• Tidak ada hasil yang ditemukan

BA Bahan Ajar Konsep MBS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BA Bahan Ajar Konsep MBS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 1 Bahan Bacaan

KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

(Penggalan Isi Modul Induksi Sekolah Baru yang diterbitkan oleh SSQ AusAid) Dikemas oleh: Drs. Marjuki, M.Pd.

A. DEFNISI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Suatu Manajemen Berbasis Sekolah yang efektif berdasarkan atas praktik keterbukaan, akuntabilitas, transparansi dan keberlanjutan, serta penempatan kontrol untuk kemajuan semua aspek sekolah tersebut secara tegas ditangan semua pemangku kepentingan di sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah menyediakan semacam kerangka kerja untuk berlangsungnya proses pertumbuhan sekolah dengan sistem terbuka, transparan dan akuntabel sehingga memungkinkan sekolah untuk bergerak maju. Dan pengelolaan ini benar-benar harus berbasis pada konsensus serta membutuhkan kesiapan suatu sistem dan proses sehingga penyelenggaraan sekolah berjalan lancar.

B. GAMBARAN UMUM TENTANG MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih dan feksibilitas yang lebih luas kepada sekolah dalam mengelola sumber daya mereka dan meningkatkan partsipasi langsung masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah sesuai kebijakan dan perundang-undangan pendidikan yang saat ini berlaku. Hasil MBS akan nampak dalam peningkatan tata kelola dan manajemen pendidikan di tingkat sekolah, melalui partsipasi, transparansi, akuntabilitas atau keleluasaan dalam mengembangkan program dan pengelolaan keuangan. Agar berhasil menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah yang mengarah ke inovasi dan peningkatan kinerja, sekolah harus menjadi komunitas pembelajaran yang efektif. Manajemen Berbasis Sekolah menjadi dasar perubahan skala besar yang membutuhkan peran serta anggota staf untuk mengembangkan pemahaman baru tentang organisasi, perilaku dan peran baru, struktur baru, sistem dan proses organisasi yang disempurnakan. Anggota komunitas sekolah harus belajar untuk beroperasi secara berbeda melalui proses desain bersama dan berani mendesain ulang cara kerja mereka agar terus menerus meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

Manajemen Berbasis Sekolah menjadi sepertii arsitektur sosial baru yang dirancang untuk membawa kemampuan-kemampuan baru. Para anggota komunitas sekolah akan merasakan perubahan dalam proses belajar-mengajar dan manajerial termasuk perubahan dalam cara pekerjaan mereka diorganisir. Dengan membentuk kerjasama kolaboratif untuk pelaksanaan pengambilan keputusan maka guru dapat menemukan cara untuk berkolaborasi dalam pembuatan instruksi belajar, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan lebih lanjut dalam koordinasi dan pengaturan aplikasi tugasnya sehingga lebih mendukung pendekatan baru dalam hal mengajar dan belajar. Hal ini memungkinkan pembelajaran dan perubahan terus-menerus dapat berlangsung.

Manajemen Berbasis Sekolah juga melibatkan pembentukan kegiatan pembelajaran profesional secara terus-menerus bagi para anggota komunitas sekolah untuk mengembangkan keterampilan baru, pengetahuan diperluas dan peran yang berubah. Mengembangkan keterampilan pribadi mencakup, tetapi tidak terbatas pada, kegiatan pengembangan keprofesian formal. Ini melibatkan pengetahuan yang lebih dalam mengenai pendekatan pedagogis dan konten materi pelajaran dalam area-area yang mewakili perluasan kemampuan, sepertii keterampilan berorganisasi sepertii penganggaran dan perencanaan.

(2)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 2 memang bermanfaat karena hal tersebut mengubah hampir semua aspek organisasi - struktur, peran, sistem, praktik pembelajaran, praktik sumber daya manusia, dan keterampilan dan pengetahuan para pihak. Konsep ini memerlukan perubahan mendasar tentang pemahaman masyarakat terhadap organisasi dan peran mereka di dalamnya.

Melalui Manajemen Berbasis Sekolah suatu lingkungan yang demokratis dibangun di mana kekuasaan dicapai dengan berbagi dan bukannya setiap orang berebut meraih suara yang paling banyak. Manajemen Berbasis Sekolah tumbuh subur ketika kekuasaan dan wewenang didistribusikan secara bebas dan dengan sukarela. Lingkungan sepertii itu bisa berkembang hanya bila ada sikap saling percaya pada kemampuan rekan dan kepercayaan bahwa kepentingan mereka konsisten dengan tujuan organisasi.

