• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA

KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh : JUMILAH

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas belajar tema melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelasdengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada pembelajaran Tema dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I yaitu 74,9%, siklus II yaitu 83,1% ,dan peningkatan hasil belajar siswa yang tuntas pada sikluPada siklus I yaitu 63,9% dan yang tidak tuntas sebesar 37,03% dari jumlah keseluruhan 26 siswa. Pada siklus II hasil belajar siswa yang tuntas sebesar 81,48% dan yang tidak tuntas sebesar 18,51%. Dengan demikian pada siklus II hasil belajar meningkat sebesar 17,52%. Pada pembelajaran siklus II, sudah memenuhi target ketuntasan yaitu 75%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semeter ganjil pada SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2014/2015.

(2)
(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh JUMILAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

MOTO

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Q.S. Al-Baqarah 2 : 153).

Jika ingin berhasil, jangan lihat dulu hasilnya, tetapibulatkan dulu tekad niatnya. (Hitam Putih)

Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangalah pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba. Dan jangan katakan pada Allah aku punya

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati Penulis mempersembahkan kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Wagimin (Alm) dan Ibu Senen

terimakasih atas doa dan restumu yang telah mendidikku, memberikan kasih sayang, memberikan semangat, nasehat dan selalu mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya.

2. Suamiku Basyaroddin yang tercinta dan tersayang yang selalu memberi motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi ini

3. Anak-anakku Agung Eko Pranoto dan Anggoro Dwi Cahyo yang kusayangi yang selalu memberi semangat agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala sekolah dan rekan-rekan guru yang selalu mendukung keberhasilanku, dan

(10)

SAN WACANA

Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul : “Peningkatan

Aktivitas Dan Hasil Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD

Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak,untuk itu peneliti ingin mengucapakan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Harianto,M. S.,Rektor Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman,M.Si.,Dekan FKIP Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd.,Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.pd.,Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair,M.Pd.,Ketu UPP Metro S-1 PGSD.

6. Bapak Drs. Rapani, M.pd., dosen pembimbing yang telah bersedia

memberikan bimbingan,saran,kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik, dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Kepala SD Negeri 4 Metro Utara,serta dewan guru dan staf

administratif yang telah banyak membantu penelitian dalam penyusunan skipsi ini.

(11)

11.Almamater tercinta dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut serta memberikan bantuan, motivasi, serta dukungan kepada peneliti.

Peneliti berharap semoga Allah memuliakan dan membalas semua kebaikan tersebut. Peneliti berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

(12)

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Rumusan Masalah ...5

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ...8

B. Teori Belajar dan Pembelajaran ...11

C. Aktivitas Belajar ...16

D. Hasil Belajar ...19

E. Model Pembelajaran ...21

1. Model Pembelajaran Scientific ...21

2. Model Pembelajaran Kooperatif ...27

3. Model Pembelajaran Kooperatif STAD...29

F. Hipotesis Tindakan ...36

G. Kerangka Pikir ...36

BAB III METODELOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ...38

(13)

C.Prosedur Penelitian ...39

D.Data dan Sumber Data ...43

E.Instrumen Penelitian ...44

F. Teknik analisa Data ...44

G.Indikator Keberhasilan Penelitian ...47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...48

1. Siklus I ...49

2. Siklus II ...64

B. Pembahasan ...76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...95

B. Saran ...96

(14)

Tabel Halaman

1. Nilai Tes Ulangan Semester Ganjil Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara. 2

2. Lembar Observasi Aktifitas Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran... 46

3. Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas... 50

4. Persentase Aktivitas Belajar Siklus I... 58

5. Kinerja Guru Siklus I... 61

6. Hasil Belajar Siswa Siklus I... 62

7. Persentase Aktivitas Belajar Siklus II... 71

8. Kinerja Guru Siklus II... 73

9. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 74

10.Rara-Rata Rekapitulasi Aktivitas Siswa Dalam Model Stad Pada Siklus 1 dan siklusII... 76

(15)

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Halaman

1. Gambar Skenario Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 31

2. Gambar Kerangka Pikir Penelitian... 37

3. Siklus kegiatan PTK ... 40

4. Grafik Aktivitas Siklus I... 60

5. Grafik Nilai Hasil Belajar Siklus I... 63

6. Grafik Aktivitas Siswa Siklus II... 72

7. Grafik Hasil Belajar Siklus II... 75

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut

adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Perolehan hasil belajar di SD Negeri 4 Metro Utara di Kelas IV masih jauh dari hasil belajar yang diharapkan. Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan terhadap perilaku siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, masih terlihat siswa yang tidak memperlihatkan penjelasan guru, malas-malasan dalam kegiatan belajar, kurangnya respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan olah guru. Hal ini disebabkan karena siswa merasakan kegiatan pembelajaran yang kurang menarik karena kelas masih didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi pasif. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara.

