• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PAI

DI SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : ENDANG NIM 1110011000018

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.I)

Oleh:

Endang

NIM: 1110011000018

Menyetujui, Pembimbing

Tanenji, MA

NIP :19720712 199803 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 3 Tangerang Selatan” yang disusun oleh Endang. NIM. 1110011000018, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 16 September 2014

Yang mengesahkan, Pembimbing,

Tanenji, MA

(4)

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 3 Tangerang Selatan” yang ditulis oleh Endang. NIM : 1110011000018. Jurusan Pendidikan Agma Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullaj Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 16 September 2014.

Jakarta, 16 September 2014

(5)
(6)

i PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelasVIII-8 dan kelas VIII-5 SMP N 3 Tangerang Selatan. Kelas VIII-8 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode Group Investigation dan siswa VIII-5 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode Puzzle. Instrument yang digunakan adalah tes hasil belajar. Soal tes hasil belajar yang digunakan sebanyak 40 soal berbentuk pilihan ganda dan setelah melalui proses uji validitas, terdapat 25 soal yang valid dengan reliabilitas 0,76 dan termasuk kategori tinggi atau dengan kata lain instrumen ini layak digunakan dalam penelitian. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 0,05%.

Temuan hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan metode Group Investigation terhadap hasil belajar PAI siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu

2,4 > 2,000 dengan taraf signifikasi 0,05 %. Selain itu di lihat dari hasil perhitungan post test kelas eksperimen yang menggunakan metode Group Investigation (nilai rata-rata 86) menunjukan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode Puzzle (nilai rata-rata 75). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode mengajar di Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar PAI siswa.

(7)

ii

ABSTRACT

Endang. NIM 1110011000018. Effect of Cooperative Learning Strategies Group Investigation to the Student Results on Subjects of PAI at Junior High School 3 Tangerang South..

One characteristic of batik from Cirebon are not found anywhere else is the motive of "Mega Clouds", which is shaped like a cloud motif lumpy which usually form a frame on the main picture. Class VIII-8 as an experimental class using Group Investigation and the student class VIII-5 as a control by using a Puzzle. Instrument used is the achievement test. Achievement test used by 40 multiple choice questions of the test there are 25 questions were valid and reliability 0.76 including high category or in other words, these instruments are fit for use in research. Analysis using statistical methods test "t" (difference test), to test the hypothesis of the research carried out consultation on distribution table "t" at the significance level of 0.05%.

The findings of this research is the influence of the use of methods of Group Investigation on learning outcomes of students of PAI. It is shown from the results of hypothesis testing using t-test obtained tcount> ttable ie 2,4 > 2.000 with a significance level of 0.05%. In addition, in view of the results of post-test calculations using the experimental class were Group Investigation (average value 86) showed higher values than the control class that uses Puzzle method (average value 75). From this study it can be concluded that the method of teaching in the Group Investigation effect on student learning outcomes PAI.

(8)

iii

Al-hamdulillahi rabibbil-‘aalamiin. Puji syukur atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang telah memberikan kelapangaan kepada penulis sehinnga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shali ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan dan suri tauladan umat manusia, Nabi Muhammad saw, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah swt. Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Sutarmin dan Ibunda Supriati, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis tentang kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.

Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majjid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Tanenji, MA. Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi kepada penulis.

(9)

iv 6. Ibu Chairunnisa S.Pd. Guru PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan yang telah

memberikan saran dan pengarahan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. 7. Mamas-mamas ku tersayang Arifuddin, Ardiyansyah dan Ariswana yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis secara moril maupun nonmoril.

8. Abang Mursal Darwis S.SI yang selalu memberikan nasehat yang terdengar indah dan menggugah, yang selalu memberikan kritikan meskipun menyakitkan, dan yang telah mengubah hidup penulis dengan berusaha lebih serius.

9. Sahabat-sahabat ku Septia Rahayu, Alis Arsita, Suprapti, Siti Maesaroh, Uni Fadlilah, Siti Pujiati dan Yully Khusniah serta sahabat PAI angkatan 2010 yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan penelitian.

10. Adik-adik SMP N 3 Tangerang Selatan yang telah mendukung proses berjalannya penelitian.

Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan, harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

.