Akuntabilitas dicapai melalui proses penetapan tujuan yang memberikan kebebasan bagi para staf untuk menentukan bagaimana tujuan itu dapat mereka penuhi. Pemecahan masalah dicapai lewat kerja dan evaluasi berfokus pada program, bukan pada individu. Keragaman dan perbedaan pendapat dilihat sebagai kesempatan untuk belajar daripada sebagai indikasi bahwa sesuatu tidak berjalan semestnya. Oleh karena itu Manajemen Berbasis Sekolah merupakan bentuk desentralisasi yang mengakui masing-masing sekolah sebagai unit utama dimana terjadi pembagian kewenangan dalam pengambilan keputusan tentang pengembangan kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, anggaran, pengelolaan murid, dan relasi dengan komunitas sekolah. Beberapa pemangku kepentingan seperti, kantor dinas pendidikan kabupaten/kota, komite sekolah, guru, orangtua, dan siswa dan anggota masyarakat dapat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat sekolah.

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan turunannya sebagai bentuk otonomi manajemen pendidikan di tingkat sekolah/satuan pendidikan, dimana kepala sekolah dan guru dibantu oleh Komite Sekolah dalam mengelola kegiatan pendidikan. MBS diharapkan muncul dalam iklim kemerdekaan atau otonomi ini, dan mendorong kerjasama atau kemitraan, partsipasi, transparansi dan akuntabilitas lebih lanjut dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah.

C. Perspektf Indonesia tentang Manajemen Berbasis Sekolah

Salah satu permasalahan besar di sektor pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelathan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, beberapa indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang optimal. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu akademik dan non akademik yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih cukup memprihatinkan.

Berdasarkan fenomena di atas, berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Diantara masalah dan tantangan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan, adalah 1) masih rendahnya kualitas dan akuntabilitas tata kelola, khususnya pertanggung jawaban terhadap masalah pendidikan, 2) Fasilitas pelayanan pendidikan belum memadai dan tersedia secara merata, 3) Kualitas pendidik masih relatf rendah dan belum mampu memenuhi kompetensi, 4) Manajemen pendidikan belum berjalan dengan efektif dan efisien, 5) Anggaran pembangunan pendidikan belum tersedia secara memadai (Nandika, 2007).

(3)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 3 belum sepenuhnya mengambil alih peran yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Kebijakan-kebijakan strategis di tingkat nasional belum ditndaklanjut dengan kebijakan dan program yang lebih operasional di tingkat daerah. Selain itu, masih juga banyak kebijakan dan peraturan terkait sektor pendidikan baik di tingkat nasional maupun lokal yang tidak bersinergi satu dengan lainnya, sehingga kadangkala kebijakan yang satu bertentangan dengan yang lain.

Program dan kegiatan yang dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan tIdak semuanya dapat dilaksanakan secara optimal. Disamping itu, peran serta pemangku kepentingan sekolah khususnya masyarakat dan orangtua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini masih minim karena diombang-ambingkan oleh perbedaan arah peraturan perundangan dari pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Partsipasi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan masih kurang diperhatkan, padahal terjadinya perubahan di sekolah juga dapat dipengaruhi oleh peranserta pemangku kepentingan. Partsipasi masyarakat selama ini disalahartkan hanya sebagai dukungan dana, sementara dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral, dan barang/jasa kurang diperhatkan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga masih lemah. Sekolah merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mempertanggung-jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orangtua peserta didik, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan.

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sendiri adalah inisiatf dari pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (dulu dikenal sebagai Kementerian Pendidikan Nasional) bersama dengan pemerintah daerah. Program ini pertama kali dikembangkan dengan bantuan UNICEF dan USNPCO pada tahun 1999 di 7 kabupaten di 4 provinsi. Setelah dinyatakan berhasil diujicobakan di beberapa sekolah, maka program MBS ini memperoleh dukungan dari banyak donor, seperti JICA, NZAID, AUSAID, USAID, Plan Internatonal, Citbank, Save the Children, JICA, dan Kartka Soekarno Foundaton.

Manajemen Berbasis Sekolah kemudian ditinjau secara periodik di Indonesia dan hasilnya menunjukkan bahwa program pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah memiliki dampak positf, dalam hal (1) peningkatan manajemen sekolah sehingga lebih transparan, partsipatf, demokrats dan bertanggung jawab, (2 ) meningkatkan kualitas pendidikan, (3) menurunnya tingkat anak putus sekolah, (4) peningkatan pembelajaran yang berpusat ke murid melalui strategi Aktf, Kreatf, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), dan (5) meningkatkan partsipasi masyarakat dalam pendidikan di sekolah.

Berdasarkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di sekolah, dapat dinyatakan bahwa sekolah di Indonesia berbeda-beda dalam pelaksanaan MBS, baik kuantitas maupun kualitas, dan juga ada berbagai masalah dan kendala dalam pelaksanaan MBS. Oleh karena itu, program Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia perlu dilanjutkan dan diperkuat. Keberlanjutan dari program Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia dikukuhkan sebagai kebijakan pemerintah, seperti yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(4)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 4 Selain menyiapkan peraturan dan kebijakan yang mendukung manajemen berbasis sekolah, dan mendukung sekolah dengan cara baik rutn maupun insidental, pemerintah menyediakan program untuk mempertahankan prinsip-prinsip keberlanjutan seperti manajemen berbasis sekolah dalam program BOS, pengembangan Satuan Sekolah baru, ketentuan subsidi Standar Sekolah Nasional (SSN), dan Program Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (PPMBS). Selain itu, program kerja sama dengan lembaga donor asing terus mendorong keberlanjutan setiap manajemen berbasis sekolah.

Program desentralisasi di Indonesia telah mengubah sifat dan tingkat pelayanan publik, termasuk pendidikan. Bagaimana desentralisasi berlaku dalam sistem pendidikan telah diatur dalam UU Pendidikan No. 20 tahun 2003, dimana tanggung jawab utama, wewenang, dan sumber daya untuk penyampaian pendidikan telah dipindahkan ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah, sementara kekuasaan pengambilan beberapa keputusan diserahkan kepada sekolah itu sendiri.

Ada empat kondisi kunci untuk desentralisasi untuk mengatasi hambatan dan mendorong pembangunan pendidikan:

1. Pembagian tanggung jawab yang jelas dan kekuasaan di antara tingkat pemerintahan yang berbeda, 2. Pemberian kekuasaan dan otonomi kepada pemerintah daerah,

3. Suara yang lebih besar dari guru dan orang tua tentang bagaimana suatu sekolah seharusnya beroperasi,

4. Mekanisme akuntabilitas yang efektif dan struktur keuangan yang konsisten dengan tujuan pendidikan. Dengan mendistribusikan kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih luas di seluruh sektor pendidikan, desentralisasi berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dari sistem pendidikan itu sendiri, dan agar semakin responsif terhadap kebutuhan konsttuen mereka. Kebebasan untuk bereksperimen adalah manfaat lain dari desentralisasi, sedangkan inovasi yang dihasilkan secara lokal dapat merangsang perbaikan berkelanjutan dalam pendidikan.

D. Dasar Hukum dari Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,

5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 jo. Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah;

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;

(5)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 5 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan;

13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA;

15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses;

16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;

17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar.;9318. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPMP) Dasar di Kabupaten/Kota.

Secara khusus Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1) menyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan harus berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 49 Ayat (1) menyatakan: “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah perlu menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partsipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.Berdasarkan kedua kebijakan tersebut, prinsip MBS meliputi: (1) kemandirian atau otonomi, (2) keadilan, (3) keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partsipatf, (6) efisiensi, dan (7) akuntabilitas. Kemandirian atau Otonomi

Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola sumberdaya yang mereka punya dan mengatur kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga sekolah sesuai peraturan perundangan. Kemandirian sekolah hendaknya didukung oleh kemampuan sekolah dalam mengambil keputusan terbaik, menjadi demokrats, mobilisasi sumberdaya, berkomunikasi yang efektif, memecahkan masalah, antsipatf dan adaptf terhadap inovasi pendidikan, bekerja bersama, berkolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah sendiri.

Kemitraan atau Kerjasama

Ini merupakan kemitraan antara sekolah dengan masyarakat, baik individu, kelompok,organisasi, maupun dunia usaha dan dunia industri. Dalam prinsip kemitraan tersebut, sekolah dengan masyarakat berada dalam posisi sejajar, dan melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Keuntungan yang diterima sekolah antara lain meningkatnya kemampuan dan keterampilan peserta didik, meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sekolah, sumbangan ide untuk pengembangan sekolah, sumbangan dana untuk peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan bagi masyarakat biasanya dirasakan secara tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga kerja terdidik, dukungan dari anggota masyarakat, dan terciptanya tertb sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga pemerintah, organisasi profesi, organisasi pemuda, dan organisasi wanita.