(17)

bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena akan mengakibatkan suasana kelas kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa kurang, serta antara siswa dengan siswa tidak terjadi, sehingga siswa cenderung bersikap pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada akhirnya hasil belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan,

[image:17.595.145.479.572.633.2]

Dilihat dari data prasurvei, yang dilakukan pada ulangan semester ganjil tahun 2013 diketahui bahwa nilai hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara masih rendah. Diperoleh data bahwa dalam pembelajaran masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja Guru Kecamatan Metro Utara, yaitu ditetapkan yaitu dengan batasan minimal ketuntasan B- atau 2,66 berdasarkan tabel penilaian tersebut terdapat di Permendikbud no 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum.

Tabel 1.1 Nilai Tes Ulangan Semester Ganjil pada Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2014/2015

No Nilai Kriteria Jumlah siswa %

1 2

≥ 2,66 < 2,66 Tuntas Tidak tuntas 9 17 34,61% 65,38 %

Jumlah 26 100

Sumber: Buku Daftar Nilai Ulangan Semester Ganjil Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2014/2015 (berdasarkan KKM)

(18)

KKM sebanyak 17 siswa (65,38%). Dampak dari rendahnya aktivitas belajar siswa mengakibatkan hasil belajar siswa juga rendah, terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses interaksi antara guru dan siswa kurang terlihat.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, disebabkan karena belum tepat memilih model pembelajaran oleh guru. Karena selama ini pada umumnya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga topik atau menjadi tidak menarik dan belum digunakan model koperatif tipe STAD. Pembelajaran lebih terfokus pada guru, sedangkan siswa hanya menerima penjelasan dari guru adanya. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mencoba dan menemukan sendiri konsep secara langsung. Guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran dengan baik sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kecamatan Metro Utara Kota Metro pada pelajaran .

(19)

mengostruksikan bahan, 8) Siswa berdiskusi dengan teman lainnya dalam mengostruksikan bahan pelajaran berdasarkan fasilitas yang disediakan oleh guru. (Kunandar 2010 : 296).

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kretivitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai.

Memahami berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang mana diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran ini yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Dengan model pembelajaran STAD ini akan lebih mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah serta mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran . Selanjutnya siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerja sama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran

(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

1. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro masih rendah.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro masih rendah.

3. Minat belajar siswa pada pembelajaran Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro masih kurang.

4. Guru belum menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

(21)

1. Meningkatkan aktivitas belajar melalui Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro.

2. Meningkatkan hasil belajar melalui Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro, sebagai berikut:

1. Bagi siswa yaitu :

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro.

2. Bagi Guru yaitu :

(22)

3. Bagi Sekolah yaitu :

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

4. Bagi Peneliti

(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Menurut Sugandi (2000: 4) bahwa belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto, (2003: 2).

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Slameto, (2003:109), sedang pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Slameto. (2003:123).

(24)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Belajar (2002: 12) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Djamarah, Bahri (1999: 21) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Djamarah, Bahri 1999: 22) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu.

(25)

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya. 5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. 7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

8. Untuk mengisi waktu luang.

Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Pengertian Pembelajaran

(26)

Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.

Hal ini dapat disimpulkan penulis bahwa pembelajaran merupakan proses melibatkan guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

B. Teori Belajar dan Pembelajaran

Secara umum terdapat ada tiga jenis teori belajar yang telah dikenal, yaitu teori belajar Behavioristik, Kognitif dan teori belajar Konstruktivistik. Teori belajar yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran. Ada 3 pandangan psikologi utama tentang teori belajar, yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Kontruktivisme.