Jakarta, 23 Oktober 2014 Wasalam,

(10)

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

ABSTRAK. ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... …… 1

B. Identifikasi Masalah ... …… 6

C. Pembatasan Masalah ... …… 7

D. Perumusan Masalah ... …… 7

E. Tujuan Penelitian ... …… 8

F. Manfaat Penelitian ... …… 8

BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 13

(11)

vi

4. Aturan Dasar Pembelajaran Kooperatif ... 15

5. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif ... 16

6. Tujuan Pembelajaran kooperatif ... 17

B. Metode Pembelajaran Group Investigation ... 18

1. Pengertian Metode Pembelajaran Group Investigation ... 18

2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Group Investigation 19 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Group Investigation ... 20

C. Metode Pembelajaran Puzzle ... 21

D. Hasil Belajar Siswa ... 22

1. Pengertian Hasil Belajar ... 22

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar... 25

3. Kriteria Pengukuran Hasil belajar ... 27

E. Hakekat Pendidikan Agama Islam ... 28

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

G. Kerangka Pikir ... 31

H. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Metode dan Desain Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

(12)

vii

G. Uji Coba Instrumen ... 40

1. Uji Validitas ... 40

2. Uji Reliabilitas ... 41

3. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 42

4. Daya Pembeda ... 42

H. Teknis Analisis Data ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Homogenitas ... 44

3. Uji Hipotesis ... 45

I. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Profil SMP N 3 Tangerang Selatan ... 47

1. Sejarah Singkat Sekolah ... 47

2. Kategori Kelas ... 47

3. Identitas, Georafis, dan Sarana Prasarana ... 48

4. Visi, Misi dan Motto ... 48

5. Guru dan Tenaga Kependidikan... 49

6. Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ... 53

7. Sarana dan Prasarana... 53

B. Deskripsi Data ... 56

1. Hasil Uji Validitas Soal ... 56

2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 56

3. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 56

(13)

viii

C. Kegiatan Pembelajaran... 57

1. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen (Metode Group Investigation) ... 57

2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol (Metode Puzzle) ... 58

D. Deskriptif Data ... 59

1. Data Hasil Belajar PAI Siswa ... 60

E. Pengujian Persyaratan Analisis ... 73

F. Uji Homogenitas ... 74

G. Pengujian hipotesis dan pembahasan ... 75

1. Uji Hipotesis Penelitian ... 75

2. Pembahasan hasil penelitian... 76

H. Keterbatasan penelitian. ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... xi

(14)

ix

Tabel 3.1 Tabel desain penelitian pre-test dan post test kontrol group design ... 37

Tabel 3.2 Tabel matrik variable. ... 38

Tabel 3.3 Tabel kriteria reliabilitas soal ... 41

Tabel 4.1 Tabel daftar Kepala Sekolah SMP 3 Tangerang Selatan... 47

Tabel 4.2 Tabel jenjang Pendidikan dan Status Guru ... 50

Tabel 4.3 Tabel data Jumlah Guru dan Statusnya ... 51

Tabel 4.4 Tabel jenjang Pendidikan Tenaga Administrasi (TU) dan Statusnya 52 Tabel 4.5 Tabel tenaga Perpustakaan dan Laboratorium ... 52

Tabel 4.6 Tabel jumlah Siswa SMP N 3 Tangerang Selatan... 53

Tabel 4.7 Tabel sarana dan Prasarana ... 53

Tabel 4.8 Tabel klasifikasi tingkat kesukaran butir soal 56

Tabel 4.9 Tabel klasifikasi tingkat daya pembeda ... 57

Tabel 4.10 Tabel nilai Hasil pre-tes eksperimen ... 60

Tabel 4.11 Tabel disribusi hasil pre-tes ekperimen ... 61

Tabel 4.12 Tabel nilai hasil pre-tes kontrol ... 62

Tabel 4.13 Tabel disribusi hasil nilai pre-tes kontrol ... 64

Tabel 4.14 Tabel nilai Hasil post-tes eksperimen... 65

Tabel 4.15 Tabel disribusi hasil nilai pos-tes ekperimen ... 67

Tabel 4.16 Tabel nilai post-tes kontrol ... 68

Tabel 4.17 Tabel disribusi hasil post-tes ekperiimen ... 70

Tabel 4.18 Tabel keterangan diagran hasil pre-tes kelas ekperimen dan kontrol... 71

Tabel 4.19 Tabel keterangan diagran hasil post-tes kelas ekperimen dan kontrol... 72

Tabel 4.20. Tabel hasil uji normalitas pre-tes ekperimen dan kontrol ... 73

Tabel 4.21 Tabel hasil uji normalitas post-tes ekperimen dan kontrol ... 74

Tabel 4.22 Tabel hasil uji homogenitas ... 74

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram frekuensi nilai pre-tes kelas ekperimen. ... 61

Gambar 4.2 Diagram frekuensi nilai pre- tes kelas kontrol ... 64

Gambar 4.3 Diagram frekuensi nilai post-tes kelas kontrol. ... 67

Gambar 4.4 Diagram frekuensi nilai post-tes kelas ekperimen. ... 69

Gambar 4.5 Diagram frekuensi hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 70

(16)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Hakikat manusia hidup di dunia ini adalah untuk belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap. Belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, yang merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar.