Partsipasi

(6)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 6 Keterbukaan atau Transparansi

Manajemen dalam konteks MBS dilakukan secara terbuka atau transparan, sehingga seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui mekanisme pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya sekolah dapat memperoleh kepercayaan dan dukungan lebih besar dari para pemangku kepentingan tersebut. Keterbukaan dapat dilakukan melalui penyediaan dan penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sumber daya sekolah, agar memperoleh kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik merupakan langkah awal dalam meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah. Akuntabilitas Akuntabilitasi menekankan pada pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam pencapaian sasaran peningkatan mutu sekolah. Ketka sekolah mengelola sumberdaya mereka berdasar pada peraturan perundangan, mereka dapat mempertangungjawabkannya kepada pemerintah, seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan lainnya.

Pertanggungjawaban itu meliputii implementasi proses dan komponen manajemen sekolah. Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara tertulis dan tidak tertulis disertai bukt-bukt administratif yang sah dan bukt fisik (seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat laboratorium). Sejalan dengan adanya pemberian otonomi yang lebih besar terhadap sekolah untuk mengambil keputusan, maka implementasi ketujuh prinsip MBS dibuat sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah boleh menambah prinsip implementasi MBS agar sesuai dengan karakteristk sekolah, guna mempercepat upaya peningkatan mutu sekolah baik secara akademis maupun non akademis.

E. Tujuan Khusus Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

MBS merupakan suatu upaya untuk mendesentralisasikan organisasi, manajemen dan penyelenggaraan sekolah; makin memberdayakan guru, orang tua dan kepala sekolah agar sedekat mungkin dengan peserta didik; menciptakan peran dan tanggung jawab baru untuk semua unsur dalam suatu sistem; dan mengubah proses pembelajaran di kelas menjadi makin terbuka (Hallinger, Murphy dan Hausman dalam Abu-Duhou, 1999). MBS juga dipahami sebagai suatu bentuk pilihan formal dari struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang memandang individu sekolah sebagai suatu unit dasar untuk perbaikan dan dan bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan sebagai alat utama untuk memulai dan melanjutkan perbaikan (Caldwell, 2005).

Manajemen Berbasis Sekolah yang sedang dikembangkan di Indonesia berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 51 yang menyebutkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah perlu dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip MBS yaitu bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepalasekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.

Dalam konteks Indonesia, tujuan umum penyelenggaraan Manajemen Berbasis Sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dalam pengambilan keputusan, pemberian feksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partsipasi warga sekolah serta masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah secara khusus bertujuan untuk:

 Membina dan mengembangkan komponen pengelolaan kurikulum dan pembelajaran;  Membina dan mengembangkan komponen pengelolaan peserta didik;

 Membina dan mengembangkan komponen pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan;  Membina dan mengembangkan komponen pengelolaan sarana dan prasarana;

 Membina dan mengembangkan komponen pengelolaan pembiayaan;

(7)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 7

F. Komponen dan Proses Manajemen Berbasis Sekolah

Kegiatan MBS terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. MBS sendiri terdiri atas komponen:

1. manajemen kurikulum dan pembelajaran, 2. manajemen peserta didik,

3. manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, 4. manajemen pembiayaan,

5. manajemen sarana dan prasarana,

6. manajemen kerjasama sekolah dengan masyarakat, dan 7. manajemen budaya dan lingkungan sekolah.

Untuk mencapai keberhasilan implementasi MBS, masing-masing komponen pengelolaan sekolah diselenggarakan secara profesional melalui 4 proses manajemen sekolah guna menghasilkan kesatuan pengelolaan sekolah yang berkualitas sebagaimana diuraikan pada bagian G di bawah ini.

G. Proses dan Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia Proses Perencanaan

Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan, kegiatan, sumber daya, waktu, tempat dan prosedur penyelenggaraan semua komponen Manajemen Berbasis Sekolah. Syarat-syarat perencanaan dalam manajemen sekolah meliputii:

1. Adanya tujuan yang jelas, 2. Pendekatan yang sederhana, 3. Pendekatan yang realists, 4. Metode yang prakts, 5. Cara kerja yang terinci, 6. Pendekatan yang feksibel,

7. Pendekatan yang menyeluruh, dan 8. Pendekatan secara efektif dan efisien

Perencanaan harus bisa menjawab 5 W dan 1 H (why, what, who, when, where, dan how). Produk perencanaan adalah rencana kegiatan. Secara spesifik penjelasan tentang 5W dan 1H sebagai berikut:

5W 1H Penjelasan

Why Latar belakang kegiatan komponen manajemen sekolah yang sedang direncanakan, meliputi:

• Sejarah kegiatan

• Peraturan perundangan yang melandasi kegiatan

• Pentngnya komponen manajemen tersebut dilaksanakan

Wha Konsep dasar komponen manajemen sekolah yang sedang direncanakan: pengertan, tujuan, dan prinsip-prinsip

• Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan96

• Rincian sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan (manusia, dana, sarana dan prasarana)

Who Pelaksana kegiatan komponen manajemen sekolah yang sedang direncanakan.

When Rincian waktu atau jadwal pelaksanaan manajemen sekolah yang sedang direncanakan.

Where Rincian tempat kegiatan pelaksanaan untuk tap-tap jenis kegiatan yang sedang direncanakan.

(8)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 8 Proses Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses kegiatan memilih, membentuk hubungan kerja, menyusun deskripsi tugas dan wewenang orang-orang yang terlibat dalam kegiatan komponen pengelolaan sekolah tertentu sehingga terbentuk kesatuan tugas dan struktur organisasi yang jelas dalam upaya pencapaian tujuan peningkatan mutu sekolah. Memilih orang-orang yang mampu untuk dilibatkan dalam kegiatan tertentu dengan mempertmbangkan karakteristk dan latar belakang yang bersangkutan, antara lain: karakteristk fisik dan psikis (minat, kemampuan, emosi, kecerdasan, dan kepribadian); serta latar belakang (pendidikan, pengalaman, dan jabatan sebelumnya). Membentuk hubungan kerja menjadi satu kesatuan berart bahwa penempatan orang-orang dalam kegiatan tertentu dibentuk berupa susunan dan atau struktur organisasi, lengkap dengan deskripsi tugas dan wewenangnya.

Prinsip-prinsip pengorganisasian yaitu: (1) adanya kejelasan tugas dan wewenang, (2) adanya kesatuan perintah, (3) feksibel, (4) semua orang atau unit kerja memahami tujuan yang akan dicapai, (5) Teknik dalam penggunaan sumber daya, dan (6) Pemahaman tentang strategi dan metode/ teknik yang digunakan dalam melaksanakan tugas.

Proses Pelaksanaan

Pelaksanaan berart implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian yang telah disusun. Dalam pelaksanaan perlu diberikan motvasi, supervisi, dan pemantauan. Pemberian motvasi merupakan upaya mendorong pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah agar selalu meningkatkan mutu kegiatan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Supervisi yaitu pemberian bantuan perbaikan dan pengembangan kegiatan implementasi komponen pengelolaan sekolah agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan peningkatan mutu sekolah. Supervisi meliputi supervisi manajerial dan akademik, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh kepala sekolah, atasan dan pemangku kepentingan lainnya. Pemantauan dilakukan oleh kepala sekolah, atasan, dan pemangku kepentingan lainnya secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektiftas, dan akuntabilitas penyelenggaraan komponen pengelolaan sekolah.

Prinsip pelaksanaan meliputii:

1. penetapan standar operasional kegiatan, 2. penentuan ukuran keberhasilan kegiatan,

3. pelaksanaan pengembangan kegiatan atau tndakan korektf saat diperlukan.

Proses Pengawasan

Pengawasan diartikan sebagai proses kegiatan untuk membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil pelaksanaan kegiatan. Pengawasan berguna untuk mengukur keberhasilan dan penyimpangan, memberikan laporan dan menerapkan sistem umpan balik bagi keseluruhan kegiatan komponen pengelolaan sekolah. Pengawasan meliputi kegiatan evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Kegiatan pengawasan juga didasarkan atas kegiatan pemberian motvasi, pengarahan, supervisi, dan pemantauan.

Evaluasi adalah upaya mengukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan instrumen tertentu yang mengacu pada standar pencapaian kegiatan. Pelaporan evaluasi dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah, dan pengawas. Laporan oleh pendidik ditujukan kepada kepala sekolah dan orang tua/wali peserta didik, berisi hasil evaluasi dan penilaian belajar peserta didik dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Semua hasil pengawasan tersebut digunakan sebagai input bagi perencanaan komponen pengelolaan sekolah yang akan datang.

Fungsi-fungsi

(9)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 9  Pengelolaan fnansial

 Prosedur Rapat

 Penataan Pengembangan Profesional  Prokuremen dan distribusi sumberdaya  Pengumpulan data secara efektif  Proses Komunikasi

H. Karakteristk suatu Manajemen Berbasis Sekolah yang Berhasil

Jika suatu sekolah ingin sukses dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah, mereka harus menampilkan sejumlah karakteristk manajemen yang efektif. Sifat-sifat dari Manajemen Berbasis Sekolah berikut dikategorikan ke dalam kelompok Input, Proses, dan Output (Dit PSMP, 2011).

