• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BOARD OF COMMISSIONERS’S

CHARACTERISTICS FOR ACCOUNTING CONSERVATISM LEVEL

By

TIRTA KHAIRUDIN

This study is aimed to examine the effect of board characteristics commissioner on the level of accounting conservatism. Characteristics of the commissioners specifically related to the independence commissioners proportion, commissioner board size, frequency of board meetings and audit committee. This study aims to examine the influence of the characteristics of the commissioners on the level of accounting conservatism on manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange Period 2010-2012.

This study uses a sample of manufacturing firms. Samples were taken as many as 24 firms conducted by purposive sampling. Data were analyzed using multiple regression analysis with SPSS 17.0..

The study says that the frequency of meetings of the board of commissioners has a positive influence on the level of accounting conservatism company, while the variable commissioner board size, independence commissioners proportion and audit committee size has no effect on the level of accounting conservatism.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

Oleh

TIRTA KHAIRUDIN

Penerapan akuntansi yang konservatif dalam laporan keuangan perusahaan berkaitan dengan karakteristik dewan komisaris. Karakteristik dewan komisaris tersebut secara spesifik berkaitan dengan proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat dewan komisaris dan komite audit. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh karakteristik dewan komisaris terhadap tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur bursa efek di Indonesia Periode 2010-2012.

Penelitian ini mengunakan sampel perusahaan manufaktur. Sampel diambil

sebanyak 24 perusahaan yang dilakukan secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi berganda dengan software SPSS 17.0.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa ukuran dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan komisaris mempunyai pengaruh yang positif terhadap terjadinya tingkat konservatisme akuntansi perusahaan, sedangkan variabel proporsi komisaris independen dan ukuran komite audit tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya tingkat konservatisme akuntansi.

(3)
(4)

PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

(Skripsi)

Oleh

TIRTA KHAIRUDIN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 7 Agustus 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mas Khairudin dan Ibu Erlina.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Taruna Jaya Perumnas Way Halim tahun 1997. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Azhar 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2009 di SMAN 9 Bandar Lampung.

(9)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang pada diri mereka sendiri.”

(QS 13:11)

“Mengejar impian itu sulit, bakat hanya mempercepat tetapi kemauan

(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini, sebagai salah satu tanda bakti kepada kedua orang

tuaku, ayah dan ibu, serta sebagai tanda perjuanganku bagi kakak dan adikku

tersayang.

Terima kasih atas segala doa dan dukungan yang tak henti-hentinya tercurahkan

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap Tingkat

Konservatisme Akuntansi” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan bantuan, saran, arahan dan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(12)

5. Ibu Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc., Akt., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah memberikan bantuan, saran, arahan dan waktunya selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan.

6. Bapak Drs. A Zubaidi Indra, M.M., C.P.A., selaku Penguji Utama atas saran dan kritik, serta nasehat yang membangun baik bagi penyelesaian skripsi maupun bagi diri penulis.

7. Bapak Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas segala saran dan dukungan yang diberikan selama masa perkuliahan. 8. Bapak dan Ibu Dosen di jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung, atas ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan.

9. Pak Sobari untuk kesabarannya dalam membantu mengurus skripsi dan proses birokrasinya. Mas Yana dan Mas Yono, Mbak Sri, Mpok, Mas Leman juga seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

10. Kedua orangtuaku, Bapak Mas Khairudin dan Ibu Erlina juga terima kasih banyak karena selalu mendoakan dan mendukung setiap langkah demi mewujudkan mimpi dan cita dari penulis. Tiada kata yang dapat

menggambarkan rasa sayang dan terima kasih atas segala hal yang telah diberikan.

(13)

12. Kekasihku Lathifa Indraningtyas, S.TP, terima kasih untuk selalu membantu, menyemangati, mendukung dan mendoakan setiap saat. 13. Sahabat-sahabatku, Fadillah Ramadhan, Fanny Malinda, Fachreza M.

Ilham, Febty Gabriella, Farah Aqielah, Mutia Novitri, Siska Anggraini, Ade Sandra, Fikram Khan, Try Eliza, Ettfinda Kurniawan, Sandro Armas, Emmanuel Ginting, David Saputra, Fikri Rizki, Dedi Novriansyah dan Fadli Andika terima kasih atas segala dukungan yang membangun

semangat dan terima kasih selama ini menjadi teman dalam suka maupun duka dan kebersamaan selama ini, semoga apa yang kita harapkan dapat terwujud, amin.