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik.1

Menurut Trianto, Anthony Robins mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.2

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian

1

Asep Jihad., Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi PressIndo, 2008), h. 1.

2

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada, 2010),

(17)

2

makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi personal.3

Ahli pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai berikut: belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, timbul dan berkembangnya sifat-sifat sosial, susila dan emosional.4

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.

1. James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. 2. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior

as a result of experienc. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

3. Howard L. Kingkey bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. 4. Drs. Slameto merumuskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.5

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar berbeda dengan pertumbuhan dewasa, dimana perubahan tersebut dari hasil genetik. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan dengan berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi dan gabungan dari aspek-aspek tersebut.6

3

Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), h. 6.

4

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 256. 5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet 2, h. 13. 6

Sudjana, nana. Teori-Teori Belajar dan Pengajaran, (Jakarta: Lembaga Penerbit

(18)

Sedangkan pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.

Proses pembelajaran pada prinsipnya proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun demikian dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreatifitas peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan intelektual saja serta proses pembelajaran terpusat pada guru di kelas, sehingga keberadaan peserta didik hanya menunggu uraian guru kemudian mencatat dan menghafalnya.7

Dalam kegiatan belajar, Sardiman menjelaskan bahwa Rousscau memberi penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dengan bekerja sendiri, dan dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.8 Hal ini menunjukan setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa ada aktifitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari peserta didik tidaklah mudah. Proses pembelajaran memposisikan siswa sebagai pendengar yang mengakibatkan proses pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan peserta didik malas belajar. Sikap peserta didik yang pasif tidak

7

Zurinal., Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Jakarta dan Jakarta Press, 2006), h. 117-118.

8

(19)

4

hanya terjadi pada satu mata pelajaran saja tetapi hampir pada semua mata pelajaran termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI).

Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar peserta didik. Keberhasilan peserta didik dalam belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu faktor eksternal yaitu metode pembelajaran, guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran harus mampu membuat siswa aktif dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran aktif guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. Faktor internal dalam belajar meliputi bakat, minat, motivasi, dan kemampuan peserta didik. Kemampuan awal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keanekaragaman kemampuan peserta didik yang ada akan berpengaruh terhadap penguasan meteri pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas, dengan demikian guru diharapkan dapat memilih metode yang baik dan tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif.

(20)

Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Salah satu starategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dalam kelompok. Selama belajar kooperatif, siswa akan memiliki ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti keterampilan menjadi pendengar aktif, keterampilan memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan lain sebagainya.

Pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada pandangan bahwa setiap peserta didik mempunyai perbedaan-perbedaan dan persamaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah untuk dipertentangkan atau dipisahkan, melainkan harus diintegrasikan. Seorang peserta didik yang cerdas, dapat disatukan dengan peserta didik yang kurang cerdas, sehingga peserta didik yang kurang cerdas dapat dibantu oleh peserta didik yang cerdas. Demikian pula persamaan yang dimiliki antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya dapat disinergikan sehingga dapat saling menunjang secara optimal.9 Pembelajaran kooperatif berpotensi menjadikan kelas sebagai tempat yang produktif dan menyenangkan, dimana siswa bisa belajar bekerja sama dan bekerja sama dalam belajar.10

Terkait dengan berbagai variasi dalam model pembelajaran kooperatif, yang diantaranya adalah Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS), Jigsaw (tim ahli), dan Group Investigation (GI). Akan tetapi di dalam penelitian ini penulis menggunakan

9

Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2009), h. 155. 10

(21)

6

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (investigasi kelompok).

Metode pembelajaran Group Investigation merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan proyek investigasi kelompok, dimana siswa akan diberi proyek investigasi terkait dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi pokok yang diberikan.

Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya menghasilkan buah karya kelompok. Model pembelajaran ini dilakukan dengan 6 tahap, yaitu: seleksi topik, merencanakan kerjasama, implementasi, analisis dan sistesis, penyajian hasil akhir dan evaluasi.11

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 3 TANGERANG

SELATAN”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa masalah diidentifikasikan, sebagai berikut:

1. Pada proses pembelajaran, guru kurang melakukan variasi-variasi metode pembelajaran, hal ini menyebabkan pembelajaran berlangsung secara monoton dan mengakibatkan siswa menjadi jenuh. Hal ini terlihat dari

11

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa

(22)

hasil observasi bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan penugasan.

2. Rendahnya perhatian dan partisipasi siswa dalam pembelajaran PAI, hal ini berdasarkan hasil observasi yang menyatakan bahwa siswa lebih senang mengobrol dengan temannya, siswa lebih banyak mendengar dan mencatat dan siswa enggan untuk bertanya.

