• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AGROWISATA BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AGROWISATA BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2014"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

TAHUN 2014

(Skripsi)

Oleh Dedeh Ismayanti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)

PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AGROWISATA BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2014

Oleh Dedeh Ismayanti

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi pengembangan objek wisata yang ada pada kawasan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian menggunakan metode survei. Objek penelitian adalah pengembangan objek wisata agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur dan subjek penelitian yaitu agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, dimana data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT.

Dari hasil penelitian tentang pengembangan objek wisata agrowisata BBIH Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur tahun 2014, maka hal yang dapat disimpulkan yaitu: (1) Terdapat empat jenis alternatif strategi pengembangan agrowisata BBIH Pekalongan yang perlu dilakukan yaitu, strategi SO (Strength and Opportunities), Strategi WO (Weakness and Oppotunities), Strategi ST (Strength and Threats), dan Strategi WT (Weakness and Threaths). (2) Keberhasilan pengembangan pariwisata ditentukan oleh 3 faktor yaitu, tersedianya objek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana, sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata, dan terjadinya fasilitas amenities yaitu sasaran kepariwisataan yang dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat.

(4)

DEVELOPMENT OF BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA AGRO TOURISM PEKALONGAN SUBDISTRICT

EAST LAMPUNG YEAR 2014

By

Dedeh Ismayanti

This study is conducted to determine the development strategy of attractions that exist in the area of Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Agro tourism Pekalongan Subdistrict, East Lampung. It used survey method. The object of research was the development of Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Agro tourism Pekalongan Subdistrict, East Lampung and the subject of research was Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Agro tourism Pekalongan Subdistrict, East Lampung. Data was collected through observation, structured interviews, and documentation. Techniques of data analysis were done by using qualitative description, where the data obtained would be analyzed using SWOT analysis. From the results of research on the development of agro-tourism attraction BBIH Pekalongan District of East Lampung year in 2014, then it can be concluded that: (1) There are four types of alternative agro-tourism development strategy BBIH Pekalongan that needs to be done, namely, strategy SO (Strengths and Opportunities), Strategy WO (Weakness and oppotunities), Strategy ST (Strength and Threats), and Strategy WT (Weakness and Threaths). (2) The success of tourism development is determined by three factors, namely, the availability of objects and tourist attraction, their accessibility facilities are facilities and infrastructure, allowing tourists to visit a local or a tourist area, and the suit is the target of tourism facilities that can provide comfort to the community .

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu, 19 Juli 1993. Penulis merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara pasangan Bapak Helmi A.M. dan Ibu Sri Sukaptinah.

Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Aisyiah Bustanul Athfal Kalirejo pada tahun 1999, Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2005, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2008, dan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur SNMPTN.

(9)

MOTO

Hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. (Dedeh Ismayanti)

Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektik menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,

informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. ( Robert k. Cooper )

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang

(10)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini

sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Ibuku tercinta (Sri Sukaptinah)

Yang telah tulus dan ihklas membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih

sayang. Memberikan pengorbanan, motivasi, nasehat serta do,a disetiap

sujutnya, dan tiada hentinya mengucurkan keringatnya untuk keberhasilan

putra-putrinya.

Kakak dan adikku tersayang (M. Noor Hariyadi Wijaya, Destia Helmi Susanti,

Teguh Imam Saputra, Nur Amalia Sholihah, Nur Aulia Rahmadani, Anida

Kansa Hafizah, Diya Jauza Hanin) yang telah menjadi penyemangatku

(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Nani Suwarni, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I serta selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu Rahma Kurnia SU, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II, dan Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(12)

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Seluruh pengelola, wisatawan, dan masyarakat sekitar Objek Wisata Kawasan

Agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur yang telah memberikan bantuan serta kerjasamanya atas tersusunnya skripsi ini.

8. Ibuku tercinta Sri Sukaptinah dan kakak-adikku M. Noor Hariyadi Wijaya, Destia Helmi Susanti, Teguh Imam Saputra, Nur Amalia Sholihah, Nur Aulia Rahmadani, Anida Kansa Hafizah, dan Diya Jauza Hanin yang tak henti menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan

keberhasilanku.

(13)

10. Sahabat-sahabatku Nyoman Lusiani, Selvindari Dwi, Eza Aziz Fitri, dan Wayan Juana Riskawati yang telah memberikan motivasi dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2011 di Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Universitas Lampung atas kebersamaannya menuntut ilmu dan menggapai impian.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Fokus Penelitian... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Kegunaan Penelitian... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir A. Tinjauan Pustaka... 7

1. Geografi Pariwisata... 7

2. Pariwisata... 8

3. Agrowisata... 12

4. Potensi Wisata... 15

5. Aspek-Aspek Dalam Perencanaan Pariwisata... 20

6. Strategi Pengembangan Pariwisata... 21

(15)