1. Teori belajar Behavioristik

(27)

perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah ,tetapi instruksi singkat yang di kuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

(28)

sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

2. Teori belajar Kognitif

Menurut teori ini, proses belajar akan belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi (berkesinambungan) secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses pembelajaran ini bejalan tidak sepotong – sepotong atau terpisah – pisah melainkan bersambung sambung dan menyeluruh. Teori belajar kognitif ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamanya.

(29)

Sedangkan teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

3. Teori belajar Konstruktivistik

(30)

Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

a. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar

b. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran

c. Memandu guru untuk mengelola kelas

d. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai

e. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif

f. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.

Untuk penganut aliran kognitif mengungkapkan bahwa belajar bukanlah sekedar melibatkan hubungan diantara respon dan stimulus. Berbeda dengan model belajar behavioristik yang mempelajari setiap proses belajar hanya menjadi hubungan stimulus-respon. Pada model belajar kognitif adalah suatu bentuk teori belajar yang sering disebut dengan model perseptual. Belajar kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pendangan serta pemahamannya mengenai situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar mereka. Belajar adalah perubahan pandangan dan pemahaman yang tidak selalu bisa terlihat sebagai perilaku yang nampak.

(http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/teori-belajar-kognitif.html diakses tanggal 29-08-2014)

(31)

kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988:133).

Dari beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Teori belajar konstruktivis menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.

C. Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu

(32)

dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Indikator aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah 1) mengajukan pertanyaan, 2) merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, 3) melaksanakan instruksi/perintah, 4) menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, 5) antusias/semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 6) Memotivasi untuk dapat mengerjakan dengan cara sendiri, 7) Siswa berdiskusi dengan teman lainnya dalam mengostruksikan bahan, 8) Siswa berdiskusi dengan teman lainnya dalam mengostruksikan bahan pelajaran berdasarkan fasilitas yang disediakan oleh guru. Kunandar (2010 : 296).

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Sardiman (2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok.

1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.

7. Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan,

(33)

Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

Menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah

laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman (2004 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”

Natawijaya dalam Depdiknas (2005 : 31), menyatakan “belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”

(34)

pertanyaan lisan dari guru, 3) melaksanakan instruksi/perintah, 4) menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, 5) antusias/semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 6) Memotivasi untuk dapat mengerjakan dengan cara sendiri, 7) Siswa berdiskusi dengan teman lainnya dalam mengostruksikan bahan, 8) Siswa berdiskusi dengan teman lainnya dalam mengostruksikan bahan pelajaran berdasarkan fasilitas yang disediakan oleh guru.

D. Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

(35)

menurut Kingsley dalam Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981: 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004: 39)

"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Muhammad, 204: 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

(36)

penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

E. Model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Scientific

Kurikulum 2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator utamanya atau perangkat atau apa pun itu namanya. Pendekatan ilmiah (scientific approach) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah. Dalam konsep pendekatan

scientific yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu ; bukan sebatas kira -kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

(37)

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik system penyajiannya. (Kemdikbud 2013: 6)

(38)

Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Metode scientific sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode scientific.

(39)

1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) untuk mengembangkan karakter siswa

Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan

Scientific dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan scientific, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu

bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau

materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah

(40)

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Menurut Kemendikbud (2013: 8) Pendekatan scientific dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut :

a. Mengamati (observasi)

Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

b. Menanya

(41)

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek / kejadian / aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.

d. Mengasosiasikan / Mengolah Informasi / Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut

.

e. Menarik Kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.

f. Mengkomunikasikan

(42)

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kompetensi yang diharapkan dalam dalam pembelajaran scinetifik yaitu mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan

siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.

Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.

(43)

1. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4) adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima

berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial”. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa

tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

2. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

b) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.

(44)

d) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok

3. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai berikut:

a) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b) Kelompok dibentuk secara heterogen.

c) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu

Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya.

3. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)

(45)

peningkatan individu dan skor kelompok. Ada lima komponen utama dalam dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student teams achievement divisions) yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok. Dalam laporan ini penulis mengambil salah satu dari kelima tipe tersebut yaitu kerja kelompok.

Teknik mengajar Student Teams Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends 1997 : 111).