3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI yang diperoleh masih banyak yang dibawah Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) yang telah ditentukan.

4. Siswa masih dianggap sebagai objek belajar yang tidak memiliki potensi dan pengetahuan. Hal ini didasarkan pada hasil observasi bahwa siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan pengetahuannya sendiri, siswa cenderung pasif dan lebih banyak mendapatkan pengetahuan dari apa yang disampaikan guru.

C.

Pembatasan Masalah

Dari pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah dan agar penelitian ini mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan, maka dalam penulisan penelitian ini, penulis membatasi masalah ini pada:

1. Pemilihan metode Group Investigation dalam pembelajaran PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dengan materi menghindari perilaku tercela.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

(23)

8

2. Bagaimana hasil belajar setelah menggunakan metode Group Investigation?

3. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode Group Investigation terhadap hasil belajar PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan?

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation?

2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar setelah menggunakan metode Group Investigation?

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode Group Investigation terhadap hasil belajar PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan?

4.

Manfaat Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan penelitian Metode Group Investigation ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan referensi dan dapat menjadi solusi kepada peneliti dalam mengembangkan metode pengajaran khususnya untuk mata pelajaran PAI sehingga peneliti dapat menerapkan metode pengajaran yang lebih bervariasi kepada para siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peserta Didik

(24)

4) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bervariasi serta dapat memperoleh pengalaman belajar.

5) Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada setiap siswa.

6) Membuat siswa mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam diskusi kelompok.

b. Bagi Guru

1) Menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2) Memberikan masukan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

3) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menghidupakn suasana belajar di kelas.

4) Mendorong guru untuk mempersiapkan metode belajar yang bervariasi dalam setiap pembelajaran sehingga membuat belajar mengajar lebih menyenangkan.

c. Bagi Sekolah

Memberikan masukan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar mata pelajaran PAI khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya agar hasil ketuntasan menjadi meningkat.

d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Memberikan masukan kepada peneliti lain mengenai metode Group Investigation sehingga dapat diteliti lebih lanjut mengenai

(25)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.

Strategi Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.12

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.13

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi dan saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.14

12

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), h. 41. 13

Agus Suprijono, Cooperatif Learning dan Teori Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2009), h. 54. 14

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(26)

Slavin mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan dari kelompok tergantung dari kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.15

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada tim (kelompok). Pada pembelajaran kooperatif ini peserta didik berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak kurang lebih 4 sampai 5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus turut terlibat, karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu.16

Sehubungan dengan pengertian tersebut, penulis menambahkan bahwa belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.

Sebuah analisis penelitian menunjukan, dalam kelompok siswa-siswa akan belajar lebih cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-anggota kelompok sehingga mereka bekerja lebih efektif. Akan tetapi ada beberapa keterbatasannya. Beberapa siswa yang pandai tidak menikmati manfaat dari pengalaman belajar berkelompok, dan bagi mereka proses social yang terjadi di dalam kelompok sebenarnya merupakan hambatan bagi kegiatan belajar mereka. Namun keuntungan

15

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperatif Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 4. 16

Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung : HDP

(27)

12

kerja kelompok ini terletak pada perubahan yang menyangkut motivasi, emosi dan sikap.17

Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunya kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain, sehingga semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relative sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya dan belajar secara bekerjasama. Pada saat proses pembelajaran, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator dan menejer pembelajaran.18

Strategi pembelajaran kooperatif tampak akan dapat melatih peserta didik untuk mendengar pendapat-pendapat orang lain dan menyimpulkan dalam suatu pendapat, belajar untuk saling tolong menolong, pendidik membentuk peserta didiknya untuk mudah memahami materi dan sesama peserta didik saling membantu. Hal ini memang sangat dianjurkan dalam Al-Qur’an untuk saling tolong menolong yang dijelaskan dalam surat At-Taubat ayat 71 :





























































17

Mukhtar., Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang Berhasil, (Jakarta: Sasama

Mitra Suksesa, 2002), h. 49. 18

Masitoh., Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral

(28)

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.

mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang

munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah

dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. At-Taubah: 71).19

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan peserta didiknya untuk belajar bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada, dengan bentuk kelompok kecil, yang bertujuan untuk mengasah imajinasi peserta didik, yang memiliki tingkat kemampuan dengan latar belakang yang berbeda, mulai dari tingkat kemampuan yang tinggi, sedang maupun yang rendah. Serta dapat melatih peserta didik untuk bisa berinteraksi dengan baik antar sesama, akan menciptakan pribadi-pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab dan mampu menghargai pendapat orang lain.