14. Teman-teman Akuntansi 2009 Sheli, Selvi, Betty, Wulan, Sarah, Reza, Syaiful, Dedi, serta nama lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 15. Adik tingkat Akuntansi 2010, Tiya, Deni, Mila, Citra, Iga, Wella, Dwi,

Rossy, Ira, Eka, Ayu, Yesi, Era, Mareta, Pungki, Jeni, Esti, Yoga, serta nama lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

16. Teman-teman dota, deri, dwi, oddy, dimas, adhit, pindo, vidi, dan seluruh anak kandis dan anak dota yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 17. Teman-teman KKN Kasui, Hema, Okta, Angga, Herlan, TJ, serta nama

lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya.

18. Teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah menorehkan cerita.

(14)

Terima kasih untuk orang yang sudah terlibat atau melibatkan dirinya dalam kehidupan saya, dan orang-orang yang terlewat disebutkan tetapi memiliki arti yang sama pentingnya bagi kehidupan saya, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga karya ini memiliki manfaat dikemudian hari. Amin.

Bandar Lampung, 28 Agustus 2014 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

1.2. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 9

2.1.2. Konservatisme Akuntansi ... 9

2.1.3. Corporate Governance ... 11

2.1.4. Corporate Governance dan Perspektif Keagenan .. 12

2.1.5. Proporsi Komisaris Independen ... 13

(16)

2.1.7. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris ... 14

2.2. Penelitian Terdahulu ... 15

2.3. Model Penelitian ... 18

2.4. Pengembangan Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data ... 23

3.2. Populasi dan Sample Penelitian ... 23

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 24

3.4. Metode Analisis Data ... 27

3.5. Pengujian Hipotesis ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 31

4.2. Uji Asumsi Klasik ... 32

4.3. Pengujian Koefisien Determinasi ... 35

4.4. Uji ANOVA ... 36

4.5. Pengujian Hipotesis dan Intepretasi Hasil ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 46

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 47

5.3. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Mentah Penelitian

Lampiran 2. Hasil Variabel Konservatisme Akuntansi 2010-2012 Lampiran 3. Data Variabel Independen 2010-2012

Lampiran 4. Output Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Lampiran 5. Perhitungan Regresi

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 31

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 34

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 35

Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 35

Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik F ... 36

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber dayanya. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses kegiatan akuntansi di perusahaan. Laporan tersebut memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pihak internal seperti komisaris, direktur, manajer dan karyawan maupun pihak eksternal seperti

investor, kreditor dan pemasok untuk mengambil keputusan. Meskipun demikian, terkadang perusahaan menghadapi ketidakpastian. Hal ini menyebabkan

perusahaan perlu menerapkan prinsip konservatisme yang merupakan konsep kehati-hatian yang terdapat sebagai salah satu alternatif dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

(21)

2

menghasilkan laba, pendapatan, atau aset, maka laba, pendapatan atau asset tersebut tidak boleh langsung diakui, sampai kondisi tersebut betul-betul terealisasi.

Almilia (2004) menyatakan konservatisme merupakan reaksi yang berhati-hati atas ketidakpastian yang ada agar ketidakpastian dan risiko yang berkaitan dalam situasi bisnis dapat dipertimbangkan dengan cukup memadai. Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan.

Manajer dapat melakukan pelaporan keuangan yang optimis maupun konservatif, akan tetapi pelaporan yang optimis serta cenderung overstate terkadang

menyesatkan dan merugikan pengguna laporan keuangan. Beberapa kasus terkait hal tersebut terjadi di luar negeri dan di Indonesia, sering kali penyajian yang overstate merupakan bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.

Penelitian yang dilakukan oleh Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission (COSO) menyebutkan bahwa lima puluh persen (50%)

dari perusahaan-perusahaan di AS yang melakukan kecurangan antara tahun 1987 sampai dengan 1997 dengan cara mencatat pendapatan yang prematur atau dengan menciptakan transaksi fiktif (Arens et al., 2011).