III. Metode Penelitian

A. Metode Penelitian... 25

B. Objek Penelitian... 26

C. Subjek penelitian... 26

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 27

1. Variabel Penelitian... 27

2. Definisi Operasional Variabel... 28

E. Teknik Pengumpulan Data... 30

F. Teknik Analisis Data... 31

IV. Hasil dan Pembahasan A. Keadaan Geografis Daerah Penelitian... 41

1. Sejarah Singkat Kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan... 41

2. Letak, Luas, dan Batasan Administratif... 43

3. Kondisi Topografi... 49

4. Kondisi Iklim... 50

5. Jenis Tanah... 53

6. Demografi... 54

B. Hasil ... 59

1. Potensi yang Bersifat Panorama Alam... 60

2. Potensi yang Bersifat Sosial dan Budaya... 63

3. Potensi yang Bersifat Bisnis/Ekonomi... 63

4. Fasilitas... 66

5. Aksesibilitas... 72

6. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan... 75

7. Peran Masyarakat dan Pemerintah ... 76

8. Analisis Strategi Pengembangan Potensi Wisata... 78

a. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal... 78

b. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)... 88

c. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)... 89

d. Matriks SWOT... 90

(16)

f. Tahap Pengambilan Keputusan... 92 C. Pembahasan... 96 V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan... 100 B. Saran... 101

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

HAL

Tabel 1. Penentuan bobot faktor-faktor kekuatan dan kelemahan... 33

Tabel 2. IFAS... 35

Tabel 3. Penentuan bobot faktor-faktor peluang dan ancaman... 36

Tabel 4. EFAS... 37

Tabel 5. Matrik SWOT... 38

Tabel 6. Jarak Desa Tulusrejo ke pusat pemerintahan... 45

Tabel 7. Data Curah Hujan Bulanan di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur... 51

Tabel 8. Zone/Tipe Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidht-Ferguson... 52

Tabel 9. Jumlah Penduduk menurut umur di Desa Tulusrejo... 54

Tabel 10. Sebaran penduduk Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur berdasarkan desa-desanya... 55

Tabel 11. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin... 56

Tabel 12. Data Perkembangan tingkat pendidikan di Desa Tulusrejo... 57

Tabel 13. Sebaran sarana pendidikan di Desa Tulusrejo, Kecamatan Pekalongan... 58

Tabel 14. Pohon Induk Buah-buahan di BBIH Pekalongan... 62

(18)

DAFTAR GAMBAR

HAL

Gambar 1. Model ideal pengembangan agrowisata... 14

Gambar 2. Kerangka Pikir... 24

Gambar 3. Matriks Grand Strategi... 39

Gambar 4. Lokasi gerbang masuk kawasan BBIH Pekalongan... 42

Gambar 5. Lokasi Pintu utama masuk kawasan BBIH Pekalongan... 42

Gambar 6a. Peta adminstratif Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014... 44

Gambar 6b. Peta administratif Kecamatan Pekalongan Tahun 2014... 46

Gambar 7. Peta lahan kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan... 48

Gambar 8. Danau buatan yang cukup luas... 60

Gambar 9. Kebun buah yang luas dan beragam... 61

Gambar 10. Kantin yang ada di dalam agrowisata... 64

Gambar 11. Masyarakat sekitar menjual bibit bunga... 65

Gambar 12. Masyarakat sekitar menjual bibit buah... 65

Gambar 13. Tempat pembibitan aneka buah-buahan dan tanaman hias... 67

Gambar 14. Tempat pembibitan aneka buah-buahan dan tanaman hias... 68

Gambar 15. WC Umum... 68

Gambar 16. Mushola (tempat ibadah) ... 68

Gambar 17. Aula... 69

Gambar 18. Danau buatan... 69

Gambar 19. Danau buatan... 69

Gambar 20. Shelter... 70

Gambar 21. Shelter... 70

(19)

Gambar 23. Area parkir... 71

Gambar 24. Tempat pembelian karcis... 71

Gambar 25. Pos penjaga... 71

Gambar 26. Jalan masuk di dekat pasar Pekalongan... 73

Gambar 27. Jalan masuk pintu utama kawasan agrowisata BBIH... 73

Gambar 28. Jalan di depan pintu masuk kawasan agrowisata BBIH... 73

Gambar 29. Jalan menuju kantor... 74

Gambar 30. Jalan menuju kebun buah... 74

Gambar 31. Jalan menuju tempat pembibitan... 74

Gambar 32. Matriks Grand Strategi... 91

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

HAL

Lampiran 1. Panduan Wawancara Untuk Pengelola... 105

Lampiran 2. Panduan Wawancara Untuk Masyarakat Sekitar... 108

Lampiran 3. Panduan Wawancara Untuk Wisatawan... 111

Lampiran 4. Panduan Wawancara Tingkat Kepuasan dan Kepentingan... 115

Lampiran 5. Hasil Wawancara Untuk Pengelola... 118

Lampiran 6. Hasil Wawancara Untuk Masyarakat Sekitar... 119

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Wawancara Masyarakat Sekitar... 120

Lampiran 8. Hasil Wawancara Untuk Wisatawan... 121

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Wawancara Untuk Wisatawan... 122