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya mengungkapkan pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok, perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap peserta didik akan saling membantu dalam belajar, karena mereka ingin semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan, perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi peserta didik untuk berfikir mengolah informasi.20

19

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, (Jakarta: Departemen Agama, 2007), h. 198. 20

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(29)

14

Adapun karakteristik atau pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: 21

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap peserta didik belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu 1) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. 2) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. 3) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

c. Kemampuan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang maksimal.

d. Keterampilan bekerja sama

Keterampilan bekerja sama itu dipraktkikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, peserta didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan

21

(30)

berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran koopertif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Peserta didik yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.

3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif

Dalam menggunakan model pembelajaran, ada beberapa konsep dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat pasif

d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut

i. Kepuasan dalam belajar.22

4. Aturan Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kelompok mempunyai aturan dasar, yaitu:

a. Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Siswa mengajukan pertanyaaan kepada kelompoknya sebelum menayakan kepada gurunya.

22

(31)

16

c. Siswa harus memberikan umpan balik pada ide-ide temannya dan siswa dianjurkan untuk menghindari pemberian kritik.23

5. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif

Sebagai suatu ketrampilan belajar, ketrampilan kooperatif memiliki tingkat-tingkat, yaitu:

a. Ketrampilan kooperatif tingkat awal 1) Menggunakan kesepakan

2) Menghargai pendapat 3) Menggunakan suara pelan

4) Mengambil giliran dan berbagi tugas 5) Berada dalam kelompok

6) Berada dalam tugas 7) Mendorong partisipasi

8) Mengundang orang lain untuk berbicara 9) Menyelesaikan tugas tepat waktu

10) Menyebut nama orang memandang pembicara 11) Mengatasi gangguan

12) Menolong tanpa member jawaban 13) Menghormati perbedaan induvidu b. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah

1) Menunjukakan penghargaan dan empati

2) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima 3) Mendengarkaan secara aktif

4) Bertanya

5) Menggunakan pesan “saya”

6) Membuat ringkasan 7) Menafsirkan

8) Mengatur dan mengotganisasi

23

(32)

9) Memeriksa ketepatan 10) Menerima tanggung jawab 11) Menggunakan kesabaran

12) Tetap tenang atau mengurangi ketegaangan c. Ketrampilan kooperatif tingkat mahir

1) Mengelaborasi

2) Memeriksa secara cermat 3) Menanyakan kebenaran 4) Menganjurkan suatu posisi 5) Menetapkan tujuan

6) Berkompromi

7) Menghadapi masalah khusus.24

6. Tujuan Pembelajaran kooperatif

Tujuan pokok belajar kooperatif memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.25

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang sangat penting, yakni:

1) Prestasi akademik

Meskipun pembelajaram kooperatif mencangkup bebagai tujuan sosial, namun pembelajaraan kooperatif dapat juga digunakan untuk meningkatkan pretasi akademik.

2) Penerimaan akan keanakaragaman

24

Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung: HPD Press. 2012), h. 63-64.

25

(33)

18

Efek penting ke dua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya.

3) Pengembangan ketrampilan sosial

Efek penting ke tiga adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.26

B.

Metode Pembelajaran

Group Investigation

1. Pengertian Metode Pembelajaran Group Investigation

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. strategi ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

Dalam metode pembelajaran Group Investigation, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dimana dalam pembelajaran ini memberi kebebasan kepada pembelajar untuk berpikir secara analitis, kreatif, reflektif, dan produktif.27

Menurut Sharan metode Group Investigation lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa dari pada menerapkan tehnik-tehnik

26

Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung: HPD Press. 2012), h. 63.

27

(34)

pengajaran di ruang kelas. Dalam metode Group Investigation siswa diberi kontrol dan pilihan penuh dan merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi. Menurut Rusman, Mafun menjelaskan bahwa metode Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. 28

Dalam penjelasan di atas bahwa metode Group Investigation adalah dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun

dalam kelompok. Dimana dalam pembelajaran Group Investigation

menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari.

2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Group Investigation a. Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok

1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengategorikan saran-saran.

2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih.

3) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari

1) Para siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang akan kita pelajari?

Bagaimana kita mempelajarinya?

Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? c. Melaksanakan investigasi

1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan

28

Dr. Rusman M. Pd, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

(35)

20

2) Setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya

3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintensis semua gagasan.

d. Menyiapkan laporan akhir

1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari pembahasan mereka

2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka

3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi

e. Mempresentasikan laporan akhir

1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai bentuk 2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran

secara aktif

3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah di tentukan seluruhnya oleh anggota kelas.

f. Evaluasi

1) Para siswa saling memberi umpan balik mengenai topik tersebut 2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran

siswa

3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. 29

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Group Investigation

Penulis menambahkan kekurangan dan kelebihan strategi pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut:

29

(36)

a. Kelebihan :

1) Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif

2) Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling memahami dan menghormati (demokrasi)

3) Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

4) Dapat menumbuhkan sikap saling bekerjasama antar siswa

b. Kelemahan:

1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah

2) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai

3) Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama. 4) Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik.30

C.