(46)
[image:46.595.163.478.87.324.2]

Gambar 1. Skenario Pembelajaran Koperatif Model STAD

(Lie, 2002:60)

Student teams achievement divisions (STAD) didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 1994 : 27).

(47)

Pada model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions

(STAD), terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Menurut Arends (1997: 115-117) Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: 1) penyajian kelas, 2) belajar kelompok, 3) kuis, 4) skor perkembangan, 5) penghargaan kelompok.

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD). 1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran. a) Pembukaan

(48)

demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

b) Pengembangan

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

c) Latihan Terbimbing

1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

(49)

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.

Selanjutnya menurut Arends (1997 : 118) langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. 3) Bagikan lembar kegiatan siswa.

(50)

dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

4. Penghargaan Kelompok

(51)

sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran menggunakan Model pembelajaran

(52)

G. Kerangka Pikir

[image:52.595.123.538.204.435.2]

Berdasarkan kajian pustaka diatas dapat disimpulkan kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian Kondisi

awal

Tindakan

Kondisi yang diharapkan

Proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional/klasikal

Pembelajaran yang sudah menggunakan model STAD

Aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat

Berlangsung seperti biasa

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input

kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

B. Tempat Waktu dan Subyek Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 2014/2015.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 4 Metro Utara Jalan Dr. Sutomo 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro.

3. Subjek Penelitian

(54)

29 orang, yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2006: 3) mengemukakan “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja

untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Arikunto (2006:63) mengemukakan “Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan

peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.

(55)

Pelaksanaan tindakan, 4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi), 5) Refleksi (analisis, dan interpretasi), 6) Perencanaan tindak lanjut.

[image:55.595.118.468.225.604.2]

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Siklus Kegiatan PTK (Adlan, 2011: 19)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk

Permasalahan PerencanaanTindakan - I PelaksanaanTindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

(56)

menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

3) Menetapkan kompetensi inti dan kompetensi dasar. 4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan skenario pembelajaran dengan metode pemberian tugas. 6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. 7) Menyusun lembar kerja siswa

8) Mengembangkan format evaluasi

(57)

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

a) Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang akan dipelajari. Untuk memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran yang baru.

b) Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang heterogen. c) Bagian topik permasalahan diberikan kepada siswa yang pertama,

sedangkan siswa yang kedua menerima bagian topik yang kedua demikian seterusnya dengan berupa soal latihan.

d) Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

e) Setelah selesai, siswa kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.

f) Guru memberikan kesimpulan kepada siswa atau kelompok yang telah menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran berlangsung.

(58)

d. Tahap Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.

D. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang berbentuk skor (angka), yang terurai sebagai berikut:

1. Dokumen catatan lapangan

Adalah dokumen catatan tentang kejadian-kejadian pada saat penelitian tindakan kelas berlangsung.

2. Aktivitas belajar siswa.

Sumber data aktivitas belajar siswa adalah untuk menilai keaktipan siswa dalam proses belajar, yang meliputi:

a. Memperhatikan guru menerangkan b. Mencatat materi yang sedang diajarkan c. Berdiskusi dalam kelompok

d. Menjawab pertanyaan guru

e. Mempresentasikan hasil diskusi keseluruh kelas.

(59)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi, perangkat tes, dan catatan lapangan.

1. Lembar observasi dibuat oleh guru yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, lembar observasi aktivitas yang mencakup:

a. Memperhatikan penjelasan guru

b. Bertanya atau menjawab pertanyaan guru

c. Berdiskusi antara siswa dengan siswa dalam kelompok d. Mengerjakan LKPD

e. Menanggapi hasil presentasi kelompok lain

2. Perangkat tes dilakukan dengan cara tertulis yang berbentuk uraian yang diberikan setiap akhir siklus.

3. Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh guru dengan mengumpulkan seluruh data berdasarkan observasi dan tes untuk mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

(60)

relevan dengan kegiatan pembelajaran (Modifikasi dari Kunandar 2010 : 296).