1. Input

a. Sekolah memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas b. Sumber daya yang tersedia

c. Staf yang kompeten dan berdedikasi

d. Memiliki harapan yang tnggi untuk berprestasi e. Fokus pada peserta didik

f. Tugas, rencana, program dan ketentuan ini dibuat jelas 2. Proses

a. Sangat efektif dalam menjalankan proses pembelajaran b. Kepemimpinan sekolah yang kuat

c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertb d. Manajemen tenaga kerja yang efektif e. Memiliki budaya yang sehat dan berkualitas

f. Memanfaatkan pendekatan teamwork yang dinamis, cerdas g. Memiliki kewenangan (kemandirian)

h. Partsipasi Sekolah dan warga masyarakat tnggi i. Memiliki manajemen yang transparan

j. Memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik) k. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan l. Responsif terhadap kebutuhan dan antsipatf

m. Menjaga komunikasi yang sehat n. Memegang akuntabilitas

o. Melaksanakan manajemen lingkungan

p. Memiliki kemampuan untuk mempertahankan keberlanjutan proses 3. Output

a. Adanya prestasi akademik b. Adanya prestasi non-akademik

I. KEUNTUNGAN MEMILIKI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

1. Menempatkan sekolah sebagai unit kunci dalam perubahan pendidikan dan perbaikan dan bukannya dinas di kabupaten/kota atau provinsi. Oleh karena itu Manajemen Berbasis Sekolah menawarkan sekolah kesempatan besar untuk melakukan pertumbuhan secara riil berbasis sekolah.

(10)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 10 3. Didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi. Hal ini memberikan kesempatan sekolah untuk semua

pemangku kepentingan untuk model praktk demokrasi setiap hari. Hal ini memiliki implikasi substantf untuk staf, murid dan anggota masyarakat yang mungkin tidak benar-benar mengalami praktk demokrasi dalam setiap aspek lain dari kehidupan mereka sehari-hari. Ini menetapkan standar bagi mereka untuk mengikut dan menawarkan harapan tentang bagaimana model partsipatf harus dijalani.

4. Proses kerja tm makin erat dan karena itu melibatkan ide-ide kolektf dan kemampuan otak kolektf dari berbagai pemangku kepentingan.

5. Sekolah menjadi pusat perencanaan pendidikan dan akuntabilitas karena Manajemen Berbasis Sekolah adalah proses desentralisasi. Hal ini mendorong perwujudan flsafat independen di sekolah karena tidak mungkin lagi menyalahkan orang lain jika sekolah tidak dikelola dengan baik. 6. Memastkan bahwa pemangku kepentingan adalah yang paling dipengaruhi oleh setiap keputusan,

(staf, murid dan masyarakat) dan mereka benar-benar berpartsipasi dalam pengambilan keputusan tersebut. Ketka pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan mereka mempunyai rasa memiliki dan komitmen untuk hasil yang lebih. Hal ini menjadi sangat 99 memberdayakan bagi komunitas sekolah karena mengembangkan rasa kepemilikan di semua program sekolah; karena pemangku kepentingan merasa bahwa pendapat mereka dihormat, dihargai dan digunakan.

7. Berhasil membalikkan cara pikir manajemen tradisional “top-down” yang sekarang berlaku di kebanyakan di sekolah-sekolah Indonesia dan menggantkannya dengan manajemen gaya “botom-up”.

8. Mengakui keahlian dan kompetensi semua dalam komunitas sekolah karena menawarkan kesempatan bagi pengambilan keputusan bersama. Dengan cara ini membuat penuh penggunaan sumber daya manusia.

9. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan staf dengan menyediakan peningkatan peluang kepemimpinan bagi individu.

10. Mengembangkan tujuan organisasi yang jelas dengan memastkan bahwa semua memiliki pemahaman penuh misi dan visi organisasi.

11. Meningkatkan komunikasi karena partsipasi yang lebih luas dalam pengambilan keputusan membutuhkan pemahaman penuh terhadap masalah dan kepemilikan terhadap semua informasi terkait.

12. Meningkatkan semangat kerja staf. Anggota staf merasa lebih baik tentang organisasi dan kepemimpinannya ketka mereka tahu pendapat mereka dihargai, dicari dan digunakan.

13. Mendukung kreatvitas dan inovasi para staf. Fleksibilitas yang Manajemen Berbasis Sekolah menyediakan penyeimbang terhadap birokrasi organisasi dan membebaskan staf untuk mengambil risiko.

14. Memberikan kepercayaan publik yang lebih besar dengan memungkinkan orang tua dan anggota masyarakat untuk memiliki suara. Manajemen Berbasis Sekolah meningkatkan pemahaman mereka, merespon lebih mudah dan akurat terhadap kebutuhan atau tuntutan mereka dan karenanya meningkatkan minat dan dukungan mereka.

15. Meningkatkan akuntabilitas fnansial dimana anggota staf akan lebih seksama dalam mengelola sumber daya yang mereka kontrol sendiri.

16. Membangun kemitraan masyarakat dan dengan demikian memungkinkan komunitas sekolah yang lebih luas untuk lebih terlibat dalam kehidupan sekolah.

(11)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 11 lebih berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan yang lebih inovatf dan lebih mungkin untuk berbagi ide-ide mereka dengan guru lain. Sumber daya lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa saat keputusan instruksional yang dibuat oleh mereka yang bekerja lebih langsung dengan siswa.

18. Memungkinkan siswa untuk memiliki suara dalam memecahkan masalah sekolah dan memastkan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi dengan baik. Ketka siswa mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan di sekolah, sekolah memberikan mereka kesempatan untuk memberikan model perilaku positf dan secara aktf belajar bagaimana menjadi anggota masyarakat yang demokrats.

19. Mendorong orang tua untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang isu-isu pendidikan. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah ada kesempatan bagi orang tua untuk lebih terlibat di sekolah, yang berart mereka terus mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang masalah pendidikan yang mempengaruhi anak-anak mereka.

20. Meningkatan loyalitas staf dan komitmen mereka dengan tumbuhnya rasa kepemilikan bersama terhadap suatu masalah di sekolah.

J. Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen

Memimpin berarti mempengaruhi, membimbing arah, memastkan tindakan atau pendapat orang lain. Kepemimpinan berurusan dengan orang-orang dan relasi antar mereka, sementara manajemen berkaitan dengan hal-hal praktis. Mengelola berarti membawa, mencapai, mengambil tanggung jawab untuk melakukan. Manajemen adalah bagaimana mengatasi kompleksitas. Manajemen cenderung berfokus pada apa yang terjadi sekarang sedangkan kepemimpinan adalah suatu cara pemikiran yang lebih maju ke depan. Manajemen sering menangani masalah administrasi sedangkan kepemimpinan adalah tentang inovasi. Kombinasi dari kedua hal ini, yaitu kepemimpinan dan manajemen sangat penting untuk perbaikan sekolah yang sukses. Manajemen mempertimbangkan kepraktisan bagaimana sekolah berjalan. Ini melibatkan membuat agenda untuk proses tersebut.

K. Pertanyaan Penting tentang Manajemen Berbasis Sekolah 1. Bagaimana sekolah bisa membuat pertemuan lebih efektif?

Coba Pertimbangkan:

 Apa tujuan pertemuan dan mengapa pertemuan itu diadakan?  Siapa yang perlu hadir dalam pertemuan itu?

 Siapa yang akan menjadi pemimpin rapat?  Apa saja agendanya?

 Siapa yang bertanggung jawab untuk penentuan agenda?  Apa hasil yang diharapkan keluar dari pertemuan tersebut?  Kerangka waktu untuk rapat bagaimana?

 Bagaimana agar setiap orang yang menghadiri pertemuan tersebut bisa merasa disambut dengan baik?

 Apa peran setiap orang yang menghadiri pertemuan tersebut? Sudah kah diklarifkasi?  Apakah ruangan telah diatur sebelum pertemuan?

 Apakah ada cukup kesempatan untuk bertukar ide-ide selama rapat itu?

 Apakah waktu juga dipantau sehingga pertemuan dimulai dan selesai pada waktunya dan mematuh jadwal yang disepakat?

 Apakah sekolah tempat yang tepat untuk mengadakan pertemuan ini atau ada alternatf tempat yang lebih tepat?

(12)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 12

2. Bagaimana sekolah bisa meningkatkan komunikasi untuk mewujudkan Manajemen Berbasis

Sekolah yang Efektif? Pertimbangkan:

 Bisakah menggunakan format komunikasi yang berbeda misalnya buletin, panggilan telepon?  Bagaimana adalah format yang paling tepat untuk acara tertentu yang dipilih?

 Apakah sekolah tahu tentang audiens mereka sehingga dapat mengarahkan komunikasi yang tepat?

 Bagaimana cara berkomunikasi dengan staf berbeda dibanding dengan cara berkomunikasi dengan orang tua murid? dengan murid?

 Berapa banyak kelompok audiens yang berbeda yang mungkin berkomunikasi di sekolah?  Seberapa sering komunikasi harus dilakukan?

 Apa saja bentuk komunikasi yang tersedia, misalnya tertulis, lisan?  Apa saja hambatan komunikasi agar sekolah menjadi sukses?  Bagaimana akan tahu sekolah komunikasi telah diterima?  Bagaimana bisa sekolah membuat komunikasi ini lebih menarik?  Bagaimana komunikasi bisa mendorong sekolah agar lebih termotvasi?  Bagaimana komunikasi harus diutarakan sehingga selalu positf?

3. Bagaimana sekolah mengumpulkan data?

Pertimbangkan:

 Mulailah dengan mengajukan pertanyaan mengenai informasi apa yang harus dikumpulkan tentang sekolah.

 Pertmbangkan berapa banyak data demografs perlu dikumpulkan.  Putuskan apa yang diperlukan untuk persepsi data.

 Tentukan apa saja data belajar siswa yang diperlukan.  Tentukan apa yang diperlukan proses data sekolah.

 Putuskan siapa orang-orang yang paling tepat untuk mengumpulkan informasi ini.  Tentukan metode pengumpulan data yang akan dipakai.

 Tentukan seberapa sering data harus dikumpulkan.  Tentukan dimana data harus disimpan.

 Tentukan bagaimana data harus disimpan.

 Putuskan siapa orang yang paling tepat untuk menafsirkan data.

 Tentukan bagaimana data yang sudah diiterpretasikan dapat diterapkan secara prakts.  Tentukan siapa yang seharusnya memiliki akses ke data.

 Tentukan bagaimana data yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan ketka merencanakan untuk peningkatan mutu sekolah.

 Tentukan bagaimana data dapat disajikan dengan cara yang mudah dipahami oleh semua.

4. Bagaimana sekolah bisa meningkatkan prosedur untuk pelaporan Manajemen Berbasis Sekolah agar efektif ?

Pertimbangkan:

 Apa saja bidang di sekolah yang memerlukan laporan berkala?  Laporan-laporan tersebut tertulis atau lisan?

 Siapa yang memutuskan siapa yang bertanggung jawab untuk menghasilkan laporan?  Siapa yang harus menerima laporan tersebut?

(13)

Marjuki (2015). Bahan Bacaan_Konsep Manajemen Berbasis Sekolah 13  Siapa yang mengkaji hasil laporan?

 Dimana laporan disimpan?

 Apakah ada format standar untuk laporan?

 Apakah pengembangan keprofesian yang dibutuhkan untuk mendorong penulisan laporan yang lebih baik?

 Bagaimana pelaporan dikaitkan dengan kebijakan sekolah yang ada?  Lathan-lathan: Manajemen Berbasis Sekolah

L. Bacaan Pengayaan Profesional: Manajemen Berbasis Sekolah

Bagaimana menurut Anda kutipan-kutpan terkenal berikut terkait dengan tugas-tugas manajemen sekolah Anda?

1. Kesenangan dalam melakukan pekerjaan menempatkan kesempurnaan dalam pekerjaan. (Aristoteles)

2. Sedikit demi sedikit akan menyelesaikan masalah. (Abraham Lincoln)

3. Praktk tidak membuat sempurna, praktk yang sempurna membuat sempurna. (Vince Lombardi) 4. Jangan biarkan apa yang tidak dapat Anda lakukan mengganggu apa yang dapat Anda lakukan.

(John Wooden)

5. Jenius adalah satu persen inspirasi dan sembilan puluh sembilan persen keringat. (Thomas Edison)

6. Sebagai manajer yang penting bukanlah apa yang terjadi ketka Anda berada di sana, tetapi apa yang terjadi ketka Anda tidak ada. (Kenneth Blanchard dan Robert Lorber)

7. Berpikir sepertii orang bijak, tetapi berkomunikasi dalam bahasa rakyat. (William Butler Yeats) 8. Tidak ada keuntungan yang bisa didapat tanpa rasa sakit dan kelelahan (Benjamin Franklin) 9. Kalau sesuatu itu mudah past sudah dilakukan sebelumnya. (Jeanne Yaeger)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Sekolah Menengah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk alternatif dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah,

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

Secara umum Manajemen berbasis sekolah ( MBS ) dapat diartikan sebagai “ model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada kepala sekolah/madrasah dan mendorong

Manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana pemerintah memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk dapat merencanakan

Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan

Secara umum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai “model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah suatu cara untuk memajukan mutu pendidikan dengan pelimpahan kebijakan pengambilan keputusan yang seyogyanya berasal dari pemerintah