Metode Pembelajaran

Puzzle

Mendesain tes uji pada teka-teki silang mengundang keterlibatan dan partisipasi langsung. Teka-teki silang dapat diselesaikan secara individu atau secara tim.

Prosedur pelaksanaaan Puzzle yaitu :

1. Mencurahkan gagasaan (brainstorming) beberapa istilah atau nama-nama kunci yang berkaitan dengan pelajaran studi yang telah diselesaikan.

2. Susunlah teka-teki silang sederhana, yang mencangkup item-item sebanyak yang didapatkan. Hitamkan kotak-kotak yang tidak diperlukan. (catatan : jika terlalu sulit untuk membuat teka-teki silang,

30

(37)

22

deselangi dengan item-item yang menyenangkan, yang tidak berkaaitan dengan pelajaran).

3. Buatlah contoh-contoh item-item silang, gunakan di antara macam-macam berikut ini :

a) Definisi pendek, contohnya : tes yang digunakan untuk menentukan reliabilitas

b) Kategori yang sesuai dengan item, contohnya : jenis gas c) Lawan kata, contohnya : lawan kata dari haram

4. Bagikan teka-teki kepada peserta didik, baik secara individual maupun secara tim.

5. Tentukan batasan waktu. Serahkan hadian kepada individu atau tim dengan benda yang paling konkret.31

Metode pembelajaran aktif Puzzle dapat divariasikan sebagai berikut : a) Perintahkan seluruh kelompok bekerja secara kooperatif untuk

menyelesaikan teka-teki silang.

b) Sederhanakan teka-teki silang dengan menentukan satu kata yang menjadi kuncu untuk seluruh pelajaran. Tulislah teka-teki itu secara saling horizontal. Gunakan kata yang meringkas poin-pooin lain dalam sesi latihan dan susunlah kata itu secara vertical ke dalam kata kunci.32

D.

Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu

kata “hasil” dan “belajar”, menurut kamus besar bahasa Indonesia kata “hasil” adalah sesuatu yang diperoleh dengan usaha. Sedangkan kata “belajar” adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu

31

Mel, Silberman. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), h. 246-246.

32

(38)

dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.33

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.34

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman-pengalaman belajarnya.35 Menurut Muhibin Syah hasil belajar adalah Perubahan sebagai akibat pengalaman belajar dan proses belajar siswa.36

Dari teori yang dikemukakan para ahli tentang hasil belajar tersebut di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dapat dicapai oleh siswa setelah diadakan proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu dan materi penyajian yang tertentu pula sebagai akibat pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang telah disusun dalam indikator pembelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dapat dilihat dari tiga kategori ranah yaitu:

a) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

b) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau

33

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1984), h. 81 34

Asep Jihad., Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Multi PressIndo, 2008), h. 14.

35

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2009, hlm. 22

(39)

24

reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c) Ranah Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Dalam penelitian ini hasil belajar menurut teori Taksonomi Bloom dibatasi dengan ranah kognitif saja. Beberapa kemampuan kognitif antara lain:

a) Pengetahuan, tentang suatu materi yang dipelajari. b) Pemahaman, memahami makna materi

c) Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan teoritis yang prinsip

d) Analisa, sebuah proses analisis teoritis dengan menggunakan kemampuan akal

e) Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan konsep baru

f) Evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi pengetahuan.

[image:39.595.122.513.100.685.2]

Untuk mengukur dan memperoleh data hasil belajar peserta didik adalah mengetahui garis-garis besar indikator yang dikaitkan dengan jenis hasil belajar yang hendak diukur. Agar memudahkan dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang dipandang tepat, berikut adalah tabel penyusunan jenis, indikator dan evaluasi hasil belajar.37

Tabel 2.1

Penilaian Dalam Ranah Kognitif Ranah /Jenis hasil

belajar

Indikator Cara evaluasi

Ranah Kognitif 1. Pengetahuan

1. Dapat menjelaskan 2. Dapat menunjukkan

1. Tes tertulis 2. Observasi

37

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 2008),

(40)

2. Pemahaman

3. Penerapan

4. Analisis

5. Sintetis

6. Evaluasi

3. Dapat menyebutkan

1. Dapat menjelaskan 2. Dapat menguraikan 3. Dapat membedakan

1. Dapat menentukan 2. Dapatmenerapkan

atau memberikan contoh

3. Dapat

menggambarkan

1. Dapat menguraikan 2. Dapat menemukan 3. Dapat

menyimpulkan

1. Dapat melengkapi 2. Dapat

menyimpulkan 3. Dapat membentuk

1. Dapat membuktikan 2. Dapat

Menyimpulkan

1. Tes tertulis 2. Observasi

1. Pemberian tugas

1. Tes tertulis 2. observasi

1.Tes tertulis 2.observasi

1. Tes tertuli 2. Pemberian

tugas

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

(41)

26

Adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yakni:

1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yang menyangkut keadaan jasmani individu, yaitu keadaan jasmani, keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera.