Lampiran 10. Hasil Wawancara Tingkat Kepuasan dan Kepentingan... 123

Lampiran 11. Hasil Observasi Di Agrowisata BBIH Pekalongan... 124

Lampiran 12. Penentuan bobot faktor-faktor kekuatan dan kelemahan... 125

Lampiran 13. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)... 126

Lampiran 14. Penentuan bobot faktor-faktor kekuatan dan kelemahan... 127

Lampiran 15. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)... 128

Lampiran 16. Matrik SWOT... 129

Lampiran 17. Rencana Judul Skripsi... 130

Lampiran 18. Surat Kesedian Membimbing Skripsi... 131

Lampiran 19. Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing... 132

Lampiran 20. Surat Izin Penelitian Pendahuluan... 133

Lampiran 21. Surat Izin Penelitian... 134

(21)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin di tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat menimbulkan suatu kejenuhan pada diri manusia. Untuk mengatasi rasa jenuh tersebut, manusia berusaha melakukan kegiatan untuk menghibur diri dan melupakan sejenak kegiatan rutinnya. Salah satu kegiatan yang dilakukan sebagian orang untuk menghilangkan kejenuhan itu adalah rekreasi ataupun berwisata. Kegiatan tersebut diharapkan memperoleh suatu kepuasan jiwa.

Melakukan kegiatan wisata, biasanya manusia ingin mencari kesenangan di alam terbuka dengan menikmati udara segar, pemandangan indah, dan suasana alam yang nyaman, serta menikmati bentang alam yang mempesona. Berwisata dapat dilakukan baik di daerah pegunungan, pantai, maupun di lokasi perkebunan dan persawahan. Tempat-tempat itu biasanya memiliki berbagai atraksi wisata yang menarik yang disebut obyek wisata.

(22)

peternakan, dan hortikultura. Rangkaian kegiatan pertanian dari budi daya sampai pascapanen dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi kegiatan agrowisata.

Penggabungan kegiatan pertanian dengan pariwisata menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungannya. Aktivitas agrowisata diharapkan dapat menampung hasrat para wisatawan membebaskan diri sementara dari suasana yang menjemukan. Semula agrowisata merupakan salah satu bentuk produk wisata yang tidak diperhitungkan dapat dijual kepada wisatawan. Namun, sekarang negara agraris bersaing menawarkan agrowisata lewat tema back to nature, termasuk Indonesia.

Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) adalah salah satu contoh agrowisata yang terdapat di Propinsi Lampung, tepatnya di Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Agrowisata ini diresmikan oleh Menteri Pertanian pada tanggal 2 Januari 2006. Untuk menuju agrowisata Pekalongan, hanya dibutuhkan waktu sekitar 1-1,5 jam dari Kota Bandar Lampung, jaraknya kurang lebih 60 km dari pusat Kota Bandar Lampung. Agrowisata Pekalongan memiliki luas 114 hektar. Namun hanya sekitar 64 hektar lahan yang sudah termanfaatkan. Persentase pembagian lahan yang sudah termanfaatkan 50% untuk penangkaran dan 50% lainnya sebagai lahan produksi.

(23)

antaranya yaitu durian, jambu air, jambu tokal, rambutan, jagung, mangga, duku, belimbing dan masih banyak lagi yang lainnya. Jenis tumbuhan unggulannya yaitu durian.

Tidak hanya berwisata agro, agrowisata Pekalongan pun dapat digunakan sebagai objek wisata alam. Agrowisata Pekalongan memiliki sebuah danau yang dapat dinikmati wisatawan untuk sedikit relaksasi sembari menikmati nuansa alam yang asri. Danau ini pun dapat digunakan untuk memancing, serta wisata air.

Potensi yang dimiliki agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) sebagai daerah tujuan objek wisata sebenarnya sudah cukup bagus. Agrowisata ini juga sudah banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Sebagian besar wisatawan berasal dari Kecamatan Pekalongan itu sendiri, tetapi tidak jarang juga terdapat wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Lampung Timur. Namun, menurut pengakuan pihak pengelola saat ini belum ada data yang menunjukkan jumlah dan asal para wisatawan yang berkunjung ke aerowisata BBIH ini.

(24)

pengelolaan secara profesional. Beberapa faktor penyebab agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan ini merupakan suatu jenis objek wisata musiman, yaitu objek dan daya tarik wisata yang belum digali secara baik, upaya pengelola objek wisata yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan pariwisata masih sangat terbatas, penilaian potensi wisata secara keseluruhan belum dilakukan secara mendetail. Oleh karena itu, pengembangan potensi wisata di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur ini perlu dilakukan. Maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Objek Wisata Agrowisata Balai Benih Induk

Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah melakukan pendataan tentang potensi wisata yang terdapat di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Hasil dari pendataan tersebut kemudian digunakan untuk analisis strategi pengembangan objek wisata agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.

C. Rumusan Masalah

(25)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan untuk mengkaji strategi pengembangan objek wisata agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Untuk mengetahui potensi objek wisata pada agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. 3. Sebagai sumber informasi bagi pihak pengelola dalam pengembangan

agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur untuk mengembangkan potensi yang ada.

