• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Road Map Penelitian

Penelitian tentang pengembangan e-learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan anatara lain oleh Lismanto (2009) yaitu penelitian dengan topik perancangan dan pembuatan aplikasi e-learning berbasis Moodle pada Universitas Kristen Petra. Penelitian ini menjelaskan tentang dua aplikasi e-learning yang diimplementasikan pada Universitas Petra yaitu e-course

dan PCU Camel. Hasil dari penelitian ini adalah dikembangkan teknologi open

source Moodle versi 1.9, dengan memberikan penambahan fitur yang dapat

dipergunakan oleh universitas. Pada penelitian tersebut peneliti tidak membahas masalah secara detail tentang konten dari bahan ajar seperti apa yang akan diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan oleh Tahang (2009) dengan topik pengembangan pembelajaran sosiologi berbasis e-learning di SMAN 4 Kendari, penelitian ini bertujuan mengembangkan program pembelajaran Sosiologi berbasis e-Learning. Hasil dari penelitian ini menguraikan tentang syarat yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran sosiologi berbasis

e-learning. Seperti peneliti sebelumnya pada penelitian ini peneliti tidak membahas

masalah bahan ajar seperti apa yang aka diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan ole

e-learning SMA Panca Setya Sintang dengan Moodle. Pada penelitian ini dibuat

sistem e-learning yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Sistem e-learning SMA Panca Setya Sintang dibuat untuk mempermudah sistem pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi.

2.2 Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran

Strategi mengajar menurut Syah (2002), didefinisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :

(2)

7 1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pendidik dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.

2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.

3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pendidikan yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.

Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian peserta didik dalam PBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi peserta didik (Djamarah et al, 2002; 137). Hamalik (1986), Sadiman, et al (1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik.

Media pembelajaran secara umum dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

a. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD. Sementara itu, selain media-media tersebut, kehadiran perangkat komputer di lembaga pendidikan merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain sangat banyak pengguna jasa di bidang komputer yang

(3)

8 mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pendidik terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan pendidikan sejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatasan informasi dan pelatihan yang mereka peroleh.

2.3 Definisi E-learning

Di dunia pendidikan dan pelatihan sekarang, banyak sekali praktik yang disebut e-Learning. Sampai saat ini pemakaian kata e-learning sering digunakan untuk menyatakan semua kegiatan pendidikan yang menggunakan media komputer dan Internet. Banyak pula terminologi lain yang mempunyai arti hampir sama dengan e-Learning, diantaranya : Web-based training, online learning, computer-based training/ learning, distance learning, computer-aided instruction, dan lainnya. Terminologi e-learning sendiri dapat mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi (Effendi & Zhuang 2005).

Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pendidikan dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.

Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), dan Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Purbo (2001) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha

(4)

9 pendidikan lewat teknologi elektronik internet. Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pendidikan boleh disampaikan secara synchronously (pada waktu yang sama) ataupun asynchronously (pada waktu yang berbeda). Materi pendidikan dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. E-learning juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.

Perbedaan pembelajaran konvensional dengan e-learning yaitu pada kelas konvensional, pendidik dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah peserta didik. Peserta didik mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan ‘memaksa’ peserta didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran pendidik dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil pendidik yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua,

e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar

secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan materi dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar materi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

(5)

10 2.4 Fungsi dan Manfaat E-Learning

Rosenberg (2001) memaparkan kelebihan e-learning sebagai berikut: a. Memerlukan biaya yang lebih rendah.

E-learning dapat mengurangi biaya perjalanan, memangkas waktu yang

digunakan untuk pendidikan serta mengurangi secara signifikan kebutuhan penyediaan infrastruktur kelas untuk proses pembelajaran. b. Menyediakan akses tak terbatas.

E-learning dapat menangani secara tak terbatas jumlah pengguna virtual

secara simultan.

c. Variasi penyediaan materi

E-learning memungkinkan untuk meng-kostumisasi materi untuk proses

pembelajaran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. d. Selalu up to date.

E-learning sangat mudah untuk dilakukan pemutakhiran dengan cepat.

e. Pembelajaran.

Pengguna dapat melakukan akses dimana saja dan kapan saja setiap saat. f. Universal.

E-learning dapat disesuaikan dengan protokol universal (contoh internet

dan browser).

g. Komunitas.

Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya komunitas dengan beragam minat dan kepentingan.

h. Mampu menangani berbagai skala.

E-learning merupakan solusi dalam berbagai skala dengan hanya

membutuhkan perubahan sedikit dalam pengembangannya baik infrastruktur maupun biaya.

i. Meningkatkan layanan.

E-learning dapat secara efektif meningkatkan layanan pada proses

pembelajaran.

Penyampaian pembelajaran melalui e-learning dapat seefektif sistem penyampaian pembelajaran konvensional tatap muka di kelas dalam proses interaksi dan komunikasi antar individu yang terlibat apabila adanya kunci

(6)

11 penting yaitu materi yang menitikberatkan pada kebutuhan sasaran pembelajaran

(user), penggunaan teknologi dalam proses penyampaiannya, serta adanya

kebijakan dan pengelolaan penyelenggaraan e-learning.

Ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan 2002).

a. Suplemen

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

b. Komplemen (tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai

enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan pendidik secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan pendidik di dalam kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan pendidik secara tatap muka di kelas (show

learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran

(7)

12 c. Substitusi (pengganti)

Beberapa pendidikan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/pendidikan kepada para peserta didiknya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara mudah mengelola kegiatan pendidikannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari peserta didik.

Ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih peserta didik tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika peserta didik dapat menyelesaikan belajarnya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu peserta didik untuk mempercepat penyelesaian pendidikannya.

2.5 Manfaat pembelajaran Electronic Learning

Menurut Wulf (1996) manfaat Pembelajaran elektronik learning (

e-Learning) itu terdiri atas empat hal, yaitu:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dan pendidik atau instruktur (enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dan pendidik/instruktur, antar sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan oleh pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan pendidik/ instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.

(8)

13 b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran di mana dan kapan saja

(time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada pendidik/instruktur begitu selesai dikerjakan. Jadi tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan pendidik/instruktur.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a

global audience).

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian pendidik/ instruktur selaku penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

2.6 Teknologi Pendukung E-learning

Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang

(9)

14 sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.

Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: technology based

learning dan technology based web-learning. Technology based learning pada

prinsipnya terdiri atas audio Information technologies (radio, audio tape, voice

mail telephone) dan video information technologies (video tape, video text, video

messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data

information technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh

(distance education), yaitu dimaksudkan agar komunikasi antara peserta didik dan

pendidik bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Di antara banyak fasilitas internet, menurut Purbo (2001), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, mailing

list (milis), news group, file transfer protocol (FTC), dan world wide web (www)”.

Sedangkan Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma konvensional dalam pembelajaran.

Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Menurut Williams (1999). Internet adalah ‘a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources’.

Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet Kardiawarman (2000). Paradigma ini dapat mengintegrasikan beberapa sistem seperti, pertama, paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah pendidik yang berkualitas, sehingga peserta didik tidak harus

(10)

15 secara intensif memerlukan dukungan pendidik, karena peranan pendidik maya

(virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh sistem belajar tersebut.

Kedua, virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung peserta didik tak terbatas. Peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja. Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com learning

resources system. Paradigma ketiga merupakan pendukung kedua paradigma di

atas, yaitu dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.

2.7 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran

Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD-ROM interkatif dan lain-lain.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pendidik dan peserta didik sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak peserta didik mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan. Gambaran umum tentang perangkat keras yang digunakan untuk mengakses internet disajikan pada Gambar 1.

(11)

16 Gambar 1 Jaringan internet yang dapat diakses untuk pembelajaran (Hasbullah 2008)

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Para peserta didik dapat mengakses secara

on-line dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber

primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, Gordon et. al. (1995). Informasi yang diberikan komputer server dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural

groups.

Peserta didik dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Peserta didik dapat menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Peserta didik dan pendidik tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena peserta didik dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Peserta didik juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan

(12)

17 ajar. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pendidik peserta didik dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates). Internet memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua peserta didik maupun pendidik) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik secara online.

Perkembangan/kemajuan teknologi Internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material).

2.8 Moodle

Sesuai dengan berkembangnya kebutuhan pada sistem e-learning yang terintegrasi dan terandalkan, saat ini banyak aplikasi Learning Management

System (LMS) komersial maupun open source yang dikembangkan untuk

mendukung sistem pengajaran. LMS secara umum memiliki fitur-fitur standar pembelajaran elektronik antara lain:

1. Fitur kelengkapan belajar mengajar: daftar mata kuliah dan kategorinya, silabus mata kuliah, materi kuliah (berbasis text atau multimedia), daftar referensi atau bahan bacaan

2. Fitur diskusi dan komunikasi: forum diskusi atau mailing list, instant

messenger untuk komunikasi realtime, papan pengumuman, profil dan

kontak instruktur, file and directory sharing

3. Fitur ujian dan penugasan: ujian online (exam), tugas mandiri

(assignment), rapor dan penilaian

LMS ada yang bersifat proprietary software dan ada yang open source. LMS yang bersifat proprietary diantaranya adalah seperti: Saba, Apex Learning,

(13)

18 Blackboard, IntraLearn, SAP Enterprise Learning. Sedangkan LMS yang open source diantaranya adalah Aberdour (2007): Atutor, Moodle, Ilias, Claroline, dan dotLRN.

Moodle adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet (Prakoso, 2005). Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di bawah lisensi GNU Public License). Moodle dapat langsung bekerja tanpa modifikasi pada Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware dan sistem lain yang mendukung PHP. Data diletakkan pada sebuah database. Data terbaik bagi Moodle adalah MySQL dan PostgreSQL dan tak menutup kemungkinan untuk digunakan pada Oracle, Acces, Interbase, ODBC, dan sebagainya. Moodle didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial (social construct) dalam pendidikan. Moodle termasuk dalam model CAL+CALT (Computer Assisted

Learning + Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS.

Moodle merupakan akronim dari Modular Object Oriented Dynamic

Learning Environment. Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan tanpa

batas. Sebuah pionir yang akan membangun kreativitas dan pemikiran. Hal ini dapat diterapkan ketika Moodle dibuat, dan ketika pengajar dan pendidik melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran online (Prakoso 2005).

2.9 Metode Pengujian Black Box

Sebuah perangkat lunak bisa diuji dengan cara mengetahui kenerja sistem secara fungsional. Metode ini melakukan pengujian secara dasar terhadap fungsi-fungsi yang terdapat pada sistem yang telah dikerjakan dan mengetahui kesalahan yang terjadi pada sistem (Pressman 2001). Metode black box merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari kesalahan yang berbeda dibandingkan dengan pendekatan white box. Pengujian black box berusaha untuk mencari kesalahan yang terdiri dari beberapa kategori, yaitu :

1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang. 2. Kesalahan antarmuka.

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data internal. 4. Kesalahan tampilan.

(14)

19 2.11 Konsep Pusat Sumber Belajar (PSB)

Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) merupakan sistem pengelolaan yang terorganisasi untuk menyusun, mengembangkan, dan menyediakan sumber belajar dalam mendukung proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar, dan media unjuk kinerja. Sistem pengelolaan sumber belajar yang terorganisasi, pelaksanaannya berada di tingkat sekolah yang kemudian diorganisasi secara nasional dengan memanfaatkan TIK, salah satunya adalah dalam bentuk website PSB-SMA.

Sebagai media informasi dan komunikasi, PSB-SMA menyediakan informasi berkaitan dengan proses pembelajaran dan kegiatan lain yang ada di satuan pendidikan, kebijakan pemerintah tentang pendidikan, maupun sebagai media komunikasi antarpendidik, peserta didik-peserta didik, pendidik-peserta didik, dan satuan pendidikan-satuan pendidikan, serta satuan pendidikan-masyarakat yang terkait dengan proses pembelajaran.

Sebagai wahana belajar, PSB-SMA menyediakan bahan ajar dan bahan uji yang disusun oleh pendidik agar dapat dimanfaatkan oleh pendidik lain. Dengan demikian terjadi proses pertukaran bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK. Hakikatnya semua pendidik dapat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimanfaatkan oleh pendidik lain sebagai referensi.

Sebagai media unjuk kinerja, PSB-SMA memberi ruang kepada pendidik untuk mengembangkan ide kreatif dalam pembelajaran, inovasi pembelajaran maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran. Pendidik dapat berbagi pengalaman pembelajaran yang telah maupun yang sedang dilaksanakan untuk dijadikan referensi, tambahan wawasan dan acuan bagi pendidik lain.

Ketiga fungsi PSB-SMA di atas dapat melayani kebutuhan Sekolah PSB dan Sekolah mitra PSB maupun sekolah non-mitra dalam mengakses konten PSB-SMA yang berkaitan dengan proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang berbasis TIK, salah satunya dalam bentuk

(15)

20 Sekolah PSB merupakan SMA yang melaksanakan fungsi Pusat Sumber Belajar sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar, serta media unjuk kinerja satuan pendidikan, pendidik dan peserta didik.

Dalam pelaksanaannya Direktorat Pembinaan SMA menetapkan dan memfasilitasi sejumlah SMA model Sekolah Kategori Mandidri (SKM) untuk mengelola dan mengembangkan konten PSB-SMA, melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan sekolah Mitra PSB.

Sekolah mitra PSB adalah SMA yang ditetapkan menjadi pendamping sekolah PSB oleh sekolah PSB yang bersangkutan, yang memanfaatkan PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA dalam rangka lebih memberdayakan PSB-SMA melalui sekolah PSB. Bentuk kemitraan antara sekolah PSB dan sekolah mitra PSB diimplementasikan dalam peningkatan SDM, pemanfaatan sarana prasarana, dan pertukaran konten. Sekolah non-mitra adalah SMA yang memanfaatkan PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA melalui website PSB-SMA. Keterkaitan antara sekolah PSB, sekolah mitra PSB, sekolah non-mitra

dan website PSB-SMA dalam melaksanakan dan memanfaatkkan PSB-SMA

dijelaskan dalam Gambar 2.

Gambar

Gambar 2 Keterkaitan komponen PSB-SMA (Depdiknas 2010)

Referensi

Dokumen terkait

 Studi Literatur, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan ruang bangunan pada Pengembangan Desa Wisata Buah Kabupaten Semarang, sebagai landasn teori

Rincian Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran 2015 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran Undang-Undang ini dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Hasil penelitian keanekaragaman karang jamur (Fungiidae) pada empat stasiun penelitian di perairan Pulau Siladen, Sulawesi utara ditemukan 13 jenis karang jamur

Untuk sepeda motor akumulasi puncak terjadi pada hari Minggu dengan jumlah sepeda motor sebanyak 185 kendaraan dengan luas 277.5 m 2 jadi luas lahan parkir yang disediakan

Dengan adanya perancangan media informasi ini, penulis bertujuan untuk menyediakan informasi tentang pergerakan kolektif dan komunitas kreatif yang ada di Tangerang

Peran petugas penyuluh memfasilitasi petani mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani seperti keterbatasan tenaga kerja, modal, teknologi sarana dan prasarana

Skiripsi ini membahas pengaruh komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai kantor DPRD kabupaten Sinjai. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui

Dengan tetap mengacu pada visi dan misi Universitas serta mengacu pada aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu; Akademik, Penelitian dan Pengabdian kepada M asyarakat