(22)

3

dengan bisnis yang dilakukan dengan pihak istimewa yang misterius yang juga merupakan bagian internal perusahaan. Pada November 2001, perusahaan juga mengumumkan mereka telah salah menyajikan laba sebesar hampir $600 juta sejak tahun 1997, sehingga mereka harus melakukan penyajian ulang atas laporan keuangan yang telah diaudit sejak empat tahun sebelumnya. Kejadian tersebut karena ada overstate laba, di mana penyajian 80% laba perusahaan berasal dari bisnis yang tidak jelas yang dikenal dengan “agen pemasok jasa dan operasi energi” dan sangat mencolok ketika salah seorang manajer investasi secara

terbuka mengungkapkan bahwa tidak ada yang seorang pun yang mampu menjelaskan bagaimana sebenarnya Enron menghasilkan uang (Arens et al., 2011).

Penerapan akuntansi yang konservatif dalam laporan keuangan perusahaan berkaitan dengan karakteristik dewan komisaris. Karakteristik dewan komisaris tersebut secara spesifik berkaitan dengan proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit dan frekuensi rapat dewan komisaris.

Karakteristik dewan komisaris terkait dengan proporsi komisaris independen perlu diperhatikan agar terdapat independensi dalam proses pengawasan yang dilakukan terhadap kinerja perusahaan. Dengan adanya komisaris yang independen,

(23)

4

baik. Salah satu dari dewan komisaris harus memiliki latar belakang akuntansi atau keuangan (Wardhani, 2008).

Dari sisi ukuran dewan komisaris, hal tersebut terkait dengan jumlah anggota dewan komisaris yang akan mempengaruhi mekanisme pengawasan terhadap perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan menyebabkan tugas setiap anggota dewan komisaris menjadi lebih khusus karena terdapat komite-komite yang lebih khusus dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi yang lebih besar tersebut dapat menunjukkan pengawasan yang lebih efektif sehingga penerapan akuntansi yang disyaratkan dewan komisaris lebih konservatif. Oleh karena itu, jumlah anggota dewan komisaris harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan agar pengawasan yang dilakukan akan lebih efektif (Wardhani, 2008).

Komite audit merupakan pihak akhir yang memonitor proses pelaporan keuangan perusahaan dan mereka akan mempengaruhi kebijakan yang diambil perusahaan berkaitan dengan prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan, termasuk didalamnya prinsip konservatisme. Krishnan dan Visuanathan (2006)

membuktikan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme laporan keuangan dan latar belakang keahlian dari komite audit tersebut juga berkaitan positif terhadap konservatisme. Hasil penelitian ini sejalan dengan Dechow et al. (1996), dan Beasley et al. (2000) dalam Wardhani (2008) menyatakan bahwa adanya komite audit berhubungan dengan tingkat kecurangan yang lebih rendah.

(24)

5

Ahmed dan Duellman (2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara praktik akuntansi yang konservatif dengan karakteristik dewan direksi. Secara keseluruhan penelitian ini menegaskan adanya bukti yang konsisten terhadap pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme dalam akuntansi akan membantu perusahaan untuk mengurangi biaya agensi.

Penelitian yang menghubungkan antara tingkat konservatisme dengan mekanisme good corporate governance juga dilakukan oleh Wardhani (2008), yang

membuktikan bahwa karakteristik yang berhubungan dengan keberadaan komite audit memiliki hubungan positif dengan tingkat konservatisme akrual, akan tetapi tidak dapat membuktikan pengaruh antara independensi komisaris dan

kepemilikan manajerial terhadap tingkat konservatisme akrual.

Penelitian ini merupakan replikasi dari Wardhani (2008) dalam hal pengukuran konservatisme. Perbedaannya adalah penambahan frekuensi rapat dewan komisaris menjadi variabel independen. Karena, Pertemuan yang teratur dan terkendali dengan baik akan membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan lebih mampu menawarkan kritik dalam hubungannya dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh manajemen sehingga lebih konservatif (Porter dan Gendall, 1993) dalam Rahmat et al. (2008). Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Karakteristik Dewan

(25)

6

1.2Perumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan?

2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan?

3. Apakah frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan?

4. Apakah ukuran komite audit akan berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan?

1.2.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini agar mempunyai ruang lingkup dan arah penelitian yang jelas, batasan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(26)

7

3. Data penelitian yang akan diambil adalah tahun 2010-2012 sehingga diperoleh gambaran yang cukup mengenai karakteristik dewan komisaris terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini untuk menyediakan bukti empiris mengenai:

1. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap tingkat konservatisme pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia.

2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap tingkat konservatisme pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia.

3. Pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris terhadap tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia.

4. Pengaruh ukuran komite audit terhadap tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1Manfaat Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta bukti empiris mengenai pengaruh penerapan

(27)

8

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik dewan komisaris dan konservatisme akuntansi.