(26)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Ruang lingkup objek penelitian adalah pengembangan objek wisata agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.

2. Ruang lingkup subjek penelitian adalah agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. 3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah agrowisata Balai Benih Induk

Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. 4. Ruang lingkup waktu penelitian: Tahun 2014.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Geografi Pariwisata

Menurut pendapat Ramaini (1992:3) geografi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari antara geografi dan pariwisata. Segi-segi geografi umum yang perlu diketahui wisatawan antara lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat-istiadat budaya, perjalanan darat, laut dan udara, dan sebagainya.

(28)

2. Pariwisata

Menurut Gamal Suswantoro (1997: 3) Pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya, dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Ketetapan MPRS No.I – II Tahun 1960 dalam H. Oka A. Yoeti (1996:118) mendefinisikan:

Pariwisata dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja sarta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negeri).

(29)

Menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (2007:13-15) batasan pariwisata sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata di kategorikan menjadi:

1. Wisata agro

Kegiatan pariwisata ini dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan ikut turun aktif menanam padi dan memandikan kerbau di sungai.

2. Wisata belanja

Kegiatan pariwisata yang dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan, misalnya Sidoarjo dengan pusat tas di Tanggulangin.

3. Wisata budaya

Wisatawan melakukannya dengan maksud mengadakan riset budaya, mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan sebagainya.

4. Wisata iklim

Kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud mencari perubahan iklim setempat, misalnya bagi negara beriklim empat pada saat tertentu benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk berburu panas sinar matahari, penduduk pantai berwisata ke pegunungan, penduduk pedalaman berwisata ke pantai. 5. Wisata karya

(30)

6. Wisata kesehatan

Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuhan, misalnya kunjungan ke Krakal di Kebumen dengan maksud berendam di air belerang untuk penyembuhan sakit kulit, berkunjung ke Singapura untuk berobat.

7. Wisata konvensi/seminar

Dengan sengaja memilih salah satu daerah tujuan wisata (DTW) sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya pengembangan DTW yang bersangkutan.

8. Wisata niaga

Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, namun pada waktu luang pada umumnya berwisata.

9. Wisata olahraga

Pariwisata ini dilakukan dengan mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, pekan olahraga nasional, atau sekedar pertandingan persahabatan. Yang termasuk para wisatawan yaitu para olahragawan, penonton, dan semua yang terlibat dalam peristiwa olahraga.

10.Wisata rekreasi

Kegiatan ini dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata.

(31)

Termasuk dalam jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan berbagai atraksi yang menantang dan kadang-kadang mengandung resiko. Contohnya antara lain terbang layang, arung jeram, panjat tebing, menyelam, susur gua.

12.Wisata ziarah

Jenis pariwisata ini dilakukan dengan cara mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu, misalnya mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau pahlawan bangsa.

13.Darmawisata

Dilakukannya perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di ruangan, atau melakukan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari-hari.

14.Widiawisata (pendidikan)

Jenis pariwisata ini dilakukan dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya.

(32)

3. Agrowisata

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No. KM. 47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 dalam Moh. Reza Tirtawinata dan Lisdiana Fachruddin (1996:3) dijelaskan bahwa

Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.

Agrowisata diberi batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objek pertanian. Agrowisata memiliki tuntutan akan pariwisata yang pro lingkungan, go green, dan bertanggung jawab. Agrowisata mendidik masyarakat belajar tentang pertanian, serta mendidik wisatawan untuk memahami kehidupan nyata tentang pertanian dan memberikan pemahaman kepada wisatawan bahwa kehidupan manusia lainnya sangat tergantung pada pertanian.

Moh. Reza Tirtawinata dan Lisdiana Fachruddin (1996:4) memaparkan bahwa secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Kebun raya

Objek wisata kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan di dalamnya, dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

2. Perkebunan

(33)

3. Tanaman pangan dan hortikultura

Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan yang meliputi usaha tanaman padi dan palawija, serta hortikultura yakni bunga, buah, sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari prapanen, pascapanen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek agrowisata.

4. Perikanan

Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pascapanen. Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.

5. Peternakan

Daya tarik peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain pola beternak, cara tradisional dalam peternakan, serta budidaya hewan ternak.

Dari yang telah disebutkan di atas sudah jelas bahwa agrowisata ini adalah suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan, atau perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan. Potensi agrowisata sangat besar di Indonesia, dapat dikatakan bisa dijumpai hampir di Daerah Tujuan Wisata (DTW) di seluruh Indonesia dan hampir semua pulau di Indonesia memiliki potensi agrowisata tersebut.

(34)

Berikut ini model ideal pengembangan agrowisata dengan konsep 4A+CI (attraction, amenity, accessibelity, ancilary, community involment) yang dimodifikasi dari Postma dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2010:51)

Gambar 1. Model ideal pengembangan agrowisata

(35)

4. Potensi Wisata

Pengertian potensi wisata menurut Yoeti (1996:160-162) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Nyoman S. Pendit (1998:67), juga mengungkapkan pengertian yang sama mengenai potensi wisata, sebagai segala yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata dan berguna untuk mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut.