2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yang berasal dari dalam diri siswa seperti kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, sikap dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal Siswa

Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktor sosial adalah hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, diantaranya yaitu keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non sosial yaitu lingkungan alam dan fisik seperti keadaan gedung dan letaknya, rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive.38

Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang akan diperoleh dalam pencapaian tujuan.

38

(42)

3. Kriteria Pengukuran Hasil belajar

Untuk mengetahui baik buruknya hasil belajar peserta didik maka diperlukan suatu tindakan yaitu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Tardif, evaluasi adalah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.39 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi sangat diperlukan dalam pendidikan dan pengajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dicapai peserta didik.

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran menempuh tiga fase yaitu:

a. Pre tes (tes awal)

Dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat kemampuan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang akan dipelajari. b. Proses-Proses

pembelajaran yang dilakukan pendidik berpegang pada program kegiatan

c. Post tes (tes akhir evaluasi)

Materi pembelajaran yang diteskan dalam evaluasi sama dengan pre tes.40

Melalui evaluasi tersebut akan dapat menghasilkan pengukuran yang sesuai dengan kemampuan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui dengan pasti pada taraf masing-masing peserta didik itu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan. Taraf kemampuan keberhasilan dinyatakan dengan evaluasi yakni dengan nilai.

39

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pt. Raja grafindo Persada, 2009), h. 197. 40

(43)

28

E.

Hakekat Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas tentang pendidikan agama Islam terlebih dahulu perlu dibahas tentang pengertian pendidikan itu sendiri. Para tokoh berbeda pendapat dalam mendefinisikan pendidikan. Perbedaan itu disebabkan karena masing-masing tokoh berbeda dalam memberikan tekanan-tekanan dan tinjauan terhadap pendidikan.

Istilah pendidikan berasal dari kata didik dan memberikan awalan kata “Pe” dan akhiran “Kan” yang mengandung arti “Perbuatan”. Istilah pendidikan ini semua berasal dari bahasa Yunani yaitu “Pedadogik” yang berarti bimbingan yang diberikan kapada anak. Paedagogy berasal dari dua kata yaitu paedos yang berarti anak dan agoge yang berarti saya membimbing atau memimpin. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “Education” yang berarti pengembangan anak bimbingan.41

Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi-potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain itu dalam pengertiaan yang umum, pendidikaan juga diartikan dengaan proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam rangka pencapaian keedewasaan.42

Secara terminologi, para ilmuan mendefinisikan pendidikan dalam arti luas pada beberapa versi, salah satunya yaitu menurut Abdul Rahman An-Nahlawi mengartikan pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki tujuan, sasaran, dan target.43

41

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002 ), cet.Ke-4.hlm. 1 42

Wahdi Sayuti dan Zurinal Z, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: Jakarta Press, 2006), cet.I, h.1-2.

43

(44)

Sedangkan pendidikan Islam menurut Zakiah Darajat adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.44

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh beberapa ilmuan dalam mendefinisikan pendidikan dan pendidikan Islam, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu proses bimbingan dan bantuan secara sadar dan sengaja terhadap anak didik dengan berlandaskan kepada ajaran Islam dalam pertumbuhan serta perkembangan jasmani dan rohaninya. Pendidikan Agama Islam bukan hanya sekedar penambahan pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pelaksanaan yang telah didapatkan itu dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

F.

Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan sebagai acuan penelitian.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ana Pertiwi (2010) Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, yang berjudul “Penerapan kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar dan untuk meningkatkan respon positif siswa dalam pelajaran PKN”. Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa terdapat Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pekutatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajarsiswa pada siklus I rata-rata 73,4 daya serap 73,4% dengan ketuntasan belajar 57,1% yang tergolong dalam kualifikasi baik namun belum memenuhi KKM. Sedangkan skor

44

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),

(45)

30

rata-rata hasil belajar pada siklus II meningkat menjadi 76,1, daya serap 76, 1% dengan ketuntasan belajar 82,8% yang tergolong dalam kualifikasi baik dan sudah memenuhi KKM. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat menumbuhkan respon positif siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pekutatan dalam pelajaran PKn. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan respon siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh respon rata-rata 36,8 dan meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 38,7 dengan kriteria respon positif. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam pelajaran PKn di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pekutatan mengalami kendala pada siklus I yaitu :(1) Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada pertemuan pertama siswa masih ribut dalam pembentukan kelompok dan belum mampu memanfaatkan waktu seefisien mungkin sehingga berpengaruh pada waktu jam pelajaran yang tersedia, (2) Pada pelaksanaan siklus I ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam hal kerjasamanya untuk mengerjakan tugas diskusi, sehingga tugas yang diberikan lambat terselesaikan, (3) Pada pelaksanaan siklus I ada anggota kelompok yang ragu dalam mengemukakan pendapat, sehingga kelompok tersebut tidak maksimal mendapatkan nilai yang diinginkan.45

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniata Haffidianti (2011), mahasiswa fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, yang berjudul “penerapan model pembelajaran Group Investigation dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik pada

materi pokok bangun ruang”. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation pada materi pokok bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII F MTs Negeri 1 Semarang tahun pelajaran 2010-2011. Hal ini ditunjukan pada peningkatan hasil akhir tiap siklus yaitu pada pra siklus rata-rata hasil belajar sebesar 52.97 dengan ketuntasan belajar 26.32%,

45

(46)

pada siklus I rata–rata hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 57.89 dengan ketuntasan klasikal 52.63%, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar peserta didik lebih meningkat lagi mencapai 74.90 dengan ketuntasan klasikal 91.89%.46

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2013), mahasiswa Universitas

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan motivasi belajar Matematika di SDIT Bina Insani”, menunjukan bahwa Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat meningkatkan Motivasi belajar matematika siswa. Hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian pada pengamatan, angket motivasi, lembar panduan observasi dan wawancara.47

Pada hasil penelitian relevan di atas, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar dan hasil penelitian diatas menggunakan

metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karena dalam hasil ketiga penelitian tersebut menggunakan Penelitian Tindakan Kelas maka dari itu peneliti ingin peneliti hasil belajar siswa menggunakan metode penelitian quasi ekperimen dan dari beberapa penelitian yang peneliti baca penelitian yang dilakukan hanya meneliti mata pelajaran umum, maka dari itu peneliti ingin meneliti dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

G.

Kerangka Pikir

Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena itu, islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.

46

Sumber data diambil dari Perputakaan Digital IAIN Walisongo Semarang berbentuk PDF pada Tanggal 22 Juli 2014.

47

(47)

32

Upaya meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran PAI perlu diperhatikan seingga proses pembalajaran yang dilakukan harus diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk berfikir kreatif, membentuk sikap positif, memecahkan masalah dan memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami konsep konsep PAI secara benar dan utuh serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Guru berupaya membelajarkankan siswa dengan berbagai cara, salah satunya dengan pembelajaraan kooperatif. Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu metode yang dapat menjadikan siswa lebih aktif selama proses belajar mengajar, selain itu juga melatih siswa untuk mampu mensosialisaskikan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi proses belajar mengajar tersebut. Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif learning. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif learning siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain, namun pembelajaran kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa tetapi peran dan keaktifan siswa diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan dan mengembangkan pemikirannya.

Pembelajaran kooperatif learning mempunyai banyak model, salah satunya adalah metode Group Investigation. Dalam metode Group Investigation siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing

(48)

berperan ak

Gambar

tabel penyusunan jenis, indikator dan evaluasi hasil belajar.37
Table 3.1
Tabel 3.2 Matrik Variabel
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari setiap ulangan yang dilaksanakan terdapat beberapa siswa yang nilainya masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dimana nilai KKM mata pelajaran IPA adalah 75,

Dimana hasil ulangan yang diperoleh siswa masih dibawah rata-rata KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Dari 27 orang siswa hanya terdapat 7 orang siswa yang sudah tuntas

Dalam kenyataan pemahaman siswa terhadap materi Pemerintahan Kabupaten dan Kota sangat rendah, masih banyak siswa yang mendapat nilai sebatas Kriteria Ketuntasan Minimal

sehingga nilai hasil belajar siswa masih dibawah standar KKM (kriteria ketuntasan minimal), dilihat dari aktivitas pembelajaran, masih guru terlihat mendominasi, yang

SMA N Kedondong menetapkan KKM 75, sedangkan masih ada siswa yang belum mencapai KKM sehingga seorang guru di dalam memberikan mata pelajaran PAI di tuntut untuk

Jumlah siswa dalam satu kelas adalah 20 siswa, dari jumlah siswa tersebut hanya 6 orang yang tuntas memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Kriteria

Masih banyak siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 70.. yang memperoleh nilai diatas KKM yaitu sebanyak 10 siswa dengan

Karena masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) 78 khususnya nilai praktek. Berdasarkan refleksi awal yang dilakukan