1.3.2.2Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai konservatisme akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Landasan Teori

2.1.1 Agency Theory

Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal dan agen. Dalam rerangka kerja teori agensi, baik prinsipal maupun agen membuat keputusan yang semata-mata dimotivasi oleh kepentingan pribadi. Kepentingan prinsipal diasumsikan sejalan dengan motif maksimalisasi laba perusahaan. Sementara itu kepentingan pribadi agen mungkin saja sejalan dengan kepentingan perusahaan atau malah bertentangan (Jensen dan Meckling, 1997) dalam

(Wardhani, 2008). Pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan agen dan pemilik dalam hal terjadinya konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari teori keagenan.

2.1.2 Konservatisme Akuntansi

(29)

10

dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aset.

Pendapat para peneliti yang menyatakan konservatisme dalam akuntansi

bermanfaat apabila laba konservatif yang disusun menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif mencerminkan laba minimal yang dapat diperoleh perusahaan sehingga dapat dianggap sebagai laba yang berkualitas (Almilia, 2004). Lebih lanjut, konservatisme akuntansi juga bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak yang efisien dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (Watts, 2003).

Mayangsari dan Wilopo (2002) memiliki pendapat yang berbeda bahwa suatu laporan keuangan jika penyusunannya menggunakan metode yang konservatif, mengakibatkan laporan akuntansi yang dihasilkan cenderung bias dan tidak mencerminkan realita. Juanda (2007) menambahkan pernyataan yang mengkritik adanya prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan, yaitu bahwa terdapat dua aspek yang menjadikan konservatisme akuntansi mengurangi kualitas laporan keuangan terutama masalah relevansi.

(30)

11

mendorong adanya penyimpangan karena sikap pesimistik, walaupun hal ini memang diharapkan oleh kreditor, namun akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua, konservatisme merupakan hasil dari penundaan pengakuan secara selektif terhadap berita baik, sementara dengan segera mengakui berita buruk. Hal ini dapat mengakibatkan understatement terhadap laba yang dilaporkan untuk periode saat ini, tetapi overstatement terhadap laba yang dilaporkan untuk periode yang akan datang.

2.1.3 Corporate Governance

Definisi Corporate Governance sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Definisi ini menekankan pada keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada peraturan perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatikan stakeholders yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai pemegang saham. Ada empat unsur penting dalam corporate governance yang merupakan prinsip-prinsip dalam corporate governance, yaitu (Effendi, 2009):

1. Fairness

(31)

12

terlaksananya komitmen dengan para investor. Penetapan tanggung jawab dewan komisaris, direksi, kehadiran komisaris independen dan komite audit serta penyajian informasi (terutama laporan keuangan) dengan pengungkapan penuh merupakan perwujudan dari prinsip keadilan/kewajaran ini.

2. Transparency

Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

3. Accountability

Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

4. Responsibility

Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Prinsip tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip-prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan penyampaian laporan keuangan perusahaan.

2.1.4 Corporate Governance dan perspektif keagenan

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk

(32)

13

pihak agen/manajer). Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan returns dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu, kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para investor dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan investor. Secara ideal, investor dan manajer sebaiknya menandatangani kontrak yang lengkap/komplit, yang menspesifikasikan secara tepat apa saja yang akan dilakukan oleh manajer di segala kemungkinan yang terjadi, dan bagaimana laba perusahaan akan dialokasikan (Darmawati et al., 2004).

Tujuan dari corporate governance diantaranya agar para pemegang saham dapat memperoleh haknya dan agar perusahaan melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Effendi, 2009).

2.1.5 Proporsi Komisaris Independen

(33)

14

sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman good corporate governance guna menjaga independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat (Wardhani, 2008).

2.1.6 Komite Audit

Secara umum, komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris untuk mengawasi kinerja kegiatan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit, baik internal maupun eksternal di dalam perusahaan. Komite audit merupakan unsur penting dalam mewujudkan penerapan good corporate governance. Keberadaan komite audit dapat membantu dewan komisaris meningkatkan pengawasan terhadap manajemen perusahaan, sehingga dapat menjadi usaha perbaikan terhadap tata cara pengelolaan perusahaan karena komite audit akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan dewan komisaris maupun pihak eksternal lainnya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

2.1.7 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

(34)

15

Dengan melakukan pertemuan secara periodik, dewan komisaris dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen karena aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus menerus dan terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi dan diselesaikan dengan baik oleh manajemen.