Dengan rumus data kualitatif :

PA = 100%

N AS

x

Ket :

PA : Persentase siswa yang aktif ∑AS : Jumlah siswa yang aktif

N : Banyaknya siswa yang hadir

2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

x = nilai rata-rata

∑x = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = x100%

siswa banyaknya

(61)
[image:61.595.88.511.157.720.2]

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran

Tema :

Hari dan Tanggal :

Kelas :

Waktu :

No Nama Siswa

Indikator yang di observasi Jmlh % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(62)

Keterangan: 1. = Memperhatikan Penjelasan guru 2. = Mendengarkan penjelasan guru 3. = Bertanya

4. = Menjawab pertanyaan 5. = Berdiskusi

6. = Menyelidiki 7. = Mencatat 8. = Menyelidiki

9. = Mencatat Hasil diskusi kelompok 10.= Bersemangat dalam belajar

Modifikasi dari Kunandar (2010 : 296) NP = R x 100%

SM Keterangan :

NP = Nilai Persen yang dicari R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

Adopsi dari Ngalim Purwanto (2009) “Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran”.

G. Indikator Keberhasilan Aktivitas Siswa

(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tintadan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajar dengan menggunak model Kooperatif Tipe STAD sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas 4 SD Negeri 4 Metro Utara tahun Pelajaran 2014/2015 yang ditunjukkan dari peningkatan per siklus. Pada siklus I rata aktivitas siswa adalah 74,9% dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 83,1% dengan kualifikasi Aktivitas “Sangat Baik”.

2. Pembelajaran menggunakan model Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas 4 SD Negeri 4 Metro Utara tahun Pelajaran 2014/2015. Siklus I hasil belajar siswa yang tuntas adalah sebesar 62,96% dan siklus II sebesar 81, 26%.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa

(64)

2. Bagi Guru

Kepada guru hendaknya dalam pembelajaran diharapkan dapat senantiasa menerapkan model Kooperatif Tipe STAD, sehingga siswa diharapkan bisa saling bekerjasama, lebih aktif, berfikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Supriyono, W, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Aidin Adlan. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita

Kurnia

Arends, RichardI. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The. Mc Graw-Hill company

Arikunto Suharsimi, Suharjono Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Carin, A.A. & Sund, R.B. 1975. Teaching Science trough Discovery, 3rd Ed. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dahar, Ratna Willis. 1989. Teori-teori Belajar. Bandung : Gelora Aksara Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Gage, N.L., Berliner, D. C. (1992). Educational psychology (5 th ed). Boston: Houghton Mifflin Company

Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara

http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/teori-belajar-kognitif.htmldiakses tanggal 29-08-2014

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta. Balitbang

King (dalam http://techonlyl3's.wordpress.com, 2kl, diakses tanggal 16 September 2014 pukul 16.30 WIB)

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Lie, Anita. 1994. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia

Lie Anita. 2002. Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative learning

(66)

Nasution S. 2006. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta. PT. Bumi Aksara

Poerwadarminto WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Balai Pustaka

Purwanto, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta.Balitbang

Richard Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc.Grow Hill Book Co

Ruseffendi, E.T. 1988. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG, Bandung : Tarsito

Sardiman. AM 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensido Offset

Sugandi, A. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang. IKIP Press

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press Suryabrata Sumardi. 1984. Metodologi penelitian, Jakarta. PT. Raja Grafindo Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta. PT. Prestasi Pustaka Wardani, I. G. A. K dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas

Terbuka.

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Tes Ulangan Semester Ganjil pada  Kelas IV SD Negeri 4 Metro Utara Tahun Pelajaran 2014/2015
Gambar 1. Skenario Pembelajaran Koperatif Model STAD
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 3.  Siklus Kegiatan PTK (Adlan, 2011: 19)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. Hal ini dilakukan dengan

Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75. Dari masalah tersebut,

Sehingga banyak siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sudah ditetapkan dengan nilai 70. Dari hasil

dan kurang berinteraksi sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa yang. memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mencapai 35% dan

Dalam kenyataan pemahaman siswa terhadap materi Pemerintahan Kabupaten dan Kota sangat rendah, masih banyak siswa yang mendapat nilai sebatas Kriteria Ketuntasan Minimal

Hal ini dapat dibuktikan dengan daya serap siswa yang belum mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 secara maksimal. Dalam proses kegiatan pembelajaran berlangsung

mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial kelas III SD Negeri 1 Menduran belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu70. Model pembelajaran

Perlunya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas karena setiap siswa diharuskan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai tuntutan kurikulum, namun pada kenyataannya masih