Menurut Nyoman S. Pendit (1994:108) Potensi wisata merupakan segala hal dan kejadian yang diatur dan disediakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata baik berupa suasana, kejadian, benda, maupun jasa.

Potensi wisata juga dapat berupa sumberdaya alam yang beraneka ragam dari aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangakan untuk pariwisata. Sedangkan sumberdaya pariwisata diartikan sebagai unsur-unsur lingkungan alam atau yang telah diubah oleh manusia yang dapat memenuhi keinginan wisatawan (Chafid Fandeli, 2001:48-57). Faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi pengembangan potensi objek wisata adalah kondisi fisis dan aksesibilitas.

(36)

Dengan demikian potensi pariwisata merupakan modal dasar dalam pengembangan industri kepariwisataan. Menurut Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990:11), potensi wisata dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Potensi wisata bersifat panorama alam yang berhubungan dengan cagar al am, suaka alam, termasuk flora dan fauna dengan pemandangan luar biasa dan indah.

2. Potensi wisata bersifat hiburan, alamiah, sosial dan budaya yaitu berhubungan dengan penikmatan nilai-nilai budaya tradisional atau modern berupa tari-tarian, hasil kerajinan tangan dan produksi setempat serta arsitektur budaya Indonesia.

3. Poteni wisata bersifat apounturir, yaitu berhubungan dengan perjalanan menuju tempat-tempat dengan berbagai alat transportasi termasuk perjalanan safari, pendaki gunung, olahraga dan slancar.

4. Potensi wisata bersifat bisnis/ekonomi, yaitu berhubungan dengan usaha perdagangan, diplomatik dan lain-lainya.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa potensi wisata dapat di bagi menjadi empat macam yaitu potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat hiburan, alamiah, sosial dan budaya, potensi yang bersifat apounturir dan potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomi.

(37)

pembangunan dan pengembangannya meliputi lima unsur, yaitu kondisi fisik, daya tarik wisata, aksesibilitas, sarana dan prasarana serta masyarakat.

1. Kondisi fisis

Aspek fisis yang dimaksud merupakan suatu lingkungan yang terdiri iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1989).

2. Atraksi/daya tarik objek wisata

Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-tarian, nyayian, kesenian daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996:172).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009, daya tarik wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

(38)

3. Aksesibilitas

Dalam mendukung upaya pengembangan kepariwisataan sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan puas bagi wisatawan salah satu usahanya adalah dengan cara mempermudah pencapaian ke objek wisata tersebut. Aksesibilitas adalah kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah, aksesibilitas ini ada kaitannya dengan jarak (Bintarto, 1982:117). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas atau tingkat keterjangkauan merupakan kemampuan dan kemudahan untuk menjangkau suatu tempat. Setiap wisatawan yang akan mengunjungi lokasi objek wisata biasanya akan mempertimbangkan tingkat keterjangkauannya, karena objek wisata yang mudah dijangkau akan mempermudah para wisatawan untuk berkunjung ke lokasi objek wisata.

4. Sarana dan prasarana wisata

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung. Prasarana kepariwisataan ini berupa prasarana perhubungan, komunikasi, instalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan dan pelayananan kesehatan (Yoeti, 1996:181).

Sedangkan menurut James J. Spillane (1997:40), fasilitas merupakan sarana yang menunjang dan menambah kenyamanan wisatawan dalam berekreasi, seperti hotel, rumah makan, pondok wisata, toko souvenir, telepon umum, bank dan tempat rekreasi.

(39)

berkunjung ke lokasi objek wisata, karena wisatawan membutuhkan tempat untuk beristirahat atau penginapan terutama wisatawan yang berasal dari luar daerah seperti fasilitas hotel atau penginapan, warung makan, telepon umum sebagai alat komunikasi, tempat ibadah, kantin, tempat parkir, auditorium (tempat pertemuan), MCK serta toko souvenir yang menjual berbagai produk sebagai ciri khas objek wisata yang dikunjunginya.

5. Masyarakat

Pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata (Gamal Suwantoro, 1997:23).

Sujali (1989:11), mengemukakan bahwa potensi objek wisata terjadi karena suatu proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun karena disebabkan oleh budidaya manusia.

Suatu tempat dapat menjadi suatu objek wisata harus mempunyai suatu potensi yang dapat menarik pengunjung. Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang dimiliki oleh tempat tersebut ataupun suatu objek/kenampakan yang dibuat oleh manusia, dalam hal ini stakeholder yang bertanggung jawab terhadap objek wisata tersebut.

(40)

5.Aspek-Aspek Dalam Perencanaan Pariwisata

Adapun aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata sebagaimana yang diungkapkan oleh Oka A. Yoeti (1997) adalah sebagai berikut:

a. Wisatawan (Tourist)

Terlebih dahulu harus tahu mengenai karakteristik wisatawan yang diharapkan datang, misalnya dari mana saja mereka datang, anak muda atau orang tua, pengusaha atau pekerja biasa, dan pada musim apa saja mereka melakukan wisata.

b. Transportasi (Transportations)

Terlebih dahulu harus tahu bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia atau yang akan dapat digunakan untuk membawa wisatawan dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata.

c. Atraksi/objek wisata (Attractions)

Apakah objek wisata yang akan dijual memenuhi tiga syarat utama pariwisata, yaitu

a) Apa yang dapat dilihat (something to see) b) Apa yang dapat dilakukan (something to do) c) Apa yang dapat dibeli (something to buy) d. Fasilitas pelayanan (Services Facilities)

(41)

6. Strategi Pengembangan Pariwisata

Menurut Taggart dalam Effendi (1989:2) bahwa perkembangan pariwisata di Indonesia agak lambat. Ada dua faktor yang menyebabkan kelambatan tersebut, yaitu kurangnya fasilitas untuk mendukung kepariwisataan dan kurangnya publikasi dan informasi tentang kepariwisataan. Dalam pengembangan kepariwisataan, aktifitas permintaan (demand) dan persediaan (supply) perlu diformulasikan bersama-sama dengan tujuan pengembangan kepariwisataan. Selanjutnya akan menentukan identifikasi potensi daerah atau objek wisata yang akan dikembangkan. Berdasarkan identifikasi tersebut, akan ditentukan rencana jangka pendek dan jangka panjang program kepariwisataan.

Dalam http://nizwan-wwwbloggercom.blogspot.com/2009/02/analisis-swot-pengembangan-pariwisata.html dijelaskan bahwa menurut Freddy Rangkuti (2002:3) sebagaimana mengutip pendapat Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.

Menurut Gamal Suwantoro (1997:56) ada beberapa langkah pokok dalam melakukan strategi pengembangan pariwisata yaitu:

a. Dalam jangka pendek dititikberatkan pada optimasi, melalui cara meningkatkan mutu tenaga kerja, meningkatkan kemampuan pengelola, dan memanfaatkan produk yang ada.

(42)

c. Dalam jangka panjang dititikberatkan pada pengembangan dan penyebaran dalam pengembangan pasar pariwisata baru.

Masih dalam http://nizwan-wwwbloggercom.blogspot.com/2009/02/analisis-swot-pengembangan-pariwisata.html menurut Happy Marpaung (2002:19) perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah, dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada.

Keberhasilan pengembangan pariwisata ditentukan oleh 3 faktor, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yoeti (1996), sebagai berikut:

1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.

(43)

3. Terjadinya fasilitas amenities yaitu sasaran kepariwisataan yang dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat.

Demand pariwisata sangat berkaitan dengan pengguna atau konsumen (wisatawan). Wisatawan diistilahkan sebagai pasar, karena wisatawan merupakan target atau sasaran yang hendak dituju dalam suatu penawaran pariwisata. Sehingga faktor permintaan yang datang dari para wisatawan tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan pariwisata.

B. Kerangka Pikir

(44)

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Potensi Wisata

Faktor Eksternal 1. Bisnis dan

ekonomi 2. Masyarakat

sekitar 3. Pemerintah

Analisis SWOT Faktor Internal

1. Aksesibilitas 2. Budaya dan

sosial 3. Fasilitas 4. Kondisi alam

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan untuk maksud penjajagan, deskriptif eksploratif, penjelasan, evaluasi, prediksi, penelitian operasional, pengembangan indikator-indikator. Pada penelitian ini menggunakan penelitian penjajagan.

(46)

B. Objek Penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Apabila dilihat dari sumbernya objek dalam penelitian kualitatif menurut Sparadley disebut social situation atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu tempat (place), pelaku (aktor), dan aktivitas (aktivity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2010:199).

Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan objek wisata meliputi potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya, potensi wisata yang bersifat bisnis dan ekonomi, fasilitas wisata, dan aksesibilitas di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.

C. Subjek Penelitian

(47)

berdasarkan siapa saja yang kebetulan ditemui pada saat melakukan penelitian. Adapun jumlah responden yaitu untuk wisatawan berjumlah 20 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Agar tidak terjadi pengelompokan jawaban yang sama dan diperoleh gambaran yang bersifat umum, maka wisatawan yang bersifat rombongan akan diambil beberapa responden saja sebagai perwakilan. Responden masyarakat sebanyak 15 orang baik laki-laki maupun perempuan, yang ditujukan kepada masyarakat Desa Tulus Rejo karena desa ini merupakan lokasi agrowisata BBIH Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Untuk pengambilan data kepada pihak pengelola ditujukan kepada Kepala Agrowisata BBIH Pekalongan, Penanggung Jawab Agrowisata, Petugas Lapangan, dan Petugas Agrowisata yang keseluruhannya berjumlah 4 orang.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian, sering juga disebut sebagai variabel penelitian yang merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Suharsimi Arikunto, 2006:10). Menurut Sugiyono (2010:38) bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

(48)

fisik maupun sosial. Variabel dalam penelitian ini adalah potensi wisata pada agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Sofian Effendi dan Masri Singarimbun, 1989:46). Variabel dalam penelitian ini adalah potensi wisata pada agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014, yaitu potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya, potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomi, fasilitas wisata dan aksesibilitas.

a. Potensi yang Bersifat Panorama Alam

Potensi wisata yang bersifat panorama alam di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu pemandangan alam, keindahan air danau, dan juga suhu udara di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH).

b. Potensi yang Bersifat Sosial dan Budaya

(49)

hasil kerajinan tangan khas daerah setempat, dan arsitektur bangunan asli daerah Lampung.

c. Potensi yang Bersifat Bisnis/Ekonomi

Potensi bersifat bisnis dan ekonomi yang terdapat di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur bisa dilihat dengan indikator produksi kripik singkong, penjualan bibit bunga serta buah, dan adanya kantin yang dikembangkan atau dikelola oleh masyarakat sekitar.

d. Fasilitas

Fasilitas wisata yang dimaksud adalah tersedianya berbagai kebutuhan yang diperlukan pengunjung untuk kenyamanan. Dalam penelitian ini ketersediaan fasilitas yang berupa tempat penginapan, warung makan, tempat beristirahat, tempat beribadah, tempat rekreasi, area parkir, pos penjaga, dan fasilitas pendukung lainnya dapat diklasifikasikan menjadi lengkap, kurang lengkap, dan tidak lengkap. Dikatakan lengkap jika seluruh indikator tersebut tersedia dan dapat digunakan dengan baik, dikatakan kurang lengkap jika tersedia dengan keadaan yang kurang baik, dan dikatakan tidak lengkap apabila tempat wisata ini tidak menyediakan fasilitas wisata.

e. Aksesibilitas

(50)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung (Kusmayadi, 2000:84). Teknik observasi langsung dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, daya tarik, aksesibilitas dan tingkat keterjangkauan agrowisata BBIH Pekalongan yang ada.

2. Wawancara Terstruktur

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan yang belum ada atau kurang jelas dari data yang sudah ada. Interview atau wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (Kusmayadi, 2000:150). Wawancara dilakukan dengan mendatangi instansi terkait menggunakan pedoman wawancara tersusun. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data dari pengelola mengenai daya tarik yang ada, serta sarana dan prasarana yang tersedia, pada agrowisata BBIH Pekalongan.

3. Dokumentasi

(51)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, dimana data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Menurut Sondang P. Siagian (1998:172) SWOT adalah merupakan akronim untuk kata Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) (http://nizwan-wwwbloggercom.blogspot.com/2009/02/analisis-swot-pengembangan-pariwisata.html).

Dari pengertian SWOT tersebut akan dijelaskan satu persatu (Yoeti,1996:133) yaitu:

a. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata. Dengan mengetahui kekuatan, pariwisata dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan.

b. Kelemahan (Weakness), yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi pariwisata.

c. Peluang (Opportunties), yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi pariwisata untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang.

(52)

kepariwisataan di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan.

Dari analisis ini akan ditarik kesimpulan bagaimana perkembangan pariwisata khususnya agar agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan tidak hanya sekedar menjadi objek wisata musiman. Analisis ini didasarkan pada logika dan hasil analisa biasanya adalah arahan atau rekomendasi yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Analisis SWOT dilakukan dengan beberapa langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal,

Setelah faktor-faktor internal dan eksternal di identifikasi, maka dilakukan tahapan selanjutnya yaitu penentuan tabel Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

b. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

Tahap-tahap dalam menyusun tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dengan menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strength) serta kelemahan (Weakness) potensi wisata Agrowisata BBIH Pekalongan, sebelumnya dilakukan dulu menentukan bobot dari masing-masing faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman).

(53)

sebaliknya yaitu dari 1 (sangat penting) sampai dengan 4 (tidak penting). Kemudian Kalikan nilai skala prioritas (SP) dengan konstanta (K). Penentuan nilai konstanta didasarkan pada nilai tertinggi yaitu 4 dengan asumsi bahwa semua indikator dianggap baik. Masing-masing nilai SP x K dibagi dengan total nilai SP x K untuk memperoleh nilai bobot. Penentuan bobot pada faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada table 1 berikut ini:

Tabel 1. Penentuan bobot faktor-faktor kekuatan dan kelemahan

Faktor Strategi Internal

Skala prioritas (SP)

Konstanta (K)

SP x K Bobot

Kekuatan:

Total Kelemahan:

Total

(54)

Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan strategi internal (IFAS):

a) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom 1.

b) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis pengembangan pariwisata. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pengembangan sektor pariwisata variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sempai dengan 1,0 (poor).

(55)

Tabel 2. IFAS

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan:

Total Kelemahan:

Total

Sumber: Rangkuti, 2009

c. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Tahap-tahap dalam menyusun tabel Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) dengan menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang (Opportunity) serta ancaman (Threats) potensi wisata Agrowisata BBIH Pekalongan, sebelumnya dilakukan dulu menentukan bobotnya.

(56)

semua indikator dianggap baik. Masing-masing nilai SP x K dibagi dengan total nilai SP x K untuk memperoleh nilai bobot. Penentuan bobot pada faktor-faktor peluang dan ancaman dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Penentuan bobot faktor-faktor peluang dan ancaman Faktor Strategi

a) Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman berdasarkan hasil identifikasi di lokasi penelitian.

b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

(57)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi agrowisata bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pebobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi agrowisata yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana agrowisata tertentu bereaksi terhadap factor-faktor strategis eksternalnya.

Tabel 4. EFAS

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang:

Ancaman:

Total

(58)

d. Matriks SWOT

(59)

e. Penentuan Matriks Grand Strategi

Angka yang didapat dari perhitungan IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan ke dalam Matriks Grand Strategi. Untuk menentukan posisi pengembangan potensi agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan ditunjukkan oleh titik X dan Y pada Matriks Grand Strategi. Langkah yang harus dilakukan yaitu menempatkan jumlah total skor faktor S dengan W dan faktor O dengan T pada posisinya, hal ini dilakukan untuk menentukan posisi agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan, yang di tunjukkan oleh titik X dan Y pada Matriks Grand Strategi.

Gambar 3. Matriks Grand Strategi

(60)

1. Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Agrowisata tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. 2. Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, agrowisata ini

masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

3. Kuadran 3: Agrowisata menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi agrowisata ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal agrowisata sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih besar.

4. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, agrowisata menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

f. Tahap Pengambilan Keputusan

(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang pengembangan objek wisata agrowisata BBIH Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur tahun 2014, maka hal yang dapat disimpulkan yaitu:

1. Terdapat empat jenis alternatif strategi pengembangan agrowisata BBIH Pekalongan yang perlu dilakukan yaitu, strategi SO (Strength and Opportunities), Strategi WO (Weakness and Oppotunities), Strategi ST (Strength and Threats), dan Strategi WT (Weakness and Threaths).

(62)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pemerintah terkait perlu melakukan promosi dengan baik mengenai Agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan sehingga dapat menarik wisatawan berkunjung di Agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan.

2. Pihak BBIH Pekalongan melakukan kerja sama dengan pihak swasta agar dapat mengembangkan potensi wisata yang ada dengan lebih baik, sehubungan dengan kendala dana yang selama ini dialami sesuai dengan hasil wawancara kepada pihak pengelola.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. http://nizwan-wwwbloggercom.blogspot.com/2009/02/analisis-swot-pengembangan-pariwisata.html diakses pada 12 Mei 2014.

Arsyad Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.

Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1990. Prospek dan Problem Pariwisata. Makalah. Lampung.

Bintarto. 1982. Metode Analisa Geografi. LP3ES. Jakarta.

Chafid Fandeli. 2001. Dasar-Dasar Manejemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.

Freddy Rangkuti. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gamal Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.

Happy Marpaung. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Penerbit Alfabet. Bandung.

I Gusti Bagus Rai Utama. 2010. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif di Indonesia. Andi. Yogyakarta.

James J. Spillane. 1997. Ekonomi Pariwisata, Transformasi Budaya Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta.

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(64)

Moh. Reza Tirtawinata dan Lisdiana Fachruddin. 1996. Daya Tarik Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nyoman S. Pendit. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta.

. 1998. Pengantar Pariwisata. STP Nusa Dua. Bali.

Oka A. Yoeti.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

Ramaini. 1992. Geografi Pariwisata. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Sujali. 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Gambar

Gambar  23. Area parkir......................................................................................
Gambar 1. Model ideal pengembangan agrowisata
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Penentuan bobot faktor-faktor kekuatan dan kelemahan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesa yang diambil dalam penelitian ini adalah diduga pula bahwa usahatani pembenihan tanaman kedelai di Balai Benih Induk Palawija Bedali Kecamatan Singosari Kabupaten Malang

(2) Usaha agroindustri kelanting di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur memiliki nilai tambah yang tinggi yaitu sebesar Rp. Strategi yang harus

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui kelayakan usaha pembibitan durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur akan dilakukan analisis dari aspek

SITI NADLIROH (2017), Efektivitas Pola Kemitraan Antara Kelompok Tani Maju Makmur dengan UPTD Balai Benih Hortikultura Kalimandi Kabupaten Banjarnegara dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki yang berstatus Single Parent di Desa Tulus Rejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur belum mampu

terutama dalam hal aksesibilitas dan utilitas yang berlokasi pada Objek Wisata Pantai Gumumae Kecamatan Bula Kabupaten Seram Bagian Timur dengan jumlah informan sebanyak

Strategi  yang  dapat  dilakukan  dalam  pemasaran  tiwul  instan  di  Desa  Wonosari  Kecamatan  Pekalongan  Kabupaten  Lampung  Timur  berdasarkan  hasil  analisis 

Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai pemetaan dan deskripsi potensi objek wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Barat