2.2Penelitian Terdahulu

Lara et al. (2005) juga melakukan penelitian mengenai hubungan board of directors characteristics dengan konservatisme akuntansi dengan sampel

perusahaan-perusahaan di Spanyol. Penelitian mereka menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki dewan yang kuat sebagai mekanisme corporate governance mensyaratkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada

perusahaan dengan dewan yang lemah. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persyaratan adanya konservatisme akuntansi akan lebih mengurangi dampak yang disebabkan oleh risiko litigasi.

Ahmed dan Duellman (2007) menguji mengenai karakteristik dewan terhadap konservatisme akuntansi menemukan bukti bahwa dewan komisaris

berhubungan negatif signifikan dengan konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran akrual. Ukuran dewan menunjukkan hasil yang tidak

signifikan dengan konservatisme akuntansi, sedangkan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berhubungan negatif dan tidak signifikan.

(35)

16

sebanyak 69 perusahaan yang terdaftar di BEI dengan variabel independen yang digunakan yaitu komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan keberadaan komite audit menunjukkan hasil bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat konservatisme dengan ukuran akrual, sedangkan kepemilikan manajerial dan independensi komisaris tidak berpengaruh positif.

Indrayati (2010) melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005–2007, menemukan bukti bahwa karakteristik dewan komisaris yang terdiri atas proporsi komisaris independen, kepemilikan saham oleh komisaris yang terafiliasi, dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

Rahmawati (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, leverage, dan risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi dengan sampel penelitian sebanyak 64 perusahaan manufaktur yang listing di BEI menemukan hasil bahwa sebanyak 57% perusahaan menerapkan

konservatisme dan sebanyak 43% perusahaan tidak menerapkan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, leverage berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, dan risiko litigasi juga berpengaruh negatif

sedangkan ukuran perusahaan yang merupakan variabel kontrol mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

(36)

17

konservatisme akuntansi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bukti bahwa variabel proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berhubungan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan variabel kompetensi komite audit dan frekuensi pertemuan dewan komisaris berhubungan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Munif (2013) melakukan penelitian pengaruh komite audit terhadap

independensi auditor dalam kaitannya dengan laporan keuangan konservatif, dengan hasil penelitian kompetensi dan frekuensi pertemuan komite audit terhadap audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

2.3Model Penelitian

Dewan komisaris memiliki peran yang sangat penting dalam mekanisme corporate governance. Dalam tugasnya sebagai pengawas, dewan komisaris

menghendaki adanya laporan keuangan yang akurat, andal dan dapat dipercaya. Ahmed dan Duellman (2007) dan Wardhani (2008) menyatakan bahwa

konservatisme merupakan salah satu prinsip akuntansi yang diperlukan untuk membantu dewan komisaris dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya. Selain itu, konservatisme juga dapat

(37)

18

frekuensi rapat dewan komisaris dan komite audit akan mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi yang digunakan.

Untuk membantu dalam memahami mengenai pengaruh karakteristik dewan terhadap tingkat konservatisme akuntansi, maka diperlukan sebuah kerangka pemikiran. Dari landasan teori yang telah diuraikan di atas kemudian dibuatlah hipotesis-hipotesis yang kemudian dapat digambarkan dalam sebuah kerangka pemikiran seperti di berikut:

Gambar 1. Model Penelitian

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Konservatisme Akuntansi Di Indonesia

Proporsi Komisaris Independen

Ukuran Dewan Komisaris

Konservatisme Akuntasi Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

Komite Audit

2.4Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

(38)

19

akrual. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Indrayati (2010) yang membuktikan bahwa karakteristik dewan komisaris yang terdiri atas proporsi komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi, sedangkan penelitian Wardhani (2008) menyatakan bahwa semakin banyak proporsi komisaris independen dalam suatu perusahaan akan menunjukkan dewan komisaris yang kuat maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme yang diinginkan karena adanya persyaratan informasi keuangan yang lebih berkualitas. Apabila proporsi komisaris independen lebih sedikit maka monitoring yang dilakukan akan lemah sehingga manajer perusahaan memiliki kesempatan untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif dan kurang konservatif. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut:

H1: Proporsi komisaris independen berpengaruh secara positif terhadap tingkat

konservatisme akuntansi perusahaan

2.9.2 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Konservatisme Akuntansi

Ukuran dewan komisaris merupakan elemen penting dari karakteristik dewan komisaris yang mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi. Penelitian Lara, et al. (2005) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki dewan yang kuat sebagai

(39)

20

Ahmed dan Duellman (2007) menyatakan ukuran dewan komisaris berhubungan dengan adanya komite audit yang menjalankan tugasnya secara lebih spesifik. Ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan menyebabkan tugas setiap anggota dewan komisaris menjadi lebih khusus karena terdapat komite-komite yang lebih khusus dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi yang lebih besar tersebut dapat menunjukkan pengawasan yang lebih efektif. Oleh sebab itu, diperlukan jumlah anggota dewan komisaris yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan supaya proses monitoring lebih efektif. Sehingga semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin besar kekuatan dari dewan komisaris dalam melakukan pengawasan dan penggunaan akuntansi yang konservatif akan semakin tinggi pula. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat

konservatisme akuntansi perusahaan.

2.9.3 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Konservatisme Akuntansi

Rapat dewan komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi diantara anggota-anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen. Dalam rapat tersebut, akan membahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen (Rahmawati, 2010).

(40)

21

Pengawasan yang tinggi dari dewan komisaris mendorong penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Rapat dewan komisaris akan meningkatkan kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H3: Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat

konservatisme akuntansi perusahaan

2.9.4 Keberadaan Komite Audit terhadap Konservatisme Akuntansi

Komite audit mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan, serta memastikan bahwa pelaporan keuangan yang disajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang umum, pelaksanaan audit internal dan eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Dengan adanya komite audit dalam perusahaan, maka proses pelaporan keuangan akan termonitor dengan baik

sehingga kecurangan oleh pihak manajemen akan terminimalisasi (Wulandini dan Zulaikha, 2012).

(41)

22

akan meningkatkan kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H4: Keberadaan komite audit akan berpengaruh positif terhadap tingkat

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber – sumber yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report/laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 – 2012.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2012.

2. Perusahaan manufaktur yang selama tahun penelitian 2010-2012 tidak mengalami delesting.

(43)

24

4. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah, dikarenakan penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan adalah yang dinyatakan dalam rupiah.

5. Perusahaan manufaktur yang dalam laporan keuangannya mengungkapkan biaya penyusutan pada aset tidak tetap selama tahun penelitian.

6. Perusahaan manufaktur yang memiliki data mengenai informasi dewan komisaris, frekuensi rapat dewan komisaris serta jumlah komite audit selama tahun penelitian 2010-2012.

Berdasarkan kriteria sampel di atas dengan menggunakan teknik puposive sampling diperoleh sampel sejumlah 28 perusahaan dan jumlah observasi yang

dilakukan selama tahun 2010-2012 adalah 84 item observasi.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2009). Variabel-variabel yang dalam penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat dan 4 variabel bebas.

3.3.1 Variabel Dependen

(44)

25

Con_Acc x -1

Keterangan :

Con Acc : Tingkat konservatisme akuntansi

NI : Laba Bersih

BP : Beban Penyusutan CFO : Arus Kas Operasional TA : Total Aset

Givoly dan Hayn (2002) dalam Sari dan Adhariani (2009) menyatakan apabila laba bersih yang dihasilkan positif dan lebih rendah daripada arus kas operasi maka menunjukkan diterapkannya prinsip konservatisme. Hal ini berarti perusahaan semakin banyak menangguhkan pendapatan yang belum terealisasi dan semakin cepat membebankan biaya. Nilai yang digunakan sebagai proksi tingkat konservatisme dalam penelitian ini adalah nilai total aset per periode dikalikan -1.

(45)

26

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiono, 2009). Variable independen dalam penelitian ini adalah:

1. Proporsi Komisaris Independen

Pengukuran proporsi komisaris independen ini dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan komisaris independen kemudian dibagi dengan jumlah komisaris. Informasi mengenai jumlah komisaris independen diperoleh dari laporan tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI.

BDOUT

2. Ukuran Dewan Komisaris

Pengukuran dewan komisaris ini diperoleh dengan cara menghitung jumlah dewan komisaris yang ada di dalam suatu perusahaan, baik komisaris independen maupun komisaris non-independen. Informasi mengenai jumlah komisaris

independen diperoleh dari laporan tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI.

KOMIN

3. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

(46)

27

komisaris yang diselenggarakan selama satu tahun pada perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.

4. Ukuran Komite Audit

Ukuran komite audit diproksikan dengan menghitung jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. UKA

3.4Metode Analisis Data

3.4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsif atau variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskrepsi umum dari variabel penelitian mengenai nilai rata-rata (mean), deviasi standar, maksimum, minimum, sum. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

3.4.2.1Uji Normalitas Data

(47)

28

dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov test. Uji normalitas bertujuan untuk menguji keberadaan distribusi normal dalam sebuah model regresi, variable dependent, variable independent, atau keduanya (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah memiliki data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang terus menerus. Suatu variable dikatakan normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov lebih besar dari α = 0.05. Apabila nilai Kolmogorov Smirnov lebih kecil dari α = 0.05 maka data dikatakan tidak berdistribusi tidak normal.

3.4.2.2Uji Gejala Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti antara variabel independent yang satu dengan variabel independent yang lain dalam model regresi memiliki hubungan yang kuat. Hubungan tersebut dikatakan hubungan linear yang sempurna atau hampir sempurna. Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi / keterkaitan antar variabel independent (bebas) dan hubunganya secara linear. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel

independent (Ghozali, 2009). Karena hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam melihat pengaruh variabel independent terhadap veriabel dependennya. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10. Multikolinearitas terjadi jika

(48)

29

besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif.

3.4.2.3Uji Gejala Heteroskedastisitas

Heteroskeditas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain untuk variabel independent yang berbeda. Jika variance (ragam) dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2009).

3.4.2.4Uji Gejala Autokorelasi

(49)

30

3.5Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji analisis regresi berganda menggunakan taraf signifikansi pada level 5% ( =0,05), yang memiliki arti jika nilai sig < 0,05 maka nilai sig dapat berpengaruh dan jika nilai sig > 0,05 maka nilai sig tidak berpengaruh. Pengujian ini mengacu kepada penelitian Wardhani (2008) serta Wulandini dan Zulaikha (2012). Uji analisis pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Model regresi yang dikembangkan untuk menguji semua hipotesis-hipotesis yang ada dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

CONACCit= β0+ β1BDOUTit+ β2KOMINit+ β3BMEETit+β4UKAit+ εit

Keterangan :

CONACC : Tingkat Konservatisme Akuntansi BDOUT : Proporsi Komisaris Independen

KOMIN : Jumlah Komisaris

BMEET : Frekuensi Rapat Komisaris UKA : Ukuran Komite Audit

(50)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka penulis menarik beberapa simpulan bahwa:

1. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel proporsi komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya tingkat konservatisme

akuntansi oleh karena itu, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “proporsi komisaris independen berpengaruh secara positif terhadap tingkat

konservatisme akuntansi perusahaan” ditolak.

2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh terhadap terjadinya tingkat konservatisme akuntansi perusahaan oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa “ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan” ditolak.

(51)

47

“frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan” diterima.

4. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel keberadaan komite audit tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya tingkat konservatisme akuntansi oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa “keberadaan komite audit

berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan” ditolak.

5.2 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya terbatas menggunakan uji regresi linear berganda. 2. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia Periode 2010-2012.

3. Variabel bebas dalam penelitian ini hanya empat variabel yang digunakan sebagai untuk proksi ukuran dari komponen karakteristik dewan komisaris.

5.3 Saran

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan proksi lain lain sehingga hasil penelitian dapat berbeda atau konsisten dengan hasil penelitian yang menggunakan model penelitian ini.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengikuti perkembangan dan memperbarui item-item yang digunakan untuk menilai konservatisme

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A.S. dan Duellman, S. 2007. Accounting Conservatism and Board of Director Characteristics: An Empirical Analysis. Journal of Accounting and Economics.

Almilia, Liuciana Spica. 2006. Pengujian Siza Hypothesis dan Debt Equity Hypothesis yang mempengaruhi tingkat konservatisme Laporan Keuangan Perusahaan dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, volume 7 Hal 1-23.

Amalia, D.Y. 2007. Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi oleh Good Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

Anggraini, Fivi dan Trisnawati, Ira. 2008. Pengaruh Earning Management Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 10 No.1.

Ardina, Ayu Martaning Yogi. 2012. Penggunaan perspektif Positive Accounting Theory terhadap konservatisme Akuntansi di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Arens, Alvian A., et al. 2011. Auditing & Jasa Assurance. Erlamgga. Jakarta. Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006. Teori Akuntansi, Edisi Kelima, Terjemahan Ali

Akbar Yulianto, Risnawati Dermauli, Salemba Empat, Jakarta.

Darmawati, Deni et al., 2004. Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja Perusahaan. Makalah SNA VII, Denpasar.

Deviyanti, Dyahayu Artika. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme Dalam Akuntansi. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Dewi, A.A.A.R., 2004, Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 2.

(53)

Fala, Dwiyana A.S. 2007. Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Ghozali, I. dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Givoly, Dan dan Carla, Hayn. 2002. Rising Conservatism: Implication for Financial Analysis. AIMR. January/February: 56–74.

Indrayati, Martha Rizki. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang

Juanda, Ahmad. 2007. Pengaruh Risiko Litigasi Dan Tipe Strategi Terhadap Hubungan Antara Konflik Kepentingan Dan Konservatisme Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Khrishnan, Gopal V. And Visuanathan, Gnananakumar. 2006. Does SOX Definition of Accounting Expert Matter ? The Asociation Between Audit Committee Director’s Expertise and Conservatism. Working Paper, George Manson University.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta. Diakses tanggal 05 Maret 2014.

LaFond, Ryan., and Sugata Roychowdhury. 2007. Managerial ownership and accounting conservatism. Working Paper, Massachusetts Institute of Technology.

Lara, et al. 2005. Board of Directors’ Characteristics and Conditional Accounting Conservatism: Spanish Evidence. European Accounting Review.

Lo, Eko Widodo. 2006. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap konservatisme Akuntansi, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol. 9 no. 1 Januari 2006 : 87-114.

Martani, Dwi dan Dini, Narita. 2010. The Influence of Operating Cash Flow and Investment Cash Flow to The Accounting Conservatism Measurement. Chinese Business Review vol 9 no 6.

(54)

Munif, Naila Rusyda. 2013. Analisis Pengaruh Komite Audit Terhadap Hubungan Antara Rotasi Auditor Dan Audit Tenure Dengan Konservatisme Akuntansi. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Rahmat, Rashidah., Abdul., Ali, Fairuzana dan Haneem., Mohamed. 2006. Board, Audit Committee, Culture and Earning Management: Malaysian Evidence. Managerial Auditing Journal. Vol. 21, No. 7, Hal. 783-804.

Rahmawati, F.,2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi Di Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang

Sari. 2004. Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Deviden dan Peringkat Obligasi Perusahaan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII.

Sari, Cynthia dan Adhariani, Desi. 2008. Konservatisme Perusahaan Di Indonesia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. STIE Perbanas. Surabaya

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga, Yogjakarta: BPFE.

Ujiyantho, Muh. Arif dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar.

Watts, Ross L. 2003. What We Know About Accounting Conservatism. Working Paper.

Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Jurnal Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Widya. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol. 8 no. 2 Mei 2005 : 138-157.

Gambar

Gambar 1. Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

a. Sel manakah yang banyak terdapat pada kasus diatas% a.. Seorang anak diantar ibunya karena sulit membua mulut pasien selalu menangis setiap membuka mulut. Pemeriksaan

Melihat betapa pentingnya penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) seperti yang diuraikan sebelumnya, maka pihak manajemen PT Tirta Investama melakukan

VHULQJ PHQLPEXONDQ VLNDS WLGDN WROHUDQ /R\DOLWDV WHUKDGDS DJDPD KDQ\D PHQ\DWXNDQ EHEHUDSD RUDQJ WHUWHQWX GDQ PHPLVDKNDQ \DQJ ODLQQ\D 6HEDJDLPDQD GLNDWDNDQ ROHK -RQDWKDQ 6ZLIW

splendida frekuensi kolkisin tidak berpengaruh terhadap diameter batang, panjang daun dan kadar klorofrl. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari sebagian

Pada penelitian ini desain kapal diperuntukkan pada Kabupaten Rembang, tipe hull yang digunakan adalah katamaran dengan tenaga penggerak menggunakan mesin dan

Proses komunikasi personal para mahasiswa non Sunda ini dengan adanya pengalaman mereka saat berinteraksi dengan orang lain yang berlatarbelakang budaya

Sebagai media informasi dan komunikasi, PSB-SMA menyediakan informasi berkaitan dengan proses pembelajaran dan kegiatan lain yang ada di satuan pendidikan,

Hasil pencapaian program pelatihan dari kegiatan KKN ini adalah: terciptanya kesadaran masyarakat tentang PHBS, peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai