru dikembangkan ini. Menurut Arifin (2009 : 166) menyatakan bahwa angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal.

Angket yang diberikan berbentuk tertulis. Siswa diberikan angket yang berhubungan tentang bagaimana respon siswa tentang alat evaluasi tes peta konsep dan perbandingan dengan alat tes baku yang sudah sering dilakukan yaitu uraian. Angket ini mempunyai tujuan untuk memperkuat analisis hasil pengolahan data hasil penelitian.

Menurut Arifin (2009 : 166) menyatakan beberapa keuntungan angket antara lain:

a) Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relative lama, sehingga objektivitas dapat terjamin

b) Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny c) Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden

(29)

25

Angket dalam penelitian ini terbagi menjadi tujuan tentang bagaimana penggunaan alat evaluasi yang telah mereka lakukan. Peneliti membuat angket tersebut dengan mempertimbangkan dengan tujuan. Berikut kisi-kisi angket yang diberikan :

Tabel 3.6. Kisi-kisi Angket

Tujuan No Pertanyaan

Respon siswa terhadap alat evaluasi menggunakan peta konsep fill in

1. Apakah anda memahami mengenai peta konsep fill in ? 2. Apakah anda mengerti cara penilaian dari peta konsep fill in

?

3. Apakah anda sulit menjawab peta konsep fill in ?

4. Apakah dari peta konsep fill in anda dapat memahami konsep yang ditanyakan secara keseluruhan ?

5. Apakah lebih sulit mengerjakan peta konsep fill in daripada soal uraian ?

6. Apakah peta konsep fill in membantu anda mengingat konsep saat mengerjakan soal daripada soal uraian ?

Respon siswa terhadap alat evaluasi menggunakan peta konsep construct

7. Apakah anda memahami peta konsep construct ?

8. Apakah anda memahami maksud dari proporsi pada peta konsep ?

9. Apakah anda mudah menentukan proporsi yang bermakna dalam membuat peta konsep ?

10. Apakah anda memahami maksud dari hirarki pada peta konsep ?

11. Apakah anda mudah menentukan hirarki dalam membuat peta konsep ?

12. Apakah anda memahami maksud dari hubungan ikatan silang pada peta konsep ?

13. Apakah anda mudah menentukan hubungan ikatan silang dalam membuat peta konsep ?

14. Apakah anda memahami maksud dari contoh dalam peta

16. Apakah anda pernah membuat peta konsep sebelumnya ? 17. Apakah anda memahami penilaian peta konsep ? 18. Apakah anda sulit membuat peta konsep construct ?

19. Apakah anda lebih mudah membuat peta konsep construct daripada menjawab soal uraian ?

20. Apakah saat membuat peta konsep construct anda lebih memahami konsep dibandingkan dengan menjawab soal uraian ?

Respon siswa terhadap alat evaluasi menggunakan peta konsep construct

(30)

26

Tujuan No Pertanyaan

Respon siswa terhadap alat evaluasi menggunakan uraian

22. Apakah anda sulit memahami maksud dari soal uraian ? 23. Apakah anda sulit mengetahui hal yang diketahui dalam soal

uraian ?

24. Apakah anda sulit mengetahui hal apa yang ditanyakan dalam soal uraian ?

25. Apakah dalam soal uraian anda sulit menjawab pertanyaan dengan urutan yang benar ?

Respon siswa

26. Apakah anda lebih semangat mengerjakan penugasan dengan peta konsep fill in daripada uraian ?

27. Apakah wahktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan soal peta konsep fill in lebih lama dibandingkan soal uraian ? 28. Apakah waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan peta

konsep construct lebih lama dibandingkan soal uraian ? 29. Apakah anda lebih semangat mengerjakan penugasan dengan

peta konsep construct dari pada uraian ?

30. Apakah anda berharap peta konsep bisa dijadikan alat penelitipun melakukan wawancara. Hal ini dilakukan karena dalam melakukan angket terdapat beberapa kekurangan. Seperti yang dikatakan Arifin (2009 : 166) menjelaskan tentang kekurangan dari angket antara lain :

a) Ada kemungkinan angket diisi orang lain b) Hanya diperuntukkan bagi yang melihat saja

c) Responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada

Kekurangan tersebut ditanggulangi peneliti dengan melakukan wawancara. Tujuan dari wawancara secara umum adalah untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. Terdapat dua jenis tipe wawancara yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung.

(31)

27

pertanyaan tak berstruktur dan bentuk pertanyaan campuran. Penelitian ini menggunakan bentuk pertanyaan tak berstruktur.

Teknik wawancara pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu : a) Hasil pengolahan data dari ketiga jenis tes yang telah dilakukan

dianalisis setiap siswa

b) Hasil analisis dicari siswa yang mendapat penilaian terbaik pada tes peta konsep fill in, tes peta konsep construct dan tes uraian

c) Siswa yang dipilih dari poin b akan menjadi siswa yang diwawancara d) Selanjutnya peneliti mencari dari hasil pengolahan data siswa yang

mempunyai nilai paling rendah pada masing-masing tes.

e) Selain itu peneliti akan mewawancara siswa yang mempunyai nilai rata-rata dikelasnya pada masing-masing jenis tes

Dari tahapan diatas dapat disimpulkan, siswa yang akan diwawancara dikelompokan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah siswa yang mendapat nilai terbesar pada masing-masing jenis tes. Kelompok kedua adalah siswa yang terlihat hanya paling menonjol pada salah satu jenis tes saja. Kelompok ketiga adalah siswa yang mendapat nilai terkecil pada masing-masing jenis tes.

E. Analisis Instrumen Penelitian

1. Analisis Instrumen Penelitian Tes Uraian

Analisis instrumen penelitian uraian dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat instrumen tes uraian yang akan digunakan. Analisis instrumen ini meliputi validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

1.1. Uji Validitas

(32)

28

ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan tingkat kesahihan suatu instrumen. Rumus yang digunakan adalah korelasi produk momen dengan rumus :

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y x = skor variabel butir soal

y = skor total

n = banyak responden

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Menurut Arifin (2009 : 258) bahwa reabilitas merupakan tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Sedangkan menurut Arikunto (2010 : 178) mengemukakan bahwa reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Untuk mengukur reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, digunakan rumus alpha :

(33)

29

(Erman, 2003 : 154) Keterangan :

r11 = koefisien reabilitas

n = jumlah butir soal 1 = bilangan konstan

∑ = jumlah varians skor tiap item

= Varians skor total

Setelah diperoleh rhitung (r11) maka diinterpretasikan terhadap derajat

reabilitas. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reabilitas digunakan kriteria sebagai berikut .

Tabel 3.8. Interpretasi Reabilitas

Nilai r Interpretasi 0,81 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,61 ≤ r11 ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ≤ r11 ≤ 0,60 Cukup 0,21 ≤ r11 ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto , 2010 : 75)

1.3.Daya Pembeda Soal

Menurut Erman (2003 : 159) daya pembeda (DP) adalah daya beda butir soal yang menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar, dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut. Dengan kata lain daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

(34)

30

Kemudian, tentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda soal uraian digunakan rumus :

(Karno To, 1996 : 15) Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok (Atas / Bawah) Tabel 3.9. Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

Negatif – 10% Sangat Buruk, harus dibuang 10% - 19% Buruk, sebaiknya dibuang 20% - 29% Cukup

30% - 49% Baik

50% ke atas Sangat Baik 1.4.Tingkat Kesukaran Soal

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukurab seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah :

(Karno To , 1996 : 16)

Tabel 3.10. Interpretasi Tingkat Kesukaran

Nilai DP Interpretasi

0% – 15% Sangat sukar, sebaiknya dibuang 16% - 30% Sukar

31% - 70% Sedang 71% - 85% Mudah

(35)

31

Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Sama halnya dengan perhitungan daya pembeda, sebelum menghitung tingkat kesukaran soal terlebih dahulu mengurutkan soal dari skor total yang diperoleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yang terndah. Kemudian, tentukan kelompok atas dan kelompok bawah.

2. Analisis Instrumen Penelitian Tes Peta Konsep

Peta konsep yang dibuat siswa dianalisis melalui kriteria penilaian yang dikemukakan oleh Novak & Gowin (Yung, HW, 2006 : 2). Selain itu juga akan diperoleh skor peta konsep siswa. Penelitian peta konsep yang dibuat siswa dihitung menggunakan rumus dibawah ini :

Nilai prestasi belajar dengan menggunakan tes peta konsep dan tes uraian selanjutnya diubah kedalam persentase skor dengan menggunakan rumus 3.6. selanjutnya hasil persentase skor diinterpretasikan kedalam tabel 3.11.

Tabel 3.11. Interpretasi Nilai Prestasi Belajar

Nilai Prestasi Belajar Interpretasi 0% – 30% Sangat rendah

31% - 54% Rendah

55% - 74% Sedang

75% - 89% Tinggi

90% - 100% Sangat tinggi

(36)

32

3. Teknik Pengolahan Data 3.1.Uji Normalitas

Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Cara yang biasa dipakai untuk menghitung masalah ini adalah Chi Square. Langkah-langkah uji normalitas dengan chi kuadrat (X2) adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar distribusi frekuensi dari data yang berserakan ke dalam distribusi frekuansi data kelompok (jika data belum disajikan dalam table distribusi frekuensi kelompok).

2. Mencari rerata (mean) data kelompok ( ̅) dan simpangan baku (s)

3. Menentukan banyak interval kelas dan panjang kelas setiap interval digunakan aturan Struges yaitu :

- Menentukan banyak kelas (k) k = 1 + 3,3 log N . . . .(3.7)

- Menentukan panjang kelas interval (p)

. . . . (3.8)

4. Menentukan batas nyata (tepi kelas) tiap interval dan dijadikan sebagai

Xi (x1 x2, x3, . . . , xn). Kemudian lakukan konversi, setiap nilai tiap kelas (Xi) menjadi nilai baku z1 z2, z3, . . . , zn . Dimana nilai baku Zi ditentukan dengan rumus

̅

(Reksoatmodjo, 2007 : 29)

5. Menghitung luas kurva yang dibatasi oleh nilai z yang bersangkutan

. . . .(3.10)

(37)

33

l1 = luas daerah batas atas kelas interval l2 = batas daerah bawah kelas interval.

6. Menentukan frekuensi ekspektasi dengan selisih luas dikali dengan jumlah sampel

. . .(3.11)

7. Masukan frekuensi observasi (faktual) sebagai fo

8. Menghitung harga frekuensi dengan rumus Chi-Kuadrat:

∑ . . . .(3.12)

Keterangan : 2

hitung

 = chi kuadrat hasil perhitungan

= frekuensi observasi = frekuensi yang diharapkan

9. Membandingkan harga 2

hitung

maka data berdistribusi normal. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik parametrik. Jika 2 2

hitung tabel

  , maka data tidak berdistribusi normal. Uji statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik.

3.2.Analisis Regresi

(38)

34

Analisis regresi yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana. Pada regresi linear sederhana merupakan hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatifdan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Analisis regresi linear ini banyak digunakan untuk uji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Dalam penelitian ini hubungan fungsional yang akan dinyatakan, yaitu antara penggunaan tes peta konsep terhadap prestasi belajar, dan penggunaan tes uraian terhadap prestasi belajar. Penggunaan tes peta konsep terhadap prestasi belajar bertindak sebagai (X), penggunaan tes uraian terhadap prestasi belajar bertindak sebagai (Y). Persamaan umum untuk regresi linear ganda dengan dua variabel bebas adalah:

. . . .(3.13)

Dimana a adalah konstanta dan b adalah koefisien regresi, dapat dihitung dengan rumus:

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑

∑ ∑ ∑

∑ ∑

(Sudjana, 2005) 3.3.Analisis Korelasi

(39)

35

Analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering disebut

Product Moment Pearson. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1,

nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negative menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ √ ∑ ∑

(Sudjana, 2005 Nilai r’ yang diperoleh dapat diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel 3.12 di bawah ini.

Tabel 3.12 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi Nilai Koefisien

Korelasi Interpretasi

0.00 < r’ ≤ 0.20 Sangat Rendah 0.20 < r’ ≤ 0.40 Rendah 0.40 < r’ ≤ 0.60 Sedang 0.60 < r’ ≤ 0.80 Tinggi 0.80 < r’ ≤ 1.00 Sangat Tinggi

(Sugiyono, 2010) Setelah hasil diperoleh kemudian dilakukan pengujian signifikan koefisien korelasi dengan menggunakan uji t. Harga t hitung diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga t tabel. Jika harga thitung lebih besar dari t tabel, maka didapat hubungan positif.

(40)

36

F. Hasil Uji Instrumen

Berbeda dengan tes peta konsep, tes uraian ini selain melalui proses

judgement ahli melalui pula proses uji instrumen. Uji ini dilakukan di kelas XI

yang telah mendapat materi ini pada tingkat sebelumnya. Hasil dari uji instrumen didapatkan validitas menggunakan rumus 3.4 dan diinterpretasikan pada tabel 3.7, tingkat kesukaran menggunakan rumus 3.4 dan diinterpretasikan pada tabel 3.8, daya pembeda menggunakn rumus 3.3 dan diinterpretasikan pada tabel 3.9, dan reabilitas menggunakan rumus 3.4 dan diinterpretasikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.13. Hasil Uji Instrumen Tes Uraian Mata

No Soal

Tingkat

Kesukaran Kategori

Daya

Pembeda Kategori rxy Kriteria Validitas

1 75% Mudah 50% Sangat

Data yang telah diolah dari uji instrumen akan menghasilkan jenis-jenis soal berdasarkan kriteria yang didapatkan. Hasil pengolahan data uji instrumen akan menjadi pertimbangan peneliti apakah soal tersebut akan dipakai, dibuang atau di revisi. Uji instrumen yang telah dilakukan mendapatkan reabilitas soal sebesar 0,74 dengan criteria tinggi. Keputusan untuk semua soal yang telah dilakukan uji instrumen akan dipakai semuanya.

(41)

37

dilakukan agar mendapat kriteria soal sebagai pertimbangan soal akan dipakai, direvisi atau dibuang

Tabel 3.14. Hasil Uji Instrumen Tes Uraian Mata

No Soal

Tingkat

Kesukaran Kategori

Daya

Pembeda Kategori rxy Kriteria Validitas

1 44% Sedang 38% Baik 0,80

Valid

Tinggi

2 39% Sedang 47% Baik 0,86 Tinggi

3 43% Sedang 31% Baik 0,77 Tinggi

4 45% Sedang 28% Cukup 0,70 Tinggi

5 31% Sedang 29% Cukup 0,82 Tinggi

6 30% Sukar 21% Cukup 0,93 Sangat

tinggi

r tabel (0,05 ;16) 0,497

Reliabilitas 0,86

Kriteria Tinggi

(42)

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketiga jenis tes yang digunakan mempunyai keunggulan dan kekurangan yang berbeda-beda. Pada tes uraian yang sering digunakan saat ini adalah untuk mengukur pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang akan ditanyakan dan guru dapat membuat batasan sedalam apa pemahaman materi yang diharapkan. Kekurangan dari alat tes ini adalah tidak dapat mengungkapkan pemahaman siswa secara menyeluruh apabila menggunakan satu soal saja. Tes peta konsep fill in lebih kepada mengukur pemahaman siswa C2 dan C3 dalam penelitian ini terlihat bahwa tes ini seperti tes objektif. Tes peta konsep construct dapat melihat pemahaman siswa secara menyeluruh dari suatu materi dan peta konsep construct yang dapat menjadi bahan belajar siswa selanjutnya.

1. Hasil penelitian yang didapatkan dari tes peta konsep fill ini secara keseluruhan nilai persentase skor siswa dari semua indikator adalah 80, 83 % menunjukan kategori tinggi. Hasil penelitian tes peta konsep construct mempunyai nilai sebesar 69% menunjukkan kategori sedang. Hasil penelitian tes uraian seluruhnya adalah 80,13% menunjukkan kategori tinggi.

2. Hasil yang didapatkan selanjutnya dicari perbandingannya dari berbagai aspek penilaian

2.1.Perbandingan nilai rata-rata siswa didapatkan bahwa siswa yang menonjol pada tes peta konsep fill in lebih banyak dibandingkan dengan tes lainnya.

(43)

98

2.3.Perbandingan hasil penilaian materi cacat mata terlihat siswa lebih menonjol pada tes peta konsep construct yaitu sebanyak 25 siswa. 2.4.Perbandingan penilaian setiap indikator dilihat dari nilai rata-rata kelas

yang didapatkan terlihat pada indikator 1.1 hingga indikator 1.3 menunjukkan nilai rata-rata kelas untuk tes peta konsep fill in lebih besar dibandingkan dengan tes uraian.

3. Perbandingan pencapaian prestasi belajar dari hasil penelitian dan nilai rata-rata fisika menunjukkan untuk tes peta konsep fill in mencapai peningkatan sebanyak 17 siswa dan untuk tes peta konsep construct jumlah siswa yang tidak berubah ketercapaian lebih banyak.

4. Analisis korelasi menunjukkan pada materi mata rhitung didapatkan 0,947

dan pada materi cacat mata rhitung didapatkan 0,956 dan hasil interpretasi

didapatkan sangat tinggi dan signifikan. Hasil regresi untuk materi mata Y = 5,181+ 0,900 X dan untuk materi cacat mata Y = 35, 895 + 0,700 X. 5. Respon siswa merasa lebih sulit mengerjakan tes peta konsep fill in

dibandingkan dengan tes uraian. Tes peta konsep construct membuat siswa lebih memahami konsep dan peta konsep ini selanjutnya dapat dibuat alat belajar dibandingkan dengan hasil jawaban uraian.

B. Saran

Karena penelitian ini merupakan langkah awal calon peneliti lain yang akan lebih mendalami masalah ini. Maka, peneliti ingin memberikan saran terhadap calon peneliti yang akan meneliti permasalahan yang serupa.

1. Carilah materi fisika yang lebih banyak pemahaman kepada konsep dibandingkan dengan rumus.

2. Pada penelitian kali ini hanya melihat profil ketercapaian prestasi belajar siswa. Untuk itu, pada penelitian selanjutnya dapat menganalisis kedua jenis tes lebih dalam.

(44)

99

DAFTAR PUSTAKA

Asep Hermawan. (2008). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT. Grasindo.

Arifin, Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : BSNP

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Dahar, R.W. (1996). Teaching Science Through Discovery. New York : Macmillan Publishing Company

Depdiknas. (2003). UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta

Erman . (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA

Himangshu, S dan Widera, A.C. (2010). “Beyond Individual Clasroom : How

Valid Are Concept Maps For Large Scale Assessment?”. Univ Chicago,

Viña del Mar, Chile, 2010

Hopkins, Frances L. (1981). Century of Bibliographic Instruction : the historical

claim to professional and academic legitimacy. College and Research

(45)

100

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengenalan Ke Program Komputer

ANATES). Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP

IKIP.

Linn, R.L & Gronlund, N.E. (1995) Measurement and Assessment in Teaching

Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall

Mantra, Ida Bagus . (2004). Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Pustaka Pelajar

Nitko, A.J. (1996). Educational Assesment of Students, Second Edition, New Jersey : Engelwood Cliffs.

Novak JD dan Godwin DB. (1985). Learning How to Learn. New York : Cambridge University Press

………., Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 41

tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan dasar dan

menengah

………., Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

Said Hamid Hasan, (1988). Evaluasi Kurikulum, P2LPTK, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta

Sairan, endah Tri Susanti. (2008). Hubungan Kemampuan Siswa Membuat Peta

Konsep dengan Hasil Belajar pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia.

(46)

101

Sudjana, D. (2001). Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Falah Production

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Syah. 1999 Peta Konsep Meningkatkan Prestasi Belajar. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UNY

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

(47)

102

(48)

103

103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113

114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124

125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135

136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ..........................................................................
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Peta Konsep Fill In Ranah
Tabel 3.3. Aspek Penilaian Peta Konsep Construct Ranah No
+7

Referensi

Dokumen terkait

13 Dengan adanya Program Keluarga Harapan yang ada di Dusun Wareng Kepek Saptosari Gunungkidul yang kenyataannya merupakan salah satu wilayah miskin di DIY membuat peneliti

Salah satu faktor penyebab banjir adalah perubahan alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan berubah menjadi perumahan dan akan dapat menimbulkan dampak

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh dengan arus puncak ekspirasi pada siswa-siswi di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

Pengujian akurasi sistem terhadap data alternatif karyawan dilakukan dengan cara membandingkan hasil perankingan sistem dengan perankingan manual dari pengambil

Berdasarkan analisis tanah menunjukan bahwa tanah di lahan lebak tergolong masam dengan pH (4,17), dengan tingkat kesuburan tanah rendah, sehingga pupuk anorganik

Pemakaian bahan-bahan kimia diatas sebagai koagulan dalam pengolahan limbah cair misalnya industri tahu, dapat menimbulkan suatu kendala, yakni: banyaknya endapan lumpur

Penelitian bertujuan untuk mengetahui lama fermentasi ketela pohon yang paling baik untuk menghasilkan kadar etanol yang tinggi dengan mesin destilator